Pengakuan Pendapatan dan Beban pada PT PLN (PERSERO) P3B Sumatera UPT Medan

(1)

PENGA PT PLN U AKUAN PE (PERSERO EVI YA PROG DEPAR FAK UNIVERSI SKRIP ENDAPATA O) P3B SU

OLEH ASE VIENN 1105221 GRAM S-1 RTEMEN A KULTAS E ITAS SUM MEDA 2013 PSI

AN DAN B UMATERA H NA GINTIN 151 EKSTENS AKUNTAN EKONOMI MATERA U AN 3 BEBAN PA A UPT MED

NG SI NSI UTARA ADA DAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya skripsi saya yang berjudul “PENGAKUAN PENDAPATAN DAN BEBAN PADA PT PLN (PERSERO) P3B SUMATERA UPT MEDAN” adalah hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan,

Yang Membuat Pernyataan

Evi Yase Vienna Ginting 110522151


(3)

ABSTRAK

PENGAKUAN PENDAPATAN DAN BEBAN PADA PT PLN (PERSERO) P3B SUMATERA UPT MEDAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pengakuan Pendapatan dan Beban yang diterapkan oleh PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan sudah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang menggunakan data primer seperti hasil wawancara dengan pihak perusahaan dan data sekunder seperti struktur organisasi serta dokumen – dokumen yang berkaitan dengan pendapatan dan beban.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara, obsevasi, dan dokumentasi. Metode analisa yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengakuan pendapatan dan beban pada PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan menggunakan akrual basis. Berdasarkan hasil penelitian ini pengakuan pendapatan dan beban yang diterapkan sudah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.


(4)

ABSTRACT

RECOGNITION OF INCOME AND EXPENSES PT PLN (PERSERO) P3B SUMATERA UPT MEDAN

Purpose of this study was determine whether the recognition of revenues and expenses implementation by PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan are in accordance with Financial Accounting Standards. Descriptive type of research conducted using primary data like the results of interviews with the company and secondary data such as organizational structure and documents relating to revenue and expenses.

Data collection techniques used were descriptive. The result showed that recognition of revenues and expenses at PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan using the accrual basis. Based on the result of this study the recognition of revenues and expenses at the company was appropriate and the procedure is applied according to The Statement of Financial Accounting Standards.


(5)

KATA PENGANTAR  

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan pengetahuan, kekuatan, dan kebijaksanaan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi dengan judul: “Pengakuan Pendapatan dan Beban pada PT PLN (PERSERO) P3B Sumatera UPT Medan”.

Penulisan skripsi ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya mengenai masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Selain itu penelitian ini dilaksanakan juga untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana ekonomi pada Universitas Sumatera Utara pada Program Studi Akuntansi.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan dan doa dari semua pihak baik secara moril maupun materil khususnya kepada orang tua penulis Alm. E.R. Ginting dan E.Y.br Purba. Dengan segala kerendahan hati, maka penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM., Ak selaku sekretaris Departemen fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak dan ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Ketua dan sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si., Ak, selaku pembimbing penulis yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberi petunjuk, dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Ibu Rina Bukit, SE., M.Si, Ak selaku dosen pembaca yang telah

meluangkan waktunya untuk memberi petunjuk dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepada saudara – saudara penulis dan juga kepada teman – teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih untuk kasih sayang dan dukungan yang diberikan selama ini.


(6)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat dijadikan acuan dalam penulisan karya – karya ilmiah selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi Pembaca.

Medan,

Penulis

Evi Yase Vienna Ginting

NIM 110522151

                       


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SURAT PERNYATAAN………. i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR.………. iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... . viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah... 4

1.3.Tujuan Penelitian... 4

1.4.Manfaat Penelitian... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tinjauan Teoritis ... 6

2.1.1.Pengertian Pendapatan... 6

2.1.2.Jenis Pendapatan... 7

2.1.3.Pengertian Beban... 9

2.1.4.Jenis – Jenis Beban... 11

2.1.5.Pengakuan Pendapatan... 12

2.1.6.Pengakuan Beban... 17

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian... 20

3.2.Tempat dan Waktu Penelitian... 20

3.3.Definisi Operasional... 20

3.4.Skala Pengukuran Variabel... 21

3.5.Populasi dan Sampel Penelitian... 21

3.5.1.Populasi Penelitian... 21

3.5.2.Sampel Penelitian... 22

3.6.Jenis Data... 22

3.6.1.Data Primer... 22

3.6.2.Data Sekunder... 22

3.7.Metode Pengumpulan Data... 22

3.7.1.Penelitian Lapangan... 22

3.7.2.Studi Kepustakaan... 23

3.8.Teknik Analisis... 24

BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN 4.1.Data Penelitian... 26

4.1.1.Gambaran Umum Perusahaan... 26

4.1.2.Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas... 30

4.1.3.Jenis – Jenis Pendapatan Perusahaan... 33

4.1.4.Jenis – Jenis Beban Perusahaan... 41 4.1.5.Pengakuan Pendapatan dan Beban pada


(8)

PT PLN (Persero) P3B SUMATERA UPT

MEDAN... 42 4.2.Analisa Hasil Penelitian... 43

4.2.1.Jenis – Jenis Pendapatan pada PT PLN

(Persero) P3B SUMATERA UPT MEDAN... 43 4.2.2.Jenis – Jenis Beban pada PT PLN (Persero)

P3B SUMATERA UPT MEDAN... 45 4.2.3.Analisa Pengakuan Pendapatan dan Beban

Perusahaan... 49 BAB V ANALISA HASIL PENELITIAN

5.1.Kesimpulan... 51 5.2.Saran... 52 DAFTAR PUSTAKA... 53 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman 4 Peraturan Menteri Energi

dan Sumber Daya No 07 Tahun 2010

Biaya penyambungan 35

4.1 Peraturan Menteri Energi

dan Sumber Daya No 07 Tahun 2010


(10)

ABSTRAK

PENGAKUAN PENDAPATAN DAN BEBAN PADA PT PLN (PERSERO) P3B SUMATERA UPT MEDAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pengakuan Pendapatan dan Beban yang diterapkan oleh PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan sudah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang menggunakan data primer seperti hasil wawancara dengan pihak perusahaan dan data sekunder seperti struktur organisasi serta dokumen – dokumen yang berkaitan dengan pendapatan dan beban.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara, obsevasi, dan dokumentasi. Metode analisa yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengakuan pendapatan dan beban pada PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan menggunakan akrual basis. Berdasarkan hasil penelitian ini pengakuan pendapatan dan beban yang diterapkan sudah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.


(11)

ABSTRACT

RECOGNITION OF INCOME AND EXPENSES PT PLN (PERSERO) P3B SUMATERA UPT MEDAN

Purpose of this study was determine whether the recognition of revenues and expenses implementation by PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan are in accordance with Financial Accounting Standards. Descriptive type of research conducted using primary data like the results of interviews with the company and secondary data such as organizational structure and documents relating to revenue and expenses.

Data collection techniques used were descriptive. The result showed that recognition of revenues and expenses at PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan using the accrual basis. Based on the result of this study the recognition of revenues and expenses at the company was appropriate and the procedure is applied according to The Statement of Financial Accounting Standards.


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sejalan dengan perkembangan perekonomian yang sangat pesat, maka peranan akuntansi sebagai alat bantu untuk mengkomunikasikan informasi mengenai transaksi keuangan yang terjadi dewasa ini menjadi semakin besar. Telah diketahui bahwa setiap perusahaan harus menyusun laporan keuangan, karena laporan keuangan yang disusun oleh setiap perusahaan memberikan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh pemakai, yaitu pihak intern maupun pihak ekstern perusahaan.

Setiap individu maupun organisasi memiliki tujuan yang mendasar. Secara umum yang dimaksudkan dengan tujuan adalah segala sesuatu yang dicapai, diinginkan, serta yang dibutuhkan untuk dicapai baik individu maupun organisasi. Perkembangan perusahaan saat ini sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya perusahaan yang baru muncul dan adanya peningkatan dari usaha yang dulunya kecil dan sekarang semakin besar. Pada dasarnya usaha yang dijalankan ini bertujuan mendapatkan laba semaksimal mungkin agar kelangsungan usahanya dapat berjalan terus.

Demikian pula halnya dengan perusahaan jasa yang memberikan pelayanan dalam bentuk jasa. Laba yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh besarnya pendapatan dan beban selama proses kegiatan usaha yang berlangsung, karena pendapatan merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha, sedangkan beban


(13)

merupakan suatu alat yang digunakan untuk memperoleh pendapatan. Pada prinsipnya besarnya pendapatan yang diperoleh dan banyaknya beban antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain adalah berbeda beda.

Tujuan pendirian perusahaan yang paling mendasar pada umumnya diklasifikasikan dalam tiga kelompok besar yaitu, memperoleh laba, kelangsungan hidup, serta keharmonisan terhadap lingkungan. Pendapatan maksimal merupakan tujuan yang sangat penting dan harus dicapai. Hal ini disebabkan pendapatan yang mendorong aktivitas dari kegiatan di perusahaan dan dengan perantarannya kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan akan dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan akan mendayagunakan seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien.

