Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara dua orang atau lebih. Dengan komunikasi setiap individu dapat menyampaikan informasi, opini, konsepsi, pengetahuan, perasaan, sikap perbuatan dan sebagainya kepada sesamanya secara timbal balik 2 . Komunikasi merupakan suatu proses interaksi, yaitu suatu stimulus rangsangan yang mempunyai arti tertentu dijawab oleh orang lain respon secara lisan, tulisan, maupun aba-aba 3 . John Lewis Gillin dan John Philip Gillin dalam karyanya, “Cultural Sociology ” mengadakan penggolongan terhadap proses sosial yang timbul akibat adanya interaksi sosial, yakni asosiasi Processes of Association dan proses disasosiasi Processes of Disassociation 4 . Proses asosiasi merupakan proses interaksi sosial antara satu orang atau lebih atau kelompok sosial yang mengarah pada kesatuan atau kekompakkan, bahkan terjadinya pembauran. Proses ini terbagi dalam tiga bentuk yakni akomodasi Accomodation, asimilasi Assimilation dan akulturasi Acculturation 5 . Interaksi yang melahirkan akomodasi menunjukan pada suatu keadaan yang didalamnya terjadi suatu posisi keseimbangan Equalibrium antara mereka yang berinteraksi, juga menunjukan pada suatu proses terjadinya upaya meredamkan pertentangan untuk mencapai kestabilan sosial. Proses asimilasi 2 H.A.W. Wiidjaya. Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Jakarta: Bumi Aksara, 1997. h. 5-6 3 Selo soemardjan dan Soelaeman Soemardi. Setangkai Bunga Sosiologi Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 1964. h. 177 4 Muhammad Nuh Hasan. Agama dalam Perspektif Sosiologis: Sebuah Pengenalan Awal .Jakarta: Penelitian Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004 h.74-75 5 Muhammad Nuh Hasan. Agama dalam Perspektif Sosiologis: Sebuah Pengenalan Awal. h.75 atau pembauran merupakan proses sosial yang ditandai dengan adanya usaha- usaha untuk mengurangi perbedaan yang ada dan untuk mempertinggi kesatuan, baik tindakan, sikap maupun mental sehingga akan terjadi pembauran. Proses akulturasi merupakan proses pertemuan unsur-unsur dari berbagai kebudayaan yang bebeda, yang diikuti dengan percampuran unsur- unsur tersebut, tetapi perbedaan antara unsur-unsur asing yang asli masih nampak 6 Proses yang bersifat disasosiasi atau disebut juga dengan proses oposisi Oppositional Processes merupakan proses interaksi sosial yang mengarah kepada perpecahan atau disintegrasi dan pertentangan, bahkan konflik. Proses ini mencakup: kasus persaingan Competition, pertentangan Contravention, dan pertikaian Conflict 7 . Interaksi sosial dalam bentuk persaingan atau kompetisi merupakan proses sosial tempat orang atau kelompok manusia bersaing, mencari keuntungan melalui berbagai bidang yang ada baik yang bersifat materi maupun immateri, baik individual maupun kelompok, tidak dengan cara kekerasan maupun ancaman. Kasus pertentangan merupakan proses sosial antara proses kompetisi dengan konflik, kasus ini ditandai dengan gejala-gejala adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan. Pertentangan dapat berupa sikap mental yang tersembunyi terhadap orang atau kelompok lain, bahkan bisa menjadi suatu kebencian. 6 Muhammad Nuh Hasan. Agama dalam Perspektif Sosiologis: Sebuah Pengenalan Awal. h.75-76 7 Muhammad Nuh Hasan. Agama dalam Perspektif Sosiologis: Sebuah Pengenalan Awal. h.77 Sementara kasus pertikaian atau konflik merupaka proses interaksi sosial antara individu atau kelompok dengan cara kekerasan atau ancaman dalam rangka memenuhi tujuan, nilai-nilai atau kepentingan 8 . Perasaan amarah, benci, dan sebagainya memegang peranan penting dalam mempertajam perbedaan yang ada sehingga tiap-tiap pihak berusaha untuk saling menghancurkan . Masyarakat merupakan sebuah fenomena kehidupan sosial yang dinamis. Kedinamisan masyarakat itu sendiri menjadi sebuah entitas majemuk yang terdiri dari berbagai macam golongan atau kelompok yang masing-masing memiliki ciri-ciri atau identitas tersendiri. Ciri-ciri yang dimiliki tiap-tiap kelompok tersebut dapat terlihat melalui berbagai hal seperti atribut, kebiasaan, nilai, ritual yang muncul saat berinteraksi di dalam lingkungan sosial. Sebagai contoh adalah Desa Tonjong. Desa Tonjong yang merupakan salah satu desa yang berada didekat pusat kota hujan Bogor yang mempunyai entitas majemuk yang terdiri dari berbagai macam agama dan kelompok masyarakat. Pada awalnya Desa Tonjong merupakan tanah yang menjadi tempat tinggal masyarakat etnis sunda kemudian banyak pendatang yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia seperti Jawa, Pulau Sumatra, bahkan masyarakat betawi yang tempat tinggalnya tergusur kemudian mereka membeli tanah dan menetap di Desa Tonjong. Keadaan penduduk yang terdiri dari beraneka 8 Muhammad Nuh Hasan. Agama dalam Perspektif Sosiologis: Sebuah Pengenalan Awal. h.76 ragam etnis, kebudayaan, agama, bahasa memerlukan penyesuaian- penyesuaian yang intensif dari kedua belah pihak baik dari kelompok pribumi maupun kelompok pendatang. Meskipun terdapat perbedaan orientasi agama, kebudayaan, nilai-nilai sosial, yang dimiliki masyarakat Desa Tonjong, kerukunan diantara mereka telah dari dulu sehingga sekarang. Berbagai peristiwa sosial seperti perkawinan, khitanan, kematian dan lainnya, selalu melibatkan semua kelompok masyarakat Desa Tonjong. Dalam setiap pelasanaannya kebersamaan menjadi pedoman dari setiap individunya. Menurut bapak Lurah Karna Wijaya : “........Secara kuantitas, kini jumlah pendatang di desa Tonjong telah mencapai sekitar 40 berarti sisanya adalah kelompok pribumi yaitu sekitar 60 9 . Walaupun kondisinya seperti yang disebutkan diatas sikap-sikap toleransi antara kelompok pribumi yang notabene jumlah mereka hampir sama dengan jumlah kelompok pendatang, masih tinggi. Penyesuaian diri dari kelompok pendatang yang berusaha untuk menyatu dan menempatkan diri diantara kelompok pribumi serta sikap menerima kelompok pribumi telah menjadikan Desa Tonjong terhindar dari konflik.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

