Hakikat Model Pembelajaran Inkuiri

2. Hakikat Model Pembelajaran Inkuiri

Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang guru untuk membantu siswa dalam mendapatkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang diberikan diharapkan dapat mendewasakan siswa dari segi intelekualitasnya. Kedewasaan intelektualitas yang terbentuk akan dapat mempengaruhi tingkah laku, kepribadian, dan sikap ilmiah pada diri siswa. Pembelajaran menurut Dimyanti dan Mudjiono 1999 adalah kegiatan guru yang secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Selanjutnya Knirk dan Gustafson 1986 menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan sudah melalui tahapan perancangan pembelajaran. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu siswa mempelajari ilmu pengetahuan dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap perancangan, pelaksanaan dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar. Proses pembelajaran merupakan hal yang penting bagi seorang siswa. Untuk itu pembelajaran yang dilakukan harus diupayakan seoptimal mungkin agar mempunyai dampak terhadap siswa. Optimalisasi disini dipandang sebagai usaha untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan pembelajaran. Untuk mengatasi berbagai problematika dalam pembelajaran tentu diperlukan model-model pembelajaran yang dipandang mampu mengatasi kesulitan guru dalam melaksanakan tugas mengajar dan juga kesulitan siswa. Model secara umum diartikan sebagi suatu tipe atau desain yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan Komarudin, 2000. Lebih jauh Komarudin menyatakan bahwa kesimpulan para peneliti tentang model adalah : 1 suatu tipe atau desain, 2 suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati, 3 suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan informasi-informasi yang dipakai untuk menggambarkan secara matematis suatu objek atau peristiwa, 4 suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang disederhanakan, 5 suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner, dan 6 penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya. Dikaitkan dengan pembelajaran, pengertian model di atas dapat disimpulkankan sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran. 14 Nasution dan Surianto 1991 menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan pola yang menerangkan suatu proses penyebutan dan suatu situasi lingkungan yang menyebabkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan khusus pada diri mereka. Senada dengan pendapat di atas Twelker dalam Napitupulu, 2004 mengatakan bahwa model pembelajaran adalah cara yang sistematis dalam mengidentifikasi, mengembangkan dan mengevaluasi seperangkat materi dan strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya Gagne dan Briggs 1974 menyebutkan model pembelajaran sebagai serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Sesuai dengan rumusan pengertian yang dikemukakan di atas, dapat dinyatakan bahwa ada empat karakteristik yang harus dimiliki oleh setiap model pembelajaran, yaitu: 1 berorientasi pada tujuan, 2 kondisi, 3 sistematik, 4 evaluasi dan revisi. Bertolak dari uraian di atas, dapat ditarik suatu pengertian bahwa untuk mencapai kemampuan sebagai hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, diperlukan suatu model pembelajaran. Model tersebut disusun dengan memasukkan elemen- elemen seperti metode, teknik, materi, pentahapan, prosedur, organisasi dan lingkup. Model ini disusun sedemikian rupa sehingga merupakan suatu cara yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran. 15 Joyce dan Weil 1986 menggolongkan model-model pembelajaran ke dalam empat rumpun. Keempat rumpun model pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut: 1 rumpun model- model pemerosesan informasi, 2 rumpun model-model pribadiindividual, 3 rumpun model-model sosial, dan 4 rumpun model prilaku. Pengajaran sains pada umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui model-model pembelajaran yang termasuk rumpun pemerosesan informasi. Hal ini dikarenakan model-model pembelajaran pemerosesan informasi menekankan pada bagaimana seseorang berpikir dan bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengolah informasi. Menurut Downey dalam Joice dan Weil, 1986 bahwa inti dari berpikir yang baik adalah kemampuan untuk memecahkan masalah. Esensi dari pemecahan masalah adalah kemampuan untuk belajar dalam situasi teka-teki. Dengan demikian, hal itu dapat diimplementasikan bahwa kepada siswa hendaknya diajarkan bagaimana belajar yang meliputi apa yang diajarkan, bagaimana hal itu diajarkan, dan jenis kondisi belajar. Model-model pembelajaran dalam rumpun ini bertitik tolak dari prinsip-prinsip pengolahan informasi, yaitu yang merujuk pada cara- cara bagaimana manusia menangani rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi data, mengenali masalah, dan mencoba mencari solusinya, serta mengembangkan konsep-konsep dan bahasa untuk menangani masalah tersebut. Beberapa model pembelajaran dalam 16 rumpun ini berhubungan dengan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah, dengan demikian dalam belajar, siswa menekankan pada