3 Harga barang yang bersangkutan tetap dapat dikontrol oleh pengamanat,
hal ini disebabkan kepemilikan atas barang tersebut masih ditangan pengamanat sehingga harga masih dapat dijangkau oleh konsumen.
4 Jumlah barang yang dijual dan persediaan barang yang ada digudangkan
mudah dikontrol sehingga resiko kekurangan atau kelebihan barang dapat ditekan dan memudahkan untuk rencana produksi.
Sedangkan bagi komisioner lebih menguntungkan dengan cara penjualan konsinyasi karena alasan-alasan sebagai berikut :
1. Komisioner tidak dibebani resiko menaggung kerugian bila gagal dalam
penjualan barang-barang konsinyasi. 2.
Komisioner tidak mengeluarkan biaya operasi penjualan konsinyasi karena semua biaya akan digantiditanggung oleh pengamanat.
3. Kebutuhan akan modal kerja dapat dikurangi, sebab komisioner hanya
berfungsi sebagai penerima dan penjual barang konsinyasi untuk pengamanat.
4. Komisioner berhak mendapatkan komisi dari hasil penjualan barang
konsinyasi.
B. Metode Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan
Semakin besar suatu perusahaan, maka semakin kompleks pula kegiatan dalam perusahaan, sehingga memerlukan kebijakan akuntansi yang dapat
dipakai sebagai pedoman dalam melaksanakan praktek akuntansi. Salah satu pedoman yang diperlukan adalah kebijakan pengakuan pendapatan.
Universitas Sumatera Utara
Penting pula halnya dengan pengakuan pendapatan yang dapat menentukan apakah suatu transaksi penjualan tersebut termasuk kedalam
penjualan tunai, kredit ataupun konsinyasi, sehingga dapat menjadi laporan keuangan yang wajar dan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Dalam hal
ini Standar Akuntansi Keuangan 2007:23,2 menjelaskan tentang pendapatan
sebagai berikut : “Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus
masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi
penanaman modal.” Pengertian pendapatan dipertegas lagi oleh Standar Akuntansi
Keuangan 2007:23,2 dengan kalimat :
Pendapatan hanya berdiri dari arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan dapat diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Jumlah
yang ditagih atas nama pihak ketiga seperti pajak pertambahan nilai, bukan merupakan manfaat ekonomi yang mengalir ke perusahaan, dan tidak
mengakibatkan ekuitas dan karena itu harus dikeluarkan dan pendapatan. Demikian dalam hubungan keagenan, arus masuk bruto manfaat ekonomi
termasuk jumlah yang ditagih atas nama prinsipal, tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas perusahaan, dan karena itu bukan merupakan pendapatan yang merupakan
pendapatan hanyalah komisi yang diterima dari prinsipal. Sedangkan menurut Chen 1975 dalam Riahi-Belkaoui 2006:179
mendefenisikan pendapatan revenue sebagai berikut: Pendapatan berasal dari penjualan barang dan pemberian jasa dan diukur dengan beban yang ditanggung
pelanggan, klien, atau penyewa barang dan jasa yang disediakan bagi mereka.
Universitas Sumatera Utara
Pendapatan juga mencakup keuntungan dari penjualan atau pertukaran aset selain saham yang diperdagangkan, dan deviden yang diperoleh dari investasi, dan
peningkatan lainnya dalam ekuitas pemilik kecuali yang berasal dari kontribusi modal dan penyesuaian.
Pada hakekatnya pendapatan adalah suatu hasil dari kegiatan normal perusahaan dalam suatu periode tertentu yang dapat menyebabkan meningkatnya
jumlah aktiva atau berkurangnya kewajiban perusahaan. Dimana pendapatan disini merupakan arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan
dapat diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Pengakuan pendapatan merupakan salah satu peristiwa penting yang akan
banyak mempengaruhi layak atau tidaknya suatu laporan keuangan karena pendapatan merupakan salah satu bagian dari laporan laba rugi. Laporan laba rugi
didalamnya terdapat dua unsur penting yang harus dipertemukan, yaitu pendapatan di suatu pihak dan beban di pihak lain. Untuk penentuan hasil-hasil
yang setepat mungkin, maka baik arus pendapatan maupun arus beban ditetapkan setepat mungkin dalam hal waktu atau tingkat pengukurannya dalam masa yang
bersangkutan. Pengakuan pendapatan menurut Standar Akuntansi Keuangan 2007:23,2
diuraikan sebagai berikut : Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar, imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari
suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembelian atau penggunaan aset tersebut. Jumlah tersebut dapat diukur dengan
nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Rustam dalam http:library.usu.ac.iddownloadfeakuntansi- rustam2. menyatakan ada 4 empat kriteria yang mendasar harus dipenuhi
sebelum suatu item dapat diakui sebagai pendapatan adalah : 1
Defenisi item dalam pertannyaan harus memenuhi defenisi salah satu dari tujuh unsur laporan keuangan yaitu aktiva, kewajiban,
ekuitas, pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian.
