STRATEGI KREATIF PROGRAM LARASATI DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSINYA DI JTV SURABAYA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S. I.Kom)

Oleh:

Fared Ahli Syhabbudin NIM. B76212101

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

v

Fared Ahli Syhabbudin, NIM B76212101, 2016. Strategi Kreatif Program Larasti Dalam Mempertahankan Eksistensinya di JTV Surabaya. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Strategi Kreatif, Program Larasati, Mempertahankan Eksistensinya, Ekonomi Media

Skrispsi ini membahas tentang strategi - startegi kreatif apa saja yang di lakukan produser dan tim kreatif dalam upaya mempertahankan eksistensi program Larasati. Dalam skripsi ini juga membahas pesan ekonomi media yang diterapkan dalam sebuah program kreatif yang bernama Larasati.

Ada sebuah persoalan yang hendak dikaji dalam skripsi ini, yaitu: Bagaimana strategi kreatif yang dilakukan program larasati dalam mempertahankan eksistensi di JTV Surabaya ?

Untuk mengungkap permasalahan tersebut secara mendalam, peneliti menggunakan pendekatan teori kontruksi sosial media massa, suatu teori yang membahas tiga momen dialektis dalam penciptaan suatu realitas sosial masyarakat, yaitu objeksifikasi, eksternalisasi, dan internalisasi.

Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif dengan pendekatan ekonomi media. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa banyak hal yang dapat di jadikan ide atau sebuah kreatifitas, mulai dari pemilihan lagu, pemain band, tema, konten, nama program, sampai pada kostum maupun make up yang biasa di jadikan sebuah bahan kreatifitas agar menarik pemirsa yang nantinya dalam pendekatan ekonomi media, sebuah program yang kreatif dan menarik tersebut dapat berpengaruh terhadap pendanaan media tersebut.


(7)

viii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR BAGAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH ... 1

2. RUMUSAN MASALAH DAN FOKUS PENELITIAN ... 6

3. TUJUAN PENELITIAN ... 7

4. MANFAAT PENELITIAN ... 7

5. PENELITIAN TERDAHULU ... 8

6. DEFINISI KONSEP ... 9

7. KERANGKA PIKIR PENELITI ... 12

8. METODE PENELITIAN... 15

9. SISTEMATIKA PENULISAN ... 24

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. KAJIAN PUSTAKA ... 26

a) DEFINISI STRATEGI ... 26

b) STRATEGI KRETIF ... 28

c) PROGRAM ... 32

d) PROGRAM LARASATI ... 34

e) TELEVISI LOKAL DAN SISTEM PENYIARAN ... 37

f) EKSISTENSI... 38

g) JTV SURABAYA ... 38

2. KAJIAN TEORI ... 40

a) TEORI KONSTRUKSI MEDIA ... 40

BAB III PENYAJIAN DATA 1. TENTANG STASIUN TELEVISI JTV SURABAYA ... 50


(8)

ix

d) TARGET AUDIENCE ... 52

e) PROGRAM ACARA ... 53

f) PROGRAM KERJA ... 55

2. TENTANG PROGRAM LARASATI ... 56

a) PROFIL INFORMAN ... 56

3. DESKRIPSI DATA PENELITIAN ... 57

a) DATA TENTANG STRATEGI KREATIF YANG DILAKUKAN PROGRAM LARASATI DI JTV SURABAYA DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI ... 59

BAB IV ANALISIS DATA 1. ANALISIS TEMUAN PENELITIAN ... 66

2. KONFIRMASI TEMUAN DENGAN TEORI ... 76

BAB V PENUTUP 1. KESIMPULAN ... 89

2. REKOMENDASI ... 89 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(9)

(10)

1

A. Latar Belakang

Sebuah kotak ajaib yang mampu menyihir banyak orang untuk duduk manis menghabiskan waktu, bernama Televisi. Televisi sebagai alat komunikasi massa yang merupakan gabungan antara radio dan film, sebab televsisi dapat meneruskan suatu peristiwaa dalam bentuk gambar yang hidup dan bersuara dan kadang-kadang

berwarna atau dengan kata lain televsi merupakan “audio visual”.1

Televisi sebagai salah satu media massa mampu memberi informasi, medidik, menghibur dan membujuk tetapi pada umumnya tujuan utama khalayak televisi untuk memperoleh hiburan selanjutnya untuk memperoleh informasi2

Televisi sebagai media massa tentu tidak luput dari suatu industri kemediaannya. Memasuki abad ke-21, industri media tengah berada di dalam perubahan yang cepat. Kerajaan-kerajaan media mulai membangun diri dengan skala yang besar. Merger ataupun pembelian media lain dalam industri media terjadi di mana-mana dengan nilai perjanjian yang sangat besar. Semakin lama bisnis media semakin besar dan melibatkan hampir seluruh outlet media yang ada dengan kepemilikan yang makin terkonsentrasi. Masyarakat makin tenggelam dengan dunia yang dipenuhi oleh media. Apakah masyarakat terlayani dengan informasi yang actual, beragam dan sesuai dengan kepentingan mereka oleh industri ini, atau

1

Yoyon Mudjiono, Ilmu Komunikasi, (Surabaya : jaudar press 2012).hal 51

2


(11)

perkembangan yang luar biasa ini hanya untuk meningkatkan keuntungan bagi

“segelintir” orang yang terlibat dalam industri ini.

Nampaknya bukan hanya itu, Di abad 21 ini semakin banyak media-media massa baru yang bermunculan. Industri media saat ini tengah melaju dengan cepat , semakin lama bisnis media ini semakin besar dengan kepemilikian yang semakin mengerucut dan tengah membentuk sebuah kerajaan di industri media. Dengan kata lain, ini akan terjadi keseragaman informasi yang berimbas pada tidak variatifnya program- program yang disajikan. Apakah khalayak terpenuhi dengan informasi yang aktual, beragam dan sesuai dengan kebutuhan mereka atau khalayak hanya sebagai komoditas untuk meningkatkan keuntungan bagi orang/institusi yang menggeluti industri media ini.

Dengan memperhatikan fenomena tersebut, nampaknya telah terjadi pergeseran orientasi dari (give the prees the public wants) pemenuhan selera public atau malah menjadi (give the press they public should knows) pembentukan selera public, seperti yang dikatakan Novel Ali.3 Dengan demikian media dapat dikatakan sebuah aktifitas institusi media massa dalam meciptakan atau menghasilkan produk media yang berorientasi pada bertambahnya modal. Untuk menyatakan institusi media massa bukan berorientasi untuk bertambahnya modal juga sulit, jika dilihat dari aspek produksi yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit terutama bisnis media televisi. Artinya media memerlukan pemasukan dana dari iklan sebagai tambahan modal dan menggembangkan industri media. Terlebih media massa yang

3

Novel ali. “pers objektif, media pemberdayaan masyarakat yang efektif”, jurnal ikatan sarjana komunikasi. Vol1/juli 1998.


(12)

ada saat ini cukup variatif sehingga mau tidak mau akan menuntut sebuah persaingan antar media massa.

Saat ini, media berlomba lomba mencari dan menjala iklan sebagai salah satu pemasukan keuangan yang bisa diraih, tidak heran jika media membuat banyak produk/program yang menarik khalayak guna mendapatkan rating yang tinggi yang pada akhirnya untuk menarik iklan dari sponsor masuk menambah pundi-pundi keuangan. Keberhasilan media massa dalam mempertahankan diri dan mampu bersaing di tengah pasar informasi bebas lebih ditentukan oleh kemampuanya dalam menyediakan sesuatu yang diingkan oleh pasar.4 Persaingan media yang berbeda untuk mendapatkan iklan yang sama dapat mendorong keberagaman5 pembuatan program-program.

Melihat berbagai fenomena media massa saat ini, bisa dikatakan bahwa media massa telah bergerak jauh, dari sekedar institusi atau lembaga yang menyediakan berbagai informasi kepada khalayak luas, menjadi sebuah industri yang melayani kebutuhan khalayak terhadap informasi. Begitu besarnya informasi yang diperlukan, tak jarang lembaga media massa tidak hanya memerankan diri sebagai penyuplai, tapi

sudah melangkah kearah pembentukan “selera” informasi apa yang seharusnya

dikonsumsi oleh khalayak. Dalam konteks inilah media mulai menjadi sebuah industri yang di dalamnya terdapat proses produksi, distribusi, dan konsumsi yang merupakan inti dari ekonomi media.

4

William l Rivers, jay W dan Theodore Peteerson, media massa dan masyrakat modern(terj). Jakarta prenada media,2003

5


(13)

Untuk menuju industri media, ada beberapa komponen utama yang dijadikan sumber penunjang bagi berlangsungnya kehidupan industri media. Sumber tersebut adalah modal, jenis media, dan jenis khalayak sasaran.6 Dari penguatan ketiga komponen tersebut diperlukan media untuk dapat terindustrialisasi. Selain ketiga komponen tersebut, ada juga tiga hal karakter dalam sebuah industri media, diantaranya costumer requirements (karakter yang merujuk pada harapan dan keinginan konsumen terhadap produk media yang meliputi aspek kualitas, diversitas dan ketersediaan), competitive environment (karakter yang merujuk pada lingkungan pesaing yang dihadapi perusahaan media, social expectation (karakter yang merujuk pada relasi antara harapan masyarakat dengan keberadaan industri).7

Dengan kondisi semakin banyaknya media yang variatif menjadikan khalayak memliki banyak pilihan untuk menentukan media massa yang akan di konsumsinya. Ini merupakan suatu dampak positif bagi khalayak karena mereka bebas menentukan plihanya, sementara bagi pengelola ini merupakan tantangan untuk melakukan kreatifitas dalam mengemas produknya.

Sebagai gambaran saat ini, bagaimana perubahan terjadi di industri media televisi, dimana ketika Transtv dan Trans7 berkonsolidasi membentuk Transcorp, sama halnya dengan RCTI, TPI dan Global tv yang menjadi MNC group, dengan program-program hiburan yang di sajikan. Metro tv dan TvOne dengan program news yang dibawa atau kehadiran “anak baru” yaitu Nettv yang membawa persaingan

6

Rachmat Kristiyantono. Teknik Praktik Riset Komunikasi. (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006), hal.273

7

Mufid, Muhammad. Komunikasi dan Regulasi Penyiaran. (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2007), hal.90


(14)

baru di industri media televisi dengan kreatifitas ke-anak mudanya, menjadi pesaing sengit mendapatkan rating tinggi. Belum lagi kehadiran televisi lokal dengan kearifan daerah yang dibawa, menjadikannya sangat hangat bagi khalayak untuk memilih program-program televisi lokal.

Munculnya televisi – televisi lokal semakin mendorong persaingan media menjadi semakin kompetitif dengan televisi nasional maupun antar televisi lokal. Penonton lokal akan merasa senang jika disuguhi program-program yang sesuai dengan selera lokal mereka. Program televisi lokal sangat menarik jika dikemas atau berangkat dari kegiatan yang popular dimasyarakat, seperti kebudayaan, kesenian, pendidikan non formal maupun kepentingan-kepentingan umum lainya.

Untuk menghadapi persaingan media yang televisi yang semakin sengit, akhirnya menuntut para pegelola menciptakan program-program yang lebih unik, menarik, serta kreatif yang berbeda dengan program-progam yang telah ada. Dengan begitu memungkinkan program tersebut akan menarik khalayak untuk menonton, sehingga akan berpengaruh kepada rating. Dengan rating yang ditinggi, para industri media televisi bisa menjala para pengiklan untuk mampu bertahan hidup dengan persaingan industri media yang kompetitif saat ini.

Larasati adalah sebuah program unggulan dari stasiun televisi JTV Surabaya yang bertemakan musik. Larasati menghadirkan bintang tamu lokal untuk membawakan beberapa lagu-lagu pop generasi masa kini maupun lagu-lagu nostalgia dengan aransemen kroncong modern.


(15)

Pilihan program larasati sebagai subyek peneletian disini atas dasar beberapa pertimbangan, yaitu program larasati merupakan salah satu program televisi yang memliki kontek musik beraliran kroncong yang dikemas secara modern agar bisa dinikmati oleh semua kalangan. Program larasati sebagai program salah satu program televisi swasta yang dikategorikan sebagai pogram yang mengangkat konten - konten budaya lokal.

JTV Surabaya adalah sebuah stasiun televisi di Jawa Timur yang konsisten dengan konten – konten budaya lokal Surabaya yang sampai saat ini masih bisa memproduksi program-program yang memuat budaya lokal tersebut sehingga stasiun televisi JTV Suarabaya ini menjadi sangat hangat di kalangan masyarakat lokal.

B. Rumusan Masalah dan Fokus Penelitian a) Rumusan Masalah

Berpijak pada latar belakang masalah, maka peneliti hendak menganalisis pokok permasalahan yaitu : Bagaimana strategi kreatif yang dilakukan program larasati dalam mempertahankan eksistensinya di JTV Surabaya ?

b) Fokus Penelitian

Selain rumusan masalah yang telah ditentukan diatas peneliti juga telah merumuskan suatu fokus penelitian yang digunakan untuk membatasi penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Fokus penelitian tersebut :


(16)

Bagaimana strategi kreatif yang dilakukan program larasati dalam mempertahankan eksistensinya di JTV Surabaya ?

C. Tujuan

Bertolak dari latar belakang dan rumusan masalah yang telah di jelaskan diatas, maka tujuan penelitian ini difokuskan pada upaya mendeskripsikan serta menjelaskan tentang strategi kreatif yang dilakukan pada program larasati di stasiun telvisi JTV Surabaya.

D. Manfaat

Berlatar belakang dari tujuan penelitian, maka penelitian ini diarahkan untuk dapat memberi manfaat secara teoritis maupun praktis, yaitu :

a) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaraan kepustkaan bagi jurusan Ilmu Komunikasi khususnya pada konsentrasi Broadcasting atau memberikan kontribusi bagi pengembangan keilmuan yang telah ada.

b) Secara praktis penelitian ini memberikan sejumlah fakta bagaimana mencari ide yang kreatif dalam membuat sebuah program televisi termasuk memberikan gambaran bagaimana cara berpikir kreatif, serta penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan bagi program Larasati untuk selalu tampil kreatif dengan mempertahankan ciri khas JTV Surabaya itu sendiri dengan kearifan lokal yang dibawa.


(17)

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian sejenis ini telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dengan penelitian yang disusun oleh peneliti, diantaranya :

Penelitian yang dilakukan oleh Guntur Mahardika, mahasiswa jurusan Ilmu

Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta dengan judul

“Strategi Produser dalam Meningkatkan Rating Program Musik Dahsyat” tahun 2011.

Dalam skripsi tersebut membahas tentang bagaimana strategi produser dalam meningkatkan rating program agar tidak kalah saing dengan program sejenis. Di mana metode penelitian yang diambil adalah deskriptif kualitatif dengan objek penelitiannya adalah strategi produser program musik Dahsyat dalam meningkatkan rating dan subjek penelitiannya adalah produser sebagai key informan dan beberapa penonton sebagai informan. Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis, didapatkan kesimpulan bahwa dalam meningkatkat rating program musik Dahsyat, strategi yang diambil produser adalah melalui konten acara yang berbeda setiap harinya dalam satu minggu, seperti kalau setiap hari rabu ditayangkan Dahsyatnya pasar, kalau hari kamis Dahsyatnya sekolah, dan lain sebagainya.

Penelitian yang dilakukan oleh Rico Delta Yudha, mahasiswa jurusan Ilmu

Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan judul “Strategi Kreatif

Program Acara Langenswara di Jogja TV” tahun 2011. Dalam skripsi tersebut membahas tentang bagaimana strategi produser dalam mempertahankan eksistensi program agar tidak kalah bersaing dengan program lain. Metode penelitian yang


(18)

dipakai adalah deskriptif kualitatif, di mana objek penelitiannya adalah Langenswara di Jogja TV sebagai program acara televisi Jogja TV dan subjek penelitiannya adalah produser, tim kreatif, dan penanggung jawab acara. Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis, didapatkan kesimpulan bahwa dalam mempertahankan eksistensi program Langenswara yaitu melalui kontent/isi dengan selalu meng-update lagu-lagu campursari dan informasi seputar Yogyakarta.

Atau penelitian yang dilakuan oleh canggih bakti pratiwi8 yang sama-sama mengupas strategi kreatif dari seorang tim maupun produser dalam membawa program televisi bisa tetap eksis.

Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah jika dalam penelitian sebelumnya lebih terfokus pada strategi kreatif program berdasarkan proses produksi, maka pada penelitian ini akan penulis bukan hanya memaparkan strategi kreatif namun juga memaparkan secara lebih rinci bagaimana proses datanganya kreatifitas membuat sebuah program acara dari kemasan program, konten/tema, setting lokasi, tata kamera, hingga penggunaan spesial efek pada proses editing atau bisa dikatakan proses kreatifitas dari pra hingga pasca produksi sebuah program televisi.

F. Definisi konsep

Pada dasarnya, konsep konsep merupakan unsur pokok dari sebuah penelitian, dan suatu konsep sebenarnya adalah definisi singkat dari sejumlah fakta

8

Canggih, strategi kreatif produser program tamu istimewa dalam mempertahankan eksistensi program di stasiun aditv,( Jogjakarta, Universitas Sunan Kali Jaga, 2013).


(19)

atau data yang ada. Oleh karena itu agar tidak terjadi kesalahpahaman, penulis memberikan batasan istilah atau definisi yang digunakan dalam penelitian ini. Dengan demikian, ist ilah atau definisi yang dimaksud memiliki pengertian terbatas. Adapun batasan bagi beberapa konsep dalam penelitian ini yaitu :

a) Strategi Komunikasi

Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh penentuan strategi komunikasi. Di lain pihak jika tidak ada strategi komunikasi yang baik efek dari proses komunikasi (terutama komunikasi media massa) bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif. Sedangkan untuk menilai proses komunikasi dapat ditelaah dengan menggunakan model-model komunikasi. Dalam proses kegiatan komunikasi yang sedang berlangsung atau sudah selesai prosesnya maka untuk menilai keberhasilan proses komunikasi tersebut terutama efek dari proses komunikasi tersebut digunakan telaah model komunikasi.

Menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku berjudul “Dimensi

-dimensi Komunikasi” menyatakan bahwa :“strategi komunikasi merupakan

panduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen (communications management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata


(20)

bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung dari

situasi dan kondisi”.9

b) Strategi Kreatif

Strategi kreatif merupakan dua kata berbeda yang terdiri dari kata strategi dan kreatif. Strategi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti yaitu, rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran.

c) Program

Secara teknis penyiaran televisi, program televisi (television programming) diartikan sebagai penjadwalan atau perncanaan siaran televisi dari hari ke hari (horizontal programming) dan dari jam ke jam (vertical programming) setiap harinya untuk merebut perhatian pemirsa. Menjadwalkan program tidaklah semudah yang dibayangkan, mengingat penata program harus jeli memerhatikan apa yang disenangi penonton, selain kapan penonton biasa duduk di depan pesawat televisi.

d) Larasati

Larasati adalah sebuah program unggulan dari stasiun televisi JTV Surabaya yang bertemakan musik. Larasati menghadirkan bintang tamu lokal untuk membawakan beberapa lagu pop generasi masa kini maupun lagu-lagu nostalgia dengan aransemen kroncong modern. Larasti di siarkan secara tipping pada hari kamis dan jumat pukul 15.30-16.30 WIB.10

9

www.kampuskomunikasi.blogspot.co.id diakes pada 17 Juli 2016 jam 15.00

10


(21)

e) Eksistensi

Eksistensi Menurut kamus besar Bahasa Indonesia : “Eksistensi adalah keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan”. Ini sesuai

dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang artinya keluar dari, melampaui atau mengatasi.

f) JTV Surabaya

JTV merupakan singkatan dari Jawa Pos Media Televisi, adalah sebuah stasiun televisi regional di kota Surabaya, Jawa Timur. JTV adalah televisi swasta regional pertama di indonesia sekaligus yang tebesar di Jawa Timur saat ini. Statiun televisi ini merupakan anggota jaringan Jawapos TV yang juga dimiliki oleh Grup Jawa Pos.

G. Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di identifikasi sebagai masalah penting.11

Seorang peneliti membutuhkan landasan berfikir untuk memecahkan suatu masalah dalam penelitianya. Untuk itu, kerangka teori yang disusun perlu memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut masalah yang akan disorot.

11

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : ALFABETA. Hlm. 60.


(22)

Bagan 1.1 Kerangka Pikiran Penelitian

Teori Konstruksi Sosial Media Massa adalah mengoreksi substansi

kelemahan dan melengkapi “konstruksi sosial atas realitas”, dengan menempatkan seluruh kelebihan media massa dan efek media atas “konstruksi sosial atas realitas”.

Khalayak/ Rating

Pengiklan Teori

Kontstruksi Sosial Media Komodifikasi

musik tradisional

Tim Produksi

Larasati

Program Larasati


(23)

Namun, proses simultan tidak bekerja secara tiba-tiba, melainkan terbentuk oleh proses melalui beberapa tahap penting.

Peter L. Berger dan Thomas Luckman12 menjelaskan konstruksi sosial atas realitas terjadi secara simultan melalui tiga tahap, yakni eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Tiga proses ini terjadi di antara individu satu dengan individu lainnya dalam masyarakat.

Substansi teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Berger dan Luckman adalah proses simultan yang terjadi secara alamiah melalui bahasa dalam kehidupan sehari-hari pada sebuah komunitas primer dan semi-sekunder. Basis sosial teori dan pendekatan ini ialah masyarakat transisi-modern di Amerika pada sekitar tahun 1960-an, di mana media massa belum menjadi sebuah fenomena yang menarik untuk dibicarakan. Dengan demikian, teori konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan Thomas Luckman tidak memasukkan media massa sebagai variabel atau fenomena yang berpengaruh dalam konstruksi sosial atas realitas.

Pada kenyatannya konstruksi sosial atas realitas berlangsung lamban, membutuhkan waktu yang lama, bersifat spasial, dan berlangsung secara hierarkis-vertikal, di mana konstruksi sosial berlangsung dari pimpinan ke bawahannya, pimpinan kepada massanya, kyai kepada santrinya, guru kepada muridnya, orang tua kepada anaknya, dan sebagainya.

Di dalam buku yang berjudul, Konstruksi Sosial Media Massa; Realitas Iklan Televisi dalam Masyarakat Kapitalistik, teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L.Berger dan Thomas Luckman telah direvisi dengan melihat

12


(24)

variabel atau fenomena media massa menjadi hal yang substansial dalam proses eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Artinya, sifat dan kelebihan media massa telah memperbaiki kelemahan proses konstruksi sosial atas realitas yang

berjalan lambat itu. Substansi “konstruksi sosial media massa” adalah pada sirkulasi

informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial yang berlangsung sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas yang terkonstruksi itu juga membentuk opini massa, massa cenderung apriori, dan opini massa cenderung sinis.

Posisi “konstruksi sosial media massa” adalah mengoreksi substansi kelemahan dan melengkapi “konstruksi sosial atas realitas”, dengan menempatkan seluruh kelebihan media massa dan efek media pada keunggulan “konstruksi sosial media massa” atas “konstruksi sosial atas realitas”.

Program acara Larasati menampilkan tayangan hiburan berupa music dangdut dengan menghadirkan bintang tamu lokal. Hal tersebut menjadi bagian dari komodifikasi musik dalam media massa melalui tayangan suatu program acara.

H. Metode Penelitian

a) Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomelogi dengan alasan hendak memahami bagaimana proses terbentuknya kreatifitas yang terjadi di program Larasati sehingga mengerti apa saja faktor-faktor yang dibutuhkan dan bagaimana kreatifitas muncul dalam membentuk sebuah program televsi.

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah metode deskriptif untuk mencari teori, bukan mengkaji teori. Selain itu, pendekatan deskriptif ini tidak


(25)

berat pada observasi dan suasana alamiah (naturalisasi setting). Peneliti bertindak sebagai pengamat, peneliti hanya membuat katagori perilaku, mengamati gejala, dan mencatat dalam buku observasinya. Dengan suasana alamiah dimasksud bahwa peneliti terjun kelapangan. Karena kehadiranya mungkin mempengaruhi perilaku gejala.13 Penelitian ini tidak dimaksudkan

untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya mengambarkan “apa adanya”

tentang suatu variable, gejala, atau keadaan.

b) Subjek, Objek dan Lokasi Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah individu yang terlibat dalam penelitian di mana data akan dikumpulkan.14 Subjek penelitian merupakan informan yang memahami informasi seputar objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian.15 Subjek penelitian adalah sesuatu yang diteliti baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi). Subjek penelitian pada dasarnya adalah sesuatu yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian. Di dalam subjek penelitian inilah terdapat objek penelitian.16

13

Jalaludin Rakmat, Metode Penelitian Komunikasi.( Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 1999)

14

Ibnu Hajar, Dasar-Dasar Penelitian dalam Pendidikan, (Jakarta : Grafindo Persada, 1996), hlm. 133.

15

Burhan Bungin. Penelitian Kualitatif. 2010. Cet ke-4. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Hlm. 76.

16


(26)

Dari penjelasan diatas bisa diartikan bahwa subjek penelitian adalah yang bersangkutan dengan objek penelitian. Sehingga subjek penelitaian ini adalah produser dan Tim Kreatif di program Larasati.

Pertimbangan memilih subjek penelitian produser karena seorang produser adalah orang yang bertanggung jawab atas program yang di buat. Selain itu ada juga tim kreatif yang bertugas menyusun semua konten/ bahan yang akan di tayangkan dalam sebuah produksi program televisi.

2. Objek Penelitian

Objek yang menjadi kajian dalam penelitian ini ialah keilmuan komunikasi, bagaimana program televisi menjadi wadah atau media komunikasi yang sederhana berperan menyampaikan pesan efektif bagi pemirsanya, juga keilmuan sosial, yang menjelaskan bagaimana strategi kreatif seorang produser dan tim kreatif program larasati dalam memproduksi program televisi agar menarik pemirsa di Surabaya. Adapun objek penelitiannya adalah strategi kreatif program televisi.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi peneltian adalah dimana subjek dan objek penelitian berada atau Lokasi penelitian adalah tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung.17 Dari penjelasan tersebut maka lokasi penelitian ini bertempat di gedung JTV Surabaya, kompleks Graha Pena, JL. A. Yani 88 Surabaya Jawa Timur.

17

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : ALFABETA. Hlm. 229.


(27)

c) Jenis dan Sumber Data a) Jenis Data

Berdasaran sumbernya jenis data dibagi menjadi 2 yaitu primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber yang diteliti dan diamati. Sedangkan data sekunder adalah data yang diusahakan sendiri pengumpulanya oleh peneliti.18

1) Data primer : Data yang dihimun adalah wawancara terhadap produser, tim kreatif, dan marketing di program Larasati.

2) Data sekunder : Data yang dihimpun adalah literatur yang mendukung data primer. Seperti buku-buku, internet, catatan kuliah, penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian penulis, dan lain sebagainya.

b) Sumber data

1) Sumber primer : Sumber pertama dimana sebuah data dihasilkan dan diolah.19 Sumber primer merupakan asal data primer tersebut diperoleh. Pengumpulan data primer yang dilakukan dengan cara melihat, mengamati, dan mencatat perilaku subjek (observasi), mendokumentasikan beberapa kegiatan subjek saat melakukan breffing atau rapat dalam menyusun rancangan program acara, dan melakukan

18

Wardi bachtiar, metodologi penelitian ilmu dakwah,(Jakarta : logos,1999)

19

Burhan Bungin. 2001. Metode Penelitian Sosial Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya : Airlangga University Press. Hlm. 129.


(28)

pembicaraan dengan subjek penelitian (wawancara) yaitu produser dan tim kreatif dengan menggunakan pedoman observasi dan juga wawancara mendalam (indepth interview).

Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tatap muka dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun oleh peneliti sebelum bertemu dengan subjek penelitian. Selain itu sebelum melakukan wawancara, peneliti juga terlebih dahulu menentukan subjek yang akan diwawancarai dengan memperhatikan beberapa alasan agar subjek yang ditentukan sesuai dengan penelitian, sehingga dalam melakukan wawancara nantinya dapat diperoleh informasi yang tepat dan akurat.

2) Sumber sekunder : Sumber sekunder merupakan sumber pendukung dimana data sekunder diperoleh.20 Sumber sekunder diperoleh melalui bahan bacaan berupa bukti dan catatan data yang telah disusun seperti adanya studi ke perpustakaan untuk mencari kumpulan data, buku, karya ilmiah dan lain-lain. Serta data juga dapat diperoleh melalui pencarian data melalui media internet dengan mengunjungi beberapa website atau situs yang mampu memberikan peneliti tentang data yang dibutuhkan untuk penelitian.

d) Tahap-Tahap Penelitian

20


(29)

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti melalui tahapan penelitian sebagai berikut:

1. Tahap Pra Penelitian

Yaitu tahap yang dilakukan sebelum melakukan penelitian. Pada tahap ini dapat diuraikan sebagai berikut:

2. Menyusun rancangan penelitian21

Dalam hal ini, peneliti terlebih dahulu membuat permasalahan yang akan dijadikan obyek penelitian, yakni startegi kreatif yang dilakukan program larasati dalam mempertahankan eksistensi di JTV Surabaya, untuk kemudian membuat form pengajuan judul penelitian sebelum melaksanakan penelitian hingga membuat proposal penelitian.

3. Menyiapkan perlengkapan penelitian

Peneliti hendaknya menyiapkan tidak hanya perlengkapan fisik, Tetapi segala macam perlengkapan penelitian yang diperlukan. Dalam hal ini, upaya untuk mengumpulkan informasi dari obyek yang diteliti, peneliti menggunakan alat bantu berupa buku tentang ekonomi media dan sejenisnya.

e) Teknik pengumpulan data

Sejumlah tindakan penelitian selama di lapangan, terutama yang berkaitan dengan proses pengumpulan data, peneliti menggunakan tiga teknik yakni : pertama, melakuakan wawancara mendalam dengan para infroman.

21


(30)

Dengan teknik ini akan tergali pengalaman infroman sehingga diharapkan bisa mengungkap kan secara baik pengalaman maupun pengetahuan mereka tentang strategi kreatif dalam program televisi. Kedua, observasi partisipan terhadap tindakan verbal maupun non verbal dari individu atau kelompok yang tergabung dalam satu tim program televisi. Teknik ini dilakuakan untuk mendapatkan gambaran yang lengkap tentang pola interaksi antar anggota tim, termasuk pola pikir saat membuat sebuah program kreatif. Ketiga, penggunaan informasi dokumentasi, sebab dapat memberikan manfaat dalam mengumpulkan infromasi tentang proses kreatifitas yang terbentuk dalam tim program televisi.

f) Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang akan dipakai penulis dalam penelitian ini adalah teknik analisis data model interaktif milik Miles & Huberman. Teknik analisis data model interaktif menurut Miles & Huberman terdiri atas empat tahapan yang harus dilakukan, yaitu 22 :

a) Pengumpulan data, proses ini dilakukan sebelum, saat, bahkan hingga di akhir penelitian. Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan metode yang sudah dijelaskan di atas, yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi.

22


(31)

b) Reduksi data, proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi bentuk tulisan (script) yang akan dianalisis.

c) Display/penyajian data, yaitu mengolah data setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan memiliki alur tema yang jelas, untuk selanjutnya diolah dan dianalisis.

d) Kesimpulan/verifikasi, dengan menarik kesimpulan hasil analisis dan menyajikan hasil analisis dalam bentuk pemaparan yang dapat diterima dan dipahami.

g) Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data ini kegunaannya ditujukan agar hasil usaha penelitiannya yang dilakukan benar – benar dapat dipertanggung jawabkan dari segala segi, selama penelitian data- data yang diperoleh belum semuanya terjamin validitas dan reliabilitasnya. Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif dilakukan dengan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat, kecukupan referensial, kajian kasus negatif dan pengecekan anggota.23

Untuk menghilangkan kesalahan, maka perlu diadakan pemeriksaan ulang atas data-data tersebut. Agar pada hasil akhir penulisan penyajian data memperoleh hasil yang valid. Jadi keabsahan data penelitian merupakan dasar

23

Lexy J Moleong. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Hlm. 175.


(32)

obyektifitas dari hasil yang dicapai. Dalam hal ini peneliti menggunakan 3 teknik keabsahan data dari ke-10 teknik ini yaitu:

a) Perpanjangan Keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutertaan tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar penelitian. Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan meningkatkan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Hal tersebut penting artinya karena penelitian kualitatif berorientasi pada situasi, sehingga dengan perpanjangan keikutsertaaan dapat memastikan apakah kontek itu dipahami dan dihayati. Disamping itu membangun kepercayaan antara subjek dan peneliti memerlukan waktu yang cukup lama. Tahap perpanjangan keikutsertaan ini dilakukan peneliti dengan terjun langsung ke lokasi penelitian yaitu JTV Surabaya mulai dari awal mengajukan surat izin penelitian sampai dengan batas akhir melakukan penelitian. hal ini dilakukan agar mendapatkan informasi yang lebih akurat dan jelas serta bisa dipertanggung jawabkan hasilnya.

b) Ketekunan Pengamat

Ketekunan pengamatan dimaksudkan menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain jika perpanjangan keikutsertaan


(33)

menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman. Hal ini dilakukan dengan melakukan pengamatan secara kontinyu sehingga dapat diperoleh data-data yang valid sesuai yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

c) Trianggulasi

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainya. Denzim(1978) membedakan empat macam trianggulasi sebagi teknik pemeriksaaan yang memanfaatkan sumber, metode, penyidik dan teori. Dalam hal ini triangulasi dengan teori sebagai penjelasan banding (rival explanation).24

I. Sistematika Pembahasan

Untuk menguraikan hasil penelitian ini, akan disampaikan dengan pola bab dimana masing- masing bab akan diuraikan hasil kajian yang telah dilakukan. Maka laporan penelitian ini tersistematkan sebagai berikut :

Bab satu, yang merupakan pendahuluan berisi latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, yang kemudian dilanjutkan dengan menguraikan rumusan masalah, kerangka konseptual, tujuan dan mafaat penelitian baik secara akademis maupu praktis.

24


(34)

Bab dua, yang merupakan kajian teoritik yang menjadi landasan penelitian ini dilakukan. Dasar pemikiran yang dapat dimunculkan pada bab ini adalah untuk mengetahui secara jeli tentang konsep bahkan teori yang dirasa memiliki relevansi maksimal, sehingga tergambarkan secara jelas apa maksut dilakukanya penelitian ini ditinjau dari sisi teoritik.

Bab tiga, merupakan hasil temuan penelitian, yang berisi kajian empiric subjek dan objek penelitian. Diawali dengan profil subjek penelitian guna memotret secara jeli kondisi eksistensi subjek penelitian, kemudian dilanjutkan dengan pemaparan hasil penelitian yang notabennya merupakan jawaban dari rumusan masalah yang peneliti ajukan.

Bab empat, merupakan bab yang menguraikan hasil pembahasan terhadap data yang telah terdeskripsikan pada bab sebelumnya. Melalui serangkaian diskusi pembahasan, akan dikaji hasil-hasil temuan penelitian yang di komparasikan dengan teori yang ada. Dengan demikian akan tergambar secara teoritik bagaimanakah temuan tersebut jika di diskussikan secara teoritik.

Bab lima, merupakan bab kesimpulan dan rekomendasi. Pada bab ini peneliti akan menguraikan secara jelas dan singkat tentang kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah di lakukan, dan dilanjut dengan saran atau rekomendasi.


(35)

26 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN PUSTAKA

1. DEFINISI STRATEGI

Strategi juga diartikan sebagai ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai; Ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dalam perang, dalam kondisi yang menguntungkan; rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus1. Strategi mecerminkan kesadaran perusahaan mengenai bagaimana, kapan dan dimana ia harus bersaing menghadapi lawan dan dengan maksud dan tujuan untuk apa. Strategi perusahaan merupakan pola atau rencana yang mengintergrasikan tujuan utama atau kebijakan perusahaan dengan rangkaian tindakan dalam sebuah pernyataan yang saling mengikat.

Pembentukan strategi suatu organisasi dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berkaitan dengan lingkungan, arah, kondisi, tujuan, dan sasaran yang menjadi dasar budaya organisasi tersebut. Ada beberapa komponen pembentukan strategi:2

a) Secara makro, lingkungan organisasi tersebut akan dipengaruhi oleh unsur-unsur kebijakan umum, budaya yang dianut, sistem

1Ryanhadiwijaya”definisi strategi menurut para ahli” dalam

http://ryanhadiwijaya.wordpress.com/2012/09/30/definisi-strategi-menurut-para-ahli. diakses pada 21 agustus 2016 jam 17.00


(36)

perekonomian dan teknologi yang dikuasai oleh organisasi bersangkutan.

b) Secara mikro, tergantung dari misi organisasi, sumber-sumber dimiliki (sumber daya manusia dan sumber daya guna lainnya yang dikuasai), sistem pengorganisasian dan rencana atau program dalam jangka panjang serta tujuan dan saran yang hendak dicapai.

Strategi perusahaan biasanya berkaitan dengan prinsip-prinsip secara umum untuk mencapai misi yang dicanangkan perusahaan, serta bagaimana perusahaan memilih jalur yang spesifik utuk mencapai misi tersebut. Dalam penelitian ini strategi juga dapat diartikan sebagai proses untuk menentukan arah yang harus dituju oleh perusahaan agar misinya tercapai dan sebagai daya dorong yang akan membantu perusahaan dalam menentukan produk, jasa, dan pasarnya di masa depan. Dalam menjalankan aktifitas operasional setiap hari di perusahaan, para pemimpin dan manajer puncak selalu merasa bingung dalam memilih dan menentukan strategi yang tepat karena keadaan yang terus berubah.

Strategi juga diartikan sebagai ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai; Ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dalam perang, dalam kondisi yang menguntungkan; rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Strategi mecerminkan kesadaran perusahaan mengenai bagaimana, kapan dan dimana ia harus bersaing menghadapi lawan dan dengan maksud dan tujuan untuk apa. Strategi perusahaan merupakan pola atau rencana yang


(37)

mengintergrasikan tujuan utama atau kebijakan perusahaan dengan rangkaian tindakan dalam sebuah pernyataan yang saling mengikat.

2. STRATEGI KREATIF

Strategi kreatif merupakan dua kata berbeda yang terdiri dari kata strategi dan kreatif. Strategi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti yaitu, rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran.3 Menurut Hardiyanto, “Strategy is a plan of action, a detailed scheme for achieving some goals.” (Strategi adalah rencana tindakan, skema rinci untuk mencapai beberapa tujuan). Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa strategi adalah program umum untuk pencapaian tujuan-tujuan organisasi dalam pelaksanaan misi.

Dapat dipahami bahwa strategi merupakan sebuah siasat atau taktik yang disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan Kreatif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan; bersifat (mengandung) daya cipta; pekerjaan yang menghendaki kecerdasan dan imajinasi.4Dan

menurut Creative Education Foundation pengertian kreatif adalah suatu kemampuan yang dimiliki seseorang (atau sekelompok orang) yang memungkinkan mereka menemukan pendekatan-pendekatan atau terobosan baru dalam menghadapi situasi atau masalah tertentu yang biasanya tercermin dalam pemecahan masalah dengan cara yang baru

3 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan & Pengembangan Bahasa Depertemen

Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), hlm. 859.


(38)

atau unik dan berbeda serta lebih baik dari sebelumnya.5 Jadi, dari makna

masing-masing kata tersebut jika dipadukan dapat penulis simpulkan maksud dari strategi kreatif adalah rencana khusus atau penentuan/penyusunan rencana cerdas pemimpin berupa terobosan-terobosan baru dalam upaya tercapainya tujuan.

Strategi kreatif adalah serangkaian kegiatan yang disusun dan dirancang sekreatif mungkin yang berarti mengolah sebuah ide dasar yang sederhana, mengkombinasikan dengan berbagai elemen, sehingga tercipta sebuah karya baru. Sebuah ide atau pemikiran bisa datang dari mana saja terdapat tahapan tahapan dalam membuat suatu strategi kreatif yakni6 :

a) Budget

Sebuah karya yang berkualitas dibentuk dari ide dan proses eksekusi yang berkualitas. Untuk mendukung berjalannya proses berkarya tersebut, ada harga yang harus dibayar terlebih dahulu, yang disebut dengan budget atau anggaran belanja. Sebelum memulai proses, perlu diperhitungkan biaya yang akan dikeluarkan untuk mengeksekusi sebuah karya.

Sebuah ide untuk membuat program harus juga dibarengi dengan perhitngan cost untuk mengeksekusinya.

5 Indra Prawira, Perencanaan Program Televisi” dalam

http://www.slideshare.net/Rezka_Judittya/perencanaan-program-televisi-by-indra-prawira. di akses pada 21 Agustus 2016 jam 17.00


(39)

b) Teknis

Setelah ide-ide diterjemahkan dalam proses budget pun telah di kalkulasikan, langkah selanjutnya yakni mengelolah ide-ide tersebut. Aspek teknik yang terperinci adalah salah satu yang terpenting dan tidak dapat terpisahkan dari proses berkarya. Aspek ini yang menyempurnakan ide-ide kreatif dengan berbagai elemen penting.

