3.2 Bahan dan Alat Penelitian
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data series curah hujan harian dan
bulanan Kabupaten Indramayu yang diwakili kecamatan Krangkeng, dan
Kabupaten Cianjur yang diwakili kecamatan Ciranjang dari tahun
1990-2008.
2. Data Evapotranspirasi Kabupaten
Indramayu dan Kabupaten Cianjur. 3.
Data tinggi tanaman, kedalaman perakaran, fase, siklus serta varietas
tanaman padi di Kabupaten Cianjur dan Indramayu.
4. Data contoh analisis fisika tanah
kadar air pF 2 dan pF 4.2 5.
Seperangkat PC Personal Computer serta aplikasi piranti lunak software
yaitu : Notepad versi 5.1, WARM Water and Agroclimate Resource
Management versi 2.0, Microsoft Office 2007.
3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Pengumpulan data
Pengumpulan data curah hujan harian dan bulanan serta data evapotranspirasi dari
instansi-instansi seperti Balitklimat, BMG, serta instansi-instansi masing-
masing kabupaten seperti PSDAPU serta Dinas Pertanian.
Kategori untuk tahun El-Nino yang digunakan
adalah kategori
El-Nino sedang dan kuat, yang terdiri dari :
1. Tahun kejadian El-Nino kuat
periode 1991-1992, 1997-1998 2.
Tahun kejadian El-Nino sedang periode
1992-1993, 1994-1995,
2002-2003 Sumber :
http:ggweather.comensoyears.htm Kategori tahun IOD yang digunakan
adalah kategori IOD positif, yang terdiri dari periode 1994-1995, 1997-1998,
2006-2007, 2007-2008. Sumber:
http:www.bom.gov.auclimateIOD Kategori tahun normal adalah periode
tahun 1990-1991, 1995-1996, 1999-2000, 2001-2002, 2003-2004, 2005-2006.
3.3.2 Tahapan analisis potensi waktu tanam
Analisis potensi
waktu tanam
dilakukan untuk sawah tadah hujan melalui tahapan sebagai berikut:
Penentuan Indeks Kecukupan Air
Indeks kecukupan air merupakan nisbah
antara ETR
Evapotranspirasi riilaktual dengan ETM Evapotransprasi
Maksimalcrop. Indeks
kecukupan air
tanaman dicerminkan melalui kebutuhan air pada periode defisit yang ditandai dengan
nisbah ETRETM 0.80. Analisis indeks kecukupan air didasarkan atas dua pendekatan
yaitu: 1.
Hubungan air dan tanaman yang merupakan fungsi linier. Hal ini dilakukan
untuk menduga kehilangan hasil tanaman ketika
tanaman mengalami
kondisi cekaman air water stress.
2. Kehilangan
hasil akibat
tanaman kekurangan air selama fase kritis akan
lebih besar dibandingkan pada fase lainnya.
Indeks kecukupan
air disajikan
dalam persamaan berikut :
ls = ETRETM keterangan :
Is = indeks kecukupan air ETR = Evapotranspirasi Riil
ETM = Evapotranspirasi Maksimum
Untuk mengetahui kebutuhan air maksimum ETM pada tanaman maka dapat
dihitung dengan menggunakan data ETP dari panci kelas A dan koefisien tanaman.
Sehingga dapat
digambarkan dalam
persamaan berikut : ETM = kc x ETP
Keterangan : ETM = Evapotranspirasi maksimum
Kc = Koefisien tanaman ETP = Evapotranspirasi Potensial
Tanaman dikatakan tumbuh dengan baik apabila nisbah ETRETM mendekati 1.
Jika ETRETM kurang dari 0.80 maka ada indikasi tanaman mengalami kekurangan air
karena hanya sebagian kecil air yang digunakan untuk transpirasi, dan sebagian
besar hilang sebagai evaporasi, sedangkan batas kritis tanaman adalah 0,65 Baron et al,
1995.
Untuk menentukan ETP, Allen et al 1998 mengembangkan metode neraca air
tanah di zone perakaran untuk menghitung evapo-transpirasi potensial dengan memper-
hitungkan aliran air yang datang dan keluar ke zone
perakaran tanaman.
Persamaan
evapotranspirasi potensial tersebut adalah sebagai berikut:
Keterangan : Irigasi I dan P curah hujan = air yang
masuk ke dalam zone perakaran. Sebagian I dan P tersebut akan hilang melalui aliran
permukaan RO dan perkolasi DP yang secara bertahap akan kembali mengisi water
table. Sebagian air tersebut akan bergerak ke atas dengan gaya kapilaritas CR, kemudian
ditransfer secara horizontal melalui aliran air
di bawah permukaan tanah ∆SF. Kebutuhan air riil aktual tanaman
ETR dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
ETR: Ks x ETM = Ks x Kc x ETP Keterangan :
ETR = Evapotranspirasi riil tanaman ETM = Evapotranspirasi Maksimum tanaman
Ks = Koefisien stress Kc = Koefisien tanaman
Ks dapat digambarkan melalui 2 cara perhitungan berdasarkan tingkat ketersediaan
cadangan air tanah sebagai berikut: 1.
Bila kelembaban tanah bukan sebagai faktor pembatas untuk tanaman padi maka
cadangan air
tanah lebih
dari 80
dikategorikan jenuh dalam zone perakarannya.
St
e
w≥ Prof.rac Sat 0.8 Sehingga: Ks = 1 dan ETR=ETM
Keterangan : Stew = Pendugaan cadangan air tanah
mmhari Prof.rac = Kedalaman tanah yang dapat
dijangkau akar dan batas kedalaman lapisan olah.
Sat = Kadar air dalam volume tanah jenuh.
2. Bila kelembaban tanah sebagai faktor
pembatas maka: St
e
w Prof.rac Sat 0.8 Sehingga: Ks = St
e
wProf rac Sat 0.8 dan
ETR =Ks ETM Penentuan
Potensi Kehilangan
Hasil Tanaman
Kehilangan hasil tanaman RLY dihitung berdasarkan nilai defisit transpirasi
tanaman relatif dikali dengan koefisien cekaman
masing-masing fase
tumbuh tanaman. Menurut
Allen et.al.
1998, kehilangan hasil yang masih bisa ditoleransi
adalah 20 . Jika lebih dari itu maka tidak dianjurkan karena akan membawa dampak
kerugian yang lebih besar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada persamaan berikut :
RLY = 1
– TcaTc x ks
Keterangan : RLY = Tingkat kehilangan hasil relatif
Tca = Transpirasi aktual tanaman Tc = Transpirasi tanah maksimum + evaporasi
tanah aktual Ks = koefisien stresscekaman
Koefisien cekaman pada masing- masing fase tumbuh padi adalah 0.10 inisial,
1.33 vegetatif, 2.50 pembungaan, 0.33 pembentukan biji dan 0.10 pemasakan
Allen et al, 1998.
Penetapan potensi waktu tanam
Waktu tanam ditetapkan berdasarkan hasil indeks kecukupan air 0.8 dan potensi
kehilangan hasil 20. Kedua nilai tersebut ditentukan pada fase kritis tanaman padi yaitu
pada fase pembungaan dan pengisian gabah. Dengan ketentuan bahwa skenario waktu
tanam terbaik diperoleh jika pada fase kritis tanaman tidak terjadi defisit air sehingga nilai
indeks kecukupan air lebih dari 80 dan potensi kehilangan hasil kurang dari 20.
Tahapan Diagram Alir Penelitian
SF CR
DP RO
P I
ETP
Gambar 4. Diagram Alir Penelitian
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.