4. Konsumsi Nitrogen
Nilai ini diperoleh dengan cara mengalikan jumlah konsumsi bahan pakan dengan kandungan protein kasar bahan pakan perlakuan yang dianalisis dengan
metode Kjeldahl lalu dibagi 6,25.
5. Ekskresi Nitrogen
Ekskresi Nitrogen diperoleh dengan mengalikan jumlah ekskreta dengan kandungan protein kasar pada ekskreta.
6. Retensi Nitrogen
Retensi nitrogen dalam satuan gram diperoleh dengan cara mengurangi jumlah konsumsi nitrogen dengan hasil ekskresi nitrogen yang telah dikoreksi
dengan N endogenus yang diperoleh dari koleksi ekskreta pada lima ekor ayam yang dipuasakan dari ransum. Retensi nitrogen dalam satuan persen diperoleh dengan
membagi antara retensi nitrogen dalam satuan persen dengan konsumsi nitrogen. Retensi N g = Konsumsi N g - [Ekskresi N g - Ekskresi N endogenus g]
7. Energi Metabolis
a. Energi Metabolis Semu EMS
b. Energi Metabolis Murni EMM
c. EMS terkoreksi N EMSn
d. EMM terkoreksi N EMMn
Keterangan: X
= Bobot ransum yang dikonsumsi kg EBp = Energi bruto ransum kkalkg
Y = Bobot ekskreta kg
EBe = Energi bruto ekskreta kkalkg Z
= Bobot ekskreta endogenus kg EBk = Energi bruto ekskreta endogenus kkalkg
RN = Retensi Nitrogen kg
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembuatan Prebiotik
Prebiotik yang dihasilkan setelah pemekatan menunjukkan total gula setara 384,088 gram per liter dengan derajat polimerisasi sebesar 3,38. Menurut Gibson
1999, derajat polimerisasi untuk prebiotik bervariasi antara 2 hingga 60 untuk inulin dan 2 hingga 20 untuk oligosakarida. Derajat polimerisasi merupakan suatu
nilai yang menunjukkan seberapa besar rantai polimer yang menyusun monomernya.Xilooligosakarida dengan derajat polimerisasi dalam kisaran 2 hingga 3
merupakan xilobiosa dan xilotriosa xilooligosakarida rantai pendek Craeyveld, 2008.Prebiotik yang digunakan dalam penelitian ini termasuk golongan xilotriosa
karena memiliki nilai derajat polimerisasi sebesar 3. Penggunaan prebiotik dalam ransum sebanyak 2,5 dari total pakan
perlakuan prebiotik.Hal ini berdasarkan pada penelitian pendahuluan yangdilakukan oleh Rifianasari 2009 dan Sari 2009 pada objek mencit yang diinfeksi bakteri E.
coli , pemberian prebiotikxilooligosakarida sebanyak 2,5 menunjukkan peningkatan
populasi bakteri Lactobacillusdalam saluran pencernaan,peningkatan bobot badan serta konversi ransum yang lebih baik dibanding mencit tanpa pemberian prebiotik.
Konsumsi, Ekskresi dan Retensi Nitrogen
Nilai energi termetabolis biasanya dikoreksi dengan retensi nitrogen untuk mengkonversi semua data ke dasar kesetimbangan nitrogen untuk tujuan
perbandingan Lopez dan Leeson, 2007.Koreksi nitrogen digunakan untuk menjelaskan efek variabel pertumbuhan dan pertambahan kandungan protein tubuh
pada unggas, retensi nitrogen, atau keduanya Lopez dan Leeson, 2007.Rataan konsumsi, ekskresi dan retensi nitrogen ransum perlakuan disajikan dalam Tabel 7.
Tabel 7. Rataan Nilai Konsumsi, Ekskresi dan Retensi Nitrogen Ransum Perlakuan Peubah Faktor
A Faktor B
Rataan Tanpa
infeksiE. coli Pasca infeksi
E. coli Konsumsi
BK Pakan g
Kontrol 508,78 ±
51,23 501,75 ±
67,68 505,27 ±
56,71 Prebiotik 2,5
455,97 ± 44,33
469,09 ± 56,26
462,53 ± 48,25
Bambermycin 0,05
538,1 ± 78,87 524,43 ± 62,32
531,27 ± 67,4 Rataan 500,95
± 65,77
498,42 ± 62,25
Konsumsi Nitrogen g
Kontrol 19,42 ± 1,96
19,15 ± 2,58 19,29 ± 2,16
A
Prebiotik 2,5 13,82 ± 2,55
14,22 ± 2,01 14,02 ± 2,17
C
Bambermycin 0,05
17,38 ± 1,34 16,94 ± 1,7
17,16 ± 1,46
AB
Rataan 16,87 ± 3,04
16,77 ± 2,88 Ekskresi
Nitrogen g Kontrol
4,52 ± 1,12 4,62 ± 1,14
4,57 ± 1,07 Prebiotik 2,5
4,56 ± 1,65 3,73 ± 0,53
4,14 ± 1,23 Bambermycin
0,05 4,54 ± 0,9
4,92 ± 1,21 4,72 ± 1,03
Rataan 4,54 ± 1,17
4,42 ± 1,07 Retensi
Nitrogen g Kontrol
16,32 ± 1,61 15,96 ± 1,71
16,14 ± 1,58
A
Prebiotik 2,5 10,68 ± 1,32
11,91 ± 1,59 11,29 ± 1,52
B
Bambermycin 0,05
14,27 ± 2,48 13,44 ± 3,12
13,85 ± 2,69
AB
Rataan 13,76 ± 2,97
13,77 ± 2,7 Retensi
Nitrogen Kontrol
84,15 ± 4,95 83,64 ± 4,07
83,89 ± 4,28 Prebiotik 2,5
77,73± 10,57 83,74 ± 3,49
80,73 ± 8,07 Bambermycin
0,05 81,99 ± 5,11
78,48 ± 9,9 80,23 ± 7,65
Rataan 81,29 ± 7,35
81,95 ± 6,53
Keterangan: superskrip huruf kapital yang berbeda pada kolom dan peubah yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata P0,01; nitrogen endogenus 1,422 g; : dicekok satu kali
pada umur satu minggu dengan dosis 10
6
cfuml.
Dari data Tabel 7 terlihat bahwa pemberian infeksi E. coli dan interaksi perlakuan tidak berbeda nyata P0,05, sedangkan perlakuan pakan pada peubah
konsumsi nitrogen dan retensi nitrogen g menunjukkan perbedaan yang sangat nyata P0,01. Nilai konsumsi nitrogen lebih besar dibandingkan ekskresi nitrogen,
ini menunjukkan bahwa retensi nitrogen positif. Menurut Nizel 1964, apabila nitrogen yang dikonsumsi lebih besar dibanding yang diekskresikan maka retensi
nitrogen positif. Jumlah ekskresi nitrogen bergantung pada efisiensi pencernaan dan absorpsi zat-zat makanan dan kemungkinan juga tergantung pada jenis protein
tertentu yang dikonsumsi Piliang dan Djojosoebagio, 2006.
Pemberian prebiotik sangat nyata P0,01 menurunkan konsumsi nitrogen. Perlakuan prebiotik terlihat mempunyai konsumsi nitrogen paling rendah jika
dibandingkan dengan perlakuan antibiotik dan kontrol.Rendahnya konsumsi nitrogen pada prebiotik berkaitan erat dengan jumlah konsumsi pakan berdasarkan bahan
keringBK pada perlakuan prebiotik yang lebih rendah dibanding dua perlakuan lainnya. Data yang tercantum pada Tabel 7 menunjukkan bahwa konsumsi BK pakan
pada perlakuan pemberian prebiotik terlihat paling rendah, yakni sebesar 462,53 g sedangkan konsumsi pakan pada kontrol dan antibiotik masing-masing sebesar
505,27 g dan 531,27 g. Hal ini disebabkan kandungan bahan kering pakan perlakuan prebiotik tercatat sebesar 81,98, lebih rendah dibanding kandungan bahan kering
perlakuan kontrol dan antibiotik. Jika jumlah konsumsi pakan rendah, maka nitrogen yang dikonsumsi juga
rendah.Konsumsi pakan pada perlakuan prebiotik dapat disebabkan oleh energi ransum, kondisi lingkungan suhu, angin dan kelembaban, kandungan nutrien,
stress, besar tubuh ayam, kuantitas dan kualitas ransum Leeson dan Summers, 2001; NRC, 1994.
Selain jumlah bahan kering pakan yang dikonsumsi, kandungan protein pakan turut mempengaruhi konsumsi nitrogen. Rendahnya konsumsi nitrogen pada
perlakuan prebiotik dipengaruhi pula oleh kandungan protein pakan prebiotik yang lebih rendah dibanding perlakuan pakan lain. Data yang tercantum dalam Tabel 3,
menunjukkan bahwa kandungan protein pakan pada perlakuan prebiotik 18,94. Penambahan prebiotik 2,5 pada ransum basal menurunkan kandungan protein
pakan, karena dalam hal ini terjadi pengenceran kandungan protein. Kombinasi antara konsumsi pakan dan kandungan protein pakan perlakuan prebiotik yang lebih
rendah menyebabkan rendahnya konsumsi nitrogen. Pemberian prebiotik sebanyak 2,5 sangat nyata P0,01 menurunkan
retensi nitrogen g. Retensi nitrogen dihasilkan dari nilai konsumsi nitrogen dikurangi dengan nilai ekskresi nitrogen endogenus.Nilai retensi nitrogen pada
perlakuan prebiotik lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya dikarenakan rataan konsumsi pakan pada perlakuan prebiotik lebih rendah bila dibandingkan perlakuan
kontrol maupun antibiotik. Walaupun konsumsi nitrogen pada perlakuan prebiotik lebih rendah berbeda nyata dengan perlakuan lain, namun nitrogen yang
diekskresikan dan retensi nitrogen tidak berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya. Hal ini yang menyebabkan retensi nitrogen g pada perlakuan prebiotik
lebih rendah. Retensi nitrogen dihitung berdasarkan retensi nitrogen g dibagi dengan
konsumsi nitrogen g.Retensi nitrogen menunjukkan keefektifan ternak dalam menyerap nitrogen yang diukur dari perbandingan antara konsumsi dan ekskresi
nitrogen. Rataan retensi nitrogen tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, ini menunjukkan rasio nitrogen yang diretensi dalam gram dengan yang
dikonsumsi antar masing-masing perlakuan sama secara statistik.
Konsumsi dan Ekskresi Energi
Energi yang dimetabolisme dalam tubuh ternak dapat diketahui dengan menghitung jumlah konsumsi energi yang berasal dari ransum yang diberikan
dengan jumlah energi yang dikeluarkan melalui ekskreta. Menurut Scott et al. 1982, zat-zat makanan yang menjadi sumber energi adalah karbohidrat, energi dan
protein. Penambahan prebiotik diharapkan mampu meningkatkan konsumsi energi dan menurunkan jumlah ekskresi energi melalui ekskreta sehingga penyerapan energi
dapat meningkat.Hal tersebut diharapkan terjadi karena aktivitas Bifidobacteria dan Lactobacillus
yang meningkatkan kecernaan zat makanan dan meningkatnya sistem kekebalan tubuh Coxam, 2007; Seifert dan Watzl, 2007.Rataan konsumsi dan
ekskresi energi ransum perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rataan Konsumsi dan Ekskresi Energi Ransum Perlakuan Peubah Faktor
A Faktor B
Rataan Tanpa
infeksiE. coli Pasca infeksi
E. coli Konsumsi
Energi kkal
Kontrol 1995,5 ±
200,9 1967,9 ±
265,4 1981,7 ±
222,4 Prebiotik 2,5
1805,2 ± 175,5
1857,1 ± 222,7
1831,2 ± 191 Bambermycin
0,05 2090,5 ±
306,4 2037,4 ±
242,1 2064 ± 261,9
Rataan 1963,7 ±
249,5 1954,1 ±
238,7 Ekskresi
Energi kkal
Kontrol 391,5 ± 47,3
393,4 ± 72,2 392,42 ± 57,5
Prebiotik 2,5 418,8 ± 57,1
328,7 ± 35,4 373,75 ± 65,3
Bambermycin 0,05
413,5 ± 71,4 379,9 ± 27,6
396,68 ± 54 Rataan
407,9 ± 56,4 367,3 ± 53,8
Keterangan: energi endogenus 41,846 kkal; : dicekoksatu kali pada umur satu minggu dengan dosis 10
6
cfuml.
Konsumsi dan ekskresi energi tidak dipengaruhi oleh salah satu perlakuan infeksi bakteri atau pakan, maupun interaksi antara keduanya. Secara statistik,
perlakuan tidak berpengaruh nyata P0,05 terhadap konsumsi dan ekskresi energi pada ayam yang diinfeksiE. coli maupun pada ayam kontrol tanpa diinfeksiE. coli.
Pemberian infeksiE. coli dengan dosis 10
6
cfuml pada ayam broiler umur satu minggu tidak mempengaruhi konsumsi dan ekskresi energi pada ayam broiler umur
lima minggu. Nilai konsumsi dan ekskresi energi masing-masing berkisar antara 1805,2-2090,5 kkal dan 328,7-418,8 kkal.
Energi Metabolis
Analisis dan perhitungan energi metabolis menghasilkan Energi Metabolis Semu EMS, Energi Metabolis Murni EMM, Energi Metabolis Semu Terkoreksi
Nitrogen EMSn dan Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen EMMn seperti yang tercantum dalam Tabel 9.
Tabel 9. Rataan Nilai Energi Metabolis Ransum Perlakuan Peubah Faktor
A Faktor B
Rataan Tanpa infeksi
E. coli Pasca infeksi
E. coli EMS
kkalkg Kontrol 3152,7
± 45,7
ab
3142,2 ± 43,4
ab
3147,4 ± 42,4 Prebiotik 2,5
3041,4 ± 73,7
b
3251,3 ±
100,2
a
3146,3 ± 138,2 Bambermycin
0,05 3112,5 ±
116,4
b
3148,4 ± 134
ab
3130,5 ± 119,9 Rataan
3102,2 ± 91
b
3180,6 ±
105,9
a
EMM kkalkg
Kontrol 3235,6 ±
46,2
ab
3226,9 ± 54,5
ab
3231,3 ± 47,8 Prebiotik 2,5
3133,9 ± 76
b
3341,6 ± 92,3
a
3237,8 ± 135,4 Bambermycin
0,05 3191,7 ±
114,8
b
3229,2 ± 124,5
ab
3210, 5 ± 114,6
Rataan 3187,1 ± 88,8
b
3265,9 ±
103,9
a
EMSn kkalkg
Kontrol 2888,6 ± 32,8
b
2879,7 ± 31,5
b
2884,2 ± 30,7 Prebiotik 2,5
2847,8 ± 52,3
b
3042,7 ± 95,6
a
2945,2 ± 125,8 Bambermycin
0,05 2894,8 ±
103,7
b
2940 ± 108,2
b
2917,4 ± 102,8 Rataan
2877,1 ± 68
b
2954 ± 105,3
a
EMMn kkalkg
Kontrol 2971,6 ± 32,9
b
2964,4 ± 43
b
2968 ± 36,3 Prebiotik 2,5
2940,3 ± 52,7
b
3133 ± 87,5
a
3036,7 ± 122,3 Bambermycin
0,05 2974 ± 101,9
b
3020,8 ± 98,7
b
2997,4 ± 97,8 Rataan
2962 ± 65,8
B
3039,4 ±
103,7
A
Keterangan: superskrip huruf kecil yang berbeda pada peubah yang sama menunjukkan perbedaan yangnyata P0,05;superskrip huruf kapital yang berbeda pada peubah yang sama
menunjukkan perbedaanyang sangat nyata P0,01; : dicekok satu kali pada umur satu minggu dengan dosis 10
6
cfuml.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan faktor B memberikan pengaruh yang nyata P0,05 terhadap peubah EMS, EMM, EMSn dan sangat nyata
P0,01 terhadap peubah EMMn. Hal ini disebabkan peran antibiotik bambermycin dan prebiotik yang cukup membantu kecernaan dan memberikan ketahanan terhadap
dampak merugikan yang ditimbulkan E. coli. Hasil penelitian yang dilakukan Solihat 2010 menunjukkan bahwa
pemberian prebiotik 2,5 dan antibiotik bambermycin 0,05 pada ayam yang diinfeksi E. coli tidak nyata mempengaruhi gambaran darah dan populasi mikroba
pada ayam broiler umur 2 minggu dan 5 minggu. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sejak umur 2 minggu, ayam broiler yang diinfeksi E. colisudah tidak menunjukkan
tanda-tanda sakit atau terinfeksi.Penelitian ini membuktikan bahwa dampak yang diakibatkan bakteri E. coli belum hilang sepenuhnya, khususnya kondisi dalam
saluran pencernaan yang terlihat dari parameter energi metabolis pada perlakuan kontrol.Todar 2008 menyatakan bahwa bakteri E. coli dapat menyebabkan infeksi
usus atau gastroenteritis.Pada seluruh parameter energi metabolis, ternak pasca infeksi E. coli memiliki rataan energi metabolis yang lebih rendah dibandingkan
ternak yang tidak terinfeksi E. coli.Hal tersebut menunjukkan bahwa infeksi bakteri E. coli
pada ayam broiler memberikan dampak yang merugikan dalam jangka panjang, khususnya pada saluran pencernaan.
Pada keempat peubah energi metabolis, interaksi perlakuan menunjukkan bahwapemberian prebiotik 2,5 pada ayam yang dicekok E. coli nyata P0,05
meningkatkan nilai energi metabolis ransum dibandingkan pada perlakuan pemberian prebiotik 2,5 pada ayam tanpa infeksi E. colimaupun pada perlakuan
antibiotik dan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa prebiotik xilooligosakarida dari tongkol jagung mampu memulihkandampak merugikan yang disebabkan aktivitas
bakteri E. coli.Bakteri E. coli dapat melekatpada permukaan villi usus dan menyebabkan villi menjadi lebih pendek akibat toksin yang dihasilkannya. Villi yang
semakin pendek akan menyebabkan luas area penyerapan nutrien semakin kecil dan membuat nutrien tidak dapat tercerna secara optimal Hidayat, 2010; Harimurti dan
Rahayu, 2009. Walaupun pemberian antibiotik dan prebiotik mampu meningkatkan energi
metabolis pada ternak pasca infeksi E. coli, penelitian ini membuktikan bahwa prebiotik lebih efektif dalam meningkatkan energi metabolis dibandingkan
antibiotik.Prebiotik dapat memulihkan dampak merugikan yang disebabkan aktivitas bakteri E. colididuga dengan cara meningkatkan jumlah bakteri Bifidobacteriadan
Lactobacillus secara tak langsung, melalui ketersediaan nutrien yang dapat
dimanfaatkan oleh bakteri tersebut. Bakteri probiotik ini dapat meningkatkan ketahanan alami terhadap infeksi E. coli di usus.Hal tersebut didukung oleh
Roberfroid 2007, yang menyatakan bahwa prebiotik adalah bahan tertentu yang difermentasi yang memungkinkan perubahan secara spesifik, baik dalam komposisi
danatau kegiatan dalam mikroflora pencernaan yang memberikan manfaat pada inang.Perubahan tersebut dapat terlihat dari kondisi saluran pencernaan yang diduga
semakin membaik pasca ternak terinfeksi E. colidiberi pakan dengan tambahan prebiotik. Dugaan terhadap membaiknya kondisi saluran pencernaan mengacupada
penelitian Harimurti dan Rahayu 2009 yang mengemukakan bahwa asam lemak rantai pendek SCFA hasil fermentasi prebiotik yang dihasilkan Bifidobacteria dan
Lactobacillus berperan dalam menstimulasi perbanyakan sel epitel usus.
Pada ternak yang tidak diinfeksi E. coli, rataan energi metabolis pada masing- masing perlakuan pakan terlihat tak berbeda signifikan.Nilai rataan energi metabolis
pada perlakuan prebiotik berada di bawah perlakuan kontrol dan antibiotik, sedangkan rataan energi metabolis perlakuan antibiotik tidak berbeda terlalu jauh
dengan rataan kontrol.Hal ini menunjukkan bahwa pemberian prebiotik dan antibiotik pada ayam broiler yang sehat tanpa infeksi E. coli dan tidak
menunjukkan gejala sakit, tidak efektif untuk meningkatkan energi metabolis.Tetapi pada manajemen pemeliharaan yang buruk, pemberian prebiotik atau antibiotik perlu
dilakukan untuk mencegah penyakit.
KESIMPULAN
Penambahan prebiotikdari tongkol jagung sebanyak 2,5 dalam ransum ayam broilerdapat meningkatkan energi metabolis ransum pada ayam pasca infeksi
E. coli dan dapat menggantikan antibiotik bambermycin 0,05.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena hanya dengan rahmat, lindungan serta karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Ir. Sumiati, M.Sc sebagai dosen pembimbing utama, Ir. Kukuh Budi Satoto, MS sebagai dosen
pembimbing anggota, Prof. Dr. Ir. Komang G. Wiryawan dan Dr. Ir. Anja Meryandini, M.Si yang telah memberikan pengarahan, saran dan dukungan moral
maupun materiil kepada penulis selama penelitian berlangsung dan penulisan skripsi. Kepada Ir. Widya Hermana, M.Si selaku panitia seminar dan Dr. Ir. Rita Mutia,
M.Agr selaku dosen penguji seminar. Kepada Ir. Dwi Margi Suci, MS dan Ir. Niken Ulupi, MS sebagai penguji dan Ibu Ir. Lilis Khotijah, MS selaku perwakilan
departemen pada saat penulis menjalani ujian sidang sarjana.Kepada teknisi dan pegawai Lab. Bioteknologi Hewan PAU, Ibu Dewi Asnita dan “Teteh”; teknisi Lab.
Biologi 2 FMIPA, Pak Jaka; teknisi Lab. Biologi Hewan, Ibu Endang dan teknisi serta pegawai Lab. Nutrisi Unggas, Ibu Lanjarsih, Pak Karya dan Pak Ugan.
Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda H. Wisnu Yudho, AAAi.J dan Ibunda Hj. Atika Iskandar yang telah
memberikan nasehat, doa, kasih sayang, serta bimbingan yang tak pernah putus kepada penulis. Terima kasih pula kepada tim penelitian Kak Risti Kak Mira
Biologi 42, Sani dan Aini yang membantu penelitian. Kepada Fajar, Eka, Indra, Ainol, Siti Mawaddah,Jasiska dan Intan Nursiam yang telah memberikan bantuan
serta dukungan. Terima kasih kepada teman-teman sesama penyiar radio Agri FM 2006-2007,
pengurus BEM-D Kabinet Reborn 2007-2008, Himasiter 2008-2009, Paduan Suara Graziono Simphonia 2008-2009, kepada mantan ketua BEM, DPM dan Himaproter
2008-2009; Satriyo, Dani dan Mawas serta teman-teman INTP ’43 atas persahabatan dan dukungan selama penulis menjalani aktivitas kemahasiswaan di IPB.
Terakhir penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada civitas akademika Fakultas Peternakan IPB.Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembacanya.
Bogor, April
2011 Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Aguirar, C. L. 2001. Biodegradation of cellulose from sugar cane bagasse by fungal cellulose. Sci. Tech. Alignment 32: 117-121.
Alanna, J., J. Moshfegh, E. Friday, J. P. Goldman J. K. C. Ahuja. 1999. Presence of inulin and oligofructose in the diets of Americans, J. Nutr. 129:1407S-
1411S. Alonso, J. L., H. Dominguez, G. Garrote, J. C. Parajo j. Vazquez. 2003.
Xylooligosaccharides: Properties and production technologies. Electron. J. Environ. Agric. Food Chem. 2 1: 230-232.
Amrullah, I. K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler,Seri Beternak Mandiri. Lembaga Satu Gunungbudi, Bogor.
Anggorodi, R. 1984. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia, Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2009. Luas panen, produktivitas dan produksi jagung menurut
provinsi. www.bps.go.id [1 Juni 2010]. Baumgart, M., B. Dogan M. Rishniw. 2007. Culture independent analysis of ileal
mucosa reveals a selective increase in invasive Escherichia coli of novel phylogeny relative to depletion of Clostridiales in Crohns disease involving
the ileum. ISME J. 1 5: 403-18. Biggs, P. C. M. Parsons. 2007. The effects of several oligosaccharides on true
amino acid digestibility and true metabolizable energy in cecectomized and conventional roosters. J. Poult. Sci. 86: 1161-1165.
Blood, D. C., V. P. Studdert C. C. Gay. 2007. Comprehensive Veterinary Dictionary, 3
rd
Edition. Saunders, Elsevier. Centers for Disease Control and Prevention CDC Division of Bacterial and
Mycotic Diseases. 2007. Escherichia coli O157:H7. www.cdc.gov
nczveddivisionsdfbmddiseasesecoli_o157h7 Coxam, V. 2007. Current data with inulin-type fructans and calcium, targeting bone
health in adults. J. Nutr. 13711 Suppl: P-2527S. Craeyveld. 2008. Structurally different wheat-derived arabinoxylooligosaccharides
have different prebiotic and fermentation properties in rats. J. Nutr.138: 2348- 2355.
Gibson, G. R. M. B. Roberfroid. 1995. Dietary modulation of the human colonic microbiota: introducing the concept of prebiotics. J. Nutr. 1256: 1401-12.
Gibson, G. R. 1999. Dietary modulation of the human gut microflora using the prebiotic oligofructose and inulin. J. Nutr. 129: 1438S-1441S.
Gordon, S. H. D. R. Charles. 2002. Niche and Organic Chicken Product: their technology and scientific principles. Nottingham University Press,
Nottingham. Hambali, E., S. Mujdalifah, A. H. Tambunan, A. W. Pattiwiri R. Hendroko. 2006.
Teknologi Bioenergi. Agromedia, Jakarta. Harimurti, S. E. S. Rahayu. 2009. Morfologi usus ayam broiler yang
disuplementasi dengan probiotik strain tunggal dan campuran. Agritech 29 3: 179-183.
Hidayat, M. N. 2010. Mikroba dalam saluran pencernaan ternak unggas.http:lambungsatu.blogspot.com201004mikroba-dalam-saluran-
pencernaan -ternak_22.html. [11 Februari 2011]
Hsu, C. K., J. W. Liao, Y. C. Chung, C. P. Hsies Y. C. Chan. 2004. Xylooligosaccharides and fructooligosaccharides affect the intestinal
microbiota and precancerous colonic lesion development in rats. J. Nutr. 134: 1523-1528.
Huda, T. 2007. Tongkol jagung. http:thoriq.wordpress.com20070201hello- world [1 Maret 2010].
Hudault S., J. Guignot A. L. Servin. 2001. Escherichia coli strains colonising the gastrointestinal tract protect germfree mice against
Salmonella typhimurium
infection. Gut. 49 1: 47–55. Ledingham J. G. G. D. A. Warrel. Antimicrobial Chemotherapy. Concise Oxford
Textbook of Medicine.Oxford University Press,Oxford. Leeson, S. J. D. Summers. 2001. Nutrition of the Chicken. 4
th
Edition.University Books, Guelph, Ontario, Canada.
Leeson, S. J. D. Summers. 2005. Commercial Poultry Nutrition. 3
rd
Edition.University Books, Guelph, Ontario, Canada. Lopez, G. S. Leeson. 2007. Relevance of nitrogen correction for assessment of
metabolizable energy with broilers to forty-nine days of age. Poult. Sci. 86: 1696–1704.
McDonald, P., R. A. Edwards, J. F. D. Greenhalgh C. A. Morgan. 2002. Animal Nutrition. 6
th
Edition.Longmann Singapore Publishers Pte Ltd., Singapore. National Research Council.1994. Nutrient Requirement of Poultry.9
th
revised Edition.National Academy Press. Washington DC.
Nizel, A. E. 1964. Nutrition of Chemical Density. Sounders Company, London. North, M.O. D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4
th
Edition. Van Rostrand Reinhold, New York. Nossbaum, F. V. 2006. Medicinal chemistry of antibacterial natural products -
exodus or revival?Angew. Chem. Int. Ed. 45 31: 5072-5129. Piliang, W. G. S. Djojosoebagio. 2006. Fisiologi Nutrisi volume I. Institut
Pertanian Bogor Press, Bogor. Reid G., J. Howard B. S. Gan. 2001. Can bacterial interference prevent
infection?. Trends Microbiol. 9 9: 424–8. Rifianasari, R. 2009. Analisis mikrobiologis kolon mencit Mus musculusyang
diberi pakan prebiotik dari tongkol jagung.Skripsi.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Roberfroid, M.B. 2000. Chicory fructooligosaccharides and the gastrointestinal tract. J. Nutr. 16: 677-679.
Roberfroid, M. B. 2007. Prebiotics: The Concept Revisited. J. Nutr. 137: 830S. Roller, M., G. Rechkemmer B. Watzl. 2003. Prebiotic inulin enrich with
oligofructose in combination with probiotics Lactobacillus rhamnosus and bifidobacterium lactis
modulates intestinal immune functions in rats. J. Nutr. 134: 153-156.
Saif, Y. M. 2003. Diseases of Poultry.11
th
Edition. Iowa State Press, Iowa. Sari, M. N. 2009.Pengaruh penggunaan pakan prebiotik terhadap pertumbuhan
mencit Mus musculus.Skripsi.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Scanes, C. G., G. Brant M. E. Ensminger. 2004. Poultry Science. 4
th
Edition. Pearson Education, Inc., Upper Saddler River, New Jersey.
Schwalbe, R., L. Steele-Moore A. C. Goodwin. 2007. Antimicrobial Susceptibility Testing Protocols. Taylor Francis group. CRC Press.
Scott, M. L., M. C. Nesheim R. J. Young. 1982. Nutrition of the Chicken. 3
rd
Edition. M. L. Scott and Associates, Ithaca New York. Seifert, S. B. Watzl. 2007. Inulin and oligofructose: Review of experimental data
on immune modulation. J. Nutr. 137: 2563S. Sibbald, I. R. 1980. A New Technique for Estimating the Energy Metabolizable
Content of Feeds for Poultry. International Development Research Center, Canada.
Sibbald, I. R. 1981. Metabolic plus endogenous energy and nitrogen losses of adult cockerels; the correction used in bioassay for true metabolizable energy.
International Development Research Center, Canada. Sibbald, I. R. M. S. Wolynetz. 1985. Relationships between estimates of
bioavailable energy made with adult cockerels: the correction used in the bioassay true metabolizable energy. Poult. Sci. 60: 805-811.
Solihat, S. R. 2010. Gambaran darah, bursa fabricius, timus dan populasi mikroba saluran pencernaan ayam broiler yang diberi prebiotik dari tongkol
jagung.Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Steel, R. G. and J. H. Torrie. 1997. Principle and Producers of Statistic a Biometrical
Approach, 3
rd
Edition. McGraw-Hill, Inc, Singapore. Suprapto, H. S. M. S. Rasyid. 2002.Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tamime, A. 2005. Probiotic Dairy Products. Blackwell Publishings, United Kingdom.
Todar, K. 2007. Pathogenic E. coli. Online Textbook of Bacteriology.University of Wisconsin–Madison Department of Bacteriology, Wisconsin.
Tungland, B.C. 2000. Inulin – A Comprehensive Scientific Review. Duncan Crow Wholistic Consultant. http: members.shaw.caduncancrowinulin_review
.html. [17 Juli 2010] Vogt, R. L. L. Dippold. 2005. Escherichia coli O157:H7 outbreak associated with
consumption of ground beef. Public Health Rep. 120 2: 174–8. Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. 4
th
Edition. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Wardhanu,A. P. 2009. Prebiotik.http:apwardhanu.wordpress.com 20090701prebiotik [15 November 2010].
Wolynetz, M. S. I. R. Sibbald. 1984. Relationship between apparent and true metabolizable energy and the effect of a nitrogen correction. J. Poult. Sci. 63:
1386-1399.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Anova Konsumsi Pakan SK db
JK KT
Fhit F
0.05
F
0.01
Perlakuan 5 25110,47
5022,09 1,34 2,62
3,90 Faktor A Pakan
2 24089,21
12044,60 3,22 3,40
5,61 Faktor B Bakteri
1 48,06
48,06 0,01
4,26 7,82
Interaksi AxB 2
973,20 486,60
0,13 3,40
5,61 Galat 24
89761,19 3740,05
Total 29 114871,66
Keterangan: db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data
F
0,05
= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 5 α = 0,05
F
0,01
= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 1 α = 0,01
Lampiran 2. Anova Konsumsi Energi SK db
JK KT Fhit
F
0.05
F
0.01
Perlakuan 5 294444,31
58888,86 1,03
2,62 3,90
Faktor A Pakan 2
278744,72 139372,36
2,43 3,40
5,61 Faktor B Bakteri
1 690,93
690,93 0,01
4,26 7,82
Interaksi AxB 2
15008,65 7504,33
0,13 3,40
5,61 Galat 24
1375022,42 57292,60
Total 29 1669466,73
Keterangan: db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data
F
0,05
= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 5 α = 0,05
F
0,01
= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 1 α = 0,01
Lampiran 3. Anova Ekskresi Energi SK db
JK KT Fhit
F
0.05
F
0.01
Perlakuan 5 26103,86
5220,77 1,76
2,62 3,90
Faktor A Pakan 2
2973,59 1486,79
0,50 3,40
5,61 Faktor B Bakteri
1 12369,40
12369,40 4,17
4,26 7,82
Interaksi AxB 2
10760,87 5380,44
1,81 3,40
5,61 Galat 24
71272,70 2969,70
Total 29 97376,56
Keterangan: db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data
F
0,05
= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 5 α = 0,05
F
0,01
= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 1 α = 0,01
Lampiran 4. Anova Konsumsi Nitrogen SK
db JK
KT Fhit
F
0.05
F
0.01
Perlakuan 5
141,79 28,36
6,61 2,62
3,90 Faktor A Pakan
2 140,73
70,36 16,39
3,40 5,61
Faktor B Bakteri 1
0,08 0,08
0,02 4,26
7,82 Interaksi AxB
2 0,98
0,49 0,11
3,40 5,61
Galat 24
103,03 4,29
Total 29
244,82
Keterangan: db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data
F
0,05
= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 5 α = 0,05
F
0,01
= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 1 α = 0,01
= Beda sangat nyata pada taraf p0,01
Lampiran 5. Anova Uji Lanjut Konsumsi Nitrogen Perlakuan
Rataan Perlakuan Selisih Rataan
Rataan 3
2 1
Prebiotik 14,02
1 5,27
3,15 X
Antibiotik 17,16
2 2,13
X X
Kontrol 19,29
3 X
X X
Rataan yang dibandingkan 2
3 4
5 6
q
0,05
2,92 3,07
3,15 3,22
3,28 q
0,01
3,96 4,14
4,24 4,33
4,39 Rp
0,05
2,70564 2,84463
2,91876 2,98362
3,03922 Rp
0,01
3,6693 3,83608
3,92874 4,01213
4,06773
Keterangan: Nilai S = 0,9266; S = √KT errorulangan
q
0,05
= nilai untuk uji lanjut Duncan dengan tingkatkesalahan 0,05 α = 0,05
q
0,01
= nilai untuk uji lanjut Duncan dengan tingkat kesalahan 0,01 α = 0,01
Rp
0,05
= hasil perkalian antara nilai S dengan q
0,05
Rp
0,01
= hasil perkalian antara nilai S dengan q
0,01
Lampiran 6. Anova Ekskresi Nitrogen SK db
JK KT Fhit
F
0.05
F
0.01
Perlakuan 5 3,98
0,80 0,61
2,62 3,90
Faktor A Pakan 2
1,83 0,92
0,70 3,40
5,61 Faktor B Bakteri