produktivitas berpikir. Sedangkan beberapa model pembelajaran lainnya berhubungan kemampuan intelektual secara umum, dan sebagian lagi menekankan pada konsep dan informasi yang berasal dari disiplin ilmu secara akademis. Jenis-jenis model pembelajaran yang termasuk kedalam rumpun pemerosesan informasi, dalam Joice dan Weil 1986 adalah: 1 Model Pemerolehan Konsep, 2 Model Berpikir Induktif , 3 Model Latihan Inkuiri, 4 Model Pembelajaran Presentasi, 5 Model Memorisasi, 6 Model pemgembangan intelektual, 7 Model Inkuiri Biologi. Model pembelajaran latihan inkuiri menitikberatkan partisipasi aktif dari siswa sebagai peserta belajar dalam inkuiri ilmiah Richard Schuman dalam Joyce dan Weil, 1986. Schuman dalam Mappa dan Basleman, 1994 mengembangkan model penyelidikan ilmiahnya dengan menganalisis metode-metode yang digunakan tenaga–tenaga peneliti yang kreatif. Latihan inkuiri ini dirancang untuk mengajak siswa secara langsung dalam proses ilmiah dengan latihan-latihan yang diringkas melalui proses ilmiah ke dalam waktu yang relatif singkat Indrawati, 1999. Lebih lanjut Schuman menyatakan bahwa latihan inkuiri ini bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan yang dibutuhkan dengan memberikan 17 pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka. Latihan inkuiri diawali dengan suatu “teka-teki” puzzling event Richard Schuman, dalam Joyce dan Weil, 1986. Schuman percaya bahwa individu yang dihadapkan dengan situasi teka-teki akan termotivasi untuk mencari makna yang ada dari suatu peristiwa. Secara alamiah siswa berusaha untuk memahami lebih baik bagaimana menerapkan konsep-konsep tersebut kearah identifikasi sebab akibat. Untuk dapat memahami situasi teka-teki, siswa harus memahami kompleksitas pemikirannya dan memahami bagaimana merangkai data ke dalam konsep dan bagaimana menerapkan konsep tersebut ke arah identifikasi dari prinsip-prinsip sebab akibat. Menurut Mappa 1994 bahwa asumsi yang mendasari model ini adalah bahwa individu, apabila diberi teka-teki membutuhkan waktu untuk menyelidiki data yang menyelubungi teka-teki tersebut dan kemudian mengolah data bersama-sama menurut cara baru. Menurut Schuman dalam Mappa, 1994 mengemukakan bahwa siswa makin menyadari proses penyelidikan, untuk itu proses penyelidikan ini dapat diajarkan kepada mereka secara langsung. Lebih lanjut Schuman menyatakan proses dan strategi penyelidikan sebagai suatu aspek penting dari penyelidikan yang otonom. Selanjutnya juga disebutkan bahwa penting untuk menyampaikan kepada siswa sikap yang menyatakan bahwa semua pengetahuan bersifat sementara. 18 Schuman dalam Indrawati, 1999 menyebutkan bahwa dengan model pembelajaran seperti ini, ia mengharapkan siswa untuk bertanya mengapa suatu peristiwa terjadi kemudian siswa melakukan kegiatan, mencari jawaban, memproses data secara logis, sampai akhirnya siswa mengembangkan strategi pengembangan intelektual yang dapat digunakan untuk menemukan mengapa suatu fenomena bisa terjadi. Suharto 2003 menyebutkan tujuan atau kegunaan metode pembelajaran inkuiri antara laian adalah : 1 mengembangkan sikap dan keterampilan siswa untuk mampu memecahkan masalah serta mengambil keputusan yang objektif dan mandiri, 2 mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah, 3 membina dan mengembangkan rasa ingin tahu penalaran dan cara berfikir objektif, baik secara indivisual maupun kelompok, 4 dapat menangkap matra kognitif maupun afektif. Selanjutnya, model pembelajaran ini menuntut guru untuk melibatkan siswa untuk memulai inkuiri sedapat mungkin. Peran guru adalah menyeleksi atau menciptakan situasi masalah. Mewasiti prosedur inkuiri, memberikan respon terhadap inkuiri yang ditunjukkan siswa, membantu siswa memulai inkuiri, dan memfasilitasi diskusi siswa. Adapun faktor pendukung yang harus diperhatikan adalah penciptaan kondisi untuk memberikan bahan konfrontasi, guru harus memahami dan menguasai proses-proses dan 19 strategi berpikir, dan bahan-bahan yang menjadi sumber untuk memecahkan masalah. Model pembelajaran latihan inkuiri ini memiliki lima fase sebagai sintaks pembelajarannya. Adapun kelima fase tersebut adalah: 1 guru menghadapkan siswa dengan masalah yang kemudian menjelaskan prosedur inkuiri serta menyajikan peristiwa yang membingungkan bagi siswanya, 2 siswa melakukan pengumpulan data untuk verifikasi yang selanjutnya siswa menemukan sifat objek dan kondisi menemukan terjadinya masalah, 3 siswa melakukan pengumpulan data dalam eksperimen kemudian siswa mengenali variabel-variabel yang relevan, merumuskan hipotesis dan mengujinya, 4 Siswa merumuskan penjelasan sehubungan dengan permasalahan yang dihadapkan pada siswa, 5 guru dan siswa bersama-sama menganalisis proses inkuiri agar selanjutnya dapat dikembangkan menjadi lebih efektif. Dalam penggunaannya, model pembelajaran ini memiliki dampak pengajaran langsung dan dampak pengajaran pengiring yang dapat digambarkan seperti bagan di bawah ini. Gambar 1. Efek langsung dan Pengiring dari pembelajaran dengan menggunakan model latihan inkuiri. Diadapatasi dari Indrawati, 1999, hal : 24. Model Model Pembelajaran IPA, Bandung. Dirjen Dikdasmen P3G IPA

B. Kerangka Berpikir