APA YANG DIKATAKAN AL QURAN TENTANG ALKI
APA YANG DIKATAKAN AL-QURAN TENTANG ALKITAB?
Oleh:
Syed Bahadar Shah
Disadur dan diterjemahkan oleh:
Pdt. Yosep Surahman Situmeang
CONTENT
Hal 10
Apa yang dipercayai umat Islam sehubungan dengan Kitab-kitab
Suci Allah?
Hal 10
Apa pandangan umat Islam mula-mula mengenai kitab suci yang
sebelumnya?
Hal 12
Mengapa Kitab Suci yang sebelumnya diduga telah diganti?
Hal 13
Apakah Nabi Isa Al Masih (pbuh) menghapuskan Taurat?
Hal 15
Apakah bangsa dari kitab tersebut mengikutinya dengan tepat?
Hal 15
Apakah bangsa dari kitab tersebut mengubah kitab suci
sebelumnya atau mereka hanya tidak setia menguikuti kitab
sucinya?
Hal 17
Dalam setiap sudut sejarah, apakah mungkin bagi Yahudi dan
Kristen untuk mengkombinasikan usaha mereka untuk mengubah
kitab suci, mengingat konfirmasi dari Al-Quran kepada hal yang
berlawanan itu?
Hal 19
Ayat-ayat Al-Quran yang mana yang menduga bahwa kitab suci
yang sebelumnya telah diganti?
Hal 22
Apakah Al-Quran atau doktrin dasar Islam membatalkan kitab suci
yang sebelumya?
Hal 23
Apakah Allah memberikan Taurat kepada Nabi Musa (pbuh)?
Hal 24
Apakah Allah memberikan zabur kepada Nabi Daud (pbuh)?
Hal 24
Apakah Allah menunjukkan Injil (Perjanjian Baru) kepada Nabi Isa
al Masih (pbuh)?
Hal 25
Menurut Al-Quran wahyu-wahyu yang mana yang Allah kirimkan
kepada umat manusia?
Hal 26
Apakah Quran dimana saja menginstruksikan kepada umat-umat
percaya untuk mempercayai kitab-kitab suci sebelumnya?
Hal 26
Apakah yang dikatakan Quran mengenai mereka yang menolak
keempat kitab suci Allah? Apa yang akan menjadi konsekuensi
atas penolakan wahyu-wahyu sebelumnya?
Hal 29
Mengapa Quran dimunculkan?
Hal 29
Apa saja yang dikatakan Quran terkait kitab-kitab sebelumnya?
Hal 30
Mampukah Allah melindungi wahyu-Nya sendiri dari perubahan?
Betapa beraninya mereka mengubahnya?
Hal 32
Apakah Quran menyatakan bahwa umat-umat yang di dalam
kitab harus berhenti membaca Alkitab ketika Quran telah
dinyatakan?
Hal 35
Haruskah umat-umat Islam yang percaya menghakimi umat-umat
yang di dalam kitab berdasarka wahyu Quran?
Hal 37
Apa yang menjadi nasihat dari Nabi Muhammad (pbuh)
sehubungan dengan Alkitab (kitab-kitab sebelumnya)?
Hal 41
KESIMPULAN
Hal 43
[Appendix I] – Apa pandangan sarjana Islam mula-mula
sehubungan dengan Alkitab?
Hal 47
[Appendix II] – Apa ayat-ayat Quran yang lain dirasakan seperti
mengatakan bahwa ayat-ayat Alkitab lainnya itu dirusak? (tetapi
juga berbicara lain)
Hal 49
[Appendix III] – Daftar ayat-ayat lain dimana Allah berbicara
mengenai Taurat dan Injil.
“Dan bacakanlah (Muhammad) apa yang di wahyukan kepadamu, yaitu Kitab
Tuhanmu (Al-Quran). Tidak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya.
Dan engkau tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain kepada
Nya.”
Surah Al-Kahf 18:27
“Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.
Tidak ada perubahan bagi janji-janji Allah. Demikian itulah kemenangan
yang agung.”
Surah Al-Yunus 10:64
Page 9
Apa yang dikatakan Al-Quran tentang Alkitab?
Beberapa orang berpendapat “Alkitab adalah Firman TUHAN dan masih valid
untuk umat Muslim,” sedangkan yang lain berkata “Alkitab telah dirubah.”
Buku ini ditetapkan untuk menunjukkan dengan jelas perkataan-perkataan
Al-Quran akan Alkitab. Banyak orang Kristen yang terkejut mengetahui
bahwa Qur’an telah banyak berkata mengenai Alkitab (kitab-kitab
sebelumnya).
Page 10
Apa yang dipercayai oleh Islam mengenai Kitab-kitab
Allah?
Kepercayaan didalam kitab-kitab Allah (kitab-kitab sorga) bahwa Allah
menurunkan prinsip dasar Islam. Keempat kitab-kitab itu ialah; taurat, zabur,
injil, dan quran. Taurat, adalah Perjanjian Lama atau hukum sang nabi Musa
(pbuh). Zabur, adalah mazmur-mazmur Daud (pbuh). Injil, adalah Perjanjian
Baru atau pekabaran nabi Isa Al Masih (pbuh). Agar menjadi muslim yang
sejati, seseorang harus mengimani semua Kitab-kitab Suci (Kitab-kitab Allah)
dan kepercayaan ini dikuatkan oleh Al-Quran sendiri.
Meskipun ini merupakan kepercayaan utama umat Islam, kita harus
memberikan pertanyaan, ‘Siapa yang mengatakan kepada para umat
percaya untuk tidak membaca kitab suci yang mula-mula tetapi hanya
membaca Al-Quran?’ Beberapa alasan umum akan di muat dalam buku ini
mengapa tidak membaca kitab-kitab sebelumnya. Pertama dan yang
terutama adalah, sebuah dugaan yang dibuat bahwa kitab sebelumnya
(Alkitab) telah dirusak (diubah), sehingga tidak perlu lagi untuk
membacanya. Kedua, dugaan yang kemudian menyatakan bahwa Al-Quran
adalah wahyu yang lebih baik dibanding sebelum-sebelumnya; sehingga
cukuplah hanya mengikuti yang baru ini saja. Argument yang baru-baru ini
adalah bahwa ‘Allah mengungkapkan Perjanjian Lama (Taurat), kemudian
Perjanjian Baru (Injil), lalu kemudian Perjanjian Terakhir (Al-Quran), sehingga
tidak perlu lagi mengikuti ataupun membaca perjanjian-perjanjian
sebelumnya.
Apa pandangan Islam mula-mula mengenai Kitab Suci
sebelumnya?
Dugaan-dugaan ini menentang Alkitab tidak ada ketika Islam ditemukan atau
pada masa-masa awal setelah Nabi Muhammad (pbuh). Umat Islam mulamula, hanya sebagaimana ajaran Quran, memiliki rasa hormat yang besar
terhadap kitab-kitab sebelumnya. Sejak Quran sendiri yang mengangkat
nama baik kitab-kitab suci sebelumnya, maka para umat percaya tidak
memiliki hak untuk mendiskualifikasi mereka. Bagaimanapun, kemudian
datanglah seorang sarjana yang menginginkan agar umat Islam membatasi
diri dengan hanya membaca Quran saja dan mencoba menghindari
membaca Alkitab (kitab suci sebelumnya). Bagaimanapun dugaan-dugaan
melawan Alkitab telah dipaparkan dengan maksud untuk membenarkan
umat percaya, supaya Alkitab, yang merupakan kalimat-kalimat Allah tidak
dibaca.
Page 12
Mengapa Kitab-kitab sebelumnya diduga telah dirubah?
Pada masa itu alasan lain datang kepada latar depan permasalahan. Ketika
umat Muslim mencari sekeliling mereka yang mengikuti ajaran Alkitab,
terkenal sebagai Umat yang Ada di Kitab dan Kristen secara spesifik, mereka
terkejut ketika mengetahui bahwa apa yang mereka lakukan dengan yang
Alkitab tuliskan itu berbeda. Juga pada waktu-waktu dekat ini, alasan
terbesar untuk sarjana muslim untuk menyalahkan Alkitab telah diubah,
adalah menunjuk kepada suatu pola hidup orang-orang Barat (yang
umumnya Kristen di mata mereka).
Ketika dunia Muslim melihat kehidupan Barat yang kacau, biasanya mereka
mengkonsumsi daging babi dan meminum alkhohol, yang juga mereka
mengaku adalah orang Kristen (karena itu merupakan agama leluhur
mereka), Muslim menyimpulkan bahwa “inilah kekristenan itu dan ini
membuktikan bahwa mereka telah merubah Alkitab.” Faktanya adalah,
banyak orang-orang Barat bukan hanya memanggil mereka Kristen atau
menyebutkan Kristen dalam nama mereka (Christian), dan Kristen sejati
yang hidup di Barat menjadi kecewa dengan kehidupan immoral yang ada di
Barat.
Ketika Orang-orang yang ada di dalam Kitab ditanyai mengapa mereka
memakan daging Babia tau meminum anggur, Umat yang di dalam Kitab
(spesifiknya Kristen) menjawab bahwa itu dari Alkitab. Mereka mengatakan
bahwa Isa al Masih (pbuh) berkata, “bukan apa yang masuk kedalam tubuh
yang menajiskan, tetapi apa yang keluar dari dalam tubuh itulah yang
menajiskan seseorang” (Injil Matius 15:11). Mereka mengklaim statemen ini
untuk menunjukkan bahwa semua jenis-jenis makanan itu bisa dimakan.
Perlu kita ketahui bahwa ini adalah interpretasi dari kalimat Isa al Masih
(pbuh) yang disalah artikan. Dia tidak menyatakan bahwa makanan yang
haram kemudian menjadi halal melalui statemen ini; dia juga tidak
membuat suatu ajaran baru bahwa Perjanjian Lama dibatalkan hanya karena
satu ayat ini, sebagaimana yang akan kita lihat berikut ini.
Page 13
Apakah Nabi Isa al Masih (pbuh) meniadakan Taurat?
Faktanya Nabi Isa al Masih (pbuh) telah memberikan pernyataan dalam Injil,
Matius 5:17, “jangan berpikir Aku datang untuk menghancurkan Hukum atau
ajaran Para Nabi, Aku datang bukan untuk meniadakannya melainkan
menggenapinya.” Dalam Taurat (Hukum Nabi Musa (pbuh)), Buku ketiga,
Imamat, pasal 11 telah menuliskan dengan detail binatang yang haram dan
yang tidak haram, dimana itu merupakan undang-undang penting bagi Umat
yang ada di Kitab. Oleh karena itu berdasarkan statement ini jelas bahwa Ia
tidak menghapus atau mengubah hukum dari Nabi-nabi. Lebih lagi, ketika
Nabi Isa al Masih (pbuh) menjawab orang Yahudi bahwa “bukan apa yang
masuk ke mulut yang menajiskan orang, tetapi yang keluar dari dalam mulut
yang menajiskannya” (Injil Matius 15:11), diskusinya bukanlah mengenai
makanan. Ingat bahwa ketika Ia berbicara dengan orang Yahudi yang tidak
memakan makanan haram dan mengetahui hukum haram dan halal, tentu
yang dibahas oleh mereka bukanlah masalah apa yang dapat saya makan
atau apa yang tidak dapat saya makan. Masalahnya adalah ini: Orangorang Yahudi mengkritik Dia karena murid-murid-Nya tidak tidak mencuci
tangan mereka dalam hal ritual sebelum mereka memakan makanan. Nabi
Isa al Masih (pbuh) disini menjelaskan kepada orang-orang Farisi bahwa Ia
mengetahui maksud jahat dari pikiran mereka dan mengumandangkan
bahwa mereka butuh untuk melihat apa yang keluar dari dalam mulut dan
kata-kata yang mereka keluarkan dari mulut dapat merusak reputasi orang
lain juga membahayakan diri mereka sendiri.
Page 14
Orang-orang dalam Kitab (Kristen) yang menjaga hari Minggu sebagai hari
peribadatan, tidak dapat membuktikan melalui Alkitab bahwa itu merupakan
hari perhentian karena khususnya dalam bahasa Arab kata Sabtu adalah AlSabt (yang artinya, ‘hari peristirahatan’) dan Minggu yang adalah Yom AlAhad (yang artinya, ‘hari pertama’).
Page 15
Apakah Umat yang ada di Kitab mengikuti kitab-kitab itu
dengan sepenuhnya?
Umat-umat Islam yang percaya juga memulai untuk menemukan bahwa hari
beribadah berdasarkan Alkitab adalah Sabtu (Sabat atau Sabt dalam Arab);
banyak Umat yang di Kitab (Kristen), menjaga hari Minggu sebagai hari
beribadah kepada TUHAN. Namun, orang-orang Yahudi yang juga diberikan
hukum Allah melalui Musa (pbuh), tetap setia menuruti dan menjaga hari
Sabat sebagai hari perbaktian kepada-Nya, dimana yang tertulis juga dalam
Al-Quran di dalam beberapa ayat yang merujuk seperti di ayat 65 Surah al
Baqara.
‘dan sungguh, kamu telah mengetahui orang-orang yang melakukan
pelanggaran di antara kamu pada hari Sabat, lalu Kami katakana kepada
mereka, “Jadilah kamu kera yang hina!’
Umat yang di Kitab (Kristen) yang menjaga Minggu sebagai hari
peristirahatan, tidak dapat menunjukkan dari Alkitab yang menyatakan
pemeliharaan hari Minggu khususnya berdasarkan kata Arab saja yang
menuliskan Sabat sebagai perhentian atau ketujuh, sementara Al-Ahad yang
berarti hari pertama.
Apakah Umat yang di Kitab mengubah Kitab sucinya atau
mereka hanya tetap tidak setia mengikutinya?
Ketika Umat yang di Kitab (Kristen khususnya), merespon dengan percaya
diri, kemudian Muslim menyimpulkan bahwa pastilah Kristen telah
mengubah Alkitabnya untuk mengubahnya sesuai dengan yang mereka ingin
lakukan. Bagaimanapun tuduhan dikemukakan, bahwa Alkitab (kitab
sebelumnya) telah dirusak. Faktanya adalah Alkitab tidak dirubah;
melainkan beberapa ayat Alkitablah yang salah di tafsirkan oleh orang-orang
Kristen yang terpengaruh oleh kebudayaan mereka.
Diskusi ini telah dihasilkan oleh beberapa tahun setelah Qur’an ditulis. Di
dalam Qur’an perbedaan ini cukup jelas; Qur’an tidak menuduh mereka
mengubah Alkitabnya tetapi malah menuduh mereka tidak melakukan apa
yang di ajarkan Alkitab. Terlebih lagi, ada observasi yang penting ketika
belajar Qur’an, bahwa itu berbicara umumnya kepada orang-orang Yahudi di
banyak ayat Qur’an, meskipun kita dapat sepakat berkata bahwa orangorang Yahudi dan juga Orang Kristen tidak mengikuti apa yang diajarkan oleh
Alkitab. Disini, poin yang ditekankan adalah, Qur’an tidak menuduh bahwa
Alkitab (Taurat, Zabur, dan Injil) telah diubah atau dirusak, tetapi Umat yang
di Kitab itu sendiri yang tidak mengikuti apa yang Kitab itu ajarkan.
Sekarang setelah beberapa waktu yang lalu, hal yang sama juga dapat
dikatakan bahwa semua pengikut kepercayaan Abraham – mereka tidak
selalu mengikuti apa yang diajarkan oleh kitab suci mereka sendiri dan
kemungkinan juga mereka salah dalam mengartikan atau menginterpretasi
apa yang dikatakan oleh Kitab Suci.
Page 16
Sebagaimana yang tertera di atas, Qur’an tidak menuduh bahwa semua
Umat yang di Kitab tidak setia mengikuti atau salah mengartikan Alkitab.
Sangatlah benar bahwa banyak sekali golongan diantara umat Kristen, yang
mengklaim atau mengajarkan berbagai ajaran Alkitab dan juga orang Yahudi
banyak yang tidak mengikuti ajaran Alkitab itu sendiri. Bagaimanapun,
selalu ada Umat yang di Kitab yang mengikuti dengan setia perintah dari
TUHAN Allah. Scenario ini jelas digambarkan dalam Qur’an seperti yang
dapat kita lihat dibawah, dan perbedaannya cukup jelas, namun banyak
umat percaya berpikir bahwa Umat yang di Kitab mengikuti ajaran Alkitab
yang salah, yang telah diubah. Qur’an dengan jelas memisahkan Umat yang
di Kitab yang Benar, yang selalu mengikuti perintah Firman Allah dari orangorang yang tidak mengikutinya, sebagaimana yang kita lihat dibawah ini;
“…sekiranya Ahli Kitab (People of the Book/Umat yang di Kitab) beriman,
tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman,
namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.”
(Surah Al-Imran 3.110)
Page 17
Pada poin apa saja dalam sejarah, kemungkinan Yahudi
dan Kristen menggabungkan usaha mereka untuk
mengubah Alkitab, sementara Qur’an menyatakan hal
yang kontras terhadapnya?
Qur’an mengkonfirmasi keaslian dari penulisan naskah Taurat, Zabur, dan
Injil (Alkitab) dan sepakat dengan fakta yang terjadi di tahun awal dari kitabkitab itu sendiri tidak pernah diganti atau dirusak. Namun, apakah mungkin
perubahan ini terjadi mengingat kaum Yahudi dan Kristen adalah dua
kelompok yang berbeda keyakinan? Bagi Yahudi, Taurat dan Zabur
(Perjanjian Lama) adalah yang paling kudus, dan jika Kristen mencoba untuk
merubahnya tentu Yahudi tidak akan menerima, oleh sebab mereka tidak
akan pernah menggunakan kitab suci yang telah diubah-ubah. Terlebih lagi
sudah sangat banyak sekali salinan Alkitab disebar keseluruh dunia (selama
ribuan tahun), dan tidak mungkin untuk mengubahnya sekaligus dengan
satu kesepakatan. Kita tidak memiliki sejarah suatu usaha untuk merubah
Alkitab. Jika kaum Yahudi ingin mengubah Perjanjian Baru (Injil), yang
notabene adalah kitab suci orang Kristen, sangatlah tidak mungkin karena
Kristen akan tetap pada posisi mereka membela kitab Injil tersebut, juga
tidak akan membiarkan Yahudi merubahnya. Terlebih lagi, sudah sangat
banyak salinan kitab Injil yang di museumkan di seluruh dunia, sebelum AlQuran dimunculkan.
Page 18
Faktanya adalah, sebuah tokoh Yahudi-Kristen yang mengubah Alkitab tidak
pernah terjadi dalam sejarah. Atau beberapa poin dari kitab mereka sendiri
tidak mungkin diubah mengingat akan kekudusan kitab suci itu sendiri bagi
mereka – wahyu Ilahi. Meskipun mereka menginginkannya, mereka tidak
akan sanggup mengubahnya secara keseluruhan karena sudah sangat
banyak salinan dari naskah asli Alkitab yang tersebar dan dipegang oleh
umat manusia di seluruh dunia.
Hal yang menarik adalah, sebagaimana yang dinyatakan sebelumnya,
Qur’an tidak menuduh Umat yang di Kitab (Kristen dan Yahudi) mengubah
kitab suci sebelumnya; tetapi menuduh mereka tidak mengikuti ajaran yang
diberikan kitab suci mereka (Taurat, Zabur, dan Injil). Dugaan bahwa naskah
Alkitab telah diubah didalam Al-Quran tidaklah ada. Malahan Al-Quran
menghukum mereka yang tidak mengikuti ajaran Alkitab terlebih yang
menyalah artinkannya. Meskipun beberapa konfirmasi telah nyata dalam
Qur’an, namun ada beberapa sarjana yang mengajarkan bahwa Alkitab telah
dirubah dan dirusak dan karenanya dibutuhkanlah wahyu yang tebaru yaitu
Qur’an. Pandangan seperti itu adalah diluar Qur’an, tetapi berdasarkan
asumsi manusia, filsafat seorang sarjana, dan tidak terbukti berdasarkan
fakta.
Page 19
Ayat-ayat Al-Quran yang mana yang menuduh bahwa
Alkitab telah dirubah?
Biasanya ada lima ayat Qur’an yang dipresentasikan kaum cendekiawan
muslim sebagai bukti bahwa Alkitab telah dirubah: Surah al Imran (3):78; AlBaqara (2):75; An-Nisa (4):46; Al-Maida (5):13 dan Al-Maida (5):41.
Ayat-ayat tersebut akan dipaparkan sebagai berikut:
Ayat #1: Al Imran (3):78
“dan sungguh, di antara mereka niscaya ada segolongan yang
memutarbalikkan lidahnya membaca Kitab, agar kamu menyangka (yang
mereka baca) itu sebagian dari Kitab, padahal itu bukan dari Kitab dan
mereka berkata,”itu dari Allah,” padahal itu bukan dari Allah. Mereka
mengatakan hal yang dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui.
Apa yang benar-benar dikatakan ayat ini?
Bahwa beberapa orang “memutarbalikkan” Kitab itu dengan lidah
mereka. Artinya adalah mereka mengubah artinya.
Ini bukan berarti bahwa mereka mengubah naskah asli dari Kitab,
tetapi mereka memutarbalikkan atau berdusta untuk menipu orang
lain dari naskah asli Kitab.
Ini artinya mereka mengucapkan kalimat yang salah, atau tipuan lidah,
yang mereka katakana mereka mengenal Allah tetapi mereka
sebenarnya berdusta.
Tetapi pengertian yang lebih dalam, mereka bukan merubah naskah
dari Kitab.
Page 20
Ayat #2: Al-Baqara (2):75
“maka apakah kamu (muslimin) sangat mengharapkan mereka akan
percaya kepadamu, sedangkan segolongan dari mereka mendengar firman
Allah, lalu mereka mengubahnya setelah memahaminya, padahal mereka
mengeahuinya?
Apa yang dikatakan?
Apa yang dirusak oleh orang Yahudi disini adalah ayat-ayat yang
mereka sudah dengar dan mengerti; tetapi bukan Kitab itu sendiri.
Mereka mendengar firman Allah dan mereka mengubahnya setelah
mereka memahaminya.
Ayat #3: An-Nisa (4):46
“(yaitu) di antara orang Yahudi, yang mengubah perkataan dari tempattempatnya. Dan mereka berkata, “Kami mendengar, tetapi kami tidak
menurutinya.” Dan (mereka mengatakan pula), “Dengarlah,” sedang
(engkau Muhammad sebenarnya) tidak mendengar apa pun. Dan (mereka
mengatakan), “Ra’ina” dengan memutarbalikkan lidahnya dan mencela
agama. Sekiranya mereka mengatakan, “kami mendengar dan patuh, dan
dengarlah, dan perhatikanlah kami,” tentulah itu lebih baik bagi mereka dan
lebih tepat, tetapi Allah melaknat mereka, karena kekafiran mereka. Mereka
tidak beriman kecuali sedikit sekali.”
Apa yang ayat ini katakan?
Orang-orang Yahudi dalam ayat ini mengambil firman itu diluar konteks
dan berkata-kata lain dengan lidah mereka.
Orang Yahudi memutarbalikkannya dengan lidah mereka dan
memfitnah apa yang tuliskan dalam Kitab.
Ayat #4: Al-Maida (5):13
“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, maka Kami melaknat mereka,
dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah
firman (Allah) dari tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan
sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka. Engkau
(Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan, dari mereka kecuali
sekelompok kecil di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka
maafkanlah mereka dan biarkan mereka. Sungguh, Allah menyukai orangorang yang berbuat baik.”
Apa yang dikatakan ayat ini?
Disini kita melihat bahwa Orang Yahudi secara lisan mengubah artinya,
tetapi tidak merubah Kitab itu sendiri.
Disini Allah berkata bahwa Yahudi mengubah firman tanpa
memperhatikan konteksnya dan sengaja lupa bagian mana yang Allah
ingatkan kepada mereka.
Ayat #5: Al-Maida (5):41
“wahai Rasul (Muhammad)! Janganlah engkau disedihkan karena mereka
berlomba-lomba dalam kekafirannya. Yaitu orang-orang (munafik) yang
mengatakan dengan mulut mereka, “Kami telah beriman,” padahal hati
mereka belum beriman; dan juga orang-orang Yahudi yang sangat suka
mendengar (berita-berita) bohong dan sangat suka mendengar (perkataanperkataan) orang lain yang belum pernah datang kepadamu. Mereka
mengubah kata-kata (Taurat) dari makna yang sebenarnya. Mereka
mengatakan, “jika ini yang diberikan kepadamu (yang sudah diubah)
terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah.”
Barangsiapa dikehendaki Allah untuk dibiarkan sesat, sedikit pun engkau
tidak akan mampu menolak sesuatu pun dari Allah (untuk menolongnya).
Mereka itu adalah orang-orang yang sudah tidak dikehendaki Allah untuk
menyucikan hati mereka. Di dunia mereka dapat kehinaan dan di akhirat
akan mendapat azab yang besar.”
Apa yang dikatakan oleh ayat tersebut?
Disini kita juga melihat bahwa orang Yahudi mengatakan
sesuatu dengan mulut mereka, dan mereka mendengar beritaberita bohong dan mengubahnya dari arti yang sebenarnya
dari Kitab, melalui berbicara diluar dari konteks ayat itu serta
mengubah maknanya.
Di dalam ayat-ayat yang tertera di atas kita telah melihat, delapan kata kerja
yang digunakan.
Ahfa, menolak untuk mengatakan: Al-Maidah 5:5; Al-An^am
6:91
Ishtara, untuk membuat tiruan murahan: Al-Baqarah 2:79
Albasa, untuk menyamarkan kebenaran dengan kebohongan: Al-
Baqarah 2:42; Ali-Imran
Baddala, untuk menggantikan, untuk mengubah dengan kata-
kata lain: Al-Baqarah 2:58; Al-A’raf 7:162
Karama, untuk menyembunyikan. Kata kerja ini digunakan lebih
sering dari yang lain: Al-Baqarah 2:42, 140, 146, 159, 174;
Ali-Imran 3:71, 187
Lawa, menggulung lidah: Ali-Imran 3:78; An-Nisa 4:46
Nasa, melupakan: Al-Maida 5:13; Al-A’raf 7:165.
Kata-kata kerja ini bukan berarti bahwa orang Yahudi telah memalsukan
Taurat, tetapi mereka telah mengkhotbahkannya secara tidak benar atau
mengucapkannya dengan berbeda.
Apakah Qur’an atau doktrin dasar Islam membatalkan
kitab-kitab sebelumnya?
Sejak dinyatakan bahwa kepercayaan dasar Islam adalah percaya kepada
Kitab-kitab Suci, itu artinya termasuk Alkitab (Taurat, Zabur, Injil)
sebagaimana Qur’an, seorang yang percaya tidak dapat menolak keaslian
dari Alkitab mengingqat bahwa itu merupakan doktrin dasar Islam.
Kedua, Qur’an tidak mendukung pandangan yang menyatakan bahwa Alkitab
itu dirubah, walaupun beberapa sarjanawan menegaskan bahwa Qur’an
telah ditunjukkan karena Umat yang di Kitab telah mengubah Kitab sucinya.
Ini berarti bahwa banyak umat percaya berpikir bahwa mereka tidak harus
membaca Alkitab lagi meskipun mereka tahu bahwa dari Qur’an sendiri Allah
lah yang menginspirasikan para penulis-Nya.
Ketiga, ada pandangan yang diberikan oleh sarjanawan, dan diterima oleh
banyak umat percaya, bahwa Qur’an membatalkan Alkitab. Itu dipercaya
oleh banyak umat Islam yang percaya dan telah diajarkan oleh banyak
sarjana. Pandangannya adalah, bahwa sebagai Injil (Kabar Baik)
membatalkan Taurat, dan Qur’an membatalkan Injil. Pembatalan maksudnya
adalah, mendeklarasikan bahwa yang sebelumnya itu kosong, batal, dan
tidak dibutuhkan lagi. Oleh karena itu, klaim yang di buat adalah meskipun
ada banyak salinan yang berasal dari yang asli, itupun tidak perlu lagi untuk
di baca karena Al-Qur’an telah turun untuk menyempurnakan semuanya
sebagai wahyu yang lebih baik. Qur’an itu sendiri tidak mendukung
pandangan seperti itu. Oleh karena itu bukanlah klaim Al-Qur’an yang
seperti itu tetapi pemikiran yang diutarakan dari logika para sarjanawan
yang mencoba berargumen untuk membatalkan kitab sebelumnya. Keaslian
dari Al-Qur’an tidak harus bersandar pada pembatalan kitab-kitab suci
sebelumnya semenjak Firman Allah tidak pernah berubah, dan wahyu yang
lebih baru sesuai dengan wahyu yang dahulu atau kitab suci daripada
mencelanya.
Yang terakhir, beberapa sarjanawan mengatakan bahwa Qur’an harus di
baca hanya dalam bahasa Arab. Jika Asia Selatan, Tenggara, Afrika dan umat
percaya Barat, yang pada mereka bahasa Arab bukanlah bahasa ibu,
membacanya dalam bahasa Arab lalu bagaimana mereka bisa mengerti apa
yang dikatakan oleh Qur’an itu? Sangatlah ajaib melihat bagaimana pesan
Qur’an yang tidak berprasangka dan inklusif sedangkan para sarjanawan
membangun dinding pembatas atau jembatan pemisah dalam pemahaman
mereka melalui menolak wahyu yang Allah telah berikan.
Sebagaimana yang dinyatakan diatas, pandangan Qur’an terhadap Alkitab
sebagai kitab suci yang asli dari Allah, dimana itu masih valid ketika AlQur’an turun. Dalam wacana berikut kita akan melihat apa lagi yang AlQur’an katakana tentang kitab suci yang sebelumnya (Alkitab).
Apakah Allah memberikan Taurat kepada nabi Musa
(pbuh)?
Dibawah ini adalah ayat dari Qur’an, dimana poinnya adalah memberikan
fakta bahwa Taurat diberikan oleh Allah sendiri.
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat, yang mengandungi
petunjuk dan cahaya yang menerangi; dengan Kitab itu nabi-nabi yang
menyerah diri (kepada Allah) menetapkan hukum bagi orang-orang Yahudi,
dan (dengannya juga) ulama mereka dan pendita-penditanya (menjalankan
hukum Allah), sebab mereka diamanahkan memelihara dan menjalankan
hukum-hukum dari Kitab Allah (Taurat) itu, dan mereka pula adalah menjadi
penjaga dan pengawasnya (dari sebarang perubahan). Oleh itu janganlah
kamu takut kepada manusia tetapi hendaklah kamu takut kepadaKu (dengan
menjaga diri dari melakukan maksiat dan patuh akan perintahKu); dan
janganlah kamu menjual (membelakangkan) ayat-ayatKu dengan harga
yang sedikit (kerana mendapat rasuah, pangkat dan lain-lain keuntungan
dunia); dan sesiapa yang tidak menghukum dengan apa yang telah
diturunkan oleh Allah (kerana mengingkarinya), maka mereka itulah orangorang kafir.” – (Surah Maidah 5:44)
Ayat diatas dengan jelas menyatakan bahwa Allah memberikan Taurat
kepada Musa (pbuh). Ini bukanlah satu-satunya ayat yang merujuk kepada
Taurat (PL) diberikan oleh Allah tetapi ada beberapa ayat-ayat yang
menyatakan fakta ini dalam Qur’an. Ayat itu menunjukkan bahwa ada suatu
penuntun dan terang di dalam Taurat dan oleh standartnya orang Yahudi
dihakimi.
Apakah Allah memberikan Zabur kepada Nabi Daud
(pbuh)?
Qur’an juga mengkonfirmasi bahwa Allah menunjukkan Zabur (Mazmurmazmur) kepada Nabi Daud (Surah 4:163; 17:55); dan itu adalah buku berkat
yang diturunkan kepadanya (Surah 38:29). Karena ia adalah keturunan dari
Abraham (Surah 6:84), Allah memberikannya kitab suci, kebijaksanaan dan
nubuatan. Komentator Yusuf Ali, seorang penerjemah Qur’an ke dalam
bahasa Inggris, penulis, ‘Daud telah diberikan Zabur, Seorang pemazmur,
kemudian menyanyikan musik ibadah kepada Allah dan pujian selebrasi
kepada Allah.’
“Dan Tuhanmu (wahai Muhammad) lebih mengetahui akan sekalian makhluk
yang ada di langit dan di bumi; dan sesungguhnya Kami telah melebihkan
setengah Nabi-nabi atas setengahnya yang lain; dan Kami telah memberikan
Kitab Zabur kepada Nabi Daud.” – (Surah Al-Isra 17:55)
Apakah Allah menunjukkan Injil kepada nabi Isa al Masih
(pbuh)?
Al-Qur’an menyatakan bahwa setelah Allah memberikan Perjanjian Lama, Ia
juga memberikan Injil (Perjanjian Baru).
“Dan Kami utuskan Nabi Isa Ibni Maryam mengikuti jejak langkah mereka
(Nabi-nabi Bani Israil), untuk membenarkan Kitab Taurat yang diturunkan
sebelumnya; dan Kami telah berikan kepadanya Kitab Injil, yang
mengandungi petunjuk hidayah dan cahaya yang menerangi, sambil
mengesahkan benarnya apa yang telah ada di hadapannya dari Kitab Taurat,
serta menjadi petunjuk dan nasihat pengajaran bagi orang-orang yang
(hendak) bertaqwa.” – (Surah Maidah 5:46)
Qur’an dengan tegas mengatakan bahwa Alkitab (kitab suci sebelumnya)
yang ada pada tangan mereka telah di tunjukan oleh Allah. Isa al Masih
(pbuh), Sama seperti Nabi Muhammad (pbuh) tidak menulis Injil. Ia tidak
butuh melakukan itu untuk menunjukkan keaslian wahyu yang ia terima
sebagaimana halnya Nabi Muhammad tidak melakukan hal yang sama
dengan Al-Qur’an. Murid-murid Isa al Masih (pbuh) yang mendengarkan
kata-katanya menuliskannya kedalam kertas yang menjadi sejarah mengenai
apa saja yang ia lakukan sebagai firman yang menginstruksikan.
Berdasarkan Qur’an wahyu yang mana yang Allah berikan
kepada umat manusia?
Al-Qur’an dengan jelas menyatakan seperti dibawah ini bahwa wahyu Allah
termasuk kitab-kitab sebelum Al-Qur’an semuanya itu diberikan oleh-Nya.
“Ia menurunkan kepadamu (wahai Muhammad) Kitab Suci (Al-Quran)
dengan mengandungi kebenaran, yang mengesahkan isi Kitab-kitab Suci
yang telah diturunkan dahulu daripadanya, dan Ia juga yang menurunkan
Kitab-kitab Taurat dan Injil.” – (Surah Al-Imran 3:3)
Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah memberikan Qur’an tetapi Ia juga
memberikan Kitab-kitab yang datang sebelumnya (Taurat, Injil, dan Zabur)
sebagai penuntun bagi umat manusia karena wahyu-wahyu ini menyediakan
sistem moral tentang yang baik dan yang jahat dan merupakan suatu ukuran
bagi penghakiman umat manusia. Jadi berdasarkan artikel-artikel iman ada
4 kitab yang diberikan oleh Allah; Taurat, Zabur, Injil dan Qur’an.
Meniadakan salah satu berarti mencabut sistem moral utuh yang menjadi
ukuran bagi penghakiman kita.
Jelasnya, ada banyak sekali sekarang yang berkata untuk meniadakan kitabkitab sebelumnya, membaca kitab sebelumnya bukan hanya patah hati
tetapi di sebagian tempat, beberapa umat percaya berpikir bahwa hanya
menyentuh Alkitab maka akan membawa beberapa konsekuensi dan bahkan
mendatangkan hukuman dari Allah. Ini artinya kebanyakan umat percaya,
yang berkata “kami percaya kepada semua 4 kitab suci, tetapi tidak
semuanya di baca hanya 1 saja, berarti tidak memenuhi standard iman
Islam.
Apakah Qur’an dimana saja menginstruksikan umat
percaya untuk beriman juga kepada kitab-kitab
sebelumnya?
Semenjak Qur’an menerima bahwa semua kitab suci (keempat buku suci)
diberikan oleh Allah, maka pengetahuan akan yang benar dan sistem moral
yang sempurna akan yang baik dan yang jahat dan rencana Allah yang hebat
kepada manusia tidak akan dapat dipahami jika tidak membaca semua
wahyu yang Ia berikan. Wahyu ini tidak terpisah tetapi koheren dan
progresif; wahyu berikutnya membangun/meneguhkan wahyu yang
sebelumnya. Oleh sebab itu Qur’an menarik orang-orang untuk percaya
kepadanya dan kepada wahyu-wahyu yang datang sebelumnya dengan
maksud agar wahyu Allah dapat dipahami dengan sempurna.
“dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan
kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka
yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” (Surah Al-Baqarah 2:4)
Apa yang Qur’an katakan mengenai mereka yang menolak
keempat kitab suci Allah? Konsekuensi apa yang akan
mereka terima atas penolakan terhadap wahyu-wahyuNya?
Bukan hanya Surah an-Nisa 4:136 yang menegaskan hal yang sama
sebagaimana pada ayat sebelumnya, tetapi justru 1 langkah lebih jauh lagi
menyatakan akan apa yang akan diterima oleh orang-orang yang menolak
salah satu dari wahyu-Nya, yang tentu saja adalah kitab-kitab sebelumnya
juga.
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta
kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian,
maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (Surah Al-Nisa
136)
Qur’an tidak mengatakan bahwa ia turun oleh sebab Alkitab telah dirusak.
Malah hal yang bertentangan, ia mengatakan bahwa meskipun Qur’an telah
turun, umat-umat muslim percaya harus beriman juga kepada kitab-kitab
yang datang sebelumnya. Umat percaya muslim adalah umat yang percaya
kepada seluruh (keempat) kitab suci Allah. Konsep ini kelihatannya baru
bagi banyak umat islam percaya. Banyak yang terkagum bahwa Qur’an
telah melangkah lebih jauh dengan menyatakan bahwa siapapun yang
menolak doktrin bahwa seorang muslim harus “percaya kepada keempat
kitab suci Allah,” telah “sesat sejauh-jauhnya.” Qur’an bukan hanya berkata
“sesat jauh”, tetapi “sesat sejauh-jauhnya”. Ini menyimpulkan bahwa ini
merupakan hal yang sangat serius sehingga Qur’an menuliskannya. Maka
siapakah ia yang telah sesat jauh sejauhnya? Jawabannya adalah tentu saja
mereka yang bukan umat percaya. Berdasarkan ayat ini, seorang percaya
harus tidak menolak Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-Nya (PLURAL), nabinabi-Nya, dan hari penghakiman-Nya. Maka jika seorang mengaku percaya
kepada Allah, ia juga harus mengakui malaikat-malaikat-Nya, hari
penghakiman-Nya – tetapi jika tidak percaya kepada semua kitab suci-Nya,
itu berarti orang itu hampir menjadi umat percaya yang baik karena menolak
wahyu Allah sebelumnya. Ayat ini tidak berkata, “kitab”, tetapi “kitab-kitab”
yang artinya percaya juga kepada kitab-kitab sebelum Qur’an. Ini juga
termasuk sebagai kepercayaan dasar yang penting bagi iman islam.
Mengapa Qur’an diturunkan?
Daripada mendengarkan asumsi atau interpretasi dari para sarjanawan yang
juga adalah manusia sama seperti kita, kita harus membaca apa yang
Qur’an katakana dan apa tujuan dari wahyu Ilahi. Apa yang Allah katakan itu
lebih penting dari apa yang engkau atau saya katakan. Mari kita lihat apa
yang Qur’an katakan tentang tujuan dari wahyu ini:
“Dia menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya;
membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan
Taurat dan Injil…” (Surah Al-Imran 3:3)
Ayat ini membuat lebih jelas bahwa Qur’an bukan datang karena Alkitab
telah diubah atau karena tidak valid lagi. Sebaliknya, Qur’an malah
mengkonfirmasi tentang kebenarannya (Alkitab) yang masih valid. Sangat
sulit untuk dipahami mengapa orang-orang sekarang memiliki keberanian
untuk mengatakan yang bukan berasal dari firman Allah sedangkan yang
dikatakan Qur’an sangat jelas. Terkadang hal yang membuat kita sulit
adalah, kita membatasi akal sehat kita dengan pikiran yang kaku, sehingga
garis merah yang Allah berikan melalui wahyu-wahyu-Nya tidak dapat kita
pahami dengan baik. Kita butuh untuk merendahkan hati kita untuk
mendengar firman Allah diatas dari kata-kata teman-teman kita, atau
pendapat para sarjanawan.
Apa lagi yang Qur’an katakan mengenai kitab-kitab
sebelumnya?
Dalam ayat sebelumnya kita melihat Qur’an telah datang untuk mensahkan
kitab-kitab sebelumnya (Wahyu dari Allah), tetapi sekarang ini ayat-ayat
berikut lebih jauh lagi.
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain
itu (Eng: and guarding it in safety); maka putuskanlah perkara mereka
menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.
Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang
terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu
umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya
kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada
Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa
yang telah kamu perselisihkan itu” – (Surah Al-Maidah 5:48)
Ayat ini kembali lagi melangkah lebih jauh dengan menyatakan bahwa
Qur’an datang bukan hanya mensahkan Alkitab tetapi juga menjaminnya
dengan keamanan. Jadi tuduhan yang mengatakan bahwa Alkitab telah
diubah atau dirusak tidak sah karena Qur’an sendiri yang mensahkan bahwa
Wahyu Alkitab itu asli adanya. Anda lihat, bukan hanya umat percaya saja
yang mengklaim bahwa Alkitab telah diubah, tetapi umat non-muslim di
seluruh dunia banyak yang menuduh bahwa Alkitab telah diubah selama
berabad-abad. Qur’an sekarang diturunkan untuk menunjukkan bahwa
Alkitab, sebagai kitab terdahulu, adalah firman Allah tetapi juga Qur’an
sebagai penjaga dari kitab-kitab itu sendiri (atau katakanlah, bahwa Allah
sendiri yang menjaga kitab-kitab-Nya). Jadi klaim yang menyatakan bahwa
Alkitab telah diubah itu semuanya keliru sejak Qur’an sendiri yang
menyatakan bahwa keabsahan dari kitab terdahulu masih autentik hingga
sekarang ini sebagai pesan yang tidak berubah.
Tidak mampukah Allah menjaga kitab-kitab-Nya dari
usaha manusia untuk merubahnya? Beranikah mereka?
Kita telah melihat pada ayat-ayat yang diutarakan diatas bahwa Qur’an tidak
pernah menyatakan bahwa Alkitab telah dirubah atau dengan kata lain
Qur’an ada untuk menggantikannya; tetapi Qur’an malah menyatakan
bahwa ia ada sebagai penjaga dari keaslian Alkitab. Sejak Alkitab, yang
adalah kitab terdahulu, berdasarkan Qur’an, adalah firman Allah, kemudian
Allah sendirilah yang harus menjaga firman-Nya. Itulah mengapa dalam
ayat-ayat yang kita bahas berikut ini dengan tepat dinyatakan bahwa tiada
yang mampu mengubah (merusak) firman Allah.
“Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan
tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang
dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada
mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merubah kalimat-kalimat (janjijanji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari
berita rasul-rasul itu.” (Surat Al-Anam 6:34)
“Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar
dan adil. Tidak ada yang dapat merubah rubah kalimat-kalimat-Nya dan
Dialah yang Maha Mendenyar lagi Maha Mengetahui.” (Surat Al-Anam 6:115)
“Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam
kehidupan} di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji)
Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.” (Surah Yunus
10:64)
Tiga ayat-ayat diatas menolak berbagai klaim bahwa firman Allah dapat
diubah (baik itu Qur’an atau kitab terdahulu). Bagaimanapun, ayat diatas
(Surah Yunus 10:64) tidak hanya menyatakan bahwa “tidak ada perubahan
bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah” tetapi “yang demikian itu adalah
kemenangan yang besar” (eng: attaintment). Pada terjemahan lain juga
disebut sebagai kemenangan (victory). Itu artinya adalah Allah bukan hanya
menunjukkan firman-Nya kepada umat manusia tetapi juga akan
menjaganya sehingga mendapatkan kemenangan atau pencapaian yang
besar. Jadi kalau ada yang membawa suatu tuduhan yang mengklaim bahwa
Alkitab telah diubah, itu bukan pandangan Qur’an melainkan dirinya sendiri.
Mereka mempertanyakan kekuatan Allah dengan cara berpendapat bahwa
Alkitab (yang adalah firman Allah) telah diubah, dan berkesimpulan bahwa Ia
tidak mampu menjaga kitab-Nya sendiri. Qur’an bukan hanya mensahkan
bahwa kitab-kitab sebelumnya telah diturunkan oleh Allah tetapi juga
keaslian dari kitab itu. Itu artinya adalah umat percaya bukan hanya dituntut
untuk membaca Qur’an tetapi juga membaca Alkitab (kitab terdahulu).
Apakah Qur’an menyatakan bahwa Umat yang di Kitab
untuk berhenti membaca Alkitab (kitab terdahulu)
semenjak Qur’an diturunkan?
Meskipun setelah Qur’an diturunkan, masih tertera dalam setiap
halamannya, bahwa Alkitab itu masih valid dan orang-orang harus
membacanya karena itu merupakan firman Allah. Kita melihat disini bahwa
Qur’an menghimbau kepada semua umat Muslim yang percaya untuk
percaya kepada Alkitab dan kita juga tahu bahwa tidak ada kalimat perintah
untuk Umat yang di Kitab berhenti membaca Taurat dan Injil. Disamping
meminta mereka untuk membaca Al-Qur’an, melainkan menguatkan mereka
umat Kristiani untuk mereka dihakimi dengan apa yang Allah telah tunjukkan
kepada mereka apapun yang di dalam kitab terdahulu, khususnya Injil
(dimana kitab ini merupakan kitab Isa al Masih (pbuh)) dalam ayat berikut:
“Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut
apa yang diturunkan Allah didalamnya. Barangsiapa tidak memutuskan
perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orangorang yang fasik.” (Surah Maidah 5:47)
Jika Qur’an telah datang untuk menggantikan Alkitab karena itu telah diubah;
maka Qur’an tentu tidak akan mengizinkan mereka Umat yang di Kitab untuk
‘di hakimi oleh Allah dari apa yang telah diturunkan kepada mereka’ lagi. Ini
mengindikasikan bahwa ribuan salinan Alkitab masih berlaku sejak Qur’an
diturunkan pada abad ke tujuh dan keakuratan dari firman Allah itu lah yang
menyebabkan mereka (Umat yang di Kitab) akan dihakimi dari apa yang
mereka telah terima. Ayat diatas secara jelas menunjukkan bahwa jika Umat
yang di Kitab tidak mengikuti Injil dan apapun yang diperintahkan Alkitab
maka mereka adalah orang-orang fasik.
Dalam ayat berikut ini Umat yang di Kitab (Yahudi dan Kristen) dikatakan
bahwa iman mereka akan menjadi sia-sia apabila mereka tidak mengikuti
seluruh ajaran dari Kitab yang Allah telah turunkan kepada mereka. Jika
memang benar bahwa Alkitab itu telah dirusak/diubah maka mustahil AlQur’an akan mencatat ayat ini:
“Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun
hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Quran (eng: all
the revelation) yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu". Sesungguhnya
apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu akan
menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka;
maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu.”
(Surah al-Maidah 5:68)
Qur’an sedang mengecam Umat yang di Kitab bahwa jika mereka tidak
percaya atau berdiri teguh pada apa yang telah dinyatakan kepada mereka.
Berdasarkan ayat ini, apa yang Umat dalam Kitab (mereka yang membaca
Taurat, Zabur dan Injil) akan dihakimi, adalah apa yang telah diturunkan
kepada mereka. Maka sekali lagi tuduhan yang menyatakan bahwa Alkitab
telah diubah tidaklah benar, karena ini merujuk bukan ke kitabnya melainkan
mereka yang tidak menurutinya. Ayat ini tentu saja menjunjung tinggi
keabsahan dari Alkitab. Sebuah klarifikasi telah diberikan juga oleh ayat
berikut;
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu
melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab
(Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”
Tuduhan ini tentu saja ditujukan kepada orang-orang Yahudi yang tentu saja
paham isi firman Allah, kemudian menyuruh orang lain untuk beribadah,
sedangkan mereka sendiri tidak beribadah sesuatu yang di ajarkan Alkitab.
Ayat ini tidak menuduh bahwa mereka salah dalam membaca ayatnya, atau
ayatnya yang salah, tetapi mereka tidak mengikutinya. Itu artinya sejak
Qur’an diturunkan pada abad ke 7 Masehi, Alkitab masih berlaku bahkan
sejak masa hidupnya nabi Muhammad (pbuh).
Haruskah umat Muslim menghakimi Umat di Kitab
berdasarkan kepada Wahyu Al-Qur’an?
Bukan hanya kepada Umat di Kitab bahwa Kitab terdahulu itu masih berlaku,
tetapi sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa kepada umat Muslim itu
juga berlaku. Itulah sebabnya umat Muslim diajarkan untuk mengikuti
ajaran/instruksi dari Alkitab/Kitab terdahulu. Namun ada banyak sekali
sarjanawan dan umat Muslim yang menjauhkan atau berargumen dengan
Umat yang di Kitab. Qur’an tidak ingin umat Muslim untuk melakukan hal
yang demikian tetapi memperlakukan mereka dengan kasih dan hormat
sebagai sesama umat percaya…
“Dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan cara
yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan
katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan
kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu
adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri” – (Surah Al-Ankabut
29:46)
Sebagaimana yang telah kita lihat di atas; Qur’an tidak hanya menegur
orang-orang Kristen karena tidak teguh terhadap ajaran Alkitab tetapi juga
menegur hal yang sama kepada umat Muslim. Faktanya, umat Muslim
selama masa sang Nabi dan segera setelah masa itu berakhir mereka tetap
mengikuti ajaran Alkitab (lihat di akhir buku tentang kepercayaan umat Islam
mula-mula). Mereka ada bukan untuk berselisih dengan Umat di Kitab
sehubungan dengan rusaknya Alkitab lalu berkata ‘kitab kami lebih baik dari
kitab kalian’. Tetapi Qur’an datang untuk mensahkan kitab yang terdahulu
(Alkitab). Oleh karena itu, umat percaya yang taat Qur’an disarankan untuk
berkata ‘kami percaya kepada semua wahyu yang diturunkan kepada kami
sebagaimana yang telah diturunkan kepadamu; Allah kami dan Allah mu
adalah Esa.’ Sejak Qur’an sendiri yang tidak pernah berkata bahwa Alkitab
itu sudah rusak atau tidak berlaku lagi, maka sebagai sarjanawan yang setia
kita tidak bisa menyimpulkan seperti itu.
Apa yang disarankan Nabi Muhammad (pbuh) sehubungan
Alkitab (Kitab terdahulu)?
Dalam semua ayat-ayat yang di atas kita telah menemukan apa yang Qur’an
katakan kepada umat-umat peraya sehubungan kitab-kitab terdahulu. Lebih
dari pada itu, Qur’an menuduh bahwa Umat di Kitab tidak mengikuti ajaranajarannya, yang artinya bahwa Al-Qur’an mensahkan bahwa Alkitab masih
benar dan berlaku. Sekarang dalam ayat ini kita butuh untuk temukan apa
yang Allah instruksikan kepada Nabi-nabi-Nya sehubungan Alkitab
menyadari bahwa Qur’an juga telah sampai kepadanya. Berargumen
dengan menyatakan bahwa umat Muslim harus percaya kepada Alkitab
adalah satu tahap level tetapi melihat instruksi Allah ini kita akan di bawa
kepada level yang lebih tinggi. Sekarang Qur’an telah ditunjukkan kepada
nabi, orang akan berasumsi bahwa ia dan nabi juga bertanggung jawab
untuk menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan kepada Islam. Juga
dalam ayat berikut akan ditunjukkan apa yang Nabi harus jawab atau ketika
pertanyaan timbul ketika sedang membaca Qur’an yang telah diturunkan
kepadanya.
“Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa
yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang
yang membaca kitab sebelum kamu. Sesungguhnya telah datang kebenaran
kepadamu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu temasuk
orang-orang yang ragu-ragu.” – (Surah Yunus 10:94)
Ayat ini secara spesifik ditujukan kepada Nabi itu sendiri, meskipun
penerjemahan dari Yusuf Ali tidak memberikan kejelasan apakah kata
“kamu” dalam bentuk singular atau plural. Itu juga tidak jelas menyatakan
apakah “kamu” menunjuk kepada seseorang saja atau suatu kelompok, atau
menunjuk kepada golongan pria atau wanita. Penerjemahan Sahih
Internasional mengklarifikasi ayat ini dengan memberikan terjemahan yang
benar dari bahasa Arab untuk penggunaan kata “kamu”:
“So if you are in doubt, [O Muhammad], about that which We have revealed
to you, then ask those who have been reading the Scripture before you. The
truth has certainly come to you from your Lord, so never be among the
doubters.” (Surah Yunus 10:94) – Saheeh International Translation
Bagaimanapun, sang Nabi yang telah menerima wahyu terakhir ini diminta
untuk berkonsultasi dengan orang-orang yang membaca Alkitab. Ketika
sang Nabi mempunyai pertanyaan sehubungan dengan Al-Qur’an, ia
diinstruksikan oleh Allah untuk pergi kepada Umat di Kitab yang telah
membaca kitab-kitab sebelumnya (Alkitab). Jadi untuk itu, maka tidak salah
jika umat Muslim percaya yang lainnya untuk mengikuti jejak ini yaitu
membaca Alkitab atau berkonsultasi dengan Alkitab.
Dari penjelasan ini menjadi sebuah bukti bahwa Qur’an telah
mengkonfirmasi para pembacanya untuk membaca hubungan
keterkaitannya dengan Alkitab oleh karena cerita yang ada di dalam AlQur’an semuanya sudah di jelaskan secara detail di dalam Alkitab. Wahyu
Qur’an tidak akan menjadi jelas apabila kita tidak membaca hubungannya
dengan Alkitab. Terlebih lagi, jika sebagai umat percaya, artikel iman
meneguhkan seorang untuk berkata bahwa ‘kami percaya kepada keempat
kitab suci’ maka, bukan hanya satu tetapi empat-empatnya dibaca karena
semua itu adalah penuntun untuk mendapatkan wahyu Allah secara penuh.
KESIMPULAN
Dari analisa di atas kita telah melihat bahwa Al-Qur’an tidak hanya
mengkonfirmasi kitab-kitab terdahulu tetapi meminta para pembacanya
untuk membaca mereka juga sebagaimana yang telah kita dapatkan bahwa:
Qur’an menyatakan bahwa kitab-kitab terdahulu (Alkitab, yang adalah
Taurat, Zabur, dan Injil) telah diberikan oleh Allah
Qur’an tidak menolak wahyu sebelumnya, tetapi malah
mengkonfirmasi mereka dan memberikan kepastian bahwa Al-Qur’an
menjaga keabsahannya
Qur’an tidak berkata bahwa wahyu-wahyu sebelumnya telah diubah
atau dirusak
Umat di Kitab membaca kitab-kitab sebelumnya telah mengingatkan
kita untuk mengikuti Alkiab atau “mereka tidak akan memiliki tanah
untuk bertumpu”, atau mereka akan dihakimi berdasarkan apa yang
telah diturunkan kepada mereka.
Umat percaya (Muslim) tidak hanya percaya kepada Al-Qur’an saja
tetapi juga kepada wahyu-wahyu Illahi yang turun sebelumnya.
Qur’an datang bukan untuk menggantikan Alkitab karena telah
dirusak, tetapi datang untuk mengkonfirmasi keabsahannya dan
melanjutkan keasliannya
Akhirnya, sang Nabi sendiri diinstuksikan apabila ia bingung, ia harus
bertanya kepada Umat di Kitab yang telah membaca Alkitab.
Umat percaya juga diinstruksikan untuk kembali kepada Alkitab apabila
mereka menemukan kejanggalan atau kebingungan dalam Al-Qur’an,
karena Alkitab adalah wahyu dari Allah.
Semuanya ini menunjukkan bahwa kitab terdahulu (Taurat, Zabur, dan Injil
yang adalah Alkitab) adalah wahyu dari Allah, dimana orang Yahudi dan
Kristen telah membacanya. Qur’an mengkonfirmasi keaslian dan kemurnian
dari Alkitab itu sendiri. Al-Qur’an sendiri juga telah menyatakan bahwa
membaca Alkitab adalah juga bagian dari iman seorang yang percaya, jadi
bukan hanya membaca Al-Qur’an tetapi Alkitab juga. Maka sebagai umat
percaya yang setia kita harus menolak pandangan yang menyatakan bahwa
Alkitab telah dirusak karena itu adalah ide-ide dari manusia yang memiliki
batas pemahamannya, sebaliknya kita harus membaca semua wahyu dari
Allah untuk mendapatkan penerangan yang sempurna.
Argumen yang mempertentangkan Alkitab muncul ketika teks dari Al-Qur’an
menyebukan bahwa Umat di Kitab tidak mengikutinya (Alkitab). Padahal
Qur’an malah menghardik mereka oleh karena tidak mengikuti apa yang
dikatakan Alkitab. Beberapa sarjanawan menginterpretasikan ayat ini bahwa
Alkitab itu sudah tidak valid lagi. Oleh menghardik Umat di Kitab bukan
berarti menyatakan bahwa Alkitab itu sendiri sudah tidak valid. Maka yang
terpenting dari semua adalah, Alkitab bukan hanya untuk orang Yahudi,
Kristen, tetapi juga kepa
Oleh:
Syed Bahadar Shah
Disadur dan diterjemahkan oleh:
Pdt. Yosep Surahman Situmeang
CONTENT
Hal 10
Apa yang dipercayai umat Islam sehubungan dengan Kitab-kitab
Suci Allah?
