37
Waktu aplikasi etephon tidak berpengaruh nyata pada peubah diameter buah, panjang buah, dan diameter biji. Diameter buah rata-rata 2.6 cm, panjang
buah rata-rata 2.8 cm, dan diameter biji rata-rata berkisar 1.1-1.2 cm. Waktu aplikasi etephon berpengaruh nyata pada panjang biji, bobot basah biji, dan bobot
kering embrio-endosperm. Panjang biji dan bobot kering embrio-endosperm tertinggi pada waktu aplikasi 45 HSA berbeda nyata dengan 40 HSA, sedangkan
bobot basah biji tertinggi pada waktu aplikasi 40 HSA yang berbeda nyata dengan waktu aplikasi 45 HSA Tabel 12.
Tabel 12 Pengaruh waktu aplikasi terhadap rata-rata diameter buah, panjang
buah, diameter biji, panjang biji, bobot basah biji, dan bobot kering embrio-endosperm
Waktu Aplikasi DBh
PjBh DBj
PjBj BBj
BK em-endo HSA
cm cm
cm cm
g g
40 2.6
2.8 1.2
1.8 b 1.0 a
0.3 b 45
2.6 2.8
1.1 1.9 a
0.9 b 0.4 a
Keterangan: Angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 Uji DMRT
DBh:diameter buah, PjBh:panjang buah, DBj:Diameter biji, PjBj: Panjang biji, BBj;bobot basah biji, BK em-endo:bobot kering embrio-endosperm
Waktu aplikasi etephon tidak berpengaruh nyata pada peubah daya kecambah tetapi berpengaruh nyata pada BKKN. Daya berkecambah rata-rata
berkisar 97.0-97.9. Bobot kering kecambah normal BKKN tertinggi pada waktu aplikasi 45 HSA berbeda nyata dengan 40 HSA Tabel 13.
Tabel 13 Pengaruh waktu aplikasi etephon terhadap rata-rata daya berkecambah dan bobot kering kecambah normal pada berbagai waktu aplikasi
Keterangan: Angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 Uji DMRT
DB: daya berkecambah, BKKN: bobot kering kecambah normal
2. Tahap II
Analisis ragam Lampiran 36-46 dan hasil rekapitulasi analisis ragam Tabel 14 menunjukkan interaksi antara konsentrasi dan waktu aplikasi etephon
Waktu Aplikasi HSA
DB BKKN
g 40
97.0 0.2 b
45 97.9
0.3 a
38
berpengaruh pada peubah periode masak buah. Faktor tunggal konsentrasi etephon tidak berpengaruh terhadap peubah ukuran buah diameter dan panjang
buah, ukuran biji diameter dan panjang biji, bobot basah biji, bobot kering embrio-endosperm, daya berkecambah, kecepatan tumbuh, bobot
kering kecambah normal dan kadar minyak. Faktor tunggal waktu aplikasi hanya
berpengaruh nyata pada peubah panjang buah dan bobot kering kecambah normal sedangkan pada peubah lainnya tidak berpengaruh nyata.
Tabel 14 Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi K dan waktu aplikasi WA serta interaksinya KxWA terhadap peubah periode
pemasakan, mutu fisik, mutu fisiologis dan kadar minyak jarak pagar
Peubah yang diamati Perlakuan
Koefisien K
WA KxWA
keragaman Periode pemasakan
23.38 Mutu fisik
- Diameter buah tn
tn tn
2.26 - Panjang buah
tn tn
2.43 - Diameter biji
tn tn
tn 2.60
- Panjang biji tn
tn tn
2.13 - Bobot basah biji
tn tn
tn 9.71
- Bobot kering embrio-endosperm tn
tn tn
13.92 Mutu fisiologis
- Daya kecambah tn
tn tn
7.43 - Kecepatan tumbuh
tn tn
tn 10.89
- BKKN tn
tn 18.24
Kadar Minyak tn
tn tn
9.50
Keterangan: tn= tidak nyata, = nyata pada taraf uji 5, = sangat nyata pada taraf uji 1 K=konsentrasi, WA=waktu aplikasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode masak buah yang terjadi pada tahap II berlangsung lebih pendek jika dibandingkan dengan tahap I. Secara alami
buah masak sekitar 46-48 hari HSA. Buah yang tidak diberi etephon kontrol memerlukan waktu 6 hari dari 40 HSA dan 3 hari dari 45 HSA agar semua buah
siap panen. Apabila aplikasi etephon dilakukan pada umur 45 HSA, percepatan pemasakan tidak berbeda nyata dengan pemasakan secara alami pada semua
konsentrasi etephon yaitu buah masak sekitar umur 47-48 HSA dengan periode masak buah sekitar 3 hari. Akan tetapi apabila aplikasi etephon dilakukan pada
umur buah 40 HSA dengan konsentrasi 100 dan 200 ppm akan mempercepat pemasakan menjadi sekitar 44 HSA dengan periode masak buah 4 hari, sedangkan
39
pada konsentrasi 300 dan 400 ppm akan mempercepat pemasakan menjadi sekitar 43 HSA dengan periode masak buah 3 hari Gambar 14.