9 Karna Wijaya, Lurah Desa Tonjong, Wawancara Pribadi, Tonjong, 17 Januari 2007. Penelitian dibatasi pada kelompok pendatang yang beragama Islam dan kelompok pribumi yang beragama Islam yang berada di Desa Tonjong, Bogor, Jawa Barat. Dengan demikian, sentral permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan dengan ungkapan bagaimana interaksi kelompok pendatang dan kelompok pribumi di Desa Tonjong serta bagaimana konstribusi dari interaksi kedua kelompok diatas dalam membangun toleransi beragama.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan interaksi yang terjadi antara kelompok pendatang dengan kelompok pribumi yang beragama Islam dalam membangun toleransi beragama di Desa Tonjong, Bogor, Jawa Barat. Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan suatu model interaksi sosial yang dapat membentuk toleransi beragama sehingga dapat meminimalisasi terjadinya konflik internal penganut agama.

D. Metode Penelitian

1. Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di sebuah desa yang terletak di kota hujan Bogor yaitu Desa Tonjong, Bogor, Jawa Barat. Penelitian yang dilakukan selama ini di Desa Tonjong dimulai dari Bulan Januari sampai dengan Bulan Juni 2007. Selama dua tahun kurang lebih hambatan bagi penulis selama penelitian berlangsung adalah kurangnya buku-buku atau sumber yang berkaitan dengan