Untuk mendukung tampilan visual program, ligting atau faktor pencahayaan adalah faktor penting. Dalam sebuah produksi, tidak hanya tim audio engineer yang perlu paham soal audio. Tapi cameraman, director, technical support, editor, dan music arranger juga perlu mengerti mengenai standar kualitas audio.

c) Produksi program hiburan

Dimulai dari sebuah ide yang dikembangkan menjadi konsep program, dimatangkan dalam sebuah rapat, yang disebut brainstorming. Brainstorming adalah rapat yang dilakukan berkali-kali dengan tujuan mendapatkan persetujuan atas ide yang sudah dikelolah untuk segera di produksikan.

Setelah mendapatkan persetujuan, langkah berikutnya adalah proses pra-produksi. Mulai dari pembuatan budget, detailing concept, pembuatan skrip, hingga koordinasi dengan berbagai pihak untuk pembuatan set, tema pakaian, konsep lampu, teknik pengambilan gambar, dan sebagainya. Dalam tahap produksi, yaitu pengambilan gambar atau shooting day. Jika disiarkan acara live, proses produksi berakhir sampai pada berakhirnya proses syuting.


(40)

Tetapi jika acara yang disiarkan adalah acara taping, akan berlanjut ke tahap editing. Kemudian setelah selesai, diserahkan ke bagian quality control sebelum ditayangkan. Konsep yang sudah dimatangkan diajukan ke manajemen untuk mendapatkan persetujuan pelaksanaan produksi. Jika diterima, maka dibuat sebuah buku produksi untuk menjadi pedoman rangkaian dalam pelaksanaan proses produksi. Ada serangkaian proses pra-produksi yang harus dijalankan sebelum hari pelaksanaan produksi atau shooting day.

Suasana lain di balik panggung adalah persiapan wardrobe dan make up. Make up, wardrobe, adalah salah satu peran penting. Terlebih pada teknologi high definition. Semua warna make up dan baju harus disesuaikan dengan teknologi high definition. Karena high definition meng-capture gambar secara detil. Director atau sutradara saat syuting menjadi komandan persiapan dan pelaksanaan pengambilan gambar.

Gambar yang dihasilkan harus dapat menyampaikan konsep atau visi program yang sudah dipikirkan oleh tim produksi. Meskipun dikoordinir oleh director, tapi seorang cameraman tetap harus memiliki kreativitas untuk pengambilan gambar yang terbaik. Sangat peting bagi seorang cameraman untuk mengerti konsep programnya. Sehingga bisa memberikan pilihan-pilihan gambar yang terbaik. FoH (front of house) adalah tempat show director, tim audio floor, lightingman bekerja selama syuting berlangsung. Bukan hanya ahli


(41)

dalam mengoperasikan mixer, seorang lightingman juga harus punya taste dan mata yang baik agar warna gambar yang dihasilkan bagus. Control room, adalah tempat yang mengendalikan semua proses syuting. Pada bagian depan, switcher dikendalikan oleh director atau sutradara untuk mengambil gambar. Selain itu, ada pengetahuan dasar teknis yang juga harus dikuasai sutradara. Seperti video switcher, audio broadcast, lighting video, artistic, editing, serta kelengkapan teknis pendukung lainnya.

Lalu ada CG, character generator. Yang berfungsinya untuk menampilkan semua template-template, nama artis, template grafis yang muncul nanti di layar kaca. Selanjutya director didampingi oleh production assitant. Production assistant di sini berfungsi untuk mengingatkan flow yang terjadi pada saat proses syuting berlangsung. Sehingga director bisa konsentrasi terhadap gambar dan dia diingatkan oleh production assistant.

Yang terakhir ada Produser. Produser adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap jalannya proses syuting. Jika ada hal yang di luar rencana, produser juga yang akan mengambil keputusan akhir dan bertanggung jawab untuk keseluruhan proses produksi.

3. PROGRAM

Secara teknis penyiaran televisi, program televisi (television programming) diartikan sebagai penjadwalan atau perncanaan siaran televisi dari hari ke hari (horizontal programming) dan dari jam ke jam (vertical programming) setiap harinya untuk merebut perhatian pemirsa.


(42)

Menjadwalkan program tidaklah semudah yang dibayangkan, mengingat penata program harus jeli memerhatikan apa yang disenangi penonton, selain kapan penonton biasa duduk di depan pesawat televisi. Untuk menyusun program siaran diperlukan adanya sistematika kerja seorang programmer agar susunan acaranya menjadi enak ditonon. Terdapat sepuluh macam strategi dalam merancang program yang digunakan oleh hampir semua stasiun penyiaran di dunia diantaranya:

a) Dayparting adalah satu langkah dalam perencanaan yang membagi setiap hari dalam beberapa slot waktu yang dinilai cocok dan pas untuk diudarakan.

b) Theming adalah penentuan tema tertentu yang diudarakan pada saat khusus seperti hari libur, atau menentukan satu minggu dengan tema tertentu seperti pada program “Discovery Channel’s dengan ‘Animal Week’”

c) Stripping adalah penayangan satu program sindikasi jenis series setiap hari dalam seminggu.

d) Stacking adalah teknik untuk memengaruhi audiensce dengan cara mengelompokkan bersama beberapa program dengan tema yang mirip satu program dengan program berikutnya.

e) Counter programming adalah langkah perancangan satu program tandingan terhadap program yang berhasil di stasiun penyiaran lain, yang bertujuan untuk menarik audiensce dari stasiun pesaing tersebut.


(43)

f) Bridging, digunakan bila suatu stasiun penyiaran mencoba mencegah audience untuk berpindah channel dalam satu jeda waktu(the main evening breaks), dimana semua stasiun penyiaran berhenti dengan programnya.

g) Tentpoling adalah langkah perencanaan slot waktu pagi program acara yang baru, sebelum dan sesudah program unggulan yang sudah mempunyai audiensce yang cukup besar.

h) Hammocking, langkah ini mirip dengan tentpoling, namun program baru ini ditempatkan diantara dua program unggulan yang sudah mempunyai audiensce yang cukup besar.

i) Cross programming adalah pemilihan jenis program dalam urutan jadwalnya dari tayangan satu program, yang memiliki relevansi tema.

j) Hotswiching adalah penentuan jeda komersial yang tepat, agar penonton tidak mengubah kanal ke kanal televisi yang lain.

4. PROGRAM LARASATI

Larasti merupakan program/ acara musik yang mengambil tema atau genre musik keroncong dengan menghardirkan aransemen – aransemen ulang lagu – lagu top 40. Dengan segmentasi ke anak muda, larasati menghadirkan para personil band keroncong yang masih berusia 20-an, yang dipadukan dengan gaya ala anak kekinian. Larasati merupakan penggalan dari bahasa jawa yaitu : laras dan ati, yang artinya laras adalah tenrtam dan ati adalah hati sehingga dalam arti


(44)

keseluruhannya dimaskudkan orang yang mendengar alunan musik di program ini hatinya akan menjadi tentram.7

Program Larasati resmi mengudara pada bulan Oktober 2014 yang pada mulanya disiarkan pada jam 22.00 – 22.30 WIB yang disiarkan secara Tipping. Program Larasati menghadirkan tema yang berbeda dalam setiap episodenya. Tidak jarang program larasati juga menghadirkan sosok – sosok speisal atau artis - artis terkenal, dalam perkembanganya larasati selalu tampil dengan pembaharuan – pembaharuan dan kreatifitasnya.

5. TELEVISI LOKAL DAN SISTEM PENYIARAN

TV lokal adalah lembaga pemberitaan televisi komersial,yang mengemban dua misi utama. Yaitu visi idealisme untuk menunjang mutu pemberitaan, dan visi komersialisme untuk menopang kehidupan institusi. Kedua visi itu sama-sama membutuhkan Loyalitas Penonton sebagai sasaran utama informasi. Untuk memperoleh dan mempertahankan loyalitas pemirsa, perlu menyajikan suatu berita dan layanan informasi yang akurat, dapat dipercaya, obyektif dan dapat diandalkan. Semakin baik dan konsisten kualitas laporan dan berita, semakin ada kemungkinan untuk mengembangkan sekelompok pendukung yang loyal yang dibutuhkan institusi, baik untuk misi idealismenya maupun misi komersialismenya.

Kajian mengenai sistem penyiaran diberbagai negara menjadi menarik seiring dengan makin signifikannya peran radio dan televisi.


(45)

Pada awal kemunculannya radio dan televisi tidak dianggap memiliki peran signifikan karena sifatnya saat itu hanya meneruskan media sebelumnya seperti film, musik dan informasi. Keberadaan radio dan televisi mulai dirasakan berfungsi efektif bagi pelayanan publik ketika ia mampu menyajikan informasi dan pengamatan kejadian secara langsung dari lokasi peristiwa. Dalam sejarahnya, radio dan televisi diwarnai ketatnya peraturan, pengendalian, dan pemberian izin oleh penguasa negara yang semula didasari kepentingan dari aspek teknis, kemudian berkembang menjadi kepentingan negara, masalah pembiayaan, dan akhirnya sebagai sebuah kebiasaan melembaga dalam negara. Menurut McQuail sebagaimana hal ini terjadi karena televisi dan radio semakin memiliki fungsi politis dan ekonomis yang menyebabkan hubungan sangat erat dengan kepentingan penguasa negara dan pemodal kapitalis.

Joseph R. Dominick menggagas dua teori penting dalam mengkaji sistem penyiaran. Pertama, the scarcity theory atau teori keterbatasan yang mencatat bahwa gelombang elektromagnetik bersifat terbatas. Keterbatasan ini hanya mampu dipakai oleh stasiun penyiaran secara terbatas sehingga hanya segelintir orang yang bisa menggunakannya.

Kedua, the pervasive presence theory yang mengasumsikan bahwa media penyiaran sangat dominan pengaruhnya kepada masyarakat, melalui pesan yang begitu ofensif dan masuk pada wilayah pribadi sehingga perlu diatur agar semua kepentingan masyarakat bisa terwadahi.


(46)

Teori ini mengharuskan peran negara melalui proses yang demokratis dalam membuat regulasi yang mengatur isi media penyiaran. Berdasarkan dua teori ini, sistem kepemilikan dan pengelolaan media penyiaran di berbagai negara, umumnya tidak terpusat pada satu pihak dalam masyarakat. Menurut Dominick ada tiga model kepemilikan media penyiaran jika mengacu pada dua teori ini.

