PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DAUD SD MUHAMMADIYAH METRO PUSAT

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION,

READ, REFLECT, RECITE, REVIEW UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DAUD

SD MUHAMMADIYAH METRO PUSAT

Oleh

RIZKA PRAMULYADANI

Penelitian di kelas IV Daud SD Muhammadiyah Metro Pusat dilatar- belakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa hanya sebesar 38.89% atau 14 orang siswa yang telah mencapai KKM (75). Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review (PQ4R).

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak 3 siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik analisis data dalam bentuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data diperoleh melalui teknik non tes dan tes dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui kinerja guru, aktivitas siswa, hasil belajar afektif, dan hasil belajar psikomotor, serta soal tes untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran PQ4R dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas belajar siswa siklus I berada pada kategori cukup aktif, meningkat menjadi kategori aktif pada siklus II, dan siklus III meningkat pula menjadi kategori sangat aktif. Persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I sebesar 61.11%, siklus II sebesar 72.22%, dan siklus III sebesar 86.11%.


(2)

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION,

READ, REFLECT, RECITE, REVIEW UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DAUD

SD MUHAMMADIYAH METRO PUSAT

Oleh

Rizka Pramulyadani

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

MOTTO

Menjadi berkembang bukan karena hal yang mudah, melainkan ketika menghadapi tantangan. Karena akan selalu ada ruang untuk tumbuh dari

tumpukan bebatuan.


(8)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan terimakasih serta bangga kepada :

Ayahanda Drs. Ngadenan dan Ibunda Lasmiatun

Yang telah membesarkan, membimbing, mendidik, dan mencurahkan kasih sayangnya serta memotivasi agar menjadi anak yang lebih baik dan

mendoakan untuk keberhasilan ananda.

Adikku

Dimas Maulana Syukron

Yang telah memberikan doa dan dukungan untuk keberhasilanku.

Serta sahabat-sahabat yang memberiku motivasi untuk dapat berbuat lebih baik dalam menyelesaikan studi


(9)

SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan kebahagian dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penerapan Metode Pembelajaran Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Daud SD Muhammadiyah Metro Pusat sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung, yang telah mengesahkan gelar sarjana kepada peneliti.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila yang telah memberikan pengesahan terhadap skripsi ini.

3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

FKIP Unila yang telah menyetujui skripsi ini.

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD yang telah


(10)

5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Ketua PGSD UPP Metro yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama proses penyusunan skripsi.

6. Bapak Drs. Mugiadi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan

Pembimbing II yang telah membantu, membimbing, dan memberikan saran serta motivasi terhadap pengajuan judul skripsi ini serta memberikan masukan, saran, nasihat, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 7. Ibu Dr. Sowiyah, M.Pd., selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan dukungan dan saran serta masukan kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Bapak Drs. Sarengat, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I atas semua jasanya

baik tenaga dan pikiran yang tercurahkan untuk bimbingan, masukan, saran, nasihat, dan motivasi serta bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

9. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Karyawan S1 PGSD UPP Metro, yang telah

membantu sampai skripsi ini selesai.

10. Bapak Zainal Abidin S.Ag., selaku Kepala Sekolah SD Muhammadiyah

Metro Pusat yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.

11. Ibu Hari Tri Utami, S.Pd., selaku guru kelas IV Daud SD Muhammadiyah Metro Pusat yang telah bersedia menjadi teman sejawat dan membantu dalam melaksanakan penelitian.


(11)

13. Sahabat seperjuangan (Dita Erwidiya, Dita Tricandria Ningsih, Cahya Sari) yang selalu membantu, memberi dukungan dan memotivasi peneliti.

14. Teman-teman PGSD kelas B angkatan 2010 (Mega, Rimba, Surani, Hardi, Yuyun, Putu, Serlia, Aji, Jaya, Fauzi, Neni, Umy, Suli, Rina, Sinta, Hardiana, Nyoman, Ratna, Via, Maulinda, Marlita, Reni, Risty, Saras, Indah, Mayang, Veridiana, Riri, Sherli, Mbak Zulia, Syaiful, Akmal, Fahmi, Bagus,) terimakasih atas kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan selama ini.

15. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S1 PGSD angkatan 2010, terimakasih

atas kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan selama ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini belum memenuhi kesempurnaan, akan tetapi peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangsih pada keilmuan pendidikan.

Metro,4 Juli 2014 peneliti


(12)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN JUDUL DALAM ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

MOTTO ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

SANWACANA ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review (PQ4R) 1. Pengertian Metode Pembelajaran ... 10

2. Jenis-jenis Metode Pembelajaran ... 11

3. Pengertian Metode PQ4R ... 12

4. Kelebihan dan Kelemahan Metode PQ4R ... 13

5. Langkah-langkah Metode PQ4R ... 14

B. Belajar dan Pembelajaran 1. Aktivitas Belajar... 17

2. Pengertian Belajar ... 19

3. Hasil Belajar ... 20


(13)

xiv

1. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach)... 31

2. Pembelajaran Tematik ... 34

3. Penilaian Otentik (Authentic Assesment ) ... 37

E. Kerangka Pikir ... 40

F. Hipotesis Tindakan... 42

BAB III METODE PENELITIAN A. Prosedur Penelitian... 43

B. Setting Penelitian ... 44

C. Teknik Pengumpulan Data ... 45

D. Alat Pengumpulan Data ... 46

E. Teknik Analisis Data ... 53

F. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ... 57

G. Indikator Keberhasilan ... 66

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 67

B. Prosedur Penelitian... 68

1. Deskripsi Awal ... 68

2. Refleksi Awal ... 69

3. Persiapan Pembelajaran ... 69

C. Hasil Penelitian ... 70

1. Siklus I ... 71

a. Perencanaan... 71

b. Pelaksanaan ... 72

c. Hasil Observasi Siklus I ... 75

d. Refleksi ... 90

e. Saran dan Perbaikan Siklus II ... 94

2. Siklus II ... 95

a. Perencanaan... 95

b. Pelaksanaan ... 96

c. Hasil Observasi Siklus II ... 99

d. Refleksi ... 112

e. Saran dan Perbaikan Siklus III ... 116

3. Siklus III ... 117

a. Perencanaan... 117

b. Pelaksanaan ... 118

c. Hasil Observasi Siklus III ... 120

d. Refleksi ... 133

4. Rekapitulasi Kinerja Guru, Aktivitas, dan Hasil Belajar ... 134

a. Rekapitulasi Kinerja Guru... 134

b. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa ... 137

c. Rekapitulasi Hasil Belajar ... 140

D. Pembahasan ... 146


(14)

xv

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 153

B. Saran ... 154

DAFTAR PUSTAKA ... 155


(15)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Presentase Ketuntasan Siswa ... 4

2. Indikator Aktivitas Siswa ... 46

3. Indikator Aktivitas Siswa Berkenaan Dengan Metode PQ4R ... 47

4. Indikator Kinerja Guru ... 48

5. Indikator Kinerja Guru Berkenaan Dengan Metode PQ4R ... 50

6. Indikator Kompetensi Sikap Percaya Diri Siswa ... 51

7. Indikator Kompetensi Keterampilan Siswa ... 52

8. Kategori Aktivitas Siswa Berdasarkan Nilai... 53

9. Kategori Kinerja Guru... 54

10.Kategori Kompetensi Sikap Siswa ... 55

11.Kategori Kompetensi Keterampilan Siswa ... 55

12.Kategori Ketuntasan Belajar Siswa ... 57

13.Rincian Kegiatan PTK Tiap Siklus ... 70

14.Kinerja Guru pada Siklus I ... 76

15.Kinerja Guru Berkenaan dengan Tahapan Metode Pembelajaran PQ4R pada siklus I ... 77

16.Nilai Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I ... ... 79

17.Persentase Keaktifan Siswa Klasikal pada Siklus I ... 80

18.Nilai Aktivitas Belajar Siswa Berkenaan dengan Metode Pembelajaran PQ4R pada Siklus I ... 81

19.Persentase Keaktifan Siswa Klasikal Berkenaan dengan Metode Pembelajaran PQ4R pada Siklus I ... 83