Hal 10
Apa pandangan umat Islam mula-mula mengenai kitab suci yang
sebelumnya?
Hal 12
Mengapa Kitab Suci yang sebelumnya diduga telah diganti?
Hal 13
Apakah Nabi Isa Al Masih (pbuh) menghapuskan Taurat?
Hal 15
Apakah bangsa dari kitab tersebut mengikutinya dengan tepat?
Hal 15
Apakah bangsa dari kitab tersebut mengubah kitab suci
sebelumnya atau mereka hanya tidak setia menguikuti kitab
sucinya?
Hal 17
Dalam setiap sudut sejarah, apakah mungkin bagi Yahudi dan
Kristen untuk mengkombinasikan usaha mereka untuk mengubah
kitab suci, mengingat konfirmasi dari Al-Quran kepada hal yang
berlawanan itu?
Hal 19
Ayat-ayat Al-Quran yang mana yang menduga bahwa kitab suci
yang sebelumnya telah diganti?
Hal 22
Apakah Al-Quran atau doktrin dasar Islam membatalkan kitab suci
yang sebelumya?
Hal 23
Apakah Allah memberikan Taurat kepada Nabi Musa (pbuh)?
Hal 24
Apakah Allah memberikan zabur kepada Nabi Daud (pbuh)?
Hal 24
Apakah Allah menunjukkan Injil (Perjanjian Baru) kepada Nabi Isa
al Masih (pbuh)?
Hal 25
Menurut Al-Quran wahyu-wahyu yang mana yang Allah kirimkan
kepada umat manusia?
Hal 26
Apakah Quran dimana saja menginstruksikan kepada umat-umat
percaya untuk mempercayai kitab-kitab suci sebelumnya?
Hal 26
Apakah yang dikatakan Quran mengenai mereka yang menolak
keempat kitab suci Allah? Apa yang akan menjadi konsekuensi
atas penolakan wahyu-wahyu sebelumnya?
Hal 29
Mengapa Quran dimunculkan?
Hal 29
Apa saja yang dikatakan Quran terkait kitab-kitab sebelumnya?
Hal 30
Mampukah Allah melindungi wahyu-Nya sendiri dari perubahan?
Betapa beraninya mereka mengubahnya?
Hal 32
Apakah Quran menyatakan bahwa umat-umat yang di dalam
kitab harus berhenti membaca Alkitab ketika Quran telah
dinyatakan?
Hal 35
Haruskah umat-umat Islam yang percaya menghakimi umat-umat
yang di dalam kitab berdasarka wahyu Quran?
Hal 37
Apa yang menjadi nasihat dari Nabi Muhammad (pbuh)
sehubungan dengan Alkitab (kitab-kitab sebelumnya)?
Hal 41
KESIMPULAN
Hal 43
[Appendix I] – Apa pandangan sarjana Islam mula-mula
sehubungan dengan Alkitab?
Hal 47
[Appendix II] – Apa ayat-ayat Quran yang lain dirasakan seperti
mengatakan bahwa ayat-ayat Alkitab lainnya itu dirusak? (tetapi
juga berbicara lain)
Hal 49
[Appendix III] – Daftar ayat-ayat lain dimana Allah berbicara
mengenai Taurat dan Injil.
“Dan bacakanlah (Muhammad) apa yang di wahyukan kepadamu, yaitu Kitab
Tuhanmu (Al-Quran). Tidak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya.
Dan engkau tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain kepada
Nya.”
Surah Al-Kahf 18:27
“Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.
Tidak ada perubahan bagi janji-janji Allah. Demikian itulah kemenangan
yang agung.”
Surah Al-Yunus 10:64
Page 9
Apa yang dikatakan Al-Quran tentang Alkitab?
Beberapa orang berpendapat “Alkitab adalah Firman TUHAN dan masih valid
untuk umat Muslim,” sedangkan yang lain berkata “Alkitab telah dirubah.”
Buku ini ditetapkan untuk menunjukkan dengan jelas perkataan-perkataan
Al-Quran akan Alkitab. Banyak orang Kristen yang terkejut mengetahui
bahwa Qur’an telah banyak berkata mengenai Alkitab (kitab-kitab
sebelumnya).
Page 10
Apa yang dipercayai oleh Islam mengenai Kitab-kitab
Allah?
Kepercayaan didalam kitab-kitab Allah (kitab-kitab sorga) bahwa Allah
menurunkan prinsip dasar Islam. Keempat kitab-kitab itu ialah; taurat, zabur,
injil, dan quran. Taurat, adalah Perjanjian Lama atau hukum sang nabi Musa
(pbuh). Zabur, adalah mazmur-mazmur Daud (pbuh). Injil, adalah Perjanjian
Baru atau pekabaran nabi Isa Al Masih (pbuh). Agar menjadi muslim yang
sejati, seseorang harus mengimani semua Kitab-kitab Suci (Kitab-kitab Allah)
dan kepercayaan ini dikuatkan oleh Al-Quran sendiri.
Meskipun ini merupakan kepercayaan utama umat Islam, kita harus
memberikan pertanyaan, ‘Siapa yang mengatakan kepada para umat
percaya untuk tidak membaca kitab suci yang mula-mula tetapi hanya
membaca Al-Quran?’ Beberapa alasan umum akan di muat dalam buku ini
mengapa tidak membaca kitab-kitab sebelumnya. Pertama dan yang
terutama adalah, sebuah dugaan yang dibuat bahwa kitab sebelumnya
(Alkitab) telah dirusak (diubah), sehingga tidak perlu lagi untuk
membacanya. Kedua, dugaan yang kemudian menyatakan bahwa Al-Quran
adalah wahyu yang lebih baik dibanding sebelum-sebelumnya; sehingga
cukuplah hanya mengikuti yang baru ini saja. Argument yang baru-baru ini
adalah bahwa ‘Allah mengungkapkan Perjanjian Lama (Taurat), kemudian
Perjanjian Baru (Injil), lalu kemudian Perjanjian Terakhir (Al-Quran), sehingga
tidak perlu lagi mengikuti ataupun membaca perjanjian-perjanjian
sebelumnya.
Apa pandangan Islam mula-mula mengenai Kitab Suci
sebelumnya?
Dugaan-dugaan ini menentang Alkitab tidak ada ketika Islam ditemukan atau
pada masa-masa awal setelah Nabi Muhammad (pbuh). Umat Islam mulamula, hanya sebagaimana ajaran Quran, memiliki rasa hormat yang besar
terhadap kitab-kitab sebelumnya. Sejak Quran sendiri yang mengangkat
nama baik kitab-kitab suci sebelumnya, maka para umat percaya tidak
memiliki hak untuk mendiskualifikasi mereka. Bagaimanapun, kemudian
datanglah seorang sarjana yang menginginkan agar umat Islam membatasi
diri dengan hanya membaca Quran saja dan mencoba menghindari
membaca Alkitab (kitab suci sebelumnya). Bagaimanapun dugaan-dugaan
melawan Alkitab telah dipaparkan dengan maksud untuk membenarkan
umat percaya, supaya Alkitab, yang merupakan kalimat-kalimat Allah tidak
dibaca.
Page 12
Mengapa Kitab-kitab sebelumnya diduga telah dirubah?
Pada masa itu alasan lain datang kepada latar depan permasalahan. Ketika
umat Muslim mencari sekeliling mereka yang mengikuti ajaran Alkitab,
terkenal sebagai Umat yang Ada di Kitab dan Kristen secara spesifik, mereka
terkejut ketika mengetahui bahwa apa yang mereka lakukan dengan yang
Alkitab tuliskan itu berbeda. Juga pada waktu-waktu dekat ini, alasan
terbesar untuk sarjana muslim untuk menyalahkan Alkitab telah diubah,
adalah menunjuk kepada suatu pola hidup orang-orang Barat (yang
umumnya Kristen di mata mereka).
Ketika dunia Muslim melihat kehidupan Barat yang kacau, biasanya mereka
mengkonsumsi daging babi dan meminum alkhohol, yang juga mereka
mengaku adalah orang Kristen (karena itu merupakan agama leluhur
mereka), Muslim menyimpulkan bahwa “inilah kekristenan itu dan ini
membuktikan bahwa mereka telah merubah Alkitab.” Faktanya adalah,
banyak orang-orang Barat bukan hanya memanggil mereka Kristen atau
menyebutkan Kristen dalam nama mereka (Christian), dan Kristen sejati
yang hidup di Barat menjadi kecewa dengan kehidupan immoral yang ada di
Barat.
Ketika Orang-orang yang ada di dalam Kitab ditanyai mengapa mereka
memakan daging Babia tau meminum anggur, Umat yang di dalam Kitab
(spesifiknya Kristen) menjawab bahwa itu dari Alkitab. Mereka mengatakan
bahwa Isa al Masih (pbuh) berkata, “bukan apa yang masuk kedalam tubuh
yang menajiskan, tetapi apa yang keluar dari dalam tubuh itulah yang
menajiskan seseorang” (Injil Matius 15:11). Mereka mengklaim statemen ini
untuk menunjukkan bahwa semua jenis-jenis makanan itu bisa dimakan.
Perlu kita ketahui bahwa ini adalah interpretasi dari kalimat Isa al Masih
(pbuh) yang disalah artikan. Dia tidak menyatakan bahwa makanan yang
haram kemudian menjadi halal melalui statemen ini; dia juga tidak
membuat suatu ajaran baru bahwa Perjanjian Lama dibatalkan hanya karena
satu ayat ini, sebagaimana yang akan kita lihat berikut ini.
Page 13
Apakah Nabi Isa al Masih (pbuh) meniadakan Taurat?
Faktanya Nabi Isa al Masih (pbuh) telah memberikan pernyataan dalam Injil,
Matius 5:17, “jangan berpikir Aku datang untuk menghancurkan Hukum atau
ajaran Para Nabi, Aku datang bukan untuk meniadakannya melainkan
menggenapinya.” Dalam Taurat (Hukum Nabi Musa (pbuh)), Buku ketiga,
Imamat, pasal 11 telah menuliskan dengan detail binatang yang haram dan
yang tidak haram, dimana itu merupakan undang-undang penting bagi Umat
yang ada di Kitab. Oleh karena itu berdasarkan statement ini jelas bahwa Ia
tidak menghapus atau mengubah hukum dari Nabi-nabi. Lebih lagi, ketika
Nabi Isa al Masih (pbuh) menjawab orang Yahudi bahwa “bukan apa yang
masuk ke mulut yang menajiskan orang, tetapi yang keluar dari dalam mulut
yang menajiskannya” (Injil Matius 15:11), diskusinya bukanlah mengenai
makanan. Ingat bahwa ketika Ia berbicara dengan orang Yahudi yang tidak
memakan makanan haram dan mengetahui hukum haram dan halal, tentu
yang dibahas oleh mereka bukanlah masalah apa yang dapat saya makan
atau apa yang tidak dapat saya makan. Masalahnya adalah ini: Orangorang Yahudi mengkritik Dia karena murid-murid-Nya tidak tidak mencuci
tangan mereka dalam hal ritual sebelum mereka memakan makanan. Nabi
Isa al Masih (pbuh) disini menjelaskan kepada orang-orang Farisi bahwa Ia
mengetahui maksud jahat dari pikiran mereka dan mengumandangkan
bahwa mereka butuh untuk melihat apa yang keluar dari dalam mulut dan
kata-kata yang mereka keluarkan dari mulut dapat merusak reputasi orang
lain juga membahayakan diri mereka sendiri.
Page 14
Orang-orang dalam Kitab (Kristen) yang menjaga hari Minggu sebagai hari
peribadatan, tidak dapat membuktikan melalui Alkitab bahwa itu merupakan
hari perhentian karena khususnya dalam bahasa Arab kata Sabtu adalah AlSabt (yang artinya, ‘hari peristirahatan’) dan Minggu yang adalah Yom AlAhad (yang artinya, ‘hari pertama’).
Page 15
Apakah Umat yang ada di Kitab mengikuti kitab-kitab itu
dengan sepenuhnya?
Umat-umat Islam yang percaya juga memulai untuk menemukan bahwa hari
beribadah berdasarkan Alkitab adalah Sabtu (Sabat atau Sabt dalam Arab);
banyak Umat yang di Kitab (Kristen), menjaga hari Minggu sebagai hari
beribadah kepada TUHAN. Namun, orang-orang Yahudi yang juga diberikan
hukum Allah melalui Musa (pbuh), tetap setia menuruti dan menjaga hari
Sabat sebagai hari perbaktian kepada-Nya, dimana yang tertulis juga dalam
Al-Quran di dalam beberapa ayat yang merujuk seperti di ayat 65 Surah al
Baqara.
‘dan sungguh, kamu telah mengetahui orang-orang yang melakukan
pelanggaran di antara kamu pada hari Sabat, lalu Kami katakana kepada
mereka, “Jadilah kamu kera yang hina!’
Umat yang di Kitab (Kristen) yang menjaga Minggu sebagai hari
peristirahatan, tidak dapat menunjukkan dari Alkitab yang menyatakan
pemeliharaan hari Minggu khususnya berdasarkan kata Arab saja yang
menuliskan Sabat sebagai perhentian atau ketujuh, sementara Al-Ahad yang
berarti hari pertama.
Apakah Umat yang di Kitab mengubah Kitab sucinya atau
mereka hanya tetap tidak setia mengikutinya?
Ketika Umat yang di Kitab (Kristen khususnya), merespon dengan percaya
diri, kemudian Muslim menyimpulkan bahwa pastilah Kristen telah
mengubah Alkitabnya untuk mengubahnya sesuai dengan yang mereka ingin
lakukan. Bagaimanapun tuduhan dikemukakan, bahwa Alkitab (kitab
sebelumnya) telah dirusak. Faktanya adalah Alkitab tidak dirubah;
melainkan beberapa ayat Alkitablah yang salah di tafsirkan oleh orang-orang
Kristen yang terpengaruh oleh kebudayaan mereka.
Diskusi ini telah dihasilkan oleh beberapa tahun setelah Qur’an ditulis. Di
dalam Qur’an perbedaan ini cukup jelas; Qur’an tidak menuduh mereka
mengubah Alkitabnya tetapi malah menuduh mereka tidak melakukan apa
yang di ajarkan Alkitab. Terlebih lagi, ada observasi yang penting ketika
belajar Qur’an, bahwa itu berbicara umumnya kepada orang-orang Yahudi di
banyak ayat Qur’an, meskipun kita dapat sepakat berkata bahwa orangorang Yahudi dan juga Orang Kristen tidak mengikuti apa yang diajarkan oleh
Alkitab. Disini, poin yang ditekankan adalah, Qur’an tidak menuduh bahwa
Alkitab (Taurat, Zabur, dan Injil) telah diubah atau dirusak, tetapi Umat yang
di Kitab itu sendiri yang tidak mengikuti apa yang Kitab itu ajarkan.
Sekarang setelah beberapa waktu yang lalu, hal yang sama juga dapat
dikatakan bahwa semua pengikut kepercayaan Abraham – mereka tidak
selalu mengikuti apa yang diajarkan oleh kitab suci mereka sendiri dan
kemungkinan juga mereka salah dalam mengartikan atau menginterpretasi
apa yang dikatakan oleh Kitab Suci.
Page 16
Sebagaimana yang tertera di atas, Qur’an tidak menuduh bahwa semua
Umat yang di Kitab tidak setia mengikuti atau salah mengartikan Alkitab.
Sangatlah benar bahwa banyak sekali golongan diantara umat Kristen, yang
mengklaim atau mengajarkan berbagai ajaran Alkitab dan juga orang Yahudi
banyak yang tidak mengikuti ajaran Alkitab itu sendiri. Bagaimanapun,
selalu ada Umat yang di Kitab yang mengikuti dengan setia perintah dari
TUHAN Allah. Scenario ini jelas digambarkan dalam Qur’an seperti yang
dapat kita lihat dibawah, dan perbedaannya cukup jelas, namun banyak
umat percaya berpikir bahwa Umat yang di Kitab mengikuti ajaran Alkitab
yang salah, yang telah diubah. Qur’an dengan jelas memisahkan Umat yang
di Kitab yang Benar, yang selalu mengikuti perintah Firman Allah dari orangorang yang tidak mengikutinya, sebagaimana yang kita lihat dibawah ini;
“…sekiranya Ahli Kitab (People of the Book/Umat yang di Kitab) beriman,
tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman,
namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.”
(Surah Al-Imran 3.110)
Page 17
Pada poin apa saja dalam sejarah, kemungkinan Yahudi
dan Kristen menggabungkan usaha mereka untuk
mengubah Alkitab, sementara Qur’an menyatakan hal
yang kontras terhadapnya?
Qur’an mengkonfirmasi keaslian dari penulisan naskah Taurat, Zabur, dan
Injil (Alkitab) dan sepakat dengan fakta yang terjadi di tahun awal dari kitabkitab itu sendiri tidak pernah diganti atau dirusak. Namun, apakah mungkin
perubahan ini terjadi mengingat kaum Yahudi dan Kristen adalah dua
kelompok yang berbeda keyakinan? Bagi Yahudi, Taurat dan Zabur
(Perjanjian Lama) adalah yang paling kudus, dan jika Kristen mencoba untuk
merubahnya tentu Yahudi tidak akan menerima, oleh sebab mereka tidak
akan pernah menggunakan kitab suci yang telah diubah-ubah. Terlebih lagi
sudah sangat banyak sekali salinan Alkitab disebar keseluruh dunia (selama
ribuan tahun), dan tidak mungkin untuk mengubahnya sekaligus dengan
satu kesepakatan. Kita tidak memiliki sejarah suatu usaha untuk merubah
Alkitab. Jika kaum Yahudi ingin mengubah Perjanjian Baru (Injil), yang
notabene adalah kitab suci orang Kristen, sangatlah tidak mungkin karena
Kristen akan tetap pada posisi mereka membela kitab Injil tersebut, juga
tidak akan membiarkan Yahudi merubahnya. Terlebih lagi, sudah sangat
banyak salinan kitab Injil yang di museumkan di seluruh dunia, sebelum AlQuran dimunculkan.
Page 18
Faktanya adalah, sebuah tokoh Yahudi-Kristen yang mengubah Alkitab tidak
pernah terjadi dalam sejarah. Atau beberapa poin dari kitab mereka sendiri
tidak mungkin diubah mengingat akan kekudusan kitab suci itu sendiri bagi
mereka – wahyu Ilahi. Meskipun mereka menginginkannya, mereka tidak
akan sanggup mengubahnya secara keseluruhan karena sudah sangat
banyak salinan dari naskah asli Alkitab yang tersebar dan dipegang oleh
umat manusia di seluruh dunia.
Hal yang menarik adalah, sebagaimana yang dinyatakan sebelumnya,
Qur’an tidak menuduh Umat yang di Kitab (Kristen dan Yahudi) mengubah
kitab suci sebelumnya; tetapi menuduh mereka tidak mengikuti ajaran yang
diberikan kitab suci mereka (Taurat, Zabur, dan Injil). Dugaan bahwa naskah
Alkitab telah diubah didalam Al-Quran tidaklah ada. Malahan Al-Quran
menghukum mereka yang tidak mengikuti ajaran Alkitab terlebih yang
menyalah artinkannya. Meskipun beberapa konfirmasi telah nyata dalam
Qur’an, namun ada beberapa sarjana yang mengajarkan bahwa Alkitab telah
dirubah dan dirusak dan karenanya dibutuhkanlah wahyu yang tebaru yaitu
Qur’an. Pandangan seperti itu adalah diluar Qur’an, tetapi berdasarkan
asumsi manusia, filsafat seorang sarjana, dan tidak terbukti berdasarkan
fakta.
Page 19
Ayat-ayat Al-Quran yang mana yang menuduh bahwa
Alkitab telah dirubah?
Biasanya ada lima ayat Qur’an yang dipresentasikan kaum cendekiawan
muslim sebagai bukti bahwa Alkitab telah dirubah: Surah al Imran (3):78; AlBaqara (2):75; An-Nisa (4):46; Al-Maida (5):13 dan Al-Maida (5):41.
Ayat-ayat tersebut akan dipaparkan sebagai berikut:
Ayat #1: Al Imran (3):78
“dan sungguh, di antara mereka niscaya ada segolongan yang
memutarbalikkan lidahnya membaca Kitab, agar kamu menyangka (yang
mereka baca) itu sebagian dari Kitab, padahal itu bukan dari Kitab dan
mereka berkata,”itu dari Allah,” padahal itu bukan dari Allah. Mereka
mengatakan hal yang dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui.
Apa yang benar-benar dikatakan ayat ini?
Bahwa beberapa orang “memutarbalikkan” Kitab itu dengan lidah
mereka. Artinya adalah mereka mengubah artinya.
Ini bukan berarti bahwa mereka mengubah naskah asli dari Kitab,
tetapi mereka memutarbalikkan atau berdusta untuk menipu orang
lain dari naskah asli Kitab.
Ini artinya mereka mengucapkan kalimat yang salah, atau tipuan lidah,
yang mereka katakana mereka mengenal Allah tetapi mereka
sebenarnya berdusta.
Tetapi pengertian yang lebih dalam, mereka bukan merubah naskah
dari Kitab.
Page 20
Ayat #2: Al-Baqara (2):75
“maka apakah kamu (muslimin) sangat mengharapkan mereka akan
percaya kepadamu, sedangkan segolongan dari mereka mendengar firman
Allah, lalu mereka mengubahnya setelah memahaminya, padahal mereka
mengeahuinya?
Apa yang dikatakan?
Apa yang dirusak oleh orang Yahudi disini adalah ayat-ayat yang
mereka sudah dengar dan mengerti; tetapi bukan Kitab itu sendiri.
Mereka mendengar firman Allah dan mereka mengubahnya setelah
mereka memahaminya.
Ayat #3: An-Nisa (4):46
“(yaitu) di antara orang Yahudi, yang mengubah perkataan dari tempattempatnya. Dan mereka berkata, “Kami mendengar, tetapi kami tidak
menurutinya.” Dan (mereka mengatakan pula), “Dengarlah,” sedang
(engkau Muhammad sebenarnya) tidak mendengar apa pun. Dan (mereka
mengatakan), “Ra’ina” dengan memutarbalikkan lidahnya dan mencela
agama. Sekiranya mereka mengatakan, “kami mendengar dan patuh, dan
dengarlah, dan perhatikanlah kami,” tentulah itu lebih baik bagi mereka dan
lebih tepat, tetapi Allah melaknat mereka, karena kekafiran mereka. Mereka
tidak beriman kecuali sedikit sekali.”
Apa yang ayat ini katakan?
Orang-orang Yahudi dalam ayat ini mengambil firman itu diluar konteks
dan berkata-kata lain dengan lidah mereka.
Orang Yahudi memutarbalikkannya dengan lidah mereka dan
memfitnah apa yang tuliskan dalam Kitab.
Ayat #4: Al-Maida (5):13
“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, maka Kami melaknat mereka,
dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah
firman (Allah) dari tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan
sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka. Engkau
(Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan, dari mereka kecuali
sekelompok kecil di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka
maafkanlah mereka dan biarkan mereka. Sungguh, Allah menyukai orangorang yang berbuat baik.”
Apa yang dikatakan ayat ini?
Disini kita melihat bahwa Orang Yahudi secara lisan mengubah artinya,
tetapi tidak merubah Kitab itu sendiri.
Disini Allah berkata bahwa Yahudi mengubah firman tanpa
memperhatikan konteksnya dan sengaja lupa bagian mana yang Allah
ingatkan kepada mereka.
Ayat #5: Al-Maida (5):41
“wahai Rasul (Muhammad)! Janganlah engkau disedihkan karena mereka
berlomba-lomba dalam kekafirannya. Yaitu orang-orang (munafik) yang
mengatakan dengan mulut mereka, “Kami telah beriman,” padahal hati
mereka belum beriman; dan juga orang-orang Yahudi yang sangat suka
mendengar (berita-berita) bohong dan sangat suka mendengar (perkataanperkataan) orang lain yang belum pernah datang kepadamu. Mereka
mengubah kata-kata (Taurat) dari makna yang sebenarnya. Mereka
mengatakan, “jika ini yang diberikan kepadamu (yang sudah diubah)
terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah.”
Barangsiapa dikehendaki Allah untuk dibiarkan sesat, sedikit pun engkau
tidak akan mampu menolak sesuatu pun dari Allah (untuk menolongnya).
Mereka itu adalah orang-orang yang sudah tidak dikehendaki Allah untuk
menyucikan hati mereka. Di dunia mereka dapat kehinaan dan di akhirat
akan mendapat azab yang besar.”
Apa yang dikatakan oleh ayat tersebut?
Disini kita juga melihat bahwa orang Yahudi mengatakan
sesuatu dengan mulut mereka, dan mereka mendengar beritaberita bohong dan mengubahnya dari arti yang sebenarnya
dari Kitab, melalui berbicara diluar dari konteks ayat itu serta
mengubah maknanya.
Di dalam ayat-ayat yang tertera di atas kita telah melihat, delapan kata kerja
yang digunakan.
Ahfa, menolak untuk mengatakan: Al-Maidah 5:5; Al-An^am
6:91
Ishtara, untuk membuat tiruan murahan: Al-Baqarah 2:79
Albasa, untuk menyamarkan kebenaran dengan kebohongan: Al-
Baqarah 2:42; Ali-Imran
Baddala, untuk menggantikan, untuk mengubah dengan kata-
kata lain: Al-Baqarah 2:58; Al-A’raf 7:162
Karama, untuk menyembunyikan. Kata kerja ini digunakan lebih
sering dari yang lain: Al-Baqarah 2:42, 140, 146, 159, 174;
Ali-Imran 3:71, 187
Lawa, menggulung lidah: Ali-Imran 3:78; An-Nisa 4:46
Nasa, melupakan: Al-Maida 5:13; Al-A’raf 7:165.
Kata-kata kerja ini bukan berarti bahwa orang Yahudi telah memalsukan
Taurat, tetapi mereka telah mengkhotbahkannya secara tidak benar atau
mengucapkannya dengan berbeda.
Apakah Qur’an atau doktrin dasar Islam membatalkan
kitab-kitab sebelumnya?
Sejak dinyatakan bahwa kepercayaan dasar Islam adalah percaya kepada
Kitab-kitab Suci, itu artinya termasuk Alkitab (Taurat, Zabur, Injil)
sebagaimana Qur’an, seorang yang percaya tidak dapat menolak keaslian
dari Alkitab mengingqat bahwa itu merupakan doktrin dasar Islam.
Kedua, Qur’an tidak mendukung pandangan yang menyatakan bahwa Alkitab
itu dirubah, walaupun beberapa sarjanawan menegaskan bahwa Qur’an
telah ditunjukkan karena Umat yang di Kitab telah mengubah Kitab sucinya.
Ini berarti bahwa banyak umat percaya berpikir bahwa mereka tidak harus
membaca Alkitab lagi meskipun mereka tahu bahwa dari Qur’an sendiri Allah
lah yang menginspirasikan para penulis-Nya.
Ketiga, ada pandangan yang diberikan oleh sarjanawan, dan diterima oleh
banyak umat percaya, bahwa Qur’an membatalkan Alkitab. Itu dipercaya
oleh banyak umat Islam yang percaya dan telah diajarkan oleh banyak
sarjana. Pandangannya adalah, bahwa sebagai Injil (Kabar Baik)
membatalkan Taurat, dan Qur’an membatalkan Injil. Pembatalan maksudnya
adalah, mendeklarasikan bahwa yang sebelumnya itu kosong, batal, dan
tidak dibutuhkan lagi. Oleh karena itu, klaim yang di buat adalah meskipun
ada banyak salinan yang berasal dari yang asli, itupun tidak perlu lagi untuk
di baca karena Al-Qur’an telah turun untuk menyempurnakan semuanya
sebagai wahyu yang lebih baik. Qur’an itu sendiri tidak mendukung
pandangan seperti itu. Oleh karena itu bukanlah klaim Al-Qur’an yang
seperti itu tetapi pemikiran yang diutarakan dari logika para sarjanawan
yang mencoba berargumen untuk membatalkan kitab sebelumnya. Keaslian
dari Al-Qur’an tidak harus bersandar pada pembatalan kitab-kitab suci
sebelumnya semenjak Firman Allah tidak pernah berubah, dan wahyu yang
lebih baru sesuai dengan wahyu yang dahulu atau kitab suci daripada
mencelanya.
