PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN MEMBACA CERITA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, REVIEW SISWA KELAS VA SD NEGERI 2 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN MEMBACA CERITA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN

SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, REVIEW SISWA KELAS VA SD NEGERI 2 METRO UTARA

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

Imaniar Zeety Annisa

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan keterampilan membaca cerita siswa kelas VA SD Negeri 2 Metro Utara. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan keterampilan membaca cerita siswa kelas VA SD Negeri 2 Metro Utara melalui penerapan metode survey, question, read, recite, review.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif melalui penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan siklus tindakan. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode survey, question, read, recite, review dapat meningkatkan aktivitas dan keterampilan membaca siswa kelas VA SD Negeri 2 Metro Utara. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase aktivitas siswa pada siklus I adalah 66,50% dengan kategori cukup aktif, pada siklus II meningkat menjadi 74,50% kategori aktif, dan meningkat lagi pada siklus III menjadi 79,13% kategori aktif. Begitu pula dengan rata-rata persentase kinerja guru pada siklus I adalah 63,57 kategori cukup baik, pada siklus II meningkat menjadi 77,15 kategori baik dan meningkat lagi pada siklus III menjadi 83,22 kategori sangat baik. Sedangkan rata-rata hasil keterampilan membaca siswa pada siklus I sebesar 63,50 dengan kategori cukup terampil, meningkat pada siklus II menjadi 74,00 kategori terampil dan siklus III kembali meningkat menjadi 76,50 dengan kategori terampil.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pandidikan merupakan hal yang sangat penting bagi peradaban manusia dan peradaban bangsa. Indonesia merupakan Negara yang sedang berkembang, oleh karena itu pendidikan perlu dikaji secara baik. Menurut Ihsan (2008: 3–4) bahwa pendidikan bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan perkembangan zaman. Pendidikan yang dikelola secara tertib, teratur, efektif, dan efisien akan mempercepat tercapainya tujuan nasional. Dalam hal ini pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003, Bab I, pasal I (dalam Arifin, 2007: 98) tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menghidupkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dalam masyarakat, bangsa, dan negara.

Menurut Hamalik (2011: 3) pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya. Dengan demikian akan menimbulkan


(3)

perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan masyarakat. Sementara Suharjo (2006: 1) mengemukakan bahwa pendidikan di SD dimaksudkan sebagai upaya pembekalan kemampuan dasar siswa berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang bermanfaat bagi dirinya sesuai tingkat perkembangannya, serta mempersiapkan untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya yang lebih tinggi.

Upaya untuk memprogramkan pendidikan yang berkualitas maka perlu adanya pedoman-pedoman yang ditaati, salah satunya yaitu kurikulum. Menurut Hernawan dkk, (2008: 1.5) kurikulum adalah suatu rencana tertulis yang disusun guna memperlancar proses belajar mengajar untuk pencapaian tujuan pendidikan. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 2004 yaitu kurikulum berbasis kompetensi.

Kurikulum KTSP menekankan pada lima mata pelajaran pokok, salah satunya adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia. Mata pelajaran bahasa Indonesia sekolah dasar merupakan mata pelajaran yang penting atau strategis karena melalui bahasa seorang guru dapat menyalurkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan informasi kepada siswa. Pendidikan bahasa Indonesia difokuskan pada empat keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills). Dawson (dalam Tarigan, 2008: 1) menyatakan keempat keterampilan tersebut merupakan satu kesatuan dan merupakan catur tunggal. Setiap keterampilan erat sekali hubungannya dengan proses-proses yang mendasari bahasa.


(4)

Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya, semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas jalan pemikirannya. Demikian pula dengan keterampilan membaca. Keterampilan membaca merupakan modal awal siswa untuk menggali ilmu pengetahuan yang akan dikembangkan dalam pendidikan formal. Tujuan keterampilan membaca adalah memperlancar siswa untuk mengubah lambang-lambang tertulis menjadi bunyi bermakna dan akhirnya dapat memahami isi bacaan.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 12 November 2012 di SD Negeri 2 Metro Utara diperoleh informasi bahwa pembelajaran membaca di kelas, masih banyak mengalami hambatan seperti sulit memahami isi dari sebuah bacaan. Hal tersebut terjadi karena belum adanya proses pembelajaran yang inovatif, pembelajaran masih bersifat satu arah atau berpusat kepada guru (teacher centered) dan siswa kurang aktif saat pembelajaran. Pembelajaran masih bersifat konvensional yaitu siswa hanya diberikan tugas membaca di sekolah atau di rumah kemudian menjawab pertanyaan seputar isi bacaan namun guru tidak melihat proses saat siswa membaca bacaan tersebut. Sehingga proses siswa membaca bukanlah tujuan utama, tujuannya hanyalah siswa mengerjakan tugas sesuai keinginan guru.

Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru dan siswa kelas VA SD Negeri 2 Metro Utara pada tanggal 19 November 2012, diperoleh bahwa aktivitas membaca siswa masih rendah karena belum adanya pembelajaran yang inovatif sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami isi dari sebuah bacaan. Hal ini berpengaruh pada keterampilan membaca siswa yang masih rendah. Data mengenai hasil


(5)

keterampilan membaca pada semester ganjil memperoleh rata-rata hanya 58,75 sehingga hasil belajar siswa yang berkaitan dengan keterampilan membaca masih rendah. Dari 20 siswa hanya 8 siswa (40%) yang terampil membaca cerita dan 12 siswa (60%) kurang terampil dalam membaca cerita.

Rendahnya aktivitas dan keterampilan membaca siswa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: (1) kegiatan membaca siswa hanya terbatas pada tugas yang dibebankan, (2) guru kurang melakukan pengawasan serta pendampingan terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam kegiatan membaca, dan (3) guru belum menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, sehingga proses pembelajaran kurang menarik perhatian siswa. Artinya guru cenderung lebih aktif dibandingkan dengan siswa (teacher centered).

Melihat hal itu, diperlukan suatu perubahan dalam proses pembelajaran agar siswa menjadi aktif dan guru juga harus bisa memilih metode pembelajaran yang tepat dan bervariasi sesuai dengan pokok bahasan. Banyak motode pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru dalam pembelajaran membaca. Saksomo (dalam Sudrajat, 2009: 6) menjelaskan salah satu metode yang tepat digunakan dalam pembelajaran membaca adalah metode SQ3R, dengan pertimbangan sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah dalam meningkatkan aktivitas dan keterampilan membaca. Metode ini merupakan suatu metode yang dikembangkan oleh Francis P. Robinson di Universitas Negeri Ohio Amerika Serikat yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca untuk meningkatkan proses membaca dan daya ingat pemahaman siswa terhadap isi bacaan (Syah, 2010: 128).


(6)

SQ3R adalah singkatan dari Survey, Question, Read, Recite, Review. Tahap pelaksanaannya adalah (1) Survey (menyurvei); tahap untuk mengenal bahan bacaan sebelum membacanya secara lengkap, (2) Question (menyusun pertanyaan); tahap membuat pertanyaan-pertanyaan yang bersifat produktif (3) Read (membaca); tahap membaca secara teliti (4) Recite (mengendapkan dan mengingat kembali); tahap seseorang mengendapkan apa yang telah dipahami, (5) Review (melihat ulang secara selintas); tahap ini dilakukan dengan membaca keseluruhan secara sepintas. Di samping itu, tahap ini juga membantu daya ingat dan memperjelas pemahaman (Direktorat PLP, 2008).

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang metode pembelajaran SQ3R dan menerapkan metode tersebut terkait dengan upaya meningkatkan keterampilan membaca cerita pada pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VA SD Negeri 2 Metro Utara.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas perlu diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut :

1. Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca karena belum adanya pembelajaran yang inovatif sehingga aktivitas siswa menjadi rendah.

2. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami isi dari sebuah bacaan sehingga keterampilan membaca siswa masih rendah.


(7)

4. Guru kurang melakukan pengawasan serta pendampingan terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam kegiatan membaca.

5. Guru belum menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, sehingga proses pembelajaran kurang menarik perhatian siswa.

6. Pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered).

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran SQ3R dalam meningkatkan aktivitas membaca cerita siswa kelas VA SD Negeri 2 Metro Utara tahun pelajaran 2012/2013?

2. Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran SQ3R dalam meningkatkan keterampilan membaca cerita siswa kelas VA SD Negeri 2 Metro Utara tahun pelajaran 2012/2013?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut.

1. Meningkatkan aktivitas membaca cerita siswa kelas VA SD Negeri 2 Metro Utara tahun Pelajaran 2012/2013 dengan menerapkan metode pembelajaran SQ3R.

2. Meningkatkan keterampilan membaca cerita siswa kelas VA SD Negeri 2 Metro Utara tahun Pelajaran 2012/2013 dengan menerapkan metode pembelajaran SQ3R.


(8)

E. Manfaat Penelitian

Penelitian yang akan dilaksanakan, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

Meningkatkan aktivitas serta mengembangkan keterampilan membaca cerita dengan mudah dan menyenangkan melalui penerapan metode pembelajaran SQ3R.

2. Bagi Guru

Diharapkan dapat mengetahui metode pembelajaran yang tepat demi peningkatan pembelajaran di kelas, sehingga masalah yang dihadapi guru yang berhubungan dengan materi pembelajaran dapat ditingkatkan melalui penerapan metode pembelajaran SQ3R.

3. Bagi Sekolah

Memberi sumbangan dan masukan dalam usaha perbaikan proses pembelajaran sehingga mutu pendidikan di SD Negeri 2 Metro Utara dapat meningkat.

4. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengalaman saat peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran, sehingga dapat memperbaiki dan menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, serta mampu menciptakan pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan untuk siswa dimasa yang akan datang.


(9)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Metode Pembelajaran

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode merupakan salah satu strategi atau cara yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yang hendak dicapai, semakin tepat metode yang digunakan oleh seorang guru maka pembelajaran akan semakin baik. Metode berasal dari kata methodos dalam bahasa Yunani yang berarti cara atau jalan. Sudjana (2005: 76) berpendapat bahwa metode merupakan perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pembelajaran bahasa secara teratur, tidak ada satu bagian yang bertentangan, dan semuanya berdasarkan pada suatu pendekatan tertentu. Pendekatan bersifat aksiomatis yaitu pendekatan yang sudah jelas kebenarannya, sedangkan metode bersifat prosedural yaitu pendekatan dengan menerapkan langkah-langkah. Metode bersifat prosedural maksudnya penerapan dalam pembelajaran dikerjakan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap yang dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar.


(10)

Menurut Sangidu (2004: 14) metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memulai pelaksanaan suatu kegiatan penilaian guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Salamun (dalam Sudrajat, 2009:7) menyatakan bahwa metode pembelajaran ialah sebuah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi yang berbeda. Hal itu berarti pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang ingin dicapai.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan sebuah perencanaan yang utuh dan bersistem dalam menyajikan materi pelajaran. Metode pembelajaran dilakukan secara teratur dan bertahap dengan cara yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan tertentu dibawah kondisi yang berbeda.

2. Macam-macam Metode Pembelajaran

Penggunaan metode pembelajaran sangat penting karena dengan metode guru dapat merencanakan proses pembelajaran yang utuh dan bersistem dalam menyajikan materi pembelajaran. Macam-macam metode pembelajaran antara lain: (a) metode tutorial (pengelolaan pembelajaran yang dilakukan melalui proses bimbingan), (b) metode demonstrasi (pengelolaan pembelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan proses, situasi, benda, atau cara kerja), (c) metode debat (meningkatkan kemampuan akademik siswa), (d) metode Role


(11)

Playing (cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan), dan (e) metode problem solving (pemecahan masalah) (Sudjana, 2005: 77-89).

Selain metode-metode di atas, dikemukakan juga beberapa metode dalam pembelajaran bahasa. Menurut Saksomo (dalam Sudrajat, 2009: 6) metode-metode dalam pembelajaran bahasa Indonesia antara lain:

(a) metode gramatika-alih bahasa, (b) metode mimikri-memorisasi, (c) metode langsung, metode oral, dan metode alami, (d) metode TPR dalam pembelajaran menyimak dan berbicara, (e) metode diagnostik dalam pembelajaran membaca pemahaman, (f) metode SQ3R dalam pembelajaran membaca, (g) metode APS dan metode WP2S dalam pembelajaran membaca permulaan, serta (h) metode SAS dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran memiliki banyak jenis yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Untuk mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya pembelajaran membaca dapat mengunakan metode SQ3R, karena metode ini dapat mengaktifkan siswa dan menjadikan siswa sebagai pembaca yang aktif dan terarah langsung pada intisari atau kandungan pokok yang tersirat atau tersurat dalam suatu bacaan.

B. Metode SQ3R

1. Pengertian Metode SQ3R

Metode SQ3R merupakan suatu prosedur belajar yang sistematik dan bersifat praktik. Metode SQ3R merupakan suatu metode membaca yang sangat baik untuk kepentingan membaca secara intensif dan


(12)

rasional. Robinson (dalam Hanafiah, 2010: 59) menyatakan tentang Effective Study, melalui kegiatan membaca dengan metode SQ3R, yaitu:

a) Survey, yaitu menyelidiki terlebih dahulu untuk mendapat gambaran selintas mengenai isi/pokok yang akan dipelajari. b) Question, yaitu mengajukan pertanyaan dari ide pokok atau isi

buku yang dibaca secara selintas.

c) Read, yaitu membaca secara aktif untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang dibuat.

d) Recite, yaitu mengucapkan kembali atas jawaban yang diberikan terhadap pertanyaan dengan tidak melihat buku/menengok terhadap catatan kecil yang menjadi garis besar.

e) Review, yaitu mengulang apa yang dibacanya dengan memeriksa kertas catatannya.

Rakhmat, dkk (2006: 112) menjelaskan bahwa metode SQ3R digunakan untuk mempelajari teks, artikel atau bacaan dan sebagainya yaitu:

a) Survey, maksudnya memeriksa atau meneliti seluruh teks b) Question, maksudnya menyusun daftar pertanyaan yang

relevan dengan teks.

c) Read, maksudnya membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah di susun

d) Recite, maksudnya menghafal setiap jawaban yang telah ditemukan

e) Review, maksudnya meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan yang tersusun pada langkah kedua dan ketiga. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa SQ3R merupakan metode yang melalui lima tahap kegiatan yaitu meninjau, bertanya, membaca, menuturkan dan mengulang. Metode ini dapat membantu siswa untuk dapat bereaksi kritis-kreatif serta berpikir sistematis.


(13)

2. Manfaat Metode SQ3R

Ada beberapa manfaat yang bisa dipetik dari penggunaan metode SQ3R. Dengan metode ini siswa akan menjadi pembaca aktif dan terarah langsung pada pokok bacaan. Mintowati (2003: 23) menjelaskan manfaat metode SQ3R sebagai berikut:

a. Survey terhadap bacaan akan memberi kemungkinan pada pembaca untuk menentukan apakah bacaan tersebut sesuai dengan keperluannya atau tidak. Jika memang bacaan itu diperlukan, tentu pembaca akan meneruskan kegiatan bacanya. Jika tidak, pembaca akan mencari bahan lain yang sesuai dengan kebutuhan atau keinginannya.

b. Metode SQ3R memberi kesempatan kepada para pembaca untuk berlaku fleksibel. Artinya pengaturan kecepatan membaca untuk setiap bagian bahan bacaan tidaklah harus sama. Pembaca akan memperlambat tempo bacaannya jika menemukan hal-hal yang reletif baru baginya, hal-hal yang memerlukan pemikiran untuk memahaminya, atau mungkin bagian-bagian bacaan yang berisi informasi yang diperlukan pembacan. Sebaliknya, pembaca akan menaikkan tempo kecepatan bacanya, jika bagian-bagian bacaan itu dipandang kurang relevan dengan kebutuhannya atau mungkin bagian tersebut sudah dikenalinya.

c. Metode SQ3R membekali pembaca untuk belajar secara sistematis.

d. Penerapan metode SQ3R dalam pembelajaran akan menghasilkan pemahaman yang komprehensif, bukan ingatan. Pemahaman yang komprehensif akan bertahan lebih lama tersimpan di dalam otak, daripada sekedar mengingat fakta. e. Metode SQ3R dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar

dengan efektif dan efisien apabila dibandingkan dengan belajar tanpa metode.

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa metode SQ3R cocok digunakan untuk menjembatani siswa meningkatkan keterampilan dalam membaca. Metode ini memungkinkan para siswa untuk belajar membaca pemahaman secara sistematis dari awal sampai akhir kegiatan membaca.


(14)

3. Kelebihan dan Kelemahan Metode SQ3R

Setiap metode pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kelemahan, begitu juga dengan metode SQ3R. Sehingga ketepatan guru dalam memilih strategi pembelajaran sangat diperlukan agar tidak menjadi kendala yang dapat menghambat pelaksanaan pembelajaran guna mencapai tujuan yang ingin dicapai. Adapun kelebihan dan kelemahan metode SQ3R adalah sebagai berikut.

a. Kelebihan metode SQ3R

Metode SQ3R merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca. Metode SQ3R memiliki kelebihan dalam meningkatkan daya ingat dari pemahaman suatu bacaan. Kelebihan metode pembelajaran SQ3R menurut Fitria (2011) antara lain:

1) Siswa diarahkan untuk terbiasa berpikir terhadap bahan bacaan sehingga siswa menjadi lebih aktif dan terlatih untuk bisa membuat pertanyaan.

2) Siswa berusaha untuk memikirkan jawaban-jawaban dari pertanyaan yang mendalami isi bacaan atau teks tersebut. 3) Siswa dapat bekerjasama dalam kelompoknya untuk saling

bertukar pendapat dalam memahami konsep materi yang disajikan dalam uraian teks.

b. Kelemahan metode SQ3R

Dalam penerapan suatu metode pembelajaran pasti tidak akan lepas dari kelemahan. Kelemahan metode pembelajaran SQ3R menurut Fitria (2011) antara lain:

1) Alokasi waktu yang digunakan untuk memahami sebuah teks dengan model pembelajaran SQ3R mungkin tidak banyak berbeda dengan mempelajari teks biasa.


(15)

2) Siswa sulit dikondisikan (ramai) saat berdiskusi dengan teman sebangkunya dalam mempelajari teks materi pelajaran.

3) Tidak efektif dilaksanakan pada kelas dengan jumlah siswa yang terlalu besar karena bimbingan guru tidak maksimal terutama dalam merumuskan pertanyaan.

4. Langkah-langkah Metode SQ3R

Kegiatan membaca melalui metode SQ3R terdiri atas lima langkah yakni survey, question, read, recite dan review. Menurut Soedarso (2010: 59-64) langkah kegiatan membaca dengan penerapan metode SQ3R secara lengkap dijelaskan sebagai berikut ini :

a. Langkah 1 : S-Survey

Survey atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum membaca secara lengkap untuk mengenal organisasi dan ikhtisar umum. Kegiatannya bisa melihat-lihat judul, subjudul dan sebagainya.

b. Langkah 2 : Q-Question

Kegiatan yang dilakukan adalah mengajukan pertanyaan tentang isi bacaan, misalnya dengan mengubah judul atau subjudul menjadi kalimat tanya, bisa menggunakan kata siapa, apa, kapan, dimana, mengapa, bagaimana.

c. Langkah 3 : R-Read

Kegiatan yang dilakukan adalah membaca keseluruhan bahan bacaan. Baca bagian demi bagian sambil mencari jawaban atas pertanyaan yang telah tersusun.

d. Langkah 4 : R-Recite

Setiap selesai membaca suatu subjudul, berhentilah sejenak untuk menjawab pertanyaan atau menyebutkan hal-hal penting dari bacaan tersebut. Bila perlu, buatlah catatan seperlunya. Bila belum paham, ulangi membaca bagian tersebut sekali lagi. e. Langkah 5 : R-Review

Setelah membaca seluruh bacaan, ulangi untuk menelusuri kembali judul, subjudul dan bagian-bagian penting lainnya. Langkah ini berguna untuk membantu daya ingat, memperjelas pemahaman dan juga untuk mendapatkan hal penting yang terlewatkan.


(16)

5. Penerapan Metode SQ3R dalam Pembelajaran Membaca

Pembelajaran membaca merupakan suatu proses pembelajaran yang menitikberatkan pada penguasaan teks atau pemahaman teks yang dibaca serta kemampuan siswa dalam menjawab beberapa pertanyaan yang diberikan oleh guru. Metode SQ3R merupakan suatu metode membaca yang ditujukan untuk kepentingan studi, namun juga dapat diterapkan untuk kepentingan metode pengajaran membaca di sekolah (Sudrajat, 2008: 10).

Proses penerapan metode SQ3R dalam kegiatan pembelajaran membaca menurut Syah (2010: 128-129) adalah sebagai berikut:

1) Persiapan teknik SQ3R dilakukan dengan langkah-langkah : a) Menyiapkan sebuah wacana yang utuh, logis dan bermakna. b) Menyiapkan lembar kerja kepada siswa.

2) Kegiatan inti dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Survey, guru membantu dan mendorong siswa untuk memeriksa atau meneliti secara singkat seluruh struktur teks. Tujuannya, agar siswa mengetahui judul, panjangnya teks, istilah, kata kunci, dan sebagainya. Siswa dianjurkan menyiapkan pensil, kertas, dan alat pembuat ciri (berwarna merah, kuning dan sebagainya) warna untuk menandai bagian-bagian penting yang akan dijadikan pertanyaan. b) Question, guru memberi petunjuk atau contoh kepada siswa

untuk menyusun pertanyaan-pertanyaan yang jelas, singkat, dan relevan dengan bagian-bagian teks. Jumlah pertanyaan bergantung pada panjang-pendeknya teks, dan kemampuan siswa dalam memahami teks yang dibaca.

c) Read, guru menyuruh siswa membaca teks secara aktif dalam rangka mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun. Dalam hal ini, membaca secara aktif berarti membaca yang difokuskan pada paragraf-paragraf yang diperkirakan mengandung jawaban-jawaban yang relevan dengan pertanyaan.

d) Recite, guru menyuruh siswa untuk menyebutkan lagi jawaban-jawaban atas pertanyaan yang telah tersusun. Guru melatih siswa untuk tidak melihat atau membuka catatan jawaban.


(17)

e) Review, guru menyuruh siswa untuk meninjau ulang seluruh pertanyaan dan jawaban secara singkat.

3) Tindak lanjut: setelah langkah awal dan kegiatan inti dilaksanakan, dilakukan tindak lanjut yaitu: memberikan pengayaan berupa pemberian tugas yang sama (dengan bahan yang berbeda) yaitu mengerjakan langkah-langkah SQ3R. Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud dengan metode SQ3R pada penelitian ini adalah suatu metode pembelajaran yang sistematik dan bersifat praktik, untuk pembentukan keterampilan membaca secara intensif dan rasional. Implementasi metode ini dengan lima tahapan kegiatan yaitu (1) memeriksa atau meneliti secara singkat seluruh struktur teks, (2) menyusun pertanyaan-pertanyaan yang jelas, singkat, dan relevan dengan bagian-bagian teks, (3) membaca teks secara aktif dalam rangka mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun, (4) menyebutkan lagi jawaban-jawaban atas pertanyaan yang telah tersusun tanpa melihat atau membuka catatan, dan (5) meninjau ulang seluruh pertanyaan dan jawaban secara singkat.

C. Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan pemrolehan ilmu yang didapat dari suatu pengalaman. Robbins (dalam Trianto, 2010: 15) mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah di pahami dengan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau


(18)

perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir (Trianto, 2010: 16).

Menurut Gagne (dalam Komalasari, 2010: 2) belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis performance (kinerja). Perubahan yang terjadi melalui belajar tidak hanya mencakup pengetahuan, tetapi juga keterampilan untuk hidup (life skill) bermasyarakat meliputi keterampilan berpikir dan keterampilan sosial serta nilai dan sikap.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah aktivitas individu baik fisik, mental dan emosional yang terjadi selama proses pembelajaran ataupun diluar proses pembelajaran yang dilakukan untuk memperoleh perubahan tingkah laku dalam segi kognitif, afektif maupun psikomotor.

2. Aktivitas Belajar

Aktivitas adalah kegiatan atau keaktifan. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2007: 23) mengartikan aktivitas sebagai kegiatan yang dilaksanakan dalam suatu pekerjaan guna mencapai tujuan tertentu. Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar.


(19)

Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan bahwa “aktivitas belajar adalah kegiatan mengolah pengalaman dan atau praktik dengan cara mendengar, membaca, menulis, mendiskusikan, merefleksikan rangsangan, dan memecahkan masalah”.

Menurut Kunandar (2010: 277) aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bersikap, pikiran, perbuatan dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran dan memperoleh manfaat. Aktivitas yang diharapkan muncul dalam kegiatan pembelajaran yaitu: (a) aktif mengajukan pertanyaan, (b) merespon aktif pertanyaan-pertanyaan lisan dari guru dan teman, (c) berpartisipasi aktif dalam kelompok untuk memecahkan masalah pembelajaran yang dilaksanakan, (d) melaksanakan instruksi/perintah, dan (e) semangat/antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran memberikan pendapat saat diskusi.

Aktivitas belajar merupakan segala perilaku yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses, yaitu proses belajar sesuatu yang merupakan kegiatan mental mengolah bahan belajar atau pengalaman lain (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 236-238).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan keterlibatan siswa dalam bersikap, berpikir, berbuat dan aktif dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran dan memperoleh manfaat dengan indikator:

1) Partisipasi meliputi siswa aktif mengajukan pertanyaan, merespon aktif pertanyaan dari guru, mengemukakan tanggapan atau pendapat, mengikuti semua tahapan pembelajaran dengan baik.


(20)

2) Sikap meliputi siswa antusias/semangat dalam mengikuti pembelajaran, tertib terhadap instruksi yang diberikan, menampakkan keceriaan dan kegembiraan dalam belajar, tanggap terhadap instruksi yang diberikan.

3) Minat meliputi siswa mengikuti pelajaran dari awal sampai akhir, mengerjakan tugas yang diberikan (LKS, latihan dan lain-lain), mengumpulkan tugas yang diberikan guru, menggunakan prosedur dan strategi pemecahan masalah dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

4) Perhatian meliputi siswa tidak mengganggu teman, tidak membuat kegaduhan, mendengarkan penjelasan guru dengan seksama, melaksanakan perintah guru.

