4
Masyarakat dengan
tingkat ekonomi
rendah memiliki
ketergantungan dan kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi daripada masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi karena pilihan
mereka yang terbatas. Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi memiliki lebih
banyak pilihan dan akses banyak media massa, termasuk bertanya langsung pada sumber atau ahli dibandingkan mengandalkan informasi
yang mereka dapat dari media massa. Media massa secara umum dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
a. Media audio, yaitu media komunikasi yang dapat didengar atau ditangkap oleh indra telinga. Misalnya radio dan
telepon. b. Media visual, yaitu media komunikasi yang dapat dibaca
atau ditangkap oleh indra mata. Misalnya surat kabar, buletin dll.
c. Media audio visual, yaitu media komnunikasi yang dapat
dibaca dan didengar, misalnya televise
2.4. Pers Sebagai Pilar Keempat Demokrasi
Keberadaan media massa atau dikenal luas dengan sebutan pers sejak kemerdekaan telah dijamin oleh konsititusi. Selama ini banyak
orang memahami kemerdekaan yang dimaksudkan dalam Pembukaan UUD 1945 hanya dimaknai sebagai kemerdekaan kolektif bangsa.
5
Padahal tidak akan ada kemerdekaan kolektif tanpa ada kemerdekaan dan kebebasan individu, termasuk di dalamnya adalah kebebasan
menyampaikan pendapat melalui pers. Sebelum reformasi, meskipun telah ada pernyataan kemerdekaan
dan kebebasan menyampaikan pendapat sebagaimana diatur pasal 28 UUD 1945, namun masih sebatas janji karena bergantung pada
undang-undang yang dibuat penguasa. Di era reformasi pasca perubahan UUD 1945, seperti halnya tiga pilar demokrasi lainnya
yakni kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif, kemerdekaan pers merupakan komitmen pertama di dalam UUD 1945. Jadi keliru bila
ada yang menganggap pers tidak ada di dalam UUD 1945. Menurut Jimly Asshiddiqie, salah satu roh dari demokrasi adalah kebebasan
bereksperesi dan hal itu tercermin dengan adanya kebebasan pers. Apa yang diperjuangkan oleh pers, sama halnya dengan prinsip
negara yakni demokrasi, rule of law dan social welfare. Sebagai salah satu dari pilar demokrasi, pers memiliki tanggung jawab untuk
meningkatkan profesionalisme. Dalam negara hukum, salah satu roh dari rule of law adalah profesionalisme. Agar bisa berjalan, demokrasi
memerlukan prasyarat sosial yakni kaum profesional yang menjadi jembatan antara masyarakat kelas bawah dengan kaum elite dan salah
satu kaum profesional kelas menengah ini adalah wartawan. Seorang founding fathers Amerika, Thomas Jeffersen, pernah
mengatakan, Lebih baik memiliki pers tanpa pemerintah, daripada memiliki pemerintah tanpa pers.Pernyataan presiden ke-3 Amerika
6
Serikat yang sangat monumental bagi dunia pers ini juga disebut-sebut menandai lahirnya pers sebagai pilar keempat demokrasi di Amerika
Sirikit Syah, 2014. Pers sebagai kekuatan demokrasi menjadi penopang pilar-pilar
demokrasi lainnya seperti eksekutif, legislatif dan yudikatif. Di saat pilar-pilar lainnya lumpuh, pers diharapkan tampil di depan untuk
menyelamatkan tegaknya nilai-nilai demokrasi di sebuah negara. Meski di Indonesia pilar keempat tidak diakui resmi sebagai pilar
negara, tetapi peran pers di republik ini justru sangat besar. Selain berfungsi sebagai pengontrol kekuasaan, menjalankan
fungsi edukasi dan hiburan, pers juga sering menjadi pengawal perubahan besar. Runtuhnya Orde Baru dan lahirnya era reformasi tak
bisa dipisahkan dari sumbangan besar media massa di Indonesia. Pers hadir untuk memberi pencerdasan kepada publik, mengembalikan hal-
hal menyimpang ke jalan benar, memberi wacana publik yang mencerahkan, memberi informasi yang dibutuhkan masyarakat,
objektif dan independen. Meskipun pers telah menemui angin kebebasannya, tidak sedikit yang memanfaatkannya untuk kepentingan
individu maupun kelompok tertentu, bahkan kebebasan pers saat ini ada yang kebablasan tanpa filter. Hal itu tidak lain karena beberapa
pers dikomandoi sang pemiliknya. Ironisnya, sang pemilik pers juga sebagai
politikus yang
hanya mengejar
kekuasaan tanpa
mempedulikan independensi media massanya. Malahan ada beberapa media massa yang menjadi koalisi penguasa, dalam pemberitaannya
lebih membenarkan kebijakan yang diambil pemerintah, tidak
7
berimbang, tidak objektif dan tidak mencerminkan sebagai media massa publik.
Robert Dahl dalam salah satu karya klasik namun cukup monumental, Polyarchy 1971:1-3, menulis ada delapan jaminan
konstitusional yang menjadi syarat demokrasi, salah satunya adanya syarat untuk berekspresi. Kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani,
terdiri dua suku kata demos dan kratos. Demokrasi adalah sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi
pada dasarnya kekuasaan dari dan untuk rakyat. Karenanya, semuanya berhak berpartisipasi, baik aktif maupun
mengontrol kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Demokrasi sebagai bentuk pemerintahan yang semua warganya memiliki hak
setara dalam pengambilan keputusan yang bisa mengubah hidup mereka. Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi dan budaya
yang memungkinkan adanya praktik politik secara bebas dan setara. Sebagai salah satu pilar demokrasi, pers harus memiliki tanggung
jawab besar, sebab pers harus mampu mempertahankan eksistensinya tidak hanya dalam menjunjung tinggi kebebasan berekspresi, tetapi
juga menghormati hak asasi manusia, serta etika dan moral. Pers sebagai pilar demokrasi tidak hanya mengejar keuntungan, melainkan
harus mampu membawa perubahan bangsa menjadi lebih baik, bersikap independen dan objektif dalam pemberitaan.
2.5. Penelitian Terdahulu.