Analisis Faktor-Faktor Tekanan Lingkungan Pada Pemukiman Kumuh (Studi Kasus Pemukiman Kampung Kubur, Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah)
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR TEKANAN LINGKUNGAN PADA
PEMUKIMAN KUMUH (STUDI KASUS PEMUKIMAN
KAMPUNG KUBUR, KELURAHAN PETISAH TENGAH,
KECAMATAN MEDAN PETISAH)
TESIS
Oleh
ENDI MARTHA MULIA
057004005/PSL
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
SE K O L
A
H
P A
S C
A S A R JA N
(2)
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR TEKANAN LINGKUNGAN PADA
PEMUKIMAN KUMUH (STUDI KASUS PEMUKIMAN
KAMPUNG KUBUR, KELURAHAN PETISAH TENGAH,
KECAMATAN MEDAN PETISAH)
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
ENDI MARTHA MULIA
057004005/PSL
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
(3)
Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR TEKANAN LINGKUNGAN PADA PEMUKIMAN KUMUH
(STUDI KASUS PEMUKIMAN KAMPUNG
KUBUR, KELURAHAN PETISAH TENGAH, KECAMATAN MEDAN PETISAH)
Nama Mahasiswa : Endi Martha Mulia Nomor Pokok : 057004005
Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL)
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS) Ketua
(Prof. Dr. Chalida Fachruddin) (Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS) Anggota Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)
(4)
Telah diuji pada
Tanggal: 23 Desember 2008
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS Anggota : 1. Prof. Dr. Chalida Fachruddin
2. Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS 3. Dr. Zahari Zein, M.Sc
(5)
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR TEKANAN LINGKUNGAN PADA PERMUKIMAN KUMUH (STUDI KASUS PERMUKIMAN
KAMPUNG KUBUR, KELURAHAN PETISAH TENGAH, KECAMATAN MEDAN PETISAH)
Endi Martha Mulia, Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH., MS, Prof. Dr. Chalida Fachruddin, dan Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS
ABSTRAK
Lingkungan pemukiman kumuh di perkotaan merupakan permasalahan kompleks, yang berkaitan dengan kemiskinan dan kesenjangan serta ketidak- disiplinan sosial. Fenomena ini berkaitan dengan kemampuan lembaga-lembaga pemerintahan kota/kabupaten dalam pengaturan, pengorganisasian spasial maupun sumberdaya yang dimiliki kota sesuai hakikat fungsi kota. Kehadiran pemukiman kumuh pada dasarnya sebagai akibat perkembangan pemukiman di perkotaan tanpa adanya perencanaan tata ruang kota yang menyeluruh. Selain itu kemampuan pemerintahan kota yang terbatas untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan pembangunan di kotanya. Faktor lainnya, kemampuan dana pemerintah, harga tanah, pemilikan tanah, dan tingkat kemampuan masyarakat kotanya. Pemukiman kumuh yang ada perlu dievaluasi guna mencari akar dari permasalahannya atau faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan pemukiman kumuh, yang selanjutnya dapat diketahui langkah-langkah atau upaya-upaya apa yang harus dilakukan untuk dapat mengatasi permasalahan pemukiman kumuh.
Penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor aspek ekonomi, aspek fisik, aspek sosial dan budaya yang mempengaruhi tekanan lingkungan pada pemukiman kumuh yang berada di Kampung Kubur, Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah, sebagai dasar untuk memperbaiki lingkungan kumuh tersebut dan menganalisis faktor-faktor dominan dari aspek ekonomi, aspek fisik, aspek sosial dan budaya yang mempengaruhi tekanan lingkungan pada pemukiman kumuh tersebut. Dengan penelitian ini, peneliti menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan lingkungan pada pemukiman kumuh (studi kasus pemukiman Kampung Kubur) yang berada di kawasan Petisah Tengah yang dikenal dengan Kampung Keling, Kecamatan Medan Petisah, tepatnya pada lingkungan 1, 3, dan 5 yang terletak diantara jalan H. Zainul Arifin dengan Jalan Kejaksaan dan gang Batik/mesjid dengan sungai Babura. Dalam pengambilan sampel dengan purposive
sampling menggunakan metoda random dengan kriteria responden yang ditetapkan
dalam penelitian ini adalah kepala keluarga. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa metoda, yaitu studi dokumentasi, observasi lapangan,
(6)
kuesioner, wawancara bebas mendalam. Metode analisis data yang digunakan adalah Analisis Faktor.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemukiman Kampung Kubur mengalami tekanan lingkungan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor dari aspek ekonomi, sosial dan budaya, fisik lingkungan. Faktor-faktor yang dominan mempengaruhi tekanan lingkungan pada pemukiman Kampung Kubur terdiri dari: Faktor aspek ekonomi yang terdiri dari: pendapatan keluarga, pengeluaran keluarga, kemampuan menabung keluarga. Faktor aspek fisik hunian yang terdiri dari tidak terpenuhinya standard luasan lantai rumah, tidak terpenuhinya standard kenyamanan rumah sehat, tidak terpenuhinya persyaratan teknis rumah yang sehat. Faktor aspek sosial dan budaya terdiri dari wawasan yang kurang mengenai lingkungan yang sehat.
Kata Kunci: Pemukiman Kumuh, Tekanan Lingkungan, Pemberdayaan Masyarakat.
(7)
ANALIZES FACTORS ENVIRONMENT PRESURE OF SLUM AREA (STUDY CASE KAMPONG KUBUR DIRTY RESIDENCE,
PETISAH TENGAH AREA, MEDAN PETISAH SUB-DISTRICT)
Endi Martha Mulia, Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH., MS, Prof. Dr. Chalida Fachruddin, and Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS
ABSTRACT
Dirty residence environment in urban is a complicated problem and it is related to the poverty and social gap as well as social indifference. This phenomenon is related to the city governmental institutions/regencies in arranging, spatial organizing and the resources available on the urban according to the function of the city. The emergence of dirty residence is as the effect from residence development in the urban without having good pattern space as the whole. In addition, it is caused by the limited capability of the government in planning, implementing and controlling the development in the city. Other factors are such as fund capability, land price, land possession, and the capability of the people. The dirty residence area should be evaluated to get out the root of the problem and the predisposing factors for its existence in order to overcome that problem.
This research identifies the factors such as economy, physical, social and cultural aspects influencing the forming of dirty residence in Kampung Kubur, Petisah Tengah Area, Medan Petisah sub-district. It is also as the base for improving the dirty environment area and analyzing the dominant factors seen from economy, physical, social and cultural aspects influencing the forming of dirty residence.
The researchers analyzes the predisposing factors the forming of the dirty residence area (case study on Kampung Kubur) in Petisah Tengah area which is also known as Kampung Keling. Medan Petisah sub-district, and it is exactly located in street H. Zainul Arifin with the street Kejaksaan and Gang Batik/Mesjid for the area 1,3 and 5 and near to Babura river. Sample taking with purposive sampling uses random method with the criteria of the respondents as it is established in this research is the head of household. Data collection is done through some methods, namely documentary, field observation, questionnaire, in-depth interview. This analysis uses factor analysis.
The result of research shows that the dirty residence in Kampung Kubur are influenced by such as economy, physical, social and cultural aspects. The dominant factors influencing the environment are economy aspects such as family income, family expenditure, the capability to save. Physical aspects include non-standardized
(8)
of the scope of the floor, un-fulfillment of healthy house, un-fulfillment of healthy and technical requirement house. Social factors includes lack of understanding to the healthy home.
Keywords: Dirty Residence, Existence Forming, Community Empowerment.
(9)
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kepada sang Maha Kuasa Allah SWT, atas segala
hikmat dan rahmat-Nyalah hingga tersusunnya tesis ini, serta shalawat dan salam
kepada Rasulullah SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya, Amiin.
Tesis ini berjudul “Analisis Faktor-faktor Tekanan Lingkungan pada
Pemukiman Kumuh (Studi Kasus Pemukiman Kampung Kubur, Kelurahan Petisah
Tengah, Kecamatan Medan Petisah)”.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang saya hormati:
Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan, Ibu Prof.
Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada
saya untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister.
Bapak Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS dan Prof. Dr. Erman Munir, MSc
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan Sekolah Pascasarjana USU Medan.
Bapak Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing,
Prof. Dr. Chalida Fachrudin dan Prof. Dr. Retno Widiastuti M.Si, masing-masing
sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan
(10)
Bapak Dr. Zahari Zein, MSc dan Ibu Dr. Irnawati Marsaulina, MS sebagai
Komisi Pembanding (Penguji) yang turut membantu saya memberikan masukan
dalam menyelesaikan tesis ini.
Bapak Rektor ISTP, Ir. Rudolf Sitorus, MLA dan Dosen-dosen Institut Sains
dan Teknologi TD. Pardede yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas bantuan
dan motivasi yang diberikan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan tesis.
Bapak Thamrin, Agus, Saka, selaku Kepala Lingkungan dan Sekretaris
Kepling di lingkungan pemukiman Kampung Kubur yang telah membantu saya
di lapangan.
Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang juga
berperan dalam proses penyelesaian tesis ini.
Melalui kesempatan ini, dengan kerendahan hati penulis khusus
menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga dan hormat kepada Ayahanda
Mahyudin Lubin dan Ibunda Helena Napitupulu yang telah membimbing dan
mendidik penulis sejak kecil dan senantiasa memberikan dukungan doa dan perhatian
sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.
Teristimewa terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada keluarga
penulis (Istri dan anak) dan saudari penulis yang tidak dapat disebutkan namanya
yang senantiasa memberikan motivasi, dukungan waktu dan tenaga serta do’a kepada
penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam tesis ini banyak kekurangan dan kelemahan,
(11)
yang mendukung bagi peneliti-peneliti berikutnya dan semoga bermanfaat bagi
banyak pihak, terima kasih.
Medan, September 2008
(12)
RIWAYAT HIDUP
Nama : ENDI MARTHA MULIA
Agama : Islam
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 11 Mei 1969 Jenis Kelamin : Laki-laki
Warga Negara : Indonesia
Pekerjaan : Dosen
Alamat : Jl. Mistar Gg. Bandung No. 9 Medan Nama Istri : Siti Aisyah
Nama Orang Tua Laki-laki : Alm. Mahyudin Lubin Nama Orang Tua Perempuan : Helena Br. Napitupulu
Riwayat Pendidikan Formal
Sekolah Dasar : SD Swasta Khalsa Medan 1976 - 1982 Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 6 Medan 1982 - 1985 Sekolah Menengah Atas : STM Negeri 1 Padang 1985 - 1988 Sarjana Teknik : Institut Sains & Teknologi
T.D. Pardede Medan 1988 - 1995 Sekolah Pasca Sarjana : U S U – Medan 2005 - 2008
(13)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK………. i
ABSTRACT………. iii
KATA PENGANTAR... v
RIWAYAT HIDUP... viii
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GAMBAR………. xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
I. PENDAHULUAN……… 1
1.1. Latar Belakang……….. 1
1.2. Identifikasi Masalah... 5
1.3. Perumusan Masalah……….. 7
1.4. Tujuan Penelitian……….. 8
1.5. Hipotesis……… 9
1.6. Manfaat Penelitian………. 9
II. TINJAUAN PUSTAKA……….. 11
2.1. Pemukiman Kumuh……….. 11
2.1.1. Pengertian Pemukiman Kumuh……….. 11
2.1.2. Pengertian Kumuh……….. 12
2.1.3. Kawasan Kumuh………. 13
2.2. Tekanan Lingkungan………. 17
2.2.1. Penyebab Terjadinya Tekanan Lingkungan……… 18
2.2.2. Akibat Tekanan Lingkungan……….. 18
III. METODE PENELITIAN………. 20
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian………... 20
3.2. Populasi dan Sampel………. 20
3.3. Identifikasi Variabel Penelitian………. 22
3.4. Metode Pengumpulan Data……… 26
4.1. Studi Dokumentasi………. 26
4.2. Observasi Lapangan………... 26
(14)
4.4. Wawancara Bebas Mendalam……… 27
3.5. Pengolahan Data……… 27
3.6. Aspek Pengukuran………. 27
3.7. Uji Keandalan Alat Ukur………... 31
3.8. Analisis dan Interprestasi……….. 31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……… 32
4.1. Hasil Penelitian………. 32
4.1.1. Variabel Dominan 1……… 34
4.1.2. Variabel Dominan 2……… 37
4.1.3. Variabel Dominan 3……… 40
4.1.4. Variabel Dominan 4……… 42
4.1.5. Variabel Dominan 5……… 44
4.1.6. Variabel Dominan 6……… 46
4.1.7. Variabel Dominan 7……… 48
4.1.8. Variabel Dominan 8……… 50
4.1.9. Variabel Dominan 9……… 52
4.1.10. Variabel Dominan 10……… 55
4.1.11. Variabel Dominan 11……… 56
4.1.12. Variabel Dominan 12……… 58
4.2. Pembahasan………... 60
V. KESIMPULAN DAN SARAN……… 71
5.1. Kesimpulan... 71
5.2. Saran-saran... 72
(15)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1. Pertumbuhan Penduduk Kota Medan ... 1
3.1. Jumlah Populasi dari Lingkungan I, III, dan V, yang Berada pada Bantaran Sungai Babura……….. 21
3.2. Jumlah Sampel dari Lingkungan I, III, dan V, yang Berada pada Bantaran Sungai Babura……….. 21
4.1. Faktor-faktor Tekanan Lingkungan pada Pemukiman Kumuh (Pemukiman Kampung Kubur) ... 32
4.2. Variabel Laten (Dominan) 1 ... 34
4.3. Pendapatan Keluarga Tiap Bulan ... 34
4.4. Sumber Penghasilan dan Pendidikan Responden ... 35
4.5. Status Kepemilikan Tanah ... 35
4.6. Pengeluaran Biaya Hidup untuk Makan dalam Sehari ... 36
4.7. Kemampuan Menabung Sebahagian Uang dalam Sebulannya ... 36
4.8. Variabel Dominan 2 ... 37
4.9. Bagaimanakah Lantai Rumah ... 38
4.10. Kesesuaian Luas Lantai Rumah terhadap Standard Rumah Sehat ... 38
4.11. Apakah Rumah Anda Memiliki Ventilasi ... 39
4.12. Pengalaman Banjir ... 39
4.13. Variabel Dominan 3 ... 40
(16)
4.15. Sumber Listrik ... 41
4.16. Teguran Pemerintah Kota Medan untuk Pindah ... 41
4.17. Variabel Dominan 4 ... 42
4.18. Sarana Pembuangan Air Limbah ... 42
4.19. Pencahayaan Rumah ... 43
4.20. Sarana Pembuangan Asap Rumah ... 43
4.21. Variabel Dominan 5 ... 44
4.22. Rasa Aman dari Ancaman Kebakaran ... 44
4.23. Tingkat Pertengkaran Keluarga ... 45
4.24. Variabel Dominan 6 ... 46
4.25. Wawasan Lingkungan ... 46
4.26. Keinginan untuk Pindah ... 46
4.27. Jumlah Kamar Tidur ... 47
4.28. Variabel Dominan 7 ... 48
4.29. Wadah Perkumpulan ... 48
4.30. Kualitas Dinding ... 49
4.31. Tempat Mencuci ... 49
4.32. Variabel Dominan 8 ... 50
4.33. Jarak Rumah ke Rumah ... 50
4.34. Keamanan Lingkungan ... 51
4.35. Status Tempat Tinggal ... 51
(17)
4.37. Tempat Berbelanja ... 52
4.38. Bila Tidak Memiliki Tempat Sampah Kemana Membuang Sampah . 53 4.39. Kepedulian Keluarga Miskin di Lingkungan ... 53
4.40. Wawasan Memelihara Lingkungan ... 54
4.41. Variabel Dominan 10 ... 55
4.42. Peluang Kerja pada Lingkungan ... 55
4.43. Sarana Pembuangan Sampah Rumah ... 55
4.44. Variabel Dominan 11 ... 56
4.45. Lama Tinggal di Lingkungan ... 56
4.46. Rasa Aman dari Banjir ... 57
4.47. Variabel Dominan 12 ... 58
4.48. Wawasan Rumah Sehat ... 58
4.49. Partisipasi Masalah Lingkungan ... 59
(18)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1.1. Kerangka Pemikiran ... 8
(19)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 77
2. Tabulasi Data Awal Kuesioner Kampung Keling ... 81
3. Proses Transformasi Menjadi Data Interval ... 82
4. Matriks Data Mentah (Data Interval) ... 92
5. Standard Deviasi ... 93
6. Matriks Korelasi ... 94
7. Faktor Matriks Rotasi ... 95
8. Perhitungan Koefisien Keandalan Alat Ukur ... 96
9. Ringkasan Hasil Pengolahan Data ... 98
10. Pengelompokan Variabel Laten ... 99
11. Peta ... 100
12. Tabel Kurva Normal ... 101
13. Peta Melalui Google ... 104
14. Pedoman Wawancara ... 105
(20)
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR TEKANAN LINGKUNGAN PADA PERMUKIMAN KUMUH (STUDI KASUS PERMUKIMAN
KAMPUNG KUBUR, KELURAHAN PETISAH TENGAH, KECAMATAN MEDAN PETISAH)
Endi Martha Mulia, Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH., MS, Prof. Dr. Chalida Fachruddin, dan Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS
ABSTRAK
Lingkungan pemukiman kumuh di perkotaan merupakan permasalahan kompleks, yang berkaitan dengan kemiskinan dan kesenjangan serta ketidak- disiplinan sosial. Fenomena ini berkaitan dengan kemampuan lembaga-lembaga pemerintahan kota/kabupaten dalam pengaturan, pengorganisasian spasial maupun sumberdaya yang dimiliki kota sesuai hakikat fungsi kota. Kehadiran pemukiman kumuh pada dasarnya sebagai akibat perkembangan pemukiman di perkotaan tanpa adanya perencanaan tata ruang kota yang menyeluruh. Selain itu kemampuan pemerintahan kota yang terbatas untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan pembangunan di kotanya. Faktor lainnya, kemampuan dana pemerintah, harga tanah, pemilikan tanah, dan tingkat kemampuan masyarakat kotanya. Pemukiman kumuh yang ada perlu dievaluasi guna mencari akar dari permasalahannya atau faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan pemukiman kumuh, yang selanjutnya dapat diketahui langkah-langkah atau upaya-upaya apa yang harus dilakukan untuk dapat mengatasi permasalahan pemukiman kumuh.
Penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor aspek ekonomi, aspek fisik, aspek sosial dan budaya yang mempengaruhi tekanan lingkungan pada pemukiman kumuh yang berada di Kampung Kubur, Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah, sebagai dasar untuk memperbaiki lingkungan kumuh tersebut dan menganalisis faktor-faktor dominan dari aspek ekonomi, aspek fisik, aspek sosial dan budaya yang mempengaruhi tekanan lingkungan pada pemukiman kumuh tersebut. Dengan penelitian ini, peneliti menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan lingkungan pada pemukiman kumuh (studi kasus pemukiman Kampung Kubur) yang berada di kawasan Petisah Tengah yang dikenal dengan Kampung Keling, Kecamatan Medan Petisah, tepatnya pada lingkungan 1, 3, dan 5 yang terletak diantara jalan H. Zainul Arifin dengan Jalan Kejaksaan dan gang Batik/mesjid dengan sungai Babura. Dalam pengambilan sampel dengan purposive
sampling menggunakan metoda random dengan kriteria responden yang ditetapkan
dalam penelitian ini adalah kepala keluarga. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa metoda, yaitu studi dokumentasi, observasi lapangan,
(21)
kuesioner, wawancara bebas mendalam. Metode analisis data yang digunakan adalah Analisis Faktor.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemukiman Kampung Kubur mengalami tekanan lingkungan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor dari aspek ekonomi, sosial dan budaya, fisik lingkungan. Faktor-faktor yang dominan mempengaruhi tekanan lingkungan pada pemukiman Kampung Kubur terdiri dari: Faktor aspek ekonomi yang terdiri dari: pendapatan keluarga, pengeluaran keluarga, kemampuan menabung keluarga. Faktor aspek fisik hunian yang terdiri dari tidak terpenuhinya standard luasan lantai rumah, tidak terpenuhinya standard kenyamanan rumah sehat, tidak terpenuhinya persyaratan teknis rumah yang sehat. Faktor aspek sosial dan budaya terdiri dari wawasan yang kurang mengenai lingkungan yang sehat.
Kata Kunci: Pemukiman Kumuh, Tekanan Lingkungan, Pemberdayaan Masyarakat.
(22)
ANALIZES FACTORS ENVIRONMENT PRESURE OF SLUM AREA (STUDY CASE KAMPONG KUBUR DIRTY RESIDENCE,
PETISAH TENGAH AREA, MEDAN PETISAH SUB-DISTRICT)
Endi Martha Mulia, Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH., MS, Prof. Dr. Chalida Fachruddin, and Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS
ABSTRACT
Dirty residence environment in urban is a complicated problem and it is related to the poverty and social gap as well as social indifference. This phenomenon is related to the city governmental institutions/regencies in arranging, spatial organizing and the resources available on the urban according to the function of the city. The emergence of dirty residence is as the effect from residence development in the urban without having good pattern space as the whole. In addition, it is caused by the limited capability of the government in planning, implementing and controlling the development in the city. Other factors are such as fund capability, land price, land possession, and the capability of the people. The dirty residence area should be evaluated to get out the root of the problem and the predisposing factors for its existence in order to overcome that problem.
This research identifies the factors such as economy, physical, social and cultural aspects influencing the forming of dirty residence in Kampung Kubur, Petisah Tengah Area, Medan Petisah sub-district. It is also as the base for improving the dirty environment area and analyzing the dominant factors seen from economy, physical, social and cultural aspects influencing the forming of dirty residence.
The researchers analyzes the predisposing factors the forming of the dirty residence area (case study on Kampung Kubur) in Petisah Tengah area which is also known as Kampung Keling. Medan Petisah sub-district, and it is exactly located in street H. Zainul Arifin with the street Kejaksaan and Gang Batik/Mesjid for the area 1,3 and 5 and near to Babura river. Sample taking with purposive sampling uses random method with the criteria of the respondents as it is established in this research is the head of household. Data collection is done through some methods, namely documentary, field observation, questionnaire, in-depth interview. This analysis uses factor analysis.
The result of research shows that the dirty residence in Kampung Kubur are influenced by such as economy, physical, social and cultural aspects. The dominant factors influencing the environment are economy aspects such as family income, family expenditure, the capability to save. Physical aspects include non-standardized
(23)
of the scope of the floor, un-fulfillment of healthy house, un-fulfillment of healthy and technical requirement house. Social factors includes lack of understanding to the healthy home.
Keywords: Dirty Residence, Existence Forming, Community Empowerment.
(24)
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia pada umumnya dan di Kota
Medan pada khususnya mengalami peningkatan yang cukup tinggi, terlihat pada
Tabel berikut ini:
Tabel 1.1. Pertumbuhan Penduduk Kota Medan
No Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan Persen
1 2001 1.926.052 0 1,887%
2 2002 1.963.086 37.034 1,504%
3 2003 1.993.060 29.974 0,646%
4 2004 2.006.014 12.954 1,474%
5 2005 2.036.018 30.004 1,377%
6 2006 2.063.504 27486 1,350%
***Sumber: BPS Kota Medan Tahun 2006
Pertumbuhan penduduk merupakan dinamika kemasyarakatan yang
merupakan suatu kekuatan yang menambah dan mengurangi jumlah penduduk.
Mekanisme laju pertumbuhan penduduk dapat kita lihat dalam 4 komponen
kependudukan, yaitu: 1. Kelahiran (fertilitas) 2. Kematian (mortalitas) 3. In migration
(migrasi masuk) 4. Out migration (migrasi keluar) (Zulkarnain, 2006).
Perkembangan lingkungan pemukiman di daerah perkotaan tidak terlepas dari
pesatnya laju pertumbuhan penduduk perkotaan. Dampak negatif urbanisasi yang
telah berlangsung selama ini disebabkan oleh tidak seimbangnya peluang untuk
(25)
tarik menarik bagi masyarakat pedesaan, sementara latar belakang kemampuan para
pendatang sangat marjinal (Kirmanto, 2001).
Perkembangan lingkungan pemukiman di daerah perkotaan tidak terlepas dari
pesatnya laju pertumbuhan penduduk perkotaan. Dari gambaran tersebut terlihat
bahwa dengan adanya pertumbuhan penduduk, akan berakibat pada peningkatan
kebutuhan rumah tinggal (Gunawan, 2002).
Di perkotaan Indonesia terjadi penurunan kualitas lingkungan pemukiman
yang signifikan. Penurunan kualitas ini turut disumbang oleh belum memadainya
pelayanan di lingkungan pemukiman. Akibatnya, banyak kawasan perumahan dan
pemukiman yang telah melebihi daya tampung dan daya dukung lingkungan,
ditandai dengan meningkatnya lingkungan kumuh (Sugandhy, 2002).
Lingkungan pemukiman kumuh di perkotaan di Indonesia merupakan
permasalahan kompleks, yang berkaitan dengan kemiskinan dan kesenjangan serta
ketidak disiplinan sosial. Fenomena ini berkaitan dengan kemampuan
lembaga-lembaga pemerintahan kota/kabupaten dalam pengaturan, pengorganisasian spasial
maupun sumberdaya yang dimiliki kota sesuai hakikat fungsi kota. Kehadiran
pemukiman kumuh pada dasarnya sebagai akibat perkembangan pemukiman
di perkotaan tanpa adanya perencanaan tata ruang kota yang menyeluruh. Selain itu
kemampuan pemerintahan kota yang terbatas untuk merencanakan, melaksanakan,
dan mengendalikan pembangunan di kotanya. Faktor lainnya, kemampuan dana
pemerintah, harga tanah, pemilikan tanah, dan tingkat kemampuan masyarakat
(26)
Pemukiman kumuh tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga berlangsung
hampir di seluruh negara berkembang di Asia dan Afrika. Menurut publikasi World
Bank (1999) pemukiman kumuh digambarkan sebagai bagian terabaikan dari
lingkungan perkotaan dan kondisi kehidupan dan penghidupan sangat
memprihatinkan. Fenomena ini ditunjukkan dengan kondisi lingkungan hunian yang
tidak layak huni, tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, sarana dan prasarana
lingkungan yang tidak memenuhi syarat. Begitu juga tidak tersedianya fasilitas
pendidikan, kesehatan maupun sarana dan prasarana sosial budaya kemasyarakatan
yang memadai.
Disisi lain sesuai dengan program Kementerian Pekerjaan Umum RI dan tujuan
Millenium Development Goals (MDGs) yang dideklarasikan pada tanggal 18
September 2000 dihadiri oleh 189 anggota PBB, menetapkan salah satu tujuannya
memastikan kelestarian lingkungan hidup dan salah satu targetnya mencapai
perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di pemukiman kumuh pada
tahun 2020 (Kirmato, 2001).
Semakin meningkatnya jumlah penduduk, maka kepentingan akan
penggunaan lahan di wilayah ini akan semakin beragam. Keberagaman kepentingan
bisa jadi akan menyebabkan terjadinya tumpang tindih maupun kesemrawutan dalam
penggunaannya. Apabila hal ini tidak cukup mendapat perhatian di dalam usaha
perencanaan maupun pengelolaannya akan menambah tekanan terhadap lingkungan.
(27)
lingkungan dan pada gilirannya akan berdampak kepada manusia dan makhluk hidup
yang ada di dalamnya (Suwedi, 2003).
Perumahan dan pemukiman adalah dua hal yang tidak dapat kita pisahkan dan
berkaitan erat dengan aktivitas ekonomi, industrialisasi dan pembangunan.
Pemukiman dapat diartikan sebagai perumahan atau kumpulan rumah dengan segala
unsur serta kegiatan yang berkaitan dan yang ada di dalam pemukiman. Pemukiman
dapat terhindar dari kondisi kumuh dan tidak layak huni jika pembangunan
perumahan sesuai dengan standar yang berlaku, salah satunya dengan menerapkan
persyaratan rumah sehat. Dalam pengertian yang luas, rumah tinggal bukan hanya
sebuah bangunan (struktural), melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi
syarat-syarat kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi kehidupan. Rumah
dapat dimengerti sebagai tempat perlindungan untuk menikmati kehidupan,
beristirahat dan bersuka ria bersama keluarga (Kurniasih, 2007).
Pembangunan perumahan dan permukiman harus merespon kepada
perencanaan kebijakan yang efektif yang meminimalkan dampak lingkungan,
penggunaan lahan yang melebihi kemampuan daya dukung lingkungan, serta
didasarkan pada konsep berkelanjutan dengan isu pokoknya: bagaimana memelihara
dan meningkatkan kualitas hidup termasuk di dalamnya kualitas lingkungan,
mengkombinasikan pertumbuhan ekonomi yang meminimalkan pemborosan
konsumsi sumberdaya alam dan polusi, serta menyeimbangkan antara keinginan
(28)
Pemukiman kumuh yang ada perlu dievaluasi dengan berpatokan pada hakikat
pemukiman (rumah tinggal). Pemukiman ini berfungsi sebagai mediasi pemenuhan
kebutuhan dasar manusia (human basic needs) serta menjaga agar tujuan ideal
pemukiman yang mampu membuka jalan dan memberikan saluran bagi
kecenderungan, kebutuhan, aspirasi, dan keinginan manusia secara penuh, menuju
perbaikan taraf hidup dan kesejahteraan manusia (Gunawan, 2002). Sehingga untuk
dapat memperbaiki kualitas lingkungan pemukiman kumuh perlu dicari akar dari
permasalahannya atau faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan pemukiman
kumuh, yang selanjutnya dapat diketahui langkah-langkah atau upaya-upaya apa yang
harus dilakukan untuk dapat mengatasi permasalahan pemukiman kumuh.
Kampung kubur yang berada Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan
Petisah ini merupakan salah satu pemukiman kumuh yang berada pada Kota Medan
yang terletak pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli dan bagian sejarah dari Kota
Medan, yang sampai saat ini masih dalam kondisi yang kumuh dan memprihatinkan.
Disisi lain dalam rangka menuju Kota Medan menjadi kota metropolitan yang bestari,
sehingga perlu dilakukan penelitian di kawasan tersebut.
1.2. Identifikasi Masalah
Lingkungan pemukiman kumuh Kampung Kubur yang berada di pinggir
Sungai Babura Medan mengalami penurunan kualitas akibat tekanan lingkungan dari
kondisi pemukiman yang tidak layak huni, ini dapat kita lihat dari permasalahan yang
(29)
1. Keberadaan perumahan
Keberadaan perumahan yang masuk ke badan sungai menyebabkan tidak
berfungsinya Daerah Aliran Sungai (DAS), dan rawan terhadap banjir.
2. Sungai menjadi tempat sampah
Sungai menjadi tempat pembuangan limbah domestik sehingga mencemari
kualitas air sungai, dan menjadi tempat nyamuk, lalat dan vector penyakit
berpotensi sumber wabah penyakit menular.
3. Sungai menjadi Mandi Cuci Kakus (MCK)
Sungai masih menjadi tempat untuk mencuci pakaian dan peralatan rumah tangga
serta mandi bagi sebahagian penduduk.
4. Kepadatan penduduk
Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi pada lokasi penelitian dengan luas areal
± 6.000 m2, dengan jumlah jiwa sebanyak 543 dan 190 kepala keluarga (KK).
Bila kita merujuk kepada ciri-ciri tingkat kepadatan penduduk pemukiman kumuh
yang dijelaskan oleh Sinulingga (2005: 12), penduduk sangat padat antara
250-400 jiwa/ha, maka lokasi penelitian dengan luas areal ± 6.000 m2 dan jumlah jiwa
543 tergolong sangat padat, dan berkaitan dengan daya dukung lingkungan, serta
kekumuhan.
5. Kondisi kerapatan bangunan
Kerapatan bangunan yang cukup mengkhawatirkan karena bangunan yang satu
(30)
dinding saja, sehingga pencahayaan dan sirkulasi udara menjadi masalah. Kondisi
seperti ini sangat rawan akan bencana kebakaran.
6. Kondisi jalan
Jalan-jalan sempit tidak dapat dilalui oleh kendaraan roda empat, karena
sempitnya, kadang-kadang jalan ini sudah tersembunyi dibalik atap-atap rumah
yang sudah bersinggungan satu sama lain.
7. Sanitasi
Kondisi sanitasi lingkungan yang buruk.
8. Kondisi bangunan
Tata bangunan sangat tidak teratur dan bangunan-bangunan pada umumnya tidak
permanen dan malahan banyak yang darurat.
1.3. Perumusan Masalah
Melihat dari permasalahan yang ada dapat dirumuskan bahwa:
1. Perlu dicari faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan lingkungan pada
pemukiman kumuh Kampung Kubur.
2. Faktor-faktor mana yang dominan mempengaruhi terjadinya tekanan
lingkungan pada pemukiman kumuh studi kasus kampung kubur.
Adapun aspek-aspek yang dijadikan indikator untuk mengukur faktor-faktor
apa saja yang dominan berpengaruh dilihat dari aspek:
1. Aspek ekonomi.
(31)
3. Aspek fisik.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor aspek ekonomi, aspek fisik, aspek sosial dan
budaya yang mempengaruhi tekanan lingkungan pada pemukiman kumuh
yang berada di Kampung Kubur, Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan
Medan Petisah, sebagai dasar untuk memperbaiki lingkungan kumuh tersebut.
2. Menganalisis faktor-faktor dominan dari aspek ekonomi, aspek fisik, aspek
sosial dan budaya yang mempengaruhi tekanan lingkungan pada pemukiman
kumuh tersebut.
Kerangka Pemikiran Pertumbuhan
Penduduk
Kota
Jumlah Lahan Pemukiman
Penduduk Padat Terbatas
Pemukiman Kumuh
Tekanan Lingkungan
Evaluasi Pemukiman kumuh
Faktor-faktor yang mempengaruhi & Dominan
Aspek Ekonomi Aspek Sosial Aspek Fisik
Faktor-faktor yang dominan mempengaruhi tekanan lingkungan
(32)
1.5. Hipotesis
1. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan lingkungan pada
pemukiman kumuh studi kasus Kampung Kubur.
2. Faktor ekonomi merupakan faktor yang dominan mempengaruhi tekanan
lingkungan pada pemukiman kumuh studi kasus Kampung Kubur.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian antara lain adalah:
A. Akademis:
1. Dapat menjadi suatu bahan bacaan atau acuan untuk para teoritis dalam
mengembangkan teori-teori tentang pembangunan pemukiman kumuh.
2. Bagi peneliti lain yang akan datang, dapat menjadi bahan acuan untuk
meneliti masalah yang serupa baik di daerah yang sama maupun daerah
lain.
B. Kebijakan/Pembangunan:
1. Bagi Pemerintah Kota Medan, dalam menata kota menuju kota
metropolitan yang bestari, penelitian ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam penyusunan program.
2. Bagi perencana dan pengambil keputusan (decision maker) dapat
(33)
C. Bagi masyarakat setempat:
Dapat menjadi informasi untuk mendorong perbaikan kondisi lingkungan
(34)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pemukiman Kumuh
2.1.1. Pengertian Pemukiman Kumuh
Pemukiman sering disebut perumahan dan atau sebaliknya pemukiman
berasal dari kata housing dalam bahasa Inggris yang artinya adalah perumahan dan
kata human settlement yang artinya pemukiman. Perumahan memberikan kesan
tentang rumah atau kumpulan rumah beserta prasarana dan sarana lingkungan.
Perumahan menitik beratkan pada fisik atau benda mati, yaitu houses dan land
settlement. Pemukiman memberikan kesan tentang pemukim atau kumpulan
pemukim beserta sikap dan perilakunya di dalam lingkungan, sehingga pemukiman
menitik beratkan pada sesuatu yang bukan bersifat fisik atau benda mati yaitu
manusia (human). Dengan demikian perumahan dan pemukiman merupakan dua hal
yang tidak dapat dipisahkan dan sangat erat hubungannya, pada hakikatnya saling
melengkapi (Kurniasih, 2007).
Tumbuhnya pemukiman kumuh merupakan akibat dari urbanisasi, migrasi
yang tinggi, masyarakat berbondong-bondong datang ke kota untuk mencari nafkah.
Hidup di kota sebagai warga dengan mata pencaharian terbanyak pada sektor
informal. Pada dasarnya pertumbuhan sektor informal bersumber pada urbanisasi
penduduk dari pedesaan ke kota, atau dari kota satu ke kota lainnya. Hal ini
disebabkan oleh lahan pertanian di mana mereka tinggal, sudah terbatas, bahkan
(35)
sedangkan yang migrasi dari kota ke kota lain, kota tidak lagi mampu menampung,
karena lapangan kerja sangat terbatas. Akhirnya dengan adanya pemanfaatan ruang
yang tidak terencana di beberapa daerah, terjadi penurunan kualitas lingkungan
bahkan kawasan pemukiman, terutama di daerah perkotaan yang padat penghuni,
berdekatan dengan kawasan industri, kawasan bisnis, kawasan pesisir dan pantai yang
dihuni oleh keluarga para nelayan, serta di bantaran sungai, dan bantaran rel kereta
api (Marwati, 2004).
2.1.2. Pengertian Kumuh
Kumuh adalah kesan atau gambaran secara umum tentang sikap dan tingkah
laku yang rendah dilihat dari standar hidup dan penghasilan kelas menengah. Dengan
kata lain, kumuh dapat diartikan sebagai tanda atau cap yang diberikan golongan atas
yang sudah mapan kepada golongan bawah yang belum mapan.
Gambaran seperti itu diungkapkan oleh Herbert J. Gans dengan kalimat
“Obsolescence per se is not harmful and designation of an area as a slum for thereason alone is merely a reflection of middle clas standards and middle alas incomes”.
Kumuh dapat ditempatkan sebagai sebab dan dapat pula ditempatkan sebagai
akibat. Ditempatkan di mana pun juga, kata kumuh tetap menjurus pada sesuatu hal
(36)
a. Sebab Kumuh
Kumuh adalah kemunduran atau kerusakan lingkungan hidup dilihat dari:
(1) segi fisik, yaitu gangguan yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alam
seperti air dan udara,
(2) segi masyarakat/sosial, yaitu gangguan yang ditimbulkan oleh manusia sendiri
seperti kepadatan lalu lintas, sampah.
b. Akibat Kumuh
Kumuh adalah akibat perkembangan dari gejala-gejala antara lain:
(1) kondisi perumahan yang buruk,
(2) penduduk yang terlalu padat,
(3) fasilitas lingkungan yang kurang memadai,
(4) tingkah laku menyimpang,
(5) budaya kumuh,
(6) apati dan isolasi (Kurniasih, 2007).
2.1.3. Kawasan Kumuh
Kawasan kumuh adalah kawasan di mana rumah dan kondisi hunian
masyarakat di kawasan tersebut sangat buruk. Rumah maupun sarana dan prasarana
yang ada tidak sesuai dengan standar yang berlaku, baik standar kebutuhan,
kepadatan bangunan, persyaratan rumah sehat, kebutuhan sarana air bersih, sanitasi
maupun persyaratan kelengkapan prasarana jalan, ruang terbuka, serta kelengkapan
(37)
Ciri-ciri pemukiman kumuh, seperti yang diungkapkan oleh Suparlan (1984)
adalah:
1. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai.
2. Kondisi hunian rumah dan pemukiman serta penggunaan ruangannya
mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin.
3. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam
penggunaan ruang-ruang yang ada di pemukiman kumuh sehingga
mencerminkan adanya kesemrawutan tata ruang dan ketidakberdayaan
ekonomi penghuninya.
4. Pemukiman kumuh merupakan suatu satuan-satuan komuniti yang hidup
secara tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan sosial yang jelas, yaitu
terwujud sebagai:
a. Sebuah komuniti tunggal, berada di tanah milik negara, dan karena itu
dapat digolongkan sebagai hunian liar.
b. Satuan komuniti tunggal yang merupakan bagian dari sebuah Rukun
Tetangga, atau sebuah Rukun Warga.
c. Sebuah satuan komuniti tunggal yang terwujud sebagai sebuah
Rukun Tetangga atau Rukun Warga atau bahkan terwujud sebagai
sebuah Kelurahan, dan bukan hunian liar.
5. Penghuni pemukiman kumuh secara sosial dan ekonomi tidak homogen,
warganya mempunyai mata pencaharian dan tingkat kepadatan yang
(38)
kumuh juga dikenal adanya pelapisan sosial berdasarkan atas kemampuan
ekonomi mereka yang berbeda-beda tersebut.
6. Sebagian besar penghuni pemukiman kumuh adalah mereka yang bekerja
di sektor informal atau mempunyai mata pencaharian tambahan di sektor
informil (Kurniasih, 2007).