2 Item tersebut harus memiliki atribut relevan yang dapat diukur
secara andal, yaitu karakteristik, sifat atau aspek yang dapat dikuantifikasi dan diukur.
3 Relevansi informasi mengenai item tersebut mampu membuat
suatu perbedaan dalam pengambilan keputusan. 4
Reliabilitas informasi mengenai item tersebut dapat digambarkan secara wajar dapat diuji, dan netral.
Menurut Theodoras M. Tuana Kotta dalam http:dahlanforum.wordpress. com20080421penjualan. menyebutkan kriteria yang lebih tepat bagi
pengakuan pendapatan adalah:
1. Adanya bukti yang kuat bahwa pembeli mempunyai maksud
membeli dan penjual bermaksud menjual. 2.
Penentuan mengenai barang tertentu yang akan dijual dan sudah dalam keadaan siap untuk dijual.
3. Perjanjian antara pembeli dan penjual mengenai barang jual
formula untuk mencapai harga jual. Jadi pendapatan suatu perusahaan dapat diakui oleh perusahaan apabila memenuhi
kriteria diatas.
Pada dasarnya pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli. Pendapatan baru
dapat terealisasi apabila telah terjadi suatu transaksi penjualan baik barang maupun jasa, dimana pendapatan yang terjadi dapat dilihat atau dibuktikan dalam
tiap-tiap periode. Disamping itu nilai suatu pendapatan dapat diukur sesuai dengan jumlah uang tunai yang berasal dari berbagai macam sumber pendapatan
penjualan tunai, pinjaman bank, pembayaran piutang, penjualan aktiva tetap dan penjualan jasa. Konsinyasi merupakan suatu penjualan dimana salah satu pihak
Universitas Sumatera Utara
yang memiliki barang menyerahkan sejumlah barang kepada pihak tertentu untuk dijual dengan memberikan komisi. Dalam hal ini pihak yang menyerahkan
menitipkan barang-barang tersebut disebut consignor, sedangkan pihak yang menerima dan berusaha untuk menjualkan barang-barang disebut consignee.
Pengiriman barang-barang konsinyasi tidak menyebabkan timbulnya pendapatan dan tidak boleh dipakai sebagai kriteria untuk mengakui timbulnya
pendapatan, baik oleh pengamanat maupun bagi komisioner sampai dengan saat barang dapat dijual ke pihak ketiga. Hak milik barang dagangan tersebut tetap
dimiliki oleh konsinyor sampai terjadi penjualan kepada pihak ketiga. Pada saat itu hak milik beralih kepada pembeli dan dalam akuntansi dipakai sebagai dasar
pengakuan timbulnya pendapatan. Menurut Kieso, dkk 2002:40 pendapatan dari konsinyasi hanya diakui
setelah konsinyor menerima pemberitahuan penjualan dan pengiriman kas dari konsinyi. Barang dagang itu dalam sepanjang konsinyasi tercatat sebagai
persediaan consignor, dan secara terpisah diklasifikasikan sebagai barang dagang atas konsinyasi. Barang tersebut tidak dicatat sebagai aktiva dalam pembukuan
consignee. Pada saat barang itu terjual, consignee mempunyai kewajiban sebesar jumlah bersih yang terutang kepada consignor. Consignor secara periodik
menerima dari consignee sebuah laporan penjualan account sales yang memperlihatkan barang dagang yang diterima, barang dagang yang terjual, beban
yang dapat dikenakan pada konsinyasi, serta kas yang dikirimkan. Saat itulah pendapatan diakui oleh consignor.
Universitas Sumatera Utara
C. Metode Pencatatan Penjualan Konsinyasi