Dampak Kabut Asap di Indonesia

Indonesia terbawa oleh angin ke kawasan Lautan Pasifik sehingga hampir di seluruh wilayah Indonesia menjadi panas. 91 Berdasarkan data Southern Oscillation Index SOI, El Nino di Indonesia terjadi setiap 3-7 tahun sekali, yaitu pada tahun 1997, 2000 dan 2003. 92 Walaupun pada awalnya kebakaran hutan dan lahan di Indonesia disebabkan oleh kegiatan manusia, tetapi kebakaran menjadi lebih besar ketika didukung juga oleh kondisi cuaca yang sangat panas.

C. Dampak Kabut Asap di Indonesia

Kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan di Indonesia tahun 1997-2006 membawa dampak yang cukup besar di bidang ekonomi, sosial, dan ekologi. Penelitian David Glover menunjukkan bahwa di bidang ekonomi, kabut asap dapat mengganggu transportasi seperti pembatalan penerbangan sebesar 7 tahun 1997, dan mengganggu pariwisata seperti penurunan kunjungan wisatawan sebesar 13 tahun 1997. 93 Di bidang sosial, tahun 1997 kabut asap berdampak pada menurunnya kegiatan produksi seperti tenaga kerja sebesar 3, hasil pertanian sebesar 2, perkebunan sebesar 2, dan berdampak pada kesehatan seperti infeksi saluran pernapasan atas ISPA sebesar 9, alergi sebesar 2, asma sebesar 4, iritasi mata sebesar 2, dan paru-paru sebesar 1. 94 Sedangkan di bidang ekologi, tahun 1997 kabut asap dapat mengakibatkan kerusakan 91 Ibid, h. 15. 92 Southern Oscillation Index SOI dikutip dari Harry Suryadi dan Hira Jhamtani, Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia: Rencana Tindak Penanggulangan Bencana , h. 19. 93 David Glover and Timothy Jessup, Kerugian Lingkungan Akibat Kebakaran dan Asap di Indonesia, h. 24. 94 Glover and Jessup, Ibid, h. 21-23. lingkungan, seperti jenis tanaman sebesar 10, hewan sebesar 10, dan kerugian kayu sebesar 35. 95 Datanya diilustrasikan pada grafik II.3.1, berikut ini: Grafik 4. Ikhtisar Dampak Kabut Asap di Indonesia Sumber: David Glover and Timothy Jessup, Kerugian Lingkungan Akibat Kebakaran dan Asap di Indonesia , Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, 2002, h. 25. Dari data tersebut, terlihat bahwa bidang ekologi mengalami dampak paling besar dari kabut asap. Menurut penelitian Iman Santoso, Indonesia mengalami kebakaran hutan paling buruk peringkat kedua di dunia setelah Brazil pada tahun 1997, yaitu seluas 263.991 ha. Sedangkan, Brazil mengalami kebakaran hutan seluas 2,8 juta ha pada tahun 1997. 96 Tabel II.3.2 akan merinci luas kebakaran hutan dan nilai kerugian yang dialami Indonesia pada tahun 1997- 2006: 97 95 Glover and Jessup, Ibid, h. 25. 96 Iman Santoso, “Prospek Kerjasama Indonesia-Brazil di Bidang Kehutanan”, Jakarta: Departemen Luar Negeri Jurnal Luar Negeri Vol. 25 No. 2, Mei-Agustus 2008, h. 82. 97 Yetti Rusli, Data Strategis Kehutanan 2008, h. 155, dan data perkiraan kerugian diperoleh dari Ditjen Pengendalian Kebakaran Hutan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia pada tanggal 02 Maret 2011. Bidang Ekonomi Bidang Sosial Bidang Ekologi Bidang Ekonomi 20 Bidang Sosial 25 Bidang Ekologi 55 Tabel 1. Luas Kebakaran Hutan dan Perkiraan Kerugian Akibat Kabut Asap di Indonesia Tahun 1997-2006 No Tahun Kebakaran Hutan Luas ha Perkiraan Kerugian Rp 1 1997 263.991 40.852.400.000 2 1998 24.253 95.760.150 3 1999 49.640 147.680.000 4 2000 43.648 111.295.000 5 2001 17.968 1.819.905.190 6 2002 45.527 122.967.050 7 2003 7.090 11.440.250 8 2004 4.868 4.309.000 9 2005 13.742 5.375.000 10 2006 56.218 107.310.000 Sumber: Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam PHKA, serta Ditjen Pengendalian Kebakaran Hutan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. Data di atas menunjukkan bahwa luas kebakaran hutan dan perkiraan kerugian akibat kabut asap di Indonesia tahun 1997-2006 mengalami fluktuasi. Kerugian terparah terjadi pada tahun 1997. Rata-rata luas lahan yang terbakar di Indonesia selama periode 1997-2006 adalah 52.695 ha per tahun. Dalam periode tersebut, berulang kali kabut asap di Indonesia meluas ke negara tetangga, terutama Malaysia.

D. Mitigasi Kabut Asap Dari Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia