Konflik Internal Partai Amanat Nasional (PAN) di Provinsi Lampung Tahun 2013 (Studi Kasus Pemberhentian Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN Abdurachman Sarbini)

(1)

Dewi Astriya

ABSTRACT

Internal Conflict On Amanat National Party (PAN) On Lampung Province In 2013 (Case Study Discharge Of Headman Council On Guidance District To

Abdurachman Sarbini On Amanat National Party)

By

DEWI ASTRIYA

Political party is the tool for public struggles to sit on administration formed from the same idelogy. But from the ideology of implemention is not enought for change observed in a party. It confirmed that on party have a conflict. It is has a case on discharge of headman council on guidance district to Abdurachman Sarbini on Amanat National Party Lampung Province. The aim of the research is a knowing what is cause a conflict toward soladarity cadre. The teory used in this research is public relations teory, negosiation of prinsip teory and identity teory. The research used kualitatif method with describtive approach. The result of the research refer to the factor couse the conflict on case study discharge of headman council on guidance district to Abdurachman Sarbini on Amanat National Party is the first there is unbelieve Amanat National Party to leading which have violated, the performance for Amanat National Party can’t be applyed with well and the promise can’t be real. The second there is no understanding Abdurachman Sarbini’s do as headman council on guidance district. The third there is importance Abdurachman Sarbini’s do where Amanat National Party used for get a high posisition of child’s Abdurachman Sarbini in the different party. Fourth, a bad communication in Amanat National Party. Fifth, there is identity threatened. On other hand, the conflict in the research has category as manifest conflict (public) anchored and real so that there is a resolving for handle coused and effect for this problem. Moreover, the influence of the conflict toward consolidation


(2)

Dewi Astriya

party is to create. The good alteration to Amanat National Party becouse to become motivasion for try all cadre to change condition to be good.

Key word: a political party, a coused conflict, a form of conflict and influence of conflict.


(3)

Dewi Astriya

ABSTRAK

KONFLIK INTERNAL PARTAI AMANAT NASIONAL (PAN) DI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013

(Studi Kasus Pemberhentian Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN Abdurachman Sarbini)

Oleh DEWI ASTRIYA

Partai politik adalah alat perjuangan masyarakat untuk menduduki pemerintahan yang terbentuk dari ideologi yang sama. Namun dalam pelaksanaannya ideologi yang sama tidak cukup untuk melihatkan perubahan dalam sebuah partai. Terbukti bahwa di dalam partai masih ada konflik, sebagaimana yang terjadi pada kasus pemberhentian Abdurachman Sarbini sebagai Ketua DPW PAN Provinsi Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab konflik, bentuk konflik dan pengaruh konflik terhadap solidaritas kader. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori hubungan masyarakat, teori negosiasi prinsip dan teori identitas. Penelitian ini mengunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor penyebab konflik dalam studi kasus pemberhentian Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN Abdurachman Sarbini adalah pertama, adanya rasa ketidakpercayaan Partai Amanat Nasional pada kepemimpinan yang banyak dilanggar, kinerja yang diperuntukan untuk Partai Amanat Nasional yang tidak mampu dijalankan dengan


(4)

Dewi Astriya

baik dan janji politik yang tidak ditepati. Kedua, adanya faktor ketidakpengertian yang dilakukan Abdurachman Sarbini sebagai Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW). Ketiga, adanya kepentingan yang dilakukan Abdurachman Sarbini dimana Partai Amanat Nasional digunakan untuk mendulang suara anaknya di partai yang berbeda dengannya. Keempat, komunikasi yang buruk yang terjalin di dalam Partai Amanat Nasional. Kelima, adanya identitas yang terancam. Sedangkan bentuk konflik yang terjadi dalam penelitian ini dikategorikan pada bentuk konflik manifest (terbuka) yang berakar dalam dan nyata sehingga perlu adanya penyelesaian untuk mengatasi akar penyebab dan efeknya. Selanjutnya, pengaruh konflik terhadap konsolidasi partai yaitu menciptakan perubahan yang baik untuk Partai Amanat Nasional karena menjadi motivasi seluruh kader untuk berusaha mengubah keadaan menjadi lebih baik.


(5)

(6)

KONFLIK INTERNAL PARTAI AMANAT NASIONAL (PAN) DI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013

(Studi Kasus Pemberhentian Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN Abdurachman Sarbini)

(Skripsi)

Oleh DEWI ASTRIYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(7)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR SINGKATAN ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat Penelitian ... 14

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 15

A. Tinjauan Tentang Partai Politik ... 15

1. Pengertian Partai Politik ... 16

2. Fungsi Partai Politik ... 16

3. Tipologi Partai Politik ... 17

B. Konflik Politik ... 19

1. Pengertian Konflik Politik ... 19

2. Teori Penyebab Konflik ... 20

3. Bentuk-Bentuk Konflik ... 23

4.Manajemen Konflik ... 25

5. Solusi Konflik ... 28

6. Konflik Sebagai Proses Politik ... 30

7. Pengaruh Konflik ... 31

C. Tinjauan Konflik Internal Partai... 35

D. Kerangka Pikir ... 36

III. METODE PENELITIAN ... 41

A. Tipe Penelitian ... 41

B. Fokus Penelitian ... 42


(8)

ii

D. Sumber Data ... 43

1. Data Primer ... 43

2. Data Sekunder ... 46

E. Teknik Pengumpulan Data ... 47

1. Observasi ... 47

2. Wawancara ... 48

3. Dokumentasi ... 49

4. Triangulasi ... 49

F. Teknik Pengolahan Data ... 50

1. Pengumpulan Data ... 50

2. Editing Data ... 50

3. Interpretasi ... 51

G. Teknik Analisis Data ... 51

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

A.Gambaran PartaiAmanatNasional ... 53

1. SejarahBerdirinyaPartaiAmanatNasional ... 53

2. PrinsipDasar ... 57

3. Asas, Sifat, danIdentitasPartaiAmanatNasional ... 58

4. TujuandanUsaha PartaiAmanatNasional ... 59

5. MaknaGambardanTandaGambarPartai ... 60

6. StrukturKepengurusan DPW PAN Provinsi Lampung ... 61

7. TugasPokokdanFungsi DPW PAN ... 67

8. Deskripsi Informan ... 69

B.HasilPenelitian dan Pembahasan ... 70

1.Penyebab Konflik ... 72

2.Bentuk Konflik ... 101

3. Pengaruh Konflik ... 104

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 111

A.Simpulan ... 111

B.Saran ... 112 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR SINGKATAN

PAN : PartaiAmanatNasional DPW : DewanPimpinan Wilayah

ADART : AnggaranDasardanAnggaranRumahTangga PPP : PartaiPersatuan Pembangunan

Muswil : Musyawarah Wilayah

DPR RI : DewanPerwakilan Rakyat Republik Indonesia DPP : DewanPimpinanPusat

SK : SuratKeputusan

Musdalub : Musyawarah Daerah LuarBiasa PLT : PelaksanaTugas

DPD : DewanPimpinan Daerah DPC : DewanPimpinanCabang PKB : PartaiKebangkitanBangsa ADR : Alternative Dispute Resolution MARA : MajelisAmanatNasional

Bapora : BadanKepemudaandanOlah Raga DPRt : DewanPimpinan Ranting

PartaiHanura : PartaiHatiNurani Rakyat

MPPW : MajelisPenasihatPartai Wilayah


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perolehan Suara PAN... 65

Tabel 2. Hasil Pemilihan Anggota DPRD Lampung Terpilih 1999-2004 ... 65

Tabel 3. Daftar Nama Anggota DPRD Lampung Terpilih 2004-2009 ... 66

Tabel 4. Daftar Nama Anggota DPRD Lampung Terpilih 2009-2014 ... 66

Tabel 5. Daftar Nama Anggota DPRD Lampung Terpilih 2014-2019 ... 66

Tabel 6. Deskripsi Informan ... 69

Tabel 7. Ringkasan Penyebab Konflik Internal Partai Amanat Nasional .... 95

Tabel 8. Ringkasan Bentuk Konflik Internal Partai Amanat Nasional ... 103


(11)

(12)

(13)

MOTO

Hidup ini harus yakin, yakin dengan apa yang akan dikerjakan dan yakin dengan apa yang sudah dimiliki atau yang sedang tertunda.

Gagal atau sukses, biarkan keyakinan itu yang akan menjawab. “Dewi Astriya”

Dibalik harapan yang gagal, ternyata Allah ada rencana yang jauh lebih baik.

“Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”, (QS. Al Baqarah


(14)

PERSEMBAHAN

Alhamdulilahhirrabil’alamin

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang merupakan sebuah karya kecil tanda cinta untuk seluruh orang yang

penulis cintai.

Bismillahirrahmnirrahim, kupersembahkan skripsi ini kepada: Motivasi, Semangat dan Tujuan Hidupku Ayahanda Purwanto dan Ibunda Sutriyah terima kasih dari hati yang terdalam untuk

segala-galanya yang tidak dapat Dewi sebutkan. Kakak dan adik ku tersayang

Wahyudi Widianto, Diah Ariani S.E, Tri Yulianto S.Pd , Rusdiyanto S.AN, Suaci dan Yuda Bayudi.

Seluruh keluarga besar yang telah mendukungku. Kekasihku tersayang

Baharada Ariyadi Syah Putra.

Sahabatku yang terbaik terima kasih untuk segala suasana suka dan duka dalam kebersamaannya.


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis memiliki nama lengkap Dewi Astriya, dilahirkan di Desa Rantau Fajar Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur pada tanggal 03 Juli 1991. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara yang merupakan anak dari pasangan Bapak Purwanto dan Ibu Sutriyah.

Jenjang akademis penulis diselesaikan dari Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Raman Utara pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Raman Utara pada tahun 2007, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Kartikatama Metro yang diselesaikan pada tahun 2010. Selanjutnya pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai Mahasiswi S1 Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Lampung (Unila) melalui jalur PKAB.


(16)

SANWACANA

Bismillahirohmanirrahim.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmatnya, karunia dan kasih sayangnya-Nya lah sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini yang berjudul “ Konflik Internal Partai Amanat Nasional (PAN) Di Provinsi Lampung

Tahun 2013 (StudiKasus Pemberhentian Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN

Abdurachman Sarbini)”. Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis menyadari banyak sekali kesulitan dan hambatan yang dihadapi dalam proses penulisan skripsi ini. Tetapi kesulitan yang ada dapat dihadapi dengan baik berkat bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

2. BapakDrs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.IP selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Lampung sekaligus Pembimbing Akademik.


(17)

4. Bapak Drs. Hertanto, M.Si, Ph.D selaku Pembimbing Utama, terima kasih atas kesabaran dalam memberikan bimbingan, arahan, nasihat serta motivasi kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini secara baik dan maksimal.

5. Bapak Budi Harjo, S.Sos, M.IP selaku Pembimbing kedua, terima kasih atas kesabaran dan keikhlasan dalam memberikan bimbingan, arahan, nasihat serta motivasi kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi secara baik.

6. Bapak Dr. Suwondo, M.A selaku Penguji, saya ucapkan terima kasihyang telah memberikan begitu banyak masukan serta saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

7. Kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Lampung yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terima kasih yang setulus-tulusnya atas segala ilmu bermanfaat yang telah diberikan kepada penulis.

8. Bapak dan Ibu staf Administrasi Fisip Universitas Lampung yang telah membantu penulis.

9. Ibu Mila Minorita, SE selaku staf ruang baca Fisip Universitas Lampung, terima kasih atas motivasi dan semangat yang selalu diberikan.

10.Kedua Orangtuaku, Ayahanda Purwanto dan Ibu Sutriyah yang telah membesarkan dan mendidik dengan penuh ketulusan dan kasih sayang. Terima kasih untuk cinta yang tiada batas. Kalian tujuan hidupku dan kalianlah semangatku dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Terima kasih kepada Kakak Heri Agusetiawan selaku staf skretariat DPW PAN yang telah banyak membantu mempertemukan penulis dengan narasumber dan telah memberikan arahan serta motivasi, penulis ucapkan banyak terima kasih.

12.Terima kasih kepada para informan penelitian Bapak Abdurachman Sarbini, Kakak Hery Agustiawan, Bapak Erizal, Bapak Agus Bakti Nugroho, Bapak Syarief Makhya,


(18)

Bapak Edi Agus Yanto, Bapak Irfan Nuranda Djafar, Ibu Asri Kusuma Ningrum, Bapak Hazizi Hasan dengan Bapak Azmi Aziz dan Bapak Iswan Hendy Caya. Terima kasih telah meluangkan waktu dan memberikan banyak informan penting yang penulis butuhkan.

13.Terima kasih kepada Kakak Ariya, Retno, Rike, Resti, Andri, Ricky dan Mega yang menemani penulis selama penelitian.

14.Kakak dan adikku tersayang . Semoga kita menjadi anak yang berguna untuk saat ini atau kelak. Amin

15.Baharada Ariyadi Syah Putra, terima kasih atas semangatnya, kesabaran, pengertian dan kesediaannya dalam memberikan nasihat dan dampingan. Terima kasih untuk berusaha hadir sejauh ini.

16.Terimakasih kepada sahabat-sahabat yang dari semester awal sampai semester akhir kita selalu bersama dalam suka dan duka, Retno Mahdita, Rike Prisina, Resti Agustina dan Nur Asriani.

17.Teman-teman pembahas dan moderator Retno Mahdita Putri, Dinda Nindika, Ryan Maulana, Andrialius Feraera dan Aditya Darmawan. Terima kasih telah membantu penulis untuk perbaikan skripsi.

18.Teman-teman Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP UNILA angkatan 2010 Rini Wulandari, Ayu Mira Asih, Syarif, Rizki Prianggi, Eka Mala, Edo Putra, Fitri, Ahlan, Ety, Dinda, Betty, Oktia, Bella, Dwi Ceh, Dwi Hariyanti, Dwi Pramono, Riska Ersi, Riska, Arsi, Devi, Alam, Rendra, Komang, Ryan, Andrialius, Harizon, Ikhwan, Ilham, Yusi, Tiara, Deo, Pangki, Ade, Cakra, Angga, Angga Jevi, Dicky, Yosita, Dita, Uli, Tami, Novrico, Leo, aris, Yurike, Adit, Aditya Arif, Eky, Roby, Febri, Tifanny, Monica, Ido, Iin, Gandi, Dimas, Prananda, Radit, Dani, Viol, Kevin, Eko, Riri, Anggesty, Anis, Agus.


(19)

19.Seluruh Pihak yang telah banyak membantu dan mendo’akan dalam upaya penyelesaian skripsi ini serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi, mohon maaf jika penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayahnya kepada kita semua dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

.

Bandar lampung Penulis


(20)

(21)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Partai politik adalah alat perjuangan masyarakat untuk menduduki pemerintahan, dimana anggota-anggotanya terorganisir dan terbentuk dari pandangan mengenai nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Salah satu indikator dari negara demokrasi adalah partai politik dan pemilu. Keberadaan partai politik sangat penting untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat. Melalui partai politik, dilakukan rekrutmen politik untuk menduduki jabatan-jabatan politik baik di pemerintahan atau legislatif.

Partai politik terbentuk karena adanya ideologi yang sama, namun dalam pelaksanaannya ideologi yang sama tidak cukup untuk membentuk sebuah partai. Hal tersebut karena sesungguhnya di dalam sebuah partai masih terdapat perbedaan orientasi, cita-cita, nilai dan kehendak masing-masing individu. Inilah yang menjadi salah satu penyebab munculnya konflik dalam tubuh partai yang saat ini banyak terjadi. Konflik tidak bisa dihindarkan karena sejauh berdirinya sebuah partai pasti terdapat kepentingan-kepentingan pribadi yang berbeda satu sama lain.


(22)

2

Pujriyani dalam Mardihartono (2014: 56) menyatakan konflik adalah salah satu bagian yang tidak bisa dipisahkan baik dari individu maupun kelompok tertentu. Sebagai wujud dari gejala sosial, konflik memang akan selalu ada pada setiap kehidupan karena antagonisme atau perbedaan yang menjadikan ciri penunjang terbentuknya suatu masyarakat sehingga perbedaan memang tidak bisa dihindari.

Hal di atas tersebut menjelaskan konflik menjadi salah satu karakteristik dalam kehidupan manusia yang sudah ada sejak dahulu sampai era globalisasi sekarang ini yang tidak mungkin dihindari dalam perubahan sosial. Konflik menjadi suatu hal yang menarik jika dibandingkan dengan bahasan lainnya dalam politik, karena pada umumnya politik itu sendiri adalah konflik atau paling tidak politik itu senantiasa berkaitan erat dengan konflik, karena sifat yang berbeda-beda tersebut yang memicu timbulnya pertentangan. Hal ini disebabkan adanya suatu keadaan kebutuhan ataupun kehendak yang ingin coba dipenuhi. Konflik ada disetiap bidang kehidupan manusia, ketika adanya kesenjangan yang memunculkan permasalahan, yang tidak dapat terelakan lagi, melainkan hanya dapat diatur mekanisme penyelesaiannya.

Hoogerwerf (1979: 240) menyatakan bahwa konflik politik adalah suatu keadaan dalam politik yang terjadi ketika seseorang atau kelompok berusaha menghalangi seseorang atau kelompok lain untuk kepentingannya dalam mencapai tujuan dari partai politik tersebut. Hal ini sejalan dengan Surbakti (1992: 151) bahwa konflik


(23)

3

politik terjadi karena adanya perbedaan pendapat, persaingan dan pertentangan antara sejumlah individu, kelompok dan organisasi dalam upaya mendapatkan dan mempertahankan sumber-sumber dari keputusan yang dibuat.

Brown dalam Jemadu (2008: 204) menyatakan bahwa konflik internal adalah konflik yang hanya dapat dijelaskan oleh satu faktor dan variabel. Adanya penekanan pada pengaruh kebijakan dan prilaku kader pemimpin sebagai pemicu timbulnya konflik internal, akan tetapi Brown tidak membantah mengenai faktor-faktor struktural, politik, ekonomi, budaya dan konseptual yang juga dapat membawa pengaruh konflik. Brown lebih berpandangan bahwa faktor perilaku pemimpin adalah hal yang paling berpengaruh untuk konflik internal.

Sejalan dengan itu pula konflik partai politik merupakan hal yang dapat ditemukan ketika dalam organisasi terdapat kondisi yang berubah, karena partai politik itu sendiri terorganisir dalam organisasi yang basis massanya sangat besar. Kemungkinan adanya konflik internal dengan berjalannya organisasi akan timbul ketika organisasi tersebut sudah tidak sejalan, sehingga partai politik dikatakan tidak memiliki keutuhan internal ketika terdapat perbedaan ideologi dan paham yang berbeda antar anggota partai. Adanya permasalahan di dalam partai seperti ini yang kemudian dapat menghambat kinerja partai politik tersebut. Hal ini bertolak belakang dengan tujuan partai politik yaitu tercapainya visi misi dari partai bukan kepentingan politik kader partai.


(24)

4

Pembahasan di atas dapat menyimpulkan bahwa konflik dapat timbul dalam organisasi sebagai hasil dari adanya masalah terkait komunikasi, pribadi ataupun dari struktur organisasi. Seperti halnya di dalam partai politik, dimana adanya keterbatasan ataupun kesalahan dalam menjalankan organisasi yang tidak mampu mempertahankan jalannya organisasi tersebut maka, kekuasaan sekalipun tidak dapat mempengaruhinya untuk tetap ada di dalam organisasi partai politik yang saat ini banyak terjadi pemberhentian ketua-ketua partai.

Konflik internal yang terjadi di tubuh partai politik adalah gejala dari dinamika politik yang akhir-akhir ini terjadi baik dari pusat maupun daerah, seperti yang terjadi pada Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Konflik internal partai ini bermula dari kehadiran ketua umum DPP PPP Suryadharma Ali (SDA) pada kampanye partai Gerindra saat kampanye pileg lalu. Kehadiran SDA tersebut langsung mendapat tanggapan negatif dari beberapa kader-kader partai dan pengurus partai. Konflik tersebut berlanjut sampai adanya pemecatan pada sejumlah pengurus dan pemberhentian sementara SDA dari posisi ketua umum (http//m.beritasatu.com/opini/tajuk/3336-pragmatisme-partai-partai.html, diakses pada 28 april 2014).

Begitu pula yang terjadi pada Partai Amanat Nasional (PAN) Provinsi Lampung. Abdurachman Sarbini, Ketua DPW Provinsi Lampung yang diberhentikan sebelum habis masa jabatannya, ini memperlihatkan bahwa kekuasaannya tidak dapat mempertahankan dirinya di dalam partai politik tersebut. H. Abdurachman Sarbini yang lebih dikenal dengan sebutan Mance yang menjabat sebagai ketua


(25)

5

Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN, pemberhentiannya dilatarbelakangi upaya yang dilakukan demi efektifitas kinerja partai, juga berkaitan dengan disiplin partai dan asas kepatutan. Jika diulas bagaimana proses keterpilihan Abdurachman Sarbini sebagai ketua DPW PAN secara musyawarah mufakat pada musyawarah wilayah (Muswil) tahun 2010 lalu yang diwarnai kekisruhan dalam penentuan ketua DPW PAN. Abdurachman Sarbini yang lebih condong ke Partai lain daripada PAN, tiba-tiba terpilih menjadi ketua PAN. Kekisruhan ini terjadi ketika enam calon ketua masing-masing mengusulkan pemilihan berlangsung secara musyawarah, tetapi usulan itu ditolak Fikri Yasin sebagai kandidat lain yang menginginkan pemilihan berlangsung secara pemungutan suara. Usulan Fikri tersebut kemudian oleh pimpinan sidang diserahkan pada forum tetapi forum menyetujui jika pemilihan berlangsung melalui musyawarah mufakat (http://m.antaralampung.com/berita/417173/dpp-pan-berhentikan-ketua-dpw-pan-lampung, diakses pada 10 Februari 2014).

Keadaan di atas yang menyebabkan kekisruhan yang terjadi dari kubu Fikri yang tidak sependapat. Kemudian keadaan ini bisa ditenangkan ketika Alimin Abdullah yang merupakan anggota DPR RI mengambil alih sidang. Berdasarkan permasalahan saat berjalannya pemilihan ketua DPW terlihat bahwa kader-kader PAN sudah kehilangan arah dan kehabisan energi positif sehingga, memicu permasalahan maka wajar apabila sampai terjadi kekerasan fisik di tubuh partai antar calon ketua DPW PAN yang dilatarbelakangi kesalahpahaman.


(26)

6

Hal tersebut menggambarkan bahwa memang dari awal keterpilihan Abdurchman Sarbini sudah menimbulkan permasalahan yang harusnya tidak terjadi diawal-awal keterpilihannya. Kepemimpinan Abdurchman Sarbini di dalam tubuh DPW provinsi Lampung dianggap kurang baik setelah diadakan evaluasi kinerja dari DPP yang akhirnya menggambil upaya penyelesaian.

Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional (DPP PAN) memberhentikan Ketua DPW PAN Lampung Abdurachman Sarbini dan menggantikannya dengan Pelaksana Tugas Alimin Abdullah selama sisa jabatannya sebagai DPW PAN Lampung. Penggantian DPW PAN ini dilakukan setelah adanya evaluasi kinerja yang dirasa kurang mengkoordinasi di dalam tubuh Partai Amanat Nasional.

Ketua DPP PAN Jon Cik Muhammad menyampaikan kebijakan pemberhentian ketua DPW PAN Lampung secara langsung kepada wartawan usai memberikan SK DPP PAN Nomor: 121/XII/2012 tentang pemberhentian yang dimaksud. Menurutnya, pemberhentian tersebut dilakukan setelah DPP PAN mengadakan evaluasi terhadap kinerja Abdurachman Sarbini tersebut selama masa kepemimpinannya.

Jon Cik Muhammad menyebutkan dua hal yang menjadi parameter utama pemberhentiannya tersebut adalah disiplin partai dan asas kepatutan yang pada masa kepemimpinan Mance banyak dilanggar. Roda organisasi menjadi tidak maksimal dan apabila diteruskan dapat mengancam elektabilitas PAN pada Pemilu 2014. Jon Cik juga optimis bahwa pemberhentian tersebut tidak akan


(27)

7

berpengaruh banyak terhadap target perolehan suara PAN 2014 khususnya di daerah Lampung. Jon Cik menjelaskan upaya tersebut dilakukan untuk mendukung program nasional PAN dalam perolehan suara pada pemilu 2014.

Menurut Jon Cik, pemberhentian Mance itu sudah ditandatangani sejak 10 Desember 2013, namun SK pemberhentian baru bisa disampaikan belum lama ini kepada kader dan pengurus PAN di Lampung. Jon Cik dengan dua ketua DPP lainnya telah menemui Mance Jumat (31/1) malam dan meyakini tidak akan ada aksi lanjutan menyusul kebijakan pemberhentian tersebut, seperti aksi besar-besaran kader PAN yang loyal terhadap Mance ataupun membersihkan pendukungnya dari pengurus PAN Lampung. Jon Cik menegaskan tidak akan ada Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub) PAN Lampung hingga Juni 2015 dan jabatan Alimin sebagai Pelaksana Tugas (PLT) ketua DPW PAN Lampung akan berakhir saat Mance secara normal juga berakhir (http://m.antaralampung.com/berita/417173/dpp-pan-berhentikan-ketua-dpw-pan-lampung, diakses pada 10 Februari 2014).

Alimin Abdullah anggota DPR RI asal Lampung resmi menjabat Pelaksana Tugas (PLT) ketua DPW Partai Amanat Nasional (PAN) Lampung, menggantikan Abdurahman Sarbini, pergantian ini berdasarkan surat DPP PAN tentang pemberhentian ketua DPW PAN Lampung dan Pengangkatan Pelaksana Tugas (PLT) ketua DPW PAN Provinsi Lampung periode 2010-2015. Pergantian ketua DPW PAN Lampung ini berdasarkan surat keputusan No.PAN/A/KPTS/KU-SJ/121/XII/2013 tertanggal 28 Desember 2013. Konflik


(28)

8

internal partai politik dibutuhkan upaya penyelesaian konflik dengan cara mufakat yang mengutamakan kepentingan bersama untuk mencapai tujuan dari cita-cita dan kehendak yang sama dalam hal ini mewujudkan partai politik yang dapat memajukan kesejahteraan (http://www.kupastuntaslampung.com/? Page=berita & no=11389, diakses pada 10 februari 2014).

Meskipun konflik tersebut bersifat internal, konflik yang terjadi pada Partai Amanat Nasional merupakan cerminan partai politik saat ini yang tidak peduli lagi dengan tujuan utama dari partai politik. Sikap pragmatis masih mendominasi para kader-kader partai politik. Visi, misi dan platform partai bisa dengan mudah diabaikan hanya demi kepentingan pribadi atau kelompok.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui apa penyebab konflik, bentuk dan pengaruh konflik terhadap kader di internal Partai Amanat Nasional (PAN), sehingga perlu adanya pemberhentian Abdurachman Sarbini sebagai Ketua Dewan pimpinan wilayah (DPW) Provinsi Lampung. Hal itu yang ingin diteliti peneliti dalam penelitian. Seperti yang diketahui bahwa banyak sekali konflik internal yang terjadi dalam tubuh partai, namun PAN merupakan partai yang menarik untuk diteliti karena partai ini telah lama berdiri namun masih saja terjadi konflik di dalamnya.

Ada beberapa penelitian lain berupa skripsi dan jurnal penelitian mengenai konflik internal partai. Tetapi, penelitian ini ada persamaan dan perbedaan dengan


(29)

9

penelitian tersebut meskipun sama-sama penelitian tentang konflik internal partai. Persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya antara lain:

1. Skripsi Nurul Radiatul Adawiah Tahun 2013 dengan Judul “Konflik Internal

Partai Nasdem” (Studi Tentang DPW Partai Nasdem Sulawesi Selatan), Fakutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar.

Perbedaan pertama, menurut Adawiah (2013: 5) dalam penelitiannya membahas tentang perbedaan pandangan dalam pengisian jabatan ketua umum, konflik di internal partai tersebut berimbas sampai ke pembekuan ketua DPW Sul-sel yang sampai pada akhirnya adanya pemberhentian. Berbeda dengan masalah dalam penelitian ini, mengenai konflik internal partai yang menyebabkan Abdurachman Sarbini diberhentikan sebagai Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PAN Provinsi Lampung.

Kedua, Duverger dalam Adawiah (2013: 49) teori yang digunakan adalah teori penyebab konflik dari yang menjelaskan konflik disebabkan oleh sebab-sebab individu dimana ada kecenderungan berkompetisi serta sikap ketidakpuasan terhadap pekerjaan orang lain dan sebab-sebab kolektif dimana penyebab konflik terbentuk dari kelompok yang merupakan hasil dari interaksi sosial mengenai ancaman dari luar kelompok. Sementara fisher dkk, dalam Sahih Gatara dan Dzulkiah Said (2011: 183) dalam penelitian ini yang digunakan adalah teori penyebab konflik, tiga diantaranya yaitu teori hubungan masyarakat, teori negosiasi prinsip dan teori identitas. Serta


(30)

10

Diamond dalam Adawiah (2013: 25) mengenai konsep partai politik yang dalam skripsi Nurul Radiatul Adawiah. Berbeda halnya penelitian ini menurut Friedrich, Soltau, Neuman dalam Sitepu (2012: 188), dimana dalam penelitian ini menggunakan karangan tiga ahli tersebut.

Ketiga, perbedaan pengunaan metode penelitian dalam skripsi Nurul Radiatul Adawiah adalah penelitian deskriptif analisis dimana menganalisis dua masalah yaitu diarahkan dan dapat menggambarkan fakta dengan argumen yang tepat, sedangkan penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang meneliti keadaan yang alamiah dan pengumpulan data secara triangulasi, bersifat induktif dan menekankan pada regenerasi. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan dokumentasi, berbeda dengan penelitian ini yang mengumpulkan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.

2. Tulisan Deny Rendra dan Hary Suryadi Tahun 2012 dengan Judul “Dinamika Pergeseran Kekuasaan Politik di DPD Partai Demokrat Provinsi Riau”, Jurnal Demokrasi dan Otonomi Daerah, Volume 10, Nomer 2, Desember 2012, Halaman 67-147.

Perbedaan pertama tulisan Rendra (2012: 73) membahas proses pengeseran ketua-ketua DPD Partai Demokrat Provinsi Riau yang merupakan konflik murni yang dilakukan elit partai dikarenakan ketidakcocokan pribadi, perbedaan sitem nilai, persaingan, ketidakjelasan mengenai batas-batas wewenang serta akan tanggungjawab. Kelompok-kelompok yang berkonflik


(31)

11

tersebut merupakan kelompok lama yang kemudian mereka fragmentasikan dalam perebutan kekuasaan DPD Partai Demokrat Riau. Hal ini disebabkan rendah pengaruh pemberitaan media massa terkait permasalahan yang terjadi, pengaruh kelompok kepentingan yang mengambil keuntungan dari permasalahan ini serta rendahnya pembinaan dari DPP terhadap DPP-DPP dan DPC-DPC termasuk di Riau.

Pada penelitian ini masalah yang diteliti adalah konflik internal Partai Amanat Nasional (PAN) di Provinsi Lampung dalam pemberhentian Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN Abdurachman Sarbini yang dilakukan dengan Pelaksana Tugas (PLT) Alimin Abdullah, dilatarbelakangi pelanggaran yang dilakukan Abdurachman Sarbini selama menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Wilayah yang dianggap dapat mengancam elektabilitas PAN khususnya di Lampung. Hal tersebut yang ingin diketahui konflik murni timbul di tubuh partai atau intervensi dari pihak lain.

Kedua, Nauman dalam Rendra (2012: 74) menggunakan teori sebab internal dan sebab ekternal yang secara umum disebabkan oleh konflik antar kelompok yang tidak terakomodasinya kepentingan elit dikarenakan sistem kaderisasi yang kurang baik dan lemahnya kepemimpinan dalam pengelolahan. Berbeda halnya dengan Fisher dkk, dalam Sahih Gatara dan Dzulkiah Said (2011: 183) teori dalam penelitian ini adalah teori penyebab konflik, tiga diantaranya yaitu teori hubungan masyarakat, teori negosiasi prinsip dan teori identitas.


(32)

12

Ketiga metode yang digunakan Rendra merupakan metode kualitatif dan jenis penelitian deskriptif yang dilakukan di DPD Partai Demokrat Riau. Sumber informasi dilakukan dengan primer secara teknik purposive informan serta data yang dikumpulkan dengan cara teknik wawancara dan dokumentasi. Sedangkan penelitian ini penelitian menggunakan metode kualitatif yang meneliti keadaan yang alamiah dan pengumpulan data secara triangulasi, bersifat induktif, dan menekankan pada regenerasi. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan dokumentasi, berbeda dengan penelitian ini yang mengumpulkan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.

3. Tulisan Luluk Rofiqotul Isyaroh Tahun 2012 dengan Judul “Konflik di DPP PKB (Studi Tentang Ada Tidaknya Dampak Konflik Di DPC PKB Kota Kediri)”, Jurnal Politik Muda, Vol 2, Nomor 1, Januari-Maret 2012, Halaman 96-106.

Perbedaan pertama, Isyaroh (2012: 104) membahas tentang pemberhentian Ketua Umum Dewan Tanfidz Muhaimin Iskandar yang dianggap tidak bijaksana dan sepihak. Bahkan sikap otoriter Gus Dur sebagai ketua Dewan Syuro dianggap menjadi penyebab konflik. Ditambah lagi dengan konflik yang terus menerpa PKB yang dilakukan Manthori Abdul Djalil dan Alwi Shihab, dimana setiap konflik berdampak pada keberadaan Kyai baik yang di dalam struktur maupun di luar partai yang berimbas juga pada tingkat kepala daerah. Perpecahan di DPP PKB berdampak pada DPC kota kediri, yang adanya pembekuan pengurus DPC oleh kubu Gus Dur yang mana memang


(33)

13

satu-satunya pendiri PKB dan sebagai Ketua Umum Dewan Syuro adalah Gus Dur. Berbeda dengan penelitian ini yang ingin mengetahui penyebab pemberhentian Abdurachman Sarbini sebelum habis masa kepemimpinannya tersebut murni konflik internal partai atau adanya intervensi dari kelompok luar.

Kedua, Layman dalam Isyaroh (2012: 102) menggunakan teori budaya dan prilaku agama. Sementara Fisher dkk, dalam Sahih Gatara dan Dzulkiah Said (2011: 183) teori penelitian ini adalah teori penyebab konflik, menyebutkan tiga diantaranya yaitu teori hubungan masyarakat, teori negosiasi prinsip dan teori identitas.

Ketiga, metode yang digunakan dalam penelitian Isyaroh sama dengan penelitian ini, dimana sama-sama menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawacara dan dokumentasi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini:

1. Bagaimana terjadinya konflik internal Partai Amanat Nasional (PAN) di Provinsi Lampung tahun 2013 terhadap pemberhentian Abdurachman Sarbini?


(34)

14

2. Bagaimana bentuk konflik yang terjadi di Partai Amanat Nasional? 3. Bagaimana pengaruh konflik terhadap konsolidasi partai?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya konflik internal Partai Amanat Nasional (PAN) di Provinsi Lampung tahun 2013 terhadap pemberhentian Abdurachman Sarbini?

2. Untuk mengetahui bentuk konflik yang terjadi di Partai Amanat Nasional? 3. Untuk mengetahui pengaruh konflik terhadap kader PAN?

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pengembangan ilmu politik dan ilmu pemerintahan, khususnya yang berkaitan dengan konflik internal partai politik.

2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini sebagai informasi bagi pembelajaran partai politik lainnya dalam menyikapi dan menyelesaikan konflik secara demokratis.


(35)

15

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Partai Politik

1. Pengertian Partai Politik

Menurut Friedrich dalam Sitepu (2012: 188) partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil, tujuannya untuk menjamin dan mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan. Hal ini tentu memberikan kemanfaatan yang bersifat idiil maupun materiil bagi anggota partainya.

Menurut Soltau dalam Sitepu (2012: 188) partai politik adalah sekelompok warga negara yang telah terorganisir yang mengupayakan satu kesatuan politik dengan memanfaatkan kekuasaanya untuk menguasai pemerintahan yang kemudian dapat melakukan kebijakan mereka sendiri. Hal yang sama diungkapkan Neuman dalam Sitepu (2012: 188) partai politik adalah organisasi yang terbentuk dari aktivis-aktivis politik yang berusaha menguasai suatu keadaan kekuatan pemerintahan dan merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan kelompok lain yang memiliki pandangan yang berbeda.


(36)

16

Berdasarkan pendapat ahli di atas, partai politik adalah alat perjuangan atas sebuah nilai yang mengikat kolektivitas sebuah organisasi yang bekerjanya berdasarkan pada aturan-aturan yang sudah ditetapkan seperti adanya kepemimpinan dan keanggotaan yang melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan kontrol serta adanya aturan yang mengatur perilaku dan organisasi.

2. Fungsi Partai Politik

Menurut Budiardjo (2008: 405) menguraikan lebih lengkap fungsi partai politik sebagai berikut:

1. Sebagai Sarana Komunikasi Politik

Komunikasi politik adalah sarana fungsi input di dalam sistem politik sebagai bekerjanya semua fungsi dalam sistem politik yang menggambarkan proses informasi politik ke dalam partai politik.

2. Sebagai Sarana Sosialisasi Politik

Sosialisasi politik adalah sebagai suatu proses berinteraksi dalam menumbuhkembangkan pandangannya atau orientasinya tentang budaya politik dari satu generasi ke generasi lain.

3. Sebagai Sarana Rekrutmen Politik

Tujuan utama partai politik adalah keikutsertaan dalam politis kepemerintahan dalam mengisi posisi-posisi yang dibutuhkan dalam lembaga politik melalui seleksi kepemimpinan yang berkualitas untuk


(37)

17

dapat menjadi partai politik yang memiliki kesempatan dalam mengembangkan partainya tersebut.

4. Sarana Pengatur Konflik

Partai politik mempunyai peranan untuk mengendalikan konflik dari suatu masyarakat yang memiliki keragaman suku bangsa, dimana salah satu lembaga politik dalam negara demokrasi berfungsi mengendalikan konflik dengan cara berdialog dengan pihak yang berkonflik dan membawa permasalahan ke dalam musyawarah untuk dapat menyelesaikan dengan baik melalui keputusan politik.

3. Tipologi Partai Politik

Menurut Surbakti (1999: 123) tipologi partai politik merupakan pengklasifikasi partai politik dapat dilakukan dengan kriteria tertentu, seperti asas orientasi, komposisi dan fungsi anggota, basis sosial dan tujuan. Di bawah ini akan diuraikan sejumlah tipologi partai politik menurut kriteria tersebut.

1. Asas dan Orientasi

Berdasarkan asas dan orientasi, partai politik diklasifikasikan menjadi tiga tipe, yaitu partai politik pragmatis, doktriner dan kepentingan.

1.1 Partai politik pragmatis adalah partai yang mempunyai program dan kegiatan yang tidak terkait oleh doktrin ataupun ideologi tertentu. 1.2 Partai doktriner adalah partai yang memiliki program dan kegiatan


(38)

18

1.3 Selanjutnya partai kepentingan adalah partai yang dibentuk dan dikelola atas dasar kepentingan tertentu.

2. Komposisi dan Fungsi Anggota

Berdasarkan komposisi dan fungsi anggotanya, partai politik dibedakan menjadi dua, yaitu partai kader dan partai massa.

2.1 Partai kader adalah partai yang mengandalkan kualitas anggota, keketatan organisasi dan disiplin anggota.

2.2 Sedangkan partai massa adalah partai politik yang mengandalkan jumlah anggota yang banyak untuk memudahkan pemenangan dalam pemilihan umum.

3. Basis Sosial dan Tujuannya

Berdasarkan basis sosial dan tujuannya, partai politik dapat dibedakan menjadi empat, yaitu anggotanya berdasarkan lapisan-lapisan sosial, kalangan kelompok kepentingan, agama dan budaya tertentu.

3.1 Partai politik yang beranggotakan lapisan-lapisan sosial di dalam masyarakat yang berkelompok berdasarkan kelasnya masing-masing, seperti kelas atas, tengah dan bawah.

3.2 Partai politik dimana para anggotanya berasal dari kalangan kelompok kepentingan tertentu, seperti kalangan buruh dan pengusaha.

3.3 Partai politik yang anggota-anggotanya berdasarkan agama tertentu dimana dapat membangun basis sosialnya dengan kepercayaan yang sama.


(39)

19

3.4 Partai politik yang anggota-anggotanya berasal dari budaya tertentu yang dianggap mampu mewujudkan basis sosialnya yang didasari dari kebudayaan yang sama.

B. Konflik Politik

1. Pengertian Konflik Politik

Wirawan (2010: 4) istilah konflik berasal dari bahasa latin configere yang memiliki arti saling memukul. Dari bahasa latin diadopsi ke dalam bahas inggris (conflict) yang kemudian diadopsi ke dalam bahasa indonesia (konflik). Konflik merupakan salah satu esensi dari kehidupan dari perkembangan manusia yang memiliki karakteristik yang sangat beragam, terkait jenis kelamin, strata sosial ekonomi, sistem hukum, bangsa, suku, agama, kepercayaan dan aliran politik yang selalu dapat memicu adanya konflik. Selama masih adanya perbedaan tersebut, maka konflik tidak dapat dihindari dan selalu memicu konflik.

