perusahaan semata-mata untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi. Dalam hal ini sebenarnya perusahaan masih memiliki tujuan lain,
seperti halnya perusahaan media. Selain keuntungan, mereka juga memiliki tujuan yang bersifat politis yakni untuk menancapkan
pengaruh kepada masyarakat. Kedua, teori tersebut pada akhirnya menyama-ratakan perilaku perusahaan tanpa memperdulikan ukuran
dan struktur organisasi perusahaan. Namun tidak semua perusahaan media selamanya bersifat komersial. Asumsi bahwa perusahaan
mencari keuntungan merupakan inti sari dari teori perusahaan.
24
Karakteristik ekonomi media menurut Gillian doyle, menyatakan untuk memahami apa yang menarik dari kajian ekonomi
media adalam mempertimbangkan karakteristik media secara menyeluruh yang itu bisa membedakan dari area aktifitas ekonomi
lainnya. Gillian sedikitnya menyebutkan ada tiga karakteristik kunci dari ekonomi media. Pertama, perusahaan media acapkali menjual
atau melempar produk mereka ke dalam dua jenis pasar yang terpisah dan berbeda. Hal itu dikarenakan perusahaan media merupakan
perusahaan yang unik. Seperti diketahui, komoditas utama perusahaan media adalah konten program televisi, surat kabar, artikel, majalah,
dsb dan penonton. Konten yang dikonsumsi penonton dapat membentuk “output yang pertama” yang dapat dijual, selanjutnya
penonton merasa tertarik yang mana ketertarikan tersebut merupakan “output yang kedua”. Ketertarikan tersebut memudahkan perusahaan
24
Gillian Doyle, Understanding Media Economics, London: Sage Publications, 2002, hal. 11-13, dalam ibid, hal 14
media untuk membentuk mindset penonton yang mana bentukan mindset itulah yang akan dijual kepada perusahaan periklanan.
Penonton merupakan modal bagi perusahaan media untuk menggaet perusahaan iklan.
Kedua, konten media dapat diklasifikasikan sebagai nilai budaya. Film, siaran televisi, buku dan musik tidak semata-mata
produk komersil, namun mereka juga member nilai tambah pada lingkup kebudayaan. Kebanyakan nilai-nilai budaya lebih mudah
ditangkap oleh penonton dibanding dengan informasi yang sejatinya menjadi muatan sebuah siaran atau berita.
Ketiga, perusahaan media merupakan barang publik. Hal ini bermakna bahwa ketika program televisi, surat kabar, atikel majalah,
dsb dinikmati seseorang, bukan berarti orang lain tidak dapat menikmatinya karena sebuah tontonan atau artikel dan sebagainya,
tidak akan habis jika ditonton atau dibaca beberapa orang sekaligus dalam waktu yang sama. Berbeda dengan barang pribadi seperti roti,
jika seseorang telah menikmati roti tersebut, maka orang lain tidak dapat menikmatinya. Untuk itu barang pribadi yang mana
menggunakan sumber-sumber yang terbatas, perlu dirasionalisasi melalui pasar dan harga.
25
Konstruksi sistem penyiaran dapat terintervensi dengan kekuatan politik, selain itu juga rentan intervensi kekuatan ekonomi.
Terdapat dua sistem ekonomi yang mempengaruhi industri penyiaran.
25
Ibid, hal. 117-118
Pertama, ekonomi pasar yang memiliki hubungan timbal balik antara kemajuan ekonomi dan kemajuan media. Makin maju ekonomi makin
besar peran media. Sebaliknya, media juga dapat merangsang dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengatasi problem
ekonomi sekaligus mengangkat kesejahteraan hidupnya. Kedua, sistem ekonomi yang dikontrol negara state controlled economy
media dikontrol dari dimonopoli negara authoritarian, dan mengabdi pada kepentingan kekuasaan.
26
26
Rahmad Harianto, Tesis, 2013, Ekonomi Media Televise Lokal : Eksistensi Di Tengah Dominasi Televise Nasional Studi Pada Jawa Pos Televisi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Airlangga, hal 17
89
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai strategi kreatif program larasati dala mepertahankan eksistensi di JTV Surabaya, penulis
menyimpulkan bahwa apa yang diterapkan oleh produser dan tim kreatif pada program larasati bukanlah strategi yang asal
–asalan melainkan telah melalui berbagai evaluasi. Disamping menerapkan kriteria strategi kreatif. Produser
dan tim kreatif juga menerapkan berbagai trik-trik pada program larasati dalam upayanya mempertahankan eksistensi program. Kreativitas produser
dan tim kreatif tercermin dalam upayanya memecahkan problem dan kendala yang ada selama ini. Evalusi dan inovasi rutin dilakukan pada program
larasati untuk memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kualitas program baik dari sisi materi maupun kemasan, karena selain bertujuan untuk memberi
hiburan, program ini merupakan bagian dari bisnis industri kreatif televisi, sehingga penonton merupakan faktor penting dalam perjalanan program
larasati, karena tanpa penonton larasati tak mungkin dapat terus mengudara sampai sekarang.
B. REKOMENDASI
Adapun saran yang diberikan penulis sebagai bahan pertimbangan produser untuk kemajuan program dan stasiun penyiaran adalah sebagai
berikut : 1.
Kepada tim program larasati, alangkah baiknya jika program larasati bisa ditayangkan secara langsung atau live. Dengan ditayangkan secara live,
maka tidak hanya audience yang ada di tempat saat syuting saja yang
bisa bernyanyi langsung atau berkolaborasi pada penyanyi atau bandnya, tapi audience yang ada di rumah juga bisa berkolaborasi dengan
penyanyi melalui line telefon. 2.
Melakukan promosi program dan penjualan program kepada pengiklan dengan lebih gencar. Manfaatkan semua media promosi yang ada
sehingga program Larasati dapat dikenal lebih luas. 3.
Bagi program Lasarati, selalu berikan inovasi baru demi kemajuan program.
4. Maksimalkan penerapan strategi kreatif yang selama ini telah diterapkan
agar program Larasati semakin baik ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA
Amir Yasraf Piliang. 2011. Bayang-bayang Tuhan: Agama dan Imajinasi, Bandung: Mizan Publika
Azwar, Saifuddin. 1998.Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Bachtiar,Wardi. 1999. metodologi penelitian ilmu dakwah, Jakarta : logos
Barker, Chris. 2005. Cultural Studies; Teori Praktik,penerjemah Nurhadi, Cet. II, Yogjakarta: Kreasi Wacana
Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya : Airlangga University Press.
Bungin, Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa, Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. 2010. Cet ke-4. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Burton, Graeme. 2006. Membincangkan Televisi: Sebuah Pengantar kepada Studi Televisi,
Bandung: Jalasutra Doyle, Gillian. 2002. Understanding Media Economics, London: Sage Publications
Dr. Elvira, dkk. 2012. Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung : Simbiosa Rektama Media
Elison, Eds Alexander. 2004. Media Economics : Theory And Practice, New Jersey: Third Edition, Lawrence Erlbraum Associates
Eriyanto, 2008. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogjakarta: LKiS Eriyanto. 2005. Analisis Framing, Cet III, Yogjakarta: LKiS Pelangi Aksara
Fiske,John. 2010. Cultural and Communication Studies, Yogjakarta: Jalasutra Hajar,Ibnu. 1996. Dasar-Dasar Penelitian dalam Pendidikan, Jakarta : Grafindo Persada
Halim,Syaiful. 2013. Postkomodifikasi Media, Yogyakarta: Jalasutra Henry Faizal Noor. 2010. Ekonomi Media, Cet ke-1 Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Herdiansyah, Haris. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta : Salemba Humanika Idi Subandi Ibrahim, dan Malik, 1997.
“Ideologi Iklan dan Patologi Modernitas”, dalam Ibrahim, dkk, Hegemoni Budaya, Yogyakarta: Bentang
Idi Subandi Ibrahim, 2011. Kritik Budaya Komunikasi; Budaya, Media dan Gaya Hidup dalam Proses Demokratisasi di Indonesia, Yogjakarta: Jalasutra
Kellnes,Douglas. Media Culture: Culture Studies, Identity and Politics between the Modern and the Post Modern, USA and VK: Westvie Press,
Kristiyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktik Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Lexi J. Moleong, 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: Remaja Rosdakarya McQuail, 2011. Teori Komunikasi Massa.Jakarta : Salemba Humanika
Mosco, Vincent. The Political Economy of Communication, London: Sage Publication Mudjiono,Yoyon. 2012. Ilmu Komunikasi, Surabaya : jaudar press
Mufid, Muhammad. 2007. Komunikasi dan Regulasi Penyiaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Patria,Nezar dkk. 1999. Negara dan Hegemoni, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Rakmat, Jalaludin. 1999. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung, PT. Remaja Rosdakarya
Ruslan Rosady. 2003. Metode Penelitian PR dan Komunikasi. Jakarta Stephen K. Sanderson, 1993. Sosiologi Makro, Sebuah Pendekatan terhadap Realitas Sosial,
Jakarta: Rajawali Stephen W. Little John dan Karen A. Foss, 2009. Teori Komunikasi: Theories of Human
Communication, Jakarta: Salemba Humanika Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R D. Bandung : ALFABETA.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Pengembangan Bahasa Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka
William l Rivers, jay W dan Theodore Peteerson, 2003. media massa dan masyrakat modernterj. Jakarta : prenada media
Internet
www.indonesiaX.com www.indonesiaXintrodution to broadcasting.com
www.JTV.co.id www.kampuskomunikasi.blogspot.co.id
www.KBBI.com
http:ryanhadiwijaya.wordpress.com20120930definisi-strategi-menurut-para-ahli. http:www.slideshare.netRezka_Judittyaperencanaan-program-televisi-by-indra-prawira.
Jurnal
Fajar,Arief. dalam jurnal Kalamsiasi; Konstruksi Surat Kabar Harian Kompas Mengenai Lingkungan Hidup, Vol. 3, Nomor 2, September 2010, Unmuh Sidoarjo: PSKK Pusat
Studi Komunikasi dan Kebijakan Fakultas IlmuSosial dan Ilmu Politik. Canggih, strategi kreatif produser program tamu istimewa dalam mempertahankan eksistensi
program di stasiun aditv, Jogjakarta, Universitas Sunan Kali Jaga, 2013. Hariyanto, dalam jurnal Komunika; Gender dalam Konstruksi Media, Volume 3, Nomor 2, Juli-
Desember 2009, STAIN Purwokerto. Ibnu Hamad dalam jurnal Pantau; Media Massa dan Konstruksi Realitas, 06 Oktober-November,
ISAI Novel ali. “pers objektif, media pemberdayaan masyarakat yang efektif”, jurnal ikatan sarjana
komunikasi. Vol1juli 1998. Rahmad Harianto, Tesis, 2013, Ekonomi Media Televise Lokal : Eksistensi Di Tengah
Dominasi Televise Nasional Studi Pada Jawa Pos Televisi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga.