PENGARUH AKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN METODE COLLABORATIVE LEARNING TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK HANDAYANI BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

(1)

ABSTRACT

The Influence Of Learning Activities With

Collaborative Learning On social emotional development of children aged 5-6 years in TK Handayani Bandar Lampung academic year 2014/2015

Oleh Morgi Dayana

This study was motivated by the fact that there was some children who are emotionally underdeveloped in accordance stages of development. The purpose of this study was to determine the effect of learning activity with collaborative methods learning toward social emotional development of children aged 5-6 years. The research was used ex post facto method. Samples in this research were 26 children, with full sampling technique. While analysis data technique used to test hypothesis was simple linear regression which have been tested by prerequisite test analysis table. The result showed that collaborative learning method improve children social emotional development by one to two social emotional developments in one day.


(2)

ABSTRAK

PENGARUH AKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN METODE COLLABORATIVE LEARNINGTERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL

EMOSIONAL ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK HANDAYANI BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh Morgi Dayana

Penelitian ini dilatar belakangi oleh kenyataan yang ada di sekolah yaitu terdapat beberapa anak yang perkembangan sosial emosionalnya kurang berkembang sesuai tahap perkembangannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learing terhadap perkembangan sosial emosional anak usia 5-6 tahun. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian ex post facto. Sampel pada penelitian ini berjumlah 26 anak dengan menggunakan teknik sampling penuh. Sedangkan teknik analasis data yang digunakan untuk menguji hipotesis yaitu regresi linier sederhana yang terlebih dahulu menggunakan uji prasayarat berupa uji analisis tabel. Hasil penelitian membuktikan bahwa aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning meningkatkan perkembangan sosial emosional anak sebesar satu sampai dua perkembangan sosial emosional dalam satu hari.


(3)

PENGARUH AKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN METODE COLLABORATIVE LEARNINGTERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL

EMOSIONAL ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK HANDAYANI BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh Morgi Dayana

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

PENGARUH AKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN METODE COLLABORATIVE LEARNINGTERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL

EMOSIONAL ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK HANDAYANI BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

(Skripsi)

Oleh Morgi Dayana

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

DAFTAR DIAGRAM

DIAGRAM Halaman

1. Rekapitulasi Peningkatan Sosial Emosional sebelum dan Sesudah diberi Perlakuan aktivitas Pembelajaran dengan


(6)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian... ... 27 2.Desain Penelitian ………... 39


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR DIAGRAM ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian... 7

F. Manfaat Penelitian... 7

II KAJIAN TEORI ... 9

A. Teori Belajar dan Pembelajaran Anak Usia Dini... 9

a. Teori Belajar Behavioristik... 10

B. Konsep Anak Usia Dini ... 11

a. Karakteristik Anak Usia Dini ... 12

C. Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini... 15

a. Pengertian Sosial Anak Usia Dini ... 16

b. Pengertian Emosional Anak Usia Dini ... 17

c. Karakteristik Sosial dan Emosional Anak Usia Dini... 18

d. Faktor yang Mempengaruhi Sosial Emosional Anak ... 20

D. MetodeCollaborative Learning... 21

a. Karakteristik MetodeCollaborative Learning... 22

b. Kelebihan MetodeCollaborative Learning... 24

E. Penelitian Relevan ... 24

F. Kerangka Pikir Penelitian... 26

G. Hipotesis ... 27

III METEDOLOGI PENELITIAN ... 29

A. Metode Penelitian ... 29

B. Desain Penelitian ... 29

C. Tempat, Subjek dan Waktu Penelitian ... 30

D. Populasi dan Teknik Sampling ... 30

a. Populasi ... 30

b. Sampel ... 30


(8)

F. Definisi Konseptual Dan Oprasional Variabel ... 32

G. Instrumen Penelitian ... 34

H. Teknik Analisis Data ... 36

IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 40

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 40

B. Deskripsi Data... 43

C. Aktivitas Pembelajaran dengan MetodeCollaborative Learning... 43

D. Peningkatan Sosial Emosional... 45

E. Analisis Tabel Silang ... 46

F. Pengajuan Hipotesis ... 48

G. Pembahasan Penelitian ... 51

V SIMPULAN DAN SARAN ... 55

A. Simpulan ... 55

B. Saran... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN Halaman

1. Surat Penelitian Pendahuluan... ... 61

2. Surat Izin Penelitian... ... 62

3. Surat Keterangan Tempat Penelitian... 63

4. Rubrik Penilaian Proses... ... 64

5. Kisi-Kisi Penilaian Perkembangan Sosial Emosional AUD 1... 66

6. Kisi-Kisi Penilaian Perkembangan Sosial Emosional AUD 2... 67

7. Kisi-Kisi Penilaian Perkembangan Sosial Emosional AUD 3... 68

8. Kisi-Kisi Penilaian Perkembangan Sosial Emosional AUD 4... 69

9. Kriteria Penilaian Proses Perkembangan Sosial Emosional AUD 1. 70 10. Kriteria Penilaian Proses Perkembangan Sosial Emosional AUD 2. 71 11. Kriteria Penilaian Proses Perkembangan Sosial Emosional AUD 3. 72 12. Kriteria Penilaian Proses Perkembangan Sosial Emosional AUD 4. 73 13. Rencana kegiatan Harian 1 (RKH)... 74

14. Rencana kegiatan Harian 2 (RKH)... 77

15. Rencana kegiatan Harian 3 (RKH)... 80

16. Rencana kegiatan Harian 4 (RKH)... 84

17. Instrumen Penilaian Aktivitas Pembelajaran dengan Metode Collaborative Learning1 ...87

18. Instrumen Penilaian Aktivitas Pembelajaran dengan Metode Collaborative Learning2... 89

19. Instrumen Penilaian Aktivitas Pembelajaran dengan Metode Collaborative Learning3... 91

20. Instrumen Penilaian Aktivitas Pembelajaran dengan Metode Collaborative Learning4... 93

21. Instrumen Penilaian Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia dini... 94

22. Instrumen Penilaian Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia dini... 96

23. Instrumen Penilaian Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia dini... 98

24. Instrumen Penilaian Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia dini... 100


(10)

25. Data Aktivitas Pembelajaran Sebelum Menggunakan

MetodeCollaborative Learning... 102

26. Data Aktivitas Pembelajaran Sessudah Menggunakan MetodeCollaborative Learning... 104

27. Data Perkembangan sosial emosional Sebelum Menggunakan MetodeCollaborative Learning... 106

28. Data Perkembangan sosial emosional Sesudah Menggunakan MetodeCollaborative Learning... 108

29. Tabel Penolong Untuk Menghitung Regresi Linier Sederhana ... 110

30. Foto Kegiatan Belajar Mengajar1... ... 111

31. Foto Kegiatan Belajar Mengaja 1... ... 112

32. Foto Kegiatan Belajar Mengajar 1... ...113


(11)

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

1. Pola Emosional Anak Usia Dini... 19 2. Definisi Oprasional Perkembangan Sosial Emosional Anak... 33 3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Perkembangan Sosial Emosional

Anak... 34 4. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Aktivitas Pembelajaran denga

MetodCollaborative Learning... 35 5. Jadwal Pelaksanaan Penelitian... ... 39 6. Rekatpitulasi Aktivitas Pembelajaran denga Metode

Collaborative Learning... 44 7. Rekapitulasi Peningkatan Sosial Emosional... 46 8. Tabel Silang Antara Aktivitas Pembelajaran denga Metode


(12)

(13)

(14)

(15)

MOTO

Manusia hebat adalah manusia yang bisa mengendalikan diri disaat dikuasai amarah, tenang saat dipermalukan, tersenyum saat diremehkan, bersabar saat menemukan cobaan dan bersyukur untuk semua kekurangan dan kelebihan yang

dimilikinya.” (Slender)

Apapun yang menjatuhkan kita, percayalah merekalah yang mengajarkan kita untuk bangkit.”


(16)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohim…

Kupersembahkan karya ini sebagai rasa syukur kepada ALLAH SAW beserta Nabi junjungan kami Muhammad SAW dan ucapan terima kasih

serta rasa banggaku kepada: Ibuku tercinta (Mikial, S.pd)

Yang sudah membesarkanku penuh dengan kasih sayang dan kesabaran, yang telah mendidikku hingga menjadi seperti sekarang, yang bekerja membanting tulang dan selalu memberikan semangat untuk terus berjuang

dalam menggapai cita-cita, yang tidak pernah lelah untuk selalu memberikan do’a, dan nasihat.

Bapakku tersayang (Brigpol Jamalludin)

Yang telah menjadi sosok seorang ayah yang aku kagumi, selalu mengingatkanku untuk hal-hal yang baik, bekerja membanting tulang yang

tida ternilai harganya, dan selalu memberikan motivasi untuk menggapai cita-citaku.

Adikku tersayang (Adam Reto Prasetia)

Yang selalu memberikan motivasi dalam setiap senyuman dan semangat untuk terus berjuang dalam menggapai cita-cita, terimakasih.

Teman-teman Angkatan 2011

Yang selalu memberikan motivasi, senyum dan semangat untuk terus berjuang dalam menyelesaikan studi ini, terimakasih.

Serta

Almamater tercinta Universitas Lampung

Sebagai tempat dalam menggali ilmu, menjadikanku sosok yang mandiri, serta jati diriku kelak


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Morgi Dayana lahir di Way Kanan, pada tanggal 19 April 1993, merupakan anak pertama dari dua bersaudara buah hati pasangan Bapak Brigpol Jamalludin dan Ibu Mikial, S.pd. Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Islam Baradatu, Way Kanan pada tahun 1999, Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Setia Negara Way Kanan pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Baradatu Way Kanan pada tahun 2008, Sekolah Menengah Atas di SMA Muhammadiyah 1 Palembang pada tahun 2011.

Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi S1-PG PAUD melalui Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN), Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Aktivitas Pembelajar dengan Metode Collaborative LearningTerhadap Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Handayani Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015”.

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini tentunya tidak akan mungkin terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir Sugeng P. Hariyanto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung yang telah banyak berjasa dalam kemajuan Universitas Lampung dan membawa nama Universitas Lampung terus menjadi yang terbaik di lingkup nasional.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan dukungan yang teramat besar terhadap perkembangan program studi PG PAUD dan membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi.

3. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah membantu sumbangsih untuk kemajuan kampus PG PAUD tercinta. 4. Ibu Ari Sofia, S.Psi., MA., Psi. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru

Pendidikan Anak Usia Dini yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan kampus PG PAUD tercinta.


(19)

5. Kedua orang tuaku tercinta yang tak henti menyayangiku, memberikan do’a, dukungan, semangat dan senantiasa menantikan keberhasilanku.

6. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S., selaku Pembimbing I sekaligus Pembimbing Akademik atas jasanya baik tenaga dan pikiran yang tercurahkan untuk membimbing, member masukan, kritik dan saran yang diberikan dengan sabar dan ikhlas di sela kesibukannya dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Ibu Dr. Een Yayah Haenilah, M. Pd., selaku Pembimbing II atas jasanya dalam memberikan masukan, kritikan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Bapak Drs. Maman Surahman, M. Pd., selaku Pembahas yang telah memberikan saran-saran dan masukan guna perbaikan dalam penyusunan dan kelancaran skripsi ini.

9. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah membantu sumbangsih untuk kemajuan kampus PG-PAUD tercinta. 10. Ibu Ari Sofia. S. Psi. MA. Psi., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan kampus PG-PAUD tercinta.

11. Bapak/ibu Dosen dan Staf Karyawan PG-PAUD, yang telah membantu sampai skripsi ini selesai.

12. Ibu Hj. Sakdiah, S.Pd.AUD selaku kepala TK handayni Bandar Lampung, dan ibu Sri. Astuti.T. S.Pd.AUD selaku guru kelas di TK Handayani Bandar Lampung yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dan


(20)

memberikan dukungan dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

13. Adikku tersayang yang selalu memberikan semangat dan nasehat dalam penyusunan skripsi ini.

14. Sahabat-sahabatku (Cindy Giti, Destila Permata Fury, Ratna HF, Qurotu Aini, Aulia Hasanah, Dyan Utami, alzaneta, Tia Utari, Risma Riadila, Rizky adinda, Khumaira, Najjati Ranala, Putri) yang telah memberikan senyum, motivasi dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Bandar Lampung, juni 2015 Penulis,

Morgi Dayana NPM 1113054033


(21)

1

I . PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidkan anak usia dini mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal ini ditandai dengan terus berkembangnya lembaga PAUD, seperti Taman Kanak- kanak (TK), Raudatul Atfal (RA), Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) dan PAUD sejenisnya dengan nama yang bervariasi banyak bermunculan. Hal ini juga sebagai bukti bahwa telah tumbuhnya kesadaran orang tua dan guru tentang pentingnya PAUD.

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan dengan pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memilki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Upaya yang diberikan pada anak usia dini adalah dalam bentuk menstimulus, membimbing dan mengasuh serta pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak yang disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan yang di lalui anak usia dini. Hal tersebut berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab 1, Pasal 1, Butir 14.

Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang dalam proses perkembangan. Perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada anak yang meliputi seluruh aspek, baik perkembangan fisik motorik,


(22)

2

perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan sosial emosional anak serta perkembangan moral agama anak.

Salah satu aspek perkembangan anak usia dini yang perlu di perhatikan adalah aspek sosial emosional. Perkembangan sosial emosional merupakan dua aspek yang berlainan, namun dalam kenyataannya satu sama lain saling mempengaruhi. Perkembangan sosial sangat erat hubungannya dengan perkembangan emosional, walaupun masing-masing ada kekhususannya.

Perkembangan sosial emosional anak usia dini perlu di stimulus karena pertama, makin kompleksnya permasalahan kehidupan di sekitar anak, termasuk di dalamnya perkembangan IPTEKS yang banyak memberikan tekanan pada anak, dan mempengaruhi perkembangan emosi maupun sosial anak. Kedua, adalah penanaman kesadaran bahwa anak adalah praktisi dan investasi masa depan yang perlu dipersiapkan secara maksimal, baik aspek perkembangan emosinya maupun keterampilan sosialnya, ketiga karena rentang usia penting pada anak terbatas. Jadi, harus difasilitasi seoptimal mungkin agar tidak ada satu fase pun yang terlewatkan, keempat ternyata anak tidak bisa hidup dan berkembang dengan IQ semata, tetapi EI jauh lebih dibutuhkan sebagai bekal kehidupan, kelima telah tumbuh kesadaran pada setiap orang tua tentang tuntutan untuk membekali kecerdasan sosial emosional sejak dini pada anak.


(23)

3

Terdapat kecenderungan yang sama di seluruh dunia, yaitu generasi sekarang lebih banyak memiliki kesulitan emosional dari pada generasi sebelumnya sehingga berdampak pada kemampuan sosialnya. Dengan demikian perlu ada upaya peningkatan kecerdasan emosional yaitu usaha-usaha yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan kecerdasan emosional berupa usaha-usaha yang di arahkan pada pengembangan dan peningkatan kualitas emosional anak sehingga mampu mengenali perasaan diri sendiri, perasaan orang lain, mampu memotivasi diri sendiri serta mampu mengelola emosi dan prilaku sosial menjadi lebih baik.

Kita sebagai pendidikan harus mengoptimalkan pengembangan dan peningkatan kemampuan sosial emosional anak sehingga anak akan berkembangan secara optimal.

Melihat kenyataan bahwa demikian kompleksnya permasalahan tentang perkembangan sosial emosional anak usia dini, sudah seharusnya PAUD memaksimalkan perannya untuk turut mengembangkan berbagai kebutuhan anak didalam proses perkembangan sosial emosional anak usia dini.

Berbagai kendala dan hambatan sebagai mana yang dimaksud adalah seperti yang peneliti temukan di TK Handayani Bandar Lampung adalah sebagian anak tidak mampu bekerja sama dengan temannya, ketika guru memberikan tugas untuk dilakukan bersama-sama maka anak akan lebih cenderung bekerja masing-masing tanpa menghiraukan perintah dari guru untuk bekerja secara berkelompok. Padahal bekerja sama pada anak usia


(24)

4

dini penting karena dapat memupuk rasa persaudaraan, melatih diri untuk menghargai orang lain dan berlatih untuk mengungkapkan pendapat.

Hubungan persahabatan diantara anak juga menyebabkan kecenderungan di antara anak-anak untuk membentuk kelompok-kelompok tertentu yang sesuai dengan kenyamanan anak, pembentukan kelompok ini tidak selamanya menimbulkan dampak positif bagi perkembangan seseorang, tetapi sebagian besar adanya kelompok-kelompok tertentu itu mengakibatkan dampak negatif bagi seseorang. Contohnya kelompok tertentu mengucilkan bahkan sampai membuli anak yang mereka anggap berbeda. Masalah lainnya yang peneliti temukan adalah anak malu untuk mengungkapkan pendapat dan berbicara di depan umum serta anak bersikap kasar dan sulit meminta maaf terhadap temannya merupakan kebiasaan yang sering di lakukan anak di TK Handayani tersebut.

