Rukun Jual Beli Syarat-Syarat Jual Beli

oleh orang lain, menjual atau membeli dengan menipu atau mengurangi timbangan.

3.3 Rukun Jual Beli

Rukun jual beli: a Ada penjual dan ada pembeli. b Ada barang yang diperjual belikan. c Adanya ijab qobul akad jual beli. Contoh, saya jual barang ini kepada anda seharga Rp.......: saya menerima barang dan menyrahkan uang sebesar......... Rukun akad adalah: dua pihak yang berakad al-aqidan; redaksi ash- shighat dan obyek akad al-mahal al-‘aqd. Jual beli terakadkan dengan ijab qabul. Dikecualikan dari ketentuan ini apa yang diseebut saat ini sebagai jual beli secara ‘praktis’ al-bay bi at’atha, diantaranya jual beli munawalah berdasarkan serah terima. Misal: seorang pembeli meminta barang, lalu penjual menyerahkan kepada pembeli dan pembeli itu menyerahkan uang sesuai dengan harga yang tertulis di barang itu atau yang tertera didaftar harga; atau ia bertanya kepada penjual, berapa harganya dan ia menyerahkan harganya itu kepada; atau orang mengutus anaknya yang masih kecil- mumayyiz atau belum mumayyiz- dengan diberi uang sesuai dengan harga barangnya, lalu pedagaang memberi kepada anak itu apa yang diinginkan oleh orang tersebut. Dalam hal sesuatu yang kecil tidak disyaratkan shighat tertentu. Tradisilah yang menentukannya. Adapun dalam perkara-perkara yang penting disyaratkan adanya shighat, bersambungnya ijab dengan qobul tanpa ada pemisah sela diantara keduanya. Ijab dan qabul itu harus bersesuaian dalam hal yang wajib di ridhai keduanya berupa harga dan barang yang dijual. Hendaknya shighat itu menggunakan lafadz madhi lampau. Akad itu bisa dilakukan dengan tulisan, melalui perantaraan utusan, atau dengan isyarat yang sudah dikenal; misalnya berupa anggukan kepala.

3.4 Syarat-Syarat Jual Beli

18 | m a k a l a h a y a t d a n h a d i s e k o n o m i - j u a l b e l i Jual beli merupakan wasilah yang harus dipakai untuk mempertukarkan barang dan jasa serta agar masing-masing pihak yang berakad dapat merealisasikan kebutuhannya. a. Syarat-syarat ‘Aqid Pihak yang Berakad Al-‘Aqid disyaratkan harus orang yang berakal dan mumayyiz bisa membedakan. Tidak sah akad dilakukan oleh orang gila, orang mabuk dan anak yang mumayyiz. Orang yang gila akadnya tidak sah, kecuali dia dalam kondisi waras. Anak kecil yang mumayyiz akadnya sah, tetapi bergantung pada izin orang yang bertanggung jawab terhadap anak itu. Jika orang itu memperbolehkan akad tersebut bisa dilaksanakan. b. Syarat-syarat obyek akad Ma’qud ‘alayh Obyek akad harus memenuhi enam syarat, yaitu: 1. Zatnya suci. 2. Dapat dimanfaatkan. 3. Kepemilikan aqid terhadap barang tersebut. 4. Kemampuan untuk menyerah terimakannya. 5. Pengetahuan tentang barang tersebut. 6. Keberadaan barang yang dibeli harus diserahterimakan barangnya. Para ulama berbeda pendapat dalam menyebut syarat-syarat diatas. Sebagian dari mereka menyebutnya dengan sebutan yang lain. Misal: 1. Kepemilikan atas barang yang dibeli. 2. Adanya barang yang dibeli dibawah kekuasaan penjual atau kebolehan obyek akad. Semua sebutan itu tercakup di dalam syarat-syarat diatas kecuali satu syarat yaitu syarat persaksian terhadap jual beli. 3. Syarat-syarat sah ijab kabul Shighat atau ijab kabul hendaknya diucapkan oleh penjual dan pembeli secara langsung dalam suatu majelis dan juga bersambungan, maksudnya tidak boleh disela oleh hal-hal yang mengganggu jalannya ijab kabul tersebut. Syarat sahnya yaitu: a. Jangan ada yang memisahkan, pembeli jangan diam saja setelah penjual menyatakan ijab dan sebaliknya. 19 | m a k a l a h a y a t d a n h a d i s e k o n o m i - j u a l b e l i b. Jangan diselangi dengan kata-kata lain antara ijab dan kabul. c. Beragama islam, syarat ini khusus untuk pembeli benda-benda tertentu.

3.5 Bentuk-Bentuk Jual Beli