ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI PERJANJIAN PENJUALAN CRUDE PALM OIL (Studi Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam No.147/Pdt.G/2009/PN.LP)

(1)

Mario BrMario Bramanda.G

ABSTRAK

ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI

PERJANJIAN PENJUALAN CRUDE PALM OIL

(Studi Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam No.147/Pdt.G/2009/PN.LP)

Oleh

Mario Bramanda Gultom

Wanprestasi adalah perbuatan ingkar janji atas perjanjian untuk itu dapat dilakukan upaya hukum melalui gugatan hukum ke pengadilan negeri. HSN sebagai penjual dan WJY sebagai pembeli mempunyai hubungan dagang dengan saling mengikatkan diri dalam purche contrac (perjanjian) jual beli Crude Palm Oil sejak tahun 2005. Awal 2009 WJY mulai wanprestasi, beberapa kali HSN menegur secara lisan maupun tertulis agar WJY memenuhi prestasinya namun Wiajayanto tetap tidak memenuhi prestasinya. Untuk dapat menyelesaikan masalah wanprestasi tersebut HSN mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Lubuk Pakam dengan nomor perkara No.147/Pdt.G/2009/PN.LP. Adapun yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah alasan dan dasar penggugat mengajukan gugatan, dasar pertimbangan hakim dalam putusan, dan akibat hukum putusan tersebut.

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan tipe deskriptif dan pendekatan masalah secara normatif analitis substansi hukum. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh melalui studi pustaka, putusan. Data yang telah diperoleh kemudian diolah dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana dimuat dalam putusan No. 147/Pdt.G/2009/PN.LP, dapat diketahui bahwa alasan dan dasar hukum di ajukanya gugatan adalah bahwa HSN sejak 2005 telah menjadi supplier Crude Palm Oil bagi WJY sesuai Purche Contract (perjanjian) jual beli Crude Palm Oil yang mana mengikat HSN sebagai supplier untuk menyerahkan Crude palm Oil kepada WJY dan WJY sebagai pembeli. Namun sejak 2009 WJY telah wanprestasi dengan tidak melaksanakan kewajibanya sehingga HSN menggugat WJY ke Pengadilan Negeri Lubuk Pakam. Pertimbangan Hakim dalam putusannya adalah bahwa benar ada


(2)

selaku Tergugat mengakui mempunyai utang kepada Penggugat karena belum memenuhi kewajibanya hingga sebesar Rp. 26.811.559.225 (dua puluh enam miliar delapan ratus sebelas juta lima ratus lima puluh sembilan dua ratus dua puluh lima rupiah). Untuk itulah tergugat secara sah terbukti wanprestasi. Akibat Hukumnya dari putusan adalah menghukum tergugat untuk membayar kewajiban pembayaran utangnya sebesar Rp. 26.811.559.225 (dua puluh enam miliar delapan ratus sebelas juta lima ratus lima puluh Sembilan dua ratus dua puluh lima rupiah), ditambah dengan biaya yang timbul dalam perkara ini. Apabila WJY tidak membayar kewajibanya, maka asset miliknya yang telah diletakkan sita jaminan yang akan digunakan untuk membayar kewajibanya.


(3)

(4)

ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG PENYELESAIAN

WANPRESTASI PERJANJIAN PENJUALAN CRUDE PALM OIL

(Studi Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam No.147/Pdt.G/2009/PN.LP)

(Skripsi)

Oleh

Mario Bramanda Gultom

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(5)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………. i

HALAMAN PERSETUJUAN……….. iii

HALAMAN PENGESAHAN………... iv

RIWAYAT HIDUP………... vi

PERSEMBAHAN………. vii

MOTTO………. viii

SANWACANA……….. ix

DAFTAR ISI……….. xi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang …... 1

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian ... 5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ………….……... 6

1. Tujuan Penelitian ……….. 6

2. Kegunaan Penelitian ……….. 6

BAB II :TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian dan Syarat Sah Perjanjian …………..……... 8

1. Pengertian Perjanjian ..………..………... 8

2. Asas-asas Perjanjian ……...…..……….……….….…. 9

3. Syarat-syarat Sah Perjanjian ……….…..………...…. 10

4. Akibat Hukum Sahnya Perjanjian ...…..…..………... 13

B. Wanprestasi dan Akibat Hukum ………... 14

1. PengertianWanprestasi ………..………... 14

2. Bentuk-bentuk Wanprestasi ……….……….…... 14

3. Akibat Hukum Bagi Yang Wanprestasi ……….……….. 15

4. Keadaan Memaksa (Overmacht/Force Majeur) ……….. 15

C. Tata cara Penyelesaian Perkara Perdata ………. 16

1. Pengajuan Gugatan ……….……….... 16

2. Pemberian Kuasa Dalam Perkara Perdata ……….. 18

3. Proses Pemeriksaan Perkara ..………. 18

4. Pembuktian Gugatan …….……..……… 18

5. Putusan Hakim ……….……….….. 19


(6)

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 22

B. Tipe Penelitian ... 23

C. Pendekatan Masalah ... 23

D. Data dan Sumber Data ... 24

E. Metode Pengumpulan Data ... 26

F. Metode Pengolahan Data ... 26

G. Analisis Data ……... 27

BAB IV : PEMBAHASAN A. Alasan dan Dasar Penggugat Mengajukan Gugatan ………..….……. 28

B. Pertimbangan Hakim dalam Putusan No.147/Pdt.G/2009/PN.LP……….. 33

C. Akibat Hukum Putusan No. 147/Pdt.G/2009/PN.LP ………. 45

BAB V : KESIMPULAN ……….……… 48 DAFTAR PUSTAKA


(7)

(8)

(9)

viii

MOTO

Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.

(Andrew Jackson)

Masa Sulit selalu membawa kita ingin menyerah. Tapi, kau hanya perlu percaya bahwa segalanya akan baik-baik saja.

(Winna Efendi)

Ketika jatuh kita membutuhkan orang lain untuk bersandar, tetapi untuk bangkit hanya diri sendiri yang dapat merubahnya

(Penulis)

Lihatlah hari esok telah menunggu kita , Tuhan selalu memberikan ciptaanNya untuk dapat dinikamti umatnyaa dengan jalan jujur dan kerja keras.


(10)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa Kupersembahkan

Karyaku ini kepada Papa dan Mama ku yang tercinta,

Terima kasih untuk setiap doa, dukungan, kesabaran dan kasih sayang yang tidak terhingga yang telah Papa dan Mama berikan kepadaku

Untuk Adik-adik ku, Rico, Winda dan Hagi dan Keluarga Besar ku Terima kasih untuk motivasi dan dukunganya selama ini


(11)

vi

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Mario Bramanda Gultom penulis dilahirkan di Medan Sumatera Utara pada tanggal 29 Oktober 1988, penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara pasangan dari Bapak J.Gultom, S.E., M.A.P dan Ibu Heritha Julietha, S.H.

Penulis tahun 1994 menempuh sekolah Dasar di SD Negeri 11 Baucau Timor Timur kemudian pada tahun 1999 pindah kesekolah Sekolah Dasar Negeri 066046 Medan diselesaikan pada tahun 2000. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama pada SMP Negeri 1 Lubuk Pakam diselesaikan pada tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas pada SMA Negeri 1 Lubuk Pakam diselesaikan pada tahun 2006.

Pada tahun 2007 penulis mengikuti seleksi Penerimaan Baru (SPMB) dan diterima pada Universitas Lampung dan mengambil bagian Hukum Perdata Ekonomi. Penulis mengikuti Praktek Kerja Lapangan Hukum (PLKH ) program Kerja Magang di kantor Notaris dan PPAT Ida Farida, S.H., M.H.


(12)

SANWACANA

Dengan penuh rasa syukur dan terima kasih, penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala petunjuk serta karunia yang telah diberikaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Putusan Hakim Tentang Penyelesaian Wanprestasi Perjanjian Penjualan Crude Palm Oil ( Studi Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam No. 147/Pdt/G/2009/PN.LP.). Dan penulis juga mengantarkan rasa haru bangga terhadap para pembimbing penulis yang tak bosan bosannya mendidik membimbing penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belumlah layak dikatakan sempurna karena masih banyak hal yang kurang yang belum Penulis ketahui dan pahami, oleh karena itu penulis terbuka untuk segala koreksi dan kritik yang sifatnya membangun dan harapan penulis, kiranya skripsi ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang kelak akan mempergunakannya.

Pada kesempatan ini secara berturut-turut penulis mengucapkan terima kasih serta penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(13)

x

2. Bapak Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., selaku Ketua Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah banyak membantu penulis di dalam menempuh pendidikan sarjana di Fakultas Hukum Universitas Lampung..

3. Ibu Rilda Murniati, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing utama atas bimbingan waktu, dan support yang amat besar yang telah diberikan. Saya berterima kasih sekali ibu mau menjadi pembimbing dan dengan sabar membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Aprilianti, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing utama atas bimbingan waktu, dan support yang amat sabar menghadapi saya. Saya berterima kasih sekali ibu mau menjadi pembimbing dalam membimbing saya menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Dr.M. Fakih, S.H., M.S., selaku Dosen Pembahas I yang telah memberikan kritikan, koreksi, masukan serta perbaikan yang berguna sekali dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Kasmawati, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembahas II yang telah banyak memberikan kritikan, koreksi, masukan dan pandangan yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Ibu Siti Azizah, S.H., selaku Pembimbing Akademik atas kerjasamanya dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Bapak Naek Siregar, S.H., M.Hum., yang tak henti-hentinya memperhatikan dan mendukung saya menyelesaikan skripsi ini.


(14)

9. Buat keluargaku, Namboru, Pak Tua, Pak Uda, Tulang, Natulang khususnya buat adik-adikku tersayang di Medan atas support dan dukungan selama ini.

10.Buat sahabat-sahabat selama perkuliahan, Maraden, Friska, Sinta, John Piter, Ria, Diah, Prisca dan teman-teman Fakultas Hukum yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaanya.

11.Seluruh teman-teman Formahkris yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 12.Almamater tercinta dan

13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Tuhan selalu menyertai kita di dalam hidup kita. Akhir kata, penulis menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 2014 Penulis


(15)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakekatnya dalam kehidupan perekonomian khususnya dalam bidang bisnis selalu/akan ada timbul perselisihan mungkin disebabkan karena salah paham ataupun kecurangan diantara pihak-pihak dalam pelaksanaan perjanjian yang telah dibuat. Perjanjian yang mengikatkan kedua belah pihak yang melakukan hubungan bisnis/dagang telah terabaikan atau karena tidak kesanggupan membayar atau ketidakpatuhan menempati isi perjanjian sesuai kesepakatan yang telah dituang dalam suatu perjanjian yang kemudian dapat merugikan salah satu pihak sehingga timbullah perselisihan.

Perjanjian merupakan salah satu bentuk perikatan dalam peristiwa hukum berupa perbuatan misalnya dalam hal jual beli dan hutang piutang. Perjanjian jual beli adalah perjanjian bahwa penjual diwajibkan memindahkan atau setuju memindahkan hak milik atas barang kepada pembeli sebagai imbalan sejumlah uang yang disebut harga.1 Bahwa di dalam hubungan dagang/jual-beli dengan nilai tinggi akan dilakukan hubungan dagang dengan cara membuat suatu perjanjian, dimana hubungan transaksi dagang harus tunduk pada ketentuan hukum jual beli (koopen verkoop) dimana penjual mengikatkan diri untuk

1

Marsh. S. B and J. Soulsby. Hukum Perjanjian. Terjemahan Abdulkadir Muhammad. PT. Alumni. Bandung. 2013. Hlm: 243 Alumni. Bandung. 2013. Hlm: 243


(16)

menyerahkan barang dan pihak pembeli berkewajiban untuk membayar harga yang diperjanjikan. Kontrak yang dibuat untuk saling menguntungkan. Dalam pelaksanaan perjanjian perlu jelas aturan-aturan hukum tersebut di atas sangat dibutuhkan. Pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian bisnis itu membutuhkan sesuatu yang lebih dari sekedar janji serta itikad baik saja. Adanya kebutuhan untuk menciptakan upaya-upaya hukum yang dapat digunakan seandainya salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibanya sesuai dengan isi perjanjian.

Untuk itulah pemahaman hukum dalam bisnis itu sangat penting, baik oleh para pengusaha sebagai pelaku bisnis, kalangan pembelajar hukum, praktisi hukum maupun pemerintah sebagai pembuat regulasi kebijakan sesuai dengan kebutuhan dunia usaha. Hal ini tidak terlepas dari mengglobalnya sistem perekonomian dunia yang membuat semakin intens dan dinamisnya kegiatan bisnis dalam berbagai sektor.

Sumber hukum bisnis yang utama adalah Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata, yaitu asas kontrak (perjanjian) itu sendiri yang menjadi sumber hukum utama, dimana masing-masing pihak terikat untuk tunduk kepada kontrak yang telah disepakati (kontrak yang dibuat diberlakukan sama dengan undang-undang), dan asas kebebasan berkontrak, dimana para pihak bebas untuk membuat dan menentukan isi dari kontrak yang telah disepakati.

Perlu juga dipahami sampai sejauh mana pertanggungjawaban seorang direktur pada Perseroan Terbatas. Direksi bertanggung jawab atas pengurusan perseroan, pengurusan wajib dilaksanakan setiap anggota Direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab, setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara


(17)

3

pribadi atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya.2

Dalam kenyataan dilapangan perjanjian yang dibuat kedua belah pihak yang melakukan perikatan dalam hubungan dagang pada awalnya berjalan lancar namun setelah beberapa tahun ataupun beberapa kali kontrak, kegagalanpun terjadi. Hal itu bisa saja terjadi disebabkan dari pihak penjual dikarenakan pihak penjual tidak menyerahkan barangnya, atau pihak penjual menyerahkan barang tidak sesuai dengan yang diperjanjikan, baik dari segi kuantitas, kualitas barang atau mengalami keterlambatan pengiriman barang.

Sedangkan dari pihak pembeli terlambat waktu pelaksanaan pembayaran, atau pembayaran tidak sesuai dengan harga yang diperjanjikan, menyatakan dirinya sudah tidak mampu untuk membayar dengan disebabkan bangkrut ataupun pailit atau sama sekali tidak ada niat untuk melakukan pembayaran.

Dalam putusan hakim No.147/Pdt.G/2009/PN.LP, peristiwa yang terjadi dalam perkara antara HSN sebagai penggugat dan WJY sebagai tergugat adalah disebabkan sebelumnya ada hubungan dagang, dimana HSN menjadi Supplier

Crude Palm Oil ke PT. Berkah Sawit Sumatera sedangkan WJY menjadi pembeli

/penerima Crude Palm Oil yang bertindak sebagai Direktur PT. Berkah Sawit Sumatera. Hubungan dagang mereka telah berjalan sejak tahun 2005. Sejak tahun 2005 HSN sebagai Supplier Crude Palm Oil telah mengirimkan Crude Palm Oil ke PT. Berkah Sawit Sumatera, hubungan dagang mereka yang didasarkan kotrak awalnya berjalan lancar hingga tahun 2008. Karena pembayaran yang dilakukan

2


(18)

WJY dalam pembelian Crude Palm Oil berjalan lancar maka HSN tetap mengirimkan Crude Palm Oil ke PT. Berkah Sawit Sumatera. Kemudian tahun 2009 terjadi kemacetan pembayaran dengan berbagai alasan dari WJY hingga sebanyak 30 kali dengan dibuktikan kontrak yang nilai penjualan Crude Palm Oil keseluruhan mencapai Rp. 26.811.559.225.- (dua puluh enam milyar delapan ratus sebelas juta lima ratus lima puluh sembilan ribu dua ratus dua puluh lima rupiah). namun WJY tidak kunjung membayar, bahkan oleh WJY mengatakan dirinya telah melakukan wanpresatsi dikarenakan telah mengalami bangkrut dan mengatakan pailit dan WJY mengajukan permohonan pailit ke Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan. Pailit pada tingkat pertama ditolak, HSN sebagai pemilik Piutang tidak diam diri. Selanjutnya HSN sebagai pihak yang dirugikan mencari keberadaan kekayaan milik WJY serta melakukan tindakan Hukum dengan diwakilkannya kepada Pengacara/Advokat yang dianggap lebih mampu untuk bertindak dimuka pengadilan untuk dapat menarik piutang dari si pelaku wanpresatsi yaitu WJY.

Dengan adanya wanprestasi atau ingkar janji yang dilakukan oleh WJY pembeli

Crude Palm Oil selaku Direktur PT. Berkah Sawit Sumatera menjadikan HSN

sebagai penyalur/penjual Crude Palm Oil merasa keberatan atas perbuatan wanprestasi tersebut dan mengajukan gugatannya terhadap WJY, yang akhirnya WJY disebut sebagai Tergugat.

Dengan diajukannya gugatan oleh HSN selanjutnya menjadi dasar Hakim memberikan pertimbangan dalam putusan. Hanya yang perlu diketahui selain adanya dasar diajukan gugatan masih perlu dipahami hal-hal apa yang


(19)

5

mendukung agar Hakim dapat mengambil suatu pertimbangan serta dapat memperoleh akibat hukum atas putusan yang bernilai dapat terlaksana.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas maka penulis sangat tertarik untuk meneliti dan menemukan sesuatu mengenai permasalahan hukum antara Penggugat HSN yang sebelumnya sebagai penyalur Crude Palm Oil dengan Tergugat WJY yang sebelumnya sebagai pembeli /penerima Crude Palm Oil yang menyatakan sedang mengalami bangkrut atau sedang dalam keadaan pailit. Maka penulis akan menuangkan penelitian ini ke dalam suatu karya ilmiah hukum yang berjudul: ” Analisis Putusan Hakim Tentang Penyelesaian Wanprestasi Perjanjian Penjualan Crude Palm Oil.”

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam penulisan ini akan membahas masalah bagaimana isi putusan hakim dalam No.147/Pdt-G/2009/PN.LP., tentang

Penyelesaian Wanprestasi Perjanjian Penjualan Crude Palm Oil.” Yang menjadi pokok pembahasan dalam penulisan ini adalah:

a. Alasan dan dasar Penggugat mengajukan gugatan.

b. Dasar pertimbangan hakim dalam putusan No.147/Pdt-G/2009/PN.LP.

c. Akibat hukum putusan No.147/Pdt-G/2009/PN.LP., terhadap Penggugat dan Tergugat.


(20)

2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup penelitian ini meliputi lingkup pembahasan analisis putusan hakim No.147/Pdt-G/2009/PN.LP., Tentang Penyelesaian Wanprestasi Perjanjian Penjualan Crude Palm Oil.”

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan ruang lingkup penelitian di atas, maka tujuan dari penulisan ini adalah untuk dapat memperoleh gambaran yang jelas, lengkap, rinci dan sistematis tentang:

a. Alasan dan dasar Penggugat mengajukan gugatan

b. Dasar pertimbangan Hakim dalam putusan No.147/Pdt-G/2009/PN.LP. c. Akibat hukum dari putusan No.147/Pdt-G/2009/PN.LP., terhadap Penggugat

dan Tergugat.

2. Kegunaan Penelitian

Manfaat dari penelitian ini meliputi manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu:

a. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan dalam pengembangan hukum perdata ekonomi khususnya hukum perjanjian dan hukum acara perdata.


(21)

7

b. Kegunaan Praktis

Secara praktis, penelitian ini berguna untuk:

1) Sebagai upaya pengembangan wawasan keilmuan dan pengetahuan penulis dibidang ilmu hukum khususnya hukum perdata ekonomi tentang perjanjian dan acara perdata.

2) Untuk mengetahui kemampuan penulis menerapkan ilmu yang diperoleh dalam bentuk karya ilmiah.

3) Sebagai bahan rujukan bagi mahasiswa yang akan meniliti permasalahan dalam hukum perjanjian dan hukum acara perdata.


(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perjanjian dan Syarat Sah Perjanjian

1. Pengertian Perjanjian

Perikatan merupakan hubungan hukum yang tercipta karena adanya peristiwa hukum antara para pihak yang melakukan perjanjian. Perikatan merupakan salah satu bentuk perjanjian yang merupakan peristiwa hukum berupa perbuatan, misalnya jual beli dan hutang-piutang.

Perjanjian dirumuskan dalam Pasal 1313 KUHPerdata, yaitu suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainya.

Menurut Abdulkadir Muhammad perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal mengenai harta kekayaan.1 Menurut Prodjodikoro bahwa yang dimaksud dengan perjanjian adalah suatu perhubungan mengenai harta benda antara dua pihak, dimana salah satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal

1

Abdulkadir Muhammad. 2000. Hukum Perdata Indonesia. Cetakan Ke-III. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti. Hlm: 225


(23)

9

atau untuk tidak melakukan suatu hal sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji tersebut.2

Menurut Subekti, Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.3 Menurut Setiawan perjanjian adalah suatu perbuatan hukum dimana seseorang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap orang lain.4 Menurut Sudikmo Mertokusumo perjanjian adalah hubungan hukum antar dua belah pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Dua pihak itu sepakat untuk menentukan peraturan atau kaedah hukum atau hak dan kewajiban yang mengikat mereka untuk ditaati dan dijalankan. Kesepakatan itu menimbulkan akibat hukum dan bila kesepakatan dilanggar maka akibat hukumnya si pelanggar dapat dikenai akibat hukum atau sanksi.5

2. Asas-asas Perjanjian

Didalam hukum perjanjian dikenal beberapa asas penting yang menjadi dasar kehendak dari para pihak untuk melakukan perjanjian. Beberapa asas tersebut adalah:6

a. Asas Kebebasan Berkontrak

Asas ini mengandung arti bahwa setiap orang bebas untuk mengadakan perjanjian apa saja, baik yang sudah diatur maupun belum diatur oleh

2

Wiryono Prodjodikoro. 1979. Asas-asas Hukum Perjanjian. Cetakan Ke-VIII. Bandung. Bale. Hlm: 9

3

R. Subekti. 1996. Hukum Perjanjian. Jakarta. PT. Intermessa. Hlm: 1

4

Setiawan. 1999. Pokok-pokok Hukum Perikatan. Cetakan ke- VI. Bandung. Putra A Bardin. Hlm: 77

5

Sudikno Mertokusumo. 1990. Mengenal Hukum. Yogyakarta. Liberty. Hlm: 97

6


(24)

undang-undang. Tetapi kebebasan tersebut dibatasi oleh tiga hal yaitu tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum, tidak bertentangan dengan kesusilaan.

b. Asas Pelengkap

Asas ini mengandung arti bahwa ketentuan undang-undang boleh tidak diikuti apabila pihak-pihak menghendaki dan membuat ketentuan-ketentuan sendiri yang menyimpang dari ketentuan undang-undang. Tetapi apabila dalam perjanjian yang mereka buat tidak ditentukan lain maka berlakulah ketentuan undang-undang. Asas ini hanya mengenai hak dan kewajiban para pihak saja.

c. Asas Konsensual

Asas ini mengandung arti bahwa perjanjian itu terjadi sejak saat tercapainya kesepakatan (consensus) antara para pihak mengenai pokok perjanjian. Sejak saat itu perjanjian mengikat dan mempunyai akibat hukum.

3. Syarat-syarat Sah Perjanjian

Suatu perjanjian yang sah adalah perjanjian yang memenuhi syarat-syarat yang diatur oleh undang-undang. Perjanjian tersebut diakui sah dan mendapat akibathukum (legally concluded contract). Menurut ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata, sayarat-sayarat sah perjanjian:7

7Idem.


(25)

11

a. Ada persetujuan kehendak (consensus).

Persetujuan kehendak adalah kesepakatan/kesetujuan para pihak mengenai pokok-pokok isi perjanjian yang dikehendaki oleh pihak yang satu dan juga dikehendaki oleh pihak lainya. Persetujuan tersebut sudah final, tidak lagi dalam proses perundingan.

Sebelum ada persetujuan, biasanya para pihak mengadakan perundingan, pihak yang satu menyampaikan keinginan dan syarat-syaratnya mengenai objek perjanjian kepada pihak yang lain dan pihak yang lainya menyatakan juga kehendaknya mengenai objek perjanjian sehingga tercapai persetujuan yang mantap bagi kedua pihak.

Persetujuan kehendak itu sifatnya bebas, artinya tidak ada paksaan ataupun tekanan dari pihak manapun juga, sepenuhnya atas kemauan sukarela para pihak. Juga termasuk persetujuan kehendak tidak dikarenakan ada kehilafan dan tidak ada penipuan.

b. Kecakapan pihak-pihak untuk membuat perjanjian (capacity)

Kecakapan bertindak merupakan salah satu cakap hukum yaitu kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah perbuatan yang akan menimbulkan akibat hukum. Orang yang dikatakan cakap melakukan perbuatan hukum adalah orang yang sudah dewasa artinya sudah mencapai umur 21 tahun atau sudah kawin walaupun belum berumur 21 tahun. Orang yang tidak cakap untuk melakukan perbuatan hukum adalah:8

8

R. Subekti dan R. Tjitrosudibio. Kitab Undang-undang Hukum Perdata. 2006. Jakarta. Pradnya Paramita. Cetakan ke-37. Hlm: 341


(26)

1) Orang-orang yang belum dewasa;

2) Mereka yang ditaruh di bawah pengampunan; dan

3) Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang, dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu. (ketentuan ini telah dicabut oleh Surat Edaran Mahkamah Agung)

Akibat hukum ketidakcakapan membuat perjanjian adalah perjanjian yang telah dibuat dapat dimintakan pembatalan perjanjian kepada Hakim. Jika tidak dimintakan pembatalan maka perjanjian tersebut tetap berlaku bagi para pihak yang terkait dengan perjanjian tersebut.

c. Ada suatu hal tertentu (objek)

Suatu hal tertentu yang terdapat dalam isi perjanjian yang wajib dipenuhi/prestasi disebut sebagai objek perjanjian. Kejelasan mengenai isi pokok perjanjian atau objek perjanjian adalah untuk memastikan pelaksanaan hak dan kewajiban para pihak. Jika isi pokok perjanjian, atau objek perjanjian, atau prestasi perjanjian tidak jelas, sulit bahkan bila tidak mungkin dapat dilaksanakan, maka perjanjian itu batal (nietig,void).

d. Ada suatu sebab yang halal (causa)

Causa atau sebab adalah suatu hal yang menyebabkan/mendorong orang untuk membuat perjanjian. Menurut KUHPerdata Pasal 1335 disebutkan bahwa ”suatu perjanjian tanpa sebab, atau yang telah dibuat karena suatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai kekuatan”. Tapi dalam Pasal 1336 KUH Perdata disebutkan “jika tidak dinyatakan suatu sebab,


(27)

13

tetapi ada sebab yang halal, ataupun jika ada suatu sebab lain, dari pada yang

dinyatakan, perjanjianya namun demikian adalah sah”. Sebab yang halal

menurut Pasal 1337 KUHPerdata adalah sebab yang tidak dilarang oleh undang-undang, tidak berlawanan dengan kesusilaan ataupun ketertiban umum.9

4. Akibat hukum Sahnya Perjanjian

Akibat hukum dari dibuatnya perjanjian adalah: a. Berlaku Sebagai Undang-Undang

Perjanjian berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang mengadakan perjanjian artinya bahwa perjanjian yang dibuat mempunyai kekuatan mengikat dan memaksa serta memberi kepastian hukum bagi pihak-pihak yang membuat perjanjian.

b. Tidak Dapat Ditarik Kembali Secara Sepihak

Karena perjanjian merupakan hasil kesepakatan kedua belah pihak maka apabila ingin ditarik kembali atau dibatalkan harus disetujui oleh kedua belah pihak juga.

c. Pelaksanaan Dengan Itikad Baik

Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan baik (Pasal 1338 ayat 2 KUHPerdata). Yang dimaksud dengan itikad baik tersebut adalah ukuran objektif untuk menilai pelaksanaan perjanjian yang harus sesuai dengan norma kepatutan dan kesusilaan.

9Idem


(28)

B. Wanprestasi dan Akibat Wanprestasi

1. Pengertian Wanprestasi

Wanprestasi artinya tidak memenuhi sesuatu yang diwajibkan seperti yang telah ditetapkan dalam perikatan.10 Wanprestasi adalah perbuatan ingkar janji dimana sebelumnya ada suatu perjanjian yang dibuat antara kedua belah pihak melakukan perikatan tersebut sebagai dalam suatu perjanjian sebagaimana yang termaktub dalam Pasal 1320 dan 1338 KUHPerdata.

2. Bentuk-bentuk Wanprestasi

Ada beberapa bentuk wanprestasi, yaitu: a. Tidak melaksanakan prestasi sama sekali;

b. Melaksanakan tetapi tidak tepat waktu (terlambat); c. Melaksanakan tetapi tidak seperti yang diperjanjikan;

d. Debitur melaksanakan yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.

Tata cara menyatakan Debitur wanprestasi adalah sebagai berikut:

a. Sommatie yaitu peringatan tertulis dari Kreditur kepada Debitur secara resmi melalui Pengadilan Negeri.

b. Ingebreke Stelling yaitu peringatan Kreditur kepada Debitur tidak melalui Pengadilan Negeri.

10


(29)

15

3. Akibat Hukum Bagi yang Wanprestasi

Pihak yang melakukan wanprestasi akan mendapat akibat hukum berupa hukuman atau sanksi hukum sebagai berikut:

a. Debitur diwajibkan untuk membayar ganti kerugian yang diderita oleh Kreditur (Pasal 1243 KUHPerdata).

b. Apabila perikatan itu mengikat timbal balik, Kreditur dapat menuntut untuk memutuskan/membatalkan perikatan melalui Hakim (Pasal 1266 KUHPerdata).

c. Di dalam perikatan untuk memberikan sesuatu, resiko beralih kepada Debitur sejak terjadi wanprestasi (Pasal 1237 ayat 2 KUHPerdata).

d. Debitur diwajibkan untuk memenuhi isi perikatan jika masih dapat dilakukan, atau pembatalan yang disertai dengan pembayaran ganti kerugian (Pasal 1267 KUHPerdata).

e. Debitur diwajibkan untuk membayar biaya perkara jika diperkarakan ke pengadilan dan Debitur dinyatakan bersalah.

4. Keadaan Memaksa (Overmacht/Force Majeur)

Keadaaan memaksa adalah keadaan dimana tidak dapat dipenuhinya prestasi oleh Debitur dikarenakan adanya peristiwa yang tidak dapat diketahui atau diduga yang akan terjadi ketika perikatan dibuat, biasanya keadaan memaksa tersebut berada diluar kekuasaanya.


(30)

C. Tata Cara Penyelesaian Perkara Perdata

1. Pengajuan Gugatan

Apabila dalam suatu sengketa, para pihak yang terlibat tidak dapat menyelesaikan sengketa tersebut secara damai, jalan terakhir yang dapat ditempuh adalah melalui pengadilan yaitu dengan cara mengajukan gugatan kepada ketua pengadilan negeri yang berwenang.

Gugatan adalah suatu permohonan yang di ajukan Penggugat kepada ketua pengadilan negeri yang berwenang, yang berisi tuntutan hak yang didalamnya berisi suatu sengketa. Gugatan yang diajukan kepada ketua pengadilan negeri disebut perkara perdata (civil action, civil case), pihak yang mengajukan gugatan disebut Penggugat (plaintiff) dan pihak yang digugat disebut Tergugat (defendant,

opposant).

a. Penyusunan dan Pengajuan Gugatan

Dalam penyusunan surat gugatan, ada tiga hal yang perlu diperhatikan dan dimuat dalam surat gugatan, yaitu:11

1) Keterangan lengkap mengenai pihak-pihak yang berperkara, yaitu nama, umur, alamat, pekerjaan, dan agama (identity of the parties).

2) Dasar gugatan (fundamentum petendi) yang memuat uraian tentang kejadian atau peristiwa (factual grounds) dan uraian tentang hukum,

11

Abdulkadir Muhammad. Hukum Acara Perdata Indonesia. PT Citra Aditya Bakti. Bandung. 2012. Hlm: 37


(31)

17

yaitu adanya hak dalam hubungan hukum yang menjadi dasar yuridis gugatan itu (legal grounds).

3) Tuntutan yang dimohonkan Penggugat agar diputuskan oleh pengadilan

(petitum). Tuntutan dapat dirinci lagi menjadi dua macam, yaitu tuntutan

primer (primary claim) yang merupakan tuntutan pokok dan tuntutan subside (subsidiary claim) yang merupakan tuntutan pengganti apabila tuntutan pokok ditolak oleh pengadilan.

b. Sita Jaminan dan Tuntutan Provisional

Sita jaminan adalah sebagai jaminan yang diletakkan atas harta yang dimiliki Tergugat yang diketahui untuk nantinya tidak dialihkan oleh Tergugat kepada pihak lain sebagai pelunasan utang-utangnya/ingkar janji/adanya perbuatan melawan hukum.

c. Pengubahan Surat Gugatan.

Pengubahan surat gugatan dapat dilakukan sebelum terjadi jawab menjawab diantara Penggugat dengan Tergugat dalam perkara perdata di pengadilan.

d. Pencabutan Surat Gugatan

Pencabutan gugatan dapat dilakukan apabila proses jawab menjawab belum terlaksana.

e. Penggabungan Gugatan.

Penggabungan gugatan dapat dilakukan apabila seseorang mempunyai bebarapa tuntutan.


(32)

2. Pemberian Kuasa Dalam Perkara Perdata

Dalam hal pemberian kuasa yang berhak menerima kuasa adalah orang yang memiliki kekuasaan untuk bersidang di Pengadilan misalnya: Penasihat Hukum/Pengacara, yang mempunyai hubungan kekeluargaan (kuasa insidentil) dengan melampirkan surat keterangan dari Kepala desa dan dibuat didepan Ketua Pengadilan Negeri maupun yang tidak mempunyai hubungan kekeluargaan.

3. Pemeriksaan Perkara

Pemeriksaan telah mencakup pemeriksaan panggilan apakah pihak yang berpekara telah dipanggil secara sah dan patut. Pembacaan gugatan perbaikan gugatan sebelum terjadi jawab menjawab diberi kesempatan, jawab menjawab, pengajuan bukti baik bukti surat maupun saksi-saksi.

4. Pembuktian Gugatan

Pembuktian berapa surat-surat diwajibkan surat tersebut diberi materai dan saat dipersidangan diperlihatkan aslinya surat tersebut apabila yang diajukan berupa fotokopi, apabila surat bukti berupa fotokopi yang diajukan asli surat tersebut tidak dapat diperlihatkan maka kekuatan surat tersebut lemah sebagai bukti dan dan tidak akan dipertimbangkan.

Bukti berupa saksi-saksi saat akan didengar keterangan baik saksi dari Penggugat maupun Tergugat diharuskan tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah, apabila mempunyai hubungan sedarah dan salah satu pihak keberatan maka saksi tidak akan disumpah, jika dilanjutkan memberikan keterangan nilai keterangan


(33)

19

terabaikan. Sedangkan saksi yang tidak memiliki hubungan keluarga sedarah atau 3 (tiga) garis keturunan diwajibkan disumpah agar kekuatan keterangan mendapat kekuatan sebagai nilai pembuktian.

5. Putusan Hakim

Putusan adalah akhir dari segala pemeriksaan yang dilakukan pada saat persidangan dengan mengambil pertimbangan, atas pertimbangan tersebut akan terdapat sebab akibat.


(34)

H. Kerangka Pikir C. Putusan Hakim Keterangan :

Hubungan Dagang /Bisnis antara HSN dengan WJY adalah hubungan dagang dalam jual beli Crude Palm Oil HSN sebagai penjual/penyalur Crude Palm Oil sedangkan WJY adalah sebagai penerima/pembeli Crude Palm Oil dengan suatu perjanjian. Dengan demikian antara penggugat dengan Tergugat mempunyai hubungan hukum yaitu hubungan bisnis.

HSN Penjual/Penyalur WJY PPe Bisnis CPO Wanpretasi Gugatan Pertimbangan Hakim Akibat Hukum Putusan Alasan Gugatan


(35)

21

Wanprestasi dilakukan oleh WJY sebagai pembeli Crude Palm Oil sehingga terjadi perselisihan dikarenakan pihak penerima/pembeli ingkar janji dengan cara tidak lagi melakukan pembayaran terhadap Crude Palm Oil yang telah diterima WJY dengan demikian WJY telah melakukan wanpresatsi. Akibat wanpertasi tersebut HSN merasa keberatan sehingga HSN mengajukan Gugatan ke Pengadilan Negeri Lubuk Pakam.

Gugatan tersebut diajukan ke Pengadilan Negeri Lubuk Pakam dengan Register No. 147/Pdt.G/2009/PN.LP. Bahwa selanjutnya atas gugatan tersebut Hakim menjatuhkan Putusan.

Putusan hakim didasarkan karena adanya alasan dan dasar Penggugat mengajukan gugatan dan dasar Pertimbangan Hakim Dalam Putusan No.147/Pdt.G/2009/PN.LP., dengan pemeriksaan , bukti-bukti berupa bukti surat yang diajukan penggugat dan tergugat yaitu beberapa perjanjian yang disepakati ditambah bukti saksi oleh HSN sebagai Penggugat. Selanjutnya atas putusan tersebut akan menimbulkan akibat hukum terhadap kedua belah pihak.


(36)

III. METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran, secara sistematis, metodologis dan konsisten. Sistematis artinya menggunakan sistem tertentu, metodologis artinya menggunakan metode atau cara tertentu dan konsisten berarti tidak ada hal yang bertentangan dalam kerangka tertentu.1

Penelitian sangat diperlukan untuk memperoleh data yang akurat sehingga dapat menjawab permasalahan sesuai dengan fakta atau data yang ada dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif (normative law

research). Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang mengkaji

hukum tertulis dari berbagai aspek, yaitu aspek teori, sejarah, filosofi, perbandingan, struktur dan komposisi, lingkup dan materi, kosnsistensi, penjelasan umum dan pasal demi pasal, formalitas dan kekuatan mengikat suatu undang-undang, serta bahasa hukum yang digunakan tetapi tidak mengkaji aspek terapan atau implementasinya.2

1

Abdulkadir Muhammad. Hukum dan Penelitian Hukum. (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2004), Hlm: 2

2Idem.


(37)

23

Sebagai penelitian normatif maka penelitian ini akan mengkaji dan membahas mengenai “ Analisis Putusan Hakim Tentang Penyelesaian Wanprestasi Perjanjian Penjualan Crude Palm Oil.” (Studi Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam No.147/Pdt-G/2009/PN.LP.-).

B. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian diskriptif. Penelitian Hukum Deskriptif yaitu salah satu jenis penelitian hukum yang bertujuan menyajikan gambaran secara lengkap mengenai keadaan hukum yang ada di suatu tempat dan pada saat keadaan tertentu atau menggambarkan mekanisme suatu fenomena yuridis atau peristiwa hukum tertentu yang terjadi, menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan hukum atau peristiwa hukum, menciptakan kategori hukum dan mengklasifikasi subjek hukum dan menjelaskan seperangkat tahapan atau proses hukum sebagai kelanjutan dari peristiwa hukum yang terjadi.

Berdasarkan penelitian hukum deskriptif tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dengan jelas dan terperinci mengenai “ Analisis Putusan Hakim Tentang Penyelesaian Wanprestasi Perjanjian Penjualan Crude Palm Oil.”

C. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan, sehingga mencapai tujuan penelitian.3

3Idem.


(38)

Sesuai dengan spesifikasi hukum tertulis yang menjadi fokus kajian hukum normatif , maka dapat diidentifikasi pula pendekatan masalahnya. Apabila objek kajian fokus pada substansi hukum, maka pendekatan yang sesuai adalah pendekatan normatif analitis substansi hukum (approach of legal content

analysis). Jika menggunakan jenis ini, maka menurut Abdulkadir Muhammad, ada

tiga gradasi pendekatan normative analitis yang dapat digunakan, yaitu:4 1. Penjelajahan Hukum (legal exploration).

2. Tinjauan Hukum (legal review). 3. Analisis Hukum (legal analysis).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penerapan normatif analitis substansi hukum (approach of legal content analysis). Berdasarkan hal tersebut, maka langkah yang dapat ditempuh yaitu dengan tinjauan hukum (legal

rivew) dan analisis hukum (legal analysis). Melalui pendekatan tersebut, berusaha

dipaparkan secara lengkap rinci dan jelas mengenai beberapa aspek yang diteliti dalam peraturan perundang-undangan, dan dapat pula diketahui apa kelemahan atau kekurangan mengenai Penyelesaian Gugatan Wanprestasi Perjanjian Penjualan Crude Palm Oil.

D. Data dan Sumber Data

Berdasarkan jenis penilitian yang digunakan yaitu penelitian normatif, maka data yang dibutuhkan adalah data sekunder5. Data sekunder adalah data yang berasal dari bahan pustaka yang terdiri dari peraturan perundang-undangan, literatur dan

4Idem.

Hlm: 113

5Idem.


(39)

25

sumber data skunder lainya. Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat secara umum (berupa peraturan perundang-undangan) atau mempunyai kekuatan mengikat bagi pihak-pihak yang berkepentingan (berupa kontrak). Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Hukum Acara Perdata. Herziene Indonesische Reglement (HIR) adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku untuk daerah Pulau Jawa dan Madura,

dan Reglement Voor de Buitengewesten (RBg) adalah Hukum Acara

Perdata yang berlaku untuk daerah-daerah luar pulau Jawa dan Madura.

b. Burgerlijk Wetboek (Kitab Undang-undang Hukum Perdata) buku ke III

tentang perikatan dan buku ke IV tentang pembuktian dan daluarsa.

c. Wetboek van Koophandel (Kitab Undang-undang Dagang).

d. Undang-undang No.48 Tahun 2009 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.

e. Undang-undang No.3 Tahun 2009 adalah Undang-undang tentang Mahkamah Agung.

f. Undang-undang No.37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.


(40)

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum, makalah dan jurnal , putusan hakim yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dalam tulisan.

3. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Bahan hukum tersier yang digunakan dalam penelitian ini berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia.

E. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dan studi dokumen. Studi pustaka adalah pengkajian informasi mengenai hukum yang berasal dari perundang-undangan, yurisprudensi dan buku literatur hukum atau bahan hukum tertulis lainya. Studi dokumen adalah pengkajian informasi meliputi dokumen hukum yang tidak dipublikasikan melalui perpustakaan umum yakni berupa putusan.

F. Metode Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul kemudian diolah. Pengolahan data umumnya dilakukan dengan 4 (empat) cara, yaitu:6

1. Pemeriksaan data (editing), yaitu mengoreksi apakah data yang terkumpul sudah cukup lengkap, sudah benar dan sudah sesuai/relevan dengan masalah.

6Idem


(41)

27

2. Penandaan data (cooding) yaitu memberi catatan atau tanda yang menyatakan jenis sumber data (buku literatur, perundang-undangan, atau dokumen), pemegang hak cipta (nama penulis, tahun penerbitan), atau urutan rumusan masalah.

3. Rekonstruksi data (reconstructing), yaitu menyusun ulang data secara teratur, berurutan, logis sehingga mudah dipahami dan diinterprestasikan.

4. Sistematisasi data (sistematizing), yaitu menempatkan data menurut kerangka sistematika bahasan berdasarkan urutan masalah.

G. Analisis Data

Setelah data diolah dan disusun maka akan dilakukan analisis data secara kualitatif, artinya dengan cara menyajikan dan menguraikan data dalam bentuk kalimat secara rinci dan sistematis. Kemudian dilakukan interpretasi data dengan menguraikan data yang telah tersusun sehingga memperoleh gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang dibahas serta memudahkan dilakukan pembahasan dan diambil kesimpulan sebagai jawaban permasalahan. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif . Analisis kualitatif artinya menguraikan data secara bermutu dalam kalimat yang teratur, runtun, tidak tumpang tindih, dan efektif sehingga memudahkan pembahasan dan pemahaman serta interprestasi data. Komprehensif artinya pembahasan data secara mendalam dari berbagai aspek sesuai dengan lingkup penelitian. Lengkap artinya tidak ada bagian yang terlupakan, semuanya sudah masuk dalam pembahasan. Lalu dilakukan pembahasan dan diambil kesimpulan sebagai jawaban permasalahan secara umum.


(42)

V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan tentang analisis putusan hakim tentang penyelesaian wanprestasi perjanjian penjualan crude palm oil maka dapat disimpulkan:

1. Alasan dan dasar hukum pengajuan gugatan oleh penggugat, antara lain karena adanya hubungan dagang antara HSN dan WJY dalam purche contract (perjanjian) jual beli crude palm oil. Sejak awal 2009 WJY mulai wanprestasi, setelah beberapa kali di tegur HSN baik lisan maupun tertulis namun WJY tetap tidak dapat memenuhi prestasinya. Akhirnya HSN menggugat WJY ke Pengadilan Negeri Lubuk Pakam dengan nomor gugatan No. 147/Pdt.G/2009/PN.LP.

2. Adapun dasar pertimbangan hakim dalam putusan adalah benar adanya

purchase contract (perjanjian) jual beli crude palm oil antara HSN dengan

WJY, WJY selaku pembeli mengakui (pengakuan sebagai alat bukti yang sempurna) wanprestasi hingga senilai Rp. 26.811.559.225,- (dua puluh enam miliar delapan ratus sebelas juta lima ratus lima puluh Sembilan ribu dua ratus dua puluh lima rupiah) dengan alasan ketidak sanggupan membayar atau pailit namun permohonan pailitnya ditolak.


(43)

49

3. Akibat Hukum Putusan hakim tersebut adalah putusan ini mengikat kepada kedua belah pihak yang berperkara, dimana putusan ini mempunyai kekuatan pembuktian yang sah dan para pihak wajib melaksanakan isi putusan ini.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Abdulkadir Muhammad. 2000. Hukum Perdata Indonesia. Cetakan Ke-III. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Abdulkadir Muhammad. 2012. Hukum Acara Perdata Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Marsh. S. B and J. Soulsby. 2013. Hukum Perjanjian. Terjemahan Abdulkadir Muhammad. PT. Alumni. Bandung.

M. Yahya Harahap. 2009. Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan,

Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan, Jakarta: Sinar

Grafika.

Darwan Prisnt. 1992. Strategi Menyusun dan Menangani Gugatan Perdata. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti. Hlm:2

R. Subekti. 1996. Hukum Perjanjian. Jakarta: PT. Intermessa.

R. Subekti dan R. Tjitrosudibio. 2006. Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Cetakan ke-37. Jakarta: Pradnya Paramita.

Rosa Agustina dkk. 2012. Hukum Pirikatan (law of obligations). Denpasar. Pustaka Larasan


(45)

Setiawan. 1999. Pokok-pokok Hukum Perikatan. Cetakan ke- VI. Bandung. Putra A Bardin.

Sudikno Mertokusumo. 1990. Mengenal Hukum. Yogyakarta: Liberty.

Wahyu Sasongko, 2010 Dasar-dasar ilmu hukum. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Wiryono Prodjodikoro. 1979. Asas-asas Hukum Perjanjian. Cetakan Ke-VIII. Bandung: Bale.

B. Perundang-undangan

Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Kitab Undang-undang Hukum Acara Perdata

Kitab Undang-undang Hukum Dagang Het Herziene Indonesisch Reglement Rechtsreglement voor de Buitengewesten

C. Lain-Lain

http://arlandhany.wordpress.com/category/belajarhukum/hukum-acara-perdata/

http://edwinnotaris.blogspot.com/2013/09/pengertian-dan-tujuan-sita-jaminan.html

http://www.hukumkepailitan.com/


(1)

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum, makalah dan jurnal , putusan hakim yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dalam tulisan.

3. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Bahan hukum tersier yang digunakan dalam penelitian ini berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia.

E. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dan studi dokumen. Studi pustaka adalah pengkajian informasi mengenai hukum yang berasal dari perundang-undangan, yurisprudensi dan buku literatur hukum atau bahan hukum tertulis lainya. Studi dokumen adalah pengkajian informasi meliputi dokumen hukum yang tidak dipublikasikan melalui perpustakaan umum yakni berupa putusan.

F. Metode Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul kemudian diolah. Pengolahan data umumnya dilakukan dengan 4 (empat) cara, yaitu:6

1. Pemeriksaan data (editing), yaitu mengoreksi apakah data yang terkumpul sudah cukup lengkap, sudah benar dan sudah sesuai/relevan dengan masalah.

6Idem


(2)

27

2. Penandaan data (cooding) yaitu memberi catatan atau tanda yang menyatakan jenis sumber data (buku literatur, perundang-undangan, atau dokumen), pemegang hak cipta (nama penulis, tahun penerbitan), atau urutan rumusan masalah.

3. Rekonstruksi data (reconstructing), yaitu menyusun ulang data secara teratur, berurutan, logis sehingga mudah dipahami dan diinterprestasikan.

4. Sistematisasi data (sistematizing), yaitu menempatkan data menurut kerangka sistematika bahasan berdasarkan urutan masalah.

G. Analisis Data

Setelah data diolah dan disusun maka akan dilakukan analisis data secara kualitatif, artinya dengan cara menyajikan dan menguraikan data dalam bentuk kalimat secara rinci dan sistematis. Kemudian dilakukan interpretasi data dengan menguraikan data yang telah tersusun sehingga memperoleh gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang dibahas serta memudahkan dilakukan pembahasan dan diambil kesimpulan sebagai jawaban permasalahan. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif . Analisis kualitatif artinya menguraikan data secara bermutu dalam kalimat yang teratur, runtun, tidak tumpang tindih, dan efektif sehingga memudahkan pembahasan dan pemahaman serta interprestasi data. Komprehensif artinya pembahasan data secara mendalam dari berbagai aspek sesuai dengan lingkup penelitian. Lengkap artinya tidak ada bagian yang terlupakan, semuanya sudah masuk dalam pembahasan. Lalu dilakukan pembahasan dan diambil kesimpulan sebagai jawaban permasalahan secara umum.


(3)

V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan tentang analisis putusan hakim tentang penyelesaian wanprestasi perjanjian penjualan crude palm oil maka dapat disimpulkan:

1. Alasan dan dasar hukum pengajuan gugatan oleh penggugat, antara lain karena adanya hubungan dagang antara HSN dan WJY dalam purche contract (perjanjian) jual beli crude palm oil. Sejak awal 2009 WJY mulai wanprestasi, setelah beberapa kali di tegur HSN baik lisan maupun tertulis namun WJY tetap tidak dapat memenuhi prestasinya. Akhirnya HSN menggugat WJY ke Pengadilan Negeri Lubuk Pakam dengan nomor gugatan No. 147/Pdt.G/2009/PN.LP.

2. Adapun dasar pertimbangan hakim dalam putusan adalah benar adanya purchase contract (perjanjian) jual beli crude palm oil antara HSN dengan WJY, WJY selaku pembeli mengakui (pengakuan sebagai alat bukti yang sempurna) wanprestasi hingga senilai Rp. 26.811.559.225,- (dua puluh enam miliar delapan ratus sebelas juta lima ratus lima puluh Sembilan ribu dua ratus dua puluh lima rupiah) dengan alasan ketidak sanggupan membayar atau pailit namun permohonan pailitnya ditolak.


(4)

49

3. Akibat Hukum Putusan hakim tersebut adalah putusan ini mengikat kepada kedua belah pihak yang berperkara, dimana putusan ini mempunyai kekuatan pembuktian yang sah dan para pihak wajib melaksanakan isi putusan ini.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Abdulkadir Muhammad. 2000. Hukum Perdata Indonesia. Cetakan Ke-III. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Abdulkadir Muhammad. 2012. Hukum Acara Perdata Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Marsh. S. B and J. Soulsby. 2013. Hukum Perjanjian. Terjemahan Abdulkadir Muhammad. PT. Alumni. Bandung.

M. Yahya Harahap. 2009. Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan, Jakarta: Sinar Grafika.

Darwan Prisnt. 1992. Strategi Menyusun dan Menangani Gugatan Perdata. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti. Hlm:2

R. Subekti. 1996. Hukum Perjanjian. Jakarta: PT. Intermessa.

R. Subekti dan R. Tjitrosudibio. 2006. Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Cetakan ke-37. Jakarta: Pradnya Paramita.

Rosa Agustina dkk. 2012. Hukum Pirikatan (law of obligations). Denpasar. Pustaka Larasan


(6)

Setiawan. 1999. Pokok-pokok Hukum Perikatan. Cetakan ke- VI. Bandung. Putra A Bardin.

Sudikno Mertokusumo. 1990. Mengenal Hukum. Yogyakarta: Liberty.

Wahyu Sasongko, 2010 Dasar-dasar ilmu hukum. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Wiryono Prodjodikoro. 1979. Asas-asas Hukum Perjanjian. Cetakan Ke-VIII. Bandung: Bale.

B. Perundang-undangan

Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Kitab Undang-undang Hukum Acara Perdata

Kitab Undang-undang Hukum Dagang Het Herziene Indonesisch Reglement Rechtsreglement voor de Buitengewesten

C. Lain-Lain

http://arlandhany.wordpress.com/category/belajarhukum/hukum-acara-perdata/

http://edwinnotaris.blogspot.com/2013/09/pengertian-dan-tujuan-sita-jaminan.html

http://www.hukumkepailitan.com/