Menurut Sinulingga (2005) ciri kampung/pemukiman kumuh terdiri dari:
a. Penduduk sangat padat antara 250-400 jiwa/ha. Pendapat para ahli perkotaan
(MMUDP,90) menyatakan bahwa apabila kepadatan suatu kawasan telah
mencapai 80 jiwa/ha maka timbul masalah akibat kepadatan ini, antara
perumahan yang dibangun tidak mungkin lagi memiliki persyaratan fisiologis,
psikologis dan perlindungan terhadap penyakit.
b. Jalan-jalan sempit tidak dapat dilalui oleh kendaraan roda empat, karena
sempitnya, kadang-kadang jalan ini sudah tersembunyi dibalik atap-atap
rumah yang sudah bersinggungan satu sama lain.
c. Fasilitas drainase sangat tidak memadai, dan malahan biasa terdapat
jalan-jalan tanpa drainase, sehingga apabila hujan kawasan ini dengan mudah akan
tergenang oleh air.
d. Fasilitas pembuangan air kotor/tinja sangat minim sekali. Ada diantaranya
yang langsung membuang tinjanya ke saluran yang dekat dengan rumah,
ataupun ada juga yang membuangnya ke sungai yang terdekat.
e. Fasilitas penyediaan air bersih sangat minim, memanfaatkan air sumur
(39)
f. Tata bangunan sangat tidak teratur dan bangunan-bangunan pada umumnya
tidak permanen dan malahan banyak yang darurat.
g. Kondisi a sampai f membuat kawasan ini sangat rawan terhadap penularan
penyakit.
h. Pemilikan hak atas lahan sering tidak legal, artinya status tanahnya masih
merupakan tanah negara dan para pemilik tidak memiliki status apa-apa.
Dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Pemukiman, yang menyatakan bahwa:
“...untuk mendukung terwujudnya lingkungan pemukiman yang memenuhi
persyaratan keamanan, kesehatan, kenyamanan dan keandalan bangunan, suatu
lingkungan pemukiman yang tidak sesuai tata ruang, kepadatan bangunan sangat
tinggi, kualitas bangunan sangat rendah, prasarana lingkungan tidak memenuhi syarat
dan rawan, yang dapat membahayakan kehidupan dan penghidupan masyarakat
penghuni, dapat ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota yang bersangkutan
sebagai lingkungan pemukiman kumuh”.
Jadi pemukiman kumuh adalah lingkungan hunian atau tempat tinggal/rumah
beserta lingkungannya, yang berfungsi sebagai rumah tinggal dan sebagai sarana
pembinaan keluarga, tetapi tidak layak huni ditinjau dari tingkat kepadatan penduduk,
sarana dan prasarananya, fasilitas pendidikan, kesehatan serta sarana dan prasarana
(40)
2.2. Tekanan Lingkungan
Tekanan lingkungan (environment pressures) adalah suatu kondisi lingkungan
yang menerima beban yang terlalu besar, yang disebabkan fisik, sosial, ekonomi,
akibatnya menimbulkan persoalan-persoalan lingkungan, baik secara fisik, sosial,
maupun psikologis (Setiawan, 1995). Kota (lingkungan) yang padat dan semrawut
akan menghasilkan jiwa warganya yang sakit. Jiwa yang sakit menghasilkan
kelalaian, sifat malas, dan rasa tidak peduli terhadap sesama yang berdampak
datangnya musibah penyakit bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat di sekitarnya
(Supriatna, 2005).
Tekanan lingkungan sangat berkaitan dengan daya dukung lingkungan
(carrying capacity). Menurut Sumarwoto (1989) daya dukung adalah kemampuan
sebidang lahan untuk mendukung kehidupan. Dari konsep tersebut bahwa daya
dukung berkenaan dengan kemampuan suatu lingkungan untuk mendukung
kehidupan. Kedua pengertian tersebut sangat bersifat fisikalis, yaitu berkenaan
dengan ukuran kemampuan lingkungan mendukung sejumlah populasi. Pemukiman
sebagai suatu lingkungan, dengan manusia sebagai penghuni rumah dan berbagai
kebutuhan yang melekat padanya. Oleh sebab itu daya dukung lingkungan tidak
matematis sifatnya. Meskipun demikian lingkungan memiliki keterbatasan, jika
pemanfaatan dan populasi yang dapat didukung oleh lingkungan telah melewati batas
kemampuannya, akan terjadi berbagai ketimpangan. Fenomena seperti ini menandai
(41)
timbulnya perasaan tidak enak, tidak nyaman, kehilangan orientasi atau kehilangan
keterikatan dengan suatu tempat tertentu.
2.2.1. Penyebab Terjadinya Tekanan Lingkungan
Tekanan lingkungan (environment pressures) yang disebabkan oleh faktor
ekonomi meliputi kemampuan seseorang untuk memperoleh hunian yang memenuhi
syarat. Kemampuan tersebut berupa pendapatan atau penghasilan yang diperlukan
untuk menentukan jenis hunian yang diinginkan. Maksudnya semakin baik ekonomi
seseorang, maka semakin baik pula kualitas hunian yang dapat dibeli atau disewa.
Faktor sosial adalah kemampuan seseorang untuk beradaptasi atau berinteraksi
dengan lingkungan tempat tinggalnya dengan latar belakang sosial yang ada sehingga
mereka dapat menjalankan kehidupan bermasyarakat. Faktor sosial meliputi
pendidikan yang diperoleh, status sosial yang dipakai untuk menempatkan diri
di lingkungannya, norma, kultur, serta adat istiadat. Faktor fisik terutama menyangkut
dimensi tempat, kepadatan, serta suasana suatu ruangan atau tempat (warna, susunan
perabot), serta unsur lingkungan ruangan diantaranya suara, temperatur dan
pencahayaan (Setiawan, 1995).
2.2.2. Akibat Tekanan Lingkungan
Tekanan lingkungan bila dibiarkan secara terus menerus akan menyebabkan
munculnya stress pada manusia (Setiawan, 1995). Persoalan-persoalan lingkungan
fisik yang timbul berupa menurunnya kualitas lingkungan yang disebabkan oleh
kepadatan, sarana dan prasarana yang tidak ada/memadai, dan menurut teori stress
(42)
terhadap lingkungannya. Elemen pertama adalah stressor dan elemen kedua stress itu
sendiri. Stressor adalah elemen lingkungan (stimuli) yang merangsang individu
seperti kebisingan, suhu udara dan kepadatan. Stress (ketegangan, tekanan jiwa)
adalah hubungan antara stressor dengan reaksi yang ditimbulkan dalam diri sendiri.
Sehingga apabila secara individu mengalami “gangguan” akibat tekanan lingkungan
yang terlalu besar maka menyebabkan interaksi antar manusia dan lingkungan tidak
berjalan secara baik dan optimal yang menimbulkan perilaku yang tidak wajar atau
patologi sosial (Sarwono, 1995).
Para sosiolog mendefinisikan patologi sosial adalah semua tingkah laku yang
bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas lokal, pola ketinggalan, moral, hak
milik, solidaritas kekeluargaan, hidup rukun bertetangga, disiplin, kebaikan dan
hukum formal (Kartono, 1999). Dengan situasi lingkungan urban di Indonesia terus
mengalami perkembangan dan perubahan yang begitu cepat, diperkirakan bahwa
lingkungan-lingkungan perumahan di daerah urban (pemukiman kumuh) di Indonesia
berada dalam situasi tekanan lingkungan. Keadaan ini perlu mendapat perhatian
serius. Studi-studi yang komprehensif mengenai tekanan lingkungan di daerah
perkotaan di Indonesia perlu dilakukan, untuk memberikan masukan bagi
(43)
III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah pemukiman kumuh Kampung Kubur yang berada
di kawasan Petisah Tengah yang dikenal dengan Kampung Keling, Kecamatan
Medan Petisah, tepatnya pada lingkungan 1, 3, dan 5 yang terletak diantara jalan H.
Zainul Arifin dengan Jalan Kejaksaan dan Gang Batik/Mesjid dengan Sungai Babura.
Lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar (Lampiran 21).
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksploratif dengan
pendekatan non parametrik. Waktu pelaksanaan penelitian ini pada bulan Agustus
sampai dengan bulan September tahun 2007.
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel dalam penelitian adalah penghuni rumah/hunian yang
berada di pemukiman kumuh di sepanjang bantaran Sungai Babura pada Kampung
Kubur. Berdasarkan data Kelurahan Petisah Tengah tahun 2005, keadaan penduduk
(44)
Tabel 3.1. Jumlah Populasi dari Lingkungan I, III, dan V, yang Berada pada Bantaran Sungai Babura
No Kelurahan Lingkungan Jumlah
(KK)
Jumlah (Jiwa)
1. Petisah Tengah I (satu) 102 KK 288 2. Petisah Tengah III (tiga) 54 KK 153 3. Petisah Tengah V (lima) 35 KK 102
Jumlah 190 KK 543 Jiwa
**Sumber: Data Kelurahan Petisah Tengah (2005)
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Purposive Sampling, artinya pengambilan sampel disesuaikan dengan kriteria-kriteria
tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan peneliti (Nawawi dalam Hutagalung,
2005). Dalam pengambilan sampel dengan purposive sampling menggunakan metoda
random dengan kriteria responden yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah kepala
keluarga. Untuk menentukan besarnya jumlah sampel penelitian, dengan
mempertimbangkan banyaknya subjek dan keterbatasan dana maka jumlah sampel
yang diambil 21% (Arakunto, 2006), sehingga banyaknya sampel adalah 21% dari
190KK = 39,9 ~ 40 KK dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.2. Jumlah Sampel dari Lingkungan I, III, dan V, yang Berada pada Bantaran Sungai Babura
No Kelurahan Lingkungan Jumlah
(KK)
Jumlah Sampel
1. Petisah Tengah I (satu) 102 KK 21 2. Petisah Tengah III (tiga) 54 KK 11 3. Petisah Tengah V (lima) 35 KK 8
Jumlah 190 KK 40
(45)
3.3. Identifikasi Variabel Penelitian
Definisi operasional dari variabel-variabel yang dipergunakan dalam
penelitian ini serta indikator-indikatornya adalah:
Tekanan Lingkungan adalah suatu keadaan di mana lingkungan menerima beban
yang terlalu besar, yang disebabkan faktor fisik, sosial, ekonomi, akibatnya
menimbulkan persoalan-persoalan lingkungan, baik secara fisik, sosial, maupun
psikologis (Setiawan, 1996). Variabel tekanan lingkungan terdiri dari aspek:
A. Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi meliputi kemampuan seseorang untuk memperoleh hunian
yang memenuhi syarat. Kemampuan tersebut berupa pendapatan atau penghasilan
yang diperlukan untuk menentukan jenis hunian yang diinginkan. Variabel yang akan
diukur adalah:
- X1 = Pendapatan keluarga dalam satu bulan.