Pada perusahaan dagang kegiatan utamanya untuk menjual barang dagangan, sedangkan perusahaan jasa kegiatan utamanya untuk menjual berbagai kemudahan–kemudahan bagi pemakai. Kemudahan yang dimaksud adalah sesuatu yang dinikmati oleh pemakai sebagai ganti dari pekerjaan yang seharusnya dilakukan sendiri. Kemudahan tersebut dapat berupa fasilitas perlengkapan dan tenaga kerja yang memudahkan pekerjaan yang akan dilaksanakan. Pada masa sekarang ini perusahaan yang bergerak dibidang jasa berkembang dengan pesatnya dan yang pasti akan mengharap laba yang memadai. Secara umum, laba merupakan selisih antara keseluruhan pendapatan dan beban suatu perusahaan dalam periode tertentu. Dengan kata lain, pendapatan dan beban merupakan unsur penting dalam menyajikan informasi laporan laba rugi. Oleh


(14)

sebab itu diperlukan adanya pengakuan yang tepat dalam unsur pendapatan dan beban.

Dalam menentukan pengakuan pendapatan dan beban sering menjadi masalah. Pengakuan dilakukan dengan mencatat dan mencantumkan pendapatan dan beban dalam laporan laba rugi. Pengakuan perlu dilakukan pada saat yang tepat atas suatu kejadian ekonomi yang menghasilkan pendapatan dan beban. Bila pendapatan maupun beban yang diakui tidak sama dengan yang seharusnya, maka informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi menjadi tidak tepat dan dapat menyebabkan kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh para pemakainya.

PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan merupakan Badan Usaha Milik Negara yang melayani penyediaan tenaga listrik. Pendapatan yang diperoleh dari penyediaan tenaga listrik merupakan bagian yang penting untuk membiayai pengeluaran atau beban usaha dan melakukan investasi pembangunan ketenagalistrikan.

Pengakuan pendapatan dan beban adalah masalah penting yang harus dipahami oleh perusahaan untuk menghasilkan laporan keuangan yang andal dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Oleh karena itu penulis ingin melakukan riset untuk mengetahui bagaimana pengakuan pendapatan dan beban dalam perusahaan penyediaan tenaga listrik pada PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan dengan judul “Pengakuan Pendapatan dan Beban Pada PT PLN (PERSERO) P3B SUMATERA UPT MEDAN”.


(15)

1.2.Perumusan Masalah

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, setiap perusahaan pastilah menghadapi berbagai masalah ataupun hambatan, dan permasalahan itu selalu berbeda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya. Hal ini tergantung pada kegiatan dan jenis usaha yang dijalankan oleh suatu perusahaan.

Untuk dapat mengarahkan dan memudahkan dalam melakukan penelitian yang lebih terfokus dan sistematis, penulis mencoba merumuskan masalah yang dibahas dalam penulisan ini adalah apakah Pendapatan dan Beban Pada PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan sudah sesuai dengan pernyataan Standar Akuntansi Keuangan?

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulis dalam penelitian ini adalah Pendapatan dan Beban Pada PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan sudah sesuai dengan pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.

1.4.Manfaat penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini ditujukan bagi:

1.4.1.Bagi penulis, melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman atau menambah wawasan mengenai pengakuan pendapatan dan beban

1.4.2.Bagi perusahaan, yakni sebagai bahan pertimbangan atau masukan atas praktek yang telah dilakukan perusahaan selama ini dengan teori


(16)

dan perkembangan ilmu pengetahuan yang ada, khususnya mengenai pengakuan pendapatan dan beban.

1.4.3.Bagi pendidikan, yakni sebagai bahan referensi bagi yang berminat melakukan penelitian menyangkut masalah pengakuan pendapatan dan beban.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Tinjauan Teoritis

2.1.1. Pengertian pendapatan

Pendapatan secara sederhana merupakan arus masuk aktiva ke dalam perusahaan yang timbul dari penjualan barang dan jasa. Pendapatan dapat berbeda – beda tergantung jenis usaha yang dilakukan perusahaan. Pada perusahaan industri, pendapatan timbul terutama dari penjualan barang jadi. Dalam perusahaan dagang, pendapatan timbul terutama dari penjualan barang dagang. Sedangkan untuk perusahaan jasa, pendapatan diperoleh dari penyerahan jasa kepada pihak lain.

Pengertian pendapatan menurut Dyckman (2000 : 234) merupakan “arus masuk atau peningkatan nilai aktiva entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode dari pengiriman atau produksi barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan operasi utama atau sentral entitas yang sedang berlangsung”.

Pendapatan menurut Soemarso (2005 : 230) diartikan sebagai “peningkatan manfaat ekonomi selama periode tertentu dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal”.

Pendapatan menurut Skousen Stice Stice (2009 : 215) diartikan sebagai “arus masuk aktiva atau penambahan lain atas aktiva suatu entitas


(18)

atau penyelesaian kewajiban – kewajibannya atau kombinasi keduanya yang dihasilkan dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa atau aktivitas – aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau operasi sentral yang berkelanjutan dari suatu entitas”.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi Keuangan (2007 : 23.2) “Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal”.

Kesimpulannya bahwa pendapatan merupakan seluruh peningkatan jumlah aktiva atau pengurangan suatu kewajiban yang berasal dari penjualan barang dagangan atau aktivitas usaha lainnya dalam satu periode kecuali peningkatan aktiva yang timbul akibat pemberian harta, investasi oleh pemilik, pinjaman dan koreksi laba rugi periode yang lalu. Pendapatan menjadi sangat penting karena pendapatan merupakan objek atas kegiatan perusahaan. Pengertian pendapatan bermacam – macam tergantung dari sisi mana kita meninjau pengertian pendapatan tersebut.

2.1.2. Jenis Pendapatan

Pada dasarnya pendapatan itu timbul dari penjualan barang atau penyerahan jasa kepada pihak lain dalam periode akuntansi tertentu. Pendapatan dapat timbul dari penjualan, proses produksi, pemberian jasa, termasuk pengangkutan dan proses penyimpanan. Dalam perusahaan dagang, pendapatan timbul dari penjualan barang dagang. Pada perusahaan manufaktur, pendapatan terutama diperoleh dari penjualan produk selesai.


(19)

Sedangkan untuk perusahaan jasa, pendapatan diperoleh dari penyerahan jasa kepada pihak lain. Pendapatan umumnya merupakan sesuatu yang diterima oleh perusahaan yang menambah harta perusahaan tersebut tetapi penambahan itu terjadi bukan karena adanya pembelian investasi oleh perusahaan.

Menurut Suwardjono (2007 : 81) dalam kaitannya dengan operasi perusahaan yang utama, pendapatan diklasifikasikan menjadi komponen sebagai berikut:

2.1.2.1. Pendapatan operasional

Pendapatan operasional adalah pendapatan yang diperoleh perusahaan dari kegiatan utama atau yang menjadi tujuan utama perusahaan. Nama pendapatan operasi ini dipengaruhi oleh jenis usaha perusahaan. Untuk perusahaan jasa pendapatan disesuaikan dengan bidang usaha perusahaan tersebut. Misalnya perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa angkutan akan menamakan pendapatannya dengan pendapatan angkutan. Untuk perusahaan perdagangan atau manufaktur, yang memperoleh pendapatannya dari menjual barang atau produk, pendapatan operasinya disebut dengan penjualan (sales revenue).

2.1.2.2. Pendapatan non operasi

Pendapatan non operasi adalah pendapatan selain yang diperoleh dari kegiatan utama perusahaan. Pendapatan ini


(20)

sering disebut dengan pendapatan lain – lain dan untung (other revenues and gains). Contoh pos yang termasuk dalam pendapatan nonoperasi antara lain: pendapatan bunga, pendapatan dividen, untung penjualan aktiva tetap, dan untung penjualan aktiva investasi.

2.1.2.3. Untung luar biasa

Untung nonoperasi yang sifatnya luar biasa kejadiannya maupun jumlahnya biasanya dipisahkan dan disebut dengan pos luar biasa. Untung semacam ini biasanya diperoleh perusahaan akibat kejadian yang tidak dapat dikendalikan manajemen. Contohnya adalah suatu perusahaan memperoleh ganti rugi yang besar karena menang dalam perkara pengadilan dalam kasus pelanggaran hak paten.

2.1.3. Pengertian Beban

Beban merupakan arus keluar atau berkurangnya harta perusahaan, tetapi penurunan itu bukan disebabkan oleh pembagian kepada pemilik modal. Beban umumnya muncul dari penjualan, proses produksi, penyerahan jasa ataupun kegiatan lainnya yang merupakan operasi normal perusahaan dalam periode tertentu.

Menurut Smith (2001 : 123) “Beban adalah arus keluar atau pemakaian lain aktiva atau terjadinya kewajiban (atau kombinasi keduanya) yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa atau


(21)

pelaksanaan aktivitas – aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau operasi inti yang berkelanjutan dari suatu entitas”.

Menurut Warren (2005 : 63) “beban (expenses) adalah aktiva atau jasa yang digunakan dalam menghasilkan pendapatan. Seperti beban upah, beban sewa, beban perlengkapan, beban utilitas dan beban rupa – rupa”.

Menurut Soemarso (2004 : 234) “beban adalah penurunan modal bruto sehubungan dengan kegiatan perusahaan. Penurunan modal bruto dapat terjadi melalui penurunan aktiva atau kenaikan kewajiban. Penentuan beban – beban mana yang harus dimasukkan dan dicatat dalam suatu periode harus didasarkan atas konsep bahwa beban dikeluarkan atau terjadi dalam rangka memperoleh pendapatan. Konsep lain, beban terjadi karena suatu pengeluaran sudah tidak memberikan manfaat ekonomis untuk kegiatan masa berikutnya. Dengan kata lain beban harus dihubungkan dengan usaha untuk memperoleh pendapatan”.

