Kebutuhan dan Ketersediaan Air

2.3 Tanaman Padi

Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun yang menghasilkan produk beras. Pusat penanaman padi di Indonesia adalah di Pulau Jawa Karawang dan Cianjur, Bali, Madura, Sulawesi dan Kalimantan Suparyono dan Setyono, 1994. Suparyono dan Setyono 1994 mengemukakan syarat pertumbuhan yang berkaitan dengan iklim pertanian untuk tanaman padi harus memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Tumbuh di daerah tropissubtropis 45 o LU – 45 o LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan. b. Curah hujan optimum sebesar 200 mmbulan atau 1500 – 2000 mmtahun. c. Dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi. Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0 – 650 mdpl dengan temperatur 22 – 27 o C, sedangkan di dataran tinggi 650 – 1500 mdpl dengan temperatur 19 – 23 o C. d. Padi dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah. Reaksi tanah pH berkisar antara 4.5 – 8.2 dan optimum berkisar antara 5.5 – 7.5 Deptan, 2003. 2.4 Evapotranspirasi Evapotranspirasi adalah kombinasi dari dua proses yaitu proses kehilangan air pada permukaan tanah disebut evaporasi dan proses kehilangan air dari tanaman Allen et al.,1998. Selama air tersedia, evapotranspirasi akan berlangsung pada laju maksimum yang mungkin dan hanya tergantung pada jumlah energi yang tersedia. Jackson 1977 mengemukakan bahwa evaporasi dipengaruhi oleh faktor meteorologi, termasuk didalamnya radiasi surya, suhu permukaan evaporasi, selisih tekanan uap, kecepatan angin dan turbulensi udara. Radiasi surya merupakan sumber energi utama. Sedangkan Nieuwolt 1977 dalam Usman 1996 menyatakan bahwa evapotranspirasi dikendalikan oleh tiga kondisi, yaitu kapasitas udara untuk menampung lebih banyak uap air, jumlah energi yang tersedia dan digunakan dalam proses evaporasi dan transpirasi sebagai bahan laten, dan derajat turbulensi atmosfer bagian bawah yang dibutuhkan untuk memindahkan lapisan udara yang telah jenuh dengan uap air dekat permukaan dan menggantinya dengan udara yang belum jenuh.

2.5 Kebutuhan dan Ketersediaan Air

Bagi Tanaman Doorenbos dan Pruitt 1976 mendefinisikan kebutuhan air tanaman sebagai tinggi air yang dibutuhkan untuk mengimbangi kehilangan air melalui evapotranspirasi tanaman sehat, tumbuh di lahan yang luas pada kondisi air tanah dan kesuburan tanah tidak dalam keadaan terbatas serta dapat mencapai produksi potensial pada lingkungan pertumbuhannya. Sedangkan Sasrodarsono dan Takeda 1978 menyatakan bahwa kebutuhan air disebut juga evapotranspirasi. Dengan mengabaikan jumlah air yang digunakan dalam kegiatan metabolisme maka evapotranspirasi dapat disamakan dengan kebutuhan air tanaman. Di dalam tanah, air berada di dalam ruang pori di antara padatan tanah. Jika tanah dalam keadaan jenuh air, semua ruang pori akan terisi oleh air. Dalam keadaan ini jumlah air yang disimpan dalam tanah merupakan jumlah air maksimum disebut kapasitas penyimpanan air maksimum Islami dan Utomo, 1995. Kapasitas lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukan air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Air yang dapat ditahan oleh tanah tersebut terus menerus diserap oleh akar tanaman atau menguap sehingga tanah makin lama makin mengering. Pada suatu saat akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air tersebut sehingga tanaman menjadi layu titik layu permanen. Kandungan air tanah antara kapasitas lapang dan titik layu permanen disebut total air tanah tersedia TAW, Total Available Water. Titik kritis adalah batas minimum air tersedia yang dipertahankan agar tidak habis mengering diserap tanaman hingga mencapai titik layu permanen. Titik kritis ini berbeda untuk berbagai jenis tanaman, tanah, iklim serta diperoleh berdasarkan penelitian di lapangan Benami dan Offen, 1984 dalam Yanuar, 2003. Kandungan air antara kapasitas lapang dan titik kritis disebut RAW Readily Available Water. Perbandingan antara RAW dengan total air tanah yang tersedia dipengaruhi oleh iklim, evapotranspirasi, tanah, jenis tanaman dan tingkat pertumbuhan tanaman Raes,1988.

2.6 Kondisi Umum Kabupaten