20.Kompetensi Sikap Siswa pada Siklus I ... 84

21.Persentase Kompetensi Sikap Siswa Klasikal pada Siklus I ... 85

22.Kompetensi Keterampilan Siswa pada Siklus I ... 86

23.Persentase Kompetensi Keterampilan Siswa Klasikal pada Siklus I ... 88

24.Kompetensi Pengetahuan Siswa pada Siklus I... 89

25.Kinerja Guru pada Siklus II ... 99

26.Kinerja Guru Berkenaan dengan Tahapan Metode Pembelajaran PQ4R pada siklus II ... 101

27.Nilai Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II ... ... 102

28.Persentase Keaktifan Siswa Klasikal pada Siklus II ... 104

29.Nilai Aktivitas Belajar Siswa Berkenaan dengan Metode Pembelajaran PQ4R pada Siklus II ... 105


(16)

xvii

32.Persentase Keterampilan Sikap Siswa Klasikal pada Siklus II ... 108

33.Kompetensi Keterampilan Siswa pada Siklus II ... 109

34.Persentase Kompetensi Keterampilan Siswa Klasikal pada Siklus II ... 110

35.Kompetensi Pengetahuan Siswa pada Siklus II ... 111

36.Kinerja Guru pada Siklus III ... 121

37.Kinerja Guru Berkenaan dengan Tahapan Metode Pembelajaran PQ4R pada siklus III ... 122

38.Nilai Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus III ... ... 123

39.Persentase Keaktifan Siswa Klasikal pada Siklus III ... ... 124

40.Nilai Aktivitas Belajar Siswa Berkenaan dengan Metode Pembelajaran PQ4R pada Siklus III ... 125

41.Persentase Keaktifan Siswa Klasikal Berkenaan dengan Metode Pembelajaran PQ4R pada Siklus III ... 126

42.Keterampilan Sikap Siswa pada Siklus III ... 127

43.Persentase Keterampilan Sikap Siswa Klasikal pada Siklus III ... 128

44.Kompetensi Keterampilan Siswa pada Siklus III ... 129

45.Persentase Kompetensi Keterampilan Siswa Klasikal pada Siklus III ... 131

46.Kompetensi Pengetahuan Siswa pada Siklus III ... 132

47.Rekapitulasi Nilai Kinerja Guru... 135

48.Rekapitulasi Nilai Kinerja Guru Berkenaan dengan Tahapan Metode Pembelajaran PQ4R ... 136

49.Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa ... 137

50.Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Berkenaan dengan Tahapan Metode Pembelajaran PQ4R ... 138

51.Rekapitulasi Kompetensi Sikap Siswa ... 140

52.Rekapitulasi Kompetensi Keterampilan Siswa ... 142


(17)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian ... 41

2. Hasil Penelitian Rizka Pramulyadani ... 44

3. Grafik Nilai Kinerja Guru ... 135

4. Grafik Nilai Kinerja Guru Berkenaan dengan Tahapan Metode Pembelajaran PQ4R ... 136

5. Grafik Aktivitas Belajar Siswa... 137

6. Grafik Aktivitas Belajar Siswa Berkenaan dengan Tahapan Metode PQ4R ... 139

7. Grafik Kompetensi Sikap Siswa ... 140

8. Grafik Kompetensi Keterampilan Siswa ... 142


(18)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat-surat

a. Surat keterangan penelitian dari dekan ... 158

b. Surat penelitian pendahuluan dari dekan ... 159

c. Surat izin penelitian dari dekan ... 160

d. Surat izin penelitian dari Sekolah ... 161

e. Surat keterangan penelitian dari Sekolah ... 162

f. Surat pernyataan teman sejawat ... 163

2. Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) ... 166

3. Lembar Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG) ... 178

4. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 195

5. Lembar Observasi Kompetensi Sikap Siswa ... 213

6. Lembar Observasi Kompetensi Keterampilan Siswa ... 222

7. Lembar Observasi Kompetensi Pengetahuan Siswa ... 231

8. Nilai Pengetahuan Siswa ... 235


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi peradaban manusia dan peradaban bangsa. Disebut pula pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim disebut dengan proses

humanisasi. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berkesinambungan dan berlangsung sepanjang hayat (long life). Salah satu bentuk perwujudan proses tersebut ialah melalui pembelajaran.

Sejalan dengan penjelasan di atas, Sagala (2010: 4) menyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya dan yang akan menimbulkan perubahan pada dirinya yang memungkinkan, sehingga berfungsi sesuai kompetensinya dalam kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu, pendidikan merupakan faktor yang penting untuk mewujudkan berbagai kompetensi yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Salah satu upaya untuk memprogramkan pendidikan yang berkualitas perlu adanya pedoman-pedoman yang harus ditaati, salah satunya yaitu


(20)

kurikulum guna mencapai tujuan pendidikan Nasional. Menurut Nasution (2006: 5) kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.

Di Indonesia kurikulum bersifat tentatif atau dapat berubah-rubah dalam kurun waktu tertentu manakala suatu kurikulum dipandang sudah tidak efektif dan tidak relevan dengan tuntutan dan konsekuensi kehidupan yang dinamis guna menyelaraskan dunia pendidikan dengan tuntutan dunia yang tidak statis. Melalui dinas pendidikan pemerintah berupaya melakukan inovasi pendidikan. Perubahan kurikulum dianggap sebagai salah satu bentuk inovasi pendidikan sebagai bentuk usaha dalam memajukan kualitas pendidikan di Indonesia khususnya.

Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengedepankan praktek dan bukan sekedar menghafal pelajaran. Jenjang pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang paling fundamental dalam pemberian konsep. Kurikulum 2013 mengarahkan proses pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar menggunakan pembelajaran tematik. Menurut Rusman (2010: 255) mengemukakan bahwa pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Oleh sebab itu,


(21)

pembelajaran tematik dipandang sebagai pembelajaran yang berbasis tema yang dapat memberikan pengetahuan dan konsep yang bermakna bagi siswa. Selain itu, Kurikulum 2013 mengarahkan dalam pembelajaran menerapkan pendekatan ilmiah (scientific approach) guna menunjang proses belajar mengajar. Kemendikbud (2013: 209) bahwa langkah-langkah penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran meliputi kegiatan mengamati (Observing), kegiatan menanya (Questioning), kegiatan menalar (Associating), kegiatan mencoba (Experimenting), dan kegiatan membentuk

jejaring (Networking). Proses pembelajaran ini dimaksudkan agar

memberikan pengetahuan-pengetahuan dan pengalaman yang bermakna bagi siswa, sebab siswa dituntut berperan aktif dalam membangun konsep pengetahuan melalui langkah-langkah yang sistematis dan melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran.

SD Muhammadiyah Metro Pusat pada tahun pelajaran 2013/2014 adalah salah satu SD yang sudah melaksanakan kurikulum 2013. Berdasarkan survei di SD Muhammadiyah Metro Pusat, khususnya pada kelas IV Daud ditemukan beberapa kekurangan dalam proses pembelajaran.

Diperoleh informasi bahwa proses pembelajaran tematik belum

dilaksanakan secara optimal dan belum merujuk pada tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum 2013. Dalam proses pembelajaran, guru masih terpaku pada buku (text book) sehingga pembelajaran masih belum menampakkan adanya proses konstruktivis yang optimal dan bermakna bagi siswa.


(22)

Selain itu, guru belum optimal dalam melaksanakan pembelajaran tematik dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariatif. Akibatnya pelaksanaan pembelajaran siswa hanya memperoleh pengetahuan secara terstruktur sesuai dengan prosedur yang tertulis dalam buku pelajaran. Di sisi lain guru masih mengutamakan pemberian materi ajar secara formal, mengarahkan siswa untuk memahami sesuatu hanya dari apa yang telah dibaca, sehingga berdampak pada siswa belum optimal dalam kegiatan penyimpulan dari sebuah bacaan.

Pada kurikulum 2013 dituntut untuk menerapkan pendekatan scientific

namun dalam pelaksanaan pembelajaran yang inovatif belum optimal,

sehingga pembelajaran masih bersifat satu arah atau berpusat pada guru (teacher centered) sehingga suasana pembelajaran cenderung membosankan dalam setiap pertemuan. Sebagian besar siswa cenderung pasif untuk berani bertanya atau mengajukan pendapat sehingga berdampak pada rendahnya aktivitas belajar siswa pada proses pembelajaran. Masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa tersebut berdampak pada hasil belajar siswa yang belum maksimal. Hal ini dibuktikan dari data hasil ulangan mid semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.

Tabel 1. Persentase Ketuntasan Siswa Kelas IV Daud

KKM Jumlah siswa

Jumlah siswa

yang tuntas

Persentase ketuntasan

(%)

Jumlah siswa yang

tidak tuntas

Persentase ketidaktuntasan

(%)

75 36 14 38.89% 22 61,11%


(23)

Berdasarkan beberapa uraian masalah di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran tematik pada siswa kelas IV Daud SD Muhammadiyah Metro Pusat belum berlangsung seperti apa yang diharapkan. Dapat dilihat pada tabel 1 diketahui bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 75, dari 36 siswa hanya 14 siswa atau 38,89% yang telah tuntas di kelas IV Daud. Oleh karena itu, perlu diadakannya perbaikan dalam proses pembelajaran agar aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Upaya perbaikan pembelajaran sebaiknya dapat diwujudkan melalui pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna. Dengan menggunakan metode yang bervariatif memungkinkan siswa menjadi lebih aktif sehingga aktivitas dan hasil belajar dapat dicapai secara optimal.

Banyak metode pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru dalam pembelajaran. Menurut Suprijono (2010: 103-111) mengemukakan bahwa jenis-jenis metode pembelajaran variatif, diantaranya yaitu (1) metode

Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review (PQ4R) (2) metode

Guided Note Taking, (3) metode Snowball Drilling, (4) metode Concept Mapping, (5) metode Giving Question and Getting Answer, dan (6) metode

Talking Stick.

Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan di atas, metode pembelajaran PQ4R merupakan alternatif perbaikan yang tepat. Hal ini didukung oleh pendapat Suprijono (2011: 103) menjelaskan bahwa metode PQ4R digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang siswa baca dan dapat memicu proses belajar aktif. Penerapan metode pembelajaran PQ4R akan membantu guru untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap


(24)

materi pelajaran yang telah dibacanya sehingga pengetahuan siswa menjadi lebih bermakna.

Menurut Trianto (2010: 151) menjelaskan tahap pelaksanaan dalam metode pembelajaran PQ4R adalah (1) Preview (peninjauan); tahap untuk menemukan ide-ide pokok yang dikembangkan dalam bahan bacaan dengan membaca selintas dan cepat, (2) Question (merumuskan pertanyaan); tahap membuat pertanyaan-pertanyaan untuk dirinya sendiri, (3) Read (membaca); tahap membaca secara detail dari bahan bacaan yang dipelajarinya, (4)

Reflect (melakukan refleksi); tahap memahami bahan bacaan yang telah dibaca, (5) Recite (mengendapkan dan mengingat kembali); tahap seseorang mengendapkan apa yang telah dipelajari, (6) Review (membuat rangkuman); tahap merumuskan inti sari dari bahan yang telah dibacanya.

Berdasarkan paparan masalah di atas, maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode pembelajaran PQ4R untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV Daud SD Muhammadiyah Metro Pusat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Guru belum optimal dalam pembelajaran.

2. Guru belum optimal dalam menerapkan metode pembelajaran PQ4R

pada pembelajaran kelas IV Daud SD Muhammadiyah Metro Pusat. 3. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered).


(25)

4. Pembelajaran terasa membosankan.

5. Sebagian besar siswa cenderung pasif untuk bertanya atau mengajukan pendapat.

6. Rendahnya aktivitas belajar siswa kelas IV Daud SD Muhammadiyah Metro Pusat.

7. Rendahnya persentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas IV Daud SD Muhammadiyah Metro Pusat hanya sebesar 38.89% atau 14 orang siswa yang telah mencapai KKM (75).

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, dapat dirumuskan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya aktivitas belajar siswa kelas IV Daud SD Muhammadiyah Metro Pusat.

2. Rendahnya hasil belajar siswa kelas IV Daud SD Muhammadiyah Metro

Pusat.

3. Penggunaan metode pembelajaran PQ4R.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah aktivitas belajar siswa dapat meningkat dengan

menerapkan metode pembelajaran PQ4R di kelas IV Daud SD Muhammadiyah Metro Pusat?


(26)

2. Bagaimanakah hasil belajar siswa dapat meningkat dengan menerapkan metode pembelajaran PQ4R di kelas IV Daud SD Muhammadiyah Metro Pusat?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan metode pembelajaran PQ4R kelas IV Daud SD Muhammadiyah Metro Pusat.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa dengan metode pembelajaran PQ4R kelas IV Daud SD Muhammadiyah Metro Pusat.

F. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini dapat diuraikan secara teoritis dan praktis:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pustaka kependidikan khususnya bidang ke SD-an dengan penerapan metode-metode pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

2. Manfaat praktis a. Bagi siswa

1) Dapat meningkatkan aktivitas belajar khususnya siswa kelas IV Daud SD Muhammadiyah Metro Pusat.


(27)

2) Dapat meningkatkan hasil belajar khususnya siswa kelas IV Daud SD Muhammadiyah Metro Pusat.

b. Guru

1) Dapat memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas IV Daud SD Muhammadiyah Metro Pusat.

2) Dapat menambah wawasan dan pengetahuan guru dalam

menggunakan metode pembelajaran berupa metode pembelajaran PQ4R untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV Daud SD Muhammadiyah Metro Pusat.

3) Memberikan motivasi kepada guru untuk lebih terampil dan kreatif dalam melakukan dan mengembangkan perangkat pembelajaran.

c. Sekolah

Merupakan bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan melalui penggunaan metode pembelajaran PQ4R sebagai salah satu inovasi metode pembelajaran. d. Peneliti

Dapat meningkatkan pengetahuan serta wawasan peneliti dalam menerapkan metode pembelajaran PQ4R pada pembelajaran tematik, sehingga menjadi guru yang profesional dan memiliki kredibilitas tinggi.


(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Metode Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review (PQ4R) 1. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode merupakan salah satu strategi atau cara yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yang hendak dicapai, semakin tepat metode yang digunakan oleh seorang guru maka pembelajaran akan semakin baik. Metode berasal dari kata methodos dalam bahasa Yunani yang berarti cara atau jalan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 740) mengartikan bahwa metode merupakan cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Secara harfiah metode berarti cara dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Suprihatiningrum (2013: 282) mengemukakan bahwa metode merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran, operasionalisasi diri strategi pembelajaran dalam menyiasati perbedaan individual siswa, meningkatkan motivasi belajar, serta meningkatkan daya serap materi bagi siswa dan kelompok. Djamarah dan Zain (2010:


(29)

75) mengemukakan bahwa metode dapat diartikan sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan.

Dari beberapa definisi para ahli di atas penulis menyimpulkan bahwa metode merupakan cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.

2. Jenis-jenis Metode Pembelajaran

Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar mengajar, dapat dipahami bahwa penggunaan metode yang tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Menurut Suprijono (2010: 103-111) mengemukakan bahwa jenis-jenis metode pembelajaran yang dapat diterapkan, diantaranya yaitu (1) metode PQ4R, yaitu metode yang dikembangkan agar siswa dapat membaca efektif melalui kegiatan Preview (peserta didik menemukan ide-ide pokok dalam bacaan), Question (peserta didik merumuskan pertanyaan-pertanyaan untuk dirinya sendiri), Read (peserta didik membaca keseluruhan bacaan untuk mencari jawaban terhadap semua pertanyaan yang telah dirumuskannya), Reflect (peserta didik melakukan refleksi dengan cara memahami apa yang telah dibacanya), Recite

(peserta didik merenungkan kembali informasi yang telah dipelajari), dan Review (peserta didik merumuskan kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukannya), (2) metode catatan terbimbing (Guided Note Taking), yaitu metode yang dikembangkan


(30)

agar metode ceramah yang dibawakan oleh guru mendapat perhatian siswa, (3) metode Snowball Drilling, yaitu metode yang dikembangkan untuk menguatkan pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari membaca bahan-bahan bacaan, (4) metode Concept Mapping, yaitu metode untuk menguatkan pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap bahan-bahan yang telah dibacanya dengan mengggunakan peta konsep, (5) metode Giving Question and Getting Answer, yaitu metode yang dikembangkan untuk melatih peserta didik memiliki kemampuan dan keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan, dan (6) metode

Talking Stick, yaitu metode yang dikembangkan untuk mendorong pserta didik untuk berani mengemukakan pendapat.

