38
Elizabeth B. Hurlock 1970: 82 menyatakan bahwa disiplin berasal dari kata yang sama dengan ”disciple” yakni seseorang yang belajar dari atau secara
suka rela mengikuti seorang pemimpin. Orang tua dan guru merupakan pemimpin dan anak merupakan murid yang belajar dari cara mereka hidup yang menuju ke
kehidupan yang berguna dan bahagia. Jadi disiplin merupakan cara masyarakat mengajari anak perilaku moral yang disetujui kelompok.
Dalam Gerakan Disiplin Nasional Menyongsong Era Keterbukaan tahun 2020 mengemukakan bahwa disiplin adalah ketaatan terhadap peraturan dan
norma kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara yang berlaku dan dilaksanakan secara sadar, dan ikhlas lahir batin sehingga timbul rasa malu
terhadap sangsi dan rasa malu terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Terbentuknya Disiplin
Dalam buku Disiplin Nasional yang disusun oleh Lembaga Ketahanan Nasional Lemhannas,1997:15 disebutkan bahwa disiplin tidak terjadi dengan
sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan, dikembangkan, dan diterapkan dalam semua aspek menerapkan sanksi serta dengan bentuk ganjaran dan hukuman
sesuai dengan amal perbuatan para pelaku. Disiplin seseorang adalah produk sosialisasi sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya, terutama lingkungan
sosial. Oleh karena itu pembentukan disiplin tunduk pada kaidah-kaidah proses belajar. Dalam membentuk disiplin harus ada pihak yang memiliki kekuasaan
yang lebih tinggi sehingga mampu mempengaruhi tingkah laku pihak lain ke arah tingkah laku yang diinginkan.
39
Secara garis besar terbentuknya disiplin adalah sebagai berikut. a. Disiplin tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan,
dikembangkan, dan diterapkan dalam semua aspek, menerapkan sanksi dan ganjaran serta hukuman sesuai perbuatan para pelaku.
b. Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, keteraturan, dan ketertiban. Hal ini tercipta melalui proses binaan keluarga, pendidikan, dan pengalaman atau pengenalan dari keteladanan
lingkungannya. c. Disiplin itu lahir, tumbuh dan berkembang dari sikap seseorang di dalam
sistem nilai budaya yang telah ada didalam masyarakat. Disiplin akan tumbuh bila melalui latihan pendidikan atau penanaman kebiasaan dengan
keteladanan-keteladanan tertentu yang harus dimulai sejak ada dalam lingkungan keluarga, pada masa kanak-kanak dan terus tumbuh berkembang
menjadikannya bentuk disiplin yang semakin kuat. d. Disiplin yang mantap pada hakekatnya akan tumbuh dan terpancar dari hasil
kesadaran manusia. Disiplin yang tidak bersumber pada hati nurani manusia akan menghasilkan disiplin yang lemah dan tidak bertahan lama atau akan
lekas pudar Lemhannas, 1997: 15.
3. Unsur-unsur Disiplin
Sebelum seseorang memiliki sikap disiplin maka akan didahului oleh serangkaian sikap yang akan mendorong terbentuknya sikap disiplin. Sikap-sikap
40
inilah yang kemudian disebut sebagai unsur-unsur disiplin. Unsur-unsur disiplin meliputi tiga hal, antara lain:
a. Pemahaman yang baik mengenai sistem peraturan, perilaku,norma, kriteria dan standar sehingga menumbuhkan pengertian yang mendalam.
b. Sikap mental mental attitude. Sikap mental merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil dan pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran, dan
pengendalian watak. c. Sikap kelakuan yang wajar yang menunjukkan kesungguhan hati untuk
mentaati segala hal secara hormat dan tertib.Kwarnas Gerakan Pramuka, 1987:5.
Jadi, disiplin dapat dibedakan menjadi disiplin dalam hal sikap mental, disiplin berkata-kata, disiplin belajar, disiplin bertindak. Unsur tersebut
membentuk suatu pola keperibadiaan yang menunjukkan perilaku disiplin atau tidak disiplin.
Selain pendapat di atas, Elizabeth B. Hurlock 1970:74 mengemukakan unsur-unsur disiplin yang diharapkan mampu mendidik anak untuk berperilaku
sesuai dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial mereka. Ia harus mempunyai empat unsur pokok, yaitu:
a. Peraturan
Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola tersebut bisa ditetapkan oleh orang tua, guru atau teman bermain. Tujuannya adalah
membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi-situasi tertentu. Dalam hal peraturan sekolah misalnya; peraturan ini mengatakan pada
41
anak apa yang harus dan apa yang tidak boleh dilakukan sewaktu berada di dalam kelas, lapangan sekolah, kantin. Peraturan berfungsi mendidik, sebab
peraturan memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui anggota kelompok tersebut. Peraturan juga membantu mengekang perilaku yang tidak
diinginkan. b.
Hukuman Hukuman berasal dari kata kerja latin ”punire” dan berarti menjatuhkan
hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan. Hukuman mempunyai peran antara lain
menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat, mendidik anak membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta
memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima masyarakat. c.
Penghargaan Istilah penghargaan berarti tiap bentuk pemberian untuk suatu hasil yang
baik. Penghargaan mempunyai nilai mendidik, sebagai motivasi untuk mengulang perilaku yang disetujui secara sosial, memperkuat perilaku yang
disetujui secara sosial. d.
Konsistensi Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Ia tidak sama
dengan ketetapan yang berarti tidak adanya perubahan, sebaliknya artinya ialah suatu kecenderungan menuju kesamaan. Konsistensi harus menjadi ciri semua
aspek disiplin. Harus ada konsistensi dalam peraturan yang digunakan sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalam cara peraturan ini diajarkan dan
42
dipaksakan, dalam hukuman yang diberikan pada mereka yang tidak menyesuaikan pada standar dan dalam penghargaan bagi mereka yang
menyesuaikan.
4. Bentuk-bentuk Disiplin