PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI UNTUKMENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VA SD NEGERI 6 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL

BELAJAR IPA SISWA KELAS VA SD NEGERI 6 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh SUWINANTO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL

BELAJAR IPA SISWA KELAS VA SD NEGERI 6 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh SUWINANTO

Berdasarkan observasi awal pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri 6 Metro Barat diketahui aktivitas dan hasil belajar siswa masih rendah. Sebanyak 9 orang siswa (28,23%) tuntas dan 23 orang siswa (71,78%) belum tuntas. Tujuan penelitian ini menerapkan metode demonstrasi untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada materi gaya.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan lembar observasi siswa serta tes hasil belajar disetiap siklusnya. Selanjutnya data dianalisis dengan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari persentase rata-rata aktivitas siswa pada siklus I adalah 59,0 kategori aktif dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 72,7 dengan kategori sangat aktif. Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah 60,63 dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 75,94. Ketuntasan siswa pada siklus I hanya mencapai 62,5% (20 orang siswa) dan meningkat pada siklus II menjadi 100% (32 orang siswa).


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 7

1.3. Perumusan Masalah ... 8

1.4. Tujuan penelitian ... 8

1.5. Manfaat penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metode Demonstrasi ... 10

2.2. Pengertian Belajar ... 12

2.3. Aktivitas Belajar ... 14

2.4. Hasil Belajar ... 15

2.5. Ilmu Pengetahuan Alam ... 16

2.6. Hipotesis Tindakan... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian... 21

3.2. Setting Penelitian ... 22

3.3. Subjek Penelitian ... 22

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 23

3.5. Alat Pengumpul Data ... 23

3.6. Teknik Analisis Data ... 24

3.7. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas... 29

3.8. Indikator Keberhasilan ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil SD Negeri 6 Metro Barat ... 36

4.2. Diskripsi Per Siklus ... 37

4.2.1. Siklus I ... 37

4.2.2. Siklus II ... 44


(7)

DAFTAR PUSTAKA ... 56 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 39

2. Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus I ... 40

3. Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 41

4. Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 46

5. Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus II... 47

6. Hasil Belajar Siswa Siklus II... 48

7. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Tiap Siklus ... 50

8. Persentase Kinerja Guru Tiap Siklus ... 52


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 22

2. Grafik Peningkatan Aktivitas Siswa Tiap Siklus ... 50

3. Grafik Rata-rata Aktivitas Siswa Tiap Siklus ... 51

4. Grafik Persentase Kinerja Guru Tiap Siklus ... 52


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara berkembang yang sudah melaksanakan pembangunan dibidang pendidikan secara bertahap sesuai dengan tuntutan perkembangan. Sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,”…melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia…”, salah satu tujuan nasional negara Indonesia, khususnya tujuan pembangunan dibidang pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Menurut Undang-undang Dasar 1945 Bab XIII pasal 31 ayat 2 disebutkan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

Menurut Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 disebutkan bahwa pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam


(11)

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menuntut siswa untuk memiliki kompetensi khusus dalam semua mata pelajaran setelah proses pembelajaran. Kompetensi merupakan kemampuan berpikir, bertindak, dan bersikap secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, keterampilan, dan nilai.

Kualitas pendidikan tidak terlepas dari kualitas pengajaran yang terjadi di dalam kelas. Tugas dan tanggungjawab merencanakan dan melaksanakan pengajaran terletak di pundak guru. Pendidikan di tingkat sekolah dasar merupakan pendidikan yang substansial dan fundamental, yaitu dasar atau landasan bagi pendidikan di tingkat berikutnya sekaligus sebagai bekal hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Di tingkat inilah seorang anak mulai diperkenalkan terhadap pembentukan perilaku sosial dan penanaman dasar keilmuan. Tentu saja pendidikan di tingkat ini harus memperhatikan perkembangan anak secara serius, terpadu dan berkelanjutan.. Karena prilaku, minat dan bakat masing-masing peserta didik sangat kompleks, maka upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan-pun manjadi rumit. Belum lagi jika memperhatikan factor-faktor eksternal lain yang mempengaruhi pendidikan, baik secara langsung maupun tidak langsung, maka pendidikan merupakan suatu fenomena dan proses yang semakin


(12)

kompleks. Individu yang sedang belajar, khususnya anak-anak usia SD, sedang mengalami perkembangan psikologi menuju taraf pendewasaan, dimana anak-anak usia ini memiliki kondisi emosional yang sangat sensitive.

Karena pendidikan itu sendiri sudah sedemikian kompleks, maka meningkatkan mutu pendidikan merupakan suatu yang sangat sulit. Tanpa dukungan dan tanggungjawab semua pihak, proses pendidikan formal hanyalah sebuah proses rutin, di mana anak pergi sekolah, mendengarkan guru, mengerjakan pekerjaan rumah, kemudian esok harinya pergi lagi ke sekolah, demikian seterusnya. Padahal siswa adalah seorang individu yang belajar, mereka adalah subjek pendidikan, bukan objek pengajaran.

Banyak sekali ditemukan kenyataan, dimana anak khawatir berada di sekolah karena belum mengerjakan pekerjaan rumah, takut menghadapi seorang guru karena dipandang sebagai sosok yang “galak”, bahkan pada kondisi tertentu mungkin pesimis bergaul dengan teman karena memiliki tingkat pengetahuan dan factor-faktor lain yang kurang mendukung.

Jika seorang guru sudah diposisikan sebagai sosok yang menakutkan, bagaimana mungkin siswa dapat dapat belajar? Sebagai pendidik dan pengajar, guru mengemban tanggungjawab besar terhadap prestasi yang harus dicapai seorang siswa.

Berhasil atau tidaknya pembelajaran ditunjukkan oleh dikuasainya materi pelajaran oleh siswa. Tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dinyatakan dengan nilai atau skor yang mencerminkan keberhasilan siswa dalam menempuh program pembelajaran di kelas.


(13)

Hamalik (2005: 30) pertanda seseorang telah melakukan proses belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting.Tetapi pengajaran IPA yang bagaimanakah yang paling tepat untuk anak-anak? Oleh karena struktur kognitif anak-anak tidak dapat dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuwan, padahal mereka perlu diberi kesempatan untuk berlatih ketrampilan-ketrampilan proses IPA sebab diharpakan akhirnya mereka berpikir dan memiliki sikap ilmiah.

Mata pelajaran IPA adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains, yang mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar. IPA merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala alam dan interaksi di dalamnya. Mata pelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar guru mampu mengembangkan suatu strategi dalam mengajar yang dapat meningkatkan motivasi siswa, sehingga keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran meningkat. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan bervariasi diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, sehingga hasil belajar dapat meningkat.

Hal utama untuk meningkatkan minat belajar siswa adalah menciptakan suasana senang dalam pembelajaran.Salah satu cara adalah


(14)

dengan menggunakan metode demonstrasi. Dengan Susana yang menyenangkan dalam pembelajaran akan meningkatkan pengaruh yang positif terhadap siswa yang nantinya deapat meningkatkan hasil belajar siswa maupun aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung.

Keberhasilan dari suatu pembelajaran merupakan tujuan utama seorang guru sebagaai pelaksana pendidikan di sekolah. Oleh karena itu berbagai upaya dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam pembelajaran komponen utamanya adalah guru dan siswa di samping komponen lain yang mendukung proses pembelajaran.

Ditinjau dari komponen guru, maka seorang guru harus mampu membimbing siswa dalam pembelajaran sehingga siswa dapat mengembangkan pengetahuannya sesuai dengan mata pelajaran yang dipelajari. Dalam hal ini guru harus mampu menguasai materi pelajaran yang akan diberikan kepada siswa .

Ditinjau dari komponen siswa, keberhasilan belajar sangat ditentukan oleh kemauan berlatih dan juga konsep-konsep awal yang telah diterima sebelumnya. Pada kenyataan ketidakberhasilan siswa dalam pembelajaran sering diakibatkan karena kemauan berlatih sangat kurang dan cenderung pasif saat pembelajaran.

Melihat kenyataan di lapangan khususnya kelas VA SDN 6 Metro Barat dalam proses pembelajaran IPA guru kurang optimal dan masih bersifat konvensional. Guru masih cenderung menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran, guru kurang menjelaskan materi pelajaran, memberi contoh soal, membahas soal-soal latihan dan aplikasinya.Hal ini yang menyebabkan


(15)

siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Dengan metode seperti ini, hanya siswa yang mempunyai minat belajar tinggi saja yang aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan siswa yang mempunyai minat belajar rendah cenderung tidak serius dalam mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi dan dokumen tentang pembelajaran IPA di kelas V SDN 6 Metro Barat tahun pelajaran 2012/2013, diperoleh data bahwa dalam pembelajaran IPA masih banyak hasil belajar siswa yang belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 60, terbukti dari nilai rata-rata kelas yang hanya mencapai 52. Sementara itu dilihat dari ketuntasan individu, diperoleh hasil bahwa dari 30 orang hanya 9 orang (30%) yang telah tuntas, sedangkan 21 orang (70%) belum tuntas atau belum mencapai KKM. Aktivitas belajar siswa juga masih rendah terlihat dari siswa yang cenderung ribut, banyak mengobrol dan tidak menyimak materi yang disampaikan oleh guru, serta proses timbal balik antara guru dengan siswa kurang terlihat.

Solusi untuk menanggulangi masalah tersebut, guru harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Ibrahim & Syaodih (2003: 118) mengemukakan bahwa untuk mencapai hasil yang optimum dari proses pembelajaran, salah satu hal yang sangat disarankan adalah digunakannya pula metode yang dapat merangsang siswa untuk materi sesuai objek yang sebenarnya.

Penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat memahami materi sesuai objek yang sebenarnya, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, serta dapat membisakan


(16)

siswa untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran secara sistematis (Winataputra, 1998: 14)

Hal yang perlu diperbaiki dalam permasalahan ini adalah metode pembelajaran guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran agar aktivitas dan prestasi belajar siswa meningkat lebih baik. Diharapkan dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat pembelajaran dapat berlangsung secara aktif, efektif, inovatif,dan menyenangkan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu kiranya dilakukan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode demonstrasi untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA di SD Negeri 6 Metro Barat Tahun Pelajaran 2012/2013.

1.2 Identifikasi Masalah

Masalah merupakan kesenjangan yang terjadi antara harapan dan kenyataan yang perlu diberi jalan keluarnya. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Pembelajaran masih bersifat konvensional hanya berpusat pada guru keterlibatan siswa dalam pembelajaran belum optimal.

2. Pembelajaran masih cenderung menggunakan metode ceramah, siswa tidak diberikan kesempatan untuk aktif dan kreatif.

3. Kurangnya perhatian siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

4. Pembelajaran kurang menarik menyebabkan siswa marasa bosan dalam pembelajaran.


(17)

5. Rendahnya hasil belajar, karena ketuntasan yang telah ditetapkan oleh guru yaitu 65. Dari 32 orang terdapat 21 orang (65,62%) yang mendapat nilai di bawah KKM (60).

1.3 Rumusan Masalah

Masalah utama yang diungkap adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VA SDN 6 Metro Barat. Pokok permasalahan tersebut dapat dijabarkan menjadi pertanyaan berikut ini:

1. Bagaimanakah penggunaan metode demonstrsi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPA kelas VA SD Negeri 6 Metro Barat Tahun Pelajaran 2012/2013?

