ANALISIS TINDAK PIDANA PERPAJAKAN DALAM PAJAK PENGHASILAN (PPh) DAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) (Studi Perkara Nomor 312/PID.B/2006/PN. JKT SEL)

  

ABSTRAK

ANALISIS TINDAK PIDANA PERPAJAKAN DALAM

PAJAK PENGHASILAN (PPh) DAN PAJAK

PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

  

(Studi Perkara Nomor 312/PID.B/2006/PN. JKT SEL)

Oleh

HERLIN PUSPITA SARI

  Tindak pidana dibidang perpajakan seperti yang dilakukan oleh direktur perusahaan atau PT. Surya Cipta Gemilang yang bergerak dibidang jasa merupakan perusahaan dengan identitas palsu (fiktif) yang melakukan penjualan faktur pajak terhadap perusahaan kena pajak tanpa melakukan penyerahan barang atau didukung dengan adanya arus barang dan arus uang. Perusahaan yang ingin membeli faktur pajak pada biro jasa tersebut terlebih dahulu menuliskan uraian barang dan harga barang untuk mendapat nilai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang akan dijadikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) masukan oleh perusahaan- perusahaan pengguna atau pengusaha kena pajak. Dengan menerbitkan faktur pajak palsu (fiktif) yang didirikan oleh PT. Surya Cipta Gemilang maka pelaku tindak pidana yakni direktur PT. Surya Cipta Gemilang yang menjadi terdakwa dalam perkara tersebut berhasil melipatgandakan 10 (sepuluh) kali lipat dari jumlah pajak yang disetor, sehingga menimbulkan kerugian pada pendapatan negara sebesar kurang lebih Rp. 354.015.529.873. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah unsur-unsur yang diidentifikasikan sebagai tindak pidana perpajakan dalam Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dalam perkara Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 312 / PID. B/ 2006 / PN. JKT SEL? dan apakah faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana perpajakan dalam Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Niali (PPN) dalam perkara Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 312 / PID. B/ 2006 / PN. JKT SEL? Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan secara yuridis empiris dan yuridis normatif. Adapun sumber dan jenis data adalah data primer yang diperoleh dari studi lapangan dengan melakukan wawancara terhadap Hakim, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Dirjen Pajak Bandar Lampung, dan Dosen Fakultas

  Herlin Puspita Sari

  Data yang diperoleh kemudian diolah dengan cara memeriksa dan mengkoreksi data, setelah data diolah yang kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif guna mendapatkan suatu kesimpulan yang memaparkan kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari penelitian.

  Berdasarkan penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa Unsur- unsur yang diidentifikasikan sebagai tindak pidana perpajakan dalam perkara Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 312 / PID. B/ 2006 / PN. JKT SEL yaitu dalam perkara tersebut terdakwa telah melakukan tindak pidana perpajakan dalam Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang diatur dalam

  Pasal 39 Ayat (1) huruf a jo Pasal 43 Ayat (1) UU No 16 Tahun 2000 jo Pasal 64 Ayat (1) KUHP dengan unsur-unsur yang dipenuhi adalah unsur: setiap orang, sengaja, menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, wakil, kuasa atau pegawai dari wajib pajak yang menyuruh atau yang membantu melakukan tindak pidana dibidang perpajakan, beberapa perbuatan yang mempunyai hubungan sedemikian rupa sehingga dipandang sebagai perbuatan diteruskan. Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana perpajakan berdasarkan fakta yang terjadi pada perkara Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 312 / PID. B/ 2006 / PN. JKT SEL antara lain: kurangnya pengawasan dari Direktorat Jenderal Pajak (Dirjen Pajak) pusat dalam mengawasi perusahaan-perusahaan yang terkait dalam bidang perpajakan sehingga membuka peluang bagi terdakwa dengan melihat sistem informasi perpajakan Dirjen Pajak yang kurang cermat dalam mengontrol faktur pajak yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan yang dikelola oleh terdakwa, serta kurangnya koordinasi yang baik antara lembaga keuangan Bank dengan Dirjen Pajak yang mendorong terdakwa berani memalsukan cap registrasi Bank yang kemudian dilaporkan ke kantor pajak dan bukti Surat Setoran Pajak. Adapun saran yang diberikan penulis yaitu untuk menjamin keefektifan dari pelaksanaan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tersebut maka setiap ada pelanggaran harus segera ditindak dengan memproses pelaku tindak pidana sampai ke tingkat pengadilan dan memaksimalkan vonis pidana penjara dan denda dalam setiap unsur-unsur pasal yang terdapat dalam undang-undang tersebut. Pemerintah juga harus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait yang ada seperti pengawasan dari Direktorat Jenderal Pajak Pusat dan lembaga keuangan Bank dalam mengawasi perusahaan-perusahaan yang terkait dalam bidang perpajakan dan agar lebih cermat dalam mengontrol faktur-faktur yang dikeluarkan oleh perusahaan kena pajak serta dapat mengawasi tindakan seperti memalsukan cap registrasi Bank.