Permasalah tersebut di atas juga didukung oleh hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa perkembangan sosial emosional di TK Handayani Bandar Lampung belum berbembang secara maksimal. Hal tersebut dapat dilihat dari data yang diperoleh peneliti yaitu anak yang berada pada kategori perkembangan sosial emosional berkembang sangat baik sebanyak 5 anak, anak yang berada pada kategori berkembang sesuai harapan sebanyak 6 anak, anak berada pada kategori mulai berkembang sebanyak 4 anak, dan anak pada kategori belum berkembang yaitu sebanyak 11 anak, dapat dilihat pada lampiran 27 halaman 107.


(25)

5

Oleh karena itu, perkembangan sosial emosional anak perlu distimulisasi secara optimal dengan menggunakan model pembelajaran tertentu agar perkembangan sosial emosional anak berkembang dengan baik. Maka dari itu peneliti menggunakan metode collaborative learning untuk meningkatkan perkembangan sosial emosional anak usia dini. Karena pembelajaran dengan metode convensional yang diterapkan di sekolah tersebut kurang berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas pembelajaran yang nantinya dapat mempengaruhi perkembangan sosial emosional anak, hal ini sesuai dengan data nilai aktivitas pembelajaran anak dengan metode convensional. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti bahwa anak yang berada pada kategori nilai aktivitas pembelajaran tinggi sebanyak 3 anak, anak yang berada pada kategori sedang sebanyak 4 anak, anak berada pada kategori rendah sebanyak 6 anak, dan anak pada kategori kurang yaitu sebanyak 13 anak, dapat dilihat pada lampiran 25, halaman 103.

Maka dari itu peneliti menggunakan metode collaborative learning untuk meningkatkan perkembangan sosial emosional anak usia dini sesuai dengan tahap perkembangannya.

B. Identifikasi masalah

Berdasarakan latar belakang di atas maka dapat di identifikasi masalah tersebut :


(26)

6

2. Anak membentuk kelompok-kelompok dan mengucilkan teman yang dianggap berbeda

3. Anak malu mengungkapkan pendapat 4. Anak malu berbicara depan umum 5. Anak bersikap kasar dengan temannya 6. Anak sulit meminta maaf

7. Kuraang berkembangnya aspek sosial emosional anak

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka penelitian dibatasi masalah tentang aktivitas pembelajaran dengan metode Collaborative Learning, perkembangan sosial emosional, dan anak usia 5-6 tahun di TK Handayani Bandar Lampung tahun ajaran 2014/2015.

D. Rumusan masalah

Rumusan Masalah penelitian ini adalah kurang berkembangnya aspek sosial emosional anak. Dengan demikian pertanyaan penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning terhadap perkembangan sosial emosional anak usia 5-6 tahun di TK Handayani Bandar Lampung tahun ajaran 2014/2015 ?

Atas dasar rumusan masalah dan pertanyaan penelitian tersebut maka judul penelitian ini adalah Pengaruh Aktivitas Pembelajaran dengan Metode Collaborative Learningterhadap Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia 5-6 Tahun di TK Handayani Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015.


(27)

7

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aktivitas pembelajaran dengan metode Collaborative Learning terhadap perkembangan sosial emosional anak usia 5-6 tahun di TK Handayani Bandar Lampung tahun ajaran 2014/2015.

F. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis penelitian ini adalah :

a. Menambah pengetahuan dalam dunia pendidikan terutama pendidikan anak usia dini.

b. Membuka wawasan dan pengetahuan untuk memaksimalkan penggunaan metode collaborative learning meningkatkan perkembangan sosial emosional pada anak usia dini.

c. Dapat digunakan sebagai referensi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan perkembangan sosial emosional anak usia dini

b. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini adalah : a. Manfaat bagi anak didik

Melalui penelitian ini diharapkan anak didik dapat meningkatkan kemampuan sosial emosional melalui metode collaborative learning.


(28)

8

b. Manfaat bagi pendidik

Dapat menambah inovasi dalam pembelajaran anak usia dini. c. Manfaat bagi kepala sekolah

Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah untuk memperbaiki praktik-praktik pembelajaran guru agar menjadi lebih efektif dan efisien sehingga kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa meningkat.

d. Manfaat bagi peneliti

Sebagai sarana belajar untuk mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan dengan terjun langsung sehingga dapat melihat, merasakan, dan menghayati apakah praktik-praktik pembelajaran yang di lakukan selama ini sudah efektif dan efisien.

e. Manfaat bagi peneliti lain

Sebagai sumber informasi dan referensi dalam pengembangan penelitian dan menumbuhkan budaya meneliti agar terjadi inovasi pembelajaran.


(29)

9

II. KAJIAN TEORI

A. Teori Belajar dan Pembelajaran Anak Usia Dini

Belajar pada anak usia dini yaitu melalui bermain. Bermain penting bagi perkembangan sosial dan emosional anak pada umumnya. Melalui bermain anak merasakan berbagai pengalaman emosi, senang, sedih, bergairah, kecewa, bangga, marah dan sebagainya. Melalui bermain pula anak memahami kaitan antara dirinya dan lingkungan sosialnya, belajar bergaul dan memahami atauran ataupun tatacara pergaulan.

Untuk membedakan antara teori pembelajaran dan teori belajar bisa dibedakan dengan cara melihatposisionalteorinya, apakah berada pada tataran teori deskriptif atau preskriptif. Teori pembelajaran adalah preskriptif dan teori belajar adalah deskriptif. Preskriptif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal, sedangkan deskriptif karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar, Bruner dalam Siregar dan Hartini (2014:23).

Teori belajar dan pembelajaran merupakan dua teori yang berlainan, namun satu sama lain saling mempengaruhi. Teori belajar sangat erat hubungannya dengan teori pembelajaran.

Pendapat lain yang menjelaskan tentang perbedaan teori belajar dan pembelajaran yaitu bahwa Teori preskriptif adalah goal oriented, sedangkan teori deskriptif adalah goal free.


(30)

0

Maksudnya adalah teori pembelajaran preskreptif dimaksud untuk mencapai tujuan, sedangkan teori pembelajaran deskriptif dimaksud untuk memberikan hasil, Budiningsih (2014:31).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa teori pembelajaran mengungkapkan hubungan antara kegiatan pembelajaran dengan proses-proses psikologis dalam diri siswa, sedangkan teori belajar mengungkapkan hubungan antara kegiatan siswa dengan proses-proses psikologis dalam diri siswa.

a. Teori Belajar Behavioristik

Salah satu teori belajar untuk anak usia dini yaitu teori belajar behavioristik. Menurut teori belajar behavioristik atau aliran tingkah laku, belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons.

Belajar menurut psikologi behaviorsitik adalah suatu kontrol isntrumental yang berasal dari lingkungan. Belajar tidaknya seseorang bergantung pada faktor-faktor kondisional yang diberikan lingkungan, Siregar dan Hartini (2014:25).

Teori belajar behavioristik tepat digunakan dalam penelitian ini karena penelitian ini meneliti tentang perubahan tingkah laku berupa perkembangan sosial-emosional anak usia dini sebagai akibat dari interaksi antara stimulus berupa aktiivitas pembelajaran dengan metodecollaborative learningdan respon yang diberikan anak.


(31)

✁✁

Salah satu ilmuan yang termasuk pendiri sekaligus penganut behavioristik adalah Edwin Guthrie. Tiga metode pengubahan tingkah laku yang dikemukakannya adalah sebagai berikut :

1. Metode respon bertentangan 2. Metode membosankan

3. Metode mengubah lingkungan, Budiningsih (2014:52).

Stimulus tidak harus berbentuk kebutuhan biologis, karena hubungan antara stimulus dan respons cenderung bersifat sementar. Karena itu, diperlukan pemberian stimulus yang sering, agar hubungan itu menjadi lebih langgeng.

B. Konsep Anak Usia Dini

Anak usia dini merupakan aset bangsa yang perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus di kembangkan. Keberhasilan pengembangan anak usia dini diberbagai negara maju terlihat dari komitmen yang tinggi dari penentuan kebijakan. Untuk mewujudkan pendidikan anak usia dini bukan hal yang sederhana tetapi membutuhkan pemikiran yang mendalam.

Maleong menyebutkan bahwa ragam pendidikan untuk anak usia dini jalur non formal terbagi atas tiga kelompok yaitu kelompok taman penitipan anak (TPA) usia 0-6 tahun); kelompok bermain (KB) usia 2-6 tahun; kelompok satuan PADU sejenis usia 0-6 tahun, Harun (2009: 43).

Terdapat PAUD sejenis lainnya dengan nama yang bervariasi, di jalur formal ataupun nonformal dengann rentang usia 0-6 tahun, hal ini juga membuktikan


(32)

✂ ✄

bahwa telah tumbuh kesadaran orang tua dan guru tentang pentingnya pendidikan anak usia dini.

Sementara itu, menurut direktorat pendidikan anak usia dini, pengertian anak usia dini adalah 0-6 tahun, baik yang terlayani maupun yang tidak terlayani dilembaga pendidikan anak usia dini. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pembinaan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Hal ini sesuai dengan ketentuan umum Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani proses perkembangan melalui pembinaan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani bagi kehidupan selanjutnya yang berada pada rentang usia 0-6 tahun.

a. Karakteristik Anak Usia dini

Masa awal kanak-kanak merupakan usia yang sulit. Usia itu sebagai usia penting bagi pengembangan potensi yang dimiliki anak, mereka juga menyerap informasi yang sangat tinggi. Proses ini berlangsung dengan disertai dengan prilaku-prilaku yang kurang menarik, misalnya melawan orang tua, marah tanpa alasan, takut yang tidak rasional, dan diseringi juga rasa cemburu.

Ada 3 kriteria praktis dan mudah di terapkan untuk mengetahui keadaan anak yang telah encapai masa peka (siap ajar), yaitu :

1. Minat belajar. Anak dikatakan siap belajar ketika ia mulai menunjukkan minat belajar dengan keinginan untuk diajar


(33)

☎ ✆

atau belajar sendiri. Minat mulai timbul dari keinginan anak untuk meniru saudara kandung atau temannya yang lebih besar.

2. Minat yang bertahan. Ketika anak telah siap belajar, minat mereka tetap walaupun mereka menghadapi hambatan dan kesulitan.

3. Kemajuan. Dengan berlatih anak yang telah siap belajar akan menunjukkan kemajuan walaupun sedikit dan berangsur-angsur, menurut Hurlock dalam Mashar (2011:10-11).

Masa peka merupakan periode dimana anak telah mencapai kesiapan untuk belajar. Betapapun banyaknya rangsangan yang diterima anak, mereka tidak dapat belajar sampai perkembangan mereka siap untuk melakukannya.

Pada fase anak usia dini karakteristik anak dapat dikategorikan berdasarkan tahap-tahap perkembangan. Berkaitan dengan aspek sosial emosional, membagi masa anak usia dini dalam 3 period perkembangan, yaitu :

1. Masa bayi (usia 0-18 bulan), sebagai tahap terbentuknya kepercayaan dasar versus ketidak percayaan (basic trust vs. Mistrust), dengan karakteristik berupa adanya kebutuhan dasar bayi yang harus di penuhi oleh pengasuh yang tanggap dan peka agar terbentuk rasa kepercayaan yang akan menimbulkan rasa aman.

2. Masa toddlers (usia 18 bulan-3 tahun), sebagai tahap terbentuknya otonomi versus rasa malu dan ragu-ragu (autonimy vs. Sahame and doubt) dengan karakteristik berupa adanya kemauan yanga berasal dari diri anak sendiri, sehingga bayi mulai mengembangkan rasa otonomi atau kemandirian.

3. Masa awal kanak-kanak (tahun-tahun prasekolah; usia 3-6 tahun), sebagai tahap pembentukan inisiatif versus rasa bersalah (initiative vs. guilt) dengan karakteristik anak yang mulai mengembangkan berbagai aktivitas dan prilaku yang lebih bertujuan, dalam Santrock (2002:103).


(34)

✝ ✞

Perkembangan masing-masinga anak berbeda ada yang cepat ada yang lambat, tergantung faktor bakat dan lingkungan, oleh sebab itu perlakuan terhadap anak tidak dapat disamaratakan, sebaiknya dengan mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan perkembangana anak.

Setiap anak itu unik, kita tidak dapat membanding-bandingkannya dengan anak yang lain, yang perlu kita lakukan adalah membantu mengenali potensi dan mengarahkannya. Munculnya potensi anak memang tergantung pada rangsangan yang diberikan, karena itu kita wajib untuk menggali sekaligus mengembangkan potensi anak sejak dini, makin dini anak menerima stimulus maka makin baik. Untuk mengembangkan potensi tersebut makan kita harus memahami ciri-ciri berfikir anak.

Menguraikan ciri-ciri berfikir anak usia dini sesuai dengan teori piaget, terdiri dari :

1. Berfikir secara konkret 2. Realisme

3. Egosentris

4. Kecenderungan untuk berfikir 5. Animisme

6. Sentrasi

7. Memiliki imajinasi yang sangat kaya, Semiawan (2002:43)

Pada kenyataannya, masih terdapat sebagian besar orang tua dan guru yang belum memahami akan potensi luar biasa yang dimiliki anak usia dini. Keterbatasan pengetahuan dan informasi yang dimiliki orang tua dan guru menyebabkan potensi yang dimiliki anak tidak berkembang optimal.


(35)

✟ ✠

C. Perkembangan Sosial Emosional

Perkembangan sosial dan emosional merupakan dua aspek berlainan, namun dalam kenyataannya satu sama lain saling mempengaruhi. Perkembangan sosial sangat erat dengan perkembangan emosional, walaupun masing-masing ada kekhususannya. Perkembangan sosial emosional pada anak usia dini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Peran orang tua dan guru di sekolah dalam mengembangkan perilaku sosial dan emosional anak adalah di tempuh dengan menanamkan sejak dini pentingnya pembinaan perilaku dan sikap yang dapat dilakukan melalui pembiasaan yang baik seperti kedisiplinan, kemandirian, tanggung jawab, percaya diri, jujur, adil, setia kawan dan memiliki toleransi yang tinggi.

Istilah prilaku diartikan sebagai perbuatan manusia, baik yang terbuka (kasat mata) maupun yang tertutup (tidak kasat mata). menurut Sarwono S. dalam Susanto (2014:134).

Munculnya prilaku pada seseorang ini karena adanya dorongan atau keinginan yang kuat dari seseorang, yang berupa faktor pendorong seseorang dalam melakukan aktivitas. Aktivitas yang dilakukan berdasarkan keinginana yang dimau untuk memilih prilaku mana yang baik dan tidak baik berdasarkan pengetahuan.


(36)

✡6

a. Pengertian Sosial Anak Usia Dini

Perilaku sosial pada anak usia dini ditunjukan melalui aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain, orang tua maupun saudara-saudara nya. Sejak kecil anak telah belajar cara berperilaku sosial sesuai dengan harapan orang-orang didekatnya, yaitu dengan ibu,ayah,saudara dan anggota keluarga lainnya.

Dalam kajian sosiologis, definisi sosial yang disebut dengan proses sosial yaitu cara-cara berhubungan yang dilihat apabila perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan ini,atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada, Soekanto dalam Susanto (2014: 135).

Hal ini sejalan dengan perkembangan sosial emosional anak yang menyangkut perkembangan bersosialisasi dan bagaimana pengendalian perasaan anak.

Pengertian sosial yang lain yaitu tingkat jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman bermain, hingga masyarakat secar luas, Suryadi (2009:108).

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa sosial adalah tingkat jalinan interaksi anak dengan orang lain, dalam kelompok-kelompok sosial yang saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan sosial.


(37)

☛ ☞

b. Pengertian Emosional Anak Usia Dini

Jika kita bicara tentang emosi maka setiap orang akan mengatakan bahwa ia pernah merasakannya. Hidup manusia sangat kaya akan pengalaman emosional, hanya saja ada yang sangat kuat dorongannya dan ada yang sangat samar sehingga ekspresinya tidak sama. Ekspresi emosi pada jenjang usia mulai dari bayi dan orang dewasa berbeda. Sebagai contoh, seorang anak menangis saat mainan yang dimiliki di rebut oleh kakaknya, perilaku tersebut menunjukan gambaran emosi seseorang.

Jadi definisi dari emosi yaitu suatu keadaan yang kompleks pada diri organisme, yang meliputi perubahan secara badaniah dalam bernapas, yang meliputi perubahan secara badaniah dalam bernapas, detak jantung, perubahan kelenjar dan kondisi mental seperti keadaan menggembirakan yang ditandai dengan perasaan yang kuat dan biasanya disertai dengan dorongan yang mengacu pada suatu bentuk prilaku, Lazarus dalam Mashar (2011:16).

Kemudian definisi lainnya menjelaskan bahwa emosi adalah perpaduan dari beberapa perasaan yang memiliki intensitas yang yang relatif tinggi dan menimbulkan suatu gejolak suasana batin, Sukamadinata (2007:80).

Jadi dapat disimpulkan bahwa emosional adalah perpaduan dari pengalaman afektif berupa pergolakan fikiran, napsu, keadaan mental dan fisik yang dapat muncul dalam bentuk atau gejala-gejala seperti takut, cemas, marah, murung, iri, cemburu, kasih sayang dan ingin tahu sebagai respon dari penyesuaian dalam diri individu.


(38)

✌8

c. Karakteristik Sosial dan Emosional Anak Usia Dini

Perkembangan sosial anak usia dini diperoleh melalui pengalaman belajar atau situasi lingkungan dimana anak berinteraksi dengan lingkungannya. Umumnya anak usia dini memiliki beberapa sahabat, tetapi mudah berganti. Sahabat yang dipilih biasanya memiliki jenis kelamin yang sama, dan akhirnya berkembang kepada jenis kelamin yang berbeda.

Mengamati tingkah laku sosial anak usia dini ketika mereka sedang bermain bebas sebagai berikut:

1. Tingkah Laku Unoccupied

Anak tidak bermain dengan sesungghunya. Ia mungkin berdiri disekitar anak lain dan memandang temannya tanpa melakukan kegiatan apapun.

2. Bermain Soliter

Anak bermain sendiri dengan menggunakan alat permainan berbeda dengan apa yang dimainkan dengan teman yang ada didekatnya mereka tidak berusaha untuk saling bicara.

3. Tingkah Laku Onlooker

Anak menghabiskan waktu dengan mengamati. Kadang memberi komentar tentang apa yang dimainkan anak lain, tetapi tidak berusaha untuk bermain bersama. 4. Bermain Parallel

Anak bermain dengan saling berdekatan tetapi tidak sepenuhnya bermain bersama dengan anak lain.

5. Bermain Asosiatif

Anak bermain dengan anak lain tetapi tanpa organisasi. 6. Bermain Kooperatif

Anak bermain dalam kelompok dimana ada organisasi, ada pimpinannya, Paten dalam Susanto (2014:148-149). Anak usia dini memiliki beragam kelompok bermain cenderung kecil tidak terorganisasi secara baik, oleh karena itu kelompok-kelompok tersebut selalu cepat berganti.


(39)

✍9

Anak usia dini cenderung mengekspresikan emosinya secara bebas, sikap marah, menangis, mencari perhatian sering terjadi. Anak juga mudah marah jika tidak dapat melakukan sesuatu yang dianggap dapat dilakukannya dengan mudah.

Pola-pola emosi umum pada awal masa kanak-kanak meliputi 9 aspek yaitu rasa takut, rasa malu, rasa khawatir, rasa cemas, rasa marah, rasa cemburu, rasa duka cita, rasa ingin tahu dan rasa kegembiraan, Hurlock dalam Suryadi (2009:110).

Bila pola emosional tersebut dipetakan dalam sebuah tabel maka akan tampak sebagai berikut :

Tabel. 1.Pola Emosional Anak Usia Dini

No Pola Emosi Rangsangan Reaksi

1. Takut Suara keras, gelap, binatang, dan rasa sakit

Lemas tak berdaya, dan teriak minta tolong

2. Malu Orang yang baru

dikenal

Menangis dan

memalingkan muka

3. Khawatir Melebih-lebihkan, kekurangan, dan mengkhayalkannya

Wajah terperangai khawatir

4. Cemas Pesimis dan

Terpojok

Murung, gugup dan mudah tersinggung

5. Marah Rintangan dan

Pembatasan

Diam, berkata kasar, dan tidak anarkis


(40)

✎0

6. Cemburu Kurang perhatian Tidak aman dan ragu-ragu

7. Duka Cita Hilanganya

sesuatu yang dicintai

Menangis dan sukar tidur

8. Rasa Ingin

Tahu

Segala hal yang baru

Mengerutkan dahi dan membuka mulut 9. Kegembiraan Fisik yang sehat,

permainan, dan sesuatu yang ganjil

Tertawa, merangkak, berjalan dan lari

Berdasarkan tabel di atas Emosi dapat dicerdaskan sedemikian rupa, sehingga kecerdasan emosional menunjang pembentukan pribadi yang baik.

d. Faktor Yang Mempengaruhi Sosial Emosional Anak

Rentang usia 5-6 tahun merupakan masa terbentuknya pola dalam bertingkah laku sosial anak usia dini. Perkembangan sosial pada anak usia dini memiliki beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan itu sendiri sebagai pendidik seorang guru harus mengetahui faktor apa yang mempengaruhi karena dengan pemahaman tersebut guru dapat mengetahui cara menstimulus perkembangan sosial anak secara tepat.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan sosial anak usia dini yaitu Dini :


(41)

✏ ✑

1. Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang yang ada disekitarnya dengan berbagai usia dan latar belakang.

2. Adanya minat dan motivasi untuk bergaul.

3. Adanya bimbingan dan pengajaran dari orang lain yang biasanya menjadi model untuk anak.

4. Adanya kemampuan berkomunikasi yang baik yang dimiliki anak. P.Daeng dalam Pujiana (2005 : 31).

Pada periode pra sekolah anak dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan berbagai orang. Misalnya keluarga, teman sekolah dan teman sebaya.

Faktor faktor yang menyebabkan perkembangan emosi anak adalah sebagai berikut:

1. Kesadaran koognitifnya yang telah meningkat memungkinkan pemahaman terhadap lingkungan berbeda dari tahap semula.

2. Imajinasi atau daya hayalnya lebih berkembang. 3. Berkembang wawasan sosial anak. Hurlock dalam

Patmodewo (2003 : 30).

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi sosial emosional anak usia dini harus diperhatikan karena mampu menimbulkan gangguan yang mencemaskan para pendidik dan orang tua.

D. MetodeCollaborative Learning

Metode colaborative learning merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan di PAUD, metode ini mengajarkan kepada siswa untuk memiliki kepedulian terhadap satu sama lain

Definisi collaborative learning dirujuk menggunakan frase pembelajaran kolaboratif yang sengaja dirancang dan dilaksanakan secara berpasangan


(42)

✒✒

atau dalam kelompok kecil, walau sebenarnya definisi collaborative learning yang fleksibel adalah yang tebaik, namun ada beberapa fleksibel yang dianggap penting:

1. Pembelajaran kolaboratif adalah disain yang di sengaja 2. Kerjasama

3. Pembelajaran kolaboratif adalah terjadinya proses pembelajaran yang penuh makna, dalam Barkley (2012:5).

Definisi lain yang menjelaskan pengertian collaborative learning adalah metode pembelajaran yang menerapkan paradigma baru dalam teori-teori belajar khususnya pembelajaran konstruktivisme, vigotsky dalam Gokhale (2004:90).

Berdasarkan penjabaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa collaborative learning adalah pembelajaran yang didisain secara sengaja oleh pengajar, dalam bentuk desain kegiatan kerja kelompok agar siswa dapat bekerja sama sehingga terjadi proses pembelajaran yang bermakna.

a. KarakteristikCollaborative Learning

Collaborative learning adalah proses belajar mengajar yang menggunakan kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan siswa untuk bekerja bersama-sama dan memberikan manfaat satu sama lain.

Collaborative learning dapat digunakan dalam berbagai macam cara yang meliputi :

1. Pembelajaran kolaboratif formal adalah suatu bentuk pembelajaran kelompok dimana siswa bekerja secara bersama-sama, pada jam pelajaran tertentu untuk menyelesaikan tugas belajar yang di berikan.

2. Pembelajaran kolaboratif Informal adalah pembelajaran kelompok-kelompok yang bersifat sementara dan khusus


(43)

✓ ✔

yang bertahan sekitar beberapa menit saja dalam satu periode kelas.

3. Kelompok-kelompok kolaboratif inti adalah kelompok pembelajaran jangka panjang.

4. Struktur kolaboratif adalah naskah pembelajaran kelompok berupa prosedur standar dan bebas konten, yang menuntut siswa untuk bertindak langkah demi langkah, dalam Johnson (2012:11).

Berdasarkan penjabaran beberapa cara metode collaborative learning di atas maka dapat disimpulkan cara yang dapat digunakan dalam pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran kooperatif formal.

Ada banyak skil interpersonal yang mempengaruhi keberhasilan usaha-usaha kolaboratif yaitu :

1. Forming (membentuk) – kemampuan paling dasar yang dibutuhkan untuk menciptakan kelompok pembelajaran kelompok yang berfungsi.

2. Functionong (memungsikan) – kemampuan yang di butuhkan untuk mengelola kegiatan kelompok dalam menyelesaikan tugas dan menjaga hubungan kerja yang efektif diantara para anggota.

3. Formulating (merumuskan) – kemampuan yang dibutuhkan untuk membangun pemahaman yang lebih dalam terhadap materi yang sedang di pelajarai.

4. Fermenting (mengembangkan) – kemampuan yang dibutuhkan untuk menstimulus rekonseptualisasi materi yang sedang dipelajari, konflik, dan pencarian lebih banyak informas, Johnson (2012:113).