Menurut Soemarso (2004 : 235) terdapat 2 macam cara untuk mencatat dan melaporkan beban yang terjadi yaitu:

2.1.3.1. Menghubungkan dengan barang dan jasa yang merupakan sumber pendapatan.

Beberapa beban tertentu mempunyai hubungan langsung dengan barang dan jasa yang merupakan sumber pendapatan. Contoh beban ini adalah Harga Pokok Penjualan.

2.1.3.2. Menghubungkan dengan berlalunya waktu

Kadang – kadang suatu beban tidak dapat dihubungkan langsung dengan barang atau jasa yang merupakan sumber pendapatan. Sebagian besar beban administrasi dan umum serta beban – beban penjualan termasuk dalam kategori ini.


(22)

Dalam keadaan demikian pencatatan beban dihubungkan dengan berlalunya waktu.

Pencatatan beban berdasarkan berlalunya waktu dapat dilakukan:

a. Langsung pada saat terjadinya b. Melalui alokasi tertentu

Pada intinya beban merupakan arus keluar sumber daya yang berasal dari kegiatan operasi perusahaan yang umumnya diakibatkan penyelesaian pertukaran ekonomi.

 

2.1.4. Jenis – Jenis Beban

Beban merupakan arus keluar dan berkurangnya harta perusahaan tetapi penurunan itu bukan disebabkan oleh pembagian kepada pemilik modal. Beban umumnya muncul dari penjualan, proses produksi, penyerahan jasa ataupun kegiatan lainnya yang merupakan operasi normal perusahaan dalam periode tertentu.

Secara umum, beban dapat digolongkan atas 2 jenis yaitu: 2.1.4.1. Beban langsung

Beban langsung yaitu beban yang secara langsung dikaitkan dengan pendapatan dalam periode diakui pendapatan.

Contoh: biaya bahan baku dan tenaga kerja pabrik, beban komisi penjualan, beban garansi atas produk yang dijual.


(23)

2.1.4.2. Beban tidak langsung

Beban tidak langsung adalah beban yang tidak berhubungan secara langsung dengan penjualan produk dan jasa merupakan beban periode dan beban alokasi.

Contoh: beban administrasi umum, beban penyusutan dan beban amortisasi.

2.1.5. Pengakuan Pendapatan

Pengakuan pendapatan adalah prinsip yang sangat penting dari dasar – dasar akuntansi dimana yang terpenting adalah perbedaan antara cash basis accounting dan accrual basis accounting. Dalam cash basis accounting, pengakuan pendapatan diakui ketika kas diterima, tanpa memandang apakah jasa telah dilakukan atau barang dagang telah dikirimkan kepada pembeli. Sedangkan pada Acrual basis accounting, pengakuan pendapatan diakui ketika pendapatan diakui walaupun cash belum diterima.

Menurut Suwardjono (2002 : 55) “Pengakuan ialah pencatatan suatu jumlah rupiah ke dalam suatu sistem akuntansi sehingga jumlah tersebut akan mempengaruhi suatu pos dan terefleksi dalam laporan keuangan”.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan (2007 : 15) : ”Pengakuan merupakan proses pembentukan yang memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan dalam neraca dan laba rugi. Pengakuan dilakukan dengan menyatakan pos tersebut baik dalam kata – kata maupun dalam dalam jumlah uang dan mencantumkannya ke dalam neraca ataupun laporan laba rugi. Kelalaian untuk memakai pos semacam itu tidak dapat dicatat melalui pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan maupun catatan atau materi penjelasan”.


(24)

Menurut pernyataan Standar Akuntansi keuangan No.23 (2007 : 23,5) menyatakan bahwa : bila hasil suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi dengan handal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksai pada tanggal neraca.

Hasil suatu transaksi dapat diestimasi dengan andal bila seluruh kondisi berikut ini dipenuhi:

2.1.5.1. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.

2.1.5.2. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan.

2.1.5.3. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal.

2.1.5.4. Biaya yang terjadi untuk transaksi dan untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.

Jadi, pengakuan berhubungan dengan masalah apakah suatu transaksi dicatat atau tidak. Standar akuntansi mengatur tentang pengakuan ini dengan memberikan beberapa kriteria pengakuan yaitu syarat – syarat apakah yang harus dipenuhi agar jumlah rupiah suatu objek transaksi dapat diakui sebagai pedoman pengakuan tersebut.

Menurut Warren (2005 : 128) dasar pengakuan pendapatan atau revenue secara umum ada dua cara yaitu:


(25)

Pada dasar kas, pendapatan dan beban dilaporkan dalam laporan laba rugi pada periode dimana kas diterima ataupun dibayar. Misalnya, penghasilan dicatat ketika kas diterima dari klien. Laba (rugi) bersih merupakan selisih antara penerimaan kas (pendapatan dan pengeluaran kas).

b. Dasar Akrual (Accrual Basis)

Pada dasar akrual, pendapatan dilaporkan dalam laporan laba rugi pada periode saat pendapatan tersebut dihasilkan (earned). Misalnya, pendapatan dilaporkan pada saat jasa diberikan kepada pelanggan tanpa melihat kas telah diterima atau belum dari pelanggan selama periode ini.

Menurut Soemarso (2005 : 231) ada empat kejadian yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan saat diakuinya pendapatan yaitu:

a. Pada saat dilakukan penjualan

Pendapatan biasanya diakui pada saat barang diserahkan kepada pembeli. Pada saat ini dikirimkan faktur tagihannya. Tetapi apabila antara penyerahan barang dengan penerimaan barang terdapat tenggang waktu, maka pendapatan dapat diakui pada saat penjual menyerahkan barangnya kepada perusahaan pengangkutan. Pada saat ini penjual sudah dapat mengirimkan faktur tagihannya. Syarat penjualan demikian disebut loko gudang (penjual) atau free on board. Pada syarat penjualan disebut franko gudang (pembeli) atau cost, freight


(26)

and insurance pendapatan diakui pada saat barang diterima pembeli. Pada saat itu dapat dibuatkan faktur tagihan. Pengakuan pendapatan yang bersangkutan dengan penyerahan hak milik atas barang yang dijual. Barang – barang yang telah diserahkan oleh pihak penjual dan telah diterima oleh pihak pembeli belum merupakan pendapatan apabila hak pemilikan barang masih di tangan penjual. Contoh keadaan ini adalah barang – barang yang dikirimkan pada dasar konsinyasi.

b. Pada saat pembayaran telah diterima.

Pendapatan dapat pula baru diakui pada saat pembayaran atas penjualan diterima. Contoh cara ini adalah pengakuan pendapatan yang dilakukan oleh dokter, pengacara, dan perusahaan – perusahaan lain dimana jasa – jasa profesional merupakan sumber pendapatannya. Secara teoritis cara ini kurang dapat diterima. Keuntungannya terletak pada kesederhanaan dan dapat dihindarinya kerugian dari piutang – piutang tak tertagih. Cara tersebut tidak diperkenankan bagi pengakuan pendapatan yang berasal dari penjualan barang. Pengakuan pendapatan pada saat pembayaran hanya dapat dilakukan bila terdapat ketidakpastian yang besar mengenai tertagihnya piutang. Ketidakpastian itu biasanya berhubungan dengan belum berpindahnya hak atau resiko


(27)

atas barang sampai pelunasan pembayaran. Ada kemungkinan pembatalan atas transaksi penjualan yang telah dilakukan.

c. Saat bagian tahap produksi diselesaikan

Pada perusahaan – perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi, pekerjaan yang harus diselesaikan dapat berlangsung sampai tiga atau empat tahun. Dalam keadaan demikian, seolah – olah pendapatan baru dihasilkan pada akhir tahun keempat. Akan tetapi, mengakui pendapatan macam ini sekaligus pada akhir diselesaikannya pekerjaan akan menghasilkan laba atau rugi menjadi sangat berfluktuasi. Cara ini tidak dapat menggambarkan kemajuan perusahaan secara benar. Demikian juga halnya bila pendapatan diakui pada saat kontrak pekerjaan ditandatangani. Oleh karena itu, pendapatan diakui dan dicatat sesuai bagian – bagian kontrak yang telah diselesaikan. Metode pengakuan pendapatan demikian disebut metode persentase penyelesaian. Cara ini dimungkinkan bila beban untuk menyelesaikan kontrak dan tahap kemajuan penyelesaian kontrak dapat ditaksir dengan baik. Apabila taksiran demikian tidak dapat dipertanggungjawabkan, dianjurkan untuk menggunakan metode kontrak selesai.


(28)

d. Saat selesainya produksi

Untuk barang yang nilai pasarnya sudah tertentu dan pemasarannya terjamin atau untuk barang yang sudah dipastikan akan terjual dengan harga tertentu (berdasarkan kontrak penjualan), pendapatan dapat diakui pada saat selesainya produksi. Contohnya adalah perusahaan konstruksi yang menggunakan metode kontrak selesai. Dengan cara ini, pendapatan baru diakui pada saat pekerjaan konstruksi (produksi) telah diselesaikan.

2.1.6. Pengakuan Beban

Setelah pendapatan dari periode akuntansi diakui sesuai dengan prinsip pendapatan, prinsip penandingan diterapkan untuk mengakui beban periode tersebut. Perusahaan dalam melaksanakan operasinya menggunakan sumber daya yang digunakan haruslah dialokasikan dalam hal ini sebagai beban. Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan handal.

Ini berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan kewajiban atau penurunan aktiva. Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos pendapatan tertentu yang diperoleh. Proses yang biasanya disebut pengaitan biaya dengan pendapatan ini melibatkan pengakuan pendapatan dan beban secara gabungan atau bersamaan yang dihasilkan secara langsung dan bersama –


(29)

sama dari transaksi atau peristiwa lain yang sama, misalnya berbagai komponen biaya yang membentuk beban pokok penjualan diakui pada saat yang sama sebagai penghasilan yang diperoleh dari penjualan barang. Namun penerapan konsep ini dalam kerangka dasar tidak memperkenankan pengakuan pos dalam neraca yang tidak memenuhi definisi aktiva atau kewajiban.

Menurut Skousen (2004 : 234) : “Untuk menentukan laba, tidak hanya kriteria pengakuan pendapatan saja harus terpenuhi prinsip pengakuan beban harus didefenisikan dengan jelas, sebagian beban langsung dihubungkan dengan pendapatan sehingga dapat diakui pada periode yang sama dengan pendapatan terkait. Pengeluaran lain tidak dapat segera diakui sebagai beban karena berhubungan dengan pendapatan di masa yang akan datang sehingga dilaporkan sebagai aktiva. Sebagian beban lain, tidak dapat dihubungkan dengan pendapatan tertentu dan diakui pada periode di mana beban tersebut dibayarkan atau terjadi”.

Menurut Stice Skousen (2004 : 235) Pengakuan beban dibagi menjadi tiga kategori yaitu:

2.1.6.1. Pengaitan atau penandingan langsung

Mengaitkan atau menghubungkan beban pada pendapatan tertentu sering disebut proses pengaitan atau penandingan. Misalnya, harga pokok penjualan jelas merupakan beban langsung yang dapat dikaitkan atau ditandingkan dengan pendapatan yang dihasilkan oleh penjualan barang dan dilaporkan pada periode yang sama dengan pengakuan pendapatan.


(30)

2.1.6.2. Alokasi sistematik dan rasional

Kategori pengakuan beban ini melibatkan aktiva yang memiliki manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Beban aktiva seperti gedung, peralatan, paten, dan asuransi dibayar dimuka disebar ke sepanjang periode masa manfaat dengan cara yang sistematik dan rasional.

2.1.6.3. Pengakuan dengan segera

Banyak beban yang tidak terkait dengan pendapatan tetapi terjadi untuk mendapatkan barang dan jasa yang secara tidak langsung membantu menghasilkan pendapatan.

Biaya adalah sumber dari beban. Biaya akan menjadi beban apabila saat biaya digunakan untuk menghasilkan pendapatan. Biaya yang akan menghasilkan pendapatan hanya pada periode akuntansi berjalan segera dibebankan. Beban – beban ini dilaporkan sebagai beban operasional di laporan laba rugi. Misalnya biaya untuk periklanan, gaji penjualan, dan perbaikan. Beban – beban ini sering disebut harga perolehan (biaya) yang kadaluwarsa (expired cost).


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian berbentuk deskriptif. Penelitian berbentuk deskriptif adalah penelitian dengan pendekatan sfesifik untuk mengungkapkan fakta dalam hubungan sebab akibat, bersifat eksploratif untuk mencari keterangan apa sebab terjadinya masalah, bagaimana memecahkannya, akan tetapi sifatnya hanya mendalam pada suatu peristiwa.

3.2.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan yang beralamat Jalan listrik No 12 Medan. Penelitiannya direncanakan dari bulan Juni 2013 sampai dengan bulan Agustus 2013.

3.3. Definisi Operasional

Pengakuan pendapatan dan beban adalah prose pencatatan atau pelaporan arus masuk dan arus keluar, atau peningkatan nilai aktiva dan penurunan aktiva, atau penyelesaian kewajiban dan terjadinya suatu kewajiban selama satu periode dari pengiriman atau produksi barang, pemberian jasa atau pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan operasi utama suatu perusahaan yang sedang berlangsung yang pada akhirnya pelaporan tersebut sebagai salah satu unsur di dalam laporan keuangan.


(32)

3.4. Skala Pengukuran Variabel

Pengukuran masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. (Sugiyono, 2005 : 86).

3.5. Populasi dan Sampel Penelitian 3.5.1. Populasi penelitian

Pengertian populasi menurut Kasiram (2008 : 222), Populasi yaitu keseluruhan sasaran yang seharusnya diteliti dan pada populasi itu hasil peneltian diberlakukan. Populasi adalah tempat terjadinya masalah yang kita selidiki. Populasi ini bisa manusia dan bukan manusia, misalnya lembaga, badan sosial, wilayah, kelompok atau apa saja yang akan dijadikan sumber informasi. Jadi populasi yaitu keseluruhan objek yang manjadi sasaran penelitian dan sampel akan diambil dari populasi ini. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT PLN (PERSERO) P3B Sumatera UPT Medan.

3.5.2. Sampel penelitian

Sampel adalah sebagian populasi yang digunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan penelitian. Peneliti menggunakan sampel sebagai


(33)

cara utama guna menaksir perilaku di dalam suatu populasi. Sebab itu, patut dipertimbangkan secara serius pengambilan sampel ini.

3.6. Jenis Data

Sumber data yang digunakan dalam penulisan ini yaitu sebagai berikut:

3.7.1.Data primer, menyangkut objek penelitian dari pihak perusahaan yang berupa data umum, yaitu struktur organisasi, dan uraian tugas masing-masing bagian dalam PT PLN (PERSERO) P3B Sumatera UPT Medan.

3.7.2.Data sekunder, berupa data yang diperoleh dari pihak-pihak yang berkaitan pada PT PLN (PERSERO) P3B Sumatera UPT Medan

3.7. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 3.7.1. Penelitian lapangan (field research)

Yaitu penelitian ini dilakukan secara langsung pada objek penelitian dengan tujuan untuk memperoleh data-data primer. Pengumpulan data-data primer tersebut dilakukan melalui:

3.7.1.1.Wawancara

yaitu melakukan tanya jawab dan diskusi secara langsung dengan beberapa pihak yang berkompeten dan


(34)

berwenang dalam memberikan data yang dibutuhkan dalam bagian pembelian.

3.7.1.2.Observasi

Obeservasi yang dilakukan oleh penulis adalah obsevasi partisipasi pasif. Peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Jadi, peneliti mengadakan pengamatan secara langsung pada tempat penelitian dan mencatat gejala atau fenomena yang diteliti, yang terkait dengan pendapatan dan beban

3.7.1.3.Dokumentasi

Dokumen merupakan teknik pengumpulkan data yang diperlukan dengan mencatat dokumen – dokumen yang diperoleh dari perusahaan. Peneliti mengumpulkan data-data berupa catatan, buku, formulir-formulir yang digunakan perusahaan dan sebagainya untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian ini

3.7.2. Studi kepustakaan

Tehnik ini dilaksanakan untuk memperoleh data-data sekunder guna mendukung data-data primer yang diperoleh selama penelitian. Data sekunder ini diperoleh dari buku-buku serta referensi-referensi lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian. Langkah ini dipakai sebagai landasan teoritis serta pedoman dalam menganalisa masalah.


(35)

3.8. Teknik Analisis

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh di lapangan, sehingga nantinya dapat dengan mudah dipahami dan diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2008). Metode analisa data pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif pada pendekatan kualitatif atau analisa non statistic yang bersifat melukiskan atau menggambarkan suatu fenomena sebagaimana adanya. Analisa data dilakukan berdasarkan data-data yang telah diperoleh di lapangan. Data yang diperoleh dianalisa dan dievaluasi dengan membandingkan dengan teori yang ada untuk menemukan kemungkinan adanya permasalahan atas sistem yang dimiliki oleh perusahaan.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah: 3.9.1.Menganalisa struktur organisasi yang ada pada PT PLN (PERSERO)

P3B Sumatera UPT Medan.

3.9.2.Menganalisa pengakuan atas pendapatan dan beban yang ada pada PT PLN (PERSERO) P3B Sumatera UPT Medan., meliputi: sumber pendapatan perusahaan, jenis – jenis beban perusahaan, pengakuan pendapatan dan beban pada perusahaan.

Hasil analisa dan evaluasi tersebut akan ditarik sebagai kesimpulan untuk

menjawab permasalahan yang muncul dalam Pengakuan Pendapatan dan Beban Pada PT PLN (PERSERO) P3B Sumatera UPT Medan.


(36)

BAB IV

ANALISA HASIL PENELITIAN

4.1.Data Penelitian

4.1.1.Gambaran Umum Perusahaan

Perusahaan listrik pertama di daerah Sumatera Utara dibangun oleh NV NIGEM/OGEM pada tahun 1923 yaitu sebuah perusahaan swasta Belanda, dengan alamat di Jalan Listrik no.12 Medan yang sekarang menjadi kantor Pusat PT PLN (Persero) cabang Medan. Sekarang menyusul di Tanjung Pura dan Pangkalan Brandan (1924), Tebing Tinggi (1927), Sibolga oleh NV.Aniem (1929), Berastagi dan Tarutung (1930), Labuhan Bilik (1936) dan Tanjung Tiram (1937).

Pada masa penjajahan Jepang, perusahaan listrik (DENKOK YOKU) berada di bawah pengawasan tentara Jepang mendatangkan tenaga – tenaga ahli dari Jepang. Selama berada ditangan Jepang tidak ada terjadi penambahan mesin maupun perluasan jaringan listrik. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 terjadilah pengambil-alihan perusahaan listrik bekas milik swasta Belanda dari tangan tentara jepang. Aksi pengambilalihan itu berakhir pada tanggal 27 Oktober 1953, sehingga untuk mengenang hari bersejarah tersebut maka melalui penetapan pemerintahan NO.ISD/45 tanggal 27 Oktober ditetapkan sebagai hari listrik nasional.


(37)

Tindak lanjutan dilakukannya nasionalisasi Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang dikukuhkan melalui surat Presiden No.163 tanggal 3 oktober 1953 dan kemudian sejak tahun 1955 di Medan berdirilah Perusahaan Listrik Negara (PLN). Distribusi cabang Sumatera Utara yang terletak di jalan Sei Batu Gingging Medan.

Pada tahun 1965 melalui perantara menteri NO.1/PRT/65 ditetapkan pembagian daerah kerja perusahaan Listrik Negara se-Indonesia menjadi lima belas kesatuan daerah eksploitasi dimana sumatera utara menjadi Eksploitasi I yang dipimpin oleh Ir.Dudung Jahja Sumitra dan sebagai tindak lanjut dari pembentukan tersebut, maka dengan keputusan Perusahaan Listrik Negara Eksploitasi I didukung oleh empat cabang dan satu sector,meliputi : Cabang Medan, Cabang Pematang Siantar, Cabang Sibolga dan Sektor Glugur.

Perubahan – perubahan struktur organisasi selalu mengikuti perkembangan antara lain:

4.1.1.1.Perusahaan Listrik Negara Ekploitasi I Sumatera Utara berubah menjadi Perusahaan Iistrik Negara bagian II SUMUT melalui surat keputusan Menteri PU dan TL NO.51/kpts/1969 tanggal 12 April 1969

4.1.1.2.Perusahaan Listrik Negara Ekploitasi II Sumatera Utara kemudian berubah menjadi Perusahaan Listrik Wilayah II Sumatera Utara melalui peraturan Menteri Pekerjaan Umum & Tenaga Listrik.


(38)

4.1.1.3.Perusahaan Listrik Negara Wilayah II Sumatera Utara selanjutnya berubah menjadi Perusahaan Umum listrik Negara Wilayah II Sumatera Utara disesuaikan dengan surat keputusan menteri PUTL NO.01/PRT/1973 tentang penetapan Perusahaan Listrik Negara sekaligus bertanggung jawab untuk membangkitkan, menyalurkan serta mendistribusikan tenaga listrik di wilayah kekuasaan Negara Republik Indonesia.

4.1.1.4.Perusahaan Umum Listrik Negara Wilayah II Sumatera Utara kemudian kembali berubah nama sekaligus status perusahaannya dari perusahaan umum (Perum) menjadi PT PLN (Persero) Wilayah II Sumatera utara berdasarkan peraturan pemerintah NO.23 tahun 1994. Perubahaan status PLN dari perusahaan Umum menjadi persero dilakukan oleh pemerintah sejalan dengan kemajuan yang telah dicapai perusahaan sekaligus sebagai upaya mengantisipasi perkembangan kebutuhan tenaga listrik yang meningkat. Hal ini yang dijadikan pertimbangan oleh pemerintah adalah beban APBN yang cukup berat sehingga penyertaan modal pemerintah menjadi sulit didapatkan di pihak lain, dana lunak (soft loan) Pinjaman dari luar negri sejak beberapa tahun terakhir juga semakin langka dan sulit diharapkan sehingga perubahan status perusahaan menjadi persero memungkinkan Perusahaan Listrik Negara memobilisasi swasta/masyarakat melalui pasar modal


(39)

dengan penjualan obligasi dan saham atau melakukan usaha patungan dengan swasta untuk pembangunan saran kelistrikan yang dibutuhkan pada saat Perusahaan Listrik Negara sebagai Perusahaan Umum, perusahaan lebih ditekankan pada fungsi sosialnya dengan misi sebagai agen pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

4.1.1.5.Perubahan organisasi dan tata kerja PT PLN (Persero), berdasarkan surat keputusan direksi PT PLN (Persero):

a. Nomor : 078.K/023/DIR/1996 Tanggal : 09 Agustus 1996

Tentang : Organisasi dan tata kerja PT PLN (Persero) Kitlursu

b. Nomor : 111.K/023/DIR/1996 Tanggal : 18 Agustus 1996

Tentang : Unit Pelaksanaan PT PLN (Persero) Kitlursu

c. Nomor : 0760.T.K/023/DIR/1998 Tanggal : 29 Agustus 1996

Tentang :Perubahan pola kegiatan unsure pelaksanaan pengusaha Sektor Glugur dan Sektor Belawan.

d. Nomor : 059.T.K/023/DIR/1998 Tanggal : 29 Agustus 1996


(40)

Tentang : Organisasi Pusat Listrik, Tragi pada sektor – sektor PT PLN (PERSERO) Kitlursu.

4.1.2.Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas

Struktur organisasi adalah hasil dari pengorganisasian untuk mengadakan pembagian dan pembatasan tugas-tugas, tanggung jawab serta wewenang dan penetapan hubungan-hubungan antara unsur-unsur organisasi sehingga memungkinkan orang-orang dapat bekerja seefektif mungkin.

Struktur organisasi yang ditetapkan pada PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan adalah struktur organisasi garis dan staff ( Line and

Staff Organization), pimpinan tertinggi dipegang oleh Manager. Struktur

organisasi ini dibuat sedemikian rupa sehingga tercipta suatu kesatuan kerja antar bagian atau departemen yang baik dan saling mendukung sehingga tercapainya tujuan perusahaan.

Berikut ini akan diuraikan Job Description dari organisasi PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan sebagai berikut:

4.1.2.1. General Manager

Bertanggung jawab atas pengolahan usaha, melalui optimalisasi seluruh sumber daya efisien, efektif, dan sinergis serta menjamin terselenggaranya operasi dan penyaluran tenaga listrik, peningkatan mutu dan keandalan mutu dan keandalan serta pelayanan.


(41)

4.1.2.2. Bidang Perencanaan

Bertanggung jawab atas tersedianya perencanaan jangka panjang serta rencana pengembangan sistem tenaga listrik Sumatera berupa rencana sistem transmisi, dan indikasi kebutuhan operasi sistem secara efisien dan andal.

4.1.2.3. Bidang Operasi

Bertanggung jawab atas perencanaan dan pembinaan operasi serta pelaksanaan analisa dan evaluasi operasi sistem tenaga listrik di Sumatera.

4.1.2.4. Bidang Transmisi

Bertanggung jawab atas kebijakan operasi dan pemeliharaan instalasi, keamanan ketenagalistriukan (safety) serta melaksanakan kegiatan enginering bidang transmisi, pembinaan skala dan telekomunikasi lingkungan K3 : manajemen aset, Manajemen Konstruksi, logistik dan pengadaan.

4.1.2.5. Bidang Keuangan dan Niaga

Bertanggung jawab atas penyusunan proyeksi keuangan, pelaksanaan, kegiatan niaga, perencanaan bisnis, pengolahan arus kas secara keuangan dan akuntansi sesuai dengan prinsip manajemen keuangan dan akuntansi yang baik untuk menjamin akurasi dan ketepatan waktu penyajian akuntansi dan pelaporan keuangan.


(42)

4.1.2.6. Bidang SDM dan Organisasi

Bertanggung jawab atas ketersediannya sumber daya manusia yang berkualitas, serta memiliki keterampilan bidang tugasnya melalui penyelenggaraan rekrutmen dan seleksi, penempatan dan pengembangan sumber daya manusia secara komperhensif dan terencana.

4.1.2.7. Bidang Komunikasi, Hukum, dan Administrasi

Bertanggung jawab atas pengolahan kegiatan administrasi, kebijakan dalam menghadapi masalah hukum yang timbul selama kegiatan perusahaan.

4.1.2.8. Audit Internal

Bertanggung jawab atas penyelenggaraan pembinaan dan penilaian sistem pengendalian managemen, operasional, maupun keuangan serta memberikan rekomendasi bagi perbaikan dan kemajuan perusahaan.

4.1.2.9. Unit Pelayanan Transmisi (UPT)

Bertanggungjawab atas pelayanan penyaluran tenaga listrik tegangan tinggi secara efisien dengan mutu dan keandalan yang baik dengan berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan pelanggan serta bertanggung jawab atas pengolahan dan pemeliharaan seluruh aset penyaluran yang menjadi tanggung jawab unitnya.


(43)

4.1.2.10. Unit Pengaturan Beban (UPB)

Bertanggungjawab atas pengolahan operasi sistem pengaturan beban di wilayah kerjanya secara efisien dengan mutu dan keandalan yang baik.

4.1.2.11.Proyek

Bertanggungjawab atas tersedianya rencana pelaksanaan, evaluasi dan laporan atas kegiatan operasional proyek, pembangunan serta pembangunan sarana tenaga listrik sesuai rencana pengembangan sistem kelistrikan khususnya di bidang penyaluran.

4.1.3.Jenis – jenis Pendapatan perusahaan

Sesuai Undang – undang No. 30 Tahun 2009 tentang ketenagalistrikan dan berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, berikut adalah rangkaian kegiatan usaha Perusahaan:

4.1.3.1. Menjalankan usaha penyediaan tenaga listrik yang mencakup: a. Pembangkit tenaga listrik.

b. Penyaluran tenaga listrik. c. Distribusi tenaga listrik.

d. Perencanaan dan pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik.

e. Pengembangan penyediaan tenaga listrik f. Penjualan Tenaga Listrik kepada konsumen.


(44)

4.1.3.2. Menjalankan usaha penunjang tenaga listrik mencakup: a. Konsultasi ketenagalistrikan.

b. Pembangunan dan pemasangan peralatan ketenagalistrikan. c. Pengembangan teknologi peralatan yang menunjang

penyediaan tenaga listrik.

Pendapatan PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan ada beberapa jenis antara lain:

1) Penjualan Tenaga Listrik

Penjualan tenaga listrik merupakan pendapatan yang diperoleh dari penyerahan tenaga listrik kepada pelanggan atas dasar pemakaian listrik oleh pelanggan. Pemakaian listrik ditentukan dari hasil pembacaan meteran dan perhitungan dengan tertulis sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pendapatan penjualan listrik dihitung dari pemakaian listrik dengan tarif yang berlaku. Tarif tenaga listrik adalah tarif tenaga listrik untuk konsumen yang disediakan oleh perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perusahaan Listrik Negara. Pelanggan atau pemakai tenaga listrik adalah setiap orang atau lembaga usaha/lembaga lainnya yang memakai tenaga listrik baru instalasi PLN.

2) Subsidi Listrik Pemerintah

Pendapatan yang di peroleh dari bantuan yang diberikan pemerintah guna memperlancar dalam pemberian jasa kelistrikan kepada masyarakat.


(45)

Biaya penyambungan adalah biaya yang dibayar calon konsumen untuk memperoleh penyambungan tenaga listrik, atau biaya yang dibayar oleh konsumen untuk penambahan daya. Pendapatan ini merupakan amortisasi biaya penyambungan yang ditangguhkan untuk porsi periode/tahun yang bersangkutan. Pengakuan atas pendapatan biaya penyambungan ini dilakukan pada saat diadakan perhitungan amortisasi atas pendapatan ditangguhkan (biaya penyambungan) yang menjadi porsi pendapatan periode yang bersangkutan. Berdasarkan peraturan menteri energi dan sumber daya mineral nomor 07 tahun 2010 tentang biaya penyambungan untuk penyambungan baru atau penambahan daya tenaga listrik yang disambung dengan jaringan standar diterapkan sebagai berikut:

Tabel 4.1

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA NO.07 TAHUN 2010

BIAYA PENYAMBUNGAN

NO KELOMPOK SAMBUNGAN BIAYA

PENYAMBUNGAN MAKSIMUM 1 Sambungan 1 fasa atau 3 fasa dengan

pembatasan daya dan pengukuran tegangan rendah.

a. Daya tersambung s.d. 2.200 VA b. Daya tersambung di atas 2.200 VA

s.s. 200k VA termasuk untuk sambungan rumah tangga golongan tarif R-3/TR dengan daya


(46)

di atas 200 kVA

2 Sambungan 3 fasa dengan pembatasan daya dan pengukuran tegangan menengah dengan daya tersambung di atas 200 kVA

Rp.775,00/VA

3 Sambungan 3 fasa dengan pembatasan daya dan pengukuran Tegangan Tinggi dengan daya tersambung 30.000 kVA ke atas.

Rp.505,00/VA

4 Sambungan 1 fasa dengan pembatasan daya dan pengukuran Tegangan Rendah di bangunan pelanggan.

4.1. khusus tarif S-1/TR s.d. 220 VA

4.2. Untuk penambahan daya dari golongan tarif S-1/TR (tanpa meter) menjadi 450VA (dengan meter)

Rp.395,00/VA

Sumber: data diolah oleh penulis, 2013

Direksi perusahaan perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara dapat menetapkan biaya penyambungan lebih rendah dari biaya penyambungan sebagaimana tercantum dalam tabel diatas, dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Tata cara dan persyaratan pembayaran biaya penyambungan ditetapkan lebih lanjut oleh Direksi perusahan perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara. Calon konsumen yang mengajukan penyambungan baru atau konsumen yang


(47)

mengajukan penambahan daya untuk golongan tarif dikenakan biaya penyambungan dan uang jaminan langganan. Biaya penyambungan untuk penyambungan baru atau penambahan daya tenaga listrik yang disambung dengan jaringan standar ditetapkan sebagaimana tercantum dalam tabel di atas. Direksi perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara dapat menetapkan biaya penyambungan lebih rendah dari biaya penyambungan sebagai mana tercancum dalam tabel diatas, dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

4) Pendapatan operasi lainnya

Pendapatan operasi lainnya adalah pendapatan operasi lain sumber lain selain penjualan tenaga listrik dan biaya penyambungan antara lain:

a) Pendapatan dari keterlambatan pembayaran rekening listrik

Dalam hal biaya keterlambatan konsumen diwajibkan membayar tagihan listrik sesuai masa pembayaran yang ditetapkan oleh perusahaan perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara. Apabila konsumen membayar tagihan rekening listrik melampaui masa pembayaran dikenakan biaya keterlambatan sebagai mana tercantum dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.2

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA NO. 07 TAHUN 2010

BIAYA KETERLAMBATAN REKENING LISTRIK

NO BATAS DAYA BIAYA

KETERLAMBATAN (Rp/bulan) 37 


(48)

1 450VA 3.000

2 900VA 3.000

3 1.300VA 5.000

4 2.200VA 10.000

5 3.500VA s.d. 5.500VA 50.000

6 6.600VA s.d. 14.000VA 3% dari tagihan rekening listrik (minimum Rp. 75.000)

7 Diatas 14.000VA 3% dari tagihan

rekening listrik (minimum Rp.

100.000) Sumber : data diolah oleh penulis, 2013

b) Pendapatan jasa giro adalah pendapatan yang diperoleh dari bunga uang yang di tabung di bank

Besarnya penjualan tenaga listrik selalu berpedoman pada peraturan menteri energi dan sumber daya mineral peraturan 07 tahun 2010 tentang tarif Tenaga Listrik yang disediakan oleh perusahaan perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara. Dalam keputusan tersebut diuraikan secara rinci mengenai tarif – tarif yang berlaku. Besarnya jumlah penjualan tenaga listrik juga dipengaruhi oleh tanggal pencatatan besarnya pemakaian pelanggan oleh petugas yang ditunjuk.


(49)

Berdasarkan titik penyambungan ke sistem tenaga listrik, golongan tarif dasar listrik sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan terdiri dari:

a. Tegangan Rendah (TR) b. Tegangan Menengah (TM) c. Tegangan Tinggi (TT)

Tegangan listrik adalah salah satu bentuk energi sekunder yang dibangkitkan, ditransmisikan, didistribusikan untuk semua keperluan dan bukan listrik yang digunakan dalam komunikasikan atau isyarat. Tegangan rendah adalah tegangan sistem 220VA – 200VA sesuai standar listrik Indonesia. Tegangan menengah adalah tegangan sistem diatas 200VA – 30000KVA sesuai standar listrik Indonesia. Tegangan tinggi adalah tegangan sistem diatas 30.000kVA sesuai standar listrik Indonesia.

Tarif – tarif Dasar Listrik berdasarkan golongan tarif dasar listrik yang berlaku saat ini adalah:

a. Tarif Dasar Listrik untuk keperluan Pelayanan Sosial, terdiri dari: 1. Golongan tarif untuk keperluan pemakaian sangat kecil pada

tegangan rendah, dengan daya 220 VA (S-1/TR)

2. Golongan tarif untuk keperluan pelayanan sosial kecil sampai dengan sedang pada tegangan rendah, dengan daya 450VA s.d. 200kVA (S-2)/TR)

3. Golongan tarif untuk keperluan pelayanan sosial besar pada tegangan menengah, dengan daya di atas 200 KVA (S-3/TM) b. Tarif dasar Listrik untuk keperluan Rumah Tangga, terdiri dari:


(50)

1. Golongan tarif untuk keperluan rumah tangga kecil pada tegangan rendah, dengan daya 450 VA s.d. 2.200 VA (R-1/TR). 2. Golongan tarif untuk keperluan rumah tangga menengah pada

tegangan rendah, dengan daya 3.500 VA s.d. 5.500 VA (R-2/TR).

3. Golongan tarif untuk keperluan rumah tangga besar pada tegangan rendah, dengan daya 6.600 VA ke atas (R-2/TR).

c. Tarif dasar Listrik untuk keperluan bisnis, terdiri dari:

1. Golongan tarif untuk keperluan bisnis kecil pada tegangan rendah, dengan daya 450 VA s.d. 5.500 VA (B-1/TR).

2. Golongan tarif untuk keperluan bisnis menengah pada tegangan rendah, dengan daya 6.600 VA s.d. 200 VA (B-2/TR).

3. Golongan tarif untuk keperluan bisnis besar pada tegangan rendah, dengan daya 200 VA ke atas (B-2/TR).

d. Tarif dasar Listrik untuk keperluan industri, terdiri dari:

1. Golongan tarif untuk keperluan industri kecil/ industri rumah tangga kecil pada tegangan rendah, dengan daya 450 VA s.d. 14kVA (I-1/TR).