- X2 = Pengeluaran biaya hidup satu keluarga dalam sebulan.
- X3 = Kemampuan menabung sebahagian uang dalam sebulannya.
- X4 = Peluang bekerja dan berusaha.
- X5 = Pencari sumber pendapatan keluarga.
B. Aspek Sosial dan Budaya
Aspek sosial dan budaya yang meliputi pendidikan yang diperoleh, status sosial yang
dipakai untuk menempatkan diri di lingkungannya, norma, kultur, serta adat i =
(46)
- X7 = Pengalaman Masa Lalu adalah pengalaman bertempat tinggal lain sebelum
bertempat tinggal kampung kubur.
- X8 = Di manakah anda berbelanja setiap harinya (orientasi budaya).
- X9 = Penyebab tinggal dipemukiman tersebut.
- X10 = Tradisi pernikahan pada lingkungan tersebut.
- X11 = Perbedaan tradisi dan kebiasaan antar suku.
- X12 = Wadah perkumpulan masyarakat.
- X13 = Tingkat pertengkaran keluarga pada lingkungan.
- X14 = Keamanan lingkungan dari pencurian.
- X15 = Peraturan sesama penghuni lingkungan.
- X16 = Hubungan antar penghuni.
- X17 = Wawasan tentang rumah sehat.
- X18 = Wawasan tentang lingkungan yang sehat.
- X19 = Wawasan tentang pentingnya memelihara lingkungan.
- X20 = Mendapat pengarahan dari Pemko tentang pemeliharaan lingkungan.
- X21 = Partisipasi dalam membahas masalah lingkungan oleh Pemko.
- X22 = Partisipasi dalam kegiatan lingkungan.
- X23 = Kepedulian terhadap kegiatan yang berkaitan dengan perbaikan lingkungan.
- X24 = Kepedulian terhadap kegiatan pemberian bantuan bagi keluarga miskin
(47)
C. Aspek Fisik
Aspek fisik terutama menyangkut dimensi tempat, rumah sehat, kepadatan,
dan prasarana lingkungan serta sarana lingkungan (suara, temperatur dan
pencahayaan). Aspek fisik rumah sehat parameter yang dinilai sesuai dengan
pedoman teknis penilaian rumah sehat.
D. Aspek Hunian
- X25 = Langit-langit.
- X26 = Dinding.
- X27 = Lantai.
- X28 = Jendela kamar tidur.
- X29 = Jendela ruang keluarga.
- X30 = Ventilasi.
- X31 = Sarana pembuangan asap dapur.
- X32 = Pencahayaan.
- X33 = Sarana air bersih.
- X34 = Jamban (sarana pembuangan air kotor).
- X35 = Sarana pembuangan air limbah.
- X36 = Sarana pembuangan sampah rumah.
- X37 = Bila tidak memiliki sarana pembuangan sampah kemana membuang sampah.
- X38 = Sumber air minum.
(48)
- X40 = Tempat mencuci.
- X41 = Status tempat tinggal.
- X42 = Status tanah.
- X43 = Konstruksi rumah.
- X44 = Jumlah penghuni rumah.
- X45 = Jumlah kamar tidur.
E. Prasarana Lingkungan dan Kondisi Lingkungan - X46 = Tata letak bangunan.
- X47 = Penilaian terhadap fasilitas lingkungan dan prasarana lingkungan.
- X48 = Jarak antar rumah.
- X49 = Teguran Pemko untuk pindah.
- X50 = Keinginan pindah.
- X51 = Mengalami musibah banjir.
- X52 = Rasa aman dari banjir bila musim hujan.
- X53 = Mengalami musibah kebakaran.
- X54 = Rasa aman dari musibah kebakaran melihat kondisi lingkungan.
- X55 = Keberadaan tempat sampah pada lingkungan.
- X56 = Penyakit menular selama tinggal di lingkungan.
(49)
3.4. Metoda Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa metoda,
yaitu:
3.4.1. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi untuk mengumpulkan data sekunder yang berasal dari
instansi-instansi yang berkaitan dengan penelitian, yaitu: (1) Data jumlah hunian,
jenis hunian, kondisi hunian, (2) Data fisik lokasi penelitian yang berasal dari
pemerintah setempat, dan (3) Data demografi, data sarana dan prasarana lingkungan.
3.4.2. Observasi Lapangan
Observasi lapangan dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan
sekunder, data primer didapat dengan mengumpulkan data dengan pengamatan,
pengukuran dan pencatatan gejala objek yang diselidiki. Metoda ini digunakan untuk
mengumpulkan data aspek fisik dan sosial.
3.4.3. Kuesioner
Penyebaran kuesioner merupakan metoda pengumpulan data primer dengan
melakukan wawancara tertulis kepada responden dihubungi dengan menggunakan
daftar pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu. Metoda ini digunakan untuk
mengumpulkan data aspek ekonomi, sosial, dan fisik.
Pada tahap ini dilakukan penyebaran kuesioner awal untuk mengetahui
validitas dan realibilitas dari kuesioner yang digunakan. Setelah diuji dan dinyatakan
valid serta realibel langkah selanjutnya melakukan penyebaran kuesioner kepada
(50)
3.4.4. Wawancara Bebas Mendalam
Wawancara bebas mendalam dilakukan untuk memperoleh data kualitatif dari
aspek ekonomi, sosial dan fisik.
3.5. Pengolahan Data
Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif yang mencari pengaruh
terjadinya tekanan lingkungan pada pemukiman kumuh, yang menggunakan
pendekatan non parametrik, yang membuat pencanderaan secara sistematis, faktual,
dan akurat mengenai faktor-faktor dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu
(Suryabrata dalam Gunawan, 2002), dalam hal ini adalah pemukiman kumuh
kampung kubur.
Analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan kualitatif yang dirubah
menjadi kuantitatif, di mana analisis kualitatif dipergunakan untuk aspek fisik yang
kemudian dirubah menjadi kuantitatif, sedangkan aspek ekonomi dan sosial
menggunakan analisis kuantitaif. Analisis kuantitatif diperoleh dari analisis statistik,
dengan menggunakan analisis faktor.
3.6. Aspek Pengukuran
Penelitian ini menggunakan analisis faktor untuk dapat mereduksi
variabel-variabel yang terdiri dari aspek ekonomi, sosial dan fisik menjadi variabel-variabel faktor yang
lebih sedikit. Sehingga peneliti dapat memperkecil jumlah variabel dan menentukan
(51)
Untuk analisis data dipergunakan perangkat lunak SPSS (statistic product and sevice
solution).
Untuk mengukur variabel yang terdiri dari aspek ekonomi, sosial dan fisik
adalah dengan sistem skoring. Setiap jawaban pertanyaan dari kuesioner yang
diajukan kepada responden dikatagorikan dalam skala interval dan setiap interval
diberi nilai. Teknik pengukuran yang dipakai menggunakan skala Likert dengan skor:
Sangat Baik (skor 5), Baik (skor 4), Sedang (skor 3), Buruk (skor 2), Sangat Buruk
(skor 1).
Proses pengolahan data analisis faktor adalah sebagai berikut:
1. Menyusun matriks data mentah
Pengolahan data awal dilakukan dengan memakai bantuan perangkat lunak
Microsoft Excel 2003. Di mana semua jawaban dari responden dikumpulkan dan
kemudian diberi nilai sesuai dengan ketentuan skala Likert. Data mentah
diperoleh dari hasil jawaban responden yang masing-masing pilihan jawaban
telah diberi suatu bobot nilai. Hasil jawaban responden yang telah diberi nilai
disusun dengan format matriks (mxn), di mana m = jumlah responden dan n =
jumlah variabel penelitian. Kemudian data mentah skala ordinal
ditransformasikan ke data mentah skala interval dengan menggunakan metoda
successive interval.
Mean of interval = (Batas bawah kepadatan) – (Batas atas kepadatan)
(52)
Selanjutnya data yang sudah dirubah kedalam bentuk data interval, digunakan
sebagai data awal pada proses berikutnya dengan menggunakan analisis faktor yang
dibantu dengan perangkat lunak SPSS.
Perhitungannya dengan menggunakan rumus:
X = AF + E
Di mana:
X = Vektor respon berdimensi p
P = Observasi yang diteliti
F = Vektor faktor umum (common factor) berdimensi q
q = Jumlah variabel/responden
E = Vektor faktor unik (unique factor) berdimensi
A = Matriks p x q yang berisi bobot faktor.
2. Menyusun matriks korelasi
Merupakan matriks antar variabel yang mencerminkan korelasi masing-masing
variabel.
3. Menghitung Eigenvalue
Eigenvalue merupakan besaran yang menyatakan nilai variansi variabel manifes.
Nilai tersebut menunjukkan tingkat komunalitas variabel manifes untuk mewakili
(53)
4. Menentukan jumlah variabel laten
Untuk menentukan variabel laten, perlu diperhatikan nilai yang mewakili variabel
laten tersebut. Pada penelitian ini, jumlah variabel laten ditentukan oleh harga
eigenvaluenya.
5. Pembobotan faktor
Bobot faktor menunjukkan besarnya kontribusi variabel manifes pada variabel
laten. Variabel dengan bobot yang lebih tinggi menunjukkan pengaruhnya yang
lebih besar pada variabel laten. Dari nilai bobot faktor, dapat dilakukan
pengelompokan variabel manifes yang membentuk variabel laten. Variabel
manifes yang tidak signifikan dalam membentuk variabel laten akan dihilangkan.
Untuk menentukan variabel manifes yang akan dihilangkan, ditetapkan batas
terkecil bobot faktor sebesar 0,5.
6. Rotasi varimax
Rotasi varimax bertujuan untuk mendapatkan interpretasi yang lebih baik dari
data yang telah diolah dengan analisis faktor. Rotasi varimax merupakan rotasi
paling umum yang digunakan dalam analisis faktor. Proses rotasi varimax adalah
proses mencari harga maksimum dari kontribusi variabel laten dengan
(54)
3.7. Uji Keandalan Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini di uji dengan koefisien á nya
yang menggunakan metode Cronbach:
á=
{
kr}
1 + (k – 1) r
Di mana:
r = rata-rata korelasi variabel manifes.
k = jumlah variabel manifes yang membentuk variabel laten.
3.8. Analisis dan Interprestasi
Pada tahap ini variabel-variabel dominan yang mempengaruhi tekanan
lingkungan pada studi kasus pemukiman kampung kubur dianalisis. Hasil
pengelompokan variabel dari program analisis faktor dianalisa dikaitkan dengan
(55)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada 34 faktor yang mempengaruhi
tekanan lingkungan pada pemukiman kumuh (pemukiman Kampung Kubur) dapat
dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Faktor-faktor Tekanan Lingkungan pada Pemukiman Kumuh (Pemukiman Kampung Kubur)
Variabel
Manifest Keterangan Variabel Manifest
Bobot Variabel Manifest
Variabel
Laten Alpha
X 1 Pendapatan keluarga tiap bulan 0,860
1 0,899 X 31 Status kepemilikan tanah 0,691
X 2 Pengeluaran biaya hidup dalam sebulan 0,587 X 3 Kemampuan menabung dalam sebulannya 0,631 X 18 Bagaimanakah lantai rumah anda 0,850
2 0,902
X 20 Ventilasi rumah 0,857
X 37 Mengalami musibah banjir 0,556
X 32 Konstruksi rumah 0,803
3 0,890 X 28 Sumber listrik di rumah 0,780
X 35 Teguran Pemerintah Kota Medan untuk pindah
0,603
X 25 Sarana pembungan air limbah 0,738
4 0,874 X 22 pencahayaan di rumah 0,709
X 21 Sarana pembuangan asap dapur di rumah 0,648 X 39 Rasa aman dari ancaman kebakaran 0,894
5 0,888 X 9 Tingkat pertengkaran keluarga pada
lingkungan
0,705
X 12 Wawasan tentang lingkungan yang sehat 0,870
6 0,858 X 36 Keinginan untuk pindah ke tempat lain 0,590
X 33 Jumlah kamar tidur di rumah 0,547 X 8 Wadah perkumpulan masyarakat
di lingkungan
0,826
7 0,905 X 17 Kualitas dinding rumah 0,797
(56)
Variabel
Manifest Keterangan Variabel Manifest
Bobot Variabel Manifest
Variabel
Laten Alpha
X 34 Jarak rumah ke rumah di lingkungan 0,762 8
0,864 X 10 Keamanan lingkungan anda dari masalah
pencurian
0,744
X 30 Status tempat tingal 0,530 X 7 Tempat berbelanja setiap harinya 0,694
9 0,868 X 27 Bila tidak memiliki pembuangan sampah
kemana membuang sampah
0,654
X 15 Kepedulian terhadap kegiatan pemberian bantuan bagi keluarga miskin
di lingkungan
0,628
X 13 Wawasan tentang pentingnya memelihara lingkungan
0,509
X 4 Peluang kerja dan berusaha pada lingkungan
0,828
10 0,886 X 26 Sarana pembuangan sampah rumah 0,762
X 6 Lamanya tinggal di lokasi penelitian 0,780 11 0,827 X 38 Rasa aman dari banjir bila musim hujan 0,629
X 11 Wawasan tentang rumah sehat 0,826
12 0,833 X 14 Partisipasi dalam membahas masalah
lingkungan oleh Pemerintah Kota Medan
0,601
Ketiga puluh empat (34) faktor tekanan lingkungan pada pemukiman kumuh
(pemukiman Kampung Kubur) direduksi menjadi 12 faktor laten (dominan). Di mana
ke 12 faktor laten (dominan) ini tingkat kumulatif persentasenya sebesar 78,133%
artinya 12 faktor ini menggambarkan sebesar 78.133% pengaruhnya terhadap tekanan
lingkungan pada pemukiman kumuh Kampung Kubur. Kedua belas (12) variabel
laten (dominan) yang mewakili variabel manifes merupakan variabel dominan yang
berpengaruh terhadap tekanan lingkungan pada pemukiman kumuh Kampung Kubur.
Selanjutnya bahasan secara satu persatu dari kedua belas (12) variabel laten
(57)
4.1.1. Variabel Dominan 1
Tabel 4.2. Variabel Laten (Dominan) 1
Variabel
Manifest Keterangan Variabel Manifest
Bobot Variabel Manifest
Variabel
Laten Alpha
X 1 Pendapatan keluarga tiap bulan 0,860
1 0,899 X 31 Status kepemilikan tanah 0,691
X 2 Pengeluaran biaya hidup dalam sebulan 0,587 X 3 Kemampuan menabung dalam sebulannya 0,631
Variabel laten (dominan) 1 terdiri dari empat (4) variabel manifes dengan
koefisien keandalan alat ukur sebesar 0,899, keempat variabel tersebut terdiri dari:
a. Var. 01 Pendapatan Keluarga Tiap Bulan, terlihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Pendapatan Keluarga Tiap Bulan
No Pendapatan Keluarga Jumlah Persentase Bobot
1 >900.000 1 2,50% 5
2 Rp. 750.000,- s/d Rp. 950.000,- 8 20,00% 4 3 Rp. 551.000,- s/d Rp. 750.000,- 24 60,00% 3 4 Rp. 351.000,- s/d Rp. 550.000,- 7 17,50% 2 5 Rp. 150.000,- s/d Rp. 350.000,- 0 0,00% 1
Jumlah 40 100,00%
Data pada Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa 60% responden berpenghasilan
antara Rp. 551.000 s/d Rp. 750.000 per bulan, bila kita hubungkan dengan data
BPS-SU 2007 bahwa garis kemiskinan daerah perkotaan sebesar Rp. 205.379/kapita/bulan,
maka bila tanggungan rata-rata responden 4 orang/keluarga maka dengan penghasilan
(58)
Tabel 4.4. Sumber Penghasilan dan Pendidikan Responden
No. Variabel Penelitian Jumlah Persentase
1. Sumber Penghasilan
Sektor Formal 12 30 %
Sektor in Formal 28 70%
Jumlah 40 100%
2. Pendidikan
SD 9 22,5%
SMP 19 47,5%
SMU 10 25%
Sarjana Muda & Sarjana 2 5%
Jumlah 40 100%
Dari data Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa 70% responden penghasilannya
bersumber dari sektor informal. Dari data Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa 47,5%
responden pendidikannya setingkat SMP.
b. Var 31 Status Kepemilikan Tanah, terlihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Status Kepemilikan Tanah
No Status Kepemilikan Tanah Jumlah Persentase Bobot
1 Hak Milik 7 17,50% 5
2 Grand Sultan 6 15,00% 4
3 Tidak memiliki hak milik 2 5,00% 3
4 Sewa 4 10,00% 2
5 Tak jelas 21 52,50% 1
Jumlah 40 100,00%
Data pada Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa 52.5% responden status
kepemilikan tanah tidak jelas dikarenakan tanah yang mereka tempati daerah
(59)
c. Var 02 Pengeluaran biaya hidup satu keluarga untuk makan setiap hari,
terlihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Pengeluaran Biaya Hidup untuk Makan dalam Sehari
No Biaya Hidup untuk Makan Setiap Hari Jumlah Persentase Bobot 1
Sangat Cukup (3 x Sehari, 4 sehat 5
sempurna) 9 22,50% 5
2 Cukup (3 x Sehari, 4 sehat) 21 52,50% 4 3
Kurang (3 x Sehari, tidak sesuai 4 sehat 5
sempurna) 6 15,00% 3
4
Tidak Cukup (2x Sehari, tidak sesuai 4 sehat
5 sempurna) 4 10,00% 2
5
Sangat Tidak Cukup (1x Sehari, tidak sesuai
4 sehat 5 sempurna) 0 0,00% 1
Jumlah 40 100,00%
Data pada Tabel 4.6 memperlihatkan bahwa 52.5% responden pengeluaran
biaya hidup (makan) cukup dengan kriteria makan 3 kali sehari dengan menu 4 sehat.
d. Var 03 Kemampuan menabung sebahagian uang dalam sebulannya, terlihat
pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Kemampuan Menabung Sebahagian Uang dalam Sebulannya
No Kemampuan Menabung Sebulannya Jumlah Persentase Bobot
1 Sangat bisa (tiap bulan) 4 10,00% 5
2 Bisa (2 bulan sekali) 6 15,00% 4
3 Kurang (di atas 2 bulan sekali) 4 10,00% 3 4 Tidak bisa (setahun sekali) 9 22,50% 2
5 Sangat tidak bisa 17 42,50% 1
Jumlah 40 100,00%
(60)
Data pada Tabel 4.7 memperlihatkan bahwa 42.5% responden sangat tidak
mampu menabung sebahagian uang dalam sebulannya, disebabkan penghasilannya
hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (makan).
Keempat variabel manifes ini memberikan kontribusi eigenvalue sebesar
5,938 dan koefisien keandalan (alpha) sebesar 0,899.
Hasil rotasi matriks terlihat pada Tabel Rotasi Matriks (Lampiran 7) faktor
laten (dominan) 1, besar muatan faktor berkisar antara 0,587 - 0,860 dan rata-rata
korelasi 0.692, lebih besar dari 0,5 sesuai ketentuan Cronbach, maka faktor ini
signifikan mempengaruhi tekanan lingkungan pada pemukiman kumuh Kampung
Kubur.
4.1.2. Variabel Dominan 2
Tabel 4.8. Variabel Dominan 2
Variabel
Manifest Keterangan Variabel Manifest
Bobot Variabel Manifest
Variabel
Laten Alpha X 18 Bagaimanakah lantai rumah anda 0,850
2 0,902
X 20 Ventilasi rumah 0,857
X 37 Mengalami musibah banjir 0,556
(61)
Variabel laten (dominan) 2 terdiri dari tiga (3) variabel manifes, yaitu
a. Var 18 Bagaimanakah Lantai Rumah anda, terlihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9. Bagaimanakah Lantai Rumah
No Lantai Rumah Jumlah Persentase Bobot
1 Keramik/papan/lantai diplester 25 62,50% 5 2 Rumah panggung/papan 9 22,50% 4 3 Papan/lantai retak/berdebu 4 10,00% 3
4
Tanah dilapis vinil/terpal/
plastik 2 5,00% 2
5 Tanah 0 0,00% 1
Jumlah 40 100,00%
Data pada Tabel 4.9 memperlihatkan bahwa 62.5% responden kondisi lantai
rumahnya baik, tetapi luasan akan lantai tidak memenuhi syarat kebutuhan ruang
minimal menurut perhitungan dengan ukuran standard minimal adalah 9 m2/orang.
Tabel 4.10. Kesesuaian Luas Lantai Rumah terhadap Standard Rumah Sehat
No. Variabel Penelitian Jumlah Persentase
1. Luas lantai rumah
Sesuai standard rumah sehat 16 40 % Tidak sesuai standard rumah sehat 24 60%
Jumlah 40 100%
Dari Tabel 4.10 dapat kita lihat bahwa 60% responden memiliki luas lantai
yang tidak sesuai dengan kebutuhan luas lantai, sehingga menimbulkan rasa tidak
nyaman bagi penghuni rumah, dan menyebabkan para penghuni yang tidak terpenuhi
akan kebutuhan ruangnya mencari ruang lain untuk memenuhi ruang tersebut,
(62)
b. Var 20 Apakah Rumah Anda Memiliki Ventilasi, terlihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11. Apakah Rumah Anda Memiliki Ventilasi
No Ventilasi Rumah Jumlah Persentase Bobot 1 Ada, luas > 10% luas lantai terdapat pada 2 sisi 0 0,00% 5 2 Ada, luas > 10% luas lantai terdapat pada 1 sisi 0 0,00% 4 3 Ada, luas < 10% luas lantai terdapat pada 2 sisi 0 0,00% 3 4 Ada, luas < 10% luas lantai terdapat pada 1 sisi 36 90,00% 2
5 Tidak ada 4 10,00% 1
Jumlah 40 100,00%
Data pada Tabel 4.11 memperlihatkan bahwa 90% responden rumahnya
memiliki ventilasi < 10% dari luas lantai dan terdapat pada 1 sisi, di mana standard
rumah yang sehat harus memiliki ventilasi minimal 11% luas ruangan untuk
memungkinkan pergantian udara secara lancar.
c. Var 37 Pengalaman mengalami musibah banjir, terlihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12. Pengalaman Banjir
No Pengalaman Banjir Jumlah Persentase Bobot
1 Tidak pernah 6 15,00% 5
2 1 Kali 15 37,50% 4
3 2 Kali 4 10,00% 3
4 Lebih 3 kali 9 22,50% 2
5 Sering sekali 6 15,00% 1
Jumlah 40 100,00%
Data pada Tabel 4.12 memperlihatkan bahwa 37.5% responden pernah 1 kali
mengalami musibah banjir.
Ketiga variabel manifes ini memberikan kontribusi eigenvalue sebesar 4,622
(1)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemukiman Kampung Kubur mengalami tekanan lingkungan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor dari aspek ekonomi, sosial dan budaya, fisik lingkungan.
2. Faktor-faktor yang dominan mempengaruhi tekanan lingkungan pada pemukiman Kampung Kubur terdiri dari:
a. Faktor aspek ekonomi yang meliputi: 1) Pendapatan keluarga.
2) Pengeluaran keluarga.
3) Kemampuan menabung keluarga. b. Faktor aspek fisik hunian yang meliputi:
1) Tidak terpenuhinya standard luasan lantai rumah. 2) Tidak terpenuhinya standard kenyamanan rumah sehat. 3) Tidak terpenuhinya persyaratan teknis rumah yang sehat. c. Faktor aspek sosial dan budaya terdiri dari:
(2)
5.2. Saran-saran
1. Bagi Pemerintah Kota Medan untuk memperbaiki lingkungan pada pemukiman kumuh studi kasus Kampung Kubur perlu dilakukan usaha-usaha mengatasi faktor laten (dominan) yang berasal dari aspek ekonomi, sosial dan budaya, fisik.
2. Untuk mengantisipasi agar tidak menjadi masalah yang berlarut-larut dan membesar, maka Pemerintah Kota Medan sudah dapat mencari solusi agar pemukiman kumuh Kampung Kubur yang berada di bantaran sungai perlu ditata dengan memperhatikan:
a. Aspek ekonomi dengan meningkatkan pendapatan penghuni setempat dari kegiatan mengatasi permasalahan lokal, berupa kegiatan pengelolaan sampah. Dengan pengelolaan sampah swakelola skala kumunitas dapat meningkatkan perekonomian penghuni setempat dan mengurangi masalah pencemaran sungai, pemanfaatan daerah aliran sungai sebagai tempat pusat jajanan kota yang akan memberi peluang bagi penduduk setempat untuk berusaha untuk meningkatkan perekonomian keluarga dengan tetap memperhatikan pelestarian lingkungan sungai.
b. Aspek fisik hunian dan prasarana lingkungan dengan membangun tanpa menggusur, yakni dengan membangunan rumah susun yang sudah lengkap dengan prasarananya pada lokasi tersebut dan memindahkan seluruh penghuni bantaran sungai menjadi penghuni rumah susun.
(3)
Sehingga nantinya lingkungan tersebut sudah tertata dengan baik dan bantaran sungai terbebas dari bangunan rumah.
c. Aspek sosial dan budaya perlu melaksanakan kegiatan-kegiatan penambahan wawasan tentang lingkungan yang sehat berupa penyuluhan dan pemberdayaan penduduk setempat dalam pengelolaan lingkungan.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 1999, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, Jakarta.
Arikunto, S. 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Azwar, A. 1990, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Mutiara, Jakarta.
Berry, D. 1995, Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologis, Penerjemah Paulus Wirutomo. PT. Raja Grafindo Utama, Jakarta.
Budiardjo, E. 1998, Percikan Masalah Arsitektur, Perumahan, Perkotaan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Calhoun, J. 1995, Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan, IKIP Semarang Press, Semarang.
Daldjoeni, N. 1992, Seluk Beluk Masyarakat Kota: Puspa Ragam Sosiologi Kota
dan Ekologi Sosial, Penerbit Alumni, Bandung.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal PPM & PL, 2002, Pedoman Teknis
Penilaian Rumah Sehat, Jakarta.
Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2006, Diseminasi Pelaksanaan Agenda 21 dan
Peringatan Hari Habitat Sedunia Provinsi Sumatera Utara, Medan.
Direktorat Jenderal Perumahan & Pemukiman Departemen Pemukiman & Prasarana Wilayah, 2002, Pemukiman di Bantaran Kali, Jakarta.
Direktorat Jenderal Perumahan & Pemukiman Departemen Pemukiman & Prasarana Wilayah, 2002, Pedoman Umum Rumah Sederhana Sehat, Jakarta.
Available at : Http://www.PU.go.id. Diakses : 2006.
Djunaidi, A. 2000, Indikator-indikator Lingkungan Perkotaan: Belajar dari Pengalaman-pengalaman Negara Lain, dalam Jurnal Manusia dan
Lingkungan Vol.VII No.I April 2000. Pusat Lingkungan Hidup Universitas
(5)
Frinck, H. 1993, Ilmu Konstruksi Bangunan 2, Kanisius, Yogyakarta.
Gunawan, A. 2002, Modifikasi Rumah Tinggal Sebagai Strategi Mengatasi Tekanan Lingkungan (Studi Kasus Perumnas Mandala Medan), Tesis.
Hutagalung, R. Ritonga, I. 2005, Laporan Penelitian “Karakteristik Sosial Ekonomi Permkiman Informal Pinggiran Sungai Babura, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan.
Kartono, K. 1981, Patologi Sosial, Penerbit PT. Raja Grapindo Persada, Jakarta.
Kasnoputranto, H. 1986, Aspek Kesehatan Masyarakat dari Pemukiman
di Wilayah Perkotaan, Alumni, Bandung.
Kirmanto, D. 2001, Kebijakan dan Strategi Nasional Penataan Lingkungan
Pemukiman Kumuh, Direktorat Jenderal Perumahan dan Pemukiman RI,
Jakarta.
Koestoer, R. 1997, Perfektif Lingkungan Desa-Kota, Teori dan Kasus, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Kurniasih, S. 2007, Usaha Perbaikan Pemukiman Kumuh di Petukangan Utara,
Skripsi, Teknik Arsitektur Universitas Budi Luhur, Jakarta.
Marwati, G. 2004, Press Release Perumahan dan Pemukiman untuk Rakyat, Pusat Litbang Pemukiman, Badan Litbang, Departemen Pekerjaan Umum. Odum, E P. 1996, Dasar-dasar Ekologi, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Santoso, S. 2002, Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat, Penerbit PT Elex
Media Kumputindo, Jakarta.
Setiawan, B S. 1995, Arsitektur Lingkungan dan Perilaku: Suatu Pengantar ke
Teori, Metodologi dan Aplikasi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen dan Kebudayaan, Jakarta.
Sinulingga, B. 2005, Pembangunan Kota Tinjauan Regional dan Lokal, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Sudjana, M A. 2002, Metoda Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung.
(6)
Sugundhy, A. 2002, Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah Selaku Ketua BKP4N tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan
Pemukiman, Direktorat Jenderal Perumahan dan Pemukiman RI, Jakarta.
Sumarwoto, O. 1989, Lingkungan Hidup dan Pelestarian, Jembatan, Bandung. Sumono. 2003, Pedoman Penulisan Proposal dan Tesis, Program Pascasarjana
USU, Medan.
Suparlan, P. 2007, Sosial dan Ekonomi Pemukiman Kumuh, Available at: http://www.pu.go.id/Ditjen_mukim/ensiklopedia/kumuh_miskin/SOS_NOMI _KUMUH.pdf, Diakses tanggal 11 Januari 2007.
Supranto, J. 2004, Analisis Multivariant, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Supriatna, Y. 2005, Jakarta Fenomena Kota Sakit, Available at: Http:///www.Gizi.net. Diakses Desember 2006
Suwedi, 2003, Pengembangan Sistem Informasi Sumberdaya Alam dan Sosial Budaya Bagi Perencana Daerah (Studi Kasus Kabupaten Pemalang), Jurnal
Saint dan Teknologi BPPT, BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi), Jakarta.
Syahrin, A. 2003, Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan
dan Permukiman Berkelanjutan, Pustaka Bangsa Press, Medan.
World Bank, 1999, Mencari Model Pembangunan yang Berkelanjutan, Available at: Http: www.karbonjournal.org/id/archives/detail.php. Diakses tanggal 11 Januari 2007.
Zulkarnain, W. 2006, Permukiman Kumuh di Perkotaan, Penerbit USU Press, Medan.