Yang terakhir, beberapa sarjanawan mengatakan bahwa Qur’an harus di
baca hanya dalam bahasa Arab. Jika Asia Selatan, Tenggara, Afrika dan umat
percaya Barat, yang pada mereka bahasa Arab bukanlah bahasa ibu,
membacanya dalam bahasa Arab lalu bagaimana mereka bisa mengerti apa
yang dikatakan oleh Qur’an itu? Sangatlah ajaib melihat bagaimana pesan
Qur’an yang tidak berprasangka dan inklusif sedangkan para sarjanawan
membangun dinding pembatas atau jembatan pemisah dalam pemahaman
mereka melalui menolak wahyu yang Allah telah berikan.
Sebagaimana yang dinyatakan diatas, pandangan Qur’an terhadap Alkitab
sebagai kitab suci yang asli dari Allah, dimana itu masih valid ketika AlQur’an turun. Dalam wacana berikut kita akan melihat apa lagi yang AlQur’an katakana tentang kitab suci yang sebelumnya (Alkitab).
Apakah Allah memberikan Taurat kepada nabi Musa
(pbuh)?
Dibawah ini adalah ayat dari Qur’an, dimana poinnya adalah memberikan
fakta bahwa Taurat diberikan oleh Allah sendiri.
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat, yang mengandungi
petunjuk dan cahaya yang menerangi; dengan Kitab itu nabi-nabi yang
menyerah diri (kepada Allah) menetapkan hukum bagi orang-orang Yahudi,
dan (dengannya juga) ulama mereka dan pendita-penditanya (menjalankan
hukum Allah), sebab mereka diamanahkan memelihara dan menjalankan
hukum-hukum dari Kitab Allah (Taurat) itu, dan mereka pula adalah menjadi
penjaga dan pengawasnya (dari sebarang perubahan). Oleh itu janganlah
kamu takut kepada manusia tetapi hendaklah kamu takut kepadaKu (dengan
menjaga diri dari melakukan maksiat dan patuh akan perintahKu); dan
janganlah kamu menjual (membelakangkan) ayat-ayatKu dengan harga
yang sedikit (kerana mendapat rasuah, pangkat dan lain-lain keuntungan
dunia); dan sesiapa yang tidak menghukum dengan apa yang telah
diturunkan oleh Allah (kerana mengingkarinya), maka mereka itulah orangorang kafir.” – (Surah Maidah 5:44)
Ayat diatas dengan jelas menyatakan bahwa Allah memberikan Taurat
kepada Musa (pbuh). Ini bukanlah satu-satunya ayat yang merujuk kepada
Taurat (PL) diberikan oleh Allah tetapi ada beberapa ayat-ayat yang
menyatakan fakta ini dalam Qur’an. Ayat itu menunjukkan bahwa ada suatu
penuntun dan terang di dalam Taurat dan oleh standartnya orang Yahudi
dihakimi.
Apakah Allah memberikan Zabur kepada Nabi Daud
(pbuh)?
Qur’an juga mengkonfirmasi bahwa Allah menunjukkan Zabur (Mazmurmazmur) kepada Nabi Daud (Surah 4:163; 17:55); dan itu adalah buku berkat
yang diturunkan kepadanya (Surah 38:29). Karena ia adalah keturunan dari
Abraham (Surah 6:84), Allah memberikannya kitab suci, kebijaksanaan dan
nubuatan. Komentator Yusuf Ali, seorang penerjemah Qur’an ke dalam
bahasa Inggris, penulis, ‘Daud telah diberikan Zabur, Seorang pemazmur,
kemudian menyanyikan musik ibadah kepada Allah dan pujian selebrasi
kepada Allah.’
“Dan Tuhanmu (wahai Muhammad) lebih mengetahui akan sekalian makhluk
yang ada di langit dan di bumi; dan sesungguhnya Kami telah melebihkan
setengah Nabi-nabi atas setengahnya yang lain; dan Kami telah memberikan
Kitab Zabur kepada Nabi Daud.” – (Surah Al-Isra 17:55)
Apakah Allah menunjukkan Injil kepada nabi Isa al Masih
(pbuh)?
Al-Qur’an menyatakan bahwa setelah Allah memberikan Perjanjian Lama, Ia
juga memberikan Injil (Perjanjian Baru).
“Dan Kami utuskan Nabi Isa Ibni Maryam mengikuti jejak langkah mereka
(Nabi-nabi Bani Israil), untuk membenarkan Kitab Taurat yang diturunkan
sebelumnya; dan Kami telah berikan kepadanya Kitab Injil, yang
mengandungi petunjuk hidayah dan cahaya yang menerangi, sambil
mengesahkan benarnya apa yang telah ada di hadapannya dari Kitab Taurat,
serta menjadi petunjuk dan nasihat pengajaran bagi orang-orang yang
(hendak) bertaqwa.” – (Surah Maidah 5:46)
Qur’an dengan tegas mengatakan bahwa Alkitab (kitab suci sebelumnya)
yang ada pada tangan mereka telah di tunjukan oleh Allah. Isa al Masih
(pbuh), Sama seperti Nabi Muhammad (pbuh) tidak menulis Injil. Ia tidak
butuh melakukan itu untuk menunjukkan keaslian wahyu yang ia terima
sebagaimana halnya Nabi Muhammad tidak melakukan hal yang sama
dengan Al-Qur’an. Murid-murid Isa al Masih (pbuh) yang mendengarkan
kata-katanya menuliskannya kedalam kertas yang menjadi sejarah mengenai
apa saja yang ia lakukan sebagai firman yang menginstruksikan.
Berdasarkan Qur’an wahyu yang mana yang Allah berikan
kepada umat manusia?
Al-Qur’an dengan jelas menyatakan seperti dibawah ini bahwa wahyu Allah
termasuk kitab-kitab sebelum Al-Qur’an semuanya itu diberikan oleh-Nya.
“Ia menurunkan kepadamu (wahai Muhammad) Kitab Suci (Al-Quran)
dengan mengandungi kebenaran, yang mengesahkan isi Kitab-kitab Suci
yang telah diturunkan dahulu daripadanya, dan Ia juga yang menurunkan
Kitab-kitab Taurat dan Injil.” – (Surah Al-Imran 3:3)
Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah memberikan Qur’an tetapi Ia juga
memberikan Kitab-kitab yang datang sebelumnya (Taurat, Injil, dan Zabur)
sebagai penuntun bagi umat manusia karena wahyu-wahyu ini menyediakan
sistem moral tentang yang baik dan yang jahat dan merupakan suatu ukuran
bagi penghakiman umat manusia. Jadi berdasarkan artikel-artikel iman ada
4 kitab yang diberikan oleh Allah; Taurat, Zabur, Injil dan Qur’an.
Meniadakan salah satu berarti mencabut sistem moral utuh yang menjadi
ukuran bagi penghakiman kita.
Jelasnya, ada banyak sekali sekarang yang berkata untuk meniadakan kitabkitab sebelumnya, membaca kitab sebelumnya bukan hanya patah hati
tetapi di sebagian tempat, beberapa umat percaya berpikir bahwa hanya
menyentuh Alkitab maka akan membawa beberapa konsekuensi dan bahkan
mendatangkan hukuman dari Allah. Ini artinya kebanyakan umat percaya,
yang berkata “kami percaya kepada semua 4 kitab suci, tetapi tidak
semuanya di baca hanya 1 saja, berarti tidak memenuhi standard iman
Islam.
Apakah Qur’an dimana saja menginstruksikan umat
percaya untuk beriman juga kepada kitab-kitab
sebelumnya?
Semenjak Qur’an menerima bahwa semua kitab suci (keempat buku suci)
diberikan oleh Allah, maka pengetahuan akan yang benar dan sistem moral
yang sempurna akan yang baik dan yang jahat dan rencana Allah yang hebat
kepada manusia tidak akan dapat dipahami jika tidak membaca semua
wahyu yang Ia berikan. Wahyu ini tidak terpisah tetapi koheren dan
progresif; wahyu berikutnya membangun/meneguhkan wahyu yang
sebelumnya. Oleh sebab itu Qur’an menarik orang-orang untuk percaya
kepadanya dan kepada wahyu-wahyu yang datang sebelumnya dengan
maksud agar wahyu Allah dapat dipahami dengan sempurna.
“dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan
kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka
yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” (Surah Al-Baqarah 2:4)
Apa yang Qur’an katakan mengenai mereka yang menolak
keempat kitab suci Allah? Konsekuensi apa yang akan
mereka terima atas penolakan terhadap wahyu-wahyuNya?
Bukan hanya Surah an-Nisa 4:136 yang menegaskan hal yang sama
sebagaimana pada ayat sebelumnya, tetapi justru 1 langkah lebih jauh lagi
menyatakan akan apa yang akan diterima oleh orang-orang yang menolak
salah satu dari wahyu-Nya, yang tentu saja adalah kitab-kitab sebelumnya
juga.
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta
kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian,
maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (Surah Al-Nisa
136)
Qur’an tidak mengatakan bahwa ia turun oleh sebab Alkitab telah dirusak.
Malah hal yang bertentangan, ia mengatakan bahwa meskipun Qur’an telah
turun, umat-umat muslim percaya harus beriman juga kepada kitab-kitab
yang datang sebelumnya. Umat percaya muslim adalah umat yang percaya
kepada seluruh (keempat) kitab suci Allah. Konsep ini kelihatannya baru
bagi banyak umat islam percaya. Banyak yang terkagum bahwa Qur’an
telah melangkah lebih jauh dengan menyatakan bahwa siapapun yang
menolak doktrin bahwa seorang muslim harus “percaya kepada keempat
kitab suci Allah,” telah “sesat sejauh-jauhnya.” Qur’an bukan hanya berkata
“sesat jauh”, tetapi “sesat sejauh-jauhnya”. Ini menyimpulkan bahwa ini
merupakan hal yang sangat serius sehingga Qur’an menuliskannya. Maka
siapakah ia yang telah sesat jauh sejauhnya? Jawabannya adalah tentu saja
mereka yang bukan umat percaya. Berdasarkan ayat ini, seorang percaya
harus tidak menolak Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-Nya (PLURAL), nabinabi-Nya, dan hari penghakiman-Nya. Maka jika seorang mengaku percaya
kepada Allah, ia juga harus mengakui malaikat-malaikat-Nya, hari
penghakiman-Nya – tetapi jika tidak percaya kepada semua kitab suci-Nya,
itu berarti orang itu hampir menjadi umat percaya yang baik karena menolak
wahyu Allah sebelumnya. Ayat ini tidak berkata, “kitab”, tetapi “kitab-kitab”
yang artinya percaya juga kepada kitab-kitab sebelum Qur’an. Ini juga
termasuk sebagai kepercayaan dasar yang penting bagi iman islam.
Mengapa Qur’an diturunkan?
Daripada mendengarkan asumsi atau interpretasi dari para sarjanawan yang
juga adalah manusia sama seperti kita, kita harus membaca apa yang
Qur’an katakana dan apa tujuan dari wahyu Ilahi. Apa yang Allah katakan itu
lebih penting dari apa yang engkau atau saya katakan. Mari kita lihat apa
yang Qur’an katakan tentang tujuan dari wahyu ini:
“Dia menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya;
membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan
Taurat dan Injil…” (Surah Al-Imran 3:3)
Ayat ini membuat lebih jelas bahwa Qur’an bukan datang karena Alkitab
telah diubah atau karena tidak valid lagi. Sebaliknya, Qur’an malah
mengkonfirmasi tentang kebenarannya (Alkitab) yang masih valid. Sangat
sulit untuk dipahami mengapa orang-orang sekarang memiliki keberanian
untuk mengatakan yang bukan berasal dari firman Allah sedangkan yang
dikatakan Qur’an sangat jelas. Terkadang hal yang membuat kita sulit
adalah, kita membatasi akal sehat kita dengan pikiran yang kaku, sehingga
garis merah yang Allah berikan melalui wahyu-wahyu-Nya tidak dapat kita
pahami dengan baik. Kita butuh untuk merendahkan hati kita untuk
mendengar firman Allah diatas dari kata-kata teman-teman kita, atau
pendapat para sarjanawan.
Apa lagi yang Qur’an katakan mengenai kitab-kitab
sebelumnya?
Dalam ayat sebelumnya kita melihat Qur’an telah datang untuk mensahkan
kitab-kitab sebelumnya (Wahyu dari Allah), tetapi sekarang ini ayat-ayat
berikut lebih jauh lagi.
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain
itu (Eng: and guarding it in safety); maka putuskanlah perkara mereka
menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.
Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang
terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu
umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya
kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada
Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa
yang telah kamu perselisihkan itu” – (Surah Al-Maidah 5:48)
Ayat ini kembali lagi melangkah lebih jauh dengan menyatakan bahwa
Qur’an datang bukan hanya mensahkan Alkitab tetapi juga menjaminnya
dengan keamanan. Jadi tuduhan yang mengatakan bahwa Alkitab telah
diubah atau dirusak tidak sah karena Qur’an sendiri yang mensahkan bahwa
Wahyu Alkitab itu asli adanya. Anda lihat, bukan hanya umat percaya saja
yang mengklaim bahwa Alkitab telah diubah, tetapi umat non-muslim di
seluruh dunia banyak yang menuduh bahwa Alkitab telah diubah selama
berabad-abad. Qur’an sekarang diturunkan untuk menunjukkan bahwa
Alkitab, sebagai kitab terdahulu, adalah firman Allah tetapi juga Qur’an
sebagai penjaga dari kitab-kitab itu sendiri (atau katakanlah, bahwa Allah
sendiri yang menjaga kitab-kitab-Nya). Jadi klaim yang menyatakan bahwa
Alkitab telah diubah itu semuanya keliru sejak Qur’an sendiri yang
menyatakan bahwa keabsahan dari kitab terdahulu masih autentik hingga
sekarang ini sebagai pesan yang tidak berubah.
Tidak mampukah Allah menjaga kitab-kitab-Nya dari
usaha manusia untuk merubahnya? Beranikah mereka?
Kita telah melihat pada ayat-ayat yang diutarakan diatas bahwa Qur’an tidak
pernah menyatakan bahwa Alkitab telah dirubah atau dengan kata lain
Qur’an ada untuk menggantikannya; tetapi Qur’an malah menyatakan
bahwa ia ada sebagai penjaga dari keaslian Alkitab. Sejak Alkitab, yang
adalah kitab terdahulu, berdasarkan Qur’an, adalah firman Allah, kemudian
Allah sendirilah yang harus menjaga firman-Nya. Itulah mengapa dalam
ayat-ayat yang kita bahas berikut ini dengan tepat dinyatakan bahwa tiada
yang mampu mengubah (merusak) firman Allah.
“Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan
tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang
dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada
mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merubah kalimat-kalimat (janjijanji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari
berita rasul-rasul itu.” (Surat Al-Anam 6:34)
“Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar
dan adil. Tidak ada yang dapat merubah rubah kalimat-kalimat-Nya dan
Dialah yang Maha Mendenyar lagi Maha Mengetahui.” (Surat Al-Anam 6:115)
“Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam
kehidupan} di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji)
Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.” (Surah Yunus
10:64)
Tiga ayat-ayat diatas menolak berbagai klaim bahwa firman Allah dapat
diubah (baik itu Qur’an atau kitab terdahulu). Bagaimanapun, ayat diatas
(Surah Yunus 10:64) tidak hanya menyatakan bahwa “tidak ada perubahan
bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah” tetapi “yang demikian itu adalah
kemenangan yang besar” (eng: attaintment). Pada terjemahan lain juga
disebut sebagai kemenangan (victory). Itu artinya adalah Allah bukan hanya
menunjukkan firman-Nya kepada umat manusia tetapi juga akan
menjaganya sehingga mendapatkan kemenangan atau pencapaian yang
besar. Jadi kalau ada yang membawa suatu tuduhan yang mengklaim bahwa
Alkitab telah diubah, itu bukan pandangan Qur’an melainkan dirinya sendiri.
Mereka mempertanyakan kekuatan Allah dengan cara berpendapat bahwa
Alkitab (yang adalah firman Allah) telah diubah, dan berkesimpulan bahwa Ia
tidak mampu menjaga kitab-Nya sendiri. Qur’an bukan hanya mensahkan
bahwa kitab-kitab sebelumnya telah diturunkan oleh Allah tetapi juga
keaslian dari kitab itu. Itu artinya adalah umat percaya bukan hanya dituntut
untuk membaca Qur’an tetapi juga membaca Alkitab (kitab terdahulu).
Apakah Qur’an menyatakan bahwa Umat yang di Kitab
untuk berhenti membaca Alkitab (kitab terdahulu)
semenjak Qur’an diturunkan?
Meskipun setelah Qur’an diturunkan, masih tertera dalam setiap
halamannya, bahwa Alkitab itu masih valid dan orang-orang harus
membacanya karena itu merupakan firman Allah. Kita melihat disini bahwa
Qur’an menghimbau kepada semua umat Muslim yang percaya untuk
percaya kepada Alkitab dan kita juga tahu bahwa tidak ada kalimat perintah
untuk Umat yang di Kitab berhenti membaca Taurat dan Injil. Disamping
meminta mereka untuk membaca Al-Qur’an, melainkan menguatkan mereka
umat Kristiani untuk mereka dihakimi dengan apa yang Allah telah tunjukkan
kepada mereka apapun yang di dalam kitab terdahulu, khususnya Injil
(dimana kitab ini merupakan kitab Isa al Masih (pbuh)) dalam ayat berikut:
“Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut
apa yang diturunkan Allah didalamnya. Barangsiapa tidak memutuskan
perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orangorang yang fasik.” (Surah Maidah 5:47)
Jika Qur’an telah datang untuk menggantikan Alkitab karena itu telah diubah;
maka Qur’an tentu tidak akan mengizinkan mereka Umat yang di Kitab untuk
‘di hakimi oleh Allah dari apa yang telah diturunkan kepada mereka’ lagi. Ini
mengindikasikan bahwa ribuan salinan Alkitab masih berlaku sejak Qur’an
diturunkan pada abad ke tujuh dan keakuratan dari firman Allah itu lah yang
menyebabkan mereka (Umat yang di Kitab) akan dihakimi dari apa yang
mereka telah terima. Ayat diatas secara jelas menunjukkan bahwa jika Umat
yang di Kitab tidak mengikuti Injil dan apapun yang diperintahkan Alkitab
maka mereka adalah orang-orang fasik.
Dalam ayat berikut ini Umat yang di Kitab (Yahudi dan Kristen) dikatakan
bahwa iman mereka akan menjadi sia-sia apabila mereka tidak mengikuti
seluruh ajaran dari Kitab yang Allah telah turunkan kepada mereka. Jika
memang benar bahwa Alkitab itu telah dirusak/diubah maka mustahil AlQur’an akan mencatat ayat ini:
“Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun
hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Quran (eng: all
the revelation) yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu". Sesungguhnya
apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu akan
menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka;
maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu.”
(Surah al-Maidah 5:68)
Qur’an sedang mengecam Umat yang di Kitab bahwa jika mereka tidak
percaya atau berdiri teguh pada apa yang telah dinyatakan kepada mereka.
Berdasarkan ayat ini, apa yang Umat dalam Kitab (mereka yang membaca
Taurat, Zabur dan Injil) akan dihakimi, adalah apa yang telah diturunkan
kepada mereka. Maka sekali lagi tuduhan yang menyatakan bahwa Alkitab
telah diubah tidaklah benar, karena ini merujuk bukan ke kitabnya melainkan
mereka yang tidak menurutinya. Ayat ini tentu saja menjunjung tinggi
keabsahan dari Alkitab. Sebuah klarifikasi telah diberikan juga oleh ayat
berikut;
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu
melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab
(Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”
Tuduhan ini tentu saja ditujukan kepada orang-orang Yahudi yang tentu saja
paham isi firman Allah, kemudian menyuruh orang lain untuk beribadah,
sedangkan mereka sendiri tidak beribadah sesuatu yang di ajarkan Alkitab.
Ayat ini tidak menuduh bahwa mereka salah dalam membaca ayatnya, atau
ayatnya yang salah, tetapi mereka tidak mengikutinya. Itu artinya sejak
Qur’an diturunkan pada abad ke 7 Masehi, Alkitab masih berlaku bahkan
sejak masa hidupnya nabi Muhammad (pbuh).
Haruskah umat Muslim menghakimi Umat di Kitab
berdasarkan kepada Wahyu Al-Qur’an?
Bukan hanya kepada Umat di Kitab bahwa Kitab terdahulu itu masih berlaku,
tetapi sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa kepada umat Muslim itu
juga berlaku. Itulah sebabnya umat Muslim diajarkan untuk mengikuti
ajaran/instruksi dari Alkitab/Kitab terdahulu. Namun ada banyak sekali
sarjanawan dan umat Muslim yang menjauhkan atau berargumen dengan
Umat yang di Kitab. Qur’an tidak ingin umat Muslim untuk melakukan hal
yang demikian tetapi memperlakukan mereka dengan kasih dan hormat
sebagai sesama umat percaya…
“Dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan cara
yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan
katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan
kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu
adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri” – (Surah Al-Ankabut
29:46)
Sebagaimana yang telah kita lihat di atas; Qur’an tidak hanya menegur
orang-orang Kristen karena tidak teguh terhadap ajaran Alkitab tetapi juga
menegur hal yang sama kepada umat Muslim. Faktanya, umat Muslim
selama masa sang Nabi dan segera setelah masa itu berakhir mereka tetap
mengikuti ajaran Alkitab (lihat di akhir buku tentang kepercayaan umat Islam
mula-mula). Mereka ada bukan untuk berselisih dengan Umat di Kitab
sehubungan dengan rusaknya Alkitab lalu berkata ‘kitab kami lebih baik dari
kitab kalian’. Tetapi Qur’an datang untuk mensahkan kitab yang terdahulu
(Alkitab). Oleh karena itu, umat percaya yang taat Qur’an disarankan untuk
berkata ‘kami percaya kepada semua wahyu yang diturunkan kepada kami
sebagaimana yang telah diturunkan kepadamu; Allah kami dan Allah mu
adalah Esa.’ Sejak Qur’an sendiri yang tidak pernah berkata bahwa Alkitab
itu sudah rusak atau tidak berlaku lagi, maka sebagai sarjanawan yang setia
kita tidak bisa menyimpulkan seperti itu.
Apa yang disarankan Nabi Muhammad (pbuh) sehubungan
Alkitab (Kitab terdahulu)?
Dalam semua ayat-ayat yang di atas kita telah menemukan apa yang Qur’an
katakan kepada umat-umat peraya sehubungan kitab-kitab terdahulu. Lebih
dari pada itu, Qur’an menuduh bahwa Umat di Kitab tidak mengikuti ajaranajarannya, yang artinya bahwa Al-Qur’an mensahkan bahwa Alkitab masih
benar dan berlaku. Sekarang dalam ayat ini kita butuh untuk temukan apa
yang Allah instruksikan kepada Nabi-nabi-Nya sehubungan Alkitab
menyadari bahwa Qur’an juga telah sampai kepadanya. Berargumen
dengan menyatakan bahwa umat Muslim harus percaya kepada Alkitab
adalah satu tahap level tetapi melihat instruksi Allah ini kita akan di bawa
kepada level yang lebih tinggi. Sekarang Qur’an telah ditunjukkan kepada
nabi, orang akan berasumsi bahwa ia dan nabi juga bertanggung jawab
untuk menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan kepada Islam. Juga
dalam ayat berikut akan ditunjukkan apa yang Nabi harus jawab atau ketika
pertanyaan timbul ketika sedang membaca Qur’an yang telah diturunkan
kepadanya.
“Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa
yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang
yang membaca kitab sebelum kamu. Sesungguhnya telah datang kebenaran
kepadamu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu temasuk
orang-orang yang ragu-ragu.” – (Surah Yunus 10:94)
Ayat ini secara spesifik ditujukan kepada Nabi itu sendiri, meskipun
penerjemahan dari Yusuf Ali tidak memberikan kejelasan apakah kata
“kamu” dalam bentuk singular atau plural. Itu juga tidak jelas menyatakan
apakah “kamu” menunjuk kepada seseorang saja atau suatu kelompok, atau
menunjuk kepada golongan pria atau wanita. Penerjemahan Sahih
Internasional mengklarifikasi ayat ini dengan memberikan terjemahan yang
benar dari bahasa Arab untuk penggunaan kata “kamu”:
“So if you are in doubt, [O Muhammad], about that which We have revealed
to you, then ask those who have been reading the Scripture before you. The
truth has certainly come to you from your Lord, so never be among the
doubters.” (Surah Yunus 10:94) – Saheeh International Translation
Bagaimanapun, sang Nabi yang telah menerima wahyu terakhir ini diminta
untuk berkonsultasi dengan orang-orang yang membaca Alkitab. Ketika
sang Nabi mempunyai pertanyaan sehubungan dengan Al-Qur’an, ia
diinstruksikan oleh Allah untuk pergi kepada Umat di Kitab yang telah
membaca kitab-kitab sebelumnya (Alkitab). Jadi untuk itu, maka tidak salah
jika umat Muslim percaya yang lainnya untuk mengikuti jejak ini yaitu
membaca Alkitab atau berkonsultasi dengan Alkitab.
Dari penjelasan ini menjadi sebuah bukti bahwa Qur’an telah
mengkonfirmasi para pembacanya untuk membaca hubungan
keterkaitannya dengan Alkitab oleh karena cerita yang ada di dalam AlQur’an semuanya sudah di jelaskan secara detail di dalam Alkitab. Wahyu
Qur’an tidak akan menjadi jelas apabila kita tidak membaca hubungannya
dengan Alkitab. Terlebih lagi, jika sebagai umat percaya, artikel iman
meneguhkan seorang untuk berkata bahwa ‘kami percaya kepada keempat
kitab suci’ maka, bukan hanya satu tetapi empat-empatnya dibaca karena
semua itu adalah penuntun untuk mendapatkan wahyu Allah secara penuh.
KESIMPULAN
Dari analisa di atas kita telah melihat bahwa Al-Qur’an tidak hanya
mengkonfirmasi kitab-kitab terdahulu tetapi meminta para pembacanya
untuk membaca mereka juga sebagaimana yang telah kita dapatkan bahwa:
Qur’an menyatakan bahwa kitab-kitab terdahulu (Alkitab, yang adalah
Taurat, Zabur, dan Injil) telah diberikan oleh Allah
Qur’an tidak menolak wahyu sebelumnya, tetapi malah
mengkonfirmasi mereka dan memberikan kepastian bahwa Al-Qur’an
menjaga keabsahannya
Qur’an tidak berkata bahwa wahyu-wahyu sebelumnya telah diubah
atau dirusak
Umat di Kitab membaca kitab-kitab sebelumnya telah mengingatkan
kita untuk mengikuti Alkiab atau “mereka tidak akan memiliki tanah
untuk bertumpu”, atau mereka akan dihakimi berdasarkan apa yang
telah diturunkan kepada mereka.
Umat percaya (Muslim) tidak hanya percaya kepada Al-Qur’an saja
tetapi juga kepada wahyu-wahyu Illahi yang turun sebelumnya.
Qur’an datang bukan untuk menggantikan Alkitab karena telah
dirusak, tetapi datang untuk mengkonfirmasi keabsahannya dan
melanjutkan keasliannya
Akhirnya, sang Nabi sendiri diinstuksikan apabila ia bingung, ia harus
bertanya kepada Umat di Kitab yang telah membaca Alkitab.
Umat percaya juga diinstruksikan untuk kembali kepada Alkitab apabila
mereka menemukan kejanggalan atau kebingungan dalam Al-Qur’an,
karena Alkitab adalah wahyu dari Allah.
Semuanya ini menunjukkan bahwa kitab terdahulu (Taurat, Zabur, dan Injil
yang adalah Alkitab) adalah wahyu dari Allah, dimana orang Yahudi dan
Kristen telah membacanya. Qur’an mengkonfirmasi keaslian dan kemurnian
dari Alkitab itu sendiri. Al-Qur’an sendiri juga telah menyatakan bahwa
membaca Alkitab adalah juga bagian dari iman seorang yang percaya, jadi
bukan hanya membaca Al-Qur’an tetapi Alkitab juga. Maka sebagai umat
percaya yang setia kita harus menolak pandangan yang menyatakan bahwa
Alkitab telah dirusak karena itu adalah ide-ide dari manusia yang memiliki
batas pemahamannya, sebaliknya kita harus membaca semua wahyu dari
Allah untuk mendapatkan penerangan yang sempurna.
Argumen yang mempertentangkan Alkitab muncul ketika teks dari Al-Qur’an
menyebukan bahwa Umat di Kitab tidak mengikutinya (Alkitab). Padahal
Qur’an malah menghardik mereka oleh karena tidak mengikuti apa yang
dikatakan Alkitab. Beberapa sarjanawan menginterpretasikan ayat ini bahwa
Alkitab itu sudah tidak valid lagi. Oleh menghardik Umat di Kitab bukan
berarti menyatakan bahwa Alkitab itu sendiri sudah tidak valid. Maka yang
terpenting dari semua adalah, Alkitab bukan hanya untuk orang Yahudi,
Kristen, tetapi juga kepa