yang mampu memanfaatkan peluang. Orang yang mengubah
kegagalannya menjadi batu loncatan mampu memandang kekeliruan atau pengalaman negatifnya sebagai bagian dari hidupnya, belajar
darinya dan kemudian maju terus.
25
b. Pengertian Adversity Quotient
Maslah adalah suatu problem, sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995. Menurut
Taufik Pasiak 2002, seorang pakar otak dan pikiran mendefinisikan masalah sebagai suatu selisih antara apa yang dimiliki atau apa yang
telah dicapai dengan apa yang diinginkan atau dihadapkan. Adversity Quotient adalah kecerdasan yang berupa kemampuan
menghadapi kesulitan, bertahan dari kesulitan dan keluar dari kesulitan dalam keadaan sukses. AQ Adversity Quotient memiliki motto: how to
make a challenge becomes opportunity, yang berarti bahwa masalah bukanlah masalah tetapi bagaimana masalah tersebut diciptakan
sebagai peluang yang bagus.
26
Adversity Quotient adalah kecerdasan untuk mengatasi
kesulitan. Adversity Quotient
merupakan faktor yang dapat menentukan bagaimana, jadi atau tidaknya serta sejauh mana sikap
ataupun kemampuan dan kinerja seseorang akan terwujud di dunia.
25
Agung Webe, Recollection, Jakarta: PT ELEX MEDIA KOMPUTRINDO, 2007, Hal. 62
26
Komaruddin Hidayat, Politik Panjat Pinang, Jakarta: PT KOMPAS, 2006, Hlm. 4
Dalam Adversity Quotient hal pokok yang menjadi sorotan adalah seberapa jauh kemampuan seseorang untuk dapat bertahan
ketika menghadapi kesulitan dan dapat mengatasi kesulitan- kesulitannya.
27
Banyak orang yang menyerah sebelum bertanding ketika berhadapan dengan tantangan-tantangan hidup. Orang seperti ini tidak
akan pernah tahu seberapa besar usaha dan batas kemampuan yang benar-benar teruji.
28
Paul G Stolz, penemu teori AQ berdasarkan penelitiannya membagi 3 tingkatan AQ dalam masyarakat, yakni:
1 Tipe Quiters orang-orang yang berhenti Mereka ini adalah orang yang AQ-nya paling lemah ketika
menghadapi berbagai kesulitan hidup. Mereka berhenti dan menyerah ketika berhadapan dengan suatu kesulitan. Mereka juga
tidak memanfaatkan peluang, potensi diri dan kesempatan dalam hidup. Ia kan menderita dan pilu ketika menoleh ke belakang dan
melihat bahwa kehidupannya tidak optimal, kurang bermakna, banyak disia-siakan denagn boros dalam waktu dan hidup.
Akibatnya ia menjadi murung, sinis, pemarah, frustasi,
27
Sri Habsari, Bimbingan dan Konseling SMA, Jakarta: Grasindo, 2005, Hlm. 3
28
Tim Penulis LKS PAK BPK, Lembar Kerja Siswa, Jakarta: Gunung Mulia, 2008, Hlm. 48
menyalahkan semua orang disekelilingnya dan iri hati pada orang- orang yang terus mendaki kehidupan ini.
Orang yang berkarakter Quitter ini adalah para pekerja yang sekedar untuk bertahan hidup. Mereka ini gampang putus asa dan
menyerah di tengah jalan. Berikut ciri-ciri orang yang berkarakter Quitter:
a Menolak untuk mendaki lebih tinggi lagi b Gaya hidupnya tidak menyenangkan atau datar dan
tidak lengkap c Bekerja sekedar cukup untuk hidup
d Cenderung menghindari tantangan berat yang muncul dari komitmen yang sesungguhnya
e Jarang sekali memiliki persahabatan yang sejati f Mereka cenderung melawan atau lari dan cenderung
menolak dalam perubahan g Terampil dalam menggunakan kata-kata yang sifatnya
membatasi seperti tidak mau ,
mustahil , ini
konyol dan sebgainya. h Kemampuannya kecil atau bahkan tidak ada sama
sekali; mereka tidak memiliki visi dan keyakinan akan masa depan, kontribusinya sangat kecil.
2 Tipe Campers Orang-orang yang Berkemah
Mereka adalah orang-orang yang AQ-nya dalam tingkat sedang. Mereka giat mendaki tetapi di tengah perjalanan merasa bosan dan
merasa cukup dan mengakhiri pendakiannya dengan mencari tempat datar dan nyaman untuk membangun tenda perkemahan
hidup ini. Mereka menganggap sudah sukses dan memilih kehidupannya disitu dengan sia-sia. Gaya hidup Campers pada
mulanya kehidupannya penuh proses pendakian dan perjuangan. Tetapi, makin jauh ia mendaki ia memilih berbelok membangun
kemah di lereng gunung kehidupan. Alasan mereka karena mereka lelah mendaki, menganggap prestasi ini sudah cukup, senang
dengan ilusinya sendiri dan tentang apa yang sudah ada. Mereka tidak mau menengok apa yang mungkin terjadi.
29
3 Tipe Climbers Para pendaki sejati Meraka adalah orang-orang yang tingkat AQ-nya tinggi. Mereka
paham benar bahwa kehidupan sekarang ini adalah tempat ujian dan tempat pendakian untuk menuju kehidupan sesungguhnya di
hari akhir. Gaya hidup Climbers ialah menjalani hidup ini secara lengkap. Mereka yakin bahwa langkah-langkah kecil saat ini akan
29
Arvan Pradiansyah, You Are A Leader, Jakarta: PT ELEX MEDIA Komputindo, 2006, hal. 146
membawa kemajuan dan manfaat yang berarti. Pendaki sejati tidak akan lari dari tantangan dan kesulitan kehidupan.
30
c. Dimensi Adversity Quotient
Dimensi adversity quotient dapat diringkas kata CO2RE yaitu:
1 C adalah control, seberapa besar control yang anda rasakan saat anda dihadapkan pada persoalan yang sulit, bermusuhan dan
berlawanan? 2 O2 adalah Origin dan Ownership, siapa atau apa yang menjadi
asal-muasal suatu kesulitan? Dan sejauh mana anda berperan memunculkan kesulitan?
3 R adalah reach. Seberapa jauh suatu kesulitan akan merembes ke wilayah kehidupan anda yang lain?
4 E adalah endurance. Seberapa lama kesulitan akan berlangsung? Berapa lama penyebab kesulitan akan berlangsung?
31
d. Mengembangkan Adversity Quotient
Cara mengembangkan dan menerapkan adversity quotient dapat diringkas dalam kata LEAD yaitu:
1 L adalah listened dengar respon anda dan temukan sesuatu yang salah
30
Nunuk Murdiati Sulastomo, Scrambled Egg is Delicious, Jakarta:PT Gramedia, 2010, hlm. 157
31
Fahrizal Muhammad, Sekali Hidup Sepenuh Hati, Jakarta: ZAMAN, 2014, Hal. 274