Gambar 14 Pengaruh interaksi konsentrasi dan waktu aplikasi etephon terhadap periode pemasakan buah jarak pagar hari setelah aplikasi
Secara visual terlihat bahwa buah yang diaplikasikan dengan beberapa konsentrasi etephon dan waktu aplikasi lebih serempak masak jika dibandingkan
dengan kontrol. Buah yang diaplikasi dengan etephon baik pada umur 45 HSA Gambar 16-19 maupun umur 40 HSA Gambar 21-24 menunjukkan lebih
serempak masaknya jika dibandingkan dengan kontrol Gambar 15 dan 20.
Gambar 15 Perubahan pemasakan buah jarak pagar 45 HSA konsentrasi 0 ppm kontrol: A saat aplikasi, B 1 hari setelah aplikasi,
C 2 hari setelah aplikasi
c b
b ab
ab
ab a
ab ab
a
1 2
3 4
5 6
7 100
200 300
400
Periode pemasakan hari setelah aplikasi K
o n
se n
tr a
si ppm
45 HSA 40 HSA
40
Gambar 16 Perubahan pemasakan buah jarak pagar 45 HSA konsentrasi 100 ppm: A saat aplikasi, B 1 hari setelah aplikasi,
C 2 hari setelah aplikasi
Gambar 17 Perubahan pemasakan buah jarak pagar 45 HSA konsentrasi 200 ppm: A saat aplikasi, B 1 hari setelah aplikasi,
C 2 hari setelah aplikasi
Gambar 18 Perubahan pemasakan buah jarak pagar 45 HSA konsentrasi 300 ppm: A saat aplikasi, B 1 hari setelah aplikasi,
C 2 hari setelah aplikasi
Gambar 19 Perubahan pemasakan buah jarak pagar 45 HSA konsentrasi 400 ppm: A saat aplikasi, B 1 hari setelah aplikasi,
C 2 hari setelah aplikasi
41
Gambar 20 Perubahan pemasakan buah jarak pagar 40 HSA konsentrasi 0 ppm kontrol: A 1 hari setelah aplikasi, B 2 hari setelah aplikasi, C 3
hari setelah aplikasi, D 4 hari setelah aplikasi
Gambar 21 Perubahan pemasakan buah jarak pagar 40 HSA konsentrasi 100 ppm: A 1 hari setelah aplikasi, B 2 hari setelah aplikasi, C 3
hari setelah aplikasi, D 4 hari setelah aplikasi
Gambar 22 Perubahan pemasakan buah jarak pagar 40 HSA konsentrasi 200 ppm: A 1 hari setelah aplikasi, B 3 hari setelah aplikasi.
42
Gambar 23 Perubahan Pemasakan Buah Jarak Pagar 40 HSA Konsentrasi 300 ppm: A 1 hari setelah aplikasi, B 2 hari setelah aplikasi, C 3
hari setelah aplikasi
Gambar 24 Perubahan pemasakan buah jarak pagar 40 HSA konsentrasi 400 ppm: A 1 hari setelah aplikasi, B 2 hari setelah aplikasi, C 3
hari setelah aplikasi
Diameter buah pada perlakuan konsentrasi rata-rata 2.7 cm, panjang buah rata-rata berkisar 2.9-3.0 cm, diameter biji rata-rata 1.2 cm, panjang biji rata-rata
berkisar 2.0-2.1 cm, bobot basah biji rata-rata 0. 8 g, bobot kering embrio- endosperm rata-rata 0.4 g, dan kadar minyak rata-rata berkisar 28.5-33 Gambar
25. Daya berkecambah rata-rata berkisar 93.5-98.5, kecepatan tumbuh rata-rata berkisar 11.2-11.9 etmal dan BKKN rata-rata 0.2 g Tabel 15.
Gambar 25 Pengaruh konsentrasi etephon terhadap rata-rata beberapa peubah mutu fisik dan kadar minyak jarak pagar
0.5 1
1.5 2
2.5 3
3.5
100 200
300 400
R a
ta -r
a ta
Konsentrasi etephon ppm
DBh cm PjBh cm
DBj cm PjBj cm
BBj g BK em-end g
KM x10
43
Tabel 15 Pengaruh
konsentrasi etephon
terhadap rata-rata
daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan bobot kering kecambah
normal biji jarak pagar
Keterangan : DB: daya berkecambah,
K
CT
: kecepatan tumbuh, BKKN: bobot kering kecambah normal
Waktu aplikasi berpengaruh nyata pada peubah panjang buah tetapi tidak berpengaruh nyata pada peubah diameter buah, diameter biji, panjang biji, bobot
basah biji, bobot kering embrio-endosperm dan kadar minyak. Panjang buah tertinggi pada waktu aplikasi 45 HSA berbeda nyata dengan waktu aplikasi 40
HSA. Diameter buah rata-rata 2.7 cm, diameter biji rata-rata 1.2 cm, panjang biji rata-rata 2.0 cm, bobot basah biji rata-rata berkisar 0.8-0.9 gram, bobot kering
embrio-endosperm rata-rata 0.4 gram dan kadar minyak rata-rata 29.9-30.6 Tabel 16.
Tabel 16 Pengaruh waktu aplikasi terhadap rata-rata diameter buah, panjang
buah, diameter biji, panjang biji, bobot basah biji, bobot kering embrio-endosperm dan kadar minyak jarak pagar
Keterangan : Angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 Uji DMRT
DBh: diameter buah, PjBh: panjang buah, DBj: diameter biji, PjBj: panjang biji, BBj: bobot basah biji, BK em-end: bobot kering embrio-endosperm, KM: kadar
minyak
Waktu aplikasi tidak berpengaruh nyata pada peubah daya berkecambah dan kecepatan tumbuh tetapi berpengaruh nyata pada peubah bobot kering kecambah
normal BKKN. Daya berkecambah rata-rata berkisar 95.4-96.3 dan kecepatan tumbuh rata-rata berkisar 11.5-11.6etmal. Bobot kering kecambah normal
Konsentrasi DB
K
CT
BKKN ppm
etmal g
98.5 11.9
0.2 100
95.5 11.5
0.2 200
97.5 11.5
0.2 300
93.5 11.2
0.2 400
94.4 11.5
0.2
Waktu Aplikasi DBh
PjBh DBj
PjBj BBj
BK em-end KM
HSA cm
cm cm
cm g
g 40
2.7 2.9 b
1.2 2.0
0.8 0.4
29.9 45
2.7 3.0 a
1.2 2.0
0.9 0.4
30.6
44
BKKN tertinggi waktu aplikasi 45 HSA berbeda nyata dengan 40 HSA Tabel 17.
Tabel 17 Pengaruh waktu aplikasi terhadap rata-rata daya berkecambah,
kecepatan tumbuh dan bobot kering kecambah normal biji jarak pagar
Keterangan : Angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 Uji DMRT
DB: daya berkecambah,
K
CT
: kecepatan tumbuh, BKKN: bobot kering kecambah normal.
Pembahasan I.
Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh untuk Menyerempakkan Mekar Bunga Betina
Seperti tanaman lainnya, pertumbuhan generatif tanaman jarak pagar ditandai dengan terbentuknya bunga pada tanaman. Bunga jarak pagar terbentuk pada
ujung cabang flos terminalis. Pembungaan tanaman jarak pagar sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air. Biasanya tanaman jarak pagar berbunga setelah
mendapatkan kelembaban dan mengalami periode kekeringan selama kurun waktu tertentu Santoso 2009.
Malai yang diaplikasikan dengan BAP Gambar 2B cenderung lebih banyak membentuk percabangan dibandingkan dengan kontrol Gambar 2A dan etephon
Gambar 2C. Diduga karena adanya aplikasi BAP; yang berbahan aktif sitokinin, maka pembelahan pada malai dengan aplikasi BAP lebih cepat dibandingkan
dengan kontrol. Hasil penelitian Prawitasari 2001 pada lengkeng menunjukkan bahwa saat terjadi aktivitas yang sangat tinggi di daerah meristematik; yaitu saat
perkembangan inflorencensia, terjadi peningkatan konsentrasi sitokinin yang sangat tajam. Abdelgadir et al. 2010 menyatakan bahwa peningkatan jumlah
bunga pada tanaman jarak pagar yang diaplikasi dengan BA N
6
-benzyladenine dan dibudidayakan di Afrika Utara adalah karena adanya pembesaran zona
meristimatik akibat aktivitas sitokinin pada meristem aksiler. Pertumbuhan ini Waktu Aplikasi
DB K
CT
BKKN HSA
etmal g
40 96.3
11.5 0.23 b
45 95.4
11.6 0.26 a
45
menyebabkan diferensiasi lebih dari satu bunga per tunas ketiak sehingga terjadi peningkatan jumlah bunga yang dihasilkan.
Jumlah bunga betina yang diberi perlakuan BAP pada penelitian ini berkisar rata-rata 6.6-9.2 sedangkan pada perlakuan etephon berkisar rata-rata 1.0-6.4 dan
kontrol 4.5 Tabel 2. Malai pada perlakuan BAP menunjukkan percabangan yang lebih banyak dibandingkan kontrol dan etephon Gambar 3A-E. Pada perlakuan
etephon, yang terjadi adalah sebaliknya, pada lima hari setelah aplikasi hormon, umumnya perkembangan kuncup bunga terhambat bahkan ada yang mengering
dan gugur Gambar 4A-E dan 12 hari setelah aplikasi, pertumbuhan cabang berubah menjadi pertumbuhan vegetatif Gambar 6A-E. Bunga betina umumnya
terletak di bagian ujung tengah tangkai, baik malai utama maupun cabang malai Utomo 2008. Oleh karena itu malai dengan percabangan yan lebih banyak akan
menghasilkan bunga betina yang lebih banyak. Etephon yang diaplikasi pada kuncup bunga dengan konsentrasi tinggi 10
ppm umumnya menyebabkan bunga gagal berkembang. Etilen diketahui menyebabkan penuaan dan gugur daun Salisbury dan Ross 1995. Diduga
etephon, yang berbahan aktif etilen; pada penelitian ini menyebabkan daun menjadi cepat tua dan gugur sehingga tidak dapat melakukan fotosintesis dan
menghasilkan fotosintat untuk mendukung perkembangan kuncup bunga. Perlakuan BAP cenderung meningkatkan jumlah bunga betina sehingga
periode mekar bunga betina lebih panjang berkisar rata-rata antara 2.6-4.5 hari jika dibandingkan dengan kontrol berkisar rata-rata antara 1.8-2.5 hari Tabel 2
dan 5. Periode mekar bunga dengan perlakuan BAP pada penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Hartati 2007 yang menyatakan bahwa periode mekar
bunga betina sekitar 2-5 hari. Utomo 2008 menyatakan bahwa periode mekar
bunga betina dan hermaprodit dalam satu malai sekitar tujuh hari. Persentase pembentukan buah pada perlakuan BAP secara umum cukup
tinggi berkisar rata-rata 83-100 Tabel 2 dan 5,
hal ini memberi indikasi bahwa perlakuan BAP tidak mengganggu produksi akhir. Semua bunga betina
yang mekar dapat berkembang menjadi bakal buah, hanya saja saat perkembangan buah, ada yang mengalami kerontokan.
Penyebab kerontokan buah tersebut karena terjadinya kompetisi antar bakal buah yang terbentuk dalam mengambil
46
hasil fotosintat. Bakal buah yang tidak dapat bersaing dalam memperebutkan hasil fotosintat mengalami kerontokan.
Daya berkecambah dan kecepatan tumbuh pada perlakuan kontrol, BAP dan etephon tidak berbeda nyata akan tetapi bobot kering kecambah normal BKKN
pada perlakuan kontrol dan etephon 10 ppm lebih baik jika dibandingkan dengan perlakuan BAP. Persentase pembentukan buah pada perlakuan BAP lebih tinggi
Tabel 2 yang menyebabkan kompetisi akumulasi cadangan makanan lebih tinggi dibandingkan kontrol dan perlakuan etephon, sehingga pengisian biji pada
perlakuan kontrol dan etephon lebih optimum.
II. Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh untuk Menyerempakkan Masak Buah