15
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil  pemeriksaan  bakteri  yang  terdapat  pada  ginjal  ikan
kerapu tikus Cromileptes altivelis diperoleh 3 isolat bakteri Vibrio. Isolat bakteri tersebut  dapat  dibedakan  dari  warna  koloni  yang  terlihat  yaitu  warna  kuning
menunjukkan  bakteri Vibrio sp. 1 dan Vibrio sp. 3, warna  hijau  menunjukkan bakteri Vibrio sp. 2.
4.2. Saran
Perlu  dilakukan  penelitian  untuk pengobatan vibriosis  pada  ikan  kerapu bebek.
16
DAFTAR PUSTAKA
Angka, S.L., Mokoginta, I., dan Hamid, H. 1990. Anatomi dan Histologi Banding Bebeapa  Ikan  Air  Tawar  yang  Dibudidayakan  di  Indonesia.  Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Institut Pertanian Bogor.
Austin      B.    dan    Austin D.A. 1993. Bacterial    fish    pathogens.    Di- sease  in farmed  and  wild  fish. Second  edition.  Ellis  Horword  limited.    Chichester,
England. 383 p. Anonim.  2011.  Cetak  Rupiah  dari  Kerapu. www.trubus-online.co.id.  [10 Januari
2011]. Boyd,  C.E.,  1982.  Water  Quality  in  Ponds  for  Aquaculture.  Auburn:  Auburn
University, Internasional Centre for Aquaculture Experiment Station. Cowan, S T. 1974. Manual for Identification of Medical Bacteria. Second Edition.
Cambrige University. Cambridge. 283p. Effendi,  H.,  2003.  Telaah  Kualitas  Air  bagi  Pengelolaan  Sumber  Daya  dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius. Ghufran, M. dan Tancung, A.B. 2005. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya
Perairan. Rineka Cipta. Jakarta. Latama,  G.2002. Cestoda:  Parasit  Cacing  Pada  Ikan  dan  ke  Manusia.  Makalah
Pengantar Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Nabib  R, dan Pasaribu F.H.  1989.  Patologi  dan Penyakit Ikan.  Deptartemen
Pendidikan dan
Keudayaan, Dirjen.
Pendidikan Tinggi,
P.A.U. Bioteknologi, IPB. Bogor. 158p.
Noga,  E.J.  2000.  Fish  Disease:  Diagnosis  and  Treatment.  Iowa  State  University Press.
Pazra, D.F. 2008. Gambaran Histopatologi Insang, Otot, dan Usus pada Ikan Lele Clarias spp.  Asal  Dari  Daerah  Bogor.  [Skripsi].  Fakultas  Kedokteran
Hewan. Institut Pertanian Bogor. Prince,  S.A.  dan  Wilson,  L.M.  2006.  Patofisiologi.  Edisi  VI.  Volume  1.  EGC,
Philadelphia. Rahayu, A.M., 2009. Keragaman dan Keberadaan Penyakit Bacterial dan Parasitik
Benih  Kerapu  Macan Epinephelus  fuscoguttatus di  Karamba  Jaring  Apung Balai  Sea  Farming  Kepulauan  Seribu,  Jakarta.  [Skripsi].  Departemen
Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Isntitut Pertanian Bogor.
Takashima,  F.  Dan  Hibiya,T.  1995.  An  Atlas  of  Fish  Histology  Normal  and Pathological Feature. Edisi II. Kodansha Ltd, Tokyo. 195p.
Utari,  H.B.  1998.  Patogenitas  Bakteri Vibrio  harveyi Luminesen  dan  Non Luminesen  Terhadap  Kehidupan  Post  Kehidupan  Larva  Udang Windu
Panaeus monodon. [Tesis]. Program Pascasarjana Universitas Airlangga.
17
Yanuhar, U.  2008. The role of Haemagglutinin Protein as Adhesin Molecule of Fimbriae Vibrio alginolyticus That Recognized by Receptor Membrane
Protein of Intestine Cromileptes altivelis Within Pathomechanism Infection of Vibriosis. Pressented on  International Seminar Management Strategy on
Animal Health and Production Control in the Anticipation of Global Warming for the Achievement of Millennium Developmental Goals,
Surabaya.
Zhang  X.H.  dan  Austin  B.  2000.  Pathogenicity  of Vibrio  harveyi to  Salmonid. Journal of Fish Disease 23 1 : 93-102
18
LAMPIRAN
Lampiran  1.  Pertumbuhan  panjang  dan  berat  ikan  kerapu  bebek Cromileptes altivelis
Tanggal Kode Ikan
Panjang cm Beratgr
2642010 A1
9,9 12,23
A2 10,1
15,56 A3
9,9 13,89
B1 9,1
12,45 B2
8,8 10,46
B3 9,5
12,12 C1
10,4 15,12
C2 9,1
12,45 C3
9,4 11,79
542010 A1
9,6 12,87
A2 9,4
13,54 A3
10,6 15,21
B1 9,8
12,14 B2
9,4 14,47
B3 9,5
14,89 C1
10,1 15,56
C2 9,2
14,56 C3
9,3 13,23
1452010 A1
9,6 15,96
A2 9,7
14,85 A3
9,5 14,61
B1 10,5
13,49 B2
9,8 12,12
B3 10,1
13,46 C1
9,9 12,13
C2 10,2
14,35
19
Tanggal Kode Ikan
Panjang cm Beratgr
C3 9,7
13,39 2252010
A1 10,1
15,56 A2
10,2 14,89
A3 9,9
15,56 B1
10,8 16,48
B2 10,4
17,59 B3
10,6 16,89
C1 11
18,78 C2
10,6 15,94
C3 10,1
16,64
20
Lampiran 2. Hasil pengukuran kualitas air pada media ikan kerapu bebek
Tanggal Waktu Suhu
o
C DO mgl Salinitas ppt Amoniak mgl
2542010 06.00 29
6,45 31
0,009 12.00
28 7,12
32 0,012
18.00 29
6,87 31
0,005 23.00
29 8,12
32 0,010
452010 06.00
28 6,23
32 0,007
12.00 29
7,56 32
0,009 18.00
29 7,47
33 0,010
23.00 29
6,64 32
0,006 1352010 06.00
29 6,31
33 0,005
12.00 28
7,97 32
0,010 18.00
28 7,64
31 0,009
23.00 29
6,98 33
0,011 2152010 06.00
29 6,10
32 0,006
12.00 28
8,19 33
0,009 18.00
29 7,73
34 0,011
23.00 29
7,34 33
0,007
21
Lampiran 3. Tahapan Pembuatan Preparat Histopatologi
1. Fiksasi jaringan dan parafinasi a. Fiksasi
Fiksasi  merupakan  tahapan  yang  dilakukan  untuk  mencegah  autolisis dan dekomposisi post-mortem dari suatu jaringan atau organ.  Larutan
fiksasi yang digunakan yaitu larutan Bouin s yang memiliki komposisi asam  pikrat,  formalin,  dan  asam  glasial  dengan  perbandingan  15:5:1.
Jaringan  tersebut  direndam  dalam  larutan  fiksatif  selama  48  jam. Perendaman  dilakukan  di  dalam  botol  film  dengan  volume  larutan
fiksatif sebanyak 15-20 kali volume jaringan.
b. Dehidrasi