2. Golongan tarif untuk keperluan industri sedang pada tegangan rendah, dengan daya 14kVA s.d. 200kVA (I-2/TR).

3. Golongan tarif untuk keperluan industri menengah pada tegangan menengah, dengan daya di atas 200kVA (I-3/TR).


(51)

4. Golongan tarif untuk keperluan industri besar pada tegangan tinggi, dengan daya di atas 30.000kVA (I-4/TR).

e. Tarif dasar Listrik untuk keperluan kantor pemerintah dan penerangan jalan umum, terdiri dari:

1. Golongan tarif untuk keperluan kantor pemerintah kecil pada tegangan rendah, dengan daya 450 VA s.d. 200kVA (P-1/TR). 2. Golongan tarif untuk keperluan kantor pemerintah besar pada

tegangan menengah, dengan daya di atas 200 VA (P-2/TM). 3. Golongan tarif untuk keperluan penerangan jalan umum pada

tegangan rendah (P-3/TM).

4.1.4.Jenis – jenis Beban Perusahaan

Jenis – jenis beban pada PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan: 4.1.4.1. Pembelian Tenaga Listrik

Dalam hal ini perusahaan mempunyai tugas sebagai distributor tenaga listrik kepada masyarakat luas sehingga memerlukan pembelian tenaga listrik ke pusat.

4.1.4.2.Sewa Genset

Beban yang dikeluarkan oleh PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan untuk menyewa Genset untuk keperluan pada saat listrik padam kepada cabang – cabang yang ada.


(52)

Beban bahan bakar dan pelumas adalah biaya yang dikeluarkan oleh PT PLN (Persero) untuk membeli bahan bakar minyak dan pelumas yang akan digunakan oleh pembangkit – pembangkit tenaga diesel yang ada di daerah yang masih terisolir.

4.1.4.4.Beban pemeliharaan

Beban pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk merawat semua aset – aset yang dimiliki oleh PT PLN (Persero). Adapun beban – beban pemeliharaan pada perusahaan ini yaitu beban pemakaian materian dan beban jasa borongan.

4.1.4.5.Kepegawaian

Adapun yang termasuk dalam beban kepegawaian adalah gaji pegawai yaitu beban yang dikeluarkan perusahaan secara berkelanjutan setiap bulannya sebagai imbalan jasa para pegawai perusahaan.

4.1.5.Pengakuan pendapatan dan beban pada PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Perusahaan memberikan jasa kepada konsumen dan memperoleh imbalan dari jasa yang diberikan. Pendapatan diperoleh dari konsumen yang menggunakan


(53)

jasa dari perusahaan yang bersangkutan. PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan adalah perusahaan yang bergerak di bidang tenaga listrik. Oleh karena itu, tidak terjadi penjualan pada perusahaan ini, perusahaan hanya memperoleh pendapatan dari pendapatan jasa dan pendapatan lain – lain. Pengakuan pendapatan pada PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan menggunakan Accrual Basis karena pendapatan tersebut dapat diakui sebelum uang atau kas diterima, hal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan karena pengakuan pendapatan dicatat pada saat kewajiban sudah dilakukan.

Sesuai denga hasil penelitian pada PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan, perusahaan menetapkan beban sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yaitu Accrual Basis. Penetapan beban pada PT PLN (Persero) pada saat uang kas tersebut dikeluarkan oleh bagian keuangan untuk biaya – biaya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.

4.2.Analisis Hasil Penelitian

4.2.1. Jenis – jenis pendapatan pada PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan

Pada bab II penulis telah mengemukakan tinjauan teoritis yang mendasari dilakukannya. Pengakuan pendapatan dan beban, kemudian pada bab IV penulis mengemukakan hasil penelitian yang telah penulis lakukan pada PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan dalam bentuk uraian


(54)

tentang sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi perusahaan, pengakuan pendapatan dan beban perusahaan.

Selanjutnya pada bab ini penulis akan mengemukakan analisa dan evaluasi atas penelitian penulis dengan membandingkan antara landasan teoritis dengan praktek yang dilakukan perusahaan. Analisa dan evaluasi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan pada bab pendahuluan. Dari analisa dan evaluasi berikut ini diharapkan permasalahan tersebut akan terjawab.

Pendapatan pada PT PLN (Persero) terdiri dari pendapatan operasional dan pendapatan non operasional. Pendapatan operasional adalah:

4.2.1.1. Penjualan tenaga listrik 4.2.1.2. Subsidi Listrik Pemerintah 4.2.1.3. Penyambungan Pelanggan

Pendapatan non operasional PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan terdiri dari

1. Pendapatan dari keterlambatan rekening listrik 2. Pendapatan jasa giro

Berdasarkan landasan teoritis yang telah diuraikan pada bab II terdapat dua jenis basis akuntansi yang dipergunakan secara luas, yaitu:

a. Basis Accrual

Dalam akuntansi berbasis Akrual, pengaruh dari suatu kejadian usaha langsung diamati pada saat terjadinya. Jika suatu usaha memberikan suatu jasa, melakukan penjualan, atau


(55)

menyelesaiakan suatu beban, transaksi tersebut akan dicatat di dalam buku tanpa memperhatikan apakah uang kas sudah diterima atau belum atau apakah kas sudah dikeluarkan atau belum.

b. Berbasis – cash, kita tidak akan mencatat suatu transaksi jika belum ada uang kas yang diterima atau dikeluarkan. Penerimaan kas akan diperlakukan sebagai pendapatan sedangkan pembayaran kas akan diperlakukan sebagai beban.

4.2.2. Jenis – jenis beban pada PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan

4.2.2.1. Pembelian Tenaga Listrik

Dalam hal ini perusahaan mempunyai tugas sebagai distributor tenaga listrik kepada masyarakat luas sehingga memerlukan pembelian tenaga listrik ke pusat.

4.2.2.2. Sewa Genset

Beban yang dikeluarkan oleh PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan untuk menyewa Genset untuk keperluan pada saat listrik padam kepada cabang – cabang yang ada.

4.2.2.3. Bahan bakar minyak dan pelumas

Beban bahan bakar dan pelumas adalah biaya yang dikeluarkan oleh PT PLN (Persero) untuk membeli bahan


(56)

bakar minyak dan pelumas yang akan digunakan oleh pembangkit – pembangkit tenaga disel yang ada didaerah yang masih terisolir.

4.2.2.4. Beban pemeliharaan

Beban pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk merawat semua aset yang dimiliki oleh PT PLN (Persero). Adapun beban – beban pemeliharaan pada perusahaan ini adalah sebagai berikut:

1. Beban pemakaian material 2. Jasa borongan

3. Kepegawaian

Adapun yang termasuk dalam beban kepegawaian adalah gaji pegawai yaitu beban yang dikeluarkan perusahaan secara berlanjut setiap bulannya sebagai imbalan jasa peran pegawai perusahaan. Beban lain – lain terdiri dari beban pinjaman, beban pensiun, dan selisih kurs.

PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan melaporkan pendapatan dengan menggunakan metode Accrual Basis, dimana pendapatan ditetapkan pada saat jasa diberikan, bukan pada saat kas diterima atau dalam kata lain pelaporan pendapatan dilakukan selama proses produksi perusahaan berlangsung.

Dari data pada PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan menggunakan metode pengakuan pendapatan dan beban sesudah penyerahan


(57)

barang atau pelaksanaan jasa. Menurut PSAK No. 23, pendapatan dari penjualan segera diakui bila seluruh kriteria berikut ini terpenuhi:

1. Perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan telah memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli. Dalam hal ini, PT PLN (Persero) telah memindahkan resiko dan manfaat kepemilikan kepada pembeli, seperti yang telah disetujui di dalam perjanjian. Setiap penyambungan baru tenaga listrik harus dibuat perjanjian jual beli tenaga listrik antara PLN dan calon pelanggan sebelum penyambungan dilaksanakan. Setiap pelanggan yang telah terdaftar dan menandatangani perjanjian tertulis tersebut dapat dinikmati penerangan yang akan diberikan oleh pihak PT PLN (Persero) tersebut. PT PLN (Persero) tidak dapat menghalangi pelanggan dalam menggunakan fasilitas yang telah diberikan sepanjang pelanggan tidak melakukan hal-hal yang mungkin merugikan pihak PLN atau hal-hal yang membahayakan lingkungan sekitar atau pihak lain.

2. Perusahaan tidak lagi mengelola atau mengendalikan efektif atas barang yang dijual atau jasa yang diberikan. Setelah PT PLN melakukan pemberian jasa, maka PT PLN tidak mengelola dan mengendalikan tenaga listrik yang diberikan penggunaan sepenuhnya di berikan kepada pelanggan.

3. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal. Dalam penjualan tenaga listrik yang dilakukan PT.PLN (Persero) kepada


(58)

pelanggan dapat diukur melalui meteran yang telah disediakan oleh PT.PLN (Persero). Pembacaan angka kedudukan meter dilakukan dengan melihat angka meter pelanggan masing-masing sesuai dengan spesifikasi meter yang bersangkutan dan dicatat dalam daftar pencatat meter, di catat dan dihitung pemakaian kWh/kWrh/Kva.

4. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihububgkan dengan transaksi akan mengalir ke perusahaan tersebut. Setelah pencatatan jumlah meter terpakai diterbitkan tagihan maka pelanggan akan melakukan pembayaran dalam batas waktu tanggal 01-20 bulan berikutnya, maka akan terjadilah pembayaran kepada pihak perusahaan. Ini membuktikan adanya arus keuntungan yang mengalir dari pelanggan ke perusahaan. Pembayaran tagihan listrik dapat dilakuakn: Kantor PLN, bank, loket kantor PLN setelah periode pembayaran tanggal 01-20 bulan yang bersangkutan.

5. Biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur dan dihitung dengan tepat. Biaya tersebut dihubungkan dengan pendapatan yang diperoleh, maka akan diketahui jumlah laba yang dihasilkan. Beban-beban yang dikeluarkan oleh PT PLN (Persero) dapat dikelompokkan menjadi:


(59)

b. Sewa Genset

c. Pembelian tenaga listrik d. Pemeliharaan

e. Kepegawaian

f. Penyusutan Aktiva Tetap

4.2.3. Analisa Pengakuan Pendapatan dan Beban Perusahaan

Berdasarkan analisa penulis maka evaluasi terhadap perusahaan adalah dapat dijelaskan di bawah ini. Pengakuan pendapatan dan beban yang telah dilakukan oleh PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan telah dilakukan dengan baik sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, dilakukan dengan menggunakan metode akrual basis, sehingga dapat diketahui jumlah pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan tersebut.

Pengakuan pendapatan dan beban dilakukan setelah memberikan jasa kepada pelanggan dengan menerbitkan rekening atas tenaga listrik yang digunakan oleh pelanggan, ini terbukti tanggal baca meter yang dilakukan PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan.

Pendapatan PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan bukan hanya berasal penjualan tenaga listrik, tapi juga berasal dari pendapatan biaya penyambungan, pendapatan operasi lainnya dan pendapatan luar operasi lainnya. Demikian juga dengan Beban pada PT PLN(Persero) terdiri dari beban operasional dan beban non operasional.


(60)

BAB V

ANALISA HASIL PENELITIAN

5.1.Kesimpulan

Setelah peneliti melakukan topik penelitian mengenai pengakuan pendapatan dan beban pada PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan dan setelah peneliti melakukan riset pada perusahaan tersebut, maka dalam hal ini peneliti menarik beberapa kesimpulan antara lain, yaitu:

5.1.1.Pengakuan pendapatan pada PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan No. 23, hal ini dapat dilihat dari metode yang digunakan pada perusahaan yaitu metode akrual, menurut metode akrual pendapatan ditetapkan pada saat jasa diberikan bukan pada saat kas diterima atau pelaporan pendapatan ditetapkan selama proses produksi berlangsung.

5.1.2.Pengakuan beban pada PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, hal ini dapat dilihat dari metode yang digunakan pada perusahaan yakni metode accrual basis dimana beban ditetapkan sebagai biaya meskipun kas belum dikeluarkan dari perusahaan contohnya adalah biaya gaji, dan metode cash basis dimana beban ditetapkan sebagai biaya pada saat kas dikeluarkan dari perusahaan contohnya adalah biaya perlengkapan dan biaya pemeliharaan.


(61)

5.1.3.PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan menggolongkan pendapatan menjadi dua, yaitu pendapatan operasional dan pendapatan non operasional.

5.2.SARAN

Setelah ditemukan beberapa kesimpulan, maka sebagai penutup tugas akhir ini peneliti akan mencoba memberi saran yang kiranya bermanfaat bagi perkembangan perusahaan ini, yaitu:

5.2.1.Praktik akuntansi pada PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan telah sesuai dengan PSAK no.27. Maka disarankan agar terus konsisten untuk menerapkannya pada perusahaan supaya memudahkan bagian akuntansi untuk mengestimasi hasil transaksi sehingga lebih mudah dalam menyusun laporan keuangan.

5.2.2.Untuk memudahkan perusahaan dalam mengklasifikasikan tingkat bunga dan diskon yang termasuk bagian dari pendapatan maka hendaknya perusahaan perlu mencatat tingkat bunga dan diskon dalam urutan sesudah pencatatan transaksi pendapatan, hal ini dilakukan untuk memudahkan perusahaan dalam mengestimasi seluruh transaksi perusahaan yang berhubungan dengan pendapatan.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Thomas, Dyckman, R., Roland E. Dukes dan Charles J. Davis, 2000. Akuntansi

Intermediate, Jilid 1, Edisi Ketiga, Terjemahan Munir Ali, Erlangga,

Jakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesi, 2007. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya No.07 Tahun 2010

Skousen, Stice and Stice, 2009. Akuntansi Keuangan, Jilid 1, Edisi Enam Belas, Salemba Empat, Jakarta.

Smith, Jay M., dan Skousen K. Fred. 2001. Akutansi Intermediate, Volume komprehensif, Edisi Kesembilan, Jilid kedua, Alih bahasa: Nugroho Widjayanto, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Soemarso. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar, Jilid I, Jakarta : Salemba Empat. Suwardjono, akuntansi Pengantar 1, 2007. Edisi Ketiga, BPFE, Yogyakarta. Undang – Undang No.30 Tahun 2009 Mengenai Ketenagalistrikan.

Warren, Dkk. 2005. Accounting, Edisi ke – 21, Cetakan Pertama, Diterjemahkan oleh Palupi Wariati, penerbit Salemba Empat: Jakarta.


(63)

(64)

(1)

b. Sewa Genset

c. Pembelian tenaga listrik d. Pemeliharaan

e. Kepegawaian

f. Penyusutan Aktiva Tetap

4.2.3. Analisa Pengakuan Pendapatan dan Beban Perusahaan

Berdasarkan analisa penulis maka evaluasi terhadap perusahaan adalah dapat dijelaskan di bawah ini. Pengakuan pendapatan dan beban yang telah dilakukan oleh PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan telah dilakukan dengan baik sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, dilakukan dengan menggunakan metode akrual basis, sehingga dapat diketahui jumlah pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan tersebut.

Pengakuan pendapatan dan beban dilakukan setelah memberikan jasa kepada pelanggan dengan menerbitkan rekening atas tenaga listrik yang digunakan oleh pelanggan, ini terbukti tanggal baca meter yang dilakukan PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan.

Pendapatan PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan bukan hanya berasal penjualan tenaga listrik, tapi juga berasal dari pendapatan biaya penyambungan, pendapatan operasi lainnya dan pendapatan luar operasi lainnya. Demikian juga dengan Beban pada PT PLN(Persero) terdiri dari beban operasional dan beban non operasional.


(2)

BAB V

ANALISA HASIL PENELITIAN

5.1.Kesimpulan

Setelah peneliti melakukan topik penelitian mengenai pengakuan pendapatan dan beban pada PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan dan setelah peneliti melakukan riset pada perusahaan tersebut, maka dalam hal ini peneliti menarik beberapa kesimpulan antara lain, yaitu:

5.1.1.Pengakuan pendapatan pada PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan No. 23, hal ini dapat dilihat dari metode yang digunakan pada perusahaan yaitu metode akrual, menurut metode akrual pendapatan ditetapkan pada saat jasa diberikan bukan pada saat kas diterima atau pelaporan pendapatan ditetapkan selama proses produksi berlangsung.

5.1.2.Pengakuan beban pada PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, hal ini dapat dilihat dari metode yang digunakan pada perusahaan yakni metode accrual basis dimana beban ditetapkan sebagai biaya meskipun kas belum dikeluarkan dari perusahaan contohnya adalah biaya gaji, dan metode cash basis dimana beban ditetapkan sebagai biaya pada saat kas dikeluarkan dari perusahaan contohnya adalah biaya perlengkapan dan biaya pemeliharaan.


(3)

5.1.3.PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan menggolongkan pendapatan menjadi dua, yaitu pendapatan operasional dan pendapatan non operasional.

5.2.SARAN

Setelah ditemukan beberapa kesimpulan, maka sebagai penutup tugas akhir ini peneliti akan mencoba memberi saran yang kiranya bermanfaat bagi perkembangan perusahaan ini, yaitu:

5.2.1.Praktik akuntansi pada PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Medan telah sesuai dengan PSAK no.27. Maka disarankan agar terus konsisten untuk menerapkannya pada perusahaan supaya memudahkan bagian akuntansi untuk mengestimasi hasil transaksi sehingga lebih mudah dalam menyusun laporan keuangan.

5.2.2.Untuk memudahkan perusahaan dalam mengklasifikasikan tingkat bunga dan diskon yang termasuk bagian dari pendapatan maka hendaknya perusahaan perlu mencatat tingkat bunga dan diskon dalam urutan sesudah pencatatan transaksi pendapatan, hal ini dilakukan untuk memudahkan perusahaan dalam mengestimasi seluruh transaksi perusahaan yang berhubungan dengan pendapatan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Thomas, Dyckman, R., Roland E. Dukes dan Charles J. Davis, 2000. Akuntansi Intermediate, Jilid 1, Edisi Ketiga, Terjemahan Munir Ali, Erlangga, Jakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesi, 2007. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya No.07 Tahun 2010

Skousen, Stice and Stice, 2009. Akuntansi Keuangan, Jilid 1, Edisi Enam Belas, Salemba Empat, Jakarta.

Smith, Jay M., dan Skousen K. Fred. 2001. Akutansi Intermediate, Volume komprehensif, Edisi Kesembilan, Jilid kedua, Alih bahasa: Nugroho Widjayanto, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Soemarso. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar, Jilid I, Jakarta : Salemba Empat. Suwardjono, akuntansi Pengantar 1, 2007. Edisi Ketiga, BPFE, Yogyakarta. Undang – Undang No.30 Tahun 2009 Mengenai Ketenagalistrikan.

Warren, Dkk. 2005. Accounting, Edisi ke – 21, Cetakan Pertama, Diterjemahkan oleh Palupi Wariati, penerbit Salemba Empat: Jakarta.


(5)

(6)