  65

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :

  1. Unsur-unsur yang diidentifikasikan sebagai tindak pidana perpajakan dalam Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dalam perkara Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 312 / PID. B/ 2006 / PN. JKT SEL yaitu dalam perkara tersebut terdakwa telah melakukan tindak pidana perpajakan dalam Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang diatur dalam Pasal 39 Ayat (1) huruf a jo Pasal 43 Ayat (1) UU No 16 Tahun 2000 jo Pasal 64 Ayat (1) KUHP dengan Unsur-Unsur yang dipenuhi adalah sebagai berikut : a.

  Setiap orang b. Sengaja c. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

  d.

  Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara.

  e.

  Wakil, kuasa atau pegawai dari wajib pajak yang menyuruh atau yang membantu melakukan tindak pidana dibidang perpajakan.

  f.

  Beberapa perbuatan yang mempunyai hubungan sedemikian rupa sehingga dipandang sebagai perbuatan diteruskan.

  2. Berdasarkan fakta yang terjadi dalam perkara Pengadilan Negeri Jakarta

  66 faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana perpajakan dalam Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebagai berikut:

  a. Kurangnya pengawasan dari Direktorat Jenderal Pajak (Dirjen Pajak) pusat dalam mengawasi perusahaan-perusahaan yang terkait dalam bidang perpajakan. Sehingga membuka peluang bagi terdakwa dengan melihat sistem informasi perpajakan Dirjen Pajak yang kurang cermat dalam mengontrol faktur pajak yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan yang dikelola oleh terdakwa. Hal ini dapat dilihat dari pengurus yang sekaligus direktur PT. Surya Cipta Gemilang yang telah menjadi terdakwa juga mendirikan sekitar 150 perusahaan dengan identitas palsu, dimana perusahaan-perusahaan tersebut digunakan untuk menerbitkan faktur- faktur pajak atas pesanan pengguna faktur yang tidak mempunyai perusahaan PKP (Pengusaha Kena Pajak) sedangkan perusahaan yang dikelola oleh direktur PT. Surya Gemilang tersebut sudah berstatus pengusaha kena pajak dan direkur tersebut mendapatkan presentasi.

  b. Koordinasi yang kurang baik antara lembaga keuangan Bank dengan Dirjen Pajak yang mendorong terdakwa berani memalsukan cap registrasi Bank yang kemudian dilaporkan ke kantor pajak dan bukti Surat Setoran Pajak (SSP). Hal ini terbukti dari pajak-pajak yang disetorkan adalah sebesar 0,02% dari PPN dan setelah disetorkan ke Bank dan mendapat registrasi, selanjutnya oleh terdakwa mengubah dengan mengalikan 10 kali lipat, setelah diberi cap palsu registrasi Bank, baru kemudian dilaporkan ke kantor pajak dan bukti Surat Setoran Pajak (SSP) yang

  67 dimasukkan atau di mark up, dan dalam pembuatan faktur tersebut tidak ada penyerahan barang, dan terdakwa dari pembuatan faktur-faktur tersebut mendapat fee sebesar 0,8 %.

B. Saran

  Adapun saran yang akan diberikan penulis sebagai berikut:

  1. Untuk menjamin keefektifan dari pelaksanaan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 tersebut maka setiap ada pelanggaran harus segera ditindak dengan memproses pelaku tindak pidana sampai ke tingkat pengadilan dan memaksimalkan vonis pidana penjara dan denda dalam setiap unsur-unsur Pasal yang terdapat dalam undang-undang tersebut agar mempunyai efek jera terhadap pelaku tindak pidana perpajakan dalam Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) serta dapat meminimalisir terjadinya tindak pidana tersebut.

  2. Pemerintah harus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait yang ada seperti pengawasan dari Direktorat Jenderal Pajak (Dirjen Pajak) pusat dalam mengawasi perusahaan-perusahaan yang terkait dalam bidang perpajakan dan agar lebih cermat dalam mengontrol faktur-faktur yang dikeluarkan oleh perusahaan kena pajak. Selain itu juga harus ada koordinasi yang baik antara lembaga keuangan Bank dengan Dirjen Pajak mampu mencegah tindak pidana seperti memalsukan cap registrasi Bank yang kemudian dilaporkan ke kantor pajak dan bukti Surat Setoran Pajak (SSP) yang bertujuan untuk melakukan tindak pidana perpajakan dalam Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak