6
a b
c Gambar 1. Vibrio sp. 1 a, Vibrio sp. 2 b, Vibrio sp. 3 c bar = 20µm.
Tabel 2 menunjukkan hasil uji pewarnaan gram, uji fisiologis dan uji biokimia pada isolat bakteri yang kemudian dapat digolongkan dalam berbagai
jenis. Penggolongan tersebut diantaranya Vibrio sp. 1, Vibrio sp. 2, Vibrio sp. 3. Ciri dari Vibrio sp.1 yaitu berbentuk batang, warna koloni kuning, berupa gram
negatif, fermentatif, oksidase negatif, katalase positif, dan SIM positif. Untuk Vibrio sp. 2 mempunyai ciri sebagai berikut: berbentuk batang, warna koloni
hijau, berupa gram negatif, fermentatif, oksidase negatif, katalase positif, dan SIM positif. Sedangkan Vibrio sp. 3 mempunyai ciri yaitu yakni berbentuk batang,
warna koloni kuning, berupa gram negatif, fermentatif, oksidase negatif, katalase negatif, dan SIM positif.
3.1.2. Uji Patogenitas
Penyuntikan isolat bakteri Vibrio ke dalam tubuh ikan dilakukan untuk mengetahui patogenitas bakteri yang ditemukan. Pengamatan ikan dilakukan 10
hari setelah penyuntikan dengan isolat bakteri Vibrio dengan kepadatan 10
7
cfuekor dapat dilihat pada Tabel 3.
7
Tabel 3. Gejala klinis ikan setelah proses penyuntikan
Hari ke- Pascainfeksi
Perlakuan Vibrio sp. 1
Vibrio sp. 2 Vibrio sp. 3
1 -
- -
2 -
- -
3 -
- -
4 -
- -
5 -
- -
6 -
- -
7 +
- ++
8 ++
++ +++
9 +++
+++ ++
10 +
++ +++
Keterangan: - = tidak ada gejala klinis
+ = adanya pendarahan operkulum
++ = adanya pembengkakan anus
+++ = adanya pengeroposan sirip
Ikan yang telah diinfeksi dengan menggunakan isolat Vibrio menunjukkan adanya tanda gejala klinis Tabel 3. Gejala klinis tersebut terlihat pada hari ke-7
untuk ikan yang telah diinfeksi dengan menggunakan Vibrio sp.1 dan Vibrio sp.3. Sedangkan untuk Vibrio sp.2 gejala klinis yang terlihat pada hari ke-8 pasca
penyuntikan. Gejala klinis yang terlihat yakni adanya pendarahan pada operkulum, pembengkakan pada anus, serta penggeroposan sirip.
Ikan yang menunjukkan gejala klinis yang terinfeksi oleh bakteri Vibrio terlihat pada Gambar 2.
a b c
Gambar 2. Gejala klinis pasca injeksi, a pendarahan pada operkulum, b pembengkakan anus, c penggeroposan sirip
Pengamatan ikan pasca penyuntikan dengan isolat bakteri Vibrio dengan kepadatan 10
7
cfuekor menghasilkan mortalitas seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.
8
Tabel 4. Mortalitas ikan kerapu pasca infeksi bakteri Vibrio
Perlakuan infeksi Ikan sampel
Jumlah ikan mati
Vibrio sp. 1 8
8 Vibrio sp. 2
8 8
Vibrio sp. 3 8
8
Hasil yang diperoleh setelah ikan diinjeksi dengan menggunakan isolat Vibrio menunjukkan tingkat kematian di akhir pemeliharaan pada hari ke-10
mortalitas ikan yang diperoleh mencapai 100.
3.1.3. Hasil Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan pra infeksi sel dan jaringan organ ginjal ikan kerapu bebek normal yang disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Ginjal ikan kerapu bebek pra infeksi dalam kondisi normal. Pemeriksaan
pasca infeksi Vibrio
sel dan jaringan organ ginjal memperlihatkan adanya kelainan. Kelainan yang terlihat ditunjukkan oleh
Gambar 4.
Gambar 4. Histopatologi ginjal yang terserang Vibrio sp. 1: nekrosis, hipertropi,
hemoragi, degenerasi bar = 20µm.
9
Gambar 5. Histopatologi ginjal yang terserang Vibrio sp. 2 : nekrosis, hipertropi, hemoragi, degenerasi bar = 20µm.
Gambar 6. Histopatologi ginjal yang terserang Vibrio sp. 3 : nekrosis, hipertropi, hemoragi, degenerasi bar = 20µm.
Hasil histopatologi menunjukkan bahwa ginjal ikan kerapu yang diinfeksi dengan bakteri Vibrio memperlihatkan adanya kelainan. Kelainan yang terlihat
pada hasil histologi menunjukkan hasil yang sama pada jenis bakteri yang berbeda. Kelainan berupa nekrosis, hipertropi, hemoragi, dan degenerasi
didapatkan pada hasil histopatologi untuk organ yang diinfeksi dengan menggunakan isolat Vibrio sp. 1, Vibrio sp. 2, dan Vibrio sp. 3.
3.1.4. Kualitas air