Dari beberapa metode pembelajaran tersebut, salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran di sekolah dasar yaitu metode PQ4R karena metode ini dapat menumbuhkan cara berfikir kritis dan mengingat apa yang siswa baca serta dapat memicu proses belajar aktif.

3. Pengertian Metode PQ4R

Kegiatan belajar bersama dapat membantu memicu belajar aktif. Apa yang didiskusikan siswa dengan teman-temannya dan apa yang diajarkan siswa kepada teman-temannya memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi pelajaran.

Salah satu metode yang dapat diterapkan adalah metode pembelajaran PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, dan

Rewiew). Metode pembelajaran PQ4R merupakan rangkaian inovasi dari pendekatan konstruktivis dalam belajar dikembangkan oleh oleh Thomas dan Robinson (Trianto 2010: 151).


(31)

Menurut Trianto (2010: 150) metode pembelajaran PQ4R adalah salah satu bagian dari strategi elaborasi. Metode pembelajaran PQ4R dapat digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang siswa baca dan dapat membantu proses belajar mengajar di kelas yang dilaksanakan dengan membaca buku pelajaran secara berkelompok. Siswa diminta untuk mengeksplorasi kemampuannya membuat struktur berpikir sebelum membaca dengan menyusun pertanyaan-pertanyaan yang menjadi acuan bagi siswa untuk menggali informasi yang dibutuhkan dari teks bacaan. Kemudian siswa secara mandiri membaca teks sembari mencari jawaban dari pertanyaan yang telah dibuatnya.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran PQ4R adalah suatu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu memahami dan mengingatkan materi yang mereka baca serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengalaman awal dalam belajar melalui aktivitas membaca.

Metode pembelajaran PQ4R akan lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca sebagai sebuah proses interaktif antara bahasa dan fikiran. Hal inilah yang kemudian diharapkan dapat tercapai, sehingga tidak hanya siswa-siswa tertentu saja yang aktif, namun seluruh siswa yang mengikuti diskusi dapat aktif dalam bekerjasama dalam memecahkan masalahnya.

4. Kelebihan dan Kelemahan Metode PQ4R

Metode pembelajaran PQ4R memiliki kelebihan dan kelemahan seperti halnya metode-metode pembelajaran yang lainnya. Puspita,


(32)

2012(dalam http://www.kajianpustaka.com/2013/01/strategi-membaca-pq4r.html. 020114/13:30) mengemukakan bahwa:

a. Kelebihan strategi PQ4R, yaitu:

1) Sangat tepat digunakan dalam pengajaran pengetahuan yang bersifat deklaratif berupa konsep-konsep, definisi, kaidah-kaidah, dan pengetahuan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

2) Dapat membantu siswa yang daya ingatannya lemah untuk menghapal konsep-konsep pelajaran.

3) Mudah diterapkan pada semua jenjang pendidikan.

4) Mampu membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan

proses bertanya dan mengomunikasikan pengetahuannya 5) Dapat menjangkau materi pelajaran dalam cakupan yang luas.

b. Kekurangan metode PQ4R

1) Tidak tepat diterapkan pada pengajaran pengetahuan yang bersifat prosedural seperti pengetahuan keterampilan.

2) Sangat sulit dilaksanakan jika sarana seperti buku siswa (buku paket) tidak tersedia di sekolah.

3) Tidak efektif dilaksanakan pada kelas dengan jumlah siswa yang telalu besar karena bimbingan guru tidak maksimal terutama dalam merumuskan pertanyaan.

Berdasarkan kelebihan dan kekurangan yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadikan penggunaan metode PQ4R ini berjalan baik guru perlu benar-benar memahami siswa di dalam kelas agar dapat meminimalisir kekurangan dalam penggunaan metode ini. Untuk itu guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang.

5. Langkah-langkah Metode PQ4R

Setiap guru di sekolah berharap dapat membuat siswanya aktif saat proses pembelajarannya berlangsung. Namun para guru juga perlu dibekali dengan pengetahuan mengenai metode yang ingin digunakan.

Menurut Suprijono (2010: 103) langkah-langkah metode pembelajaran PQ4R adalah sebagai berikut:


(33)

a. P- Preview (peninjauan)

Siswa menemukan ide-ide pokok yang dikembangkan dalam bahan bacaan. Pelacakan ide pokok dilakukan dengan membiasakan siswa membaca selintas dan cepat bahan bacaan. b. Q- Question (bertanya)

Peserta didik merumuskan pertanyaan-pertanyaan untuk dirinya sendiri. Pertanyaan dapat dikembangkan dari yang sederhana menuju pertanyaan yang kompleks.

c. R- Read (membaca)

Siswa membaca secara detail dari bahan bacaan yang dipelajarinya.

d. R- Reflect (merefleksi)

Selama membaca siswa harus melakukan refleksi. Siswa mencoba memahami apa yang dibacanya.

e. R- Recite (merenungkan)

Pada tahap ini siswa diminta merenungkan kembali informasi yang telah dibacanya baik secara tulisan ataupun lisan.

f. R- Review (memeriksa)

Siswa merumuskan kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukannya.

Selanjutnya menurut Trianto (2010: 151) langkah-langkah metode pembelajaran PQ4R adalah sebagai berikut:

a. P- Preview (peninjauan)

Pembelajaran diawali dengan siswa membaca selintas dengan cepat bahan bacaan. Fokus preview adalah peserta didik menemukan ide-ide pokok yang dikembangkan dalam bacaan. b. Q- Question (bertanya)

Langkah kedua adalah siswa merumuskan pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri untuk setiap pasal yang ada pada bahan bacaan siswa.. Pertanyaan itu meliputi apa, siapa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana atau 5W 1H (what, who, where, when, why, and how).


(34)

c. R- Read (membaca)

Langkah ketiga, siswa membaca secara detail dari bahan-bahan bacaan yang dipelajarinya.Pada tahap ini siswa diarahkan mencari jawaban terhadap semua pertanyaan yang telah dirumuskannya.

d. R- Reflect (merefleksi)

Langkah keempat, siswa diminta untuk tidak hanya cukup mengingat atau menghafal tetapi untuk memahami informasi yang telah dipresentasikan.

e. R- Recite (merenungkan)

Langkah kelima adalah siswa diminta untuk merenungkan (mengingat) kembali informasi yang telah dipelajari dengan menyatakan butir-butir penting dengan nyaring dan dengan menanyakan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan.

f. R- Review (memeriksa)

Pada langkah terakhir ini siswa diminta untuk membaca catatan singkat (inti sari) yang telah dibuatnya, mengulang kembali seluruh isi bacaan bila perlu dan sekali lagi menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

Dari pendapat para ahli di atas penulis menyimpulkan bahwa tahap pelaksanaannya metode pembelajaran PQ4R diawali (1) Preview

(peninjauan); tahap untuk menemukan ide-ide pokok yang

dikembangkan dalam bahan bacaan dengan membaca selintas dan cepat, (2) Question (merumuskan pertanyaan); tahap membuat


(35)

pertanyaan-pertanyaan untuk dirinya sendiri, (3) Read (membaca); tahap membaca secara detail dari bahan bacaan yang dipelajarinya, (4) Reflect

(melakukan refleksi); tahap memahami bahan bacaan yang telah dibaca, (5) Recite (mengendapkan dan mengingat kembali); tahap seseorang mengendapkan apa yang telah dipelajari, dan (6) Review (membuat rangkuman); tahap merumuskan inti sari dari bahan yang telah dibacanya.

Dengan kondisi seperti yang telah dikemukakan di atas, pembelajaran dengan metode PQ4R diharapkan dapat berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

B. Belajar

1. Aktivitas Belajar

Aktivitas berkaitan erat dengan proses pembelajaran. Aktivitas harus melibatkan seluruh aspek psikofisis siswa, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor (Hanafiah & Cucu Suhana, 2010: 23). Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 3) aktivitas yaitu kegiatan. Sedangkan Sardiman (2010: 100) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas selalu terkait.

Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Lebih lanjut


(36)

Kunandar (2010: 27) mengemukakan aktivitas belajar yaitu keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, fikiran, perhatian, dan aktivitas dalam

kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses

pembelajaran dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Berdasarkan beberapa pengertian aktivitas belajar menurut para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan kegiatan. Kegiatan tersebut yaitu kegiatan siswa yang bersifat fisik maupun mental baik sikap. Fikiran, perhatian, dan aktivitas selama proses pembelajaran guna menunjang keberhasilan belajar dan untuk mencapai tujuan belajar yang diharapkan.

Adapun indikator akivitas belajar siswa menurut Kunandar (2010: 27) yang ingin dicapai dalam penelitian ini meliputi memperhatikan penjelasan dari guru, bertanya pada guru, menjawab pertanyaan dari guru, memberikan pendapat, antusias dalam mengikuti semua tahapan pembelajaran tematik dengan menggunakan metode PQ4R, kerja sama dalam kegiatan diskusi kelompok, tidak mengganggu teman, dan menyimpulkan pembelajaran bersama dengan guru.

Selain itu, indikator akivitas belajar siswa berkenaan dengan metode pembelajaran PQ4R menurut Triyanto (2010: 154-155) yang

ingin dicapai dalam penelitian ini meliputi kegiatan Preview

(peninjauan) yakni siswa membaca selintas dengan cepat untuk menemukan ide pokok/tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, kegiatan Question (bertanya) yakni siswa memperhatikan penjelasan guru dan menjawab pertanyaan yang telah dibuatnya, kegiatan Read


(37)

(membaca) yakni siswa membaca secara aktif sambil memberikan tanggapan terhadap apa yang telah dibaca dan menjawab pertanyaan yang dibuatnya, kegiatan Reflect (merefleksi) yakni siswa mencoba memecahkan masalah dari informasi yang diberikan oleh guru dengan pengetahuan yang telah diketahui melalui bahan bacaan, kegiatan Recite

(merenungkan) yakni siswa menanyakan dan menjawab pertanyaan pertanyaann serta membuat inti sari, dan kegiatan Review (memeriksa) yakni siswa membaca inti sari yang telah dibuatnya dan membaca kembali bahan bacaan.

2. Pengertian Belajar

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan belajar hanya dialami oleh siswanya sendiri. Belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 17) adalah kata pembelajaran berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau diturut, sedangkan pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sunaryo (Komalasari, 2010: 2) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Sudah barang tentu tingkah laku tersebut adalah tingkah laku yang positif, artinya untuk mencari kesempurnaan hidup.

Selain itu, Bruner (Trianto, 2010: 15) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa membangun pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimiliki. Belajar


(38)

menurut pandangan konstruktivistik, merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh pembelajar.

Belajar merupakan proses perubahan dalam diri seseorang, yang semula tidak tahu menjadi tahu dan yang tidak bisa menjadi bisa. Sejalan dengan itu Gagne (Suprijono, 2010: 2) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seorang secara alamiah.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas terlihat bahwa teori tersebut memiliki perbedaan. Namun begitu dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu tindakan yang kompleks dimana siswa yang mencari dan menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan, sehingga mereka benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuannya tersebut. Pengetahuan tersebut akibat dari pengalaman-pengalaman yang bermakna yang dialami siswa yang berlangsung relatif lama.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar didapatkan dari suatu interaksi belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar yang merupakan bukti dari usaha yang telah dilakukan. Menurut Hamalik (2002: 155) hasil belajar tampak sebagai terjadinya


(39)

perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Sejalan dengan itu Bloom (Sagala, 2010: 34) menyatakan perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil belajar meliputi perubahan dalam kawasan (domain) kognitif, afektif, dan psikomotor, beserta tingkatan kognitif dan aspek-aspeknya. Terdapat enam tingkatan ranah kognitif, yaitu dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pada ranah afektif, terdapat lima tingkatan ranah, yaitu menerima, menanggapi, menilai, mengelola, dan menghayati, sedangkan pada ranah psikomotor, terdapat empat tingkatan ranah yaitu, peniruan, manipulasi, pengalamiahan, dan artikulasi. Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya.

Berdasarkan Kemendikbud (2013: 33) tentang Kompetensi Inti (KI) di Sekolah Dasar dikemukakan bahwa:

a. Kompetensi pengetahuan (kognitif) yaitu memahami

pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.

b. Kompetensi sikap (afektif) yaitu menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya.

1) Jujur adalah perilaku untuk menjadikan seorang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

2) Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh terhadap peraturan.

3) Tanggungjawab, adalah sikap seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai makhluk sosial, individu dan sebagai mahluk Tuhan yang Maha Esa.


(40)

4) Santun adalah sikap baik dalam pergaulan dari segi bahasamaupun perilaku.

5) Peduli adalah sikap seseorang dalam memberikan

tanggapan dari suatu perbedaan.

6) Percaya diri adalah kondisi mental sesorang yang

memberikan keyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak.

c. Kompetensi keterampilan (psikomotor) yaitu menyajikan

pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar yaitu sesuatu yang diperoleh siswa setelah mengalami proses belajar mengajar. Hasil belajar tersebut ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku pada domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa.

Adapun indikator hasil belajar yang ingin dicapai dalam penelitian ini dari kompetensi pengetahuan siswa, meliputi pengetahuan, pemahaman, dan analisis yang diperoleh dari tes formatif di akhir tiap siklusnya. Menurut Kemendikbud (2013: 71) kompetensi sikap dinilai pada sikap percaya diri siswa dengan indikator meliputi berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu, tidak mudah putus asa, tidak canggung dalam bertindak, berani presentasi di depan kelas, dan berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan. Indikator kompetensi keterampilan meliputi mengajukan pertanyaan kepada responden untuk memperoleh informasi, pertanyaan singkat, jelas, dan mudah dimengerti, berani mengomunkasikan kesimpulan, menyajikan informasi sesuai sumber data atau pengalamannya, dan menyajikan informasi dengan bahasa yang jelas dan singkat.


(41)

4. Teori Belajar

Belajar merupakan proses bagi manusia untuk menguasai berbagai pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Proses belajar dimulai sejak manusia masih bayi sampai sepanjang hayatnya. Banyak teori tentang belajar yang telah dikembangkan oleh para ahli, diantaranya yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme.

a. Teori belajar behaviorisme

Perspektif behaviorisme pertama kali dikemukakan oleh Ivan Pavlov pada tahun 1927, seorang fisiologist Rusia, dan selanjutnya dikembangkan oleh Skinner pada tahun 1953.

Menurut Winataputra (2008: 2.5) mengemukakan bahwa

„belajar‟ pada teori behaviorisme merupakan perubahan perilaku,

khususnya perubahan kapasitas siswa untuk berperilaku (yang baru) sebagai hasil belajar, bukan sebagai hasil proses pematangan (atau pendewasaan) semata. Belajar diartikan pula sebagai perubahan tingkah laku hasil interaksi antara stimulus dan respon, yaitu proses manusia untuk memberikan respon tertentu berdasarkan stimulus yang datang dari luar.

Pada dasarnya perspektif behaviorisme menjelaskan bahwa seseorang akan berubah perilakunya (belajar) apabila dia berada dalam suatu kondisi belajar yang meregulasi perilaku. Menurut Suprijono (2010: 17) perilaku dalam pandangan behaviorisme adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dapat dilihat secara langsung. Perilaku tersebut dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati bukan melalui proses mental.

Lapono, dkk (2008: 1.15) mengemukakan bahwa konsep dasar belajar dalam teori Behaviorisme didasarkan pada pemikiran bahwa belajar merupakan salah satu jenis perilaku


(42)

(behavior) individu atau peserta didik yang dilakukan secara sadar. Individu berperilaku apabila ada rangsangan (stimuli), sehingga dapat dikatakan peserta didik akan belajar apabila menerima rangsangan dari guru.

Teori behaviorisme sering disebut stimulus-respons (S-R) psikologis yang artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh penghargaan atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Proses stimulus-respons terdiri dari beberapa unsur, yaitu dorongan (drive), stimulus atau rangsangan, respons, dan penguatan (reinforcement).

