Pengaruh Pemberian Prebiotik Dari Tongkol Jagung Terhadap Retensi Nitrogen Dan Energi Metabolis Ransum Ayam Broiler Pasca Infeksi Bakteri Escherichia Coli.

(1)

PENGARUH PEMBERIAN PREBIOTIK DARI TONGKOL

JAGUNG TERHADAP RETENSI NITROGEN

DAN ENERGI METABOLIS RANSUM

AYAM BROILER PASCA INFEKSI

BAKTERI

Escherichia Coli

.

SKRIPSI KRISNA ANINDYKA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011


(2)

RINGKASAN

KRISNA ANINDYKA. D24060714. Pengaruh Pemberian Prebiotik dari Tongkol Jagung terhadap Retensi Nitrogen dan Energi Metabolis Ransum Ayam Broiler Pasca Infeksi Bakteri Escherichia coli. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan

Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama: Dr. Ir. Sumiati, M.Sc

Pembimbing Anggota: Ir. Kukuh Budi Satoto, MS

Tongkol jagung merupakan salah satu limbah padat yang dihasilkan industri pengolahan jagung. Produksi tongkol jagung Indonesia termasuk cukup tinggi, hingga mencapai 6.739.800 ton. Jumlah tersebut sebagian digunakan sebagai pakan ternak ruminansia dan sebagian kecil untuk penggunaan lainnya. Produk hidrolisis xilan berupa xilooligosakarida yang terdapat dalam tongkol jagung telah dikembangkan sebagai komponen prebiotik. Komponen prebiotik inilah yang diharapkan dapat menggantikan peran antibiotik dalam aplikasi kehidupan peternakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan prebiotik yang berasal dari tongkol jagung terhadap nilai energi metabolis ransum ayam broiler yang diinfeksi bakteri Escherichia coli.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap berpola faktorial 3x2, faktor pertama terdiri dari tiga perlakuan yaitu kontrol, prebiotik, dan antibiotik, sedangkan faktor kedua terdiri dari dua perlakuan yaitu tanpa dan dengan infeksi E. coli, masing-masing sebanyak lima ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah K1: Ayam tidak diinfeksi E. coli, diberi ransum basal; B1: Ayam tidak diinfeksi E. coli,

diberi ransum + antibiotik Bambermycin 0,05%; P1: Ayam tidak diinfeksi E. coli, diberi ransum + prebiotik 2,5%; K2: Ayam diinfeksi E.coli, diberi ransum basal; B2: Ayam diinfeksi E.coli, diberi ransum + antibiotik Bambermycin 0,05%; P2: Ayam diinfeksi E. coli, diberi ransum + prebiotik 2,5%. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel dan Torrie, 1993) untuk mengetahui perbedaan rataan peubah pada masing-masing perlakuan. Peubah yang diamati adalah konsumsi energi, ekskresi energi, konsumsi nitrogen, ekskresi nitrogen, retensi nitrogen, energi metabolis semu, energi metabolis murni, energi metabolis semu terkoreksi nitrogen, dan energi metabolis murni terkoreksi nitrogen.

Hasil analisis konsumsi nitrogen menunjukkan bahwa pemberian prebiotik pada ransum berpengaruh sangat nyata menurunkan jumlah konsumsi nitrogen (P<0,01) dengan rataan konsumsi nitrogen perlakuan prebiotik sebesar 14,02±2,17 g, antibiotik 17,16±1,46 g dan kontrol 19,29±2,16 g. Retensi nitrogen dalam satuan gram pada perlakuan faktor pertama (perlakuan pakan) memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01). Pada perlakuan prebiotik, retensi nitrogen berada pada nilai rataan terendah sebesar 11,29±1,52 g kemudian antibiotik sebesar 13,85±2,69 g dan kontrol berada di nilai rataan tertinggi sebesar 16,14±1,58 g.

Konsumsi energi, ekskresi energi, ekskresi nitrogen dan retensi nitrogen dalam satuan persen tidak dipengaruhi perlakuan. Pada peubah konsumsi energi, ekskresi energi dan ekskresi nitrogen, pemberian perlakuan infeksi E. coli

menunjukkan kecenderungan menurunkan nilai rataan antara sebelum dan sesudah perlakuan infeksi dan perlakuan prebiotik menunjukkan nilai rataan terendah, disusul


(3)

perlakuan kontrol dan antibiotik. Pemberian prebiotik 2,5% pada ayam yang sebelumnya diinfeksi E. coli meningkatkan persentase retensi nitrogen, yaitu dari 77,73±10,57 % menjadi 83,74±3,49 %.

Infeksi E. coli nyata meningkatkan EMS, EMM, EMSn (P<0,05) dan EMMn (P<0,01) bila dibandingkan dengan perlakuan tidak diinfeksi E. coli.Interaksi antara perlakuan faktor pertama dan faktor kedua menunjukkan perbedaan secara nyata (P<0.05) pada peubah EMS, EMM, EMSn dan EMMn. Interaksi antara prebiotik

dan E. coli secara nyata dapat meningkatkan EMS, EMM, EMSn dan EMMn

(P<0,05) dengan nilai pada peubah EMS sebesar 3251,3±100,2 kkal/kg, EMM sebesar 3341,6±92,3 kkal/kg, EMSn sebesar 3042,7±95,6 kkal/kg dan EMMn sebesar 3133±87,5 kkal/kg. Interaksi antara prebiotik dan tanpa E. coli secara nyata menurunkan EMS, EMM, EMSn dan EMMn (P<0,05) dengan nilai pada peubah EMS sebesar 3041,4±73,7 kkal/kg, EMM sebesar 3133,9±76 kkal/kg, EMSn sebesar 2847,8±52,3 kkal/kg dan EMMn sebesar 2940,3±52,7 kkal/kg.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian prebiotik cukup efektif dalam meningkatkan EMS, EMM, EMSn dan EMMn ransum pada ayam yang diinfeksi E. coli.


(4)

ABSTRACT

The Effect of Feeding Corncob Prebiotic on Nitrogen Retention and Metabolizable Energy of Broiler Diet Post-Infected with Escherichia coli

Bacteria

K. Anindyka, Sumiati, and K. B. Satoto

An experiment has been conducted to study the effect of feeding corncob prebiotic on nitrogen retention and metabolizable energy of broiler diet post-infected with

Escherichia coli bacteria. Thirty broiler chickens at five week of age were used in

this experiment and divided into six treatment groups and each consisted of five replications. The treatments were K1 (basal diet, non infected E. coli), K2 (basal diet, infected E. coli), P1 (basal diet + prebiotic 2.5%, non infected E. coli), P2 (basal diet + prebiotic 2.5%, infected E. coli), B1 (basal diet + antibiotic 0.05%, non infected E. coli), B2 (basal diet + antibiotic 0.05%, infected E. coli). The diets contained 3150 kcal/kg ME and 18% crude protein according to Leeson and Summers (2005). Antibiotic used in this experiment was Bambermycin. A Completely Randomized Factorial Design was used in this experiment and Duncan’s multiple range test used as further test. Adding prebiotics in the diet of broilers infected with E. coli

significantly (P<0.05) increased metabolizable energy. Adding prebiotics in the diet of broilers significantly (P<0.01) decreased nitrogen consumption and nitrogen retention. The conclusion of this study is that prebiotics supplementation in the diet of broiler improved on metabolizable energy.


(5)

PENGARUH PEMBERIAN PREBIOTIK DARI TONGKOL JAGUNG TERHADAP RETENSI NITROGEN DAN ENERGI METABOLIS

RANSUM AYAM BROILER PASCA INFEKSI BAKTERI Escherichia Coli

KRISNA ANINDYKA D24060714

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011


(6)

Judul : Pengaruh Pemberian Prebiotik dari Tongkol Jagung terhadap Retensi Nitrogen dan Energi Metabolis Ransum Ayam Broiler Pasca Infeksi Bakteri Escherichia coli

Nama : Krisna Anindyka NIM : D24060714

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

(Dr. Ir. Sumiati, M.Sc.) (Ir. Kukuh Budi Satoto, MS) NIP. 19611017 198603 2 001 NIP. 19490118 197603 1 001

Mengetahui: Ketua Departemen, Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

(Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr) NIP. 19670506 199103 1 001


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 18 Maret 1989 di Jakarta. Penulis adalah anak tunggal dari pasangan Bapak H. Wisnu Yudho, AAAi.J dan Ibu Hj. Atika Iskandar.

Pendidikan formal penulis dimulai sejak Taman Kanak-kanak (TK) di TK Islam Al-Hidayah Jakarta pada tahun 1994, dilanjutkan dengan pendidikan dasar di SDN Tebet Barat 05 Pagi Jakarta hingga tahun 2000. Pendidikan menengah diselesaikan di SLTPN 73 Jakarta pada tahun 2003 dan penulis melanjutkan pendidikannya di SMAN 3 Jakarta konsentrasi Sains (IPA) hingga tahun 2006.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2006 atau angkatan ke-43 dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan pada tahun 2007. Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis pernah aktif sebagai penyiar dan produser program radio di 107,7 Agri FM Bogor selama 2006-2007. Penulis juga aktif di organisasi kemahasiswaan, sebagai ketua Divisi Seni dan Budaya (DSB) di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan (BEM FAPET) selama 2007-2008, ketua umum Himpunan Profesi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER) pada 2008-2009, ketua umum Paduan Suara Mahasiswa Fakultas Peternakan (PSM-FAPET) Graziono Symphonia pada 2007-2009 dan mengikuti berbagai kepanitiaan di Fakultas Peternakan IPB, baik sebagai Organizing Committee ataupun Steering

Committee.

Selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Peternakan IPB, penulis ditunjuk sebagai asisten praktikum untuk mata kuliah Fisiologi Nutrisi pada semester genap 2010. Penulis juga merupakan salah satu penerima beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) dari DIKTI pada tahun 2007-2009.


(8)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah selalu ditujukan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya serta junjungan Nabi Muhammad SAW sehingga skripsi ini terselesaikan. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Pemberian Prebiotik dari Tongkol Jagung terhadap Retensi Nitrogen dan Energi Metabolis Ransum Ayam Broiler Pasca Infeksi Bakteri Escherichia coli” di bawah bimbingan Dr. Ir. Sumiati, M.Sc., dan Ir. Kukuh Budi Satoto, MS. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2009 hingga April 2010 di Laboratorium Bioteknologi Hewan Pusat Antar Universitas dan Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian yang mendasari skripsi ini dilakukan dengan harapan bahwa prebiotik yang terbuat dari tongkol jagung dapat menggantikan peran antibiotik dalam peternakan ayam broiler. Semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya serta untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan pembangunan peternakan Indonesia. Amin.

Bogor, April 2011


(9)

DAFTAR ISI Halaman i iii iv v vi vii viii x xi xii 1 1 2 3 3 4 5 8 10 12 14 14 14 14 14 16 16 16 16 16 17 18 18 RINGKASAN... ABSTRACT ... LEMBAR PERNYATAAN ... LEMBAR PENGESAHAN ... RIWAYAT HIDUP ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... PENDAHULUAN ... Latar Belakang ... Tujuan ... TINJAUAN PUSTAKA ... Bakteri Escherichia coli... Prebiotik ... Bahan Baku Prebiotik ... Antibiotik ...

Energi Metabolis ... Retensi Nitrogen ... MATERI DAN METODE ...

Lokasi dan Waktu ... Materi ... Prebiotik ... Pakan ... Ternak ... Kandang ...

Bahan dan Peralatan Lain ... Metode ...

Rancangan dan Analisis Data ... Penyiapan Bahan Prebiotik ... Peremajaan Isolat dan Penyiapan Inokulum ... Pemilihan Isolat Berdasarkan Derajat Polimerisasi ...


(10)

19 20 20 21 22 22 23 23

26 26 26 29 30 34 35 36 40 Penentuan Total Gula ...

Penentuan Gula Pereduksi Metode DNS ... Pembuatan Prebiotik ... Pembuatan Pakan ...

Persiapan Kandang Metabolis ... Tahap Pelaksanaan Percobaan ... Analisis Ekskreta ...

Peubah Diamati ...

HASIL DAN PEMBAHASAN ... Hasil Pembuatan Prebiotik ... Konsumsi, Ekskresi dan Retensi Nitrogen ... Konsumsi dan Ekskresi Energi ... Energi Metabolis ... KESIMPULAN... UCAPAN TERIMA KASIH ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

7 15 15

18 19 20

27 30 31 1. Kandungan Serat Prebiotik dalam 100 gram Bahan Makanan dan

Jumlah yang Dibutuhkan Untuk Mendapatkan 6 gram Prebiotik .... 2. Komposisi Bahan Pakan dalam Ransum Basal ... 3. Kandungan Zat Makanan dalam Ransum Penelitian ... 4. Komposisi Media Agar-agar Xilan, Media Agar-agar CMC dan

Media Tongkol Jagung ... 5. Data Optimum Kombinasi Isolat Bakteri ... 6. Komposisi Reagen Asam dinitrosalisilic acid (DNS) ... 7. Rataan Nilai Konsumsi, Ekskresi dan Retensi Nitrogen Ransum

Perlakuan ... 8. Rataan Konsumsi dan Ekskresi Energi Ransum Perlakuan ... 9. Rataan Nilai Energi Metabolis Ransum Perlakuan ...


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

DAFTAR GAMBAR

3 3 6 7 9 11 21 1. Bakteri E. coli...

2. Koloni Bakteri E. coli ...

3. Bahan Baku Prebiotik ... 4. Struktur Kimia Xilan ... 5. Cara kerja antibiotik ... 6. Skema Energi ... 7. Proses Pembuatan Prebiotik ...


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

DAFTAR GAMBAR

41 41 41 42 42 42 43 43 43 44 44 45 45 46 46 47 47 1. Anova Konsumsi Pakan ... 2. Anova Konsumsi Energi ... 3. Anova Ekskresi Energi ... 4. Anova Konsumsi Nitrogen ... 5. Anova Uji Lanjut Konsumsi Nitrogen ... 6. Anova Ekskresi Nitrogen ... 7. Anova Retensi Nitrogen (g) ... 8. Anova Uji Lanjut Retensi Nitrogen (g) ... 9. Anova Retensi Nitrogen (%) ... 10. Anova Energi Metabolis Semu ... 11. Anova Uji Lanjut Energi Metabolis Semu ... 12. Anova Energi Metabolis Murni ... 13. Anova Uji Lanjut Energi Metabolis Murni ... 14. Anova Energi Metabolis Semu Terkoreksi Nitrogen ... 15. Anova Uji Lanjut Energi Metabolis Semu Terkoreksi Nitrogen ... 16. Anova Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen... 17. Anova Uji Lanjut Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen ...


(14)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terbilang cukup tinggi, yakni sebesar 1,49%.Hal ini memicu meningkatnya kebutuhan pangan serta kebutuhan protein penduduk Indonesia, terutama yang berasal dari hewan. Ayam broiler diharapkan menjadi solusi alternatif dalam menghadapi kebutuhan pangan dan protein hewani yang terus meningkat. Kelemahan ayam broiler antara lain tingginya angka kematian (mortalitas) yang bisa disebabkan berbagai hal, antara lain tingkat stress dan penyakit. Keunggulan ayam broiler ini adalah pertumbuhannya yang sangat cepat, karena dalam waktu sekitar empat hingga lima minggu sudah siap untuk dipotong. Namun cepatnya pertumbuhan ayam broiler juga harus diimbangi dengan kuantitas pakan yang diberikan, angka konversi (FCR, feed convertion ratio) pada ayam broiler strain Cobb berkisar1,6-1,8. Semakin tinggi angka konversi, dapat berimplikasi pada semakin tingginya biaya manajemen, karena dibutuhkan pakan yang lebih banyak dan waktu pemeliharaan yang lebih lama untuk mencapai bobot panen yang diinginkan. Hal ini bisa disebabkan berbagai hal, antara lain faktor eksternal ternak berupa suhu kandang, manajemen perkandangan, sanitasi kandang, serta faktor internal ternak berupa adanya bakteri patogen dalam jumlah yang besar.

Untuk menekan angka konversi akibat adanya bakteri patogen, banyak peternak yang masih menggunakan antibiotik.Antibiotik seringkali digunakan untuk menanggulangi penyakit ternak yang diakibatkan oleh bakteri, contohnya adalah kolibasilosis.Kolibasilosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri E. coli yang umumnya menyerang saluran pencernaan dan menyebabkan gangguan penyerapan zat makanan.Pada ayam broiler, kolibasilosis menyebabkan kematian yang terjadi selama periode pemeliharaan dan perolehan bobot panen yang rendah.Antibiotik yang biasa digunakan dalam ransum ayam broiler untuk mencegah kolibasilosis adalah bambermycin.Selama antibiotik itu diberikan dalam jumlah yang sesuai dan pemberiannya dihentikan selama beberapa hari sebelum ternak dipotong, hal tersebut tidak membahayakan bagi ternak maupun bagi manusia yang mengkonsumsinya.Akibat kurangnya pengetahuan, sebagian besar peternak memberikan antibiotik dalam jadwal pemberian yang tak teratur serta dosis yang


(15)

berlebihan. Hal ini menyebabkan bakteri patogen menjadi resisten dan produk ternak mengandung residu antibiotik.

Cara alternatif yang bisa digunakan untuk menggantikan peran antibiotik adalah dengan menggunakan prebiotik. Penggunaan prebiotik yang salah satunya berasal dari tongkol jagung diharapkan dapat menggantikan peran antibiotik.Tongkol jagung merupakan salah satu limbah padat yang dihasilkan industri pengolahan jagung.Limbah tersebut biasanya tidak dipergunakan lagi ataupun nilai ekonominya sangat rendah.Tongkol jagung mengandung 40% selulosa, 36% hemiselulosa, 16% lignin dan 8% bahan lainnya. Produk hidrolisis xilan berupa xilooligosakarida yang terdapat dalam tongkol jagung telah dikembangkan sebagai komponen prebiotik.

Prebiotik memiliki fungsi dalam meningkatkan jumlah dan/atau aktivitas dari

Bifidobacteriadan Lactobacillus.Keutamaan kelompok bakteri ini adalah memberi

dampak menguntungkan bagi inang, khususnya dalam memperbaiki pencernaan dan meningkatkan kekuatan sistem imun.Diharapkan energi metabolis ransum dapat meningkat akibat dari sistem pencernaan yang lebih baik karena peran prebiotik.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruhpenambahan antibiotik dan prebiotik terhadap retensi nitrogen dan energi metabolis dalam ransum ayam broiler yang diinfeksi E. coli


(16)

TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Escherichia coli

Escherichia coli adalah jenis spesies dari Escherichia yang merupakan genus

dari famili Enterobacteriaceae yang terdiri dari organisme yang bisa tumbuh secara aerobik atau anaerobik dan mampu menggunakan karbon sederhana serta sumber nitrogen. Pada media inkubasi agar dengan suhu 37ºC selama 24 jam, koloni

Escherichia coli menunjukkan sifat cembung, halus dan tak berwarna (Saif, 2003).

Penampakan bakteri Escherichia coli dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Sumber: http://en.wikipedia.org/e-coli

Gambar 1. Bakteri E. coli

Sumber: http://en.wikipedia.org/e-coli

Gambar 2. Koloni Bakteri E. coli

Escherichia coli (umumnya disingkat menjadi E. coli) adalah bakteri

gram-negatif yang berbentuk seperti batang, umumnya ditemukan di bagian akhir usus besar pada organisme berdarah panas.Umumnya strain E. coli tidak berbahaya, namun beberapa strain dapat mencemari makanan secara berat dan kadangkala bertanggung jawab pada penarikan produk oleh produsen (CDC, 2007; Vogt dan Dippold, 2005). Bakteri E. coli umumnya menyerang saluran pencernaan dan


(17)

menyebabkan gangguan penyerapan zat makanan (Baumgart et al., 2007).Strain yang tidak berbahaya (seperti kebanyakan strain E. coli) adalah bagian dari flora normal di usus dan dapat memberi efek menguntungkan dengan memproduksi vitamin K2, dan mencegah perkembangbiakan dari bakteri patogenik di dalam usus

(Hudault et al., 2001; Reid et al., 2001). Contoh strain yang berbahaya adalah O157:H7 (Vogt dan Dippold, 2005).

Bakteri E. coli seringkali ditemukan di perairan dan keberadaannya digunakan untuk mendeteksi kontaminasi feses, tetapi keberadaan E. coli tidak selalu diakibatkan oleh limbah manusia.E. coli dapat ditemukan di semua hewan berdarah panas, seperti burung dan mamalia dan juga ikan dan kura-kura.Tanah dan pasir juga menjadi habitat E. coli (CDC, 2007).

Keberadaan bakteri patogen, mikotoksin, organisme dan toksin tanaman dapat memperlambat perkembangan vili dan mikrovili usus pada usia awal broiler (Leeson dan Summers, 2005). Enteropathogenic Escherichia coli (EPEC) bertanggungjawab sebagai agen penyebab diare pada manusia, kelinci, anjing, kucing dan kuda.Enteropathogenic Escherichia coli secara moderat bersifat menyerang (memasuki sel inang) dan mengakibatkan respon yang merugikan (Todar, 2007).Beberapa strain dari E. coli mensekresikan racun yang dapat mengganggu kesetimbangan air dalam saluran pencernaan dan mengakibatkan diare (Leeson dan Summers, 2005).AktivitasE. coli dapat ditekan dengan penggunaan antibiotik, diantaranya bambermycin (Blood et al., 2007).

Prebiotik

Prebiotik adalah suatu bahan makanan yang tidak dapat dicerna dan memberikan manfaat positif bagi tubuh karena secara selektif menstimulir pertumbuhan dan aktivitas bakteri baik dalam usus besar. Prebiotik merupakan bahan pakan berupa serat tidak dapat dicerna oleh ternak berperut tunggal (monogastrik)seperti ayam atau babi.Konsumsi bahan prebiotik secara signifikan dapat memodulasi komposisi mikroflora kolon yang menyebabkan Bifidobacteria

lebih dominan dan banyak ditemukan dalam feses(Gibson dan Roberfroid, 1995; Roberfroid, 2000).Beberapa contoh dari prebiotik adalah inulin, oligosakarida, galaktooligosakarida, laktulosa, laktosukrosa, isomaltaso-oligosakarida,


(18)

trans-galaktooligosakarida, fruktooligosakarida, glukooligosakarida, soy-oligosakarida dan xilooligosakarida (Tamime, 2005; Roberfroid, 2007).

Definisi prebiotik tidak menitikberatkan pada grup bakteri tertentu secara spesifik.Prebiotik diasumsikan dapat meningkatkan jumlah dan/atau aktivitas dari

Bifidobacteriadan bakteri asam laktat (Lactobacillus).Salah satu pentingnya dari

bakteri tersebut adalah efek menguntungkan yang ditimbulkan bagi inang, khususnya dalam memperbaiki kecernaan (termasuk meningkatkan penyerapan mineral) dan keefektifan serta kekuatan dari sistem kekebalan (Coxam, 2007; Seifert dan Watzl, 2007).

Prebiotik dalam usus, terutama usus besar yang difermentasi oleh bakteri probiotik akan menghasilkan berbagai produk asam lemak rantai pendek (shortchain

fatty acid/SCFA) dalam bentuk asetat, propionat, butirat, L-laktat, karbondioksida

dan hidrogen. Oleh tubuh, SCFA dapat dipakai sebagai sumber energi. Efek stimulasi selektif terhadap pertumbuhan bakteri probiotik terutama Bifidobacteria

dan Lactobacillusakan memberikan efek menguntungkan terhadap kesehatan, antara

lainmemperbaiki keluhan malabsorbsi laktosa, meningkatkan ketahanan alami terhadap infeksi di usus oleh kuman patogen Clostridium perfringen, Eschericia coli,

Salmonella, Shigella dan Listeria, sebagai supresi kanker, memperbaiki metabolisme

lipid, mengurangi kadar kolesterol darah, memperbaiki pencernaan, dan menstimulasi sistem gastrointestinal (Wardhanu, 2009).Tingginya jumlah

Bifidobacteria dalam saluran pencernaan dapat disebabkan oleh prebiotik khususnya

oligosakarida, karena tak dapat dicerna oleh enzim dalam usus halus dan tak bisa digunakan oleh kebanyakan mikroflora usus selain spesies probiotik, seperti

Bifidobacteriadan Propionibacteria (Hsu et al., 2004).Probiotik mempengaruhi daya

tahan inang terhadap infeksi usus sebaik fungsi sel imun (Roller et al., 2003).

Bahan Baku Prebiotik

Beberapa tumbuhan famili Compositae seperti Chicorium intibus (Chicory),

Inula helenium (elecampane), Taraxacum officinalis (dandelion) dan Helianthus

tuberosus (Jerusalem artichoke) diketahui menyediakan fruktan, fruktan (golongan

karbohidrat inulin) adalah polimer yang mengandung gugus fruktosa dengan ikatan glikosidik (Roberfroid, 2000).Selain itu bahan lainnya yang mengandung inulin


(19)

adalah bawang merah, asparagus, bawang daun, bawang putih, globe artichoke, pisang, gandum, rye, dan barley (Tungland, 2000).

Tongkol jagung merupakan salah satu limbah padat yang dihasilkan industri pengolahan jagung.Limbah tersebut biasanya tidak dipergunakan lagi ataupun nilai ekonominya sangat rendah.Umumnya tongkol jagung dipergunakan sebagai pakan ternak sapi, ataupun di daerah pedesaan tongkol jagung ini dapat dimanfaatkan sebagai obat diare (Aguirar, 2001; Suprapto dan Rasyid, 2002).Contoh bahan-bahan yang mengandung prebiotik dapat dilihat pada Gambar 3.

Keterangan: 1. Tongkol Jagung, 2. Dedak gandum (sumber: http://www.mdidea.com), 3. Tepung

gandum (sumber: http://www.foodsubs.com), 4. Gandum hitam (sumber: http://www1.agric.gov.ab.ca), 5. Bawang (sumber: http://i590.photobucket.com). 6.

Bawang yang telah dimasak (sumber: http://www.jeenaskitchen.com), 7. Umbi

chicory (sumber: http://www.praeventia.ca), 8. Asparagus (sumber: http://tio-geo.com), 9. Daun bawang (sumber: http://creoleindc.typepad.com), 10. Jerusalem artichoke (sumber: http://www.organicgardeninfo.com),11. Bawang putih (sumber: http://www.bellybytes.com), 12. Elecampane (sumber:

http://dictionary.medievalcookery.com), 13. Pisang (sumber:

http://cepsalse.blogdetik.com),14. Barley(sumber: http://www.freefoto.com/images), 15. Dandelion muda(sumber: http://graphics8.nytimes.com), 16. Globe artichoke (sumber: http://www.gardening-tools-direct.co.uk)

Gambar 3. Bahan Baku Prebiotik

Tanaman jagung termasuk jenis tanaman pangan yang diketahui banyak mengandung serat kasar dimana tersusun atas senyawa kompleks lignin, hemiselulose dan selulose (lignoselulose), dan masing-masing merupakan senyawa-senyawa yang potensial dapat dikonversi menjadi senyawa-senyawa lain secara biologi (Suprapto dan Rasyid, 2002). Tongkol jagung mengandung 40% selulosa, 36% hemiselulosa, 16% lignin dan 8% bahan lainnya. Produk hidrolisis xilan berupa xilooligosakarida yang terdapat dalam tongkol jagung telah dikembangkan sebagai


(20)

komponen prebiotik xilooligosakarida (Huda, 2007).Struktur kimia xilan dapat dilihat pada Gambar 4.

Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/File:Xylan.svg

Gambar 4. Struktur Kimia Xilan

Xilooligosakarida adalah oligomer gula yang disusun dari unit-unit xilosa. Xilooligosakarida dapat digunakan sebagai bahan pangan, kosmetik, farmasi atau produk pertaniandan dapat ditemukan di buah-buahan, sayuran, bambu, madu, susu ataupun bahan yang kaya xilan lainnya (Alonsoet al., 2003).

Kandungan serat prebiotik dalam beberapa bahan (dibandingkan dengan 100 persen bobot bahan) dan jumlah bahan yang dibutuhkan untuk mendapat 6 gram prebiotik, disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Serat Prebiotik dalam 100 gram Bahan Makanan dan Jumlah yang Dibutuhkan Untuk Mendapatkan 6 gram Prebiotik

Nama Bahan Kandungan serat prebiotik (per

100 g bahan)

Jumlah yang diperlukan untuk mendapat 6 gram prebiotik

Umbi chicory (mentah) 64,6 g 9,3 g

Jerusalem artichoke (mentah) 31,5 g 19 g

Dandelion muda (mentah) 24,3 g 24,7 g

Bawang putih (mentah) 17,5 g 34,3 g

Daun bawang (mentah) 11,7 g 51,3 g

Bawang (mentah) 8,6 g 69,8 g

Bawang (dimasak) 5 g 120 g

Asparagus (mentah) 5 g 120 g

Dedak gandum (mentah) 5 g 120 g

Tepung gandum utuh (dimasak) 4,8 g 125 g

Pisang (mentah) 1 g 600 g


(21)

Antibiotik

Antibiotik adalah sebuah substansi atau komponen yang membunuh bakteri atau menghambat pertumbuhannya, digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan mikroorganisme, termasuk jamur dan protozoa (Ledingham dan Warrell, 2000).Antibiotik awalnya lebih dikenal dengan istilah antibiosis, antibiotik adalah sejenis obat yang bereaksi melawan bakteri (Schwalbe et al., 2007). Antibiotik pertama kali dideskripsikan berkaitan dengan bakteri pada tahun 1877, pada saat Louis Pasteur dan Robert Koch meneliti tentang bakteri yang hidup bebas di udara terbuka dapat menghambat pertumbuhan Bacillus anthracis, dan obat ini di kemudian hari dinamakan antibiotik oleh Selman Waksman, seorang ahli mikrobiologi Amerika (Schwalbe et al., 2007).

Kemajuan yang pesat dalam kimia kedokteran mengakibatkan kebanyakan antibiotik terbuat dari bahan semi-sintetis (komponen asli terdapat di alam, yang dimodifikasi secara kimia).Beberapa antibiotik masih diproduksi dan diisolasi dari organisme hidup seperti golongan aminoglikosida, dan lainnya dibuat dari bahan sintetik murni yaitu golongan sulfonamida, quinolones dan oxazolidinones.Antibiotik dapat dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan efek yang ditimbulkan terhadap mikroorganisme, bagi antibiotik yang membunuh bakteri adalah bactericidal agents, sedangkan yang menghambat tumbuhnya bakteri dikenal sebagai bacteriostatic


(22)

Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/87/Antibiotics_action.png/645px Antibiotics_action.png

Gambar 5. Cara kerja antibiotik

Penggunaan antibiotik memiliki efek antara lain: (1) Antibiotik dapat mencegah penyakit terutama dalam saluran pencernaan, (2) Antibiotik dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang menghasilkan amonia dalam jumlah besar, (3) Antibiotik dapat meningkatkan penyerapan nutrien (kalsium, fosfor dan magnesium) dan menghambat kerusakan nutrien (vitamin dan asam amino) oleh mikroorganisme, (4) Antibiotik dapat meningkatkan kemampuan absorbsi zat makanan dan meningkatkan efisiensi penggunaan ransum (Leeson dan Summers, 2001).


(23)

Energi Metabolis

Energi dibutuhkan untuk semua proses faali pada hewan, seperti pergerakan, pernafasan, peredaran darah, reproduksi dan sebagainya.Dalam lingkup sains fisik, energi ditujukan secara umum untuk melakukan kerja atau kegiatan apapun yang dapat dikonversikan menjadi kerja (Leeson dan Summers, 2001).Energi dimanifestasikan dalam berbagai bentuk: (1) mekanikal/kerja, (2) temperatur, (3) listrik, (4) cahaya, (5) nuklir, dan (6) molekuler; Kerja adalah satu-satunya (dari beberapa kegunaan energi dalam biologi), yang khusus terjadi pada hewan (Leeson dan Summers, 2001).

Nilai energi bahan pakan atau ransum dapat dinyatakan dalam bentuk energi bruto, energi dapat dicerna, energi metabolis dan energi netto. Energi bahan pakan atau ransum dapat diserap oleh tubuh ayam, tetapi sebagian hilang melalui feses dan urin (NRC, 1994; Leeson dan Summers, 2001).

Energi metabolis adalah energi bruto bahan pakan atau ransum dikurangi energi bruto feses, urin dan gas yang dihasilkan selama proses pencernaan, tetapi pada unggas energi metabolis merupakan energi bruto bahan pakan atau ransum dikurangi dengan bruto ekskreta. Hal ini dikarenakan feses dan urin dari unggas menyatu (NRC, 1994). Energi metabolis telah menjadi standar umum dalam pengukuran dari ketersediaan energi pada ayam dan kebanyakan hewan ternak lain (Leeson dan Summers, 2001).

Dalam sistem energi metabolis, tidak seluruhnya energi yang terdapat dalam ekskreta berasal dari pakan, namun juga menunjukkan energi yang terdapat dari sel-sel usus, hormon, enzim dan urin endogenus yang ada dalam ekskreta unggas. Jika kehilangan energi non-pakan ini diukur dan jumlahnya diturunkan dari AME

(Apparent Metabolizable Energy), maka TME (True Metabolizable Energy) dapat

diturunkan. TME tidak dipengaruhi oleh asupan pakan, sedangkan AME akan menurun drastis pada saat asupan pakan sangat rendah. Pada saat asupan pakan rendah, energi metabolis feses dan urin endogenus dapat diasumsikan menyumbang energi ekskreta dalam jumlah besar (Leeson dan Summers, 2001).

Menurut Sibbald dan Wolynetz (1985), energi metabolis dapat dinyatakan dengan empat perubah, yaitu energi metabolis semu (EMS), energi metabolis murni (EMM), energi metabolis semu terkoreksi nitrogen (EMSn) dan energi metabolis


(24)

murni terkoreksi nitrogen (EMMn). EMS merupakan perbedaan antara energi pakan dengan energi feses dan urin, dimana pada unggas feses dan urin bercampur menjadi satu dan disebut ekskreta.Skema energi dapat dilihat pada Gambar 6.

Sumber: http://2.bp.blogspot.com/_49oqiNCqot8/Se1fiGVWLSI/AAAAAAAAABg/IKHZRGG-bO4/ s1600-h/Energi.JPG

Gambar 6. Skema Energi

EMSn biasanya paling banyak digunakan untuk memperkirakan nilai energi metabolis.EMM merupakan EMS yang dikoreksi dengan energi endogenus.Energi endogenus terdiri dari metabolic faecal dan endogenous urinary, berasal dari


(25)

katabolisme jaringan tubuh untuk kebutuhan hidup pokok pada saat dipuasakan dan sebagian lagi berasal dari produk akhir yang mengandung nitrogen.EMMn memiliki hubungan dengan EMM seperti halnya EMSn terhadap EMS (Wolynetz dan Sibbald, 1984).Nilai EMSn dan EMMn lebih rendah dari nilai EMS dan EMM. Perbedaan ini disebabkan karena EMSn dan EMMn memperhitungkan adanya konversi energi (faktor koreksi) yang berasal dari nitrogen sebesar 8,22 kkal/g yang keluar sebagai asam urat jika dioksidasi secara sempurna (Sibbald, 1980).

Retensi Nitrogen

Protein dalam bahan makanan termasuk zat-zat yang mengandung nitrogen. Oleh karena itu untuk mengetahui kandungan protein dari suatu bahan makanan, terlebih dahulu perlu ditentukan kandungan nitrogennya secara kimiawi (Anggorodi, 1984).Protein bahan makanan yang berkualitas baik akan meningkatkan pertambahan bobot badan untuk setiap unit protein yang dikonsumsi dibanding dengan protein yang berkualitas rendah (Scott et al., 1982). Perhitungan nilai kecernaan protein suatu bahan makanan menggunakan nilai retensi nitrogen. Retensi nitrogen merupakan jumlah konsumsi nitrogen dikurangi dengan jumlah nitrogen dalam feses dan urin (Sibbald, 1981). Banyaknya nitrogen yang diretensi dalam tubuh unggas akan mengakibatkan ekskreta mengandung sedikit nitrogen urin dan energi yang kecil dibandingkan dengan unggas yang tidak meretensi nitrogen (NRC, 1994).

Nilai energi termetabolis biasanya dikoreksi untuk retensi N untuk mengkonversi semua data ke dasar kesetimbangan N untuk tujuan perbandingan (Lopez dan Leeson, 2007).Menurut McDonald et al. (2002), dalam penentuan energi metabolis perlu dikoreksi terhadap jumlah retensi nitrogen karena kemampuan ternak dalam memanfaatkan energi bruto dan protein kasar sangat bervariasi.

Koreksi nitrogen digunakan untuk menjelaskan efek variabel pertumbuhan dan pertambahan kandungan protein tubuh pada unggas, retensi nitrogen pada telur, atau keduanya (Lopez dan Leeson, 2007).Nilai retensi nitrogen bervariasi untuk masing-masing unggas, tergantung dari kemampuan unggas untuk menahan nitrogen dalam tubuh unggas dan tidak dikeluarkan sebagai nitrogen dalam urin (Sibbald, 1981). Selain itu menurut NRC (1994), retensi nitrogen akan berbeda untuk setiap jenis ternak, umur dan faktor genetik yang berbeda. Hal ini didukung dengan


(26)

pendapat Wahju (1997) bahwa tidak semua protein yang masuk ke dalam tubuh dapat diretensi, tetapi tergantung kepada faktor genetik dan umur.


(27)

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi dan Biomedis Hewan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB (BTH-PPSHB) selama bulan Juli 2009 hingga Februari 2010 dan Laboratorium Nutrisi Unggas Fakultas Peternakan selama Maret-April 2010. Analisa energi bruto, kadar mineral Ca, P dan NaCl dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, sedangkan analisa bahan kering, kadar lemak, abu, protein kasar dan serat kasar dilakukan di Laboratorium Biologi Hewan Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor (PAU).

Materi Prebiotik

Bahan yang digunakan adalah tongkol jagung varietas SD3, isolat xilanolitik

(Streptomyces sp. 234P-16 asal Padang,Streptomyces costaricanus 45I-3 asal

Kalimantan yang merupakan koleksi isolat Dr. Ir. Yulin Lestari, Departemen Biologi) dan isolat selulolitik (Actinomyces sp. KBM 6, KBM 7 dan Bacillus sp. C5-1 yang merupakan koleksi Dr. Ir. Anja Meryandini, MS), isolat Escherichia coli

(EPEC K.1.1), hammer milldengan saringan berukuran 40 mesh, oven, shaker

incubator(merk Eberbach), sentrifuse (merk Jouan), spektrofotometer,

akuades,larutan NaOCl 1%, etanol 70%, asam dinitrosalisilat (DNS), fenol, asam sulfat (H2SO4), akuades, erlenmeyer, gelas ukur, magnetic stirrer, water heater,

refrigerator, galon air mineral, aerator dan alat-alat umum laboratorium lainnya.

Pakan

Pakan yang diberikan berupa: (1) Ransum basal yang terbuat dari jagung, dedak, bungkil kedelai, MBM, CPO, DCP, CaCO3, premix, DL-methionine, garam

dan L-lysine sebagai pakan kontrol, (2) Ransum basal + antibiotik bambermycin 0,05%, (3) Ransum basal yang ditambah prebiotik 2,5%.Pakan yang dibuat sebanyak 22,5 kg untuk tiga perlakuan. Komposisi bahan pakan dalam ransum basal disajikan dalam Tabel 2, sedangkan kandungan zat makanan (nutrien) dalam ransum penelitian (kontrol, prebiotik dan antibiotik) disajikan dalam Tabel 3.


(28)

Tabel 2. Komposisi Bahan Pakan dalam Ransum Basal

Bahan Pakan %

Jagung Dedak Bungkil kedelai MBM CPO DCP

Kalsium karbonat (CaCO3)

Premix DL-methionine Garam L-lysine 63,63 5,59 19,29 5 3,9 0,4 1 0,5 0,18 0,31 0,2 Jumlah 100

Tabel 3. Kandungan Zat Makanan dalam Ransum Penelitian

Kandungan Zat Makanan

Perlakuan Kontrol Bambermycin

(0,05%)

Prebiotik (2,5%)

Energi Brutoa (kkal/kg) 3922 3885 3959

Bahan keringb (%) 83,82 85,44 81,98

Abub (%) 5,24 4,71 6,06

Lemakb (%) 11,39 8,78 9,84

Protein kasarb (%) 23,86 20,19 18,94

Serat kasarb (%) 2,98 3,32 3,44

Caa (%) 1,36 1,3 1,33

Pa (%) 0,66 0,63 0,71

NaCla (%) 0,28 0,18 0,23

Keterangan:Hasil Analisis:a)Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan (2010) dan b) Laboratorium Biologi Hewan PAU (2010).

Ternak

Ternak yang digunakan adalah ayam broiler strain Cobb CP-707 sebanyak 35 ekor yang berumur 5 minggu, sebelumnya digunakan dalam penelitian pendahuluan dan telah diinfeksi E. coli pada umur satu minggu dengan dosis 106 cfu. Penelitian pendahuluan menggunakan tiga perlakuan yaitu kontrol, prebiotik dan antibiotik namun pemberian prebiotik hanya dilakukan sejak hari pertama pemeliharaan hingga


(29)

minggu kedua. Tiga puluh ekor ayam akan diberi ransum sesuai perlakuan, sedangkan lima ekor ayam digunakan untuk mengukur energi endogenus.

Kandang

Ayam broiler dipelihara di dalam 35 unit kandang metabolis yang berukuran 35x35x40cm. Tiap kandang dilengkapi peralatan pakan,wadah air minum dan alas plastik penampung ekskreta.

Bahan dan Peralatan lain

Bahan dan peralatan lain yang digunakan yaitu karung tempat ransum, gayung, ember, label, plastik untuk menampung ekskreta, oven 60°C, timbangan, H2SO4 0,01%, plastik tahan panas ukuran 2 kg dan 1 kg, plastik sampel untuk sampel

kering, sprayer, alumunium foil, spatula, freezer dan mortar.

Metode Rancangan dan Analisis Data

Penelitian ini terdiri atas enam perlakuan, yaitu: 1. K1 : Ayam tidak diinfeksi E. coli, diberi ransum basal

2. B1 : Ayam tidak diinfeksi E. coli, diberi ransum + antibiotik bambermycin 0,05%

3. P1 : Ayam tidak diinfeksi E. coli, diberi ransum + prebiotik 2,5% 4. K2 : Ayam diinfeksi E. coli, diberi ransum basal

5. B2 : Ayam diinfeksi E. coli, diberi ransum + antibiotik bambermycin 0,05% 6. P2 : Ayam diinfeksi E. coli, diberi ransum + prebiotik 2,5%

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial 3 x 2, dengan faktor pertama terdiri dari tiga perlakuan yaitu kontrol, antibiotik dan prebiotik, sedangkan faktor kedua terdiri dari dua perlakuan yaitu tanpa dan dengan infeksi E. coli. Masing-masing perlakuan sebanyak 5 ulangan. Model matematik yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk

Keterangan:


(30)

µ : Rataan umum dari masing-masing peubah akibat tanpa penambahan bakteri E. coli dan dengan penambahan E. coli dengan perlakuan kontrol, antibiotik dan prebiotik

αi : Pengaruh perlakuan tanpa penambahan E. coli terhadap perlakuan

kontrol, antibiotik dan prebiotik

βj : Pengaruh perlakuan dengan penambahan E. coli terhadap perlakuan

kontrol, antibiotik dan prebiotik

αβij : Pengaruh interaksi tanpa penambahan E. coli terhadap kontrol,

antibiotik, prebiotik dan dengan penambahan E. coli terhadap kontrol, antibiotik dan prebiotik

εijk : Galat akibat pengaruh tanpa penambahan E. coli terhadap perlakuan

kontrol, antibiotik dan prebiotikdan dengan penambahan E. coli

terhadap perlakuan kontrol, antibiotik dan prebiotik

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA) dan apabila terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan (Steel dan Torrie, 1997).

Penyiapan Bahan Prebiotik

Tongkol jagung dipotong kecil-kecil hingga berukuran 2x2 cm dan dikeringkan di bawah sinar matahari selama tujuh hari.Selanjutnya tongkol jagung tersebut digiling hingga berukuran 40 mesh.

Tepung tongkol jagung didelignifikasi dengan direndam dalam larutan NaOCl 1% selama 5 jam pada suhu ruang, kemudian tepung tongkol jagung dibilas dengan akuades. Tepung tongkol jagung disaring untuk diambil bagian padatannya yaitu tongkol jagung yang terdelignifikasi, kemudian dikeringkan di bawah matahari selama satu hari.

Peremajaan Isolat dan Penyiapan Inokulum

Isolat-isolat Streptomyces sp. seperti 45I-3 dan 234P-16 diremajakan dalam media agar-agar xilan (Tabel4), keduanya diinkubasi selama empat hingga enamhari pada suhu ruang hingga siap digunakan sebagai inokulum, sedangkanActinomyces sp. KBM 6, KBM 7 danBacillus sp. C5-1 diremajakan dalam media agar-agar CMC


(31)

(Carboxymethyl cellulose) (Tabel 4) selama 24-48 jam untuk Bacillus sp. dan empat hingga enam hari untuk Actinomyces sp.

Tabel 4. Komposisi Media Agar-agar Xilan, Media Agar-agar CMC dan Media Tongkol Jagung

Bahan Agar-agar Xilan Agar-agar CMC Tongkol Jagung (g)

---Xilan 0,5 - -

CMC - 1 -

Tongkol Jagung - - 1

MgSO4.7H2O - 0,02 0,02

KNO3 - 0,075 0,075

K2HPO4 - 0,05 0,05

FeSO4.7H2O - 0,002 0,002

CaCl2 - 0,004 0,004

EkstrakYeast 1 0,2 0,2

Agar 1,6 1,8 -

Glukosa - 0,1 0,1

Sukrosa 10,3 - -

Pemilihan Isolat Berdasarkan Nilai Derajat Polimerisasi

Isolat yang sudah diremajakan diinokulasikan ke dalam 100 ml media tongkol jagung 1% (Tabel 4) dengan kombinasi isolat selulolitik dan xilanolitik

(Bacillus sp. C5-1 dan Streptomyces sp. 234P-16, Actinomyces sp. KBM 6 dan

Streptomyces costaricanus45I-3, serta Actinomyces sp.KBM 7 dan Streptomyces

costaricanus 45I-3). Sebanyak 3 cockborer berukuran diameter 1 cm

masing-masing isolat (masing-masing-masing-masing KBM 6, KBM 7 dengan 45I-3 dan C5-1 dengan 234P-16) diinokulasikan ke dalam 100 ml media produksi dari tongkol jagung 1% (Tabel 4) dan diinkubasi diatas shaker incubator sesuai syarat optimumnya (Tabel 5).


(32)

Tabel 5. Data Optimum Kombinasi Isolat Bakteri

Kombinasi Bakteri Suhu Optimum pH Optimum Hari Optimum

C5-1 dan 234P-16 90°C 3,5 6

KBM 6 dan 45I-3 50°C 5,5 3

KBM 7 dan 45I-3 50°C 5,5 3

Ekstrak kasar xilanase dan selulase dipanen pada hari optimum dengan cara mensentrifugasi kultur dengan kecepatan 3000 rpm pada suhu 4ºC selama 25 menit. Supernatan (ekstrak kasar enzim) diukur aktivitasnya pada pH dan suhu optimum masing-masing isolat tersebut.

Aktivitas xilanase dan selulase diukur sebagai pembentukan gula pereduksi dengan menggunakan metode DNS. Kandungan total gula tongkol jagung dapat diukur dengan metode fenol asam sulfat dan derajat polimerisasi dihitung berdasarkan perbandingan antara total gula dengan gula pereduksi yang dihasilkan.

Enzim xilanase dan selulase yang dihasilkan dicampur dengan substrat tongkol jagung 1% (tongkol jagung sebanyak 1 gram yang dimasukkan ke dalam 100 ml buffer pH optimum enzim), dengan perbandingan konsentrasi enzim dan substrat yaitu 1:2,5, 1:5 dan 1:7,5. Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu optimum masing-masing kombinasi enzim. Selanjutnya kultur disentrifugasi untuk mendapat enzim ekstrak kasar dan diukur gula pereduksi, total gula dan derajat polimerisasi. Dari ketiga kombinasi tersebut dipilih satu kombinasi isolat yang memiliki derajat polimerisasi yang paling baik yaitu antara 2-20 untuk dibuat prebiotik.

Penentuan Total Gula

Penentuan total gula dilakukan dengan metode fenol-sulfat, yaitu mengambil 2 ml supernatan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 1 ml larutan fenol 5%, dikocok, dan ditambahkan 5 ml H2SO4 pekat. Selanjutnya larutan dibiarkan selama

10 menit, dikocok kembali dan diukur menggunakan spektrofotometer pada λ = 490 nm. Nilai absorbansi yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam persamaan linear dari kurva standar total gula.


(33)

Penentuan Gula Pereduksi Metode DNS

Penentuan Gula Pereduksi dilakukan dengan menggunakan metode Miller (1959) yang melibatkan terukurnya gula pereduksi oleh larutan DNS (Tabel 6). Metode DNS tersebut yaitu dengan cara mengambil 1 ml supernatan, setelah itu ditambah DNS sebanyak 1 ml, kemudian dilanjutkan pemanasan pada suhu 100°C selama 15 menit. Selanjutnya diukur Optical Density (OD) warna yang dihasilkan akibat percampuran gula pereduksi dengan larutan DNS pada spektro dengan λ = 540 nm. Nilai absorbansi yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam persamaan linear dari kurva standar gula pereduksi.

Tabel 6. Komposisi Reagen Asam dinitrosalisilic acid (DNS)

Bahan Jumlah

NaOH padat 10 g

KNa Tartrat 182 g

Na2SO3 10 g

DNS 10 g

Aquades 1000 ml

Pembuatan Prebiotik

Bakteri yang sudah diremajakan pada media agar-agar CMC (bakteri selulolitik) dan media agar-agar xilan (bakteri xilanolitik) diinokulasikan masing-masing sebanyak tiga cockborer ke dalam 100 ml media cair CMC untuk bakteri selulolitik dan 100 ml media cair xilan untuk bakteri xilanolitik, kemudian diinkubasi pada shaker incubator selama tiga hari. Masing-masing kultur sel diambil sebanyak 10 ml, kemudian dimasukkan ke dalam 100 ml media tongkol jagung 1% dan diinkubasi pada shaker incubator selama 7 hari. Setelah diinkubasi, kemudian diinokulasikan pada media bervolume 10 liter media tongkol jagung 1%, lalu diinkubasi selama 10 hari menggunakan aerator.

Supernatan yang diperoleh berupa prebiotik yang kemudian diukur peningkatan gula pereduksi dengan metode DNS, kandungan total gula tongkol jagung diukur dengan metode fenol asam sulfat dan derajat polimerisasi dihitung berdasarkan perbandingan antara total gula dengan gula pereduksi yang dihasilkan.


(34)

Setelah gula pereduksi dan gula total diukur, supernatan yang diperoleh dipekatkan dengan cara dididihkan dengan api kecil-sedang hingga tercapai densitas yang tinggi (pekat dan kental). Supernatan yang pekat kemudian diukur total gula dan gula pereduksi, agar mengetahui perubahan total gula yang terjadi. Setelah diukur, supernatan yang dihasilkan dimasukkan ke dalam kantong plastik tahan panas, kemudian dimasukkan ke dalam freezer untuk mencegah menurunnya kualitas prebiotik.Prebiotik yang dihasilkan sebanyak 1 liter dengan total gula setara 384,088 gram.Salah satu tahapan dalam pembuatan prebiotik, yaitu pemekatan dengan metode pendidihan dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Proses Pembuatan Prebiotik

Pembuatan Pakan

Total pakan perlakuan prebiotik yang dibuat untuk 30 ekor selama lima hari perlakuan adalah 22,5kg (7500 g untuk masing-masing perlakuan pakan atau 750 g untuk masing-masing ayam). Prebiotik yang dicampurkan sebanyak 2,5% sehingga prebiotik yang diperlukan sebanyak 187,5 gram atau 48,82% dari total volume prebiotik sebanyak 1000 ml. Dari angka tersebut, volume prebiotik yang dicampurkan ke dalam ransum adalah sebanyak 488,2 ml atau setara dengan 187,5 gram prebiotik xilooligosakarida. Prebiotik tersebut dicampurkan langsung pada saat proses pembuatan ransum.

Pakan untuk perlakuan penelitian dicampur dengan menggunakan tangan.Seluruh bahan yang ada (kecuali antibiotik bambermycin dan prebiotik) dicampurkan menjadi satu.Setelah itu, pakan yang telah jadi dibagi menjadi tiga, untuk perlakuan kontrol, bambermycin dan prebiotik.Pakan tanpa penambahan bambermycin atau prebiotik, digunakan sebagai pakan kontrol. Pada perlakuan antibiotik, pakan yang sebelumnya telah dibuat ditambahkan bambermycin sebanyak 0,05% dan dicampurkan hingga rata. Penggunaan dosis antibiotik bambermycin


(35)

sebanyak 0,05% adalah dosis pencegahan terhadap infeksi bakteri, diharapkan dengan pemberian antibiotik dosis tersebut dapat membantu memulihkan kondisi ayam broiler pasca infeksi E. coli.

Untuk perlakuan prebiotik, supernatan yang telah pekat (kental) dicampurkan ke pakan. Karena kadar air dalam pakan perlakuan prebiotik masih tinggi akibat kandungan air dalam prebiotik, pakan dimasukkan ke dalam oven 60°C selama 2-3 hari hingga kadar air pakan menurun.

Persiapan Kandang Metabolis

Sebelum penelitian dimulai, kandang metabolis dan peralatan yang digunakandibersihkan dan disucihamakan. Ayam-ayam yang akan digunakan dalam percobaan ini diistirahatkanuntuk masa prelim sebelum perlakuan diberikan.

Sebelum ayam ditempatkan dalam kandang metabolis, ayam ditimbang untuk mengetahui bobot badan awal.Kemudian ayam terlebih dahulu dipuasakan selama 24 jam dari ransum untuk mengosongkan isi saluran pencernaan, sehingga ekskreta yang dihasilkan pada saat koleksi seluruhnya berasal dari pakan perlakuan yang diberikan setelah proses pemuasaan. Air minum diberikan ad libitum.Lima ekor ayam dipuasakan kembali untuk mendapatkan nilai energi dan nitrogen endogenus.

Tahap Pelaksanaan Percobaan

Infeksi E.coli dilakukan pada umur satu minggu. Infeksi E.coli dilakukan secara dicekok langsung pada ayam broiler dengan dosis 106cfu/ml (cfu: colony forming unit) sebanyak 100µm. Penantangan E. coli diberikan kepada15 ayam broiler yang dibagi ke dalam 3 perlakuan, masing-masing terdiri dari 5 ulangan dan setiap ulangan menggunakan 1 ekor ayam.

Ayam ditimbang untuk mengetahui bobot awal sebelum puasa, kemudian ayam dipuasakan selama 24 jam dan air minum tetap diberikan (untuk ayam endogenus, dipuasakan selama 2 x 24 jam).Setelah masa pemuasaan, ayam broiler diberikan ransum sesuai perlakuan sebanyak 150 g/hari/ekor dan air minum ad

libitumselama lima hari. Selama perlakuan, ekskreta disemprot H2SO4 konsentrasi

rendah (0,01 N) setiap beberapa jam sekali untuk mengikat N agar tidak menguap. Setelah 24 jam, ekskreta basah dari setiap perlakuan, baik perlakuan kontrol, antibiotik, prebiotik termasuk perlakuan untuk pengukuran energi endogenus yang


(36)

diperoleh, dimasukkan ke plastik untuk kemudian ditimbang dan dimasukkan ke dalam freezer untuk mencegah aktivitas dekomposisi oleh mikroorganisme. Kolekting ekskreta ini dilakukan selama lima hari.

Analisis Ekskreta

Setelah diambil dari freezer, ekskreta dibiarkan dalam suhu ruangan sampai mencair (proses thawing) kemudian dikeringkan dalam oven bersuhu 60°C selama kurang lebih 24-48 jam. Ekskreta yang telah kering dihaluskan dengan menggunakan blender sehingga bentuk fisiknya halus seperti tepung. Analisis kandungan energi bruto ekskreta dan ransum perlakuan dilakukan dengan menggunakan bom kalorimeter oksigen, sedangkan analisis kandungan nitrogen menggunakan metode Kjeldahl.

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi pakan, konsumsienergi, ekskresi energi, konsumsi nitrogen, ekskresi nitrogen, retensi nitrogen, energi metabolis semu (EMS), energi metabolis murni (EMM), energi metabolis semu terkoreksi N (EMSn), energi metabolis murni terkoreksi N(EMMn). 1. Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan didapatkan dengan mengurangi antara bobot ransum yang diberikan per harinya dengan bobot sisa ransum di hari berikutnya.

Konsumsi Pakan (g) = Bobot ransum yang diberikan (g) - bobot ransum sisa (g)

2. Konsumsi Energi

Konsumsi energi diperoleh dengan mengalikan jumlah bahan pakan perlakuan yang dikonsumsi dengan kandungan energinya.

Konsumsi Energi (kkal) = Konsumsi ransum (g) x Energi bruto ransum (kkal/g)

3. Ekskresi Energi

Ekskresi energi diperoleh dengan mengalikan berat ekskreta setelah dikeringkan dalam oven 60°C dengan kandungan energinya.


(37)

4. Konsumsi Nitrogen

Nilai ini diperoleh dengan cara mengalikan jumlah konsumsi bahan pakan dengan kandungan protein kasar bahan pakan perlakuan (yang dianalisis dengan metode Kjeldahl) lalu dibagi 6,25.

5. Ekskresi Nitrogen

Ekskresi Nitrogen diperoleh dengan mengalikan jumlah ekskreta dengan kandungan protein kasar pada ekskreta.

6. Retensi Nitrogen

Retensi nitrogen dalam satuan gram diperoleh dengan cara mengurangi jumlah konsumsi nitrogen dengan hasil ekskresi nitrogen yang telah dikoreksi dengan N endogenus yang diperoleh dari koleksi ekskreta pada lima ekor ayam yang dipuasakan dari ransum. Retensi nitrogen dalam satuan persen diperoleh dengan membagi antara retensi nitrogen dalam satuan persen dengan konsumsi nitrogen. Retensi N (g) = Konsumsi N (g) - [Ekskresi N (g) - Ekskresi N endogenus (g)]

7. Energi Metabolis

a. Energi Metabolis Semu (EMS)

b. Energi Metabolis Murni (EMM)


(38)

d. EMM terkoreksi N (EMMn)

Keterangan:

X = Bobot ransum yang dikonsumsi (kg) EBp = Energi bruto ransum (kkal/kg) Y = Bobot ekskreta (kg)

EBe = Energi bruto ekskreta (kkal/kg) Z = Bobot ekskreta endogenus (kg)

EBk = Energi bruto ekskreta endogenus (kkal/kg) RN = Retensi Nitrogen (kg)


(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembuatan Prebiotik

Prebiotik yang dihasilkan setelah pemekatan menunjukkan total gula setara 384,088 gram per liter dengan derajat polimerisasi sebesar 3,38. Menurut Gibson (1999), derajat polimerisasi untuk prebiotik bervariasi antara 2 hingga 60 (untuk inulin) dan 2 hingga 20 untuk oligosakarida. Derajat polimerisasi merupakan suatu nilai yang menunjukkan seberapa besar rantai polimer yang menyusun monomernya.Xilooligosakarida dengan derajat polimerisasi dalam kisaran 2 hingga 3 merupakan xilobiosa dan xilotriosa (xilooligosakarida rantai pendek) (Craeyveld, 2008).Prebiotik yang digunakan dalam penelitian ini termasuk golongan xilotriosa karena memiliki nilai derajat polimerisasi sebesar 3.

Penggunaan prebiotik dalam ransum sebanyak 2,5% dari total pakan perlakuan prebiotik.Hal ini berdasarkan pada penelitian pendahuluan yangdilakukan oleh Rifianasari (2009) dan Sari (2009) pada objek mencit yang diinfeksi bakteri E. coli, pemberian prebiotikxilooligosakarida sebanyak 2,5% menunjukkan peningkatan populasi bakteri Lactobacillusdalam saluran pencernaan,peningkatan bobot badan serta konversi ransum yang lebih baik dibanding mencit tanpa pemberian prebiotik.

Konsumsi, Ekskresi dan Retensi Nitrogen

Nilai energi termetabolis biasanya dikoreksi dengan retensi nitrogen untuk mengkonversi semua data ke dasar kesetimbangan nitrogen untuk tujuan perbandingan (Lopez dan Leeson, 2007).Koreksi nitrogen digunakan untuk menjelaskan efek variabel pertumbuhan dan pertambahan kandungan protein tubuh pada unggas, retensi nitrogen, atau keduanya (Lopez dan Leeson, 2007).Rataan konsumsi, ekskresi dan retensi nitrogen ransum perlakuan disajikan dalam Tabel 7.


(40)

Tabel 7. Rataan Nilai Konsumsi, Ekskresi dan Retensi Nitrogen Ransum Perlakuan

Peubah Faktor A

Faktor B Rataan

Tanpa infeksiE. coli

Pasca infeksi

E. coli*

Konsumsi BK Pakan (g)

Kontrol 508,78 ±

51,23

501,75 ± 67,68

505,27 ± 56,71 Prebiotik 2,5% 455,97 ±

44,33 469,09 ± 56,26 462,53 ± 48,25 Bambermycin 0,05%

538,1 ± 78,87 524,43 ± 62,32

531,27 ± 67,4

Rataan 500,95 ±

65,77

498,42 ± 62,25 Konsumsi

Nitrogen (g)

Kontrol 19,42 ± 1,96 19,15 ± 2,58 19,29 ± 2,16A Prebiotik 2,5% 13,82 ± 2,55 14,22 ± 2,01 14,02 ± 2,17C Bambermycin

0,05%

17,38 ± 1,34 16,94 ± 1,7 17,16 ± 1,46AB Rataan 16,87 ± 3,04 16,77 ± 2,88

Ekskresi Nitrogen (g)

Kontrol 4,52 ± 1,12 4,62 ± 1,14 4,57 ± 1,07 Prebiotik 2,5% 4,56 ± 1,65 3,73 ± 0,53 4,14 ± 1,23 Bambermycin

0,05%

4,54 ± 0,9 4,92 ± 1,21 4,72 ± 1,03

Rataan 4,54 ± 1,17 4,42 ± 1,07 Retensi

Nitrogen (g)

Kontrol 16,32 ± 1,61 15,96 ± 1,71 16,14 ± 1,58A Prebiotik 2,5% 10,68 ± 1,32 11,91 ± 1,59 11,29 ± 1,52B Bambermycin

0,05%

14,27 ± 2,48 13,44 ± 3,12 13,85 ± 2,69AB Rataan 13,76 ± 2,97 13,77 ± 2,7

Retensi Nitrogen (%)

Kontrol 84,15 ± 4,95 83,64 ± 4,07 83,89 ± 4,28 Prebiotik 2,5% 77,73± 10,57 83,74 ± 3,49 80,73 ± 8,07 Bambermycin

0,05%

81,99 ± 5,11 78,48 ± 9,9 80,23 ± 7,65

Rataan 81,29 ± 7,35 81,95 ± 6,53

Keterangan: superskrip huruf kapital yang berbeda pada kolom dan peubah yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01); nitrogen endogenus 1,422 g; *: dicekok satu kali pada umur satu minggu dengan dosis 106 cfu/ml.

Dari data Tabel 7 terlihat bahwa pemberian infeksi E. coli dan interaksi perlakuan tidak berbeda nyata (P<0,05), sedangkan perlakuan pakan pada peubah konsumsi nitrogen dan retensi nitrogen (g) menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P>0,01). Nilai konsumsi nitrogen lebih besar dibandingkan ekskresi nitrogen, ini menunjukkan bahwa retensi nitrogen positif. Menurut Nizel (1964), apabila nitrogen yang dikonsumsi lebih besar dibanding yang diekskresikan maka retensi nitrogen positif. Jumlah ekskresi nitrogen bergantung pada efisiensi pencernaan dan absorpsi zat-zat makanan dan kemungkinan juga tergantung pada jenis protein tertentu yang dikonsumsi (Piliang dan Djojosoebagio, 2006).


(41)

Pemberian prebiotik sangat nyata (P<0,01) menurunkan konsumsi nitrogen. Perlakuan prebiotik terlihat mempunyai konsumsi nitrogen paling rendah jika dibandingkan dengan perlakuan antibiotik dan kontrol.Rendahnya konsumsi nitrogen pada prebiotik berkaitan erat dengan jumlah konsumsi pakan (berdasarkan bahan kering/BK) pada perlakuan prebiotik yang lebih rendah dibanding dua perlakuan lainnya. Data yang tercantum pada Tabel 7 menunjukkan bahwa konsumsi BK pakan pada perlakuan pemberian prebiotik terlihat paling rendah, yakni sebesar 462,53 g sedangkan konsumsi pakan pada kontrol dan antibiotik masing-masing sebesar 505,27 g dan 531,27 g. Hal ini disebabkan kandungan bahan kering pakan perlakuan prebiotik tercatat sebesar 81,98%, lebih rendah dibanding kandungan bahan kering perlakuan kontrol dan antibiotik.

Jika jumlah konsumsi pakan rendah, maka nitrogen yang dikonsumsi juga rendah.Konsumsi pakan pada perlakuan prebiotik dapat disebabkan oleh energi ransum, kondisi lingkungan (suhu, angin dan kelembaban), kandungan nutrien, stress, besar tubuh ayam, kuantitas dan kualitas ransum (Leeson dan Summers, 2001; NRC, 1994).

Selain jumlah bahan kering pakan yang dikonsumsi, kandungan protein pakan turut mempengaruhi konsumsi nitrogen. Rendahnya konsumsi nitrogen pada perlakuan prebiotik dipengaruhi pula oleh kandungan protein pakan prebiotik yang lebih rendah dibanding perlakuan pakan lain. Data yang tercantum dalam Tabel 3, menunjukkan bahwa kandungan protein pakan pada perlakuan prebiotik 18,94%. Penambahan prebiotik 2,5% pada ransum basal menurunkan kandungan protein pakan, karena dalam hal ini terjadi pengenceran kandungan protein. Kombinasi antara konsumsi pakan dan kandungan protein pakan perlakuan prebiotik yang lebih rendah menyebabkan rendahnya konsumsi nitrogen.

Pemberian prebiotik sebanyak 2,5% sangat nyata (P<0,01%) menurunkan retensi nitrogen (g). Retensi nitrogen dihasilkan dari nilai konsumsi nitrogen dikurangi dengan nilai ekskresi nitrogen endogenus.Nilai retensi nitrogen pada perlakuan prebiotik lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya dikarenakan rataan konsumsi pakan pada perlakuan prebiotik lebih rendah bila dibandingkan perlakuan kontrol maupun antibiotik. Walaupun konsumsi nitrogen pada perlakuan prebiotik lebih rendah (berbeda nyata dengan perlakuan lain), namun nitrogen yang


(42)

diekskresikan dan retensi nitrogen (%) tidak berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya. Hal ini yang menyebabkan retensi nitrogen (g) pada perlakuan prebiotik lebih rendah.

Retensi nitrogen (%) dihitung berdasarkan retensi nitrogen (g) dibagi dengan konsumsi nitrogen (g).Retensi nitrogen (%) menunjukkan keefektifan ternak dalam menyerap nitrogen yang diukur dari perbandingan antara konsumsi dan ekskresi nitrogen. Rataan retensi nitrogen (%) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, ini menunjukkan rasio nitrogen yang diretensi (dalam gram) dengan yang dikonsumsi antar masing-masing perlakuan sama secara statistik.

Konsumsi dan Ekskresi Energi

Energi yang dimetabolisme dalam tubuh ternak dapat diketahui dengan menghitung jumlah konsumsi energi yang berasal dari ransum yang diberikan dengan jumlah energi yang dikeluarkan melalui ekskreta. Menurut Scott et al.

(1982), zat-zat makanan yang menjadi sumber energi adalah karbohidrat, energi dan protein. Penambahan prebiotik diharapkan mampu meningkatkan konsumsi energi dan menurunkan jumlah ekskresi energi melalui ekskreta sehingga penyerapan energi dapat meningkat.Hal tersebut diharapkan terjadi karena aktivitas Bifidobacteria dan

Lactobacillus yang meningkatkan kecernaan zat makanan dan meningkatnya sistem

kekebalan tubuh (Coxam, 2007; Seifert dan Watzl, 2007).Rataan konsumsi dan ekskresi energi ransum perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8.


(43)

Tabel 8. Rataan Konsumsi dan Ekskresi Energi Ransum Perlakuan

Peubah Faktor A

Faktor B

Rataan Tanpa

infeksiE. coli

Pasca infeksi

E. coli* Konsumsi

Energi (kkal)

Kontrol 1995,5 ±

200,9

1967,9 ± 265,4

1981,7 ± 222,4 Prebiotik 2,5% 1805,2 ±

175,5

1857,1 ± 222,7

1831,2 ± 191

Bambermycin 0,05% 2090,5 ± 306,4 2037,4 ± 242,1

2064 ± 261,9

Rataan 1963,7 ±

249,5 1954,1 ± 238,7 Ekskresi Energi (kkal)

Kontrol 391,5 ± 47,3 393,4 ± 72,2 392,42 ± 57,5 Prebiotik 2,5% 418,8 ± 57,1 328,7 ± 35,4 373,75 ± 65,3 Bambermycin

0,05%

413,5 ± 71,4 379,9 ± 27,6 396,68 ± 54

Rataan 407,9 ± 56,4 367,3 ± 53,8

Keterangan: energi endogenus 41,846 kkal; *: dicekoksatu kali pada umur satu minggu dengan dosis 106 cfu/ml.

Konsumsi dan ekskresi energi tidak dipengaruhi oleh salah satu perlakuan infeksi bakteri atau pakan, maupun interaksi antara keduanya. Secara statistik, perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi dan ekskresi energi pada ayam yang diinfeksiE. coli maupun pada ayam kontrol (tanpa diinfeksiE. coli). Pemberian infeksiE. coli dengan dosis 106 cfu/ml pada ayam broiler umur satu minggu tidak mempengaruhi konsumsi dan ekskresi energi pada ayam broiler umur lima minggu. Nilai konsumsi dan ekskresi energi masing-masing berkisar antara 1805,2-2090,5 kkal dan 328,7-418,8 kkal.

Energi Metabolis

Analisis dan perhitungan energi metabolis menghasilkan Energi Metabolis Semu (EMS), Energi Metabolis Murni (EMM), Energi Metabolis Semu Terkoreksi Nitrogen (EMSn) dan Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen (EMMn) seperti yang tercantum dalam Tabel 9.


(44)

Tabel 9. Rataan Nilai Energi Metabolis Ransum Perlakuan

Peubah Faktor A

Faktor B Rataan Tanpa infeksi E. coli Pasca infeksi E. coli* EMS (kkal/kg)

Kontrol 3152,7 ±

45,7ab

3142,2 ± 43,4ab

3147,4 ± 42,4

Prebiotik 2,5% 3041,4 ± 73,7b 3251,3 ± 100,2a

3146,3 ± 138,2

Bambermycin 0,05%

3112,5 ± 116,4b

3148,4 ± 134ab 3130,5 ± 119,9

Rataan 3102,2 ± 91b 3180,6 ± 105,9a EMM

(kkal/kg)

Kontrol 3235,6 ±

46,2ab

3226,9 ± 54,5ab

3231,3 ± 47,8

Prebiotik 2,5% 3133,9 ± 76b 3341,6 ± 92,3a 3237,8 ± 135,4 Bambermycin 0,05% 3191,7 ± 114,8b 3229,2 ± 124,5ab

3210, 5 ± 114,6 Rataan 3187,1 ± 88,8b 3265,9 ±

103,9a EMSn

(kkal/kg)

Kontrol 2888,6 ± 32,8b 2879,7 ± 31,5b 2884,2 ± 30,7 Prebiotik 2,5% 2847,8 ± 52,3b 3042,7 ± 95,6a 2945,2 ± 125,8 Bambermycin

0,05%

2894,8 ± 103,7b

2940 ± 108,2b 2917,4 ± 102,8

Rataan 2877,1 ± 68b 2954 ± 105,3a EMMn

(kkal/kg)

Kontrol 2971,6 ± 32,9b 2964,4 ± 43b 2968 ± 36,3 Prebiotik 2,5% 2940,3 ± 52,7b 3133 ± 87,5a 3036,7 ± 122,3 Bambermycin

0,05%

2974 ± 101,9b 3020,8 ± 98,7b 2997,4 ± 97,8

Rataan 2962 ± 65,8B 3039,4 ± 103,7A

Keterangan: superskrip huruf kecil yang berbeda pada peubah yang sama menunjukkan perbedaan yangnyata (P<0,05);superskrip huruf kapital yang berbeda pada peubah yang sama menunjukkan perbedaanyang sangat nyata (P<0,01); *: dicekok satu kali pada umur satu minggu dengan dosis 106 cfu/ml.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan faktor B memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap peubah EMS, EMM, EMSn dan sangat nyata (P<0,01) terhadap peubah EMMn. Hal ini disebabkan peran antibiotik bambermycin dan prebiotik yang cukup membantu kecernaan dan memberikan ketahanan terhadap dampak merugikan yang ditimbulkan E. coli.

Hasil penelitian yang dilakukan Solihat (2010) menunjukkan bahwa pemberian prebiotik 2,5% dan antibiotik bambermycin 0,05% pada ayam yang diinfeksi E. coli tidak nyata mempengaruhi gambaran darah dan populasi mikroba pada ayam broiler umur 2 minggu dan 5 minggu. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sejak umur 2 minggu, ayam broiler yang diinfeksi E. colisudah tidak menunjukkan


(45)

tanda-tanda sakit atau terinfeksi.Penelitian ini membuktikan bahwa dampak yang diakibatkan bakteri E. coli belum hilang sepenuhnya, khususnya kondisi dalam saluran pencernaan yang terlihat dari parameter energi metabolis pada perlakuan kontrol.Todar (2008) menyatakan bahwa bakteri E. coli dapat menyebabkan infeksi usus atau gastroenteritis.Pada seluruh parameter energi metabolis, ternak pasca infeksi E. coli memiliki rataan energi metabolis yang lebih rendah dibandingkan ternak yang tidak terinfeksi E. coli.Hal tersebut menunjukkan bahwa infeksi bakteri

E. coli pada ayam broiler memberikan dampak yang merugikan dalam jangka

panjang, khususnya pada saluran pencernaan.

Pada keempat peubah energi metabolis, interaksi perlakuan menunjukkan bahwapemberian prebiotik 2,5% pada ayam yang dicekok E. coli nyata (P<0,05) meningkatkan nilai energi metabolis ransum dibandingkan pada perlakuan pemberian prebiotik 2,5% pada ayam tanpa infeksi E. colimaupun pada perlakuan antibiotik dan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa prebiotik xilooligosakarida dari tongkol jagung mampu memulihkandampak merugikan yang disebabkan aktivitas bakteri E. coli.Bakteri E. coli dapat melekatpada permukaan villi usus dan menyebabkan villi menjadi lebih pendek akibat toksin yang dihasilkannya. Villi yang semakin pendek akan menyebabkan luas area penyerapan nutrien semakin kecil dan membuat nutrien tidak dapat tercerna secara optimal (Hidayat, 2010; Harimurti dan Rahayu, 2009).

Walaupun pemberian antibiotik dan prebiotik mampu meningkatkan energi metabolis pada ternak pasca infeksi E. coli, penelitian ini membuktikan bahwa prebiotik lebih efektif dalam meningkatkan energi metabolis dibandingkan antibiotik.Prebiotik dapat memulihkan dampak merugikan yang disebabkan aktivitas bakteri E. colididuga dengan cara meningkatkan jumlah bakteri Bifidobacteriadan

Lactobacillus secara tak langsung, melalui ketersediaan nutrien yang dapat

dimanfaatkan oleh bakteri tersebut. Bakteri probiotik ini dapat meningkatkan ketahanan alami terhadap infeksi E. coli di usus.Hal tersebut didukung oleh Roberfroid (2007), yang menyatakan bahwa prebiotik adalah bahan tertentu yang difermentasi yang memungkinkan perubahan secara spesifik, baik dalam komposisi dan/atau kegiatan dalam mikroflora pencernaan yang memberikan manfaat pada inang.Perubahan tersebut dapat terlihat dari kondisi saluran pencernaan yang diduga


(46)

semakin membaik pasca ternak terinfeksi E. colidiberi pakan dengan tambahan prebiotik. Dugaan terhadap membaiknya kondisi saluran pencernaan mengacupada penelitian Harimurti dan Rahayu (2009) yang mengemukakan bahwa asam lemak rantai pendek (SCFA) hasil fermentasi prebiotik yang dihasilkan Bifidobacteria dan

Lactobacillusberperan dalam menstimulasi perbanyakan sel epitel usus.

Pada ternak yang tidak diinfeksi E. coli, rataan energi metabolis pada masing-masing perlakuan pakan terlihat tak berbeda signifikan.Nilai rataan energi metabolis pada perlakuan prebiotik berada di bawah perlakuan kontrol dan antibiotik, sedangkan rataan energi metabolis perlakuan antibiotik tidak berbeda terlalu jauh dengan rataan kontrol.Hal ini menunjukkan bahwa pemberian prebiotik dan antibiotik pada ayam broiler yang sehat (tanpa infeksi E. coli) dan tidak menunjukkan gejala sakit, tidak efektif untuk meningkatkan energi metabolis.Tetapi pada manajemen pemeliharaan yang buruk, pemberian prebiotik atau antibiotik perlu dilakukan untuk mencegah penyakit.


(47)

KESIMPULAN

Penambahan prebiotikdari tongkol jagung sebanyak 2,5% dalam ransum ayam broilerdapat meningkatkan energi metabolis ransum pada ayam pasca infeksi


(48)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena hanya dengan rahmat, lindungan serta karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Ir. Sumiati, M.Sc sebagai dosen pembimbing utama, Ir. Kukuh Budi Satoto, MS sebagai dosen pembimbing anggota, Prof. Dr. Ir. Komang G. Wiryawan dan Dr. Ir. Anja Meryandini, M.Si yang telah memberikan pengarahan, saran dan dukungan moral maupun materiil kepada penulis selama penelitian berlangsung dan penulisan skripsi. Kepada Ir. Widya Hermana, M.Si selaku panitia seminar dan Dr. Ir. Rita Mutia, M.Agr selaku dosen penguji seminar. Kepada Ir. Dwi Margi Suci, MS dan Ir. Niken Ulupi, MS sebagai penguji dan Ibu Ir. Lilis Khotijah, MS selaku perwakilan departemen pada saat penulis menjalani ujian sidang sarjana.Kepada teknisi dan pegawai Lab. Bioteknologi Hewan PAU, Ibu Dewi Asnita dan “Teteh”; teknisi Lab. Biologi 2 FMIPA, Pak Jaka; teknisi Lab. Biologi Hewan, Ibu Endang dan teknisi serta pegawai Lab. Nutrisi Unggas, Ibu Lanjarsih, Pak Karya dan Pak Ugan.

Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda H. Wisnu Yudho, AAAi.J dan Ibunda Hj. Atika Iskandar yang telah memberikan nasehat, doa, kasih sayang, serta bimbingan yang tak pernah putus kepada penulis. Terima kasih pula kepada tim penelitian Kak Risti & Kak Mira (Biologi 42), Sani dan Aini yang membantu penelitian. Kepada Fajar, Eka, Indra, Ainol, Siti Mawaddah,Jasiska dan Intan Nursiam yang telah memberikan bantuan serta dukungan.

Terima kasih kepada teman-teman sesama penyiar radio Agri FM 2006-2007, pengurus BEM-D Kabinet Reborn 2007-2008, Himasiter 2008-2009, Paduan Suara Graziono Simphonia 2008-2009, kepada mantan ketua BEM, DPM dan Himaproter 2008-2009; Satriyo, Dani dan Mawas serta teman-teman INTP ’43 atas persahabatan dan dukungan selama penulis menjalani aktivitas kemahasiswaan di IPB.

Terakhir penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada civitas akademika Fakultas Peternakan IPB.Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembacanya.

Bogor, April 2011


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Aguirar, C. L. 2001. Biodegradation of cellulose from sugar cane bagasse by fungal cellulose. Sci. Tech. Alignment 3(2): 117-121.

Alanna, J., J. Moshfegh, E. Friday, J. P. Goldman &J. K. C. Ahuja. 1999. Presence of inulin and oligofructose in the diets of Americans, J. Nutr. 129:1407S-1411S.

Alonso, J. L., H. Dominguez, G. Garrote, J. C. Parajo & j. Vazquez. 2003. Xylooligosaccharides: Properties and production technologies. Electron. J. Environ. Agric. Food Chem. 2 (1): 230-232.

Amrullah, I. K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler,Seri Beternak Mandiri. Lembaga Satu Gunungbudi, Bogor.

Anggorodi, R. 1984. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia, Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2009. Luas panen, produktivitas dan produksi jagung menurut provinsi. www.bps.go.id [1 Juni 2010].

Baumgart, M., B. Dogan & M. Rishniw. 2007. Culture independent analysis of ileal mucosa reveals a selective increase in invasive Escherichia coli of novel phylogeny relative to depletion of Clostridiales in Crohn's disease involving the ileum. ISME J. 1 (5): 403-18.

Biggs, P. & C. M. Parsons. 2007. The effects of several oligosaccharides on true amino acid digestibility and true metabolizable energy in cecectomized and conventional roosters. J. Poult. Sci. 86: 1161-1165.

Blood, D. C., V. P. Studdert & C. C. Gay. 2007. Comprehensive Veterinary Dictionary, 3rd Edition. Saunders, Elsevier.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Division of Bacterial and Mycotic Diseases. 2007. Escherichia coli O157:H7. www.cdc.gov/ nczved/divisions/dfbmd/diseases/ecoli_o157h7/

Coxam, V. 2007. Current data with inulin-type fructans and calcium, targeting bone health in adults. J. Nutr. 137(11 Suppl): P-2527S.

Craeyveld. 2008. Structurally different wheat-derived arabinoxylooligosaccharides have different prebiotic and fermentation properties in rats. J. Nutr.138: 2348-2355.

Gibson, G. R. & M. B. Roberfroid. 1995. Dietary modulation of the human colonic microbiota: introducing the concept of prebiotics. J. Nutr. 125(6): 1401-12. Gibson, G. R. 1999. Dietary modulation of the human gut microflora using the

prebiotic oligofructose and inulin. J. Nutr. 129: 1438S-1441S.

Gordon, S. H. & D. R. Charles. 2002. Niche and Organic Chicken Product: their technology and scientific principles. Nottingham University Press, Nottingham.

Hambali, E., S. Mujdalifah, A. H. Tambunan, A. W. Pattiwiri & R. Hendroko. 2006. Teknologi Bioenergi. Agromedia, Jakarta.

Harimurti, S. & E. S. Rahayu. 2009. Morfologi usus ayam broiler yang disuplementasi dengan probiotik strain tunggal dan campuran. Agritech 29 (3): 179-183.

Hidayat, M. N. 2010. Mikroba dalam saluran pencernaan ternak


(50)

unggas.http://lambungsatu.blogspot.com/2010/04/mikroba-dalam-saluran-pencernaan

-ternak_22.html. [11 Februari 2011]

Hsu, C. K., J. W. Liao, Y. C. Chung, C. P. Hsies & Y. C. Chan. 2004. Xylooligosaccharides and fructooligosaccharides affect the intestinal microbiota and precancerous colonic lesion development in rats. J. Nutr. 134: 1523-1528.

Huda, T. 2007. Tongkol jagung. http://thoriq.wordpress.com/2007/02/01/hello-world/ [1 Maret 2010].

Hudault S., J. Guignot& A. L. Servin. 2001. Escherichia coli strains colonising the gastrointestinal tract protect germfree mice against Salmonella

typhimurium infection. Gut. 49 (1): 47–55.

Ledingham J. G. G. & D. A. Warrel. Antimicrobial Chemotherapy. Concise Oxford Textbook of Medicine.Oxford University Press,Oxford.

Leeson, S. & J. D. Summers. 2001. Nutrition of the Chicken. 4th Edition.University Books, Guelph, Ontario, Canada.

Leeson, S. & J. D. Summers. 2005. Commercial Poultry Nutrition. 3rd Edition.University Books, Guelph, Ontario, Canada.

Lopez, G. & S. Leeson. 2007. Relevance of nitrogen correction for assessment of metabolizable energy with broilers to forty-nine days of age. Poult. Sci. 86: 1696–1704.

McDonald, P., R. A. Edwards, J. F. D. Greenhalgh & C. A. Morgan. 2002. Animal Nutrition. 6th Edition.Longmann Singapore Publishers (Pte) Ltd., Singapore. National Research Council.1994. Nutrient Requirement of Poultry.9th revised

Edition.National Academy Press. Washington DC.

Nizel, A. E. 1964. Nutrition of Chemical Density. Sounders Company, London. North, M.O. & D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th

Edition. Van Rostrand Reinhold, New York.

Nossbaum, F. V. 2006. Medicinal chemistry of antibacterial natural products - exodus or revival?Angew. Chem. Int. Ed. 45 (31): 5072-5129.

Piliang, W. G. & S. Djojosoebagio. 2006. Fisiologi Nutrisi volume I. Institut Pertanian Bogor Press, Bogor.

Reid G., J. Howard& B. S. Gan. 2001. Can bacterial interference prevent infection?. Trends Microbiol. 9 (9): 424–8.

Rifianasari, R. 2009. Analisis mikrobiologis kolon mencit (Mus musculus)yang diberi pakan prebiotik dari tongkol jagung.Skripsi.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Roberfroid, M.B. 2000. Chicory fructooligosaccharides and the gastrointestinal tract. J. Nutr. 16: 677-679.

Roberfroid, M. B. 2007. Prebiotics: The Concept Revisited. J. Nutr. 137: 830S. Roller, M., G. Rechkemmer & B. Watzl. 2003. Prebiotic inulin enrich with

oligofructose in combination with probiotics Lactobacillus rhamnosus and

bifidobacterium lactis modulates intestinal immune functions in rats. J. Nutr.

134: 153-156.

Saif, Y. M. 2003. Diseases of Poultry.11th Edition. Iowa State Press, Iowa.

Sari, M. N. 2009.Pengaruh penggunaan pakan prebiotik terhadap pertumbuhan mencit (Mus musculus).Skripsi.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor.


(1)

Lampiran 4. Anova Konsumsi Nitrogen

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 5 141,79 28,36 6,61** 2,62 3,90 Faktor A (Pakan) 2 140,73 70,36 16,39** 3,40 5,61 Faktor B (Bakteri) 1 0,08 0,08 0,02 4,26 7,82 Interaksi AxB 2 0,98 0,49 0,11 3,40 5,61

Galat 24 103,03 4,29

Total 29 244,82

Keterangan: db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah

Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data F0,05= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 5% (α = 0,05) F0,01= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 1% (α = 0,01) ** = Beda sangat nyata (pada taraf p<0,01)

Lampiran 5. Anova Uji Lanjut Konsumsi Nitrogen

Perlakuan Rataan Perlakuan Selisih Rataan

Rataan 3 2 1

Prebiotik 14,02 1 5,27 3,15 X

Antibiotik 17,16 2 2,13 X X

Kontrol 19,29 3 X X X

Rataan yang dibandingkan

2 3 4 5 6

q0,05 2,92 3,07 3,15 3,22 3,28 q0,01 3,96 4,14 4,24 4,33 4,39

Rp0,05 2,70564 2,84463 2,91876 2,98362 3,03922

Rp0,01 3,6693 3,83608 3,92874 4,01213 4,06773

Keterangan: Nilai S = 0,9266; S = √(KT error/ulangan)

q0,05= nilai untuk uji lanjut Duncan dengan tingkatkesalahan 0,05% (α = 0,05) q0,01= nilai untuk uji lanjut Duncan dengan tingkat kesalahan 0,01% (α = 0,01) Rp0,05= hasil perkalian antara nilai S dengan q0,05

Rp0,01= hasil perkalian antara nilai S dengan q0,01

Lampiran 6. Anova Ekskresi Nitrogen

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 5 3,98 0,80 0,61 2,62 3,90

Faktor A (Pakan) 2 1,83 0,92 0,70 3,40 5,61 Faktor B (Bakteri) 1 0,10 0,10 0,08 4,26 7,82 Interaksi AxB 2 2,05 1,02 0,78 3,40 5,61

Galat 24 31,45 1,31

Total 29 35,43

Keterangan: db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah

Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data F0,05= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 5% (α = 0,05) F0,01= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 1% (α = 0,01)


(2)

Lampiran 7. Anova Retensi Nitrogen (g)

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 5 123,46 24,69 5,77** 2,62 3,90 Faktor A (Pakan) 2 117,59 58,79 13,74** 3,40 5,61 Faktor B (Bakteri) 1 0,0013 0,0013 0,0003 4,26 7,82 Interaksi AxB 2 5,87 2,93 0,69 3,40 5,61

Galat 24 102,68 4,28

Total 29 226,13

Keterangan: db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah

Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data F0,05= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 5% (α = 0,05) F0,01= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 1% (α = 0,01) ** = Beda sangat nyata (pada taraf p<0,01)

Lampiran 8. Anova Uji Lanjut Retensi Nitrogen (g)

Perlakuan Rataan Perlakuan Selisih Rataan

Rataan 3 2 1

Prebiotik 11,29 1 4,85 2,56 X

Antibiotik 13,85 2 2,29 X X

Kontrol 16,14 3 X X X

Rataan yang dibandingkan

2 3 4 5 6

q0,05 2,92 3,07 3,15 3,22 3,28 q0,01 3,96 4,14 4,24 4,33 4,39

Rp0,05 2,701 2,840 2,914 2,979 3,034

Rp0,01 3,663 3,830 3,922 4,005 4,060

Keterangan: Nilai S = 0,925; S = √(KT error/ulangan)

q0,05= nilai untuk uji lanjut Duncan dengan tingkat kesalahan 0,05% (α = 0,05) q0,01= nilai untuk uji lanjut Duncan dengan tingkat kesalahan 0,01% (α = 0,01) Rp0,05= hasil perkalian antara nilai S dengan q0,05

Rp0,01= hasil perkalian antara nilai S dengan q0,01

Lampiran 9. Anova Retensi Nitrogen (%)

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 5 200,38 40,08 0,83 2,62 3,90

Faktor A (Pakan) 2 78,61 39,31 0,82 3,40 5,61 Faktor B (Bakteri) 1 3,32 3,32 0,07 4,26 7,82 Interaksi AxB 2 118,45 59,22 1,23 3,40 5,61

Galat 24 1155,82 48,16

Total 29 1356,19

Keterangan: db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah

Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data F0,05= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 5% (α = 0,05) F0,01= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 1% (α = 0,01)


(3)

Lampiran 10. Anova Energi Metabolis Semu

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 5 115411,20 23082,24 2,72* 2,62 3,90 Faktor A (Pakan) 2 1804,43 902,21 0,11 3,40 5,61 Faktor B (Bakteri) 1 46140,58 46140,58 5,43* 4,26 7,82 Interaksi AxB 2 67466,19 33733,09 3,97* 3,40 5,61

Galat 24 203824,40 8492,68

Total 29 319235,60

Keterangan: db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah

Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data F0,05= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 5% (α = 0,05) F0,01= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 1% (α = 0,01) * = Beda nyata (pada taraf p<0,05)

Lampiran 11. Anova Uji Lanjut Energi Metabolis Semu Perlakuan Rataan

Perlakuan

Selisih Rataan

Rataan 6 5 4 3 2 1

P1 3041,412 1 209,85 111,27 107,03 100,75 71,06 X B1 3112,472 2 138,79 40,21 35,97 29,69 X X K2 3142,167 3 109,10 10,52 6,28 X X X

B2 3148,442 4 102,82 4,24 X X X X

K1 3152,684 5 98,58 X X X X X

P2 3251,265 6 X X X X X X

Rataan yang dibandingkan

2 3 4 5 6

q0,05 2,92 3,07 3,15 3,22 3,28 q0,01 3,96 4,14 4,24 4,33 4,39

Rp0,05 120,343 126,525 129,822 132,707 135,180

Rp0,01 163,205 170,623 174,744 178,454 180,926

Keterangan: Nilai S = 41,213; S = √(KT error/ulangan)

q0,05= nilai untuk uji lanjut Duncan dengan tingkat kesalahan 0,05% (α = 0,05) q0,01= nilai untuk uji lanjut Duncan dengan tingkat kesalahan 0,01% (α = 0,01) Rp0,05= hasil perkalian antara nilai S dengan q0,05

Rp0,01= hasil perkalian antara nilai S dengan q0,01

Lampiran 12. Anova Energi Metabolis Murni

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 5 115557,67 23111,53 2,88* 2,62 3,90 Faktor A (Pakan) 2 4071,14 2035,57 0,25 3,40 5,61 Faktor B (Bakteri) 1 46551,71 46551,71 5,81* 4,26 7,82 Interaksi AxB 2 64934,83 32467,41 4,05* 3,40 5,61

Galat 24 192322,41 8013,43

Total 29 307880,08

Keterangan: db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah

Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data F0,05= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 5% (α = 0,05) F0,01= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 1% (α = 0,01) * = Beda nyata (pada taraf p<0,05)


(4)

Lampiran 13. Anova Uji Lanjut Energi Metabolis Murni Perlakuan Rataan

Perlakuan

Selisih Rataan

Rataan 6 5 4 3 2 1

P1 3133,945 1 207,65 101,67 95,22 92,95 57,80 X B1 3191,741 2 149,85 43,87 37,42 35,15 X X K2 3226,893 3 114,70 8,72 2,27 X X X

B2 3229,163 4 112,43 6,45 X X X X

K1 3235,612 5 105,98 X X X X X

P2 3341,594 6 X X X X X X

Rataan yang dibandingkan

2 3 4 5 6

q0,05 2,92 3,07 3,15 3,22 3,28 q0,01 3,96 4,14 4,24 4,33 4,39

Rp0,05 116,898 122,903 126,106 128,908 131,310

Rp0,01 158,533 165,739 169,742 173,345 175,747

Keterangan: Nilai S = 0,034; S = √(KT error/ulangan)

q0,05= nilai untuk uji lanjut Duncan dengan tingkat kesalahan 0,05% (α = 0,05) q0,01= nilai untuk uji lanjut Duncan dengan tingkat kesalahan 0,01% (α = 0,01) Rp0,05= hasil perkalian antara nilai S dengan q0,05

Rp0,01= hasil perkalian antara nilai S dengan q0,01

Lampiran 14. Anova Energi Metabolis Semu Terkoreksi Nitrogen

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 5 118956,14 23791,23 3,92** 2,62 3,90 Faktor A (Pakan) 2 18690,51 9345,25 1,54 3,40 5,61 Faktor B (Bakteri) 1 44560,65 44560,65 7,34* 4,26 7,82 Interaksi AxB 2 55704,98 27852,49 4,59* 3,40 5,61

Galat 24 145641,78 6068,41

Total 29 264597,92

Keterangan: db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah

Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data F0,05= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 5% (α = 0,05) F0,01= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 1% (α = 0,01) * = Beda nyata (pada taraf p<0,05)


(5)

Lampiran 15. Anova Uji Lanjut Energi Metabolis Semu Terkoreksi Nitrogen Perlakuan Rataan

Perlakuan

Selisih Rataan

Rataan 6 5 4 3 2 1

P1 2847,791 1 194,88 92,25 46,97 40,83 31,92 X K2 2879,712 2 162,96 60,33 15,05 8,91 X X K1 2888,626 3 154,04 51,42 6,14 X X X

B1 2894,763 4 147,90 45,28 X X X X

B2 2940,043 5 102,62 X X X X X

P2 3042,667 6 X X X X X X

Rataan yang dibandingkan

2 3 4 5 6

q0,05 2,92 3,07 3,15 3,22 3,28 q0,01 3,96 4,14 4,24 4,33 4,39

Rp0,05 101,727 106,953 109,740 112,178 114,268

Rp0,01 137,958 144,229 147,713 150,848 152,939

Keterangan: Nilai S = 34,838; S = √(KT error/ulangan)

q0,05= nilai untuk uji lanjut Duncan dengan tingkat kesalahan 0,05% (α = 0,05) q0,01= nilai untuk uji lanjut Duncan dengan tingkat kesalahan 0,01% (α = 0,01) Rp0,05= hasil perkalian antara nilai S dengan q0,05

Rp0,01= hasil perkalian antara nilai S dengan q0,01

Lampiran 16. Anova Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 5 122128,07 24425,61 4,38** 2,62 3,90 Faktor A (Pakan) 2 23735,62 11867,81 2,13 3,40 5,61 Faktor B (Bakteri) 1 44964,69 44964,69 8,05** 4,26 7,82 Interaksi AxB 2 53427,76 26713,88 4,79* 3,40 5,61

Galat 24 133975,55 5582,31

Total 29 256103,62

Keterangan: db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah

Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data F0,05= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 5% (α = 0,05) F0,01= hasil pengolahan data dengan tingkat kesalahan sebesar 1% (α = 0,01) * = Beda nyata (pada taraf p<0,05)


(6)

Lampiran 17. Anova Uji Lanjut Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen Perlakuan Rataan

Perlakuan

Selisih Rataan

Rataan 6 5 4 3 2 1

P1 2940,324 1 192,67 80,44 33,71 31,23 31,92 X K2 2964,438 2 168,56 56,33 9,59 7,12 X X K1 2971,554 3 161,44 49,21 2,48 X X X

B1 2974,032 4 158,96 46,73 X X X X

B2 3020,764 5 112,23 X X X X X

P2 3132,995 6 X X X X X X

Rataan yang dibandingkan

2 3 4 5 6

q0,05 2,92 3,07 3,15 3,22 3,28 q0,01 3,96 4,14 4,24 4,33 4,39

Rp0,05 97,567 102,579 105,253 107,592 109,596

Rp0,01 132,318 138,332 141,673 144,681 146,685

Keterangan: Nilai S = 33,414; S = √(KT error/ulangan)

q0,05= nilai untuk uji lanjut Duncan dengan tingkat kesalahan 0,05% (α = 0,05) q0,01= nilai untuk uji lanjut Duncan dengan tingkat kesalahan 0,01% (α = 0,01) Rp0,05= hasil perkalian antara nilai S dengan q0,05