1 0,10
0,10 0,08
4,26 7,82
Interaksi AxB 2
2,05 1,02
0,78 3,40
5,61 Galat 24
31,45 1,31
Total 29 35,43
Keterangan: db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data
F
0,05
= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 5 α = 0,05
F
0,01
= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 1 α = 0,01
Lampiran 7. Anova Retensi Nitrogen g SK
db JK
KT Fhit
F
0.05
F
0.01
Perlakuan 5
123,46 24,69
5,77 2,62
3,90 Faktor A Pakan
2 117,59
58,79 13,74
3,40 5,61
Faktor B Bakteri 1
0,0013 0,0013
0,0003 4,26
7,82 Interaksi AxB
2 5,87
2,93 0,69
3,40 5,61
Galat 24
102,68 4,28
Total 29
226,13
Keterangan: db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data
F
0,05
= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 5 α = 0,05
F
0,01
= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 1 α = 0,01
= Beda sangat nyata pada taraf p0,01
Lampiran 8. Anova Uji Lanjut Retensi Nitrogen g Perlakuan
Rataan Perlakuan Selisih Rataan
Rataan 3
2 1
Prebiotik 11,29
1 4,85
2,56 X
Antibiotik 13,85
2 2,29
X X
Kontrol 16,14
3 X
X X
Rataan yang dibandingkan 2
3 4
5 6
q
0,05
2,92 3,07
3,15 3,22
3,28 q
0,01
3,96 4,14
4,24 4,33
4,39 Rp
0,05
2,701 2,840
2,914 2,979
3,034 Rp
0,01
3,663 3,830
3,922 4,005
4,060
Keterangan: Nilai S = 0,925; S = √KT errorulangan
q
0,05
= nilai untuk uji lanjut Duncan dengan tingkat kesalahan 0,05 α = 0,05
q
0,01
= nilai untuk uji lanjut Duncan dengan tingkat kesalahan 0,01 α = 0,01
Rp
0,05
= hasil perkalian antara nilai S dengan q
0,05
Rp
0,01
= hasil perkalian antara nilai S dengan q
0,01
Lampiran 9. Anova Retensi Nitrogen SK db
JK KT Fhit
F
0.05
F
0.01
Perlakuan 5 200,38
40,08 0,83 2,62
3,90 Faktor A Pakan
2 78,61
39,31 0,82 3,40
5,61 Faktor B Bakteri
1 3,32
3,32 0,07
4,26 7,82
Interaksi AxB 2
118,45 59,22
1,23 3,40
5,61 Galat 24
1155,82 48,16
Total 29 1356,19
Keterangan: db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data
F
0,05
= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 5 α = 0,05
F
0,01
= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 1 α = 0,01
Lampiran 10. Anova Energi Metabolis Semu SK
db JK
KT Fhit
F
0.05
F
0.01
Perlakuan 5
115411,20 23082,24
2,72 2,62 3,90
Faktor A Pakan 2
1804,43 902,21
0,11 3,40 5,61
Faktor B Bakteri 1
46140,58 46140,58
5,43 4,26 7,82
Interaksi AxB 2
67466,19 33733,09
3,97 3,40 5,61
Galat 24
203824,40 8492,68
Total 29
319235,60
Keterangan: db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data
F
0,05
= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 5 α = 0,05
F
0,01
= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 1 α = 0,01
= Beda nyata pada taraf p0,05
Lampiran 11. Anova Uji Lanjut Energi Metabolis Semu Perlakuan
Rataan Perlakuan
Selisih Rataan Rataan
6 5
4 3
2 1
P1 3041,412
1 209,85 111,27 107,03 100,75 71,06
X B1
3112,472 2
138,79 40,21
35,97 29,69
X X
K2 3142,167
3 109,10
10,52 6,28
X X
X B2
3148,442 4
102,82 4,24
X X
X X
K1 3152,684
5 98,58
X X
X X
X P2
3251,265 6
X X
X X
X X
Rataan yang dibandingkan 2
3 4
5 6
q
0,05
2,92 3,07
3,15 3,22
3,28 q
0,01
3,96 4,14
4,24 4,33
4,39 Rp
0,05
120,343 126,525
129,822 132,707
135,180 Rp
0,01
163,205 170,623
174,744 178,454
180,926
Keterangan: Nilai S = 41,213; S = √KT errorulangan
q
0,05
= nilai untuk uji lanjut Duncan dengan tingkat kesalahan 0,05 α = 0,05
q
0,01
= nilai untuk uji lanjut Duncan dengan tingkat kesalahan 0,01 α = 0,01
Rp
0,05
= hasil perkalian antara nilai S dengan q
0,05
Rp
0,01
= hasil perkalian antara nilai S dengan q
0,01
Lampiran 12. Anova Energi Metabolis Murni SK db
JK KT Fhit
F
0.05
F
0.01
Perlakuan 5 115557,67
23111,53 2,88
2,62 3,90
Faktor A Pakan 2
4071,14 2035,57
0,25 3,40
5,61 Faktor B Bakteri
1 46551,71
46551,71 5,81
4,26 7,82
Interaksi AxB 2
64934,83 32467,41
4,05 3,40
5,61 Galat 24
192322,41 8013,43
Total 29 307880,08
Keterangan: db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data
F
0,05
= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 5 α = 0,05
F
0,01
= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 1 α = 0,01
= Beda nyata pada taraf p0,05
Lampiran 13. Anova Uji Lanjut Energi Metabolis Murni Perlakuan
Rataan Perlakuan
Selisih Rataan Rataan
6 5
4 3
2 1
P1 3133,945
1 207,65 101,67
95,22 92,95
57,80 X
B1 3191,741
2 149,85
43,87 37,42
35,15 X
X K2
3226,893 3
114,70 8,72
2,27 X
X X
B2 3229,163
4 112,43
6,45 X
X X
X K1
3235,612 5
105,98 X
X X
X X
P2 3341,594
6 X
X X
X X
X Rataan yang dibandingkan
2 3
4 5
6 q
0,05
2,92 3,07
3,15 3,22
3,28 q
0,01
3,96 4,14
4,24 4,33
4,39 Rp
0,05
116,898 122,903
126,106 128,908
131,310 Rp
0,01
158,533 165,739
169,742 173,345
175,747
Keterangan: Nilai S = 0,034; S = √KT errorulangan
q
0,05
= nilai untuk uji lanjut Duncan dengan tingkat kesalahan 0,05 α = 0,05
q
0,01
= nilai untuk uji lanjut Duncan dengan tingkat kesalahan 0,01 α = 0,01
Rp
0,05
= hasil perkalian antara nilai S dengan q
0,05
Rp
0,01
= hasil perkalian antara nilai S dengan q
0,01
Lampiran 14. Anova Energi Metabolis Semu Terkoreksi Nitrogen SK
db JK
KT Fhit
F
0.05
F
0.01
Perlakuan 5
118956,14 23791,23
3,92 2,62
3,90 Faktor A Pakan
2 18690,51
9345,25 1,54
3,40 5,61
Faktor B Bakteri 1
44560,65 44560,65
7,34 4,26
7,82 Interaksi AxB
2 55704,98
27852,49 4,59
3,40 5,61
Galat 24
145641,78 6068,41
Total 29
264597,92
Keterangan: db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data
F
0,05
= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 5 α = 0,05
F
0,01
= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 1 α = 0,01
= Beda nyata pada taraf p0,05 = Beda sangat nyata pada taraf p0,01
Lampiran 15. Anova Uji Lanjut Energi Metabolis Semu Terkoreksi Nitrogen Perlakuan
Rataan Perlakuan
Selisih Rataan Rataan
6 5
4 3
2 1
P1 2847,791
1 194,88
92,25 46,97
40,83 31,92
X K2
2879,712 2
162,96 60,33
15,05 8,91
X X
K1 2888,626
3 154,04
51,42 6,14
X X
X B1
2894,763 4
147,90 45,28
X X
X X
B2 2940,043
5 102,62
X X
X X
X P2
3042,667 6
X X
X X
X X
Rataan yang dibandingkan 2
3 4
5 6
q
0,05
2,92 3,07
3,15 3,22
3,28 q
0,01
3,96 4,14
4,24 4,33
4,39 Rp
0,05
101,727 106,953
109,740 112,178
114,268 Rp
0,01
137,958 144,229
147,713 150,848
152,939
Keterangan: Nilai S = 34,838; S = √KT errorulangan
q
0,05
= nilai untuk uji lanjut Duncan dengan tingkat kesalahan 0,05 α = 0,05
q
0,01
= nilai untuk uji lanjut Duncan dengan tingkat kesalahan 0,01 α = 0,01
Rp
0,05
= hasil perkalian antara nilai S dengan q
0,05
Rp
0,01
= hasil perkalian antara nilai S dengan q
0,01
Lampiran 16. Anova Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen SK
db JK
KT Fhit
F
0.05
F
0.01
Perlakuan 5
122128,07 24425,61
4,38 2,62
3,90 Faktor A Pakan
2 23735,62
11867,81 2,13
3,40 5,61
Faktor B Bakteri 1
44964,69 44964,69
8,05 4,26
7,82 Interaksi AxB
2 53427,76
26713,88 4,79
3,40 5,61
Galat 24
133975,55 5582,31
Total 29
256103,62
Keterangan: db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data
F
0,05
= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 5 α = 0,05
F
0,01
= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 1 α = 0,01
= Beda nyata pada taraf p0,05 = Beda sangat nyata pada taraf p0,05
Lampiran 17. Anova Uji Lanjut Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen Perlakuan
Rataan Perlakuan
Selisih Rataan Rataan
6 5
4 3
2 1
P1 2940,324
1 192,67
80,44 33,71
31,23 31,92
X K2
2964,438 2
168,56 56,33
9,59 7,12
X X
K1 2971,554
3 161,44
49,21 2,48
X X
X B1
2974,032 4
158,96 46,73
X X
X X
B2 3020,764
5 112,23
X X
X X
X P2
3132,995 6
X X
X X
X X
Rataan yang dibandingkan 2
3 4
5 6
q
0,05
2,92 3,07
3,15 3,22
3,28 q
0,01
3,96 4,14
4,24 4,33
4,39 Rp
0,05
97,567 102,579
105,253 107,592
109,596 Rp
0,01
132,318 138,332
141,673 144,681
146,685
Keterangan: Nilai S = 33,414; S = √KT errorulangan
q
0,05
= nilai untuk uji lanjut Duncan dengan tingkat kesalahan 0,05 α = 0,05
q
0,01
= nilai untuk uji lanjut Duncan dengan tingkat kesalahan 0,01 α = 0,01
Rp
0,05
= hasil perkalian antara nilai S dengan q
0,05
Rp
0,01
= hasil perkalian antara nilai S dengan q
0,01
PENGARUH PEMBERIAN PREBIOTIK DARI TONGKOL JAGUNG TERHADAP RETENSI NITROGEN
DAN ENERGI METABOLIS RANSUM AYAM BROILER PASCA INFEKSI
BAKTERI Escherichia Coli.
SKRIPSI KRISNA ANINDYKA
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN KRISNA ANINDYKA. D24060714. Pengaruh Pemberian Prebiotik dari Tongkol
Jagung terhadap Retensi Nitrogen dan Energi Metabolis Ransum Ayam Broiler Pasca Infeksi Bakteri Escherichia coli. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama: Dr. Ir. Sumiati, M.Sc
Pembimbing Anggota: Ir. Kukuh Budi Satoto, MS
Tongkol jagung merupakan salah satu limbah padat yang dihasilkan industri pengolahan jagung. Produksi tongkol jagung Indonesia termasuk cukup tinggi,
hingga mencapai 6.739.800 ton. Jumlah tersebut sebagian digunakan sebagai pakan ternak ruminansia dan sebagian kecil untuk penggunaan lainnya. Produk hidrolisis
xilan berupa xilooligosakarida yang terdapat dalam tongkol jagung telah dikembangkan sebagai komponen prebiotik. Komponen prebiotik inilah yang
diharapkan dapat menggantikan peran antibiotik dalam aplikasi kehidupan peternakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan
prebiotik yang berasal dari tongkol jagung terhadap nilai energi metabolis ransum ayam broiler yang diinfeksi bakteri Escherichia coli.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap berpola faktorial 3x2, faktor pertama terdiri dari tiga perlakuan yaitu kontrol, prebiotik, dan antibiotik,
sedangkan faktor kedua terdiri dari dua perlakuan yaitu tanpa dan dengan infeksi E. coli
, masing-masing sebanyak lima ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah K1: Ayam tidak diinfeksi E. coli, diberi ransum basal; B1: Ayam tidak diinfeksi E. coli,
diberi ransum + antibiotik Bambermycin 0,05; P1: Ayam tidak diinfeksi E. coli, diberi ransum + prebiotik 2,5; K2: Ayam diinfeksi E.coli, diberi ransum basal; B2:
Ayam diinfeksi E.coli, diberi ransum + antibiotik Bambermycin 0,05; P2: Ayam diinfeksi E. coli, diberi ransum + prebiotik 2,5. Data yang diperoleh kemudian
dianalisis dengan menggunakan ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Duncan Steel dan Torrie, 1993 untuk mengetahui perbedaan rataan peubah pada masing-masing
perlakuan. Peubah yang diamati adalah konsumsi energi, ekskresi energi, konsumsi nitrogen, ekskresi nitrogen, retensi nitrogen, energi metabolis semu, energi metabolis
murni, energi metabolis semu terkoreksi nitrogen, dan energi metabolis murni terkoreksi nitrogen.
Hasil analisis konsumsi nitrogen menunjukkan bahwa pemberian prebiotik pada ransum berpengaruh sangat nyata menurunkan jumlah konsumsi nitrogen
P0,01 dengan rataan konsumsi nitrogen perlakuan prebiotik sebesar 14,02±2,17 g, antibiotik 17,16±1,46 g dan kontrol 19,29±2,16 g. Retensi nitrogen dalam satuan
gram pada perlakuan faktor pertama perlakuan pakan memberikan pengaruh yang sangat nyata P0,01. Pada perlakuan prebiotik, retensi nitrogen berada pada nilai
rataan terendah sebesar 11,29±1,52 g kemudian antibiotik sebesar 13,85±2,69 g dan kontrol berada di nilai rataan tertinggi sebesar 16,14±1,58 g.
Konsumsi energi, ekskresi energi, ekskresi nitrogen dan retensi nitrogen dalam satuan persen tidak dipengaruhi perlakuan. Pada peubah konsumsi energi,
ekskresi energi dan ekskresi nitrogen, pemberian perlakuan infeksi E. coli menunjukkan kecenderungan menurunkan nilai rataan antara sebelum dan sesudah
perlakuan infeksi dan perlakuan prebiotik menunjukkan nilai rataan terendah, disusul
perlakuan kontrol dan antibiotik. Pemberian prebiotik 2,5 pada ayam yang sebelumnya diinfeksi E. coli meningkatkan persentase retensi nitrogen, yaitu dari
77,73±10,57 menjadi 83,74±3,49 . Infeksi
E. coli nyata meningkatkan EMS, EMM, EMSn P0,05 dan EMMn
P0,01 bila dibandingkan dengan perlakuan tidak diinfeksi E. coli. Interaksi antara perlakuan faktor pertama dan faktor kedua menunjukkan perbedaan secara nyata
P0.05 pada peubah EMS, EMM, EMSn dan EMMn. Interaksi antara prebiotik dan E. coli secara nyata dapat meningkatkan EMS, EMM, EMSn dan EMMn
P0,05 dengan nilai pada peubah EMS sebesar 3251,3±100,2 kkalkg, EMM sebesar 3341,6±92,3 kkalkg, EMSn sebesar 3042,7±95,6 kkalkg dan EMMn
sebesar 3133±87,5 kkalkg. Interaksi antara prebiotik dan tanpa E. coli secara nyata menurunkan EMS, EMM, EMSn dan EMMn P0,05 dengan nilai pada peubah
EMS sebesar 3041,4±73,7 kkalkg, EMM sebesar 3133,9±76 kkalkg, EMSn sebesar 2847,8±52,3 kkalkg dan EMMn sebesar 2940,3±52,7 kkalkg.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian prebiotik cukup efektif dalam meningkatkan EMS, EMM, EMSn dan EMMn ransum pada ayam yang diinfeksi E.
coli .
Kata kunci: Prebiotik, antibiotik, E. coli, tongkol jagung, energi metabolis.
ABSTRACT The Effect of Feeding Corncob Prebiotic on Nitrogen Retention and
Metabolizable Energy of Broiler Diet Post-Infected with Escherichia coli Bacteria
K. Anindyka, Sumiati, and K. B. Satoto An experiment has been conducted to study the effect of feeding corncob prebiotic
on nitrogen retention and metabolizable energy of broiler diet post-infected with Escherichia coli
bacteria. Thirty broiler chickens at five week of age were used in this experiment and divided into six treatment groups and each consisted of five
replications. The treatments were K1 basal diet, non infected E. coli, K2 basal diet, infected E. coli, P1 basal diet + prebiotic 2.5, non infected E. coli, P2 basal diet
+ prebiotic 2.5, infected E. coli, B1 basal diet + antibiotic 0.05, non infected E. coli
, B2 basal diet + antibiotic 0.05, infected E. coli. The diets contained 3150 kcalkg ME and 18 crude protein according to Leeson and Summers 2005.
Antibiotic used in this experiment was Bambermycin. A Completely Randomized Factorial Design was used in this experiment and Duncan’s multiple range test used
as further test. Adding prebiotics in the diet of broilers infected with E. coli significantly P0.05 increased metabolizable energy. Adding prebiotics in the diet
of broilers significantly P0.01 decreased nitrogen consumption and nitrogen retention. The conclusion of this study is that prebiotics supplementation in the diet
of broiler improved on metabolizable energy. Keywords
: Prebiotic, antibiotic, E. coli, corncob, metabolizable energy
PENDAHULUAN Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terbilang cukup tinggi, yakni sebesar 1,49.Hal ini memicu meningkatnya kebutuhan pangan serta
kebutuhan protein penduduk Indonesia, terutama yang berasal dari hewan. Ayam broiler diharapkan menjadi solusi alternatif dalam menghadapi kebutuhan pangan
dan protein hewani yang terus meningkat. Kelemahan ayam broiler antara lain tingginya angka kematian mortalitas yang bisa disebabkan berbagai hal, antara lain
tingkat stress dan penyakit. Keunggulan ayam broiler ini adalah pertumbuhannya yang sangat cepat, karena dalam waktu sekitar empat hingga lima minggu sudah siap
untuk dipotong. Namun cepatnya pertumbuhan ayam broiler juga harus diimbangi dengan kuantitas pakan yang diberikan, angka konversi FCR, feed convertion ratio
pada ayam broiler strain Cobb berkisar1,6-1,8. Semakin tinggi angka konversi, dapat berimplikasi pada semakin tingginya biaya manajemen, karena dibutuhkan pakan
yang lebih banyak dan waktu pemeliharaan yang lebih lama untuk mencapai bobot panen yang diinginkan. Hal ini bisa disebabkan berbagai hal, antara lain faktor
eksternal ternak berupa suhu kandang, manajemen perkandangan, sanitasi kandang, serta faktor internal ternak berupa adanya bakteri patogen dalam jumlah yang besar.
Untuk menekan angka konversi akibat adanya bakteri patogen, banyak peternak yang masih menggunakan antibiotik.Antibiotik seringkali digunakan untuk
menanggulangi penyakit ternak yang diakibatkan oleh bakteri, contohnya adalah kolibasilosis.Kolibasilosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri E. coli yang
umumnya menyerang saluran pencernaan dan menyebabkan gangguan penyerapan zat makanan.Pada ayam broiler, kolibasilosis menyebabkan kematian yang terjadi
selama periode pemeliharaan dan perolehan bobot panen yang rendah.Antibiotik yang biasa digunakan dalam ransum ayam broiler untuk mencegah kolibasilosis
adalah bambermycin.Selama antibiotik itu diberikan dalam jumlah yang sesuai dan pemberiannya dihentikan selama beberapa hari sebelum ternak dipotong, hal tersebut
tidak membahayakan bagi ternak maupun bagi manusia yang mengkonsumsinya.Akibat kurangnya pengetahuan, sebagian besar peternak
memberikan antibiotik dalam jadwal pemberian yang tak teratur serta dosis yang
berlebihan. Hal ini menyebabkan bakteri patogen menjadi resisten dan produk ternak mengandung residu antibiotik.
Cara alternatif yang bisa digunakan untuk menggantikan peran antibiotik adalah dengan menggunakan prebiotik. Penggunaan prebiotik yang salah satunya
berasal dari tongkol jagung diharapkan dapat menggantikan peran antibiotik.Tongkol jagung merupakan salah satu limbah padat yang dihasilkan industri pengolahan
jagung.Limbah tersebut biasanya tidak dipergunakan lagi ataupun nilai ekonominya sangat rendah.Tongkol jagung mengandung 40 selulosa, 36 hemiselulosa, 16
lignin dan 8 bahan lainnya. Produk hidrolisis xilan berupa xilooligosakarida yang terdapat dalam tongkol jagung telah dikembangkan sebagai komponen prebiotik.
Prebiotik memiliki fungsi dalam meningkatkan jumlah danatau aktivitas dari Bifidobacteria
dan Lactobacillus.Keutamaan kelompok bakteri ini adalah memberi dampak menguntungkan bagi inang, khususnya dalam memperbaiki pencernaan dan
meningkatkan kekuatan sistem imun.Diharapkan energi metabolis ransum dapat meningkat akibat dari sistem pencernaan yang lebih baik karena peran prebiotik.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruhpenambahan antibiotik dan prebiotik terhadap retensi nitrogen dan energi metabolis dalam ransum
ayam broiler yang diinfeksi E. coli.
TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Escherichia coli
Escherichia coli adalah jenis spesies dari Escherichia yang merupakan genus
dari famili Enterobacteriaceae yang terdiri dari organisme yang bisa tumbuh secara aerobik atau anaerobik dan mampu menggunakan karbon sederhana serta sumber
nitrogen. Pada media inkubasi agar dengan suhu 37ºC selama 24 jam, koloni Escherichia coli
menunjukkan sifat cembung, halus dan tak berwarna Saif, 2003.
Penampakan bakteri Escherichia coli dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Sumber: http:en.wikipedia.orge-coli
Gambar 1. Bakteri E. coli
Sumber: http:en.wikipedia.orge-coli
Gambar 2. Koloni Bakteri E. coli Escherichia coli
umumnya disingkat menjadi E. coli adalah bakteri gram- negatif yang berbentuk seperti batang, umumnya ditemukan di bagian akhir usus
besar pada organisme berdarah panas.Umumnya strain E. coli tidak berbahaya, namun beberapa strain dapat mencemari makanan secara berat dan kadangkala
bertanggung jawab pada penarikan produk oleh produsen CDC, 2007; Vogt dan Dippold, 2005. Bakteri E. coli umumnya menyerang saluran pencernaan dan
menyebabkan gangguan penyerapan zat makanan Baumgart et al., 2007.Strain yang tidak berbahaya seperti kebanyakan strain E. coli adalah bagian dari flora
normal di usus dan dapat memberi efek menguntungkan dengan memproduksi vitamin K
2
, dan mencegah perkembangbiakan dari bakteri patogenik di dalam usus Hudault et al., 2001; Reid et al., 2001. Contoh strain yang berbahaya adalah
O157:H7 Vogt dan Dippold, 2005. Bakteri
E. coli seringkali ditemukan di perairan dan keberadaannya
digunakan untuk mendeteksi kontaminasi feses, tetapi keberadaan E. coli tidak selalu diakibatkan oleh limbah manusia.E. coli dapat ditemukan di semua hewan berdarah
panas, seperti burung dan mamalia dan juga ikan dan kura-kura.Tanah dan pasir juga menjadi habitat E. coli CDC, 2007.
Keberadaan bakteri patogen, mikotoksin, organisme dan toksin tanaman dapat memperlambat perkembangan vili dan mikrovili usus pada usia awal broiler
Leeson dan Summers, 2005. Enteropathogenic Escherichia coli EPEC bertanggungjawab sebagai agen penyebab diare pada manusia, kelinci, anjing,
kucing dan kuda.Enteropathogenic Escherichia coli secara moderat bersifat menyerang memasuki sel inang dan mengakibatkan respon yang merugikan Todar,
2007.Beberapa strain dari E. coli mensekresikan racun yang dapat mengganggu kesetimbangan air dalam saluran pencernaan dan mengakibatkan diare Leeson dan
Summers, 2005.AktivitasE. coli dapat ditekan dengan penggunaan antibiotik, diantaranya bambermycin Blood et al., 2007.
Prebiotik
Prebiotik adalah suatu bahan makanan yang tidak dapat dicerna dan memberikan manfaat positif bagi tubuh karena secara selektif menstimulir
pertumbuhan dan aktivitas bakteri baik dalam usus besar. Prebiotik merupakan bahan pakan berupa serat tidak dapat dicerna oleh ternak berperut tunggal
monogastrikseperti ayam atau babi.Konsumsi bahan prebiotik secara signifikan dapat memodulasi komposisi mikroflora kolon yang menyebabkan Bifidobacteria
lebih dominan dan banyak ditemukan dalam fesesGibson dan Roberfroid, 1995; Roberfroid, 2000.Beberapa contoh dari prebiotik adalah inulin, oligosakarida,
galaktooligosakarida, laktulosa, laktosukrosa, isomaltaso-oligosakarida, trans-
galaktooligosakarida, fruktooligosakarida, glukooligosakarida, soy-oligosakarida dan xilooligosakarida Tamime, 2005; Roberfroid, 2007.
Definisi prebiotik tidak menitikberatkan pada grup bakteri tertentu secara spesifik.Prebiotik diasumsikan dapat meningkatkan jumlah danatau aktivitas dari
Bifidobacteria dan bakteri asam laktat Lactobacillus.Salah satu pentingnya dari
bakteri tersebut adalah efek menguntungkan yang ditimbulkan bagi inang, khususnya dalam memperbaiki kecernaan termasuk meningkatkan penyerapan mineral dan
keefektifan serta kekuatan dari sistem kekebalan Coxam, 2007; Seifert dan Watzl, 2007.
Prebiotik dalam usus, terutama usus besar yang difermentasi oleh bakteri probiotik akan menghasilkan berbagai produk asam lemak rantai pendek shortchain
fatty acid SCFA dalam bentuk asetat, propionat, butirat, L-laktat, karbondioksida
dan hidrogen. Oleh tubuh, SCFA dapat dipakai sebagai sumber energi. Efek stimulasi selektif terhadap pertumbuhan bakteri probiotik terutama Bifidobacteria
dan Lactobacillusakan memberikan efek menguntungkan terhadap kesehatan, antara lainmemperbaiki keluhan malabsorbsi laktosa, meningkatkan ketahanan alami
terhadap infeksi di usus oleh kuman patogen Clostridium perfringen, Eschericia coli, Salmonella, Shigella
dan Listeria, sebagai supresi kanker, memperbaiki metabolisme lipid, mengurangi kadar kolesterol darah, memperbaiki pencernaan, dan
menstimulasi sistem gastrointestinal Wardhanu, 2009.Tingginya jumlah Bifidobacteria
dalam saluran pencernaan dapat disebabkan oleh prebiotik khususnya oligosakarida, karena tak dapat dicerna oleh enzim dalam usus halus dan tak bisa
digunakan oleh kebanyakan mikroflora usus selain spesies probiotik, seperti Bifidobacteria
dan Propionibacteria Hsu et al., 2004.Probiotik mempengaruhi daya tahan inang terhadap infeksi usus sebaik fungsi sel imun Roller et al., 2003.
Bahan Baku Prebiotik
Beberapa tumbuhan famili Compositae seperti Chicorium intibus Chicory, Inula helenium
elecampane, Taraxacum officinalis dandelion dan Helianthus tuberosus
Jerusalem artichoke diketahui menyediakan fruktan, fruktan golongan karbohidrat inulin adalah polimer yang mengandung gugus fruktosa dengan ikatan
glikosidik Roberfroid, 2000.Selain itu bahan lainnya yang mengandung inulin
adalah bawang merah, asparagus, bawang daun, bawang putih, globe artichoke, pisang, gandum, rye, dan barley Tungland, 2000.
Tongkol jagung merupakan salah satu limbah padat yang dihasilkan industri pengolahan jagung.Limbah tersebut biasanya tidak dipergunakan lagi ataupun nilai
ekonominya sangat rendah.Umumnya tongkol jagung dipergunakan sebagai pakan ternak sapi, ataupun di daerah pedesaan tongkol jagung ini dapat dimanfaatkan
sebagai obat diare Aguirar, 2001; Suprapto dan Rasyid, 2002.Contoh bahan-bahan yang mengandung prebiotik dapat dilihat pada Gambar 3.
Keterangan: 1. Tongkol
Jagung, 2. Dedak gandum sumber: http:www.mdidea.com, 3.
Tepung gandum sumber: http:www.foodsubs.com, 4. Gandum hitam sumber:
http:www1.agric.gov.ab.ca, 5. Bawang sumber: http:i590.photobucket.com. 6. Bawang yang telah dimasak sumber: http:www.jeenaskitchen.com,
7. Umbi
chicory sumber: http:www.praeventia.ca, 8. Asparagus sumber: http:tio-geo.com, 9. Daun bawang sumber: http:creoleindc.typepad.com, 10. Jerusalem artichoke
sumber: http:www.organicgardeninfo.com,11. Bawang putih sumber: http:www.bellybytes.com, 12. Elecampane sumber:
http:dictionary.medievalcookery.com,
13. Pisang sumber: http:cepsalse.blogdetik.com,14. Barleysumber: http:www.freefoto.comimages, 15.
Dandelion mudasumber: http:graphics8.nytimes.com, 16. Globe artichoke sumber: http:www.gardening-tools-direct.co.uk
Gambar 3. Bahan Baku Prebiotik Tanaman jagung termasuk jenis tanaman pangan yang diketahui banyak
mengandung serat kasar dimana tersusun atas senyawa kompleks lignin, hemiselulose dan selulose lignoselulose, dan masing-masing merupakan senyawa-
senyawa yang potensial dapat dikonversi menjadi senyawa lain secara biologi Suprapto dan Rasyid, 2002. Tongkol jagung mengandung 40 selulosa, 36
hemiselulosa, 16 lignin dan 8 bahan lainnya. Produk hidrolisis xilan berupa xilooligosakarida yang terdapat dalam tongkol jagung telah dikembangkan sebagai
komponen prebiotik xilooligosakarida Huda, 2007.Struktur kimia xilan dapat dilihat pada Gambar 4.
Sumber: http:en.wikipedia.orgwikiFile:Xylan.svg
Gambar 4. Struktur Kimia Xilan Xilooligosakarida adalah oligomer gula yang disusun dari unit-unit xilosa.
Xilooligosakarida dapat digunakan sebagai bahan pangan, kosmetik, farmasi atau produk pertaniandan dapat ditemukan di buah-buahan, sayuran, bambu, madu, susu
ataupun bahan yang kaya xilan lainnya Alonsoet al., 2003. Kandungan serat prebiotik dalam beberapa bahan dibandingkan dengan 100
persen bobot bahan dan jumlah bahan yang dibutuhkan untuk mendapat 6 gram prebiotik, disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Serat Prebiotik dalam 100 gram Bahan Makanan dan Jumlah yang Dibutuhkan Untuk Mendapatkan 6 gram Prebiotik
Nama Bahan Kandungan serat prebiotik per
100 g bahan Jumlah yang diperlukan untuk
mendapat 6 gram prebiotik Umbi chicory mentah
64,6 g 9,3 g
Jerusalem artichoke mentah
31,5 g 19 g
Dandelion muda mentah 24,3 g
24,7 g Bawang putih mentah
17,5 g 34,3 g
Daun bawang mentah 11,7 g
51,3 g Bawang mentah
8,6 g 69,8 g
Bawang dimasak 5 g
120 g Asparagus mentah
5 g 120 g
Dedak gandum mentah 5 g
120 g Tepung gandum utuh dimasak
4,8 g 125 g
Pisang mentah 1 g
600 g Sumber: Alanna et al., 1999.
Antibiotik
Antibiotik adalah sebuah substansi atau komponen yang membunuh bakteri atau menghambat pertumbuhannya, digunakan untuk mengobati infeksi yang
disebabkan mikroorganisme, termasuk jamur dan protozoa Ledingham dan Warrell, 2000.Antibiotik awalnya lebih dikenal dengan istilah antibiosis, antibiotik adalah
sejenis obat yang bereaksi melawan bakteri Schwalbe et al., 2007. Antibiotik pertama kali dideskripsikan berkaitan dengan bakteri pada tahun 1877, pada saat
Louis Pasteur dan Robert Koch meneliti tentang bakteri yang hidup bebas di udara terbuka dapat menghambat pertumbuhan Bacillus anthracis, dan obat ini di
kemudian hari dinamakan antibiotik oleh Selman Waksman, seorang ahli mikrobiologi Amerika Schwalbe et al., 2007.
Kemajuan yang pesat dalam kimia kedokteran mengakibatkan kebanyakan antibiotik terbuat dari bahan semi-sintetis komponen asli terdapat di alam, yang
dimodifikasi secara kimia.Beberapa antibiotik masih diproduksi dan diisolasi dari organisme hidup seperti golongan aminoglikosida, dan lainnya dibuat dari bahan
sintetik murni yaitu golongan sulfonamida, quinolones dan oxazolidinones.Antibiotik dapat dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan efek yang ditimbulkan terhadap
mikroorganisme, bagi antibiotik yang membunuh bakteri adalah bactericidal agents, sedangkan yang menghambat tumbuhnya bakteri dikenal sebagai bacteriostatic
agents Nossbaum, 2006.Cara kerja antibiotik dapat dilihat pada Gambar 5.
Sumber: http:upload.wikimedia.orgwikipediacommonsthumb887Antibiotics_action.png645px Antibiotics_action.png
Gambar 5. Cara kerja antibiotik Penggunaan antibiotik memiliki efek antara lain: 1 Antibiotik dapat
mencegah penyakit terutama dalam saluran pencernaan, 2 Antibiotik dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang menghasilkan amonia dalam
jumlah besar, 3 Antibiotik dapat meningkatkan penyerapan nutrien kalsium, fosfor dan magnesium dan menghambat kerusakan nutrien vitamin dan asam amino oleh
mikroorganisme, 4 Antibiotik dapat meningkatkan kemampuan absorbsi zat makanan dan meningkatkan efisiensi penggunaan ransum Leeson dan Summers,
2001.
Energi Metabolis
Energi dibutuhkan untuk semua proses faali pada hewan, seperti pergerakan, pernafasan, peredaran darah, reproduksi dan sebagainya.Dalam lingkup sains fisik,
energi ditujukan secara umum untuk melakukan kerja atau kegiatan apapun yang dapat dikonversikan menjadi kerja Leeson dan Summers, 2001.Energi
dimanifestasikan dalam berbagai bentuk: 1 mekanikalkerja, 2 temperatur, 3 listrik, 4 cahaya, 5 nuklir, dan 6 molekuler; Kerja adalah satu-satunya dari
beberapa kegunaan energi dalam biologi, yang khusus terjadi pada hewan Leeson dan Summers, 2001.
Nilai energi bahan pakan atau ransum dapat dinyatakan dalam bentuk energi bruto, energi dapat dicerna, energi metabolis dan energi netto. Energi bahan pakan
atau ransum dapat diserap oleh tubuh ayam, tetapi sebagian hilang melalui feses dan urin NRC, 1994; Leeson dan Summers, 2001.
Energi metabolis adalah energi bruto bahan pakan atau ransum dikurangi energi bruto feses, urin dan gas yang dihasilkan selama proses pencernaan, tetapi
pada unggas energi metabolis merupakan energi bruto bahan pakan atau ransum dikurangi dengan bruto ekskreta. Hal ini dikarenakan feses dan urin dari unggas
menyatu NRC, 1994. Energi metabolis telah menjadi standar umum dalam pengukuran dari ketersediaan energi pada ayam dan kebanyakan hewan ternak lain
Leeson dan Summers, 2001. Dalam sistem energi metabolis, tidak seluruhnya energi yang terdapat dalam
ekskreta berasal dari pakan, namun juga menunjukkan energi yang terdapat dari sel- sel usus, hormon, enzim dan urin endogenus yang ada dalam ekskreta unggas. Jika
kehilangan energi non-pakan ini diukur dan jumlahnya diturunkan dari AME Apparent Metabolizable Energy, maka TME True Metabolizable Energy dapat
diturunkan. TME tidak dipengaruhi oleh asupan pakan, sedangkan AME akan menurun drastis pada saat asupan pakan sangat rendah. Pada saat asupan pakan
rendah, energi metabolis feses dan urin endogenus dapat diasumsikan menyumbang energi ekskreta dalam jumlah besar Leeson dan Summers, 2001.
Menurut Sibbald dan Wolynetz 1985, energi metabolis dapat dinyatakan dengan empat perubah, yaitu energi metabolis semu EMS, energi metabolis murni
EMM, energi metabolis semu terkoreksi nitrogen EMSn dan energi metabolis
murni terkoreksi nitrogen EMMn. EMS merupakan perbedaan antara energi pakan dengan energi feses dan urin, dimana pada unggas feses dan urin bercampur menjadi
satu dan disebut ekskreta.Skema energi dapat dilihat pada Gambar 6.
Sumber: http:2.bp.blogspot.com_49oqiNCqot8Se1fiGVWLSIAAAAAAAAABgIKHZRGG-bO4 s1600-hEnergi.JPG
Gambar 6. Skema Energi EMSn biasanya paling banyak digunakan untuk memperkirakan nilai energi
metabolis.EMM merupakan EMS yang dikoreksi dengan energi endogenus.Energi endogenus terdiri dari metabolic faecal dan endogenous urinary, berasal dari
katabolisme jaringan tubuh untuk kebutuhan hidup pokok pada saat dipuasakan dan sebagian lagi berasal dari produk akhir yang mengandung nitrogen.EMMn memiliki
hubungan dengan EMM seperti halnya EMSn terhadap EMS Wolynetz dan Sibbald, 1984.Nilai EMSn dan EMMn lebih rendah dari nilai EMS dan EMM. Perbedaan ini
disebabkan karena EMSn dan EMMn memperhitungkan adanya konversi energi faktor koreksi yang berasal dari nitrogen sebesar 8,22 kkalg yang keluar sebagai
asam urat jika dioksidasi secara sempurna Sibbald, 1980.
Retensi Nitrogen
Protein dalam bahan makanan termasuk zat-zat yang mengandung nitrogen. Oleh karena itu untuk mengetahui kandungan protein dari suatu bahan makanan,
terlebih dahulu perlu ditentukan kandungan nitrogennya secara kimiawi Anggorodi, 1984.Protein bahan makanan yang berkualitas baik akan meningkatkan pertambahan
bobot badan untuk setiap unit protein yang dikonsumsi dibanding dengan protein yang berkualitas rendah Scott et al., 1982. Perhitungan nilai kecernaan protein
suatu bahan makanan menggunakan nilai retensi nitrogen. Retensi nitrogen merupakan jumlah konsumsi nitrogen dikurangi dengan jumlah nitrogen dalam feses
dan urin Sibbald, 1981. Banyaknya nitrogen yang diretensi dalam tubuh unggas akan mengakibatkan ekskreta mengandung sedikit nitrogen urin dan energi yang
kecil dibandingkan dengan unggas yang tidak meretensi nitrogen NRC, 1994. Nilai energi termetabolis biasanya dikoreksi untuk retensi N untuk
mengkonversi semua data ke dasar kesetimbangan N untuk tujuan perbandingan Lopez dan Leeson, 2007.Menurut McDonald et al. 2002, dalam penentuan energi
metabolis perlu dikoreksi terhadap jumlah retensi nitrogen karena kemampuan ternak dalam memanfaatkan energi bruto dan protein kasar sangat bervariasi.
Koreksi nitrogen digunakan untuk menjelaskan efek variabel pertumbuhan dan pertambahan kandungan protein tubuh pada unggas, retensi nitrogen pada telur,
atau keduanya Lopez dan Leeson, 2007.Nilai retensi nitrogen bervariasi untuk masing-masing unggas, tergantung dari kemampuan unggas untuk menahan nitrogen
dalam tubuh unggas dan tidak dikeluarkan sebagai nitrogen dalam urin Sibbald, 1981. Selain itu menurut NRC 1994, retensi nitrogen akan berbeda untuk setiap
jenis ternak, umur dan faktor genetik yang berbeda. Hal ini didukung dengan
pendapat Wahju 1997 bahwa tidak semua protein yang masuk ke dalam tubuh dapat diretensi, tetapi tergantung kepada faktor genetik dan umur.
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi dan Biomedis Hewan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB BTH-PPSHB
selama bulan Juli 2009 hingga Februari 2010 dan Laboratorium Nutrisi Unggas Fakultas Peternakan selama Maret-April 2010. Analisa energi bruto, kadar mineral
Ca, P dan NaCl dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, sedangkan analisa bahan kering, kadar lemak,
abu, protein kasar dan serat kasar dilakukan di Laboratorium Biologi Hewan Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor PAU.
Materi Prebiotik
Bahan yang digunakan adalah tongkol jagung varietas SD3, isolat xilanolitik Streptomyces sp. 234P-16 asal Padang,Streptomyces costaricanus 45I-3 asal
Kalimantan yang merupakan koleksi isolat Dr. Ir. Yulin Lestari, Departemen Biologi dan isolat selulolitik Actinomyces sp. KBM 6, KBM 7 dan Bacillus sp. C5-
1 yang merupakan koleksi Dr. Ir. Anja Meryandini, MS, isolat Escherichia coli EPEC K.1.1, hammer milldengan saringan berukuran 40 mesh, oven, shaker
incubator merk
Eberbach , sentrifuse merk Jouan, spektrofotometer,
akuades,larutan NaOCl 1, etanol 70, asam dinitrosalisilat DNS, fenol, asam sulfat H
2
SO
4
, akuades, erlenmeyer, gelas ukur, magnetic stirrer, water heater, refrigerator, galon air mineral, aerator dan alat-alat umum laboratorium lainnya.
Pakan
Pakan yang diberikan berupa: 1 Ransum basal yang terbuat dari jagung, dedak, bungkil kedelai, MBM, CPO, DCP, CaCO
3
, premix, DL-methionine, garam dan L-lysine sebagai pakan kontrol, 2 Ransum basal + antibiotik bambermycin
0,05, 3 Ransum basal yang ditambah prebiotik 2,5.Pakan yang dibuat sebanyak 22,5 kg untuk tiga perlakuan. Komposisi bahan pakan dalam ransum basal disajikan
dalam Tabel 2, sedangkan kandungan zat makanan nutrien dalam ransum penelitian kontrol, prebiotik dan antibiotik disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 2. Komposisi Bahan Pakan dalam Ransum Basal Bahan Pakan
Jagung Dedak
Bungkil kedelai MBM
CPO DCP
Kalsium karbonat CaCO
3
Premix DL-methionine
Garam L-lysine
63,63 5,59
19,29 5
3,9 0,4
1 0,5
0,18 0,31
0,2 Jumlah 100
Tabel 3. Kandungan Zat Makanan dalam Ransum Penelitian Kandungan Zat Makanan
Perlakuan Kontrol Bambermycin
0,05 Prebiotik
2,5 Energi Bruto
a
kkalkg 3922
3885 3959
Bahan kering
b
83,82 85,44
81,98 Abu
b
5,24 4,71
6,06 Lemak
b
11,39 8,78
9,84 Protein kasar
b
23,86 20,19
18,94 Serat kasar
b
2,98 3,32
3,44 Ca
a
1,36 1,3
1,33 P
a
0,66 0,63
0,71 NaCl
a
0,28 0,18
0,23
Keterangan:Hasil Analisis:
a
Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan 2010 dan
b
Laboratorium Biologi Hewan PAU 2010.
Ternak
Ternak yang digunakan adalah ayam broiler strain Cobb CP-707 sebanyak 35 ekor yang berumur 5 minggu, sebelumnya digunakan dalam penelitian pendahuluan
dan telah diinfeksi E. coli pada umur satu minggu dengan dosis 10
6
cfu. Penelitian pendahuluan menggunakan tiga perlakuan yaitu kontrol, prebiotik dan antibiotik
namun pemberian prebiotik hanya dilakukan sejak hari pertama pemeliharaan hingga
minggu kedua. Tiga puluh ekor ayam akan diberi ransum sesuai perlakuan,
sedangkan lima ekor ayam digunakan untuk mengukur energi endogenus. Kandang
Ayam broiler dipelihara di dalam 35 unit kandang metabolis yang berukuran 35x35x40cm. Tiap kandang dilengkapi peralatan pakan,wadah air minum dan alas
plastik penampung ekskreta.
Bahan dan Peralatan lain
Bahan dan peralatan lain yang digunakan yaitu karung tempat ransum, gayung, ember, label, plastik untuk menampung ekskreta, oven 60°C, timbangan,
H
2
SO
4
0,01, plastik tahan panas ukuran 2 kg dan 1 kg, plastik sampel untuk sampel kering, sprayer, alumunium foil, spatula, freezer dan mortar.
Metode Rancangan dan Analisis Data
Penelitian ini terdiri atas enam perlakuan, yaitu: 1.
K1 : Ayam tidak diinfeksi E. coli, diberi ransum basal 2.
B1 : Ayam tidak diinfeksi E. coli, diberi ransum + antibiotik bambermycin 0,05
3. P1 : Ayam tidak diinfeksi E. coli, diberi ransum + prebiotik 2,5
4. K2 : Ayam diinfeksi E. coli, diberi ransum basal
5. B2 : Ayam diinfeksi E. coli, diberi ransum + antibiotik bambermycin 0,05
6. P2 : Ayam diinfeksi E. coli, diberi ransum + prebiotik 2,5
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap RAL faktorial 3 x 2, dengan faktor pertama terdiri dari tiga perlakuan
yaitu kontrol, antibiotik dan prebiotik, sedangkan faktor kedua terdiri dari dua perlakuan yaitu tanpa dan dengan infeksi E. coli. Masing-masing perlakuan sebanyak
5 ulangan. Model matematik yang digunakan adalah sebagai berikut:
Y
ijk
= µ + α
i
+ β
j
+ αβ
ij
+ ε
ijk
Keterangan: Y
ij
: Hasil pengamatan perlakuan terhadap energi metabolis ayam broiler
µ : Rataan umum dari masing-masing peubah akibat tanpa penambahan
bakteri E. coli dan dengan penambahan E. coli dengan perlakuan kontrol, antibiotik dan prebiotik
α
i
: Pengaruh perlakuan tanpa penambahan E. coli terhadap perlakuan kontrol, antibiotik dan prebiotik
β
j
: Pengaruh perlakuan dengan penambahan E. coli terhadap perlakuan kontrol, antibiotik dan prebiotik
αβ
ij
: Pengaruh interaksi tanpa penambahan E. coli terhadap kontrol,
antibiotik, prebiotik dan dengan penambahan E. coli terhadap kontrol, antibiotik dan prebiotik
ε
ijk
: Galat akibat pengaruh tanpa penambahan E. coli terhadap perlakuan kontrol, antibiotik dan prebiotikdan dengan penambahan E. coli
terhadap perlakuan kontrol, antibiotik dan prebiotik Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam ANOVA
dan apabila terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan Steel dan Torrie, 1997.
Penyiapan Bahan Prebiotik
Tongkol jagung dipotong kecil-kecil hingga berukuran 2x2 cm dan dikeringkan di bawah sinar matahari selama tujuh hari.Selanjutnya tongkol jagung
tersebut digiling hingga berukuran 40 mesh. Tepung tongkol jagung didelignifikasi dengan direndam dalam larutan
NaOCl 1 selama 5 jam pada suhu ruang, kemudian tepung tongkol jagung dibilas dengan akuades. Tepung tongkol jagung disaring untuk diambil bagian padatannya
yaitu tongkol jagung yang terdelignifikasi, kemudian dikeringkan di bawah matahari selama satu hari.
Peremajaan Isolat dan Penyiapan Inokulum
Isolat-isolat Streptomyces sp
. seperti 45I-3 dan 234P-16 diremajakan dalam media agar-agar xilan Tabel4, keduanya diinkubasi selama empat hingga enamhari
pada suhu ruang hingga siap digunakan sebagai inokulum, sedangkanActinomyces sp
. KBM 6, KBM 7 danBacillus sp. C5-1 diremajakan dalam media agar-agar CMC
Carboxymethyl cellulose Tabel 4 selama 24-48 jam untuk Bacillus sp. dan empat hingga enam hari untuk Actinomyces sp.
Tabel 4. Komposisi Media Agar-agar Xilan, Media Agar-agar CMC dan Media Tongkol Jagung
Bahan Agar-agar Xilan
Agar-agar CMC Tongkol Jagung
------------------------------------ g ------------------------------------ Xilan 0,5
- - CMC -
1 -
Tongkol Jagung -
- 1
MgSO
4
.7H
2
O - 0,02
0,02 KNO
3
- 0,075
0,075 K
2
HPO
4
- 0,05 0,05
FeSO
4
.7H
2
O - 0,002 0,002
CaCl
2
- 0,004
0,004 EkstrakYeast 1
0,2 0,2
Agar 1,6 1,8
- Glukosa - 0,1
0,1 Sukrosa 10,3 -
-
Pemilihan Isolat Berdasarkan Nilai Derajat Polimerisasi
Isolat yang sudah diremajakan diinokulasikan ke dalam 100 ml media tongkol jagung 1 Tabel 4 dengan kombinasi isolat selulolitik dan xilanolitik
Bacillus sp. C5-1 dan Streptomyces sp. 234P-16, Actinomyces sp. KBM 6 dan Streptomyces costaricanus
45I-3, serta Actinomyces sp.KBM 7 dan Streptomyces costaricanus
45I-3. Sebanyak 3 cockborer berukuran diameter 1 cm masing- masing isolat masing-masing KBM 6, KBM 7 dengan 45I-3 dan C5-1 dengan 234P-
16 diinokulasikan ke dalam 100 ml media produksi dari tongkol jagung 1 Tabel 4 dan diinkubasi diatas shaker incubator sesuai syarat optimumnya Tabel 5.
Tabel 5. Data Optimum Kombinasi Isolat Bakteri Kombinasi Bakteri
Suhu Optimum pH Optimum
Hari Optimum C5-1 dan 234P-16
90°C 3,5
6 KBM 6 dan 45I-3
50°C 5,5
3 KBM 7 dan 45I-3
50°C 5,5
3 Ekstrak kasar xilanase dan selulase dipanen pada hari optimum dengan cara
mensentrifugasi kultur dengan kecepatan 3000 rpm pada suhu 4ºC selama 25 menit. Supernatan ekstrak kasar enzim diukur aktivitasnya pada pH dan suhu optimum
masing-masing isolat tersebut. Aktivitas xilanase dan selulase diukur sebagai pembentukan gula pereduksi
dengan menggunakan metode DNS. Kandungan total gula tongkol jagung dapat diukur dengan metode fenol asam sulfat dan derajat polimerisasi dihitung
berdasarkan perbandingan antara total gula dengan gula pereduksi yang dihasilkan. Enzim xilanase dan selulase yang dihasilkan dicampur dengan substrat
tongkol jagung 1 tongkol jagung sebanyak 1 gram yang dimasukkan ke dalam 100 ml buffer pH optimum enzim, dengan perbandingan konsentrasi enzim dan substrat
yaitu 1:2,5, 1:5 dan 1:7,5. Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu optimum masing-masing kombinasi enzim. Selanjutnya kultur disentrifugasi untuk mendapat
enzim ekstrak kasar dan diukur gula pereduksi, total gula dan derajat polimerisasi. Dari ketiga kombinasi tersebut dipilih satu kombinasi isolat yang memiliki derajat
polimerisasi yang paling baik yaitu antara 2-20 untuk dibuat prebiotik.
Penentuan Total Gula
Penentuan total gula dilakukan dengan metode fenol-sulfat, yaitu mengambil 2 ml supernatan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 1 ml larutan fenol 5,
dikocok, dan ditambahkan 5 ml H
2
SO
4
pekat. Selanjutnya larutan dibiarkan selama 10 menit, dikocok kembali dan diukur menggunakan spektrofotometer pada
λ = 490 nm. Nilai absorbansi yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam persamaan
linear dari kurva standar total gula.
Penentuan Gula Pereduksi Metode DNS
Penentuan Gula Pereduksi dilakukan dengan menggunakan metode Miller 1959 yang melibatkan terukurnya gula pereduksi oleh larutan DNS Tabel 6.
Metode DNS tersebut yaitu dengan cara mengambil 1 ml supernatan, setelah itu ditambah DNS sebanyak 1 ml, kemudian dilanjutkan pemanasan pada suhu 100°C
selama 15 menit. Selanjutnya diukur Optical Density OD warna yang dihasilkan akibat percampuran gula pereduksi dengan larutan DNS pada spektro dengan
λ = 540 nm. Nilai absorbansi yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam persamaan
linear dari kurva standar gula pereduksi. Tabel 6. Komposisi Reagen Asam dinitrosalisilic acid DNS
Bahan Jumlah NaOH padat
10 g KNa Tartrat
182 g Na
2
SO
3
10 g
DNS 10 g
Aquades 1000 ml
Pembuatan Prebiotik
Bakteri yang sudah diremajakan pada media agar-agar CMC bakteri selulolitik dan media agar-agar xilan bakteri xilanolitik diinokulasikan masing-
masing sebanyak tiga cockborer ke dalam 100 ml media cair CMC untuk bakteri selulolitik dan 100 ml media cair xilan untuk bakteri xilanolitik, kemudian diinkubasi
pada shaker incubator selama tiga hari. Masing-masing kultur sel diambil sebanyak 10 ml, kemudian dimasukkan ke dalam 100 ml media tongkol jagung 1 dan
diinkubasi pada shaker incubator selama 7 hari. Setelah diinkubasi, kemudian diinokulasikan pada media bervolume 10 liter media tongkol jagung 1, lalu
diinkubasi selama 10 hari menggunakan aerator. Supernatan yang diperoleh berupa prebiotik yang kemudian diukur
peningkatan gula pereduksi dengan metode DNS, kandungan total gula tongkol jagung diukur dengan metode fenol asam sulfat dan derajat polimerisasi dihitung
berdasarkan perbandingan antara total gula dengan gula pereduksi yang dihasilkan.
Setelah gula pereduksi dan gula total diukur, supernatan yang diperoleh dipekatkan dengan cara dididihkan dengan api kecil-sedang hingga tercapai densitas
yang tinggi pekat dan kental. Supernatan yang pekat kemudian diukur total gula dan gula pereduksi, agar mengetahui perubahan total gula yang terjadi. Setelah
diukur, supernatan yang dihasilkan dimasukkan ke dalam kantong plastik tahan panas, kemudian dimasukkan ke dalam freezer untuk mencegah menurunnya kualitas
prebiotik.Prebiotik yang dihasilkan sebanyak 1 liter dengan total gula setara 384,088 gram.Salah satu tahapan dalam pembuatan prebiotik, yaitu pemekatan dengan
metode pendidihan dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Proses Pembuatan Prebiotik
Pembuatan Pakan
Total pakan perlakuan prebiotik yang dibuat untuk 30 ekor selama lima hari perlakuan adalah 22,5kg 7500 g untuk masing-masing perlakuan pakan atau 750 g
untuk masing-masing ayam. Prebiotik yang dicampurkan sebanyak 2,5 sehingga prebiotik yang diperlukan sebanyak 187,5 gram atau 48,82 dari total volume
prebiotik sebanyak 1000 ml. Dari angka tersebut, volume prebiotik yang dicampurkan ke dalam ransum adalah sebanyak 488,2 ml atau setara dengan 187,5
gram prebiotik xilooligosakarida. Prebiotik tersebut dicampurkan langsung pada saat proses pembuatan ransum.
Pakan untuk perlakuan penelitian dicampur dengan menggunakan tangan.Seluruh bahan yang ada kecuali antibiotik bambermycin dan prebiotik
dicampurkan menjadi satu.Setelah itu, pakan yang telah jadi dibagi menjadi tiga, untuk perlakuan kontrol, bambermycin dan prebiotik.Pakan tanpa penambahan
bambermycin atau prebiotik, digunakan sebagai pakan kontrol. Pada perlakuan antibiotik, pakan yang sebelumnya telah dibuat ditambahkan bambermycin sebanyak
0,05 dan dicampurkan hingga rata. Penggunaan dosis antibiotik bambermycin
sebanyak 0,05 adalah dosis pencegahan terhadap infeksi bakteri, diharapkan dengan pemberian antibiotik dosis tersebut dapat membantu memulihkan kondisi
ayam broiler pasca infeksi E. coli. Untuk perlakuan prebiotik, supernatan yang telah pekat kental dicampurkan
ke pakan. Karena kadar air dalam pakan perlakuan prebiotik masih tinggi akibat kandungan air dalam prebiotik, pakan dimasukkan ke dalam oven 60°C selama 2-3
hari hingga kadar air pakan menurun.
Persiapan Kandang Metabolis
Sebelum penelitian dimulai, kandang metabolis dan peralatan yang digunakandibersihkan dan disucihamakan. Ayam-ayam yang akan digunakan dalam
percobaan ini diistirahatkanuntuk masa prelim sebelum perlakuan diberikan. Sebelum ayam ditempatkan dalam kandang metabolis, ayam ditimbang untuk
mengetahui bobot badan awal.Kemudian ayam terlebih dahulu dipuasakan selama 24 jam dari ransum untuk mengosongkan isi saluran pencernaan, sehingga ekskreta
yang dihasilkan pada saat koleksi seluruhnya berasal dari pakan perlakuan yang diberikan setelah proses pemuasaan. Air minum diberikan ad libitum.Lima ekor
ayam dipuasakan kembali untuk mendapatkan nilai energi dan nitrogen endogenus.
Tahap Pelaksanaan Percobaan
Infeksi E.coli dilakukan pada umur satu minggu. Infeksi E.coli dilakukan secara dicekok langsung pada ayam broiler dengan dosis 10
6
cfuml cfu: colony forming unit sebanyak 100µm. Penantangan E. coli diberikan kepada15 ayam
broiler yang dibagi ke dalam 3 perlakuan, masing-masing terdiri dari 5 ulangan dan setiap ulangan menggunakan 1 ekor ayam.
Ayam ditimbang untuk mengetahui bobot awal sebelum puasa, kemudian ayam dipuasakan selama 24 jam dan air minum tetap diberikan untuk ayam
endogenus, dipuasakan selama 2 x 24 jam.Setelah masa pemuasaan, ayam broiler diberikan ransum sesuai perlakuan sebanyak 150 ghariekor dan air minum ad
libitum selama lima hari. Selama perlakuan, ekskreta disemprot H
2
SO
4
konsentrasi rendah 0,01 N setiap beberapa jam sekali untuk mengikat N agar tidak menguap.
Setelah 24 jam, ekskreta basah dari setiap perlakuan, baik perlakuan kontrol, antibiotik, prebiotik termasuk perlakuan untuk pengukuran energi endogenus yang
diperoleh, dimasukkan ke plastik untuk kemudian ditimbang dan dimasukkan ke dalam freezer untuk mencegah aktivitas dekomposisi oleh mikroorganisme.
Kolekting ekskreta ini dilakukan selama lima hari.
Analisis Ekskreta
Setelah diambil dari freezer, ekskreta dibiarkan dalam suhu ruangan sampai mencair proses thawing kemudian dikeringkan dalam oven bersuhu 60°C selama
kurang lebih 24-48 jam. Ekskreta yang telah kering dihaluskan dengan menggunakan blender sehingga bentuk fisiknya halus seperti tepung. Analisis kandungan energi
bruto ekskreta dan ransum perlakuan dilakukan dengan menggunakan bom kalorimeter oksigen, sedangkan analisis kandungan nitrogen menggunakan metode
Kjeldahl.
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi pakan, konsumsienergi, ekskresi energi, konsumsi nitrogen, ekskresi nitrogen, retensi
nitrogen, energi metabolis semu EMS, energi metabolis murni EMM, energi metabolis semu terkoreksi N EMSn, energi metabolis murni terkoreksi NEMMn.
1. Konsumsi Pakan