Teori belajar behaviorisme sangat menekankan pada hasil belajar (outcome), yaitu perubahan tingkah laku yang dapat dilihat, dan tidak begitu memperhatikan apa yang terjadi dalam otak manusia karena hal tersebut tidak dapat dilihat.

b. Teori belajar kognitif

Teori ini dikemukakan oleh Jean Piaget, yang memandang individu sebagai struktur kognitif, peta mental, skema atau jaringan konsep guna memahami dan mmenanggapi pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan. Perspektif teori belajar kognitif, belajar merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata hampir dalam setiap peristiwa belajar. Menurut Suprijono (2010: 22) teori kognitif menekankan belajar sebagai proses internal.

Prinsip teori psikologi kognitif adalah bahwa setiap orang dalam bertingkah laku dan mengerjakan segala sesuatu senantiasa dipengaruhi oleh tingkat-tingkat perkembangan dan pemahaman atas dirinya sendiri. Teori belajar kognitif dibentuk dengan tujuan mengkonstruksi prinsip-prinsip belajar secara


(43)

ilmiah Hasilnya berupa prosedur-prosedur yang dapat diterapkan pada situasi kelas untuk mendapatkan hasil yang sangat produktif (Winataputra, 2008: 3.4)

.

Menurut Lapono, dkk (2008: 1.23) struktur mental individu berkembangan sesuai dengan tingkatan perkembangan kognitif seseorang. Semakin tinggi tingkat perkembangan kognitif seseorang semakin tinggi pula kemampuan dan keterampilannya dalam memproses berbagai informasi atau pengetahuan yang diterimanya dari lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Tekanan utama psikologi kognitif adalah struktur kognitif, yaitu perbendaharaan pengetahuan pribadi individu yang mencakup ingatan jangka panjang (long-term memory).

c. Teori belajar konstruktivisme

Konstruktivisme dikemukakan oleh Vygotsky bahwa pengertian ilmiah tidak dating dalam bentuk yang jadi pada seorang anak melainkan mengalami perkembangan bergantung pada tingkat kemampuan anak untuk menangkap sesuatu model pengertian ilmiah tersebut. Memaknai belajar sebagai proses mengkonstruksi pengetahuan melalui proses internal seseorang dan interaksi dengan orang lain. Dengan demikian hasil belajar akan dipengaruhi oleh kompetensi dan struktur intelektual sesorang. Menurut Suprijono (2010: 30) gagasan konstruktivisme mengenai pengetahuan adalah sebagai berikut:

1) Pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek.


(44)

2) Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur yang perlu untuk pengetahuan.

3) Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep sesorang.

Struktur konsep membentuk pengetahuan jika konsep itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang.

Pengetahuan menurut konstruktivisme bersifat subjektif, bukan objektif. Pengetahuan tidak pernah tunggal. Pengetahuan merupakan realitas plural. Semua pengetahuan adalah hasil konstruksi dari kegiatan atau tindakan sesorang. Teori konstruktivisme menekankan pada belajar autentik bukan artifisial yang berarti belajar bukan sekedar mempelajari teks-teks (tekstual), terpenting ialah bagaimana menghubungkan teks itu dengan kondisi nyata atau kontekstual.

Menurut Lapono, dkk (2008: 1.25) mengemukakan bahwa konsep dasar belajar menurut teori belajar konstruktivisme adalah pengetahuan baru dikonstruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya.

Menurut Winataputra (2008: 6.15) perspektif konstruktivisme pembelajaran dimaksudkan untuk mendukung proses belajar yang aktif yang berguna untuk membentuk pengetahuan dan pemahaman. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.

Berdasarkan penjelasan ahli di atas penulis menyimpulkan bahwa teori belajar behaviorisme lebih memperhatikan tingkah laku yang teramati, dan teori belajar kognitivisme lebih memperhatikan tingkah laku dalam memproses informasi atau pengetahuan yang sedang dipelajari peserta didik tanpa mempertimbangkan pengetahuan atau informasi yang telah dikuasai sebelumnya. Sedangkan teori belajar


(45)

konstruktivisme berangkat dari asumsi bahwa peserta didik memiliki kemampuan untuk membangun pengetahuan yang baru berdasarkan pengatahuan yang telah dikuasainya sebelumnya.

Adapun teori yang melandasi metode pembelajaran PQ4R adalah teori konstruktivisme. Hal ini dikarenakan teori konstruktivisme menekankan bahwa dalam kegiatan belajar siswa membangun pengetahuannya sendiri dan guru berperan sebagai fasilitator. Di samping itu teori konstruktivisme ini menekankan pada belajar autentik dan proses sosial.

5. Pengertian Pembelajaran

Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Selanjutnya pembelajaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Menurut Kimble dan Garmezi (Thobroni dan Arif, 2012: 18) pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang-ulang. Pembelajaran memiliki makna bahwa subjek belajar harus dibelajarkan bukan diajarkan.

Lebih lanjut menurut Komalasari (2010: 3) pembelajaran adalah


(46)

didik/pembelajaran yang direncanakan atau didesain dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Pada pengajaran guru mengajar, peserta didik belajar, sementara pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang memungkinkan guru dapat mengajar dan siswa dapat menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru secara sistematika dan saling mempengaruhi dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada suatu lingkungan belajar.

C. Kinerja Guru

Guru merupakan suatu profesi atau jabatan fungsional dalam bidang pendidikan dan pembelajaran atau seseorang yang menduduki dan melaksanakan tugas dalam bidang pendidikan dan pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Indonesia Pasal 39 ayat 3 menyatakan bahwa pendidik yang mengajar pada satuan pendidikan dasar dan menengah disebut guru.

Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, maka seorang guru harus mempunyai sejumlah kompetensi atau menguasai sejumlah pengetahuan, sikap, keterampilan yang terkait dengan bidang tugasnya.


(47)

Sebagaimana dijelaskan pada Permendiknas No.16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Pasal 1 ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional. Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru dapat mencakup kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional.

Rusman (2012: 50) kinerja guru merupakah wujud perilaku guru dalam proses pembelajaran, yang dimulai dari merencanakan pembelajaran, melaksankan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar. Hal tersebut sejalan dengan Depdiknas (2008: 21) yang menyatakan bahwa hal yang berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar. Menurut Rusman (2012: 54-56), kemampuan pokok yang harus dimiliki oleh setiap guru adalah sebagai berikut:

a. Kompetensi pedagogik, yaitu meliputi pemahaman guru

pemahaman guru terhadap peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki siswa.

b. Kompetensi kepribadian, yaitu guru dituntut harus mampu

membelajarkan kepada siswanya tentang kedisiplinan diri, belajar membaca, menghargai waktu, mematuhi aturan/ tata tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat.

c. Kompetensi sosial, yaitu guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Dalam kemampuan sosial ini meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, kerja sama,bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan.

d. Kompetensi professional, yaitu guru memiliki tugas untuk

mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah segala kegiatan guru baik kegiatan mendidik, mengajar,


(48)

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik yang dilandasi dengan kecakapan dan kompetensi seorang guru. Kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional.

Menurut Kemendikbud, (2013: 195-197) menyebut aspek yang diamati dalam praktik guru menggunakan pembelajaran tematik dengan pendekatan

scientific selama proses pembelajaran yaitu:

a. Pada kegiatan pendahuluan guru memberikan apersepsi, motivasi, dan penyampaian kompetensi dan rencana kegiatan.

b. Pada kegiatan inti, guru mampu menguasai materi pelajaran, penerapan strategi pembelajaran yang mendidik, penerapan

pendekatan scientific, penerapan pembelajaran tematik,

pemanfaatan sumber belajar/media dalam pembelajaran, pelibatan peserta didik dalam pembelajaran, penggunaan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran.

c. Pada kegiatan penutup, guru menutup pembelajaran dengan

melakukan refleksi, tes lisan atau tulisan, pengumpulan hasil kerja, dan melaksanakan tindak lanjut.

Selain itu menurut Triyanto (2010: 154-155) kinerja guru dalam metode pembelajaran PQ4R dapat diamati dengan melihat aspek sebagai berikut (1) kegiatan Preview (peninjauan) yaitu guru memberikan bahan bacaan kepada siswa untuk dibaca dan menginformasikan kepada siswa bagaimana menemukan ide pokok/tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, (2) kegiatan Question (bertanya), yaitu guru menginformasikan kepada siswa agar memperhatikan makna dari bacaan dan memberikan tugas kepada siswa untuk membuat pertanyaan dari ide pokok yang ditemukan dengan menggunakan kata apa, mengapa, siapa, dan bagaimana, (3) kegiatan Read

(membaca), yaitu guru memberikan tugas kepada siswa untuk membaca dan menanggapi/menjawab pertanyaan yang telah disusun sebelumnya, (4)


(49)

kegiatan Reflect (merefleksi), yaitu guru mensimulasikan atau menginformasikan materi yang ada pada bahan bacaan, (5) kegiatan Recite

(merenungkan), yaitu guru meminta siswa membuat intisari dari seluruh pembahasan pelajaran yang dipelajari hari ini, dan (6) kegiatan Review

(memeriksa), yaitu guru menugaskan siswa membaca inti sari yang dibuatnya dari rincian ide pokok yang ada dalam benaknya dan meminta siswa membaca kembali bahan bacaan, jika masih belum yakin dengan jawabannya.

D. Kurikulum 2013

1. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach)

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach).

Kemendikbud (2013: 206) menjelaskan bahwa pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode ilmiah, dengan tujuan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

Proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013 harus menyentuh tiga ranah, yaitu ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggali transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang

„mengapa‟ pada ranah keterampilan menggali transformasi substansi


(50)

pada ranah pengetahuan menggali transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik „tahu apa‟.

Proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu.

Menurut Kemendikbud (2013: 228-230) langkah-langkah

Pembelajaran pendekatan ilmiah dalam Kurikulum 2013 dijelaskan sebagai berikut:

a. Mengamati (Observing)

Kegiatan mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.

b. Menanya (Questioning)

Kegiatan bertanya guru mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya,


(51)

pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik.

c. Menalar (Associating)

Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif, dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru.

d. Mencoba (Experimenting)

Hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Selain itu peserta didik pun harus

memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan

pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.

e. Membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran (Networking) Pembelajaran kolaboratif kewenangan guru fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing.


(52)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan ilmiah pada semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Selain itu pendekatan ilmiah dalam proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013 harus menyentuh tiga ranah, yaitu kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

2. Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik sebagai suatu konsep dapat diartikan sebagai pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna pada siswa.

Menurut Kemendikbud (2013: 192) mengemukakan bahwa

pembelajaran tematik menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik karena peserta didik dalam memahami berbagai konsep yang mereka pelajari selalu melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasainya.

Sejalan dengan itu, Rusman (2010: 255) mengemukakan bahwa pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun


(53)

kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik.

Menurut Kemendikbud (2013, 193-194) menjelaskan pembelajaran tematik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Berpusat pada anak

b. Memberikan pengalaman langsung pada anak

c. Pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu jelas (menyatu dalam satu pemahaman dalam kegiatan)

d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam satu proses pembelajaran (saling terkait antara mata pelajaran yang satu dengan lainnya)

e. Bersifat luwes (keterpaduan berbagai mata pelajaran)

f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan

kebutuhan anak (melalui penilaian proses dan hasil belajarnya) Lebih lanjut Kemendikbud (2013: 194) menjelaskan bahwa anak pada usia Sekolah Dasar berada pada tahapan operasi konkret, mulai menunjukkan perilaku yang mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, mulai berpikir secara

operasional, mempergunakan cara berpikir operasional untuk

mengklasifikasikan benda-benda, membentuk dan mempergunakan

keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan

mempergunakan hubungan sebab akibat. Oleh karena itu pembelajaran yang tepat adalah dengan mengaitkan konsep materi pelajaran dalam satu kesatuan yang dipusat pada tema adalah yang paling sesuai.

Menurut Rusman (2010: 258) dengan adanya tema dalam

pembelajaran tematik akan memberikan banyak keuntungan,


(54)

a. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu;

b. Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan

berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama;

c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;

d. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan

mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;

e. Siswa dapat lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas;

f. Siswa dapat lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain;

g. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan,waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pentapan, atau pengayaan.

Pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama siswa dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan Poerwadarminta (Rusman, 1983: 257). Tujuan dari adanya tema ini bukan hanya untuk menguasai konsep-konsep dalam suatu mata pelajaran, akan tetapi juga keterkaitannya dengan konsep-konsep dari mata pelajaran lainnya.

Pembelajaran tematik berorientasi pada praktik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa. Kemendikbud (2013, 193) menjelaskan pembelajaran tematik berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat


(55)

belajar, karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan bermakna bagi peserta didik.

Pendekatan pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Fokus perhatian dalam pembelajaran tematik terletak pada proses yang ditempuh oleh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya.

3. Penilaian Autentik (Authentic Assesment)

Penilaian merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran. Menurut Komalasari (2010: 145) penilaian adalah suatu kegiatan mengumpulkan informasi sebagai bukti untuk dijadikan dasar menetapkan terjadinya perubahan dan derajat perubahan yang telah dicapai sebagai hasil belajar peserta didik.

Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Kemendikbud (2013: 240) menjabarkan penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran.

Husamah dan Setyaningrum (2013: 126) mengemukakan bahwa penilaian autentik adalah asesmen yang melibatkan siswa di dalam tugas-tugas otentik yang bermanfaat., penting dan bermakna. Sejalan dengan itu Komalasari (2010: 148) menjelaskan penilaian otentik adalah

suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks “dunia nyata”, yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk


(56)

memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan. Lebih lanjut Resmini, dkk (2006: 77) penilaian otentik adalah salah satu bentuk asesmen alternatif yang teknik pengukurannya meminta siswa untuk

mengaplikasikan pengetahuan atau menunjukkan keterampilan

sebagaimana pengetahuan atau keterampilan itu dipakai di dunia nyata. Dari pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa penilaian autentik adalah suatu bentuk penilaian yang dilakukan secara komprehensif yang melibatkan siswa di dalam tugas-tugas otentik yang bermanfaat dan digunakan untuk menggambarkan kondisi siswa yang sebenarnya sesuai dengan fakta atau kenyataan yang ada.

Depdiknas (Komalasari, 2010: 149-150) menjabarkan fungsi penilaian otentik sebagai berikut:

a. Menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah

menguasai suatu kompetensi.

b. Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka

membantu peserta didik memahami kemampuan dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian, maupun penjurusan (sebagai bimbingan).

c. Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis pendidik menentukan apakah seseorang perlu mengikuti remedial atau pengayaan.

d. Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajran

yang sedang berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya.

e. Sebagai kontrol bagi pendidik dan satuan pendidikan tentang kemajuan perkembangan peserta didik.

Melalui penilaian otentik ini diharapkan berbagai informasi yang absah/benar dan akurat dapat terjaring berkaitan dengan apa yang benar-benar diketahui dan dapat dilakukan oleh siswa. Pada penilaian otentik


(57)

pun mendorong peserta didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru.

Teknik pengumpulan informasi pada dasarnya adalah cara penilaian kemajuan belajar siswa terhadap pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Beberapa teknik dan instrumen penilaian otentik disajikan berikut ini menurut Permendikbud No. 66 Tahun 2013:

a. Penilaian kompetensi sikap

1) Observasi, dengan instrumen yang digunakan adalah

pedoman observasi.

2) Penilaian diri, dengan instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.

3) Penilaian antarpeserta, dengan instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik.

4) Jurnal.

b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan

1) Tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran.

2) Tes lisan berupa daftar pertanyaan.

3) Penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.

c. Penilaian Kompetensi Keterampilan

1) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi.

2) Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.

3) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya

tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang

mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap


(58)

Dengan demikian, penilaian otentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda. Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di mana peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif. Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka.

Pada penelitian ini penulis menilai hasil belajar siswa melalui metode pembelajaran PQ4R menggunakan penilaian otentik. Pada penilaian kompetensi pengetahuan, teknik tes digunakan untuk menilai kompetensi pengetahuan atau hasil belajar kognitif. Sedangkan teknik non tes digunakan untuk menilai penilaian kompetensi sikap percaya diri siswa dan penilaian kompetensi keterampilan dengan menggunakan lembar observasi.

E. Kerangka Pikir

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang mewajibkan kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan scientific. Pendekatan Scientific

merupakan salah satu pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk merangsang kemampuan berfikir siswa dalam memperoleh pengetahuan bermakna memlalui pembelajaran berbasis ilmiah. Pendekatan Scientific mencakup 3 ranah pembelajaran yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, dengan langkah sistematis meliputi kegiatan mengamati (observing), menanya (questioning), menalar (associating),


(59)

mencoba (experimenting), membentuk jaring sosial (networking.) Berdasarkan permasalahan yang ditemukan, peneliti melakukan identifikasi masalah untuk menemukan alternatif perbaikan yang dapat dilakukan. Banyak faktor yang menentukan keberhasilan belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran. Faktor-faktor tersebut, saling mempengaruhi dan memiliki kontribusi besar dalam mengoptimalkan tujuan belajar yang diharapkan.

Dalam penerapan metode pembelajaran PQ4R dengan pendekatan scientific

pada pembelajaran tematik, maka aktivitas dan hasil belajar siswa akan meningkat. Kerangka pikir dalam penelitian ini meliputi input, yaitu semua potensi yang menjadi bahan masukan, proses, yaitu suatu pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain dengan sengaja, dan output, yaitu hasil dari proses, menghasilkan hasil dan tentunya sesuai dengan harapan standar atau tujuan yang ditentukan.

Secara sederhana, kerangka pikir dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

1. Rendahnya aktivitas belajar siswa 2. Hasil belajar siswa rendah

Metode pembelajaran PQ4R dengan pendekatan

scientific yaitu dengan pembagian anggota kelompok, membaca selintas bacaan, merumuskan pertanyaan, membaca keseluruhan bacaan, memahami bacaan dengan mengingat kembali informasi yang telah dipelajari, membuat kesimpulan dari bacaan dan membaca ulang kembali intisari-intisari dari bacaan tersebut.

1. Aktivitas belajar siswa meningkat.

2. Terjadi peningkatan kompetensi pengetahuan secara klasikal

Input

Output Proses


(1)

G. Indikator Keberhasilan

Penerapan metode pembelajaran PQ4R ini dapat dikatakan berhasil apabila:

1. Adanya peningkatan aktivitas belajar siswa kelas IV Daud SD Muhammadiyah Metro Pusat, sehingga siswa yang aktif mencapai ≥75% dari jumlah siswa.

2. Pada akhir penelitian adanya peningkatan kompetensi pengetahuan secara klasikal sehingga hasil belajar yang tuntas mencapai ≥75% (KKM 75) dari jumlah siswa kelas IV Daud SD Muhammadiyah Metro Pusat.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas melalui penerapan metode pembelajaran PQ4R pada siswa kelas IV SD Muhammadiyah Metro Pusat dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan metode pembelajaran PQ4R dalam pembelajaran tematik dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal tersebut ditunjukkan pada siklus I nilai persentase jumlah siswa aktif dengan kategori “cukup aktif” meningkat pada siklus II dengan kategori “aktif”, dan pada siklus III jugan mengalami peningkatan dengan kategori “sangat aktif”.

2. Penerapan metode pembelajaran PQ4R dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan persentase klasikal kompetensi pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Kompetensi pengetahuan ketuntasan hasil belajar siswa siklus I yaitu 61.11%, pada siklus II mencapai 72.22%, dan pada siklus III mencapai 86.11%. Kompetensi sikap pada siklus I dengan persentase 52.78% dengan kategori “percaya diri”, pada siklus II dengan persentase 72.22% dengan kategori “percaya diri”, dan pada siklus III dengan persentase 88.89% dengan kategori “sangat percaya diri”. Dan kompetensi keterampilan siklus I


(3)

B. Saran

1. Kepada Siswa

Diharapkan agar siswa selalu aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat mempermudah memahami berbagai materi pembelajaran dan meningkatkan intensitas belajar dengan menerapkan metode pembelajaran PQ4R.

2. Kepada Guru

Diharapkan guru dapat memperhitungkan waktu yang tersedia agar semua rencana pembelajaran dapat terlaksana secara maksimal, guru lebih kreatif dalam menginovasi pembelajaran serta dapat memahami dan mencoba terlebih dahulu dalam mengunakan metode pembelajaran PQ4R maupun metode pembelajaran yang lain sebelum menerapkan metode tersebut dalam pembelajaran. Berani berinovasi untuk menerapkan model serta media pembelajaran yang kreatif, menarik,dan menyenangkan sehingga menghasilkan pembelajaran yang berkualitas.

3. Kepada Sekolah

Diharapkan agar sekolah dapat memberikan sarana dan prasarana guna untuk mengembangkan metode pembelajaran PQ4R sebagai inovasi dalam pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru-guru pada semua pembelajaran tematik sehingga dapat mengkatkan kualitas pembelajaran.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Andayani. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka.

Aqib, Zainal, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya. __________, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, &

TK. Bandung: Yrama Widya.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. 2008. Penilaian Kinerja Guru. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati dan Mujiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Hermawan, Asep Herry, dkk. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Herryanto, Nar, dkk. 2009. Struktur Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka. Husamah dan Yanur Setyaningrum. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis

Pencapaian Kompetensi Panduan Merancang Pembelajaran: untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Pustaka Raya.


(5)

Lapono, Nabisi, dkk. 2008. Belajar dan Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional.

Nasution, S. 2006. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Purwadaminta, WJS. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Puspita. 2012. Strategi Membaca.

(http://www.kajianpustaka.com/2013/01/strategi-membaca-pq4r.html Tanggal akses pada 2 Januari 2014 @ 13.30 WIB)

Putra, Satiava Rizema. 2013. Desain Belajar Mengejar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta: Dua Press.

Rahim, Farida. 2007. Membaca di Sekolah Dasar. Padang: PT.Bumi Aksara. ___________. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: PT.

Bumi Aksara.

Resmini, Novi dkk. 2006. Membaca dan Menulis di SD. Teori dan Pengajarannya. Bandung: UPI PRESS.

Resmini, Novi dkk. 2006. Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: UPI PRESS.

Riduwan. 2010. Metode dan Teknik Menyusun ProposalPenelitian. Bandung: Alfabeta.

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

_______. 2012. Model-model pembelajaran mengembangkan profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sangidu. 2004. Penelitian Sastra: Pendekatan, Teori, Metode, Teknik, dan


(6)

Sardiman. 2010. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algasindo.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.

Tim Penyusun. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Tim Penyusun. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta: Depdiknas.

____________. 2007. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

____________. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

____________. 2013. Modul Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud 2013.

Tobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruz Media.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Surabaya: Kencana.

Wardhani, IGAK dan Wihardit, K. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Widodo, Ari, dkk. 2010. Pendidikan IPA di Sekolah Dasar. Bandung: UPI PRESS.

Winataputra, Udin S, dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.


Dokumen yang terkait

Penerapan metode pembelajaran PQ4R (Preview, question, Read, Reflect, Review) dalam meningkatkan hasil belajar siswa :penelitian tindkan kelas di SMPN 3 Tangerang Selatan

2 36 231

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DAUD PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU SD MUHAMMADIYAH METRO PUSAT

1 11 74

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PQ4R (PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA KELAS VB SD NEGERI 064004 BELAWAN.

0 2 37

PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika Melalui Strategi Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review (PQ4R) (PTK Pada Siswa Kelas VIII A

0 0 16

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PQ4R ( Preview, Penerapan Strategi Pembelajaran PQ4R ( Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran Ipa Siswa Kelas V SD Negeri Karangdawa Kecamatan Warungpring

0 2 18

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PQ4R ( Preview, Question, Penerapan Strategi Pembelajaran PQ4R ( Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran Ipa Siswa Kelas V SD Negeri Karangdawa Kecamatan Wa

0 5 14

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI PENERAPAN MODEL PQ4R (PREVIEW, QUESTION, READ, Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Penerapan Model Pq4r (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Pada Siswa Kelas Iv Sdn

0 1 15

BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Metode Pembelajaran PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, - PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PQ4R (PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW ) TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII

0 3 30

BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Metode Pembelajaran PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, - PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PQ4R (PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW ) TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII DI S

0 0 11

PENERAPAN METODE PQ4R (PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MANUSIA KELAS VIII D SMP NEGERI 1 JAWAI KABUPATEN SAMBAS SKRIPSI

0 0 27