Lebih lanjut Wirawan (2010: 67) menegaskan bahwa konflik politik adalah konflik yang terjadi karena pihak-pihak yang berkonflik berupaya mendapatkan dengan menggunakan kekuasaanya untuk mencapai tujuannya dengan berupaya memperbesar kekuasaanya, memperkecil kekuasaan lawan konfliknya. Sementara Surbakti (1992: 149) menyebutkan istilah konflik politik merupakan bagian dari suatu dinamika partai politik yang seringkali terkait dengan permasalahan perbedaan pendapat akan keinginan yang


(40)

20

dianggap benar, antara dua individu atau lebih (kelompok) yang memungkinkan adanya perbedaan pola pikir ataupun pandangan untuk suatu hal, meskipun dalam tujuan yang sama. Konflik terjadi karena realisasi dari ketidakpahaman yang tidak dimengerti atau dalam hal ketidakpuasan dari anggapan yang dirasa kurang baik hal ini bisa terjadi di dalam satu partai politik misalnya, sehingga menimbulkan ketidak kesamaan ide dalam menjalankannya. Meskipun memiliki ideologi yang sama tetapi karena tidak sepemahaman tersebut yang menimbulkan konflik internal padahal jelas tujuannya sama tetapi bisa berbeda pandangan dari ideologi yang sama, ini menggambarkan adanya ketidakpahaman satu sama lain dalam menjalankannya.

Selain itu sebagai sumber perubahan, konflik juga berfungsi untuk menghilangkan unsur-unsur mengganggu di dalam suatu hubungan, dalam hal ini konflik sebagai penyelesaian ketegangan yang memiliki fungsi untuk menstabilisasikan dalam mempererat hubungan di dalam tubuh partai politik. Sehingga konflik itu sendiri secara tidak langsung memberi dampak dalam penyelesaian yang terjadi karena konflik tersebut.

2. Teori Penyebab Konflik

Menurut Fisher dkk dalam Sahih Gatara dan Dzulkiah (2011: 183) bahwa konflik terjadi di dalam lingkup bermasyarakat karena asumsi setiap orang yang berbeda-beda. Hal ini tentunya mempunyai akar penyebab bagaimana


(41)

21

konflik ini bisa terjadi, oleh karena itu maka ada beberapa teori yang dapat menjelaskan penyebab timbulnya konflik.

2.1 Teori Hubungan Masyarakat

Teori yang menyebutkan bahwa konflik yang terjadi dikarenakan adanya polarisasi, ketidakpercayaan dan fragmentasi sosial yang terus terjadi dalam masyarakat sehingga menimbulkan permusuhan diantara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda. Teori ini menjelaskan bahwa ketegangan sosial dalam masyarakat terjadi karena adanya perbedaan dan pertentangan kepentingan.

Teori ini menekankan pada tujuan yang akan dicapai mengenai penangganan untuk konflik dalam hubungan masyarakat, yaitu adanya upaya yang akan ditingkatkan dalam hubungan komunikasi yang memicu adanya sikap saling pengertian antar kelompok yang mengalami konflik dan toleransi yang terus dibangun agar masyarakat dapat saling menerima keragaman yang ada.

2.2 Teori Negosiasi Prinsip

Konflik yang terjadi pada teori negosiasi prinsip disebabkan adanya posisi-posisi yang tidak selaras lagi dan adanya perbedaan pandangan dalam konflik antara pihak-pihak yang terlibat konflik. Hal ini yang memungkinkan adanya negosiasi yang dilakukan untuk mengambil


(42)

22

keputusan bersama melalui mufakat antara dua belah pihak. Sasaran dari adanya teori negoisasi prinsip, diantaranya:

1. Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk dapat memisahkan kepentingan pribadi dengan berbagai isu dan mendorong pihak-pihak yang berkonflik dapat melakukan negosiasi yang dilandasi oleh kepentingan pihak berkonflik daripada posisi tertentu yang sudah tetap.

2. Melancarkan proses pencapaian mufakat yang telah dilakukan dapat memberi keuntungan bagi pihak-pihak yang berkonflik.

2.3 Teori Identitas

Teori ini menyebutkan konflik yang terjadi merupakan akibat adanya identitas yang terancam, hal ini tentu menjadi permasalahan untuk pihak yang menganggap adanya kekhawatiran akan ancaman identitasnya. Sasaran dari adanya teori identitas, diantaranya:

1. Melalui fasilitas komunikasi dan dialog antar pihak yang mengalami konflik. Dimana masing-masing yang berkonflik diharapkan dapat mengidentifikasi ancaman-ancaman dan ketakutan yang mereka rasakan agar dapat membangun empati dan rekonsiliasi diantara pihak-pihak berkonflik.

2. Mencapai kesepakatan bersama yang mengakui kebutuhan identitas pokok semua pihak.


(43)

23

3. Bentuk-Bentuk Konflik

Menurut Fisher dalam Adawiah (2013: 20) menyebutkan tiga bentuk konflik, diantaranya:

1. Konflik Laten yaitu konflik yang bersifat tersembunyi dan perlu diangkat kepermukaan agar dapat ditangani secara efektif. Setiap pihak harus disadarkan tentang keberadaan konflik laten ini dengan cara mengintensifkan konflik, sehingga tindakan penyelesaian yang tepat bisa dilakukan.

2. Konflik Manifest (terbuka) yaitu konflik yang berakar dalam dan nyata sehingga perlu adanya penyelesaian untuk mengatasi akar penyebab dan berbagai efeknya.

3. Konflik Permukaan yaitu konflik yang sifatnya tersembunyi, memiliki akar yang dangkal atau tidak berakar dan muncul hanya karena kesalah pahaman mengenai sesuatu yang dapat diatasi dengan menggunakan komunikasi. Konflik pada umumnya tidak hanya menimbulkan konflik kekerasan, karena konflik ini timbul oleh adanya perbedaan pendapat untuk mempertahankan argumen masing-masing orang atau kelompok yang terlibat didalamnya. Mempertahankan argumen inilah biasanya orang atau kelompok dapat bersitegang agar argumennya tersebut disepakati atau disetujui oleh kelompok lain, sebab orang-orang atau kelompok-kelompok tersebut memiliki kepentingan yang kelak kepentingannya itu dapat mendatangkan keberuntungan bagi dirinya atau


(44)

24

bagi kelompoknya (http://silvaberlus.blogspot.com/2011/05/manajemen-konflik-pemanfaatan-ruang.html?m=1, diakses 8 mei 2014).

Menurut Duverger dalam Adawiah (2013: 20) menyebutkan tiga bentuk konflik yang terkait kekuasaan atau politik, diantaranya:

1. Konflik yang sama sekali tidak mempunyai alasan prisipil, konflik ini berhubungan langsung dengan masalah praktis bukan karena masalah ideologi yang dilakukan baik oleh individu maupun golongan/kelompok. 2. Konflik yang lebih menitik beratkan perbedaan pandangan baik individu

dengan kelompok yang menyangkut dengan masalah partai politik, masyarakat yang dianggap mewakili rakyat.

3. Konflik yang menitik beratkan kepada permasalahan perbedaan ideologi, masing-masing memperjuangkan ideologi partainya yang semuanya merasa benar.

Menurut Coser dalam Adawiah (2013: 20) ada dua bentuk dasar konflik yaitu konflik realitis dan non-realistis. Konflik realitis adalah konflik yang mempunyai sumber konkrit atau material. Konflik non-realistis adalah keinginan yang tidak rasional tetapi dipaksakan. Hal ini yang mempertegas atau menurunkan ketegangan suatu kelompok.

Konflik internal PAN yang ditandai dengan perbedaan pandangan antara DPW PAN dan DPP PAN Provinsi Lampung termasuk kedalam konflik permukaan karenaa DPP yang beranggapan tentang kinerja didalam tubuh


(45)

25

PAN yang dilakukan Abdurchman Sarbini kurang baik. Perbedaan pemikiran, pendapat, pandangan dan pilihan ini yang dikategorikan sebagai konflik permukaan karena konflik ini dimana masih-masih pribadi atau kelompok tidak tampak secara kasap mata tidak berhubungan dengan kekerasan fisik. Berdasarkan penjelasan ini konflik PAN juga masuk dalam konflik laten dan manifers.

`

4. Manajemen Konflik

Menurut Dahrendorf dalam Surbakti (1992: 160) dan Susan (2010: 136) konflik dibutuhkan upaya penyelesaian dengan cara pengaturan konflik dan tata kelola konflik itu sendiri, yang saat ini masih menjadi perdebatan. Pengaturan konflik dapat diuraikan ke dalam kriteria, diantaranya:

4.1Pengaturan Konflik

Menurut Dahrendorf dalam Surbakti (1992: 160) pengaturan konflik yang efektif sangat bergantung pada tiga faktor. Pertama, kedua pihak harus mengakui kenyatan dan situasi konflik yang terjadi diantara mereka (adanya pengakuan atas kepentingan yang diperjuangkan oleh pihak lain). Kedua, kepentingan-kepentingan yang ada kemudian diperjuangkan harus terorganisasikan secara rapi, tidak tercerai-berai dan terkotak-kotak sehingga masing-masing pihak memahami dengan jelas lingkup tuntutan pihak lain. Ketiga, kedua pihak menyepakati aturan main (rules of the game) yang menjadi landasan dan pegangan dalam hubungan dan


(46)

26

interaksi diantara mereka. Ketika ketiga syarat dipenuhi maka berbagai bentuk pengaturan konflik dapat dibuat dan dilaksanakan.

Lebih lanjut Dahrendorf dalam Surbakti (1992: 160) juga menyebutkan tiga bentuk pengaturan atau penyelesaian konflik. Pertama bentuk konsilisasi seperti parlemen dimana semua pihak berdiskusi dan berdebat secara terbuka dan mendalam untuk mencapai kesepakatan tanpa ada pihak-pihak yang memonopoli pembicaraan atau pemaksaan kehendak. Kebanyakan konflik politik disalurkan dan diatur dengan bentuk konsiliasi. Kedua, bentuk mediasi dimana kedua pihak sepakat mencari nasihat dari pihak ketiga (seorang mediator berupa tokoh, ahli lembaga tertentu yang dianggap memiliki pengetahuan dan keahlian yang mendalam mengenai hal yang dipertentangkan).

4.2Tata Kelola Konflik

Menurut Susan (2010: 136) salah satu kajian dalam menciptakan permainan, baik positif maupun negatif adalah bentuk pengelolahan konflik (conflict management) yang dijelaskan dalam pembahasannya mengenai tata kelola konflik sebagai kritik terhadap pendekatan conflict management, berikut uraiannya:

4.2.1 Wacana (conflict management)

Batos dalam Susan (2010: 137) Kajian mengenai konflik dan perdamaian kontemporer mempunyai tujuan dalam mencegah konflik yang menghasilkan bentuk kekerasan, baik secara langsung


(47)

27

maupun struktural. Manajemen konflik adalah masalah bagaimana menjadi orang yang ahli, yang kemudian melihat segi konflik dalam kategori perilaku nonkoersif (murni kerja sama) dan perilaku koersif (kekerasan) dalam meningkatkan pembelajaran mengenai pengelolaan konflik. Hal ini memperjelas mengenai definisi yang terbatas terkait manajemen konflik sebagai praktik strategi konflik dimana yang berkonflik mempunyai keahlian dan pengetahuan untuk menciptakan stategi dalam menangani konfliknya tersebut.

Lebih lanjut Susan (2010: 137) berpendapat bahwa manajemen konflik adalah seni intervensi yang dipergunakan untuk mencapai pembuatan politik yang stabil, yang dipergunakan oleh yang mempunyai kekuasaan dan sumber daya yang bersifat besar untuk menciptakan tekanan terhadap pihak berkonflik, agar tetap dalam keadaan yang normal/stabil. Hal ini cukup jelas menggambarkan pola hubungan yang tercipta pada kekuasaan.

4.2.2 Tata Kelola Konflik Demokrasi

Menurut Susan (2010: 139) suatu dinamisasi hubungan antara aktor dan lembaga dalam tata kelola unsur-unsur konflik dalam suatu kebijakan merupakan wujud dari musyawarah pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, kemudian diimplementasikan oleh seluruh pihak-pihak terlibat. Konsep pada tata kelola konflik demokrasi ini menjadi alternatif dalam melembagakan mekanisme yang


(48)

28

memungkinkan konflik produktif, berbeda dengan manajemen konflik dimana konsepnya yang mempelajari tanpa memerlukan adanya pemecahan masalah yang hanya melibatkan kekuasaan dan kekerasan. Hal ini berbeda dengan konsep yang ada pada tata kelola konflik demokrasi yang menciptakan konflik konstruktif, yang tidak menggunakan kekerasan dan menghasilkan pemecahan masalah dengan menggunakan mekanisme politik yang demokratis.

5. Solusi Konflik

Menurut Miall (2000: 31) resolusi konflik adalah pengimplikasikan sumber konflik yang perlu adanya perhatian dan penyelesaian mengenai konflik. Menurut Wirawan (2010: 177) resolusi konflik adalah suatu proses dalam mencapai solusi konflik dengan menggunakan metode resolusi konflik. Metode resolusi konflik merupakan proses dari manajemen yang dikelompokan menjadi dua, diantaranya dengan pengaturan sendiri dari pihak-pihak yang terlibat konflik dan melalui intervensi pihak-pihak ketiga dengan menggunakan resolusi perselisihan alternatif, diantaranya mediasi, arbitrase dan ombudsman.

5.1 Pengaturan Sendiri

Dalam metode resolusi konflik pengaturan sendiri, pihak-pihak yang terlibat konflik menyusun stratregi konflik dan menggunakan taktik konflik untuk mencapai tujuan terlibat konfliknya. Pihak-pihak yang


(49)

29

terlibat konflik saling melakukan pendekatan dan negoisasi untuk menyelesaikan konflik dan menciptakn keluaran konflik yang mereka harapkan. Pola interaksi konflik tergantung pada keluaran konflik yang diharapkan, potensi konflik, lawan konflik dan situasi konflik. Tidak ada satu pola interaksi konflik yang terbaik untuk semua tujuan dan semua situasi konflik.

5.2Intervensi Pihak Ketiga

Sering kali, pihak-pihak yang terlibat konflik tidak mampu menyelesaikan konflik dengan sikap tenang, pendewasaan emosial dan sikap saling pengertian, terlebih konflik yang ada sudah berlangsung lama dengan menghabiskan sumber-sumber yang dimiliki dan pengorbanan yang sangat besar. Akan tetapi, kedua belah pihak yang terlibat konflik tidak mau mengalah untuk menyelamatkan muka. Menyelamatkan muka sering terjadi jika konflik berkaitan dengan harga diri atau citra diri.

Dalam keadaan seperti ini, intervensi pihak ketiga diperlukan untuk dapat menyelesaikan konflik. Resolusi konflik melalui pihak ketiga merupakan kontinum dari intervensi pihak ketiga yang keputusannya tidak mengikat. Keputusan hanya mengikat pihak yang terlibat konflik sampai pihak ketiga tidak mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan mengenai konflik.


(50)

30

5.2.1 Resolusi perselisihan Alternatif

Resolusi perselisihan ADR (alternative dispute resolution) adalah resolusi konflik melalui pihak ketiga yang bertujuan untuk menuntaskan sepenuhnya konflik dan tidak menyisakan permasalahan di kemudian hari serta agar pihak-pihak yang terlibat konflik tidak mendendam dan kembali berdamai seperti sebelum terjadinya konflik, rekonsiliasi dilakukan. Istilah rekonsiliasi berakar pada kata bahasa inggris to reconsile, artinya membagun kembali hubungan erat yang menenangkan, membereskan, menyelesaikan dan membawa seseorang untuk menerima.

Manajemen konflik, resolusi konflik yang mentransformasi ke keadaan sebelum terjadinya konflik, yaitu keadaan kehidupan yang harmonis dan damai. Jika salah satu pihak yang terlibat konflik salah, lawan konfliknya harus dapat memaafkan. Kedua belah pihak yang terlibat konflik saling memaafkan dan tidak menyisakan dendam yang dapat menimbulkan konflik baru di kemudian hari.

6. Konflik Sebagai Proses Politik

Menurut Wirawan (2010: 123) konflik merupakan awal proses dari adanya suatu permasalahan yang menyebabkan terjadinya konflik pada pihak-pihak yang berkonflik sampai terjadinya solusi. Konflik itu sendiri terjadi


(51)

31

dalam berjalannya organisasi politik yang sudah tidak kondusif merupakan proses politik yang melibatkan fase-fase diantaranya:

1. Penyebab konflik seperti beda tujuan, kompetisi akan sumber yang terbatas dan perbedaan pandangan.

2. Fase laten dimana penyebab konflik telah ada. 3. Fase pemicu seperti sadar terjadinya konflik. 4. Fase eskalasi dimana interaksi konflik memanas.

5. Fase kritis yang sudah tidak menghormati peraturan yang ada dan menyelamatkan muka.

6. Fase resolusi konflik.

7. Fase pasca konflik dimana hubungan pihak yang berkonflik bisa kembali harmonis atau bisa tidak harmonis.

7. Pengaruh Konflik

Wirawan (2010: 106) menyebutkan bahwa konflik mempunyai pengaruh besar untuk kehidupan manusia, baik secara individual maupun kelompok. Selain itu konflik juga mempunyai pengaruh secara positif maupun negatif. Kedua pengaruh tersebut dapat membuat perubahan untuk kehidupan manusia. Konflik dapat mengubah dan membawa perubahan dalam kehidupan manusia untuk lebih baik.


(52)

32

1. Pengaruh Positif

Konflik mempunyai pengaruh yang positif untuk kehidupan manusia. Berikut ini uraian mengenai pengaruh yang positif dari konflik.

1.1 Menciptakan Perubahan

Konflik berpengaruh besar untuk kehidupan manusia, dengan adanya konflik maka dapat membawa perubahan lebih baik dan mengembangkan kehidupan umat manusia. Karena dengan adanya konflik dapat memotivasi manusia untuk berusaha mengubah keadaan lebih baik.

1.2 Memahami Orang Lain Lebih Baik

Konflik menyadarkan seseorang untuk memahami orang lain yang bahwa adanya perbedaan tentang pendapat, berbeda pola pikir dan berbeda karakter. Perbedaan tersebutlah yang perlu adanya penyelesaian secara hati-hati dalam pengambilan keputusan untuk menguntungkan dirinya ataupun kedua belah pihak.

1.3 Menstimulasi Cara Berpikir yang Kritis dan Meningkatkan Kreativitas Konflik membawa pola pikirnya menstimulasi dirinya untuk berpikir kritis terhadap posisi lawan konfliknya dan posisi dirinya sendiri. Adanya pemikiran memahami mengapa lawan konfliknya mempunyai anggapan berbeda dengan dirinya sehingga masing-masing mempertahankan pendapatnya. Kemudian muncul kreativitas untuk mengupayakan dalam menangani konflik tersebut.


(53)

33

1.4 Konflik Menciptakan Revitalisasi Norma

Perubahan norma memicu adanya konflik terkait perbedaan pendapat mengenai norma yang berlaku antara pihak yang ingin mempertahankan dan pihak lain yang ingin merubahnya. Sangat diperlukan penanganan yang lebih baik untuk norma yang merupakan revitalisasi norma yang akan berkembang.

2. Pengaruh Negatif

Disamping adanya pengaruh positif mengenai konflik, konflik juga dapat menimbulkan pengaruh negatif. Berikut uraian mengenai pengaruh negatif dari konflik.

2.1 Biaya Konflik

Konflik memerlukan biaya dalam penanganan transaksi interaksi konfik dalam bentuk sumber-sumber seperti energi fisik, energi psikologi, uang, waktu dan peralatan. Semakin tinggi tingkat konflik maka semakin tinggi pula biaya yang harus dikeluarkan dalam menangani konflik tersebut.

2.2 Merusak Hubungan dan Komunikasi diantara Pihak-pihak yang Terlibat Konflik.

Konflik menurunkan kualitas dan intensitas hubungan diantara pihak-pihak yang terlibat konflik. Karena konflik tersebut menimbulkan kecurigaan yang negatif antar yang berkonflik, seperti rasa tidak senang, marah, benci dan lain sebagainya. Keadaan ini merusak


(54)

34

hubungan diantara pihak-pihak yang berkonflik serta komunikasi yang menjadi tidak baik diantara mereka.

2.3 Merusak Sistem Organisai

Organisasi merupakan sistem sosial yang terdapat interaksi antar anggotanya, dimana saling berhubungan, saling membantu dan saling tergantung satu sama lain dalam mencapai tujuan organisasi. Sistem organisasi yang harmonis seperti ini akan rusak ketika adanya konflik yang terjadi kemudian menimbulkan sinergi negatif yang ada dalam organisasi.

2.4 Menurunkan Mutu Pengambilan Keputusan

Konflik yang berkembang menjadi terpuruk dan tidak sehat akan menghasilkan buntunya suatu diskusi, fitnah, agresi dan sabotase, serta menghilangkan kepercayaan diri. Keadaan ini tidak mungkin mengembangkan sumber alternatif dalam pengambilan keputusan. 2.5 Kehilangan Waktu Kerja

Konflik yang terjadi menyita waktu kerja karenanya digunakan untuk menyelesaikan konflik. Bagaimana tidak, karena tidak akan berjalan dengan baik jika suatu organisasi masih adanya konflik. Hal itu yang menjadi pertimbangan agar terselesaikan terlebih dahulu konflik, meskipun mengurangi waktu kerja.

2.6 Kesehatan

Konflik menyebabkan pihak yang terlibat konflik tidak terkontrol, seperti marah, stres, kecewa dan emosional. Keadaan ini


(55)

35

memungkinkan seseorang tersebut tekanan darah meningkat dan lain sebagainya yang menyebabkan kesehatannya terganggu.

C. Tinjauan Konflik Internal Partai

Menurut Djawamaku dalam Efriza (2012: 347) ada beberapa macam konflik internal dalam tubuh partai politik, diantaranya:

1. Karena partai politik tidak memiliki platform yang jelas, sehingga mengakibatkan tidak adanya ikatan ideologi diantara anggota partai. Ketika terjadi perpecahan yang bersifat klik, personal atau kelompok dengan mudah menimbulkan konflik.

2. Faktor kepemimpinan tunggal dan manajemen yang buruk. Terlalu kuatnya figur pemimpin parpol berpotensi mematikan kaderisasi di tubuh parpol bersangkutan. Figur yang kuat seringkali dianggap mampu menjadi perekat sementara pada saat bersama kader yang memiliki kualifikasi sepadan tidak pernah dipersiapkan sebagai calon pengganti.

3. Dipandang dari proses regenerasi yang harus dilakukan, kegagalan muncul tokoh baru dalam parpol menunjukan kegagalan parpol melakukan reformasi internal, terutama untuk revitalisasi dan regenerasi. Mampetnya regenerasi terutama karena figur petingginya menjadi simbol institusi.

Menurut Brown dalam Jemadu (2008: 204) dalam mengidentifikasi mengenai kompleksitas konflik internal secara spesifik memberikan penekanan pada pengaruh kebijakan atau perilaku elit pemimpin sebagai pemicu terjadinya


(56)

36

konflik internal di dalam partai politik. Brown dalam penelitiannya tidak membantah bahwa faktor-faktor struktural, politik, ekonomi, sosial, budaya dan perseptual menjadi suatu politik yang sangat relevan dan akurat untuk menjelaskan konflik internal yang menyebabkan faktor perilaku pemimpin yang terpenting dibandingkan dengan faktor pemicu lainnya.

D. Kerangka Pikir

Penelitian ini akan membahas penyebab konflik, bentuk konflik dan pengaruh konflik terhadap kader DPW PAN dalam pemberhentian Abdurachman Sarbini. Konflik merupakan dinamika partai politik yang seringkali terkait dengan permasalahan perbedaan pendapat, persaingan dan pertentangan akan keinginan yang dianggap benar, antara dua individu atau lebih (kelompok) yang memungkinkan adanya perbedaan pola pikir ataupun pandangan untuk suatu hal. Konflik yang penulis maksud adalah melihat bagaimana konflik di dalam tubuh DPW PAN bisa terjadi, sampai adanya pemberhentian Ketua Dewan Pimpinan Wilayah. Konflik di internal menyebabkan Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional (DPP PAN) memberhentikan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN Lampung Abdurachman Sarbini (Mance) dan menggantikannya dengan Pelaksana Tugas Alimin Abdullah yang menggantikan posisi Abdurachman Sarbini selama sisa jabatannya. Penggantian DPW PAN ini dilakukan setelah adanya evaluasi kerja yang dirasa kurang mengkoordinasi tubuh Partai Amanat Nasional.


(57)

37

Fisher dkk dalam Sahih Gatara dan Dzulkiah Said (2011: 183), Secara teoritis konflik yang terjadi dalam hal pemberhentian Ketua Dewan Pimpina Wilayah disebabkan beberapa teori penyebab konflik diantaranya sebagai berikut.

1. Teori Hubungan Masyarakat adalah ketegangan sosial yang terjadi karena adanya perbedaan dan pertentangan kepentingan yang disebabkan polarisasi akibat ketidakpercayaan, ketidak saling pengertian dan kepentingan. Konflik di internal Partai Amanat Nasional menyebabkan adanya pemberhentian yang dilakukan DPP terhadap Ketua DPW Provinsi Lampung.

2. Teori Negosiasi Prinsip adalah konflik yang terjadi pada teori negosiasi prinsip disebabkan adanya posisi-posisi yang tidak selaras lagi dan adanya perbedaan pandangan dalam konflik antara pihak-pihak yang terlibat konflik. Hal ini yang memungkinkan adanya negosiasi yang dilakukan untuk mengambil keputusan bersama melalui mufakat antara dua belah pihak. Konflik pemberhentian Ketua Dewan Pimpinan Wilayah dilakukan dengan evaluasi kinerja kemudian adanya musyawarah terhadap pihak yang bersangkutan dalam pemberhentian yang di tetapkan.

3. Teori Identitas adalah konflik terjadi akibat adanya identitas yang terancam. Masing-masing pihak di internal Partai Amanat Nasional merasa terancam identitasnya baik dari segi individu dengan individu/kelompok ataupun kelompok dengan kelompok. Hal ini cara penyelesaianpun ditempuh agar konflik yang ada tidak berkepanjangan.


(58)

38

Bentuk konflik menurut Fisher dalam Adawiah (2013: 20) menyebutkan tiga bentuk konflik, diantaranya:

1. Konflik Laten yaitu konflik yang bersifat tersembunyi dan perlu diangkat kepermukaan agar dapat ditangani secara efektif.

2. Konflik Manifest (terbuka) yaitu konflik yang berakar dalam dan nyata sehingga perlu adanya penyelesaian untuk mengatasi akar penyebab dan berbagai efeknya.

3. Konflik Permukaan yaitu konflik yang sifatnya tersembunyi, memiliki akar yang dangkal atau tidak berakar dan muncul hanya karena kesalahpahaman mengenai sesuatu yang dapat diatasi dengan menggunakan komunikasi, pada umumnya konflik ini tidak menimbulkan konflik kekerasan, karena konflik ini timbul oleh adanya perbedaan pendapat untuk mempertahankan argumen masing-masing orang atau kelompok yang terlibat didalamnya.

Wirawan (2010: 106) konflik mempunyai pengaruh positif dan negatif: 1. Pengaruh Positif

1.1Menciptakan perubahan lebih baik karena memotivasi untuk berusaha mengubah keadaan lebih baik.

1.2Memahami orang lebih baik karena konflik dapat menyadarkan seseorang bahwa adanya perbedaan.

1.3Menstimulasi cara berpikir yang kritis dan meningkatkan kreativitas karena konflik dapat memaksa seseorang untuk mengetahui posisi lawan.


(59)

39

1.4Konflik menciptakan revitalisasi norma karena perlu adanya penanganan yang lebih baik untuk norma baru.

2. Pengaruh Negatif

2.1Biaya konflik menjadikan seseorang akan terkuras seperti energi, psikologi, waktu, dan uang.

2.2Merusak hubungan dan komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat konflik karena konflik dapat menjadikan hubungan seseorang menjadi tidak baik lagi.

2.3Menurunkan mutu pengambilan keputusan karena konflik berkembang terpuruk yang menghasilkan buntutnya diskusi.

2.4Kehilangan waktu kerja karena konflik menyita waktu dalam penyelesaiannya.

2.5Kesahatan terganggu karena konflik menyebabkan pihak yang berkonflik sering tidak terkontrol emosi/jiwa.


(60)

40

Adapun untuk menjelaskan kerangka pikir di atas maka dibuat bagan kerangka pikir penelitian adalah sebagai berikut:

Bagan 1. Kerangka Pikir

Penyebab Konflik 1. Teori Hubungan

Masyarakat 2. TeoriNegosiasi

Prinsip

3. Teori Identitas

Bentuk Konflik 1. Konflik Laten 2. Konflik Manifest 3. Konflik Permukaan

Konflik Internal Partai Amanat Nasional (PAN)

Pemberhentian Ketua DPW PAN Provinsi Lampung

Pengaruh Konflik dalam Prosesnya. 1. Positif


(61)

41

III METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Menurut Sugiyono (2013: 1) penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti keadaan yang alamiah. Peneliti merupakan instrumen kunci yang mengumpulan data secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil dari penelitian lebih menekankan makna dari generalisasi.

Pada penelitian ini penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif melalui metode kualitatif yaitu memberikan gambaran tentang masalah yang diteliti terkait apa yang menyebabkan terjadinya konflik Partai Amanat Nasional dalam pemberhentian Abdurachman Sarbini. Peneliti menggunakan tipe penelitian ini karena penelitian kualitatif biasa digunakan untuk meneliti suatu perilaku dan tindakan suatu organisasi dalam upaya mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai konflik internal Partai Amanat Nasional yang menjadi fokus perhatian peneliti. Peneliti menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari prilaku orang yang diamati, yang kemudian data tersebut yang diperoleh di lapangan dikumpulkan dalam bentuk data-data seperti kata/prilaku dan kalimat, dengan latar belakang alamiah yang mana manusia merupakan instrumen.


(62)

42

Kemudian data-data tersebut digunakan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan fenomena sosial yang diteliti.

Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak.

B. Fokus Penelitian

Menurut Moleong (2006: 92) fokus penelitian berfungsi sebagai pedoman dalam melakukan pembahasan terhadap hasil penelitian untuk mengambil data apa saja yang relevan dengan permasalahan penelitian. Fokus penelitian ini harus konsisten dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang diterapkan terlebih dahulu. Fokus penelitian dalam penelitian ini terbatas untuk memahami dan mengetahui:

1. Konflik internal yang terjadi tersebut murni konflik di tubuh Partai Amanat Nasional atau intervensi eksternal.

2. Bentuk konflik yang terjadi di Partai Amanat Nasional 3. Pengaruh konflik positif atau negatif.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian pada penelitian ini bertempat di kantor DPW PAN jalan Dokter Susilo, Pahoman, Bandar Lampung. Lokasi kedua adalah di kantor KPUD Provinsi Lampung.


(63)

43

D. Sumber Data

Menurut Sugiyono (2013: 2) kriteria dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang sebenarnya sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar yang terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna balik yang terlihat dan terucap tersebut. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil penelitian yang didapatkan melalui dua sumber data, yaitu data primer dan sekunder.

1. Data Primer

Lofland dalam Moleong (2006: 157) data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung oleh peneliti dari lapangan. Penelitian ini, data primer yang diperoleh dari lokasi penelitian melalui wawancara sumber atau informan yang berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan. Serta tambahan pendukungan data yang didapatkan melalui media massa, data tersebut berupa pernyataan-pernyataan mengenai konflik internal Partai Amanat Nasional dalam pemberhentian Ketua DPW PAN tahun 2013.

Teknik yang digunakan informan adalah teknik purposive sampling yaitu teknik informan berdasarkan pertimbangan. Pemilihan informan didasarkan atas subjek yang memahami permasalahan dan bersedia memberi data ataupun informasi lain yang dapat dijadikan jawaban dari penelitian yang diperlukan. Penelitian kualitatif merupakan sumber data yang didapatkan dari narasumber


(64)

44

yang sangatlah penting untuk keberlangsungan penelitian ini, dimana individu yang mempunyai informasi dapat membantu dalam permasalahan internal Partai Amanat Nasional. Adapun informan yang dijadikan narasumber dalam penelitian ini adalah:

1. Nama : Drs . H. Abdurachman Sarbini SH, MM Alamat : Dr Harun 2 Kota Baru, Kec. Tanjung Karang

Timur No 117 Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : S2

Jabatann : Mantan Ketua DPW

2. Nama : Agus Bakti Nugroho, S.H Alamat : Bandar Lampung

Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : S1

Jabatan : Wakil Ketua bagian Hukum dan Advokasi DPW PAN Provinsi Lampung

3. Nama : A. Iswan Hendy Caya, S.H,.M.H

Alamat : Jl Sukardi Hamdani No.8 Labuhan Ratu Bandar Lampung

Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : S2

Jabatan : Wakil Ketua DPW PAN Provinsi Lampung

4. Nama : H. M Hazizi Hasan, S.E di dampingi Azmi Aziz Ketua DPD Lampung Selatan.


(65)

45

Alamat : Bandar Lampung Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : S1

Jabatan : Sekretaris

5. Nama : Heri Agustiawan, S.Sos

Alamat : JL. S. Alibaysa No .43 LK.I RT 007,Waydadi, Sukarame, Bandar Lampung

Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : S1

Jabatan : Staf Sekretariat

6. Nama : Ir Irfan Nuranda Djafar, CES

Alamat : Jl Wai Besai No 19, Sumur Batu, Teluk Betung Utara

Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : S1

Jabatan : Wakil Ketua MPPW

7. Nama : Erizal, S.Ag Alamat : Bandar Lampung Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : S1 Jabatan : Kader

8. Nama : Edi Agus Yanto S.IP Alamat : Bandar Lampung Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : S1


(66)

46

9. Nama : Asri Kusuma Ningrum, S.Psi.M.Kes Alamat : Bandar lampung

Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : S1

Pekerjaan : Guru ( Simpatisan PAN)

10. Nama : Dr. Syarief Makhya, M.Si Alamat : Bandar lampung

Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : S3

Pekerjaan : Akademisi Politik Unila

2. Data Sekunder

Lofland dalam Moleong (2006: 157) data sekunder merupakan data yang diperlukan dalam penelitian untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari data primer. Data sekunder dapat berupa studi pustaka yang berasal dari buku-buku, penelitian lapangan, maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Berbagai dokumen dihasilkan melalui objek penelitian yang dipergunakan untuk mendukung data primer dan memperkuat data dalam melakukan penelitian.

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah arsip dan data-data tertulis lainnya yang didapatkan oleh peneliti dari kantor DPW PAN Provinsi Lampung dan kantor KPUD Provinsi Lampung.


(67)

47

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2013: 63) menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta, wawancara dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian data yang digunakan dalam peneliti adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan wawancara dan dokumentasi. Teknik wawancara dilakukan secara langsung dengan informan, selain itu dokumentasi bertujuan agar diperoleh informasi secara baku/tertulis. Hasil dokumentasi akan dicocokkan dengan hasil wawancara sehingga didapatkan data yang akurat dan sesuai dengan kondisi lapangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Observasi

Menurut Moleong (2006: 173) observasi adalah teknik pengumpulan data melalui proses pengamatan secara langsung di lapangan atau di lokasi. Observasi dalam penelitian ini adalah mengamati perkembangan sejauh mana konflik itu terjadi melalui media massa atau media online dengan memperhatikan gejala atau fenomena yang berkaitan dengan pemberhentian Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Abdurachman Sarbini (Mance). Menurut Marshall dalam Sugiyono (2013: 64) melalui observasi peneliti belajar tentang


(68)

48

perilaku dan makna dari perilaku tersebut. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data observasi terus terang atau tersamar untuk menghindari suatu data yang dicari merupakan data yang masih rahasia sehingga kemungkinan jika dilakukan terus terang, maka penelitian tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi.

Adapun pelaksanaan observasi dalam penelitian ini mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1.1 Tahap Persiapan

Peneliti terlebih dahulu menentukan aspek-aspek tingkah laku apa yang akan diobservasi, kemudian dibuat sebagai acuan untuk penelitian agar mempermudah saat observasi.

1.2 Tahap Pelaksanaan.

Pada tahap ini peneliti mendatangi sumber informan yang terkait untuk dimintai informasinya yang sesuai dengan topik permasalahan yang memiliki hubungan terkait yang akan diteliti. Kemudian peneliti dapat melihat bagaimana fenomena atau kejadian permasalahan yang akan diteliti tersebut.

2. Wawancara

Esterberg dalam Sugiyono (2013: 72) wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan


(69)

49

sebagai teknik pengumpulan data dengan dukungan alat bantu untuk seperti buku untuk mencatat informasi yang dibutuhkan serta kamera untuk bukti konkrit jika memang benar melakukan wawancara dengan pihak yang memahami permasalahan. Wawancara dilakukan mulai tanggal 5 Agustus- 15 Oktober 2014.

3. Dokumentasi

Sugiyono (2013: 82) dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan sumber-sumber data sekunder yang berhubungan dengan masalah penelitian yang ada di lokasi penelitian yang merupakan catatan peristiwa yang sudah lalu dokumentasi dapat berupa tulisan ataupun berita media online, arsip-arsip tertulis dari kantor DPW PAN dan KPUD Provinsi Lampung ataupun dokumentasi eksternal berisi bahan-bahan informasi berupa buku, jurnal ilmiah, data internet berkaitan yang membantu penelitian.

4. Triangulasi

Menurut Sugiono (2013: 83) menyebutkan bahwa dalam teknik pengumpulan data dengan triangulasi merupakan pengumpulan data yang sifatnya penggabungan data dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber yang sudah ada. Secara tidak langsung menguji kredibilitas data yang didapatkan dari pengumpulan data dan sumber data lainnya.


(70)

50

Triangulasi teknik merupakan penelitian dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda cara untuk mendapatkan sumber yang sama. Ide dasar penelitian ini melihat fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik, sehingga dapat diperoleh kebenaran informasi yang didapatkan. Triangulasi dilakukan dengan cara mengabungkan data dari informan yaitu Abdurachman Sarbini, pengurus DPW PAN, Kader DPW PAN, Simpatisan PAN dan mencocokan data dari KPUD Provinsi Lampung yang berupa data perolehan suara.

F. Teknik Pengolahan Data

Moleong (2006: 151) setelah data diperoleh dari lapangan terkumpul maka tahap selanjutnya adalah mengolah data. Adapun teknik yang digunakan dalam mengolah data diantaranya:

1. Pengumpulkan Data

Pada penelitian ini, pengumpulan data merupakan faktor penting, dimana penelitian tersebut menghasilkan sumber yang berupa data primer atau sekunder yang diperoleh melalui panduan wawancara, dokumentasi dan bukti berupa data.

2. Editing Data.

Data yang diperoleh kemudian diteliti kembali, agar dapat diketahui kelengkapan data apakah data yang terkumpul sudah baik atau perlu diperbaiki seperti olahan data dari wawancara.


(1)

52

lapangan terkait fokus permasalahan. teknik analisis data dilakukan melalui empat tahap yaitu reduksi data, menampilkan data, verifikasi data dan kesimpulan. Pada tahap reduksi data peneliti memilih dan menyusun data, memindahkan data kasar kecacatan lapangan. Pada tahap kedua, peneliti menyusun data yang relevan sehingga menjadi informasi yang memiliki makna. Pada tahap verifikasi data peneliti berusaha menggambarkan atau menjelaskan untuk kebenaran data. Pada tahap kesimpulan peneliti menghubungkan dan membandingkan antara satu dengan yang lainnya sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagai jawaban permasalahan yang ada, dimana memiliki makna yang mengorganisasikan data, memilih, menjabarkan, menyusun dan membuat kesimpulan.


(2)

111

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkanhasil analisis di bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktorpenyebab konflik dalam pemberhentian Abdurachman Sarbini sebagai Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) tahun 2013, yaitu:

1. Bahwa konflik dengan kasus pemberhentian Abdurachman Sarbini, disebabkan oleh faktor ketidakpercayaan, faktor ketidakpengertian, faktor kepentingan, faktor komunikasi dan faktor identitas .

2. Bahwa konflik dengan kasus pemberhentian Abdurachman Sarbini bersifat manifest(terbuka) yang berakar dalam dan nyata sehingga perlu adanya penyelesaian untuk mengatasi akar penyebab dan efeknya. Konflik internal yang terjadi memang terlihat dapat merugikan PAN sehingga jalan penyelesaiannya mengganti ketua dewan pimpinan wilayah agar tidak terjadi dampak buruk untuk partai.

3. Bahwa konflik memiliki pengaruh positif yaitu membawa perubahan untuk memotivasi partai agar berusaha mengubah keadaan menjadi lebih baik.


(3)

112

B. Saran

Berdasarkan uraian dalam pembahasan, maka disarankan:

1. Sebaiknya Partai Amanat Nasional dapat memilih pengurusan partai berasal dari internal sehingga kepemimpinannya mengakar dengan partai.

2. Sebaiknya Partai Amanat Nasional dapat displin sesuai AD/ART yang diberlakukan.

3. Seharