Pandangan R.A Kartini Tentang Pendidikan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
dan rohani anaknya.
18
Kartini ingin meletakkan dasar moralitas bagi masyarakat Bumiputra melalui pendidikan budi pekerti sebagai pengimbang
pendidikan akal rasio. Kartini berpandangan bahwa peradaban manusia membutuhkan keseimbangan antara akal dan budi pekerti. Budi pekerti
adalah sumber moralitas keadilan dan perikemanusiaan, yang menurut Kartini kurang dipedulikan. Menurut hemat Kartini, hanya dengan
memiliki moralitas keadilan dan peri-kemanusiaanlah pemimpin mampu menyelenggarakan kehidupan bersama dengan rakyat tanpa penindasan.
19
Pendidikan yang diinginkan Kartini tidak hanya menyangkut penguasan materi kognitif saja, melainkan bagiamana menjadikan
manusia-manusia yang berbudi luhur dan berjiwa besar. Yaitu, pendidikan yang mengarahkan manusia menuju kesejatian dirinya secara sempurna,
baik aspek kognitif, aspek afektif, maupun aspek psikomotorik. Atau dengan kata lain, pendidikan yang bisa menumbuhkan kekokohan diri
secara sempurna baik spiritual, moral dan intelektual.
20
Kartini menginginkan keseimbangan otak dan akhlak, jadi siswa selain pandai dalam hal teori, mereka juga harus mempunyai ketrampilan
sehingga pengaplikasian dari teori tersebut terlaksana. 3. Pendidikan Tanpa Diskriminasi
Pendidikan adalah salah satu yang menjadi kepedulian utama
18
Siti Sumantri Soeroto ,…., h.321
19
Dri Arbaningsih ,…, h. 117
20
Imam Tholkhah. Membuka Jendela Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004. h. 154
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Kartini untuk memajukan perempuan dan bangsa Bumiputra Umumnya. Dialah Kartini, yang mengirimkan Nota Kepada Pemerintah Kolonial,
yang dikirimkan kepada penasehat hukum Kementrian Jajahan, Slingenberg tahun 1903 bertepatan dengan masih berlangsungnya politik
etis pemeritah kolonial belanda. Nota kartini berjudul Berilah Pendidikan Kepada Bangsa Jawa memuat berbagai hal termasuk kritik terhadap
kebijakan, perilaku pejabat pemerintah kolonial dalam bidang kesehatan, budaya dan pendidikan. Terutama pendidikan, Kartini menelankan
pentingnya bangsa Bumiputra terdidik. Mengenai pendidikan bagi Bumiputra, Kartini mengingatkan
bahwa semua Bumiputra harus memperoleh pendidikan bagi kalangan manapun dan berlaku untuk semua tanpa membedakan jenis kelamin.
Karena menekankan pentingnya pendidikan bagi perempuan. Dalam suratnya kepada Nyonya Abendanon, Kartini menyatakan bahwa
pengajaran bagi perempuan akan bermanfaat bagi Bumiputra pada umumnya.
Pendidikan telah memperluas peluang perempuan pada akses politik. Kemampuan Kartini membaca Buku berbagai bahasa memperluas
peluang perempuan pada akses politik. Kemampuan Kartini membaca buku berbagai bahasa, menjadi alat pencapaiannya akses ilmu
pengetahuan dan pengalaman berbagai bangsa. Pendidikan juga memberi peluang bagi perempuan untuk mengembangkan potensinya.
Kartini adalah orang Jawa pertama yang memikirkan tentang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
pendidikan gadis remaja bangsa Jawa dan menyatakan keyakinannya bahwa perlunya pendidikan. Dalam hal itu ia mendahului pemerintah
Hindia Belanda. Pada dasawarsa terakhir dari abad 19 ia sudah merumuskan gagasan-gagasannya mengenai maslaah itu sampai
mendetail. Sebetulnya yang diidam-idamkannya ialah sebuah sekolah untuk para perempuan.
21
Surat Kartini berisi harapannya untuk memperoleh pertolongan dari luar. Pada perkenalan dengan Estelle Stella Zeehandelaar, Kartini
mengungkap keinginan untuk menjadi seperti kaum muda Eropa. Ia menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat
yaitu tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tidak dikenal, dan harus bersedia dimadu.
Kartini berkeyakinan bahwa laki-laki dan perempuan harus memperoleh pendidikan yang sama. Pendidikan merupakan kata kunci
menuju perubahan kehidupan yang lebih baik. Pendidikan merupakan mediator utama pembebasan manusia dari diskriminasi dan penindasan.
Khusus kaum perempuan diharapkan Kartini bukan hanya menjadi komoditi domestik, melainkan bagaimana bisa memasuki peran
emansipatoris di dalam pergaulan global yang dinamis dan progresif. Karena perempuan merupakan kunci pembuka bagi pendidikan putra-putri
anak bangsa. Kondisi perempuan pada Era Kartini sangat memprihatinkan,
21
Siti Sumantri Soeroto ,…., h.320
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
karena sedikit sekali perempuan yang bisa memasuki sekolah. Tercatat bahwa pada tahun 1879 hanya 713 gadis Jawa dan Madura yang bisa
menikmati bangku sekolah. Pada tahun 1898 hanya 11 perempuan Jawa yang berkesempatan dan diberi kesempatan menikmati sekolah
GuberMemen Belanda. Atas keprihatinan inilah Kartini memberontak dan bergerak secara revolusioner untuk menggelegarkan pembebasan kondisi
pendidikan perempuan di Indonesia.
22
Dalam kaitan ini, pengalaman Kartini menjadi penting untuk diperhatikan. Dia adalah saksi dari munculnya sebuah kesadaran baru di
kalangan perempuan Indonesia, dan masyarakat Indonesia secara umum, tentang kemajuan perempuan, yang tumbuh menyusul kebijakan politik
etis. Kartini memang mewarisi semangat pembaharuan pendidikan dari Abendanon. Ini ditandai tidak saja kedekatannya dengan salah seorang
tokoh politik etis tersebut, tetapi yang terpenting adalah hasratnya yang besar bagi kemajuan kaum perempuan. Lebih dari itu, sejalan dengan
pemikiran Abendanon, Kartini memilih pendidikan sebagai jalur yang harus ditempuh perempuan untuk memperoleh pengakuan sejajar dengan
kaum laki-laki. Dalam kaitan inilah, dia diakui sebagai simbol dari awal gerakan emansipasi perempuan di Indonesia, dia menjadi pelopor
kebangkitan perempuan Indonesia.
23
Hasrat Kartini untuk memajukan kaum perempuan memang harus berhadapan dengan sistem sosial dan budaya Jawa yang tidak berpihak,
22
Imam Tholkhah ,…, h. 151
23
Jajat Burhanudin. Tentang Perempuan Islam Wacana dan Gerakan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004. h. 4
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
dia harus tunduk pada ayahnya yang memilih menikahkan dia ketimbang mendukung memperoleh pendidikan lebih tinggi. Namun demikian, hal
yang paling penting dalam konteks ini adalah bahwa Kartini mempresentasikan kebangkitan satu kesadaran baru yang tengah
berkembang di kalangan bangsa Indoensia, di mana kemauan menjadi satu wacana sosial dan intelektual yang dominan. Surat-surat Kartini, yang
kemudian diterbitkan sebagai penghargaan atas cita-citanya untuk kemajuan kaum perempuan, dengan tegas merefleksikan pemikiran yang
berkembang secara umum saat itu, satu pemikiran bangsa Indonesia yang mencitakan kemajuan. Hasrat dan cita kemajuan memang menjadi ciri
utama pergerakan Indonesia. Budi utomo, berdiri tahun 1905, merupakan wujud dari keinginan sebagian bangsa Indonesia, lagi-lagi mereka yang
terdirik secara barat, untuk memperjuangkan terciptanya kemajuan. Pembentukan organisasi modern, satu bentuk baru perjuangan bangsa
Indonesia saat itu, merupakan bukti dari keakraban mereka dengan pranata modernitas yang diperkenalkan pemerintah kolonial, atas dasar makna
ideologi kemajuan memperoleh pendasaran historis-sosiologis di Indonesia.
Penting ditekankan, perkembangan sebagaimana dijelaskan di atas, di mana gagasan kemajuan menjadi cita-cita bersama bangsa Indonesia
saat itu, memang didukung teknologi cetak yang sudah diperkenalkan pihak kolonial. Di samping tentu saja faktor pendidikan, perkembangan
teknologi cetak telah memainkan peran sangat penting dalam
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
pembentukan wacana sosial-intelektual di Indonesia. Media cetak telah menyediakan sarana demikian efektif bagi perkembangan dan penyebaran
gagasan, dan selanjutnya perubahan sosial, termasuk gerakan kaum perempuan pada awal abad ke-20. Lagi-lagi pengalaman Kartini memberi
bukti hal demikian. Kemajuan kaum perempuan yang dicitakan Kartini menjadi milik bersama bangsa Indonesia, khususnya mereka dari kalangan
pergerakaan berbasis di perkotaan. Hal ini tentu saja terjadi karena gagasan-gagasan Kartini disebarkan melalui tulisan-tulisan yang terbit di
berbagai surat kabar, yang memang telah berkembang pesat di Indonesia saat itu. Tulisan-tulisan Kartini dibaca tidak saja oleh sahabat-sahabat
sebangsa, tetapi juga dari bangsa, lain, khususnya Belanda.
24
Tentu saja mereka sangat tertarik dan kagum, bahwa seorang putri Bumiputra dapat menulis tentang hal-hal aktual dalam masyarakat dan
dalam bahasa Belanda yang demikian indahnya. Di antara mereka ada beberapa yang memberanikan diri mengirim surat kepada Kartini untuk
menyatakan kekaguman serta dukungan mereka atas gagasan dan cita-cita suci Kartini mengenai emansipasi kaum perempuan dan perempuan
Indonesia pada umumnya. Mereka juga mengagumi keluhuran budi Kartini yang meskipun berasal dari kalangan ningrat tinggi, bersedia untuk
bekerja dikalangan rakyat biasa dan bahkan menamakan diri anak rakyat. Kartini gembira menerima surat-surat itu, yang menunjukkan antusiasme
muda yang masih murni. Dalam menjawab surat-surat ini Kartini
24
Ibid,…, h. 6
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
menempatkan diri sebagai mbakyu Saudara tua mereka, kepada siapa mereka dapat menceritakan segala suka duka dan juga meminta nasehat
jika memerlukannya.
25
Perempuan akan lebih dihargai bila ia memperoleh pendidikan yang sama dengan laki-laki dan apalagi lebih tinggi. Perempuan
berpendidikan yang diangangkan Kartini adalah bagaimana ia bisa memasuki sektor-sektor publik, seperti peneliti, penguasaha, wartawan,
arsitek, dan bahkan pemimpin negara Itulah yang ada dalam bidikan lensa- lensa angan-angan Kartini menuju pembebasan dan kebebasan perempuan
dalam perspektif pendidikan. Atas jasa Kartini ini, kemudian bermunculan wanita-wanita
Indonesia yang berpendidikan modern. Liberalisasi dan emansipasi pendidikan terus digalakkan bagi kaum perempuan. Kaum wanita era
sesudah Kartini boleh berbangga dan sekaligus berbenah diri kea rah dua beban yang harus dipikul, yaitu sektor domestik dan sektor publik. Wanita
dewasa ini harus menyeimbangkan segenap potensi dan kesempatan yang ada, antara rumah tangga dan karirnya. Kemampuan manajerial balancing
ini diharapkan supaya apa yang menjadi cita-cita awal gerakan feminisme tidak sia-sia dan tidak menjadi nihil.
26
Pandangan Kartini tentang pendidikan barangkali bisa dijelaskan kedalam beberapa hal. Pertama, pendidikan perempuan haruslah
ditekankan pertama kali sebagai usaha, mengejawantahkan pembangunan
25
Siti Sumantri Soeroto ,…., h.320
26
Imam Tholkhah ,…, h. 155
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
kepribadian anak bangsa secara menyeluruh. Kedua, selain diorientasikan kepada pengetahuan dan keterampilan, pendidikan hendaknya juga
diarahkanm kepada pembentukan watak dan kepribadian peserta didik. Ketiga, kunci kemajuan bangsa terletak pada pendidikan, karena itu
seluruh rakyat harus dapat menerima pendidikan secara sama. Sistem dan praktek pendidikan tidak mengenal diskriminasi dan siapa saja tanpa
membeda-bedakan jenis kelamin, keturunan, kedudukan sosial dan sebagainya berhak memperoleh pendidikan.
27
Kartini berusaha untuk memberikan perubahan terhadap posisi perempuan Jawa pada waktu itu. Karena Kartini berharap kaum
perempuan akan memperoleh nasib yang lebih baik daripada apa yang dialaminya. Kartini merupakan sosok pejuang pemikiran modern pertama
sekaligus menjadi inspirator bagi perempuan penerusnya. Beliau tidak hanya pejuang saja, melainkan juga seorang pejuang pembebasan
pemikiran untuk bangsanya.
27
Ibid, …, h. 154
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
64