TUGAS HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL

TUGAS
HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL

OLEH:
MUHAMMAD ACKBAR
1303005176

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014

1. Bagaimanakah ASEAN Charter mengatur proses penafsiran yang dilakukan
oleh anggotanya?
Didalam pasal 51 proses penafsiran dilakukan dengan cara berikut
1) Berdasarkan permintaan dari setiap Negara Anggota, penafsiran Piagam wajib
dilakukan oleh Sekretariat ASEAN sesuai dengan aturan-aturan pelaksanaan
yang ditentukan oleh Dewan Koordinasi ASEAN.
2) Setiap perselisihan yang timbul dari penafsiran Piagam wajib diselesaikan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang relevan dalam Bab VIII.
3) Judul utama dan judul yang dipergunakan dalam Piagam hanya dimaksudkan

sebagai acuan.
2. Dengan menggunakan metode penafsiran yang tersedia, jelaskan apa yang
dimaksud dengan “Establishment of Dispute Sentlement Mechanism” dalam
article 25 ASEAN Charter?
Dalam pasal 25 ASEAN Charter yang dimaksud dengan “Establishment of Dispute
Sentlement Mechanism” yang dalam penafsiran bahasa Indonesia menjadi
“Pembentukan Mekanisme Penyelesaian Sengketa” menyebutkan bahwa “Apabila
secara khusus tidak ditentukan sebaliknya, mekanisme penyelesaian sengketa yang
tepat, termasuk arbitrase, wajib dibentuk untuk sengketa yang berkenaan dengan
penafsiran atau penerapan Piagam ini dan instrument-instrumen ASEAN yang lain.”
3. Dapatkah pihak ketiga yang tidak pernah terlibat dalam perumusan ASEAN
Charter mengikatkan diri pada ASEAN Charter?
Sebelum melihat apakah pihak ketiga dapat mengikatkan diri atau tidak, kita harus
mengetahui sifat dari ASEAN Charter itu sendiri apakah bersifat terbuka atau tidak.
Pada kenyataannya ASEAN Charter ini bersifat tertutup untuk kawasan diluar
kawasan Asia Tenggara dan terbuka untuk kawasan Asia Tenggara, yang sesuai
dengan isi ASEAN Charter Pasal 6 Ayat (2) huruf a yakni “letaknya secara geografis
diakui berada di kawasan Asia Tenggara”. Berarti jika pihak ketiga tidak berada
diwilayah Asia Tenggara maka pihak tersebut tidak dapat mengikatkan diri dalam
ASEAN Charter. Selain itu dalam pasal 6 ayat (2) dijelaskan pula syarat-syarat lain

mengenai penerimaan pihak ketiga dalam ASEAN Charter, yakni:
2) Penerimaan keanggotaan wajib didasarkan atas kriteria berikut:
a. letaknya secara geografis diakui berada di kawasan Asia Tenggara;
b. pengakuan oleh seluruh Negara Anggota ASEAN;

c. kesepakatan untuk terikat dan tunduk pada Piagam; dan
d. kesanggupan

dan

keinginan

untuk

melaksanakan

kewajiban

keanggotaan.
4. Dapatkah Negara-negara anggota ASEAN yang telah menyetujui keberadaan

ASEAN Charter lalu menarik diri (withdrawl) dari ASEAN Charter?
Tidak bisa kecuali dalam ASEAN Charter itu sendiri terdapat klausula yang
memperbolehkan bahwa salah satu anggota boleh menarik diri (withdrawal) dari
perjanjian tersebut. Kemudian penarikan diri ini diperbolehkan apabila hal tersebut
disetujui oleh seluruh pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut. Jika hanya
beberapa pihak saja, maka penarikan tersebut dianggap tidak sah.
5. Bagaimanakah proses amandemen yang dilakukan terhadap ASEAN Charter?
Amandemen terhadap ASEAN Charter dapat diusulkan oleh setiap anggota dan
disepakati secara konsensus serta wajib diratifikasi oleh seluruh anggota. Yang mana
sesuai dengan isi dari pasal 48 yang berbunyi sebagai berikut:
1) Setiap Negara Anggota dapat mengusulkan amendemen Piagam.
2) Usulan amendemen Piagam wajib disampaikan oleh Dewan Koordinasi
ASEAN secara konsensus kepada Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN untuk
dimintakan keputusan.
3) Amendemen Piagam yang telah disepakati secara konsensus oleh Konferensi
Tingkat Tinggi ASEAN wajib diratifikasi oleh seluruh Negara-Negara
Anggota sesuai dengan Pasal 47.
4) Suatu amendemen mulai berlaku pada hari ketiga puluh setelah tanggal

penyimpanan instrumen pengesahan terakhir oleh Sekretaris Jenderal

ASEAN.