IVA: Pertumbuhannya menyebar ke organ-organ sekitarnya IVB: Menyebar ke organ yang jauh
Tingkatan kelainan histologis preinvasive dari epitel skuamosa serviks IARC Handbooks of Cancer Prevention, 2005
Tabel 2.1. Tabel kelainan histologis preinvasive epitel skuamosa serviks
Sistem klasifikasi dysplasia
Neoplasia intraepitel serviks
Sistem klasifikasi Bethesda
Displasia ringan CIN 1
LGSIL Displasia
sedangmoderate CIN 2
HGSIL
Displasia berat CIN 3
HGSIL Karsinoma in situ
CIN 3 HGSIL
2.3.5. Patogenesis
Infeksi HPV terjadi melalui hubungan seksual dengan masa inkubasi selama 3 bulan. Bentuk klasik dari infeksi HPV adalah kondiloma akuminata yaitu kutil yang
berbentuk kembang kol pada jaringan ikat di tengahnya dan ditutup terutama di bagian atas epitel yang hiperkeratolitik. Kondiloma akuminata jarang ditemukan pada
serviks dimana lesinya hanya terbatas pada vulva, anus dan vagina bagian posterior. Kemungkinan peranan terjadinya kanker serviks adalah dengan melakukan gangguan
pada gen yang mengatur pembelahan virus dan mengakibatkan pembelahan sel menjadi tidak terkontrol ke arah keganasan. Perubahan sel yang terjadi dapat dalam
bentuk jinak kondiloma NIS 1= Neoplasma Intraepitel Serviks atau bentuk prakanker NIS 2 dan 3, bahkan dapat menjadi karsinoma invasif Fatimah, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.3.6. Manifestasi klinis
Menurut American Cancer Society, wanita dengan kanker serviks dini dan kanker pra biasanya tidak memiliki gejala. Gejala sering tidak dimulai sampai pra
kanker menjadi kanker invasif yang benar dan tumbuh ke dalam jaringan di dekatnya. Ketika ini terjadi, gejala yang paling umum adalah:
1. Perdarahan vagina abnormal, seperti pendarahan setelah berhubungan seks senggama, perdarahan setelah menopause, perdarahan bercak antara periode
menstruasi dan memiliki panjang periode lebih lama dari biasanya. Pendarahan setelah douching, atau setelah pemeriksaan panggul merupakan gejala umum kanker
serviks tetapi tidak pra kanker.
2. Sebuah cairan yang keluar dari vagina - discharge dapat mengandung darah dan mungkin terjadi antara periode setelah menopause.
3. Nyeri saat berhubungan seks senggama.
Tanda-tanda dan gejala juga dapat disebabkan oleh kondisi lain selain kanker serviks, dan infeksi dapat menyebabkan rasa sakit atau perdarahan.
2.3.7. Diagnosis
1. Sitologi Pemeriksaan sitologi dikenal dengan pemeriksaan pap smear. Sitologi
bermanfaat untuk mendeteksi sel-sel serviks yang tidak menunjukkan adanya gejala, dengan tingkat ketelitiannya mencapai 90 Fatimah, 2009.
2. Kolposkopi Kolposkopi merupakan pemeriksaan serviks dengan menggunakan alat
kolposkopi yaitu alat yang disamakan dengan dengan mikroskop bertenaga rendah pembesaran antara 6-40 kali dan terdapat dan terdapat sumber cahaya
Universitas Sumatera Utara
didalamnya. Kolposkopi dapat meningkatkan ketepatan sitologi menjadi 95. Alat ini pertama kali diperkenalkan di Jerman pada tahun 1925 oleh Hans
Hinselmann untuk memperbesar gambaran permukaan porsio sehingga pembuluh darah lebih jelas dilihat. Pada alat ini juga dilengkapi dengan filter
hijau untuk memberikan kontras yang baik pada pembuluh darah dan jaringan. Pemeriksaan kolposkopi dilakukan untuk konfirmasi apabila hasil
test pap smear abnormal dan juga sebagai penuntun biopsi pada lesi serviks yang dicurigai Fatimah, 2009.
3. Biopsi Biopsi dilakukan di daerah yang abnormal jika sambungan skuamosa-
kolumnar SSK yang terlihat seluruhnya dengan menggunakan kolposkopi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat dan alat biopsy harus tajam dan harus
diawetkan dalam larutam formalin 10 sehingga tidak merusak epitel Fatimah, 2009.
4. Konisasi Konisasi serviks adalah pengeluaran sebagian jaringan serviks sehingga
bagian yang dikeluarkan berbentuk kerucut. Konisasi dilakukan apabila : - Proses dicurigai berada di endoserviks.
- Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi. - Ada kesenjangan antara hasil sitologik dan histopatologik Fatimah, 2009
Terdapat juga tes untuk mengetahui sudah berapa jauh stadium dari kanker diantaranya :
1. Cytoscopy, digunakan untuk melihat bagian interior dari daerah bladder dan urethra dan melihat apabila penyebaran kanker sudah mencapai
system urinaria. 2. Protoscopy, digunakan untuk melihat bagian bawah dari kolon, juga untuk
melihat apakah kanker sudah menyebar ke rahim.
Universitas Sumatera Utara
3. Intravenous pyelogram, digunakan untuk melihat apakah adanya penyumbatan pada ginjal Cinton, 2014
Tes yang lain juga dianjurkan sebagai penolong dalam pengambilan keputusan perawatan, termasuk :
1. Tes darah, termasuk di dalamnya Complete Blood Count CBC untuk memastikan apakah didapati anemia atau dapat dilakukan Chemistry
screen untuk mengetahui keadaan liver dan ginjal. 2. Imaging test, termasuk Chest x-ray, CT scan, MRI dan Positron Emission
Therapy PET. Tes ini di lakukan apabila kanker sudah menyebar di luar serviks Cinton, 2014
2.3.8. Penatalaksanaan