2. Bagaimanakah penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA kelas VA SD Negeri 6 Metro Barat Tahun Pelajaran 2012/2013?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar IPA dengan menggunakan metode demonstrasi pada siswa kelas VA di SD Negeri 6 Metro Barat Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Meningkatkan hasil belajar IPA dengan menggunakan metode demontrasi pada siswa kelas VA di SD Negeri 6 Metro Barat Tahun Pelajaran 2012/2013.


(18)

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini adalah untuk memberikan masukan dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia khususnya dalam melaksanakan proses pembelajaran IPA. Adapun manfaat yang dapat diambil sebagai berikut: 1. Bagi Siswa

Siswa dapat lebih termotivasi dalam pembelajaran serta siswa dapat menemukan pengetahuan dan mengembangkan wawasan sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA akan lebih meningkat.

2. Bagi Guru

Dengan dilaksanakan penelitian tindakan kelas, diharapkan guru dapat mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi termasuk dalam memilih metode dan media yang sesuai .

3. Bagi Sekolah

Dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.

4. Bagi Peneliti

Sebagai wahana untuk mengembangkan diri peneliti guna memperdalam pengetahuan tentang penelitian tindakan kelas. Juga sebagai wahana untuk menambah wawasan tentang bagaimana cara meningkatkan mutu pendidikan khususnya di sekolah dasar melalui kegiatan penelitian tindakan kelas.


(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Metode Demonstrasi

Demonstrasi adalah peragaan atau pertunjukan untuk menampilkan suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa, pada sampai penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat dipahami peserta didik baik secara nyata maupun tiruan. Winarno (Moedjiono, 2005: 73) metode demonstrasi adalah adanya seorang guru, orang luar yang diminta untuk memperlihatkan suatu proses kepada seluruh kelas.

Menurut Muhibbin Syah (2006: 208) demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.

Sedangkan menurut Aminuddin Rasyad (2006: 8) mengemukakan metode demonstrasi adalah cara pembelajaran dengan meragakan, mempertunjukkan atau memperlihatkan sesuatu di hadapan murid di kelas atau di luar kelas.


(20)

Demonstrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan benda baik yang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai dengan penjelasan lisan. Demonstrasi akan menjadi aktif jika dilakukan dengan baik oleh guru dan selanjutnya dilakukan oleh siswa. Metode ini dapat dilakukan untuk kegiatan yang alatnya terbatas tetapi akan dilakukan terus-menerus dan berulang-ulang oleh siswa.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan yang dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas.

2.1.1 Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi 1) Kelebihan Metode Demonstrasi

a. Siswa dapat memahami sesuai objek yang sebenarnya. b. Dapat mengembangkan rasa ingin tahu siswa.

c. Siswa dibiasakan untuk kerja sistematis. d. Siswa dapat mengamati sesuatu secara proses.

e. Siswa dapat mengetahui hubungan strukutal atau urutan objek. f. Siswa dapat membandingkan pada beberapa objek .

2) Kekurangan Metode Demonstrasi

a. Dapat menimbulkan berpikir konkret saja.

b. Bila jumlah siswa banyak, efektifitas demonstrasi sulit dicapai. c. Bergantung pada alat bantu.

d. Bila demonstrasi guru kurang sistematis, demonstrasi tidak berhasil. Wianataputra (1998: 14)

2.1.2 Langkah-langkah Metode Demonstrasi

Menurut Hasibuan dan Mujiono (2006: 31) langkah-langkah metode Pembelajaran demonstrasi adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan dengan jelas kecakapan dan atau keterampilan apa yang diharapkan dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi itu dilakukan.


(21)

2. Mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah metode itu wajar dipergunakan, dan apakah ia merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan.

3. Alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa didapat dengan mudah, dan sudah dicoba terlebih dahulu supaya waktu diadakan demonstrasi tidak gagal.

4. Jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan jelas. 5. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan,

sebaiknya sebelum demonstrasi dilakukan, sudah dicoba terlebih dahulu supaya tidak gagal pada waktunya.

6. Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, apakah tersedia waktu untuk memberi kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaanpertanyaan dan komentar selama dan sesudah demonstrasi.

7. Selama demonstrasi berlangsung, hal-hal yang harus diperhatikan: a. Keterangan-keterangan dapat didengar dengan jelas oleh siswa.

b. Alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap siswa dapat melihat dengan jelas.

c. Telah disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan seperlunya.

2.2 Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Belajar adalah kegiatan yang dialami oleh setiap manusia dalam hidupnya. Banyak pendapat mengemukakan difinisi belajar. Menurut Hamalik (2006: 27),belajar merupakan suatu proses,suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.

Tanpa disadari dalam kehidupan setiap individu diawali dengan belajar, mulai dari lahir hingga dewasa sesuai dengan kebutuhan. Belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi untuk mencapai tujuan tertentu.


(22)

Piaget dalam (Suciati,2004: 4) belajar merupakan siklus interaksi antara individu dengan lingkungan, dengan unsur pokok terletak pada interaksi yang menguntungkan antara proses akomodasi konsep terhadap pengalaman nyata dengan proses asimilasi pengalaman terhadap konsep yang dimiliki.

Belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan, kecakapan, daya pikir, sikap, kebiasaan, dan lain-lain. Fajar (2009: 10). Pendapat lain juga dikemukakan oleh Fathurrohman & Sutikno (2010: 6) belajar adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Winataputra, dkk. (2008: 1.14) berpendapat bahwa belajar adalah perubahan perilaku individu sebagai akibat dari proses pengalaman baik yang dialami ataupun sengaja dirancang.

Bruner (Trianto, 2010: 15) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimiliki. Belajar adalah proses perubahan perilaku, dimana perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor. Hernawan, dkk (2007: 2).

Dari beberapa definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah aktivitas yang terjadi pada diri individu untuk menghasilkan perubahan baik dari segi afektif, kognitif dan psikomotor dalam proses yang relatif lama.


(23)

2.3 Aktivitas Belajar

Anak yang belajar selalu melakukan aktivitas. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Reber (Syah, 2003: 109) mengemukakan bahwa aktivitas adalah proses yang berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengan beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu.

Menurut Kunandar (2010: 277), aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Selanjutnya Sardiman (2010: 100) menyatakan: “aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkaitan.

Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran akan berdampak baik pada hasil belajarnya. Seperti yang dikemukakan oleh Djamarah (2000: 67): “Belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan di dalam benak anak didik”.

Aktivitas yang dilakukan siswa tidak hanya aktivitas fisik saja tetapi juga aktivitas psikis. Seperti yang dikemukakan oleh Rohani (2004: 6) belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik adalah peserta didik giat dan aktifdengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya


(24)

duduk dan mendengarkan dengan pasif. Sedangkan aktivitas psikis adalah peserta didik yang daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan untuk menambah ilmu pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan ketrampilan yang dilakukan secara sengaja yang menunjang keberhasilan dalam hal kegiatan belajar.

2.4 Hasil Belajar

Hasil belajar ialah suatu akibat dari proses belajar. Sudjana (dalam Kunandar, 2010: 276). Sedangkan Dimyati & Mudjiono (2006: 3) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Soedijarto (Nashar, 2004: 79) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar dan mengajar sesuai yang ditetapkan.

Larasati (2005 : 11) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu proses belajar. Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku kognitif, tingkah laku afektif dan tingkah laku psikomotorik. Dengan sumber yang sama prestasi belajar merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Manusia selalu berusaha mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Suatu prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator, keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi


(25)

pendidikan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 391) hasil adalah sesuatu yang diadakan, dibuat, dijadikan oleh usaha.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah usaha seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain baik dari segi afektif, kognitif, dan psikomotor setelah mengalami proses belajar.

2.5 Ilmu Pengetahuan Alam

Pendidikan IPA menurut Tohari (2004: 3) merupakan “usaha untuk menggunakan tingkah laku siswa hingga siswa memahami proses-proses IPA, memiliki nilai-nilai dan sikap yang baik terhadap IPA serta menguasi materi IPA berupa fakta, konsep, prinsip, hokum dan teori IPA.

Sumaji (2008: 46) mengemukakan pendidikan IPA adalah suatu ilmu pegetahuan sosial yang merupakan disiplin ilmu bukan bersifat teoritis melainkan gabungan (kombinasi) antara disiplin ilmu yang bersifat produktif.

IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso (2006: 23) merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal.

Menurut Abdullah (2007: 18), IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan


(26)

teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.

Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil observasi dan eksperimen yang bersifat umum.

2.5.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan.

Asy’ari (2006: 22) menyatakan bahwa ketrampilan proses yang perlu dilatih dalam pembelajaran IPA meliputi ketrampilan proses dasar misalnya mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta ketrampilan proses terintegrasi


(27)

misalnya merancang dan melakukan eksperimen yang meliputi menyusun hipotesis, menentukan variable, menyusun definisi operasional, menafsirkan data, menganalisis dan mensintesis data.

Poedjiati (2005:78) mengemukakan bahwa ketrampilan dasar dalam pendekatan proses adalah observasi, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, dan membuat hipotesis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketrampilan proses dalam pembelajaran IPA di SD meliputi ketrampilan dasar dan ketrampilan terintegrasi. Kedua ketrampilan ini dapat melatih siswa untuk menemukan dan menyelesaikan masalah secara ilmiah untuk menghasilkan produk-produk IPA yaitu fakta, konsep, generalisasi, hukum dan teori-teori baru, sehingga perlu diciptakan kondisi pembelajaran IPA di SD yang dapat mendorong siswa untuk aktif dan ingin tahu.

Dengan demikian, pembelajaran IPA merupakan kegiatan investigasi terhadap permasalahan alam di sekitarnya. Setelah melakukan investigasi akan terungkap fakta atau diperoleh data. Data yang diperoleh dari kegiatan investigasi tersebut perlu digeneralisir agar siswa memiliki pemahaman konsep yang baik. Untuk itu siswa perlu di bimbing berpikir secara induktif. Selain itu, pada beberapa konsep IPA yang dilakukan, siswa perlu memverifikasi dan menerapkan suatu hukum atau prinsip. Sehingga siswa juga perlu dibimbing berpikir secara deduktif. Kegiatan belajar IPA seperti ini, dapat menumbuhkan sikap ilmiah dalam diri siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi beberapa aspek yaitu faktual, keseimbangan antara proses dan produk, keaktifan dalam proses penemuan, berfikir induktif dan deduktif, serta pengembangan sikap ilmiah.

Pelaksanaan pembelajaran IPA seperti diatas dipengaruhi oleh tujuan apa yang ingin dicapai melalui pembelajaran tersebut. Tujuan


(28)

pembelajaran IPA di SD telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku di Indonesia. Kurikulum yang sekarang berlaku di Indonesia adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam kurikulum KTSP selain dirumuskan tentang tujuan pembelajaran IPA juga dirumuskan tentang ruang lingkup pembelajaran IPA, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan arah pengembangan pembelajaran IPA untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Sehingga setiap kegiatan pendidikan formal di SD harus mengacu pada kurikulum tersebut.

2.5.2 Tujuan Pendidikan IPA di Sekolah Dasar

Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa; memahami konsep-konsep IPA, memiliki keterampilan proses, mempunyai minat mempelajari alam sekitar, bersikap ilmiah, mampu menerapkan konsep-konsep IPA untuk menjelaskan gajala-gejala alam dan emecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, mencintai alam sekitar, serta menyadari kebesaran dan ke-Agungan Tuhan.

Menurut Kurikulum ( KTSP: 2006)) Mata Pelajaran IPA SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

b.Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.


(29)

d.Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturanya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g.Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk pendidikan ke-SMP.

Sulistiyorini (2007: 40) mengemukakan pembelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa: 1) Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat. 2) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 3) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 4) Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam kehidupan sehari-hari. 5) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang pengajaran lain. 6) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam serta menghargai berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta ini untuk dipelajari.

2.6 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut ”Jika penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran IPA dengan memperhatikan langkah-langkah yang tepat, maka aktivias dan hasil belajar siswa di kelas VA SD Negeri 6 Metro Barat Tahun Pelajaran 2012/2013 akan meningkat.


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action research. Wardhani, dkk. (2007: 1.3) mengungkapkan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Secara garis besar, terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi (Arikunto, dkk., 2006: 16).

Pendapat yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan oleh Kusumah, dkk. (2009: 26) bahwa ada empat langkah utama dalam PTK yaitu, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Dalam PTK siklus selalu berulang. Setelah satu siklus selesai, mungkin guru akan menemukan masalah baru atau masalah lama yang belum tuntas dipecahkan, maka dilanjutkan ke siklus kedua dengan langkah yang sama seperti pada siklus pertama, dan siklus yang baik biasanya lebih dari dua siklus. Alur siklus penelitian tindakan kelas dapat dilihat seperti gambar berikut:


(31)

Gambar 1. Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas Sumber: Arikunto (2006: 16)

3.2 Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitiian dilakukan di SD Negeri 6 Metro Barat yang berlokasi di Jln. Jendral Sudirman 14/II Ganjaragung Metro Barat.

2. Waktu Penelitian

Kegiatan ini dilaksanakan selama tiga bulan pada semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013.

3.3 Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subjek penelitian adalah 1 orang guru dan siswa kelas VA SD Negeri 6 Metro Barat, yang terdiri dari 32 orang dengan komposisi 17 orang laki-laki dan 15 orang perempuan.

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan

Obsevasi

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi

Dst.

Obsevasi SIKLUS I


(32)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Supaya mendapatkan data yang lengkap dan akurat, dalam penelitian ini digunakan teknik non tes dan telnik tes

1. Teknik Non Tes

Teknik ini dilakukan untuk mengamati aktivitas belajar siswa saat mengikuti pembelajaran dan saat mengikuti diskusi serta mengamati kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan teknik observasi.

2. Teknik Tes

Teknik ini dilakukan untuk mengetahui tingkat ketercapaian hasil belajar siswa terhadap materi yang telah diberikan oleh guru dengan memberikan soal tes.

3.5 Alat Pengumpulan Data 1. Lembar panduan observasi

Instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru teman sejawat. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama penelitian tindakan kelas.

2. Lembar Tes

Instrumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai hasil belajar atau prestasi belajar siswa khususnya mengenai penguasaan terhadap materi yang dibelajarkan dengan menggunakan metode demonstrasi.


(33)

3.6 Teknik Analisis Data

Penelitian tindakan kelas ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.

a. Analisis kualitatif

1. Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran

Data aktivitas siswa diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran, data tersebut dicatat dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa.

Tabel 1. Lembar observasi aktivitas siswa

No Nama

Siswa

Aspek yang Diamati

Total Skor Perse ntase (%) Aktivitas siswa dalam kelompok Partisipa si siswa Motivasi dan semangat Interaksi antar sesama siswa Interaksi siswa dengan guru 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Skor Rata-rata Keterangan:

1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik Adaptasi (Kunandar, 2010: 234)


(34)

Data kualitatif pada lembar observasi kegiatan siswa di atas, dianalisis dengan menggunakan persentase:

NA = %

Keterangan:

NA = Nilai aktivitas yang dicari atau diharapkan JS = Jumlah skor yang diperoleh

SM = Skor maksimum ideal dari aspek yang diamati 100 = Bilangan tetap

Diadopsi dari Aqib dkk. (2009: 41).

Setelah diperoleh presentase hasil kegiatan siswa, kemudian dikategorikan sesuai dengan kriteria hasil observasi pada tabel berikut ini:

Tabel 2. Kriteria hasil observasi aktivitas siswa

No Rentang Nilai (%) Kategori

1 < 25 Kurang Aktif

2 26 – 50 Cukup Aktif

3 51 – 75 Aktif

4 > 76 Sangat Aktif

(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)

2. Data kinerja guru dalam pembelajaran

Data kinerja guru diperoleh dari pengamatan langsung kinerja guru ketika melaksanakan pembelajaran di kelas, dengan menggunakan lembar observasi kinerja guru pada tabel berikut:


(35)

Tabel 3. Lembar observasi kinerja guru

No. Aspek yang diamati Skor Pengamatan

1 2 3 4 5

I Pra pembelajaran

1. Kesiapan ruang, alat, dan media pembelajaran

2. Memeriksa kesiapan siswa

II Membuka pelajaran

1. Melakukan apersepsi

2. Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan

III Kegiatan Inti Pembelajaran

A. Penugasan materi pembelajaran 1. Menunjukkan penguasaan materi

pembelajaran

2. Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan 3. Menyampaikan materi sesuai dengan

hirarki belajar

4. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan

B. Pendekatan / Strategi pembelajaran

1. Melaksanakan pembelajaran sesuai

dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai

2. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa

3. Melaksanakan pembelajaran secar

runtut

4.Menguasai kelas

5. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual

6. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif

7. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah dialokasikan C. Pemanfaatan media pembelajaran/sumber

belajar

1. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media

2. Menghasilkan pesan yang menarik 3. Menggunakan media gambar secara

efektif dan efisien

4. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media

D. D. Pembelajaran yang memicu dan

memelihara keterlibatan siswa

1. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran

2. Merespon positif partisipasi siswa 3. Memfasilitasi terjadinya interaksi guru,


(36)

siswa, dan sumber belajar

4. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa

5. Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif

6. Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme dalam belajar

E. Kemampuan khusus pembelajaran di SD Matematika

1. Mengembangkan keterampilan dalam penggunaan medi pada pembelajaran matematika

2. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi atau menyampaikan informasi (lisan, atau tertulis) F. Penilaian proses dan hasil belajar

1. Memantau kemajuan belajar 2. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) G. Penggunaan bahasa

1. Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancer

2. Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar

3. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai

IV Penutup

1. Melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa

2. Menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa

3. Melaksanakan tindak lanjut

Jumlah Skor IPKG

Persentase

Keterangan :

1.Sangat Kurang 2. Kurang 3. Cukup 4. Baik 5. Sangat Baik

Analisis kualitatif pada lembar observasi kinerja guru di atas, menggunakan teknik persentase:

NK= %

Keterangan:

NK = Nilai kinerja yang dicari atau diharapkan JS = Jumlah skor yang diperoleh

SM = Skor maksimum ideal dari aspek yang diamati 100 = Bilangan tetap


(37)

Jumlah Skor Perolehan Skor Maksimal

Setelah diperoleh presentase mengenai kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran, kemudian dikategorikan sesuai dengan kualifikasi hasil observasi pada tabel berikut:

Tabel 4. Kriteria hasil observasi kinerja guru

Rentang Nilai (%) Kategori

> 80 Sangat Baik

60-79 Baik

40-59 Cukup

20-39 Kurang

< 20 Sangat Kurang

(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41) b. Analisis Kuantitatif

Analisis Kuantitatif akan digunakan untuk menganalisis data dari instrumen tes. Data hasil penelitian tergolong data kuantitatif secara deskriptif, yakni dengan menghitung ketuntasan klasikal dan kentutasan individual dengan rumus sebagai berikut:

a. Ketuntasan Individual

NS = X 100 NS = Nilai Siswa

b. Ketuntasan klasikal

S = X 100%

S = Skor Rata-rata Keterangan :

Ketuntasan individual: jika siswa mencapai indikator 60

Ketuntasan klasikal: jika > 70% dari seluruh siswa mencapai KKM (60).

Jumlah Siswa Yang Tuntas Belajar Jumlah Seluruh Siswa


(38)

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang digunakan di SD Negeri 6 Metro Barat, siswa dikatakan berhasil apabila memperoleh nilai > 60, kemudian hasil tersebut akan didistribusikan ke dalam tabel berikut:

Tabel 3.5 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Siswa

No Nilai F f(x) Kategori

1 2 3 4 Dst

3.7 Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas Siklus I

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus, masing-masing siklus memiliki empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

a. Perencanaan

Pada tahap ini guru dan peneliti secara kolaboratif partisipatif mempersiakan proses pembelajaran IPA melalui metode demonstrasi. Adapun langkah-langkah perencanaannya adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang sesuai dengan kurikulum KTSP.

2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan kurikulum KTSP serta mencantumkan metode demonstrasi di dalamnya.


(39)

3. Menyiapkan pedoman observasi untuk pelaksanaan pembelajaran melalui metode demonstrasi.

b. Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari perencanaan skenario pembelajaran yang telah dibuat pada tahap perancanaan serta melaksanakan kegiatan pembelajaran. Guru merefeleksikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan, kemudian memberikan penguatan kepada semua siswa untuk meningktakan motivasi belajar siswa. Guru memberikan tindak lanjut yaitu tugas (PR).

1. Kegiatan awal

a. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.

b. Guru mengecek kesiapan siswa dalam memulai pembelajaran. c. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai.

2. Kegiatan Inti

a. Guru menjelaskan kepada siswa megenai pokok bahasan dengan menggunakan metode demonstrasi yang telah dipersiapkan, kemudian memberi rangsangan kepada siswa agar siswa aktif dalam pembelajaran.

b. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang telah dijelaskan.


(40)

c. Siswa diminta untuk mengemukakan pengertian mengenai pokok bahasan melalui media yang telah diamati

d. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok, yang setiap kelompok terdiri dari 5 orang dan membagikan lembar diskusi siswa.

e. Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk maju membacakan hasil diskusi.

f. Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk memberi tanggapan dari jawaban siswa yang maju.

g. Guru menanggapi, meluruskan, dan memperjelas penjelasan dari setiap jawaban kelompok.

h. Guru memberi penguatan kepada siswa yang berani maju dan memberi motivasi terhadap siswa lain agar dapat lebih berani dalam mengutarakan pendapatnya.

i. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami.

3. Kegiatan akhir

a. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. b. Guru membagikan soal latihan terkait materi yang telah diberikan. c. Guru memberikan motivasi siswa agar selalu rajin belajar.

c. Observasi

Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal hingga akhir peneliti mengamati mengenai aktivitas belajar siswa, termasuk saat siswa melakukan diskusi kelompok serta kinerja guru selama proses


(41)

pembelajaran. Penilaian aktivitas siswa dan kinerja guru dicatat pada lembar observasi.

d. Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Analisis yang dilakukan pada siklus I adalah untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran berlangsung. Bila terdapat kelebihan atau kekurangan pada siklus I tentunya akan dilakukan tindakan pada siklus II, sehingga kekurangan dalam siklus I bisa terselessaikan, begitu pula dengan kelebihannya harus dipertahankan dan dikembangkan agar dapat berjalan terus-menerus pada siklus-siklus selanjutnya.

Siklus II

Hasil pembelajaran pada siklus II ini diharapkan lebih baik dibandingkan dengan hasil pembelajaran pada siklus I. Adapun langkah-langkah pada siklus II ini, antara lain:

a. Perencanaan

Prosedur penelitian pada siklus II diawali dengan mendata masalah dan kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I kemudian membuat perencanaan antara guru dengan peneliti. Perencanaan tersebut antara lain:

1. Menetapkan materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang sesuai dengan kurikulum KTSP.

2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan kurikulum KTSP serta mencantumkan metode demonstrasi di dalamnya.


(42)

3. Menyiapkan pedoman observasi untuk pelaksanaan pembelajaran melalui metode demonstrasi.

b. Pelaksanaan

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana pembelajaran sebelumnya. Pelaksanan pembelajaran siklus II dengan menggunakan metode demonstrasi meliputi beberapa tahap antara lain:

1. Kegiatan awal

a. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.

b. Guru mengecek kesiapan siswa dalam memulai pembelajaran. c. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai.

2. Kegiatan Inti

a. Guru menjelaskan kepada siswa megenai pokok bahasan dengan menggunakan metode demonstrasi atau media nyata yang telah dipersiapkan, kemudian memberi rangsangan kepada siswa agar siswa aktif dalam pembelajaran.

b. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang telah dijelaskan.

c. Siswa diminta untuk mengemukakan pengertian mengenai pokok bahasan melalui media yang telah diamati

d. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok, yang setiap kelompok terdiri dari 5 orang dan membagikan lembar diskusi siswa.


(43)

e. Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk maju membacakan hasil diskusi.

f. Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk memberi tanggapan dari jawaban siswa yang maju.

g. Guru menanggapi, meluruskan, dan memperjelas penjelasan dari setiap jawaban kelompok.

h. Guru memberi penguatan kepada siswa yang berani maju dan memberi motivasi terhadap siswa lain agar dapat lebih berani dalam mengutarakan pendapatnya.

i. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami.

3. Kegiatan akhir

a. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. b. Guru membagikan soal latihan terkait materi yang telah diberikan. c. Guru memberikan motivasi siswa agar selalu rajin belajar.

c. Observasi

Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir diamati oleh observer dengan lembar observasi yang telah disepakati bersama, data yang diperoleh akan diolah, digeneralisasikan agar diperoleh kesimpulan yang akurat, sehingga dapat direfleksikan pada siklus berikutnya.


(44)

d. Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan metode demonstrasi, serta dapat membandingkannya dengan hasil pengamatan pada siklus I. Jika pada siklus II pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan telah terjadi peningkatan dibanding dengan siklus-siklus sebelumnya, maka penelitian dianggap cukup. Namun apabila masih terdapat kekurangan, penelitian akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

3.8 Indikator Keberhasilan

Pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi dikatakan berhasil apabila:

1. Aktivitas belajar siswa meningkat dalam setiap siklusnya.

2. Ketuntasan belajar siswa mencapai ≥ 70% dari jumlah siswa, dengan KKM 60


(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan perbaikan pembelajaran ini adalah:

1. Penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang ditunjukkan dari peningkatan nilai rata-rata serta aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus I rata-rata aktivitas siswa adalah 59,0 dan pada siklus II rata-rata aktivitas siswa meningkat menjadi 72,7.

2. Penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dari peningkatan nilai rata-rata serta aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa adalah 60,63 dan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 75,94.

5.2. Saran

1. Bagi peserta didik, agar senantiasa membiasakan untuk belajar dan bekerja sama dengan peserta didik lain, guna memperkaya ilmu pengetahuan dan informasi yang maksimal agar memperoleh hasil belajar yang lebih baik.


(46)

2. Bagi guru, upayakan untuk menggunakan variasi dalam pembelajaran untuk mencegah kejenuhan peserta didik dalam menerima ilmu, karena dengan adanya variasi atau hal baru yang tepat maka peserta didik akan lebih antusias dan terpancing untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, variasi dalam pembelajaran membuat kita lebih kreatif dan berpikiran luas.

3. Bagi Sekolah, agar dapat melengkapi sarana dan prasarana yang dapat mendukung pembelajaran guna peningkatan prestasi peserta didik dan sekolah.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Aly. 2007. Ilmu Alamiah Dasar. Bumi Aksara. Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB & TK. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Asy’ari. 2006. Hakikat Pembelajaran IPA SD. http://sekolahdasar.net. Diakses 28 Oktober 2013 pukul 13.30 WIB.

Depdikbud. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Depdiknas. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Balitbang Diknas. Jakarta.

Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, Saiful, Bahri dan Zain. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Rieneka

Cipta. Jakarta.

Fajar, Erni. 2009. Portofolio dalam Pembelajaran IPS. Rosda. Bandung.

Fathurrohman, Pupuh & Sutikno M Sobry. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Refika Aditama. Bandung.

Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta

Hasibuan, Mujiono. 2006. Proses Belajar Mengajar. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Rajawali Pers. Jakarta.

Kusumah, Wijaya dkk. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Malta Printindo. Jakarta.


(48)

Larasati, Riska. 2005. Analisis metode pembelajaran Kooperatif tipe STAD dan pengaruhnya terhadap upaya peningkatan hasil belajar Akutansi pada pokok bahasan pencatatan transaksi perusahaan dagang mata pelajaran Akutansi pada siswa kelas II semester I SMU Negeri 7 Purworejo, Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Mujiono. 2007. Proses Belajar Mengajar. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal. Delia Press. Jakarta. Oemar Hamalik. 2005. Hakikat Belajar, Prestasi Belajar, dan Aktivitas Belajar.

http://susilofy.wordpress.com. Diakses 4 April 2012. Pukul 19.15 WIB. Poedjiati. 2005. Hakikat Pembelajaran IPA SD. http://sekolahdasar.net. Diakses

28 Oktober 2013 pukul 13.30 WIB

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Sardiman. 2010. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta. Sriyono. 2010. Hakikat Belajar, Prestasi Belajar, dan Aktivitas Belajar.

http://susilofy.wordpress.com. Diakses 7 Maret 2012. Pukul 00.15 WIB. Suciati, dkk. 2004. Belajar dan Pembelajaran 2. Universitas Terbuka. Jakarta Sulistiyorini. 2007. Pembelajaran IPA SD. http://cumanulisaja.blogspot.com.

Diakses 10 Desember 2012 Pukul 12.15 WIB.

Sumaji, Soehakso, Mangun Wijaya, dkk. 2008. Pendidikan Sains yang Humanistis. Kanisius. Yogyakarta.

Suyoso, Suharto. 2006. Ilmu Alamiah Dasar. IKIP. Yogyakarta.

Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Thohari Mustamar. 2004. Program Pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Yogyakarta

Trianto. 2010. Mendesain model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta.

Wardhani, IGAK dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas terbuka. Jakarta.


(49)

Winataputra, Udin S dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.

Yasa, Doantara. 2008. Aktivitas dan Hasil Belajar. http://ipotes.wordpress.com. Diakses 16 Desember 2011. Pukul 15.57 WIB).


(1)

d. Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan metode demonstrasi, serta dapat membandingkannya dengan hasil pengamatan pada siklus I. Jika pada siklus II pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan telah terjadi peningkatan dibanding dengan siklus-siklus sebelumnya, maka penelitian dianggap cukup. Namun apabila masih terdapat kekurangan, penelitian akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

3.8 Indikator Keberhasilan

Pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi dikatakan berhasil apabila:

1. Aktivitas belajar siswa meningkat dalam setiap siklusnya.

2. Ketuntasan belajar siswa mencapai ≥ 70% dari jumlah siswa, dengan KKM 60


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan perbaikan pembelajaran ini adalah:

1. Penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang ditunjukkan dari peningkatan nilai rata-rata serta aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus I rata-rata aktivitas siswa adalah 59,0 dan pada siklus II rata-rata aktivitas siswa meningkat menjadi 72,7.

2. Penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dari peningkatan nilai rata-rata serta aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa adalah 60,63 dan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 75,94.

5.2. Saran

1. Bagi peserta didik, agar senantiasa membiasakan untuk belajar dan bekerja sama dengan peserta didik lain, guna memperkaya ilmu pengetahuan dan informasi yang maksimal agar memperoleh hasil belajar yang lebih baik.


(3)

2. Bagi guru, upayakan untuk menggunakan variasi dalam pembelajaran untuk mencegah kejenuhan peserta didik dalam menerima ilmu, karena dengan adanya variasi atau hal baru yang tepat maka peserta didik akan lebih antusias dan terpancing untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, variasi dalam pembelajaran membuat kita lebih kreatif dan berpikiran luas.

3. Bagi Sekolah, agar dapat melengkapi sarana dan prasarana yang dapat mendukung pembelajaran guna peningkatan prestasi peserta didik dan sekolah.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Aly. 2007. Ilmu Alamiah Dasar. Bumi Aksara. Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB & TK. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Asy’ari. 2006. Hakikat Pembelajaran IPA SD. http://sekolahdasar.net. Diakses 28 Oktober 2013 pukul 13.30 WIB.

Depdikbud. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Depdiknas. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Balitbang Diknas. Jakarta.

Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, Saiful, Bahri dan Zain. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Rieneka

Cipta. Jakarta.

Fajar, Erni. 2009. Portofolio dalam Pembelajaran IPS. Rosda. Bandung.

Fathurrohman, Pupuh & Sutikno M Sobry. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Refika Aditama. Bandung.

Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta

Hasibuan, Mujiono. 2006. Proses Belajar Mengajar. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Rajawali Pers. Jakarta.

Kusumah, Wijaya dkk. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Malta Printindo. Jakarta.


(5)

Larasati, Riska. 2005. Analisis metode pembelajaran Kooperatif tipe STAD dan pengaruhnya terhadap upaya peningkatan hasil belajar Akutansi pada pokok bahasan pencatatan transaksi perusahaan dagang mata pelajaran Akutansi pada siswa kelas II semester I SMU Negeri 7 Purworejo, Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Mujiono. 2007. Proses Belajar Mengajar. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal. Delia Press. Jakarta. Oemar Hamalik. 2005. Hakikat Belajar, Prestasi Belajar, dan Aktivitas Belajar.

http://susilofy.wordpress.com. Diakses 4 April 2012. Pukul 19.15 WIB. Poedjiati. 2005. Hakikat Pembelajaran IPA SD. http://sekolahdasar.net. Diakses

28 Oktober 2013 pukul 13.30 WIB

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Sardiman. 2010. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta. Sriyono. 2010. Hakikat Belajar, Prestasi Belajar, dan Aktivitas Belajar.

http://susilofy.wordpress.com. Diakses 7 Maret 2012. Pukul 00.15 WIB. Suciati, dkk. 2004. Belajar dan Pembelajaran 2. Universitas Terbuka. Jakarta Sulistiyorini. 2007. Pembelajaran IPA SD. http://cumanulisaja.blogspot.com.

Diakses 10 Desember 2012 Pukul 12.15 WIB.

Sumaji, Soehakso, Mangun Wijaya, dkk. 2008. Pendidikan Sains yang Humanistis. Kanisius. Yogyakarta.

Suyoso, Suharto. 2006. Ilmu Alamiah Dasar. IKIP. Yogyakarta.

Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Thohari Mustamar. 2004. Program Pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Yogyakarta

Trianto. 2010. Mendesain model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta.

Wardhani, IGAK dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas terbuka. Jakarta.


(6)

Winataputra, Udin S dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.

Yasa, Doantara. 2008. Aktivitas dan Hasil Belajar. http://ipotes.wordpress.com. Diakses 16 Desember 2011. Pukul 15.57 WIB).


Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VA SD NEGERI 1 METRO BARAT

0 13 46

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUKMENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWAPADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VA SD NEGERI 5 METRO PUSATTAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 12 48

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VA SD NEGERI 06 METRO BARAT

0 16 69

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI SISWA KELAS V SD NEGERI 1 CANDIMAS NATAR

0 20 69

PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI UNTUKMENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VA SD NEGERI 6 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 20 49

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE DEMONSTRASI KELAS IV SD NEGERI 2 REJOSARI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 42

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENGGUNAAN MODEL PENGAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PROBLEM BASED INSTRUCTION)PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 8 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 45

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD NEGERI 3 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 8 41

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VA SD NEGERI 7 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 48

PENERAPAN MODEL TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 03 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

5 45 78