5) Presentasi meliputi mengikuti pelajaran dari awal sampai akhir, mengerjakan tugas yang diberikan (LKS, Latihan, dll), mengumpulkan, mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru, menggunakan prosedur dan strategi pemecahan masalah dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

3. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa komponen yaitu siswa, guru, tujuan pembelajaran, isi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi. Hal tersebut sesuai dengan Undang-undang Sistim Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 20 yang menjelaskan bahwa


(21)

Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Menurut Nurani (dalam Ruminiati, 2007: 14) konsep pembelajaran merupakan sistem lingkungan yang dapat menciptakan proses belajar pada diri siswa selaku peserta didik dan guru sebagai pendidik, dengan didukung oleh seperangkat kelengkapan, sehingga terjadi pembelajaran. Sedangkan Corey (dalam Ruminiati, 2007: 14) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang dikelola secara sengaja untuk memungkinkan siswa turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam kondisi-kondisi khusus akan menghasilkan respons terhadap situasi tertentu juga.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran ialah suatu proses interaksi siswa dan guru yang direncanakan secara sistematis untuk mendukung terjadinya proses belajar. Pembelajaran juga dapat membangun pengalaman belajar siswa dengan berbagai keterampilan proses sehingga mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru.

D. Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar 1. Pengertian Bahasa Indonesia

Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Pendidikan Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah. Maka mata pelajaran ini kemudian diberikan sejak masih di bangku SD karena dari situ diharapkan siswa mampu menguasai, memahami dan dapat


(22)

mengimplementasikan keterampilan berbahasa. Seperti membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Permendiknas No. 22 Tahun 2006, Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Hal tersebut dilakukan baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.


(23)

2. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Pembelajaran bahasa Indonesia di SD dilaksanakan secara terpadu. Pembelajaran secara terpadu seharusnya dilaksanakan sesuai dengan cara anak memandang dan menghayati dunianya. Oleh karena itu dalam pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan siswa dapat memahami secara rasional serta konsep-konsep yang terkait dengan pembelajaran bahasa Indonesia.

Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran mendasar yang sudah diajarkan sejak TK sampai dengan perguruan tinggi. Bahasa Indonesia mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran. Kurikulum bahasa Indonesia di SD mempunyai karakteristik:

a. Menggunakan pendekatan komunikatif keterampilan proses, tematis integratif, dan lintas kurikulum.

b. Mengutamakan variasi, kealamian, kebermaknaan fleksibelitas. c. Penggunaan metode

d. Memberi peluang untuk menggunakan berbagai sumber belajar (Djuanda, 2006: 53).

Pelajaran bahasa Indonesia mulai dikenalkan di tingkat sekolah dasar sejak kelas 1 SD. Mata pelajaran bahasa Indonesia diberikan disemua jenjang pendidikan formal. Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia bersumber pada hakikat pembelajaran bahasa yaitu belajar bahasa (belajar berkomunikasi) dan belajar sastra (belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia mengupayakan peningkatan kemampuan siswa untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis serta menghargai karya cipta bangsa Indonesia (Hartati, 2003).


(24)

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia di SD adalah pembelajaran yang dilaksanakan secara terpadu. Selain itu juga diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi peserta didik.

3. Pedoman Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Mengacu pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi, secara garis besar pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar mencakup komponen kemampuan berbahasa dan yang meliputi aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional diajarkan pada setiap jenjang sekolah mulai dari jenjang sekolah dasar, menengah, sampai ke perguruan tinggi. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa di Sekolah Dasar memiliki nilai strategis. Pada jenjang inilah pertama kalinya pembelajaran bahasa Indonesia dilaksanakan secara berencana dan terarah. Langkah awal yang harus dilalui oleh guru sebelum merencanakan dan melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah memahami benar-benar pedoman petunjuk atau karakteristik mata pelajaran bahasa Indonesia. Pedoman pelaksanaan


(25)

tersebut bersumber pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Silabus, RPP, Progam Tahunan, program Semester, Kalender Pendidikan, Jadwal Pelajaran, serta perangkat lain yang wajib dipersiapkan oleh guru. Dalam KTSP, mata pelajaran bahasa Indonesia tertera 6 jam pelajaran untuk setiap minggunya. Pengaturan jadwalnya secara otonomi diserahkan sepenuhnya kepada sekolah masing-masing.

4. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar isi menyebutkan bahwa mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar memiliki tujuan sebagai berikut.

a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.

b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.

c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Berdasarkan tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa di Sekolah Dasar diharapkan siswa mendapat bekal yang matang untuk mengembangkan dirinya dalam pendidikan berikutnya dan hidup bermasyarakat. Dalam bidang pengetahuan siswa memiliki pemahaman dasar-dasar kebahasaan terutama bahasa baku serta mempunyai sikap positif terhadap bahasa Indonesia.


(26)

5. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi (a) aspek mendengarkan, (b) aspek berbicara, (c) aspek membaca, (d) aspek menulis, (e) kesastraan dan (d) kosa kata (Depdikbud: 2006)

Keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuam dan erat sekali hubungannya dengan proses yang mendasari bahasa. Dalam Penelitian ini ruang lingkup bahasa Indonesia yang di ambil adalah ruang lingkup membaca karena sesuai dengan masalah yang ada yakni rendahnya keterampilan membaca cerita siswa dalam proses pembelajaran. Keterampilan membaca merupakan modal awal siswa untuk menggali ilmu pengetahuan yang akan dikembangkan dalam pendidikan formal.

E. Keterampilan Membaca

1. Pengertian Keterampilan Membaca

Keterampilan adalah suatu kemampuan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Dalam KBBI (2007: 1180) keterampilan adalah kecakapan untuk menyeleksikan tugas.


(27)

Muttaqin (2008) menyatakan bahwa pengertian keterampilan dalam konteks pembelajaran adalah usaha untuk memperoleh kompetensi cekat, cepat dan tepat dalam menghadapi permasalahan belajar.

Broto (dalam Abdurrahman, 2003: 200) mengemukakan bahwa membaca merupakan kegiatan berbahasa berupa proses melisankan dan mengolah bahan bacaan secara aktif. Hodgson (dalam Tarigan, 2008: 7) mendefinisikan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Membaca tidak semudah hanya melafalkan bentuk dan tanda tulisan tetapi juga perlu proses untuk memahami isi bacaan. Sedangkan Marabimin (dalam Suwarjo, 2008: 94) menyatakan bahwa keterampilan membaca adalah keterampilan reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca seseorang akan memperoleh informasi, memperoleh ilmu dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca adalah kemampuan yang diperoleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Dengan siswa terampil membaca maka akan melakukan proses produksi yang dapat menghasilkan pengetahuan, pengalaman, dan sikap-sikap baru. Seperti halnya sebuah perusahaan yang menghasilkan sesuatu melalui proses mengolah seseorang dalam kegiatan membaca bertujuan untuk mengolah bacaan demi memperoleh informasi.


(28)

2. Tujuan Membaca

Tujuan utama dalam membaca adalah mendapatkan informasi yang tepat dan benar. Hal ini ditegaskan oleh Rahim (2007: 11) membaca bertujuan untuk mendapatkan informasi atau pesan dari teks. Membaca dengan tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan yang tidak mempunyai tujuan. Menurut Tarigan (2008: 9) tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna, arti (meaning) erat sekali hubungannya dengan maksud tujuan atau intensif kita dalam membaca.

Hal ini sesuai pendapat Nurhayati (2009: 4) bahwa tujuan membaca mempunyai kedudukan yang sangat penting karena akan berpengaruh pada proses membaca dan pemahaman membaca. Resmini (2006: 94) menjelaskan bahwa pembelajaran membaca harus mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan tersebut yaitu:

a. menikmati keindahan yang terkandung dalam bacaan.

b. membaca bersuara memberikan kesempatan kepada siswa menikmati bacaan.

c. menggunakan strategi tertentu untuk memahami bacaan.

d. menggali simpanan pengetahuan atau schemata siswa tentang suatu topik.

e. menghubungkan pengetahuan baru dengan schemata siswa. f. mencari informasi untuk pembuatan laporan yang akan

disampaikan dengan lisan dan tertulis.

g. melakukan penguatan dan penolakan terhadap ramalan-ramalan yang dibuat oleh siswa sebelum melakukan perbuatan membaca.

h. memberikan kesempatan kepada siswa melakukan eksperimentasi untuk meneliti sesuatu yang dipaparkan dalam sebuah bacaan.

i. mempelajari struktur bacaan.

j. menjawab pertanyaan khususnya yang dikembangkan oleh guru atau sengaja diberikan oleh penulis bacaan.


(29)

Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca adalah mendapatkan informasi dari bacaan sesuai dengan tujuan masing-masing pembaca. Membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan dalam membaca, dan akan dengan mudah memperoleh banyak pengetahuan tentang isi, makna, arti dari suatu bahan bacaan.

3. Jenis-jenis Membaca

Menurut Tarigan (2008: 11-13) Ditinjau dari segi terdengar atau tidaknya suara pembaca waktu melakukan kegiatan membaca, maka dapat dibagi menjadi membaca nyaring dan membaca dalam hati. a. Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan

tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan, sikap, ataupun pengalaman penulis.

b. Membaca dalam hati adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan tanpa menyuarakan isi bacaan yang dibacanya.

Selanjunya Harras (2009: 5) berpendapat bahwa dilihat dari cakupan bahan bacaan yang dibaca, secara garis besar membaca dapat digolongkan menjadi dua yaitu membaca ekstensif dan membaca intensif. Ada tiga jenis membaca ekstensif, yakni membaca survei, membaca sekilas, dan membaca dangkal. Sedangkan membaca intensif dibagi menjadi dua, yakni (1) membaca telaah isi yang dibagi lagi menjadi membaca telaah teliti, membaca pemahaman, membaca kritis dan membaca ide, (2) membaca telaah bahasa yang dibagi menjadi


(30)

membaca bahasa dan membaca sastra. Jenis-jenis membaca tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.1. Jenis-Jenis Membaca (Harras, 2009: 5)

Berdasarkan penjelasan mengenai jenis-jenis membaca tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca dapat dibedakan menjadi dua yaitu membaca ditinjau dari terdengar atau tidaknya suara dan membaca berdasarkan cakupan bahan bacaan. Membaca berdasarkan terdengar atau tidaknya suara dibedakan menjadi dua yaitu membaca nyaring dan membaca dalam hati. Sedangkan membaca berdasarkan cakupan bahan bacaan terdiri dari membaca ekstensif dan membaca intensif. Dalam penelitian ini jenis membaca berdasarkan terdengar atau tidaknya suara termasuk dalam jenis membaca nyaring, dan bila ditinjau dari cakupan bahan bacaan maka penelitian ini termasuk dalam jenis membaca intensif.

MEMBACA

Membaca Intensif Membaca

Ekstensif

1. Membaca Survey 2. Membaca Sekilas 3. Membaca Dangkal

Membaca Telaah Bahasa Membaca

Telaah Isi

1. Membaca Teliti 2. Membaca Pemahaman 3. Membaca Kritis 4. Membaca Ide-ide

1. Membaca Bahasa 2. Membaca Sastra


(31)

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Membaca

Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca. Dalam membaca cerita juga banyak faktor yang mempengaruhi, baik bagaimana mengekspresikan cerita atau bagaimana memahami isi cerita. Faktor-faktor yang mempengaruhi membaca menurut Lamb dan Arnold (dalam Rahim, 2008: 16-24) ialah ;

a. Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis menyangkut kesehatan fisik, perkembangan neurologis dan jenis kelamin.

b. Faktor Intelektual

Intelektual yang terkait dengan intelegensi merupakan kemampuan berpikir yang terdiri dari pemahaman yang mendasar tentang situasi yang diberikan dan merespon secara tepat.

c. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan meliputi latar dan pengalaman siswa di rumah dan sosial ekonomi keluarga siswa.

d. Faktor Psikologis

Faktor Psikologis mencakup (a) motivasi, (b) minat, serta (c) kematangan sosial, emosional, dan penyesuaian diri.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi membaca yaitu pembaca harus dalam keadaan sehat agar dapat membaca dengan baik, memiliki kemampuan berpikir yang baik, mempunyai pengalaman yang baik, dan memiliki motivasi, minat dan kematangan sosial dan emosional.

5. Materi Pembelajaran Membaca

Materi pembelajaran adalah unsur penting yang harus disiapkan guru sebelum melaksanakan pembelajaran dan merupakan bagian dari kurikulum. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan megenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai


(32)

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa mempunyai arti sangat strategis dalam mengakses dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Bahkan melaui membaca semua ilmu dapat diserap sempurna oleh sebagian besar peserta didik.

Standar kompetensi dalam ruang lingkup membaca di kelas V semester genap adalah memahami teks dengan membaca sekilas, membaca memindai, dan membaca cerita anak. Materi pembelajaran dalam ruang lingkup membaca adalah (1) membaca carita anak, (2) membaca dua bacaan, (3) membaca dua bacaan bertema sama, (4) membaca daftar susunan acara, dan (5) membaca jadwal perjalanan.

Materi Pembelajaran dalam penelitian ini adalah membaca cerita anak, karena pembelajaran membaca di kelas masih banyak mengalami hambatan seperti siswa sulit dalam memahami isi dari suatu cerita. Hal tersebut terjadi karena belum adanya proses pembelajaran yang inovatif.

6. Keterampilan Membaca Cerita

Kegiatan membaca harus diadakan penilaian, sehingga perkembangan keterampilan membaca dapat terlihat, apakah mengalami peningkatan atau tidak. Strategi penilaian dalam kegiatan keterampilan membaca bisa dilakukan dengan observasi dan dokumentasi secara periodik, konferensi, portofolio, menilai diri sendiri, tes, dan ujian (Pappas dalam Rahim, 2007: 142).


(33)

Menurut Rahim (2007: 146) tingkat keterampilan membaca siswa yang perlu dinilai meliputi: (a) lafal dan intonasi, (b) penggunaan tanda

baca, (c) tidak mengulang kata-kata, (d) kecepatan membaca, (e) pemahaman isi cerita dan (f) keruntutan cerita. Adapun alat yang

dapat digunakan adalah dengan lembar penilaian proses membaca. Berdasarkan beberapa strategi penilaian yang telah dikemukakan di atas, maka teknik penilaian dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tes keterampilan membaca karena yang dinilai adalah tentang tingkat keterampilan membaca siswa. Dalam penelitian ini tingkat keterampilan yang dinilai adalah pemahaman isi cerita dengan indikator (a) menjelaskan unsur-unsur cerita, (b) mengidentifikasi unsur-unsur cerita, (c) menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan isi cerita, (d) menentukan pokok isi cerita, (e) merangkai pokok-pokok isi cerita ke dalam beberapa kalimat, (f) menyimpulkan isi cerita dalam beberapa kalimat, dan (g) menceritakan kembali isi bacaan dengan kata-kata sendiri.

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran Bahasa Indonesia guru menerapkan metode SQ3R dan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan keterampilan membaca cerita pada siswa kelas VA SD Negeri 2 Metro Utara Tahun Pelajaran 2012/2013”.


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah pembelajaran keterampilan membaca yang ada di kelas VA SD Negeri 2 Metro Utara. Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardhani, 2008: 1.4).

Prosedur penelitian yang dilakukan adalah suatu bentuk proses pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari empat tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan, serta lazim digunakan, yaitu (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observasi), (4) refleksi (reflecting) (Wardhani, dkk., 2008: 2.4). Siklus dalam penelitian ini tidak hanya berlangsung satu kali tetapi lebih dari satu kali, sehingga tercapai tujuan yang diinginkan pada pembelajaran dengan menggunakan metode SQ3R untuk meningkatkan aktivitas dan keterampilan membaca siswa kelas VA SD Negeri 2 Metro Utara. Siklus tindakan pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:


(35)

Gambar 3.1. Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Aqib, 2006: 30.31). Observasi Siklus I

Mengamati dan mencatat aktivitas siswa, kinerja guru, dan keterampilan membaca.

Pelaksanaan Siklus I pelakasanaan tindakan penelitian

Perencanaan Siklus I 1. Membuat perangkat

pembelajaran

2. Menyiapkan instrument pengumpul data

Refleksi Siklus I 1. Menganalisis proses

pembelajaran yang telah dilaksanakan

2. Merencanakan perbaikan dalam proses pembelajaran

Siklus I

Observasi Siklus II Mengamati dan mencatat aktivitas siswa, kinerja guru, dan keterampilan membaca.

Pelaksanaan Siklus II pelakasanaan tindakan penelitian

Perencanaan Siklus II 1. Membuat RPP berdasarkan

hasil refleksi siklus I 2. Menyiapkan instrument

pengumpul data

Siklus II Refleksi Siklus II

1. Menganalisis proses pembelajaran yang telah dilaksanakan

2. Merencanakan perbaikan dalam proses pembelajaran

Observasi Siklus III Mengamati dan mencatat aktivitas siswa, kinerja guru, dan keterampilan membaca.

Pelaksanaan Siklus III pelakasanaan tindakan penelitian

Perencanaan Siklus III 1. Membuat RPP berdasarkan hasil

refleksi siklus II

2. Menyiapkan instrument

Siklus III Refleksi Siklus III

1. Menganalisis proses pembelajaran yang telah dilaksanakan

2. Membuat Kesimpulan


(36)

B. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif partisipasif antara peneliti dengan guru SD Negeri 2 Metro Utara dengan jumlah siswa sebanyak 20 siswa terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan.

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelas VA SD Negeri 2 Metro Utara, Jalan Seroja No. 10 Kelurahan Banjarsari Kecamatan Metro Utara, Kota Metro.

3. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah kurang lebih selama empat bulan, terhitung dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian yaitu bulan Januari sampai dengan bulan April 2013.

C. Data dan Sumber Data

Data penelitian ini berupa data verbal dan non verbal. Data verbal diperoleh dari hasil studi dokumentasi berupa kata-kata atau kalimat narasi. Sedangkan data non verbal diperoleh dari hasil tes yang diberikan pada setiap siklus dan berbentuk skor (angka).

Sumber data adalah pihak-pihak yang dapat memberikan data-data yang diinginkan. Sumber data penelitian ini diperoleh dari:

1. Siswa, data kualitatif diperoleh dari hasil observasi aktivitas siswa sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil keterampilan siswa dalam membaca cerita.


(37)

2. Guru, data kualitatif yang diperoleh dari hasil observasi kinerja guru dalam proses pembelajaran (Sugiyono, 2010: 37).

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan selama kegiatan pelaksanaan tindakan kelas, yaitu dengan menggunakan teknik nontes dan tes.

1. Teknik Nontes

a. Lembar panduan observasi, digunakan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan metode pembelajaran di kelas VA SD Negeri 2 Metro Utara akan lebih efektif, apa pengaruhnya untuk siswa serta bagaimana pembelajaran yang dilakukan. Obervasi dilakukan oleh observer terhadap aktivitas siswa maupun guru selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Dokumentasi, berisi kajian dokumen yang digunakan untuk memperoleh berbagai arsip data berupa kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat oleh guru, hasil ulangan dan nilai-nilai yang diberikan oleh guru.

c. Wawancara, digunakan untuk memperoleh informasi tentang aktivitas dan keterampilan siswa selama proses pembelajaran.

2. Teknik Tes

Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang keterampilan membaca siswa, guna mengetahui hasil belajar siswa dalam aspek membaca dengan menggunakan metode pembelajaran SQ3R. Data yang diperoleh melalui teknik tes berupa data kuantitatif.


(38)

E. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Lembar observasi, instrumen ini dirancang dan digunakan untuk mengumpulkan data penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan menerapkan metode pembelajaran SQ3R. 1. kinerja guru meliputi a) kegiatan pra pembelajaran, b) kegiatan

membuka pelajaran, c) kegiatan inti pembelajaran dan d) kegiatan menutup pelajaran.

2. aktivitas belajar siswa meliputi a) partisipasi, b) minat, c) sikap, d) perhatian, dan e) presentasi.

3. keterampilan membaca (a) menjelaskan unsur-unsur cerita, (b) mengidentifikasi unsur-unsur cerita, (c) menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan isi cerita, (d) menentukan pokok-pokok isi cerita, (e) merangkai pokok-pokok isi cerita ke dalam beberapa kalimat, (f) menyimpulkan isi cerita dalam beberapa kalimat, dan (g) menceritakan kembali isi bacaan dengan kata-kata sendiri.

b. Lembar tes, adalah lembar untuk menjaring data hasil belajar siswa dalam pembelajaran keterampilan membaca cerita siswa kelas VA SD Negeri 2 Metro Utara dengan menerapkan metode SQ3R.

c. Dokumentasi, digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan aktivitas dan keterampilan siswa serta kinerja guru selama proses pembelajaran. Dokumentasi berkaitan dengan suatu kegiatan khusus berupa pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan penyebarluasan suatu


(39)

informasi (Yatim, 2001: 103). Dokumen bisa berbentuk tulisan atau gambar diantaranya arsip kliping surat, photo-photo dan bahan referensinya yang dapat digunakan sewaktu-waktu untuk melengkapi bukti suatu penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data secara kualitatif dan kuantitatif.

1. Teknik Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data aktivitas siswa dan kinerja guru selama pembelajaran berlangsung. Data diperoleh dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap aktivitas siswa dan kinerja guru dengan menggunakan lembar observasi.

a) Aktivitas Siswa

Untuk memperoleh persentase aktivitas tiap individu diperoleh dengan menggunakan rumus:

NP = X 100 % Keterangan:

NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh siswa

SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 = Bilangan tetap


(40)

Tabel 3.1. Kriteria Peningkatan Aktivitas Siswa Berdasarkan Ketercapaian Indikator

Rentang Skor Keterangan

81 – 100% Sangat Aktif

71 – 80% Aktif

61 – 70% Cukup Aktif

41 – 60% Kurang Aktif

0 – 40% Pasif

Adaptasi dari Arikunto (2007: 44)

b) Ketercapaian indikator dalam penerapan metode SQ3R yang dilaksanakan guru

Ketercapaian indikator pada penerapan metode SQ3R melalui pengamatan dengan berpedoman pada lembar observasi kinerja guru (IPKG). Penilaiannya menggunakan rentang nilai antara 1–4. Cara menghitung nilai kinerja guru dengan menggunakan rumus:

Nilai = 100

Adaptasi dari Purwanto, 2009: 102)

Setelah mendapatkan nilai tersebut, akan diketahui keberhasilan guru setelah menerapkan metode SQ3R dengan kategori sebagai berikut:

Tabel 3.2. Kriteria Keberhasilan Guru dalam Menerapkan Metode SQ3R

No Rentang Skor Keterangan

1 >80% Sangat Baik

2 76-80% Baik

3 60-75% Cukup Baik

4 60<% Kurang Baik


(41)

c) Keterampilan Membaca

Untuk menghitung hasil keterampilan membaca dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:

NP = 100 Keterangan:

NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh siswa

SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 = Bilangan tetap

Adaptasi dari Purwanto (2009: 102)

Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Keterampilan membaca

Adaptasi dari Rahim (2007: 146)

2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan berbagai dinamika kemajuan kualitas belajar siswa dalam hubungannya dengan keterampilan membaca cerita. Data hasil penelitian yang tergolong data kuantitaif dilakukan secara deskriptif, yakni dengan menghitung ketuntasan hasil keterampilan membaca dengan rumus sebagai berikut.

Ketuntasan = ⅀

100 %

Tingkat Keberhasilan (%) Arti 80,01%-100% Sangat Terampil

70,01%-80,00% Terampil

60,01%-70,00% Cukup Terampil 40,01%-60,00% Kurang Terampil


(42)

Keterangan:

⅀ S ≥ 65 = Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar

dari 60

N = Banyak siswa

100 % = Bilangan tetap Adaptasi dari Purwanto (2009: 112).

Analisis ini dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil analisis ini digunakan untuk melakukan perencanaan lanjut dalam siklus selanjutnya, sebagai bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran (Aqib, dkk., 2009: 41).

Tabel 3.4. Kriteria Tingkat Keberhasilan Keterampilan Membaca

Adaptasi dari Aqib, dkk ( 2009: 41) G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah adanya peningkatan aktivitas dan keterampilan membaca cerita pada mata pelajaran bahasa Indonesia di setiap siklusnya. Siswa dianggap terampil jika telah mendapatkan nilai >60 dan secara klasikal dianggap terampil apabila ≥75% dari jumlah siswa memperoleh nilai sekurang-kurangnya 60 dan keterampilan membaca dianggap tuntas apabila sudah mencapai ≥75% dari jumlah siswanya.

Tingkat Keberhasilan (%) Arti

80-100% Sangat tinggi

71-80% Tinggi

61-70% Sedang

41-60% Rendah


(43)

H. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas a. Tahap Perencanaan

Peneliti mempersiapkan proses pembelajaran keterampilan membaca cerita menggunakan metode pembelajaran SQ3R dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menganalisis pokok Standar Kompetensi (SK)/Kompetensi Dasar (KD) dan pokok bahasan yang kemudian menjadi beberapa indikator yang akan diajarkan.

Standar Kompetensi

7. Membaca : Memahami teks dengan membaca sekilas, membaca memindai, dan membaca cerita anak.

Kompetensi Dasar

7.3 Menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat. 2) Menetapkan materi pembelajaran yang akan diajarkan.

3) Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu: pemetaan, silabus, RPP, media pembelajaran, dan instrument tes.

4) Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa, kinerja guru dan keterampilan membaca siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

5) Peneliti bersama guru berdiskusi untuk membuat kesepakatan tentang kegiatan pembelajaran membaca cerita melalui metode pembelajaran SQ3R.


(44)

b. Tahap Pelaksanaan

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana pembelajaran sebelumnya. Tindakan yang dilakukan pada pelajaran bahasa Indonesia dengan menerapkan metode pembelajaran SQ3R meliputi beberapa tahap antara lain:

1. Kegiatan Awal

a) Guru mengkondisikan kelas untuk memulai kegiatan pembelajaran.

b) Guru melakukan apersepsi awal untuk mengantarkan siswa pada materi yang akan dipelajari yaitu tentang kegiatan membaca dengan memberikan contoh di sekitar anak.

c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. d) Guru memberikan penjelasan mengenai materi “Membaca

Cerita Anak” yang hendak dilaksanakan melalui metode pembelajaran SQ3R.

e) Menjelaskan prosedur kegiatan metode pembelajaran SQ3R dengan tahap-tahap pelaksanaannya.

2. Kegiatan Inti

a) Guru membentuk kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari 4 orang siswa secara heterogen.

b) Guru membagikan Lembar Kerja Siswa.

c) Melalui bimbingan guru siswa melakukan kegiatan membaca dengan langkah-langkah metode SQ3R.


(45)

d) Siswa membaca secara cepat untuk mengetahui gambaran isi cerita secara umum (survey).

e) Siswa menyusun pertanyaan yang jelas, singkat, dan relevan dengan bagian-bagian teks (question).

f) Siswa membaca cerita tersebut dengan teliti dalam rangka mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun (read).

g) Siswa mengendapkan apa yang telah dibaca dengan menjawab kembali pertanyaan yang telah dibuat (recite).

h) Siswa meninjau ulang seluruh pertanyaan dan jawaban secara singkat (review).

i) Guru mengamati kerja setiap siswa dan memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan.

j) Siswa dan guru bersama-sama membahas hasil kerja kelompok untuk menyamakan persepsi.

k) Guru memberikan pujian kepada setiap kelompok yang dapat menjawab dengan benar dan memberikan motivasi kepada kelompok yang belum dapat menjawab dengan benar.

l) Guru dan siswa menyimpulkan kegiatan yang telah dilaksanakan.

m) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dimengerti.


(46)

3. Kegiatan Akhir Dalam kegiatan Akhir:

a) Guru memberikan penguatan atas hasil membaca yang telah dilakukan.

b) Guru memberikan tindak lanjut terhadap proses pembelajaran dan memberikan pengayaan berupa pemberian tugas yang sama (dengan bahan yang berbeda) yaitu mengerjakan langkah-langkah SQ3R.

c. Tahap Observasi

Pada tahap ini peneliti mengamati kegiatan pembelajaran yang berlangsung dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir. Observasi yang dilakukan yaitu mengenai aktivitas belajar siswa pada pembelajaran keterampilan membaca cerita dengan menggunakan metode SQ3R, serta observasi kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

d. Tahap Refleksi

Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis. Refleksi dilakukan dengan melihat kelemahan dan kelebihan pada proses pembelajaran setelah diterapkannya metode SQ3R. Apabila hasil analisis belum mencapai indikator keberhasilan, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya dengan materi pembelajaran yang berbeda dan langkah-langkahnya disesuaikan dengan metode SQ3R. Jika telah terjadi peningkatan maka penelitian dianggap cukup.


(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan data dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Pembelajaran menggunakan metode SQ3R dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VA SD Negeri 2 Metro Utara. Berdasarkan hasil pembahasan setiap siklus diperoleh persentase rata-rata siklus I sebesar 66,50% dengan kategori “cukup aktif”, pada siklus II sebesar 74,50% dengan kategori “aktif” dan pada siklus III meningkat lagi menjadi 79,13% dengan kategori “aktif”. Hasil rekaptulasi peningkatan terhitung (1) dari siklus I ke siklus II meningkat (14%); (2) dari siklus II ke siklus III meningkat (4,63%). Pada siklus yang ketiga ini hasil yang telah dicapai sebesar 79,13% telah mencapai indikator keberhasilan yang ditargetkan yaitu persentase aktivitas siswa ≥75%.

2. Pembelajaran melalui penerapan metode SQ3R, dapat meningkatkan kinerja guru. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan rata-rata persentase kinerja guru pada siklus I adalah 63,57 dengan kategori “cukup baik”, meningkat pada siklus II menjadi 77,15 dengan kategori “baik” dan meningkat kembali pada siklus III menjadi 83,22 dengan kategori “sangat baik”.


(48)

3. Pembelajaran menggunakan metode SQ3R juga dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas VA SD Negeri 2 Metro Utara. Hal tersebut terbukti dengan adanya peningkatan hasil keterampilan membaca siswa pada setiap siklus. Rata-rata hasil keterampilan membaca siswa pada siklus I sebesar 63,50. Pada siklus II menjadi 74,00 dan meningkat lagi pada siklus III sebesar 76,50. Sedangkan tingkat keberhasilan membaca pada siklus I terdapat 14 siswa (70%) dengan kategori “cukup terampil”, meningkat menjadi 15 siswa (75%) pada siklus II dengan kategori “terampil” dan pada siklus III meningkat menjadi 18 siswa (90%) dengan kategori “sangat terampil”. Hasil rekapitulasi peningkatan terhitung (1) dari siklus I ke siklus II meningkat 5%; (2) dari siklus II ke siklus III meningkat 15%. Dapat disimpulkan persentase tersebut sudah memenuhi indikator keberhasilan yang ditargetkan yaitu ≥75%.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, berikut ini disampaikan saran yang dapat diberikan.

1. Saran untuk Siswa

a. Sebaiknya siswa lebih memahami proses survey agar dalam kegiatan membaca siswa lebih maksimal untuk memeriksa atau meneliti bacaan secara singkat sehingga dapat mengetahui dengan mudah ikhtisar umum yang berkaitan dengan bacaan.

b. Siswa juga diharapkan dapat menerapkan dengan baik kegiatan survey, karena kegiatan survey memberi kemungkinan pada siswa untuk menentukan apakah bacaan tersebut sesuai dengan keperluannya atau tidak.


(49)

c. Siswa harus lebih maksimal dalam kegiatan recite agar dapat menyebutkan kembali hal-hal penting dari suatu bacaan tanpa melihat catatan.

d. Siswa diharapkan dapat lebih baik dalam kegiatan review yakni meninjau ulang dari apa yang telah dibaca karena kegiatan ini dapat membantu daya ingat dan memperjelas pemahaman.

2. Saran untuk Guru

a. Sebaiknya guru benar-benar memahami langkah-langkah kegiatan dalam menggunakan metode SQ3R.

b. Dalam penggunaan metode SQ3R guru sebaiknya lebih optimal dalam kegiatan recite yaitu membimbing siswa untuk menyebutkan lagi jawaban-jawaban atas pertanyaan yang telah tersusun.

c. Guru juga sebaiknya lebih maksimal dalam kegiatan review yaitu membimbing siswa untuk meninjau ulang seluruh pertanyaan dan jawaban secara singkat.

3. Saran untuk Sekolah

Sekolah diharapkan dapat mendukung keberhasilan kegiatan pembelajaran, dengan penyediaan dan kelengkapan sarana pendidikan. 4. Saran untuk Peneliti

Penelitian ini mengkaji implementasi perbaikan pembelajaran melalui penerapan metode SQ3R pada keterampilan membaca cerita dikelas lima. Untuk itu disarankan kepada peneliti berikutnya, agar dapat melaksanakan dan menyiapkan dengan lebih baik penerapan SQ3R pada materi yang berbeda.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Yrama Widya. Bandung.

, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, & TK. Yrama Widya. Bandung.

Arifin, Anwar. 2007. Profil Guru dan Dosen Indonesia. Pustaka Indonesia Kerja Sama Pokja Diknas. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. dkk. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Djuanda, Dadan. 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Komunikatif dan Menyenangkan. Depdiknas. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Direktorat PLP, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Fitria. 2011. Kelebihan-dan-kelemahan-metode SQ3R. tersedia pada

http://www.fitria507.blogspot.com/2011/12/kelebihan-dan-kekurangan metode.html Jumat, 09 Desember 2011

Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta. Hanafiah, Nanang dan Suhana, Cucu. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran.

Refika Aditama. Bandung.

Harras, A Kholid. 2009. Membaca 1. Pusat Layanan Pustaka Universitas Terbuka. (http://pustaka.ac.id). Diakses 8 Januari 2012.


(51)

Hartati, Tatat. 2006. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. UPI PRESS. Bandung.

Hernawan, Asep Herry, dkk. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.

Ihsan, Fuad. 2008. Dasar-Dasar Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

KTSP, 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi. PT Rajawali Pers. Jakarta.

Mintowati, Maria. 2003. Membaca. Depdiknas. Jakarta.

Muttaqin, Saiful. 2008. Pengertian Keterampilan.

(http://saifulmmuttaqin.blogspot.com/2008/01/pembelajaran-keterampilan.html). Diakses: 14 November 2012.

Nurhayati, Pandawa dkk. 2009. Pembelajaran Membaca. Depdiknas. Jakarta. Poerwadarminta, WJS. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.

Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rahim, Farida. 2007. Membaca di Sekolah dasar. PT. Bumi Aksara: Padang. . 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. PT Bumi Aksara.

Jakarta.

Rakhmat, Cece, dkk. 2006. Psikologi Pendidikan. UPI PRESS. Bandung.

Resmini, Novi dkk. 2006. Membaca dan Menulis di SD. Teori dan Pengajarannya. UPI PRESS. Bandung.

Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung. Sangidu. 2004. Penelitian Sastra: Pendekatan, Teori, Metode, Teknik dan Kiat. Unit


(52)

Soedarso, 2010. Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sudrajat, Akhmad. 2009. Pembelajaran Bahasa Indonesia dan PengembanganPerangkat Penilaian Afektif. Tersedia pada http://www.apfi-pppsi.com/cadence24/pdf/24-9.pdf, diakses tanggal 10 November 2012 pukul 18.30 WIB.

. 2008. Teknik Membaca Cerita dengan SQ3R.

(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/06/24/teknik-membaca-sq3r/html). Diakses tanggal 27 Desember 2012. Pukul 14.25 WIB.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Alfabeta. Bandung. Suharjo. 2006. Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar Teori dan Praktek.

Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Sudjana, Nana. 2005. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algasindo. Bandung.

Suwarjo. 2008. Pembelajaran Kooperatif dalam Apresiasi Prosa Fiksi. Surya Pena Gemilang. Malang.

. 2010. Karya Sastra dan Program Pembelajaran Membaca Di Sekolah Dasar. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Rosdakarya. Bandung.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa. Bandung.

Tim Penyusun. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) dan Standar Kelulusan (SKL).

Tim Penyusun. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Tim Penyusun. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Lampung.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Kencana. Surabaya.

Wardhani, IGAK dan Wihardit, K. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.


(1)

107

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan data dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Pembelajaran menggunakan metode SQ3R dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VA SD Negeri 2 Metro Utara. Berdasarkan hasil pembahasan setiap siklus diperoleh persentase rata-rata siklus I sebesar 66,50% dengan kategori “cukup aktif”, pada siklus II sebesar 74,50% dengan kategori “aktif” dan pada siklus III meningkat lagi menjadi 79,13% dengan kategori “aktif”. Hasil rekaptulasi peningkatan terhitung (1) dari siklus I ke siklus II meningkat (14%); (2) dari siklus II ke siklus III meningkat (4,63%). Pada siklus yang ketiga ini hasil yang telah dicapai sebesar 79,13% telah mencapai indikator keberhasilan yang ditargetkan yaitu persentase aktivitas siswa ≥75%.

2. Pembelajaran melalui penerapan metode SQ3R, dapat meningkatkan kinerja guru. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan rata-rata persentase kinerja guru pada siklus I adalah 63,57 dengan kategori “cukup baik”, meningkat pada siklus II menjadi 77,15 dengan kategori “baik” dan meningkat kembali pada siklus III menjadi 83,22 dengan kategori “sangat baik”.


(2)

3. Pembelajaran menggunakan metode SQ3R juga dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas VA SD Negeri 2 Metro Utara. Hal tersebut terbukti dengan adanya peningkatan hasil keterampilan membaca siswa pada setiap siklus. Rata-rata hasil keterampilan membaca siswa pada siklus I sebesar 63,50. Pada siklus II menjadi 74,00 dan meningkat lagi pada siklus III sebesar 76,50. Sedangkan tingkat keberhasilan membaca pada siklus I terdapat 14 siswa (70%) dengan kategori “cukup terampil”, meningkat menjadi 15 siswa (75%) pada siklus II dengan kategori “terampil” dan pada siklus III meningkat menjadi 18 siswa (90%) dengan kategori “sangat terampil”. Hasil rekapitulasi peningkatan terhitung (1) dari siklus I ke siklus II meningkat 5%; (2) dari siklus II ke siklus III meningkat 15%. Dapat disimpulkan persentase tersebut sudah memenuhi indikator keberhasilan yang ditargetkan yaitu ≥75%.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, berikut ini disampaikan saran yang dapat diberikan.

1. Saran untuk Siswa

a. Sebaiknya siswa lebih memahami proses survey agar dalam kegiatan membaca siswa lebih maksimal untuk memeriksa atau meneliti bacaan secara singkat sehingga dapat mengetahui dengan mudah ikhtisar umum yang berkaitan dengan bacaan.

b. Siswa juga diharapkan dapat menerapkan dengan baik kegiatan survey, karena kegiatan survey memberi kemungkinan pada siswa untuk menentukan apakah bacaan tersebut sesuai dengan keperluannya atau tidak.


(3)

109

c. Siswa harus lebih maksimal dalam kegiatan recite agar dapat menyebutkan kembali hal-hal penting dari suatu bacaan tanpa melihat catatan.

d. Siswa diharapkan dapat lebih baik dalam kegiatan review yakni meninjau ulang dari apa yang telah dibaca karena kegiatan ini dapat membantu daya ingat dan memperjelas pemahaman.

2. Saran untuk Guru

a. Sebaiknya guru benar-benar memahami langkah-langkah kegiatan dalam menggunakan metode SQ3R.

b. Dalam penggunaan metode SQ3R guru sebaiknya lebih optimal dalam kegiatan recite yaitu membimbing siswa untuk menyebutkan lagi jawaban-jawaban atas pertanyaan yang telah tersusun.

c. Guru juga sebaiknya lebih maksimal dalam kegiatan review yaitu membimbing siswa untuk meninjau ulang seluruh pertanyaan dan jawaban secara singkat.

3. Saran untuk Sekolah

Sekolah diharapkan dapat mendukung keberhasilan kegiatan pembelajaran, dengan penyediaan dan kelengkapan sarana pendidikan. 4. Saran untuk Peneliti

Penelitian ini mengkaji implementasi perbaikan pembelajaran melalui penerapan metode SQ3R pada keterampilan membaca cerita dikelas lima. Untuk itu disarankan kepada peneliti berikutnya, agar dapat melaksanakan dan menyiapkan dengan lebih baik penerapan SQ3R pada materi yang berbeda.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Yrama Widya. Bandung.

, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, & TK. Yrama Widya. Bandung.

Arifin, Anwar. 2007. Profil Guru dan Dosen Indonesia. Pustaka Indonesia Kerja Sama Pokja Diknas. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. dkk. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Djuanda, Dadan. 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Komunikatif dan Menyenangkan. Depdiknas. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Direktorat PLP, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Fitria. 2011. Kelebihan-dan-kelemahan-metode SQ3R. tersedia pada

http://www.fitria507.blogspot.com/2011/12/kelebihan-dan-kekurangan metode.html Jumat, 09 Desember 2011

Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta. Hanafiah, Nanang dan Suhana, Cucu. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran.

Refika Aditama. Bandung.

Harras, A Kholid. 2009. Membaca 1. Pusat Layanan Pustaka Universitas Terbuka. (http://pustaka.ac.id). Diakses 8 Januari 2012.


(5)

111

Hartati, Tatat. 2006. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. UPI PRESS. Bandung.

Hernawan, Asep Herry, dkk. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.

Ihsan, Fuad. 2008. Dasar-Dasar Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

KTSP, 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi. PT Rajawali Pers. Jakarta.

Mintowati, Maria. 2003. Membaca. Depdiknas. Jakarta.

Muttaqin, Saiful. 2008. Pengertian Keterampilan.

(http://saifulmmuttaqin.blogspot.com/2008/01/pembelajaran-keterampilan.html). Diakses: 14 November 2012.

Nurhayati, Pandawa dkk. 2009. Pembelajaran Membaca. Depdiknas. Jakarta. Poerwadarminta, WJS. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.

Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rahim, Farida. 2007. Membaca di Sekolah dasar. PT. Bumi Aksara: Padang. . 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. PT Bumi Aksara.

Jakarta.

Rakhmat, Cece, dkk. 2006. Psikologi Pendidikan. UPI PRESS. Bandung.

Resmini, Novi dkk. 2006. Membaca dan Menulis di SD. Teori dan Pengajarannya. UPI PRESS. Bandung.

Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung. Sangidu. 2004. Penelitian Sastra: Pendekatan, Teori, Metode, Teknik dan Kiat. Unit


(6)

Soedarso, 2010. Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sudrajat, Akhmad. 2009. Pembelajaran Bahasa Indonesia dan PengembanganPerangkat Penilaian Afektif. Tersedia pada http://www.apfi-pppsi.com/cadence24/pdf/24-9.pdf, diakses tanggal 10 November 2012 pukul 18.30 WIB.

. 2008. Teknik Membaca Cerita dengan SQ3R.

(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/06/24/teknik-membaca-sq3r/html). Diakses tanggal 27 Desember 2012. Pukul 14.25 WIB.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Alfabeta. Bandung. Suharjo. 2006. Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar Teori dan Praktek.

Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Sudjana, Nana. 2005. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algasindo. Bandung.

Suwarjo. 2008. Pembelajaran Kooperatif dalam Apresiasi Prosa Fiksi. Surya Pena Gemilang. Malang.

. 2010. Karya Sastra dan Program Pembelajaran Membaca Di Sekolah Dasar. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Rosdakarya. Bandung.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa. Bandung.

Tim Penyusun. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) dan Standar Kelulusan (SKL).

Tim Penyusun. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Tim Penyusun. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Lampung.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Kencana. Surabaya.

Wardhani, IGAK dan Wihardit, K. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI METODE INQUIRY BERDASARKAN TEKS CERITA FIKSI PADA SISWA KELAS VA SD NEGERI 1 METRO BARAT

0 19 65

PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI UNTUKMENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VA SD NEGERI 6 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 20 49

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE DEMONSTRASI KELAS IV SD NEGERI 2 REJOSARI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 42

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA MELALUI TEKNIK PQRST (PREVIEW, QUESTION, READ, SELF-RECITATION, TEST) KELAS XI SMA NEGERI 1 LABUHAN RATU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 10 52

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 5 66

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DAUD SD MUHAMMADIYAH METRO PUSAT

1 17 89

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN MEMBACA CERITA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, REVIEW SISWA KELAS VA SD NEGERI 2 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 13 52

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP RESUME PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VA SDN 2 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

24 216 38

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, DAN REVIEW SISWA KELAS VIIB SMP TAMAN DEWASA IBU PAWIYATAN YOGYAKARTA

0 0 8

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF MELALUI METODE SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, REVIEW BERBANTUAN MEDIA KLIPING SISWA KELAS IV SDN 03 SOWAN LOR JEPARA

0 1 21