Berdasarkan pernyataan bahwa skil-skil dalam metode collaborative learning perlu diterapkan guru karena anak tidak dilahirkan dengan kemampuan mengetahui tentang bagaimana berinteraksi dengan orang lain dan skil kelompok serta interpersonal tidak muncul begitu saja secara ajaib ketika dibutuhkan. Sehingga guru harus mengajarkan skil-skil


(44)

✕ ✖

kolaboratif pada anak, untuk meningkatkan kemampuan sosial anak.

a. Kelebihan MetodeCollaborative Learning

Setiap metode pembeajaran pasti memiliki kelebihan masing-masing, maka di bawah ini dijelaskan kelebihan dari metode collaborative learning.

Kelebihancollaborative learning a. Siswa belajar bermusyawarah

b. Siswa belajar menghargai pendapat orang lain

c. Dapat mengembangkan cara berpikir kritis dan rasional d. Dapat memupuk rasa kerja sama

e. Adanya persaingan yang sehat, dalam Barkley (2012:161) .

Melalui kelebihan metode pembelajaran kolaboratif tersebut maka diharapkan perkembangan sosial emosional anak usia dini dapat berkembang dengan baik dan optimal berdasarkan tahap perkembangannya.

E. Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian pengembangan ini adalah penelitian yang dilakukan oleh :

a. Risma Riadila (2015) yang berjudul “Pengaruh Kegiatan Bermain Peran Makro terhadap Aspek Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Mekar Wangi Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015 ”. Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh kegiatan bermain peran makro terhadap perkembangan sosial emosional anak. Data penelitian dikumpulkan melalui teknik observasi dan dokumentasi. Teknik analisis menggunakan rumus regresi linier sederhana dan uji


(45)

✗ ✘

korelasi product moment. Hasil penelitian Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara kegiatan bermain peran makro terhadap aspek perkembangan sosial emosional anak usia 5-6 tahun Di TK Mekar Wangi Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015.

b. Khoriatus Sodiyah (2013) yang berjudul “Analisis Pola Pengasuhan Orang Tua Bagi Perkembangan Kecerdasan Linguistik dan Sosial Emosional Anak Usia Dini (0-3 tahun) di Dusun Plabuhan Desa Plabuhan Rejo Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan ”. Tujuan penelitian ini, yaitu (1) mendeskripsikanpola pengasuhan orang tuabagi perkembangan kecerdasan linguistik anak usia (0-3 tahun), dan (2) mendeskripsikan pola pengasuhan orang tuabagi perkembangan sosial emosional anak usia (0-3 tahun). enelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara,observasi dan dokumentasi. Setelah data terkumpul maka dilakukan analisis data meliputi reduksi data,display data,dan verifikasi. Untuk uji keabsahan data peneliti menggunakan kredibilitas dengan triangulasi danmember check ,disamping itu juga dilakukan, dependabilitas, konfirmabilitas dan transferabilitas terhadap proses dan hasil penelitian. Hasil penelitian menujukkan bahwa pola pengasuhan yang diterapkan orang tua adalah pola pengasuhan permisif dan otoriter. Ke dua pola pengasuhan tersebut berdampak pada perkembangan bahasa dan sosial emosional anak. Anak dengan pola pengasuhan permisif dan otoriter dapat mencapai perkembangan bahasa sesuai dengan tahap


(46)

✙6

usianya.Berbeda dengan hal itu, perkembangan sosial emosional anak tidak dapat dicapai secara maksimal.

F. Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan karena terlihat dari permasalahan yang ada di sekolah bahwa anak kurang mampu bekerja sama dengan temannya, ketika guru memberika tugas untuk dilakukan bersama-sama maka anak akan lebih cenderung bekerja masing-masing tanpa menghiraukan perintah dari guru untuk bekerja secara berkelompok. Padahal bekerja sama pada anak usia dini penting karena dapat memupuk rasa persaudaraan, melatih diri untuk menghargai orang lain dan berlatih untuk mengungkapkan pendapat.

Hubungan persahabatan diantara anak juga menyebabkan kecenderungan diantara anak-anak untuk membentuk kelompok-kelompok tertentu yang sesuai dengan kenyamanan anak, pembentukan kelompok ini tidak selamanya menimbulkan dampak positif bagi perkembangan seseorang, tetapi sebagian besar adanya kelompok-kelompok tertentu itu mengakibatkan dampak negatif bagi seseorang. Contohnya kelompok tertentu mengucilkan bahkan sampai membuli anak yang mereka anggap berbeda. Masalah lainnya yang peneliti temukan adalah anak malu untuk mengungkapkan pendapat dan berbicara di depan umum serta Anak bersikap kasar dan sulit meminta maaf terhadap temannya merupakan kebiasaan yang sering dilakukan anak.

Dari permasalahan yang terjadi di atas, peneliti mencoba melakukan sebuah penelitian dengan menggunakan metode pembelajaran yang berkaitan


(47)

✚ ✛

dengan permasalahan yaitu dengan menggunakan metode collaborative learning. Diharapkan dengan menggunakan metode collaborative learning dapat meningkatkan perkembangan sosial emosional anak. Pada penelitian ini, terdapat 2 variabel yaitu dimana variabel bebas (aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning/X) akan mempengaruhi variabel terikat (perkembangan sosial emosional anak usia dini/Y). Dengan menggunakan metode collaborative learning diharapkan perkembangan sosial emosional anak yang sebelumnya masih rendah akan meningkat atau sesuai dengan tingkat pencapaian. Kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. H (Hipotesis nol), tidak ada pengaruh aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning terhadap perkembangan sosial emosional anak usia 5-6 tahun di TK Handayani Bandar Lampung.

Aktivitas Pembelajaran dengan Metode Collaborative learning(X)

Perkembangan Sosial Emosional Anak usia dini


(48)

✜8

2. Ha (Hipotesis kerja), ada pengaruh aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learningterhadap perkembangan sosial emosional anak usia 5-6 tahun di TK Handayani Bandar Lampung.


(49)

✢ ✣

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitain ini merupakan jenis penelitain ex post facto yang bertujuan menemukan penyebab yang memungkinkan perubahan perilaku, gejala atau fenomena yang disebabkan oleh suatu peristiwa, perilaku atau hal-hal yang menyebabkan perubahan pada variable bebas yang secara keseluruhan sudah terjadi, Sutrisno (2006: 40). Penelitian ini akan mengkaji tentang pengaruh aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learningterhadap perkembangan sosial emosi anak usia dini.

B. Desain dan Variabel Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ex post facto dengan variabel terikat (Y) perkembangan sosial emosional dan variabel bebas (X) aktivitas pembelajaran dengan metodecollaborative learning.

Desain penelitian ini dapat di gambarkan sebagai berikut :

Gambar 2. Desain penelitian

Keterangan :

X =Aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning Y =Perkembangan sosial emosional anak usia dini


(50)

✤0

C. Tempat dan Subyek serta Waktu Penelitian

Penelitian ini bertempat di TK Handayani Bandar Lampung.,subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas B semester genap T.A 2014-2015 dan waktu penelitian yaitu pada maret 2015.

D. Populasi dan Teknik Sampling a. Populasi

Seluruh siswa TK kelas B dengan rentang umur 5-6 tahun di TK Handayani Bandar Lampung Tahun 2015 yang berjumlah 26 anak.

b. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling penuh yang penentuan sampelnya bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini dilalukan bila jumlah populasi relatif keci, kurang dari 30 orang atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Sugiyono (2010:124-125).

E. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Teknik pengumpulan data ini digunakan bila, penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja dan responden yang diamati tidak terlalu besar. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif atau nonpartisipatif (Sugiyono, 2010:203-204).


(51)

✥ ✦

Berdasarkan alasan tersebut penelitian ini menggunakan observasi partisipatiflah karena peneliti ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Selain itu data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan mengetahui pada tingkat mana dari setiap prilaku anak yang nampak berkaitan dengan pengaruh aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning terhadap perkembangan sosial emosional anak usia dini. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi secara terstruktur dengan menggunakan pedoman observasi dalam bentuk cheklist. Proses kegiatan anak dibuat dalam daftar penilaian yang sudah dikelompokkan berdasarkan ciri – ciri yang akan dinilai sesuai dengan indikator yang diajarkan dan yang sudah berisi lajur cek list dalam kisi-kisi instrumen penelitian.

Pedoman observasi yang dibuat dalam penelitian ini yaitu pedoman yang disusun dalam bentukskala Guttman yaitu untuk jawaban ya mendapat skor 1 dan jawaban tidak mendapat skor 0, sehingga hasilnya dapat dianalisisis secara kuantitatif menggunakan analisis statistik.

Pada penelitian ini, peneliti akan mengobservasi anak usia dini dengan rentang usia 5-6 tahun di TK Handayani Bandar Lampung. Peneliti akan mengobservasi perkembangan sosial emosional anak.

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian ini. Hasil penelitian akan lebih kredibel/ dapat dipercaya kalau didukung oleh foto-foto atau karya tulis yang ada. Maka dari itu dokumentasi sebagai penunjang dari penelitian mengenai pengaruh


(52)

✧ ★

aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning terhadap perkembangan sosial emosional anak usia 5-6 tahun.

Peneliti akan mendokumentasi kegiatan anak usia dini kelas B di TK Handayani Bandar Lampung, baik kegiatan sosial anak maupun emosional anak serta kegiatan-kegiatan yang menggambarkan bahwa perkembangan soial emosional anak belum berkembang dan kegiatan yang dapat mendukung perkembangan sosial emosional anak usia dini.

F. Definisi Konseptual dan Operasional a. Definis Konseptual

Definisi konseptual variabel X : aktivitas pembelajaran dengan collaborative learning adalah pembelajaran yang didisain secara sengaja oleh pengajar, dalam bentuk desain kegiatan kerja kelompok agar siswa dapat bekerja sama sehingga terjadi proses pembelajaran yang bermakna.

Definisi Konseptual variabel Y : Lingkup perkembangan sosial emosisonal anak usia dini berdasarkan permen 58 tahun 2009 memiliki beberapa tingkat pencapaian perkembangan. Diantaranya yaitu memahami peraturan dan disiplin, menunjukkan rasa empati, mengenal tata krama dan sopan santun sesuai dengan nilai sosial budaya setempat, mengekspresikan emosi sesuai dengan kondisi yang ada (senang, sedih, antusias, dsb), bangga terhadap hasil karya sendiri serta menghargai keunggulan orang lain. Kemudian tingkat pencapaian perkembangan tersebut di jabarkan dalam beberapa indikator yaitu sabar menunggu giliran, terbiasa berbagi dengan teman, berbicara dengan sopan, menunjukkan ekspresi wajah, bangga terhadap hasil karya sendiri serta tidak iri terhadap teman yang unggul dalam hal tertentu.


(53)

✩ ✩

b. Definisi Operasional

Definisi Operasional variabel X terdiri dari beberapa aktivitas yang terdiri dari Aktivitas membentuk kelompok, Aktivitas mengelola kegiatan kelompok serta Aktivitas membangun pemahaman yang lebih mendalam tentang materi yang di pelajari.

Definisi Operasional variabel Y dijelaskan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 2 Definisi Operasional Perkembangan Sosial Emosional Lingkup Perkembangan Tingkat pencapaian Perkembangan Aspek Perkembangan Perkembangan Sosial emosional

1. Memahami peraturan dan disiplin

Sabar menunggu giliran

2. Menunjukkan rasa empati

Terbiasa berbagi dengan teman 3. Mengenal tata krama

dan sopan santun sesuai dengan nilai sosial budaya setempat

Berbicara dengan sopan

4. Mengekspresikan emosi sesuai dengan kondisi yang ada (senang, sedih, marah,dsb)

Menunjukkan ekspresi wajah

5. Bangga terhadap hasil karya sendiri

Menunjukkan kebanggaan

terhadap hasil karya sendiri

6. Menghargai keunggulan orang lain

Tidak iri terhadap teman yang unggul dalam hal tertentu


(54)

✪ ✫

G. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan yaitu skala likert. Dimana proses kemampuan anak dibuat dalam daftar penilaian yang sudah dikelompokan berdasarkan ciri-ciri tertentu yang akan disesuaikan dengan indikator yang diajarkan dan yang sudah berisi lajur cek list.

Instrumen penelitian yang peneliti buat berupa indikator-indikator yang diturunkan berdasarkan variabel-variabel penelitian. Adapun kisi-kisi instrumennya sebagai berikut

Tabel 3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Perkembangan Sosial Emosional Anak usia Dini

Variabel Aspek Perkembangan Indikator Keterangan Muncul Tidak Muncul Perkembangan sosial emosional anak usia dini5-6 tahun 1. Sabar menunggu giliran

1. Disiplin berbaris sesuai urutan masing-masing 2. Sabar saat

bermain dengan teman 2. Terbiasa berbagi dengan teman 1. Saling meminjamkan mainan / alat tulis

2. Membantu teman yang tertinggal dalam menyelesaikan tugas 3. Berbicara dengan teman 1. Mengucapkan terimakasih setelah menerima sesuatu 2. Berbicara dengan lembut 4. Menunjukk an ekspresi wajah

1. Tersenyum saat senang

2. Menangis saat sedih


(55)

✬ ✭

3. Marah saat kesal 5. Bangga

terhadap hasil karya sendiri

1. Menjaga hasil karya

6. Tidak iri terhadap teman yang unggul dalanm hal tertentu

1. Memuji hasil karya teman 2. Saling

memperlihatkan hasil karya

Tabel 4 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian aktivitas Pembelajaran dengan Metode Collaborative learning Variabel Aspek Perkembangan Indikator Keterangan Muncul Tidak Muncul Metode Collabora tive Learning 1. Aktifitas membentuk kelompok

1. Menerima teman kelompok yang telah ditentukan guru 2. Bekerjasama dengan teman 2. Aktifitas mengelola kegiatan kelompok

1. Memberi masukan kegiatan apa yang akan dilakukan 2. Tanggung jawab

atas kegiatan kelompok apa yang akan dilakukan 3. Membangun pemahaman yang lebih mendalam tentang pembelajara n yang dipelajari

1. Bertanya kepada guru atau teman tentang apa yang tidak di mengerti tentang

pembelajaraan saat itu

2. Aktif dalam setiap kegiatan


(56)

✮6 H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini digunakan untuk menguji hipotesis. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji analisis tabel.

a. Analisi Tabel (Tunggal dan Silang)

Data yang diperoleh dibuat menjadi 4 kategori untuk aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning (X) dan 4 kategori untuk perkembangan sosial emosional (Y).

Untuk menyajikan data aktivitas pembelajarn dengan metode collaborative learning, maka hasil perhitungan data digolongkan menjadi 4 kategori yaitu Tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R), Kurang (K) yang di tafsirkan menggunakan rumus interval Sutrisno (2006:178):

= ( )

keterangan : i = interval NT = Nilai tertinggi NR = Nilai terendah

K = Kategori

Sedangkan untuk menyajikan data perkembangan sosial emosional anak, digunakan 4 kategori yaitu :

1. Berkembang Sangat Baik (BSB) 2. Berkembang Sesuai Harapan (BSH)


(57)

✯ ✰

3. Mulai Berkembang (MB) 4. Belum Berkembang (BB) b. Analisi Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis penelitian ini digunakan rumus, Sugiyono (2010:262) :

Regresi Linier Sederhan :

Keterangan :

Ŷ = Subjek dalam variabel dependen yang di prediksi a = Harga Y ketika X=0 (harga Konstan)

b = Angka arah atau koefisien regresi,yang menunjukan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan apabila (-) maka arah garis turun.

X = Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu. Ŷ= a + bX


(58)

55

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning terhadap perkembangan sosial emosional anak usia 5-6 tahun di TK Handayani Bandar Lampung Tahun ajaran 2014/2015. Berdasarkan hasil analisis data, menunjukkan bahwa ada peningkatan sosial emosional anak usia 5-6 tahun setelah diberi perlakuan dengan menggunakan metode collaborative learning, diketahui bahwa hasil peningkatan sosial emosional sesudah diberi perlakuan lebih tinggi dibandingkan hasil sebelum menggunakan metode collaborative learning. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis regresi yang menyatakan ada rata-rata peningkatan sosial emosional anak usia 5-6 tahun sebanyak 1 sampai 2 perkembangan sosial emosional dalam 1 hari. Ini membuktikan bahwa aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning berpengaruh terhadap perkembangan sosial emosional anak.

Untuk memperjelas adanya peningkatan sosial emosional anak usia 5-6 tahun, dapat dilihat pada diagram di bawah ini yang menunjukkan adanya peningkatan sosial emosional yang diberi perlakuan aktivitas pembelajaran dengan menggunakan metode collaborative learningsebagai berikut :


(59)

56

Diagram 1. Rekapitulasi Peningkatan Sosial Emosional setelah distimulisasi dengan Aktivitas Pembelajaran dengan MetodeCollaborative Learning.

Berdasarkan diagram di atas dapat dilihat bahwa ada peningkatan sosial emosional anak usia 5-6 tahun sesudah distimulus menggunakan aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis mengemukakan saran sebagai berikut :

1. Saran bagi anak didik

Diharapkan anak anak lebih aktif dalam proses belajar untuk mengembangkan semua aspek perkembangan yang dimiliki anak.

2. Saran bagi pendidik

diharapkan menggunakan metode collaborative learning dalam mengembangkan sosial emosional anak secara berkelanjutan, sehingga kemampuan sosial emosional anak dapat berkembang dengan baik dan optimal.

3.9% 7.7% 15.4% 73.0% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

BB MB BSH BSB

BB : Belum Berkembang

MB : Mulai Berkembang

BSH : Berkembang Sesuai Harapan

BSB : Berkembang Sangat Baik


(60)

57

3. Saran bagi kepala sekolah

Diharapkan untuk untuk memperbaiki praktik-praktik pembelajaran guru agar menjadi lebih efektif dan efisien sehingga kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa meningkat.

4. Saran bagi peneliti lain

penelitian ini hanya pada pengembangan sosial emosional anak, maka untuk selanjutnya perlu adanya penelitian lebih lanjut pada pengembangan kemampuan yang lain seperti bahasa, kognitif, moral agama, dan fisik motorik.


(61)

✱8

DAFTAR PUSTAKA

Barkley. E. Elizabert and all. 2012.Collaborative learning techiques. Bandung: Nuansa media.

Budiningsih Asri. 2014.Beajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta.

Depdikbud. 1989. UU RI no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional beserta penjelasannya. Jakarta: balai pustaka.

Siregar Evelin dan Hartini Nara. 2014. Teori Belajar dan pembelajaran, Bogor : Gralia Indonesia.

Gokhale, Anuradha A. 2004. Social Psychology. Reading, Mass : Addison Wesley.

Harun, Rasyid. 2009. Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini, Yogyakarta : Multi Pressindo.

Johnson. David. W, and all. 2012.Collaborative learning, Bandung : Nusa Media. Patmodewo, Soemantri. 2003.Pendidikan anak Prasekolah, Jakarta : PT. Rineka

Cipta.

Pujiana. 2005.Psikologi Perkembangan Anak, Jakarta : Grasindo.

Mashar, Riana. 2011. Emosi anak usia dini dan stategi pengembangannya, Jakarta: Fajar Interpratama offset.

Riadila, Risma. 2015. Pengaruh Kegiatan Bermain Peran Makro terhadap Aspek Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Mekar Wangi Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015.[skripsi] (http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/PAUD/article/view/8444/5198) Santrock. 2002. Life span development, Perkembangan masa hidup, Jakarta :

Erlangga.

Semiawan. Conny. 2002. Belajar dan pembelajaran dalam taraf anak usia dini (pendidikan prasekolah dan SD), Jakarta : PT. Prenhallindo.

Sodiyah, Khoriatus. 2013. Analisis Pola Pengasuhan Orang Tua Bagi Perkembangan Kecerdasan Linguistik dan Sosial Emosional Anak Usia Dini (0-3 tahun) di Dusun Plabuhan Desa Plabuhan Rejo Kecamatan

Mantup Kabupaten Lamongan. [skripsi]


(62)

59

Sugiyono. 2010.Metode penelitian pendidikan, Bandung : Alfabeta.

Sukamadinata. N.S. 2007. Bimbingan dan konseling dalam praktik mengembangkan potensi dan kepribadian siswa, Bandung : Maestro.

Suryadi. 2009. Psikologi belajar PAUD pendidikan anak usia dini, Yogyakarta : Bintang Pustaka Abadi.

Susanto, Ahmad. 2014. Perkembangan anak usia dini. Jakarta : Kencana Prenamedia Group.


(1)

Untuk menguji hipotesis penelitian ini digunakan rumus, Sugiyono (2010:262) :

Regresi Linier Sederhan :

Keterangan :

Ŷ = Subjek dalam variabel dependen yang di prediksi a = Harga Y ketika X=0 (harga Konstan)

b = Angka arah atau koefisien regresi,yang menunjukan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan apabila (-) maka arah garis turun.

X = Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.


(2)

55

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning terhadap perkembangan sosial emosional anak usia 5-6 tahun di TK Handayani Bandar Lampung Tahun ajaran 2014/2015. Berdasarkan hasil analisis data, menunjukkan bahwa ada peningkatan sosial emosional anak usia 5-6 tahun setelah diberi perlakuan dengan menggunakan metode collaborative learning, diketahui bahwa hasil peningkatan sosial emosional sesudah diberi perlakuan lebih tinggi dibandingkan hasil sebelum menggunakan metode collaborative learning. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis regresi yang menyatakan ada rata-rata peningkatan sosial emosional anak usia 5-6 tahun sebanyak 1 sampai 2 perkembangan sosial emosional dalam 1 hari. Ini membuktikan bahwa aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning berpengaruh terhadap perkembangan sosial emosional anak.

Untuk memperjelas adanya peningkatan sosial emosional anak usia 5-6 tahun, dapat dilihat pada diagram di bawah ini yang menunjukkan adanya peningkatan sosial emosional yang diberi perlakuan aktivitas pembelajaran dengan menggunakan metode collaborative learningsebagai berikut :


(3)

Diagram 1. Rekapitulasi Peningkatan Sosial Emosional setelah distimulisasi dengan Aktivitas Pembelajaran dengan MetodeCollaborative Learning.

Berdasarkan diagram di atas dapat dilihat bahwa ada peningkatan sosial emosional anak usia 5-6 tahun sesudah distimulus menggunakan aktivitas pembelajaran dengan metode collaborative learning.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis mengemukakan saran sebagai berikut :

1. Saran bagi anak didik

Diharapkan anak anak lebih aktif dalam proses belajar untuk mengembangkan semua aspek perkembangan yang dimiliki anak.

2. Saran bagi pendidik

diharapkan menggunakan metode collaborative learning dalam mengembangkan sosial emosional anak secara berkelanjutan, sehingga kemampuan sosial emosional anak dapat berkembang dengan baik dan optimal.

3.9% 7.7%

15.4%

0% 10% 20% 30% 40%


(4)

57

3. Saran bagi kepala sekolah

Diharapkan untuk untuk memperbaiki praktik-praktik pembelajaran guru agar menjadi lebih efektif dan efisien sehingga kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa meningkat.

4. Saran bagi peneliti lain

penelitian ini hanya pada pengembangan sosial emosional anak, maka untuk selanjutnya perlu adanya penelitian lebih lanjut pada pengembangan kemampuan yang lain seperti bahasa, kognitif, moral agama, dan fisik motorik.


(5)

Barkley. E. Elizabert and all. 2012.Collaborative learning techiques. Bandung: Nuansa media.

Budiningsih Asri. 2014.Beajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta.

Depdikbud. 1989. UU RI no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional beserta penjelasannya. Jakarta: balai pustaka.

Siregar Evelin dan Hartini Nara. 2014. Teori Belajar dan pembelajaran, Bogor : Gralia Indonesia.

Gokhale, Anuradha A. 2004. Social Psychology. Reading, Mass : Addison Wesley.

Harun, Rasyid. 2009. Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini, Yogyakarta : Multi Pressindo.

Johnson. David. W, and all. 2012.Collaborative learning, Bandung : Nusa Media. Patmodewo, Soemantri. 2003.Pendidikan anak Prasekolah, Jakarta : PT. Rineka

Cipta.

Pujiana. 2005.Psikologi Perkembangan Anak, Jakarta : Grasindo.

Mashar, Riana. 2011. Emosi anak usia dini dan stategi pengembangannya, Jakarta: Fajar Interpratama offset.

Riadila, Risma. 2015. Pengaruh Kegiatan Bermain Peran Makro terhadap Aspek Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Mekar Wangi Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015.[skripsi] (http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/PAUD/article/view/8444/5198) Santrock. 2002. Life span development, Perkembangan masa hidup, Jakarta :

Erlangga.

Semiawan. Conny. 2002. Belajar dan pembelajaran dalam taraf anak usia dini (pendidikan prasekolah dan SD), Jakarta : PT. Prenhallindo.

Sodiyah, Khoriatus. 2013. Analisis Pola Pengasuhan Orang Tua Bagi Perkembangan Kecerdasan Linguistik dan Sosial Emosional Anak Usia Dini (0-3 tahun) di Dusun Plabuhan Desa Plabuhan Rejo Kecamatan

Mantup Kabupaten Lamongan. [skripsi]


(6)

59

Sugiyono. 2010.Metode penelitian pendidikan, Bandung : Alfabeta.

Sukamadinata. N.S. 2007. Bimbingan dan konseling dalam praktik mengembangkan potensi dan kepribadian siswa, Bandung : Maestro.

Suryadi. 2009. Psikologi belajar PAUD pendidikan anak usia dini, Yogyakarta : Bintang Pustaka Abadi.

Susanto, Ahmad. 2014. Perkembangan anak usia dini. Jakarta : Kencana Prenamedia Group.