Media penyiaran yang dikelola sepenuhnya oleh rezim yang berkuasa umumnya ditujukan untuk mobilisasi kepentingan politik dan diatur secara ketat agar isinya menguntungkan pihak yang berkuasa. Karakter media semacam ini, biasanya terdapat di negara-negara yang memiliki sistem politik otoriter. Karakteristik yang kedua atau media penyiaran yang dimiliki publik atau badan negara yang dikelola melalui partisipasi publik, tumbuh di negara liberal demokratis. Sedangkan karakteristik media penyiaran ketiga banyak terdapat di negara kapitalis.

Media penyiaran terbagi dalam dua peran, yaitu service provider dan content provider. Karenanya keberadaan Undang-Undang Telekomunikasi diperlukan untuk mengatur penyiaran sebagai telecommunication service provider dan Undang-Undang Penyiaran diperlukan untuk menata penyiaran sebagai infrastruktur dan content provider. Sebagai service provider, media penyiaran menggunakan spektrum frekuensi. Keberadaan media ditentukan oleh basis material dan basis sosial kultural masyarakat. Basis material media penyiaran adalah keberadaan jalur gelombang elektromagnetik dan fasilitas perangkat keras transmisi yang pemakaiannya diakui secara legal.


(47)

Sedangkan basis kultural masyarakat adalah orientasi dan fungsi yang direncanakan serta ditetapkan secara legal sebagai landasan beroperasinya media penyiaran di masyarakat. Di Indonesia landasan hukum untuk basis material adalah UU No.36 tahun 1999. Sedangkat bisnis kultural masyarakat yaitu Undang-undang No. 32 tahun 2002 tentang penyiaran menggantikan UU No. 24 tahun 1997 yang dicabut pada tahun 2002.

6. EKSISTENSI

Eksistensi Menurut kamus besar Bahasa Indonesia : “Eksistensi adalah keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan”. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang artinya keluar dari, melampaui atau mengatasi. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya”.

Eksistensi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yaitu Existence yang berarti adanya, kehidupan, keadaan. Sehingga maksud dari eksistensi di sini adalah keberadaan program, yaitu program Larasati di stasiun JTV Surabaya.

7. JTV SURABAYA

JTV, banyak yang mengartikan singkatan dari “J” itu sendiri. Dari pihak JTV terserah mau diartikan apa. Yang pertama “J” disini bisa saja singkatan dari Jawa Timur, karena televisi ini didedikasikan dari dan


(48)

untuk Jawa Timur. Yang kedua mungkin “J” berarti Jawa Pos, karena nama perusahaan ini adalah : PT. Jawa Pos Media Televisi.8

JTV merupakan televisi lokal pertama di Indonesia. Tayang perdana pada tanggal 8 Nopember 2001 dengan durasi tayang 10 jam sehari. Sampai tahun ke 6, JTV mengudara selama 22 jam sehari dengan 95% produksi sendiri (in house). JTV yang berpusat di kantor Gedung JTV kompleks Graha Pena Jl. A. Yani no 88 Surabaya, Jawa Timur yang berpenduduk 36,3 juta (sensus tahun 2004). Tersebar di 38 kabupaten dan kota. Potensi dari JTV ini memerlukan media untuk berekspresi dan mengapresiasi potensi lokalnya. Pada dasarnya semua televisi mempunyai ciri khas tersendiri. Sedangkan ciri khas dari JTV adalah mengangkat dinamika Jawa Timur dengan tiga bahasa utama lokalnya. Yakni dengan bahasa Suroboyoan, Madura, dan Kulonan (Mataraman). Dengan adanya ikon bahasa ini JTV bisa dikenal dan diterima masyarakat. Pada tahun 2007, JTV juga membentuk jaringan televisi group Jawa Pos lainnya, seperti Jetil (Jejaring Televisi Lokal Indonesia). Dan anggotanya antara lain :

a) Jawa Timur (JTV dan SBO) b) Jawa Barat (Pajajaran/ PJTV) c) Riau (RTV)

d) Batam (Batam TV)

e) Sulawesi selatan (Fajar TV) f) Sumatera selatan (PAL TV)


(49)

g) Sumatera barat (Padang TV) h) Kalimantan barat (Pontianak TV)

Segera menyusul : Kalimantar Timur, Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, dan Jawa Tengah.

B. KAJIAN TEORI

1. Teori Konstruksi Media

Dikatakan Berger dan Luckmann terciptanya konstruksi sosial itu melalui tiga momen dialektis, yakni eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi.9

Konstruksi sosial media massa atas realitas social terjadi dalam dua kategorisasi proses. Pertama, kategorisasi membangun konstruksi sosial, dan kedua, kategorisasi membangun citra media. Membangun konstruksi sosial terdiri dari tahap menyiapkan materi, sebaran konstruksi, pembentukan konstruksi, konfirmasi, dan perilaku keputusan konsumen. Sedangkan kategorisasi membangun citra media, adalah proses mediasi yang mengubah citra cerita iklan ke dalam citra media televisi.10

Membahas teori konstruksi sosial (social construction), tentu tidak bisa terlepaskan dari teori yang telah dikemukakan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Peter L. Berger merupakan sosiolog dari New School forSocial Reserach, New York, Sementara Thomas Luckman adalah sosiolog dari University of Frankfurt. Teori ini menjadi terkenal melalui buku yang berjudul The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociological of

9 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2008), Hal. 6


(50)

Knowledge (1996). Teori konstruksi sosial, sejatinya dirumuskan kedua akademisi ini sebagai suatu kajian teoretis dan sistematis mengenai sosiologi pengetahuan.

Asal usul konstruksi sosial dari filsafat konstruktivisme yang dimulai dari gagasan-gagasan konstruktif kognitif. Menurut Von Glaserfeld, pengertian konstruktif kognitif muncul pada abad ini dalam tulisan Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dandisebarkan oleh Jean Piaget. Namun, apabila ditelusuri, sebenarnya gagasan-gagasan pokok konstruktivisme sebenarnya telah dimulai oleh Giambatissta Vico, seorang epistemolog dari Italia, ia adalah cikal bakal konstruktivisme.11

Berger dan Luckman. mulai menjelaskan realitas sosial dengan memisahkan pemahaman ‘kenyataan dan pengetahuan’. Realitas diartikan sebagai kualitas yang terdapat di dalam realitas-realitas yang diakui sebagai memiliki keberadaan (being) yang tidak tergantung kepada kehendak kita sendiri. Sedangkan pengetahuan didefinisikan bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik.12 Pendek kata, Berger

dan Luckmann mengatakan terjadinya dialektika antara individu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan individu. Proses dialektika ini terjadi melalui eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi.13

Paradigma Sosiologi George Ritzer maka kajian ini antara lain sejalan dengan paradigma definisi sosial yang mengakui manusia adalah aktor yang kreatif dalam realitas sosialnya. Manusia adalah pencipta yang realtif

11 Burhan Bungin, 2008, Konstruksi Sosial Media Massa, Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, Hal. 13

12 Ibid, hal.14 13 Ibid, hal.14


(51)

bebas di dalam dunia sosialnya. Dalam paradigma komunikasi hasil kajian ini memperkuat constructivism paradigm dimana kebenaran suatu realitas sosial bersifat relatif.14

Frans M. Parera menjelaskan, tugas pokok sosiologi pengetahuan adalah menjelaskan dialektika antara diri (self) dengan dunia sosiokultural. Dialektika ini berlangsung dalam proses dengan tiga ‘moment’ simultan. Pertama, eksternalisasi (penyesuaian diri), dengan dunia sosiokultural sebagai produk manusia. Kedua, objektivasi, yaitu interaksi sosial yang terjadi dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi. Sedangkan ketiga, internalisasi, yaitu proses dimana individu mengidentifikasikan dirinya dengan lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial tempat individu menjadi anggotanya.15

Pendekatan konstruksionis mempunyai penilaian sendiri bagaimana media, wartawan dan berita dilihat. Penilaian tersebut diuraikan seperti di bawah,16

a. Fakta/peristiwa adalah hasil konstruksi. Semua pemaknaan yang pada akhirnya akan memberi pemahaman sedemikian rupa sehingga fakta menjadi bermakna. Fakta yang terbentuk tadi bersumber dari konstruksi aktif bagaimana peristiwa didefinisikan.

b. Media adalah agen konstruksi. Media bukan hanya memilih peristiwa dan menentukansumber berita melainkan juga berperan dalam mendefinisikan actor dan peristiwa.

14 Ibid, hal.5 15 Ibid, hal. 15


(52)

c. Berita bukan refleksi dari realitas. Ia hanyalah konstruksi dari realitas. Mengarah pada bagaimana peristiwa dikonstruksi.

d. Wartawan bukan pelapor. Ia agen konstruksi realitas. Konstruksionis melihat wartawan sebagai partisipan yang menjembatani keragaman subjektifitas pelaku sosial.

e. Etika, pilihan moral, dan keberpihakan wartawan adalah bagian yang integral dalam produksi berita. Nilai-nilai tersebut tidak dapat dipisahkan dari proses peliputan dan pelaporan suatu peristiwa.

f. Nilai, etika, dan pilihan moral bagian tak terpisahkan dari suatu penelitian.


(53)

Bagan 1 Teori Konstruksi Media

Proses Diaklektis Menurut Berger

dan Luckmann

Objektivikasi,

 Hasil yang telah dicapai

baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia.

 Realitas objektif berbeda

dengan kenyataan

subjektif individual.

Realitas objektif menjadi

kenyataan empiris, bisa dialami oleh setiap orang dan kolektif.

Internalisasi,

 Penyerapan kembali dunia

objektif ke dalam

kesadaran subjektif

sedemikian rupa sehingga individu dipengaruhi oleh struktur sosial atau dunia sosial.

 Melalui internalisasi itu

manusia menjadi produk masyarakat.

Eksternalisasi,

 Usaha ekspresi diri manusia

ke dalam dunia luar, baik kegiatan mental maupun fisik.

 Manusia selalu ingin

berproses dan berinteraksi

dengan lingkungan dan

mereaksinya terus-menerus, baik fisik maupun nonfisik.

 Manusia mencurahkan diri

ke tempat dimana ia berada.

Ia ingin menemukan dirinya

dalam suatu dunia, suatu


(54)

Dialektis menurut Berger dan Luckmann. Eksternalisasi, Usaha ekspresi diri manusia ke dalam dunia luar, baik kegiatan mental maupun fisik. Manusia selalu ingin berproses dan berinteraksi dengan lingkungan dan mereaksinya terus-menerus, baik fisik maupun nonfisik. Manusia mencurahkan diri ke tempat dimana ia berada. Ia ingin menemukan dirinya dalam suatu dunia, suatu komunitas. Objektivikasi, Hasil yang telah dicapai baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia. Realitas objektif berbeda dengan kenyataan subjektif individual. Realitas objektif menjadi kenyataan empiris, bisa dialami oleh setiap orang dan kolektif. Internalisasi, Penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran subjektif sedemikian rupa sehingga individu dipengaruhi oleh struktur sosial atau dunia sosial. Melalui internalisasi itu, manusia menjadi produk masyarakat.

Konstruksi sosial media massa tak lepas terjadi dari teori hegemoni yang dikembangkan oleh Amtonio Gramsci. “Hegemoni adalah proses dominasi, di mana sebuah ide menumbangkan atau membawahi ide lainnya– sebuah proses dimana satu kelompok masyarakat menggunakan kepemimpinan untuk menguasai yang lainnya. Hegemoni dapat terjadi dalam berbagai cara dan keadaan. Intinya, hal ini terjadi ketika peristiwa dan teks diartikan dengan sebuah cara yang mengangkat ketertarikan dari satu kelompok terhadap yang lainnya. Hal ini dapat menjadi proses cerdik dalam memaksakan untuk memilih minat dari sebuah kelompok bawah menjadi


(55)

kelompok yang mendukung semua ideologi dominan,” jelas Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss.17

Hegemoni menekankan pada bentuk eksresi, cara penerapan, mekanisme yang dijalankan untuk mempertahankan dan mengembangkan diri melalui kepatuhan para korbannya, sehingga upaya itu berhasil mempengaruhi dan membentuk alam pikiran mereka. Proses itu terjadi dan berlangsung melalui pengaruh budaya yang disebarkan secara sadar dan dapat meresap, serta berperan dalam menafsirkan pengalaman tentang kenyataan.18

Program Larasati sebagai program televisi yang proses produksinya tidak lepas dari peran media massa. Media massa memiliki peranan yang cukup kuat untuk menciptakan suatu budaya. Media massa dikatakan sebagai agen budaya, sangat berpengaruh terhadap masyarakat sebab masyarakat modern mengkonsumsi media dalam jumlah dan intensitas yang banyak dan dapat dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Media massa memang bukan merupakan sarana satu-satunya untuk berkomunikasi tetapi posisinya telah menjadi semakin sentral dalam masyarakat yang anggotanya sudah semakin kurang berinteraksi secara langsung satu sama lain. Media massa hadir praktis sepanjang hari dalam kehidupan masyarakat.19

Realitas sosial dikonstruksi melalui proses eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi, sebagaimana yang telah dijelaskan di muka. Menurut Berger

17 Stephen W. Little John dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi: Theories of Human

Communication, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), hal. 467

18 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogjakarta: LKiS, 2008),

hal. 103-104

19 Hariyanto, dalam jurnal Komunika; Gender dalam Konstruksi Media, Volume 3, Nomor


(56)

dan Luckmann pula, konstruksi sosial tidak berlangsung dalam ruang hampa, namun sarat dengan kepentingan-kepentingan.20

Konstruksi sosial media massa tak lepas dari kekuatan kapitalisme sebagai pemilik modal yang ingin meraup keuntungan sebesar-besarnya. Menurut Karl Marx, kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi yang memungkinkan beberapa individu menguasai sumber daya produksi vital, yang mereka gunakan untuk meraih keuntungan maksimal. Marx menamakan mereka sebagai kaum borjuis.21

Penyatuan antara kapitalis dan Negara akan memperkuat kelas sosial penguasa, untuk sekuat-kuatnya menguasai kelas-kelas lain, paling tidak melalui kekerasan dan hegemoni (ideologis). Penyatuan tersebut merupakan senyawa antara kekuatan kapital dan birokrasi, dimana melalui senyawa ini, kedua belah pihak menikmati keuntungan dari peran masing-masing di dalam menjalankan mesin ekonomi. Iklan-iklan yang besar dengan daya tarik yang besar, merupakan iklan dengan kemampuan konstruksi yang besar pula. 22

Media massa berperan besar untuk menciptakan suatu budaya baru.“Budaya pop merupakan tempat dimana hegemoni muncul, dan wilayah di mana hegemoni berlangsung. Ia bukan ranah di mana sosialisme, sebuah kultur sosialis – yang telah terbentuk sepenuhnya-dapat sungguh - sungguh ‘diperlihatkan’. Namun, ia adalah salah satu tempat di mana sosialisme boleh

20 Hariyanto, dalam jurnal Komunika; Gender dalam Konstruksi Media, Volume 3, Nomor

2, Juli-Desember 2009, STAIN Purwokerto, hal. 18

21 Stephen K. Sanderson, Sosiologi Makro, Sebuah Pendekatan terhadap Realitas Sosial,

(Jakarta: Rajawali,1993), dalam ibid, hal. 30


(57)

jadi diberi legalitas. Itulah mengapa ‘budaya pop’ menjadi sesuatu yang penting,” jelas Stuart Hall.23

Satu varian dari pemisahan antara budaya tinggi dengan rendah dan varian lain yang memproduksi ‘inferioritas’ budaya pop, adalah yang memandang budaya berbasis komoditas sebagai sesuatu yang tidak autentik, manipulatif dan tidak memuaskan. Argumennya adalah bahwa budaya massa kapitalis yang terkomodifikasi tidak autentik karena tidak dihasilkan oleh masyarakat. Manipulatif karena tujuan utamanya adalah agar dibeli dan tidak memuaskan karena, selain mudah dikonsumsi, ia pun tidak mensaratkan terlalu banyak kerja dan gagal memperkaya konsumennya. Pandangan ini dipegang teguh oleh kritikus konservatif seperti Leavis dan oleh mazhab Frankfurt yang terilhami gagasan Marxis. Jadi Adorno dan Horkheimer memadukan frase industri budaya untuk menunjukkan bahwa kebudayaan kini sepenuhnya saling berpautan ekonomi politik dan produksi budaya oleh perusahaan kapitalis.24

Budaya media (media culture) seperti dituturkan oleh Doughlas Kellner menunjuk pada suatu keadaan yang tampilan audio visual atau tontonan-tontonannya telah membantu merangkai kehidupan sehari-hari, mendominasi proyek-proyek hiburan, membentuk opini politik dan perilaku social, bahkan memberikan suplai materi untuk membentuk identitas seseorang.25

23 Idi Subandi Ibrahim, Kritik Budaya Komunikasi; Budaya, Media dan Gaya Hidup dalam

Proses Demokratisasi di Indonesia, (Yogjakarta: Jalasutra, 2011), hal. 5

24 Chris Barker, Cultural Studies; Teori & Praktik,penerjemah Nurhadi, Cet. II,

(Yogjakarta: Kreasi Wacana,2005)

25 Douglas Kellnes, Media Culture: Culture Studies, Identity and Politics between the


(58)

Konstruksi realitas terbentuk bukan hanya dari cara wartawan memandang realitas tetapi kehidupan politik tempat media itu berada. Sistem politik yang diterapkan sebuah negara ikut menentukan. Mekanisme kerja media massa negara itu mempengaruhi cara media massa tersebut mengkonstruksi realitas.26

Media massa berdasarkan kebijakan redaksionalnya tentu menyusun realitas berbagai peristiwa menjadi sebuah teks berita yang bermakna. Konstruksi media atas realitas ini sangat sesuai dengan istilah media adalah agen konstruksi, bukan dalam istilahnya Shoemaker and Reese sebagai penyalur pesan yang netral. Sehingga, teks berita merupakan bentuk konstruksi realitas yang disajikan oleh media massa.27

Bagi Berger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi. Dengan pemahaman semacam ini, realitas berwajah ganda/plural. Setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas. Sehingga, konstruksi atas realitas dapat dipahami sebagai proses yang di dalamnya ada ‘penceritaan’ kembali sebuah fakta mengenai suatu keadaan atau peristiwa dengan mengaitkannya terhadap sesuatu yang jauh berbeda dengan subtansi peristiwa tersebut.

26 Ibnu Hamad dalam jurnal Pantau; Media Massa dan Konstruksi Realitas, 06

Oktober-November, ISAI, hal. 55dalam ibid, hal. 185

27 Arief Fajar, dalam jurnal Kalamsiasi; Konstruksi Surat Kabar Harian Kompas Mengenai

LIngkungan Hidup, Vol. 3, Nomor 2, September 2010, Unmuh Sidoarjo: PSKK (Pusat Studi Komunikasi dan Kebijakan Fakultas IlmuSosial dan Ilmu Politik, hal. 117


(59)

50

A. TENTANG STASIUN TELEVISI JTV SURABAYA

1. LATAR BELAKANG BERDIRINYA JTV

JTV, banyak yang mengartikan singkatan dari “J” itu sendiri. Dari pihak JTV terserah mau diartikan apa. Yang pertama “J” disini bisa saja singkatan dari Jawa Timur, karena televisi ini didedikasikan dari dan untuk Jawa Timur. Yang kedua mungkin “J” berarti Jawa Pos, karena nama perusahaan ini adalah : PT. Jawa Pos Media Televisi.1

JTV merupakan televisi lokal pertama di Indonesia. Tayang perdana pada tanggal 8 Nopember 2001 dengan durasi tayang 10 jam sehari. Sampai tahun ke 6, JTV mengudara selama 22 jam sehari dengan 95% produksi sendiri (in house). JTV yang berpusat di kantor Gedung JTV kompleks Graha Pena Jl. A. Yani no 88 Surabaya, Jawa Timur yang berpenduduk 36,3 juta (sensus tahun 2004). Tersebar di 38 kabupaten dan kota. Potensi dari JTV ini memerlukan media untuk berekspresi dan mengapresiasi potensi lokalnya. Pada dasarnya semua televisi mempunyai ciri khas tersendiri. Sedangkan ciri khas dari JTV adalah mengangkat dinamika Jawa Timur dengan tiga bahasa utama lokalnya. Yakni dengan bahasa Suroboyoan, Madura, dan Kulonan (Mataraman). Dengan adanya ikon bahasa ini JTV bisa dikenal dan diterima masyarakat. Pada tahun 2007, JTV juga membentuk jaringan televisi group Jawa Pos lainnya,


(60)

seperti Jetil (Jejaring Televisi Lokal Indonesia). Dan anggotanya antara lain :

a) Jawa Timur (JTV dan SBO) b) Jawa Barat (Pajajaran/ PJTV) c) Riau (RTV)

d) Batam (Batam TV)

e) Sulawesi selatan (Fajar TV) f) Sumatera selatan (PAL TV) g) Sumatera barat (Padang TV) h) Kalimantan barat (Pontianak TV)

Segera menyusul : Kalimantar Timur, Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, dan Jawa Tengah.

2. VISI DAN MISI a) Visi

“Lahir dari gagasan inovatif untuk menjadikan sebagai lembaga penyiaran swasta Jawa Timur yang berbasis lokal. Turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Bersikap Independen, obyektif dan jujur. Berpartisipasi dalam usaha pemberdayaan masyarakat. Juga membangun pertelevisian yang berkarakter, dan membangun pertelevisian yang berkarakter.”

b) Misi

MISI : Membangun kekuatan :

1) Ikut mencerdaskan bangsa terutama masyarakat Jawa Timur melalui program siaran dan berita.


(61)

2) Menggali, mencerahkan dan menggairahkan kehidupan sosial budaya Jawa Timur.

3) Menjaga dan meningkatkan kerukunan antar umat beragama, etnis dan golongan.

4) Menjadi partner bagi masyarakat dan pemerintah daerah dalam mendorong dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, terutama daerah Jawa Timur.

3. MOTTO

Motto dari JTV adalah sebagai berikut : “JTV Rek”.2 Dan motto

dari produksi adalah Lokal, Nakal, dan Masal.

4. TARGET AUDIENCE

Target dari pemirsa JTV (Jawa Pos Televisi) adalah sebagai berikut:

a) Berdasarkan Gender : 1) Pria : 55 % 2) Wanita : 45 % b) Berdasarkan usia :

1) Anak –anak : 15 % (umur 5-14 tahun) 2) Remaja : 21 % (umur 15 -19 tahun) 3) Pemuda : 25 % (umur 20 -24 tahun) 4) Dewasa : 39 % (umur diatas 24 tahun) c) Berdasarkan sosial ekonomi status (SES)

1) A : 10 %


(62)

2) B : 10 % 3) C : 30 % 4) D : 27 % 5) E : 23 %

5. PROGRAM ACARA

Program siaran dari JTV (Jawa Pos Televisi), dikelompokkan dalam setiap kategori3 :

a) News 1) Pojok 7

2) Pojok Kampung 3) Jatim Awan 4) Nusantara Kini b) Entertaiment

1) Aneh- Aneh E Jagad 2) Ssstt.. Njajan Huewnak 3) Pijar

4) Warung VOA 5) Arena Spirit 6) Surat Impian 7) Action Plus 8) Alamku Keren c) Musik

1) Stadiun Danggut


(1)

88

Pertama, ekonomi pasar yang memiliki hubungan timbal balik antara

kemajuan ekonomi dan kemajuan media. Makin maju ekonomi makin

besar peran media. Sebaliknya, media juga dapat merangsang dan

meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengatasi problem

ekonomi sekaligus mengangkat kesejahteraan hidupnya. Kedua,

sistem ekonomi yang dikontrol negara (state controlled economy)

media dikontrol dari dimonopoli negara (authoritarian), dan

mengabdi pada kepentingan kekuasaan.26

26 Rahmad Harianto, Tesis, 2013, Ekonomi Media Televise Lokal : Eksistensi Di Tengah Dominasi Televise Nasional (Studi Pada Jawa Pos Televisi), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, hal 17


(2)

89

89

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai strategi kreatif

program larasati dala mepertahankan eksistensi di JTV Surabaya, penulis

menyimpulkan bahwa apa yang diterapkan oleh produser dan tim kreatif pada

program larasati bukanlah strategi yang asal–asalan melainkan telah melalui berbagai evaluasi. Disamping menerapkan kriteria strategi kreatif. Produser

dan tim kreatif juga menerapkan berbagai trik-trik pada program larasati

dalam upayanya mempertahankan eksistensi program. Kreativitas produser

dan tim kreatif tercermin dalam upayanya memecahkan problem dan kendala

yang ada selama ini. Evalusi dan inovasi rutin dilakukan pada program

larasati untuk memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kualitas program

baik dari sisi materi maupun kemasan, karena selain bertujuan untuk memberi

hiburan, program ini merupakan bagian dari bisnis industri kreatif televisi,

sehingga penonton merupakan faktor penting dalam perjalanan program

larasati, karena tanpa penonton larasati tak mungkin dapat terus mengudara

sampai sekarang.

B. REKOMENDASI

Adapun saran yang diberikan penulis sebagai bahan pertimbangan

produser untuk kemajuan program dan stasiun penyiaran adalah sebagai

berikut :

1. Kepada tim program larasati, alangkah baiknya jika program larasati bisa

ditayangkan secara langsung atau live. Dengan ditayangkan secara live,


(3)

90

bisa bernyanyi langsung atau berkolaborasi pada penyanyi atau bandnya,

tapi audience yang ada di rumah juga bisa berkolaborasi dengan

penyanyi melalui line telefon.

2. Melakukan promosi program dan penjualan program kepada pengiklan

dengan lebih gencar. Manfaatkan semua media promosi yang ada

sehingga program Larasati dapat dikenal lebih luas.

3. Bagi program Lasarati, selalu berikan inovasi baru demi kemajuan

program.

4. Maksimalkan penerapan strategi kreatif yang selama ini telah diterapkan


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Amir Yasraf Piliang. 2011. Bayang-bayang Tuhan: Agama dan Imajinasi, (Bandung: Mizan Publika)

Azwar, Saifuddin. 1998.Metode Penelitian. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar) Bachtiar,Wardi. 1999. metodologi penelitian ilmu dakwah, (Jakarta : logos)

Barker, Chris. 2005. Cultural Studies; Teori & Praktik,penerjemah Nurhadi, Cet. II, (Yogjakarta: Kreasi Wacana)

Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif.

Surabaya : Airlangga University Press.

Bungin, Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group)

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. 2010. Cet ke-4. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Burton, Graeme. 2006. Membincangkan Televisi: Sebuah Pengantar kepada Studi Televisi,

(Bandung: Jalasutra)

Doyle, Gillian. 2002. Understanding Media Economics, (London: Sage Publications)

Dr. Elvira, dkk. 2012. Komunikasi Massa Suatu Pengantar, (Bandung : Simbiosa Rektama Media)

Elison, Eds Alexander. 2004. Media Economics : Theory And Practice, (New Jersey: Third Edition, Lawrence Erlbraum Associates)

Eriyanto, 2008. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogjakarta: LKiS) Eriyanto. 2005. Analisis Framing, Cet III, (Yogjakarta: LKiS Pelangi Aksara)

Fiske,John. 2010. Cultural and Communication Studies, (Yogjakarta: Jalasutra)

Hajar,Ibnu. 1996. Dasar-Dasar Penelitian dalam Pendidikan, (Jakarta : Grafindo Persada)

Halim,Syaiful. 2013. Postkomodifikasi Media, (Yogyakarta: Jalasutra)

Henry Faizal Noor. 2010. Ekonomi Media, Cet ke-1(Jakarta : PT RajaGrafindo Persada)

Herdiansyah, Haris. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Salemba Humanika)

Idi Subandi Ibrahim, dan Malik, 1997. “Ideologi Iklan dan Patologi Modernitas”, dalam Ibrahim, dkk, Hegemoni Budaya, (Yogyakarta: Bentang)


(5)

Idi Subandi Ibrahim, 2011. Kritik Budaya Komunikasi; Budaya, Media dan Gaya Hidup dalam Proses Demokratisasi di Indonesia, (Yogjakarta: Jalasutra)

Kellnes,Douglas. Media Culture: Culture Studies, Identity and Politics between the Modern and the Post Modern, USA and VK: Westvie Press,

Kristiyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktik Riset Komunikasi. (Jakarta : Kencana Prenada Media Group)

Lexi J. Moleong, 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya) McQuail, 2011. Teori Komunikasi Massa.(Jakarta : Salemba Humanika)

Mosco, Vincent. The Political Economy of Communication, London: Sage Publication) Mudjiono,Yoyon. 2012. Ilmu Komunikasi, (Surabaya : jaudar press)

Mufid, Muhammad. 2007. Komunikasi dan Regulasi Penyiaran. (Jakarta : Kencana Prenada Media Group)

Patria,Nezar dkk. 1999. Negara dan Hegemoni, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar)

Rakmat, Jalaludin. 1999. Metode Penelitian Komunikasi.( Bandung, PT. Remaja Rosdakarya) Ruslan Rosady. 2003. Metode Penelitian PR dan Komunikasi. (Jakarta)

Stephen K. Sanderson, 1993. Sosiologi Makro, Sebuah Pendekatan terhadap Realitas Sosial, (Jakarta: Rajawali)

Stephen W. Little John dan Karen A. Foss, 2009. Teori Komunikasi: Theories of Human Communication, (Jakarta: Salemba Humanika)

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. (Bandung : ALFABETA.) Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan & Pengembangan Bahasa Depertemen Pendidikan dan

Kebudayaan, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka)

William l Rivers, jay W dan Theodore Peteerson, 2003. media massa dan masyrakat modern(terj). (Jakarta : prenada media)

Internet

www.indonesiaX.com

www.indonesiaX/introdution to broadcasting.com www.JTV.co.id

www.kampuskomunikasi.blogspot.co.id www.KBBI.com


(6)

http://ryanhadiwijaya.wordpress.com/2012/09/30/definisi-strategi-menurut-para-ahli. http://www.slideshare.net/Rezka_Judittya/perencanaan-program-televisi-by-indra-prawira.

Jurnal

Fajar,Arief. dalam jurnal Kalamsiasi; Konstruksi Surat Kabar Harian Kompas Mengenai Lingkungan Hidup, Vol. 3, Nomor 2, September 2010, Unmuh Sidoarjo: PSKK (Pusat Studi Komunikasi dan Kebijakan Fakultas IlmuSosial dan Ilmu Politik.

Canggih, strategi kreatif produser program tamu istimewa dalam mempertahankan eksistensi program di stasiun aditv,( Jogjakarta, Universitas Sunan Kali Jaga, 2013).

Hariyanto, dalam jurnal Komunika; Gender dalam Konstruksi Media, Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2009, STAIN Purwokerto.

Ibnu Hamad dalam jurnal Pantau; Media Massa dan Konstruksi Realitas, 06 Oktober-November, ISAI

Novel ali. “pers objektif, media pemberdayaan masyarakat yang efektif”, jurnal ikatan sarjana

komunikasi. Vol1/juli 1998.

Rahmad Harianto, Tesis, 2013, Ekonomi Media Televise Lokal : Eksistensi Di Tengah Dominasi Televise Nasional (Studi Pada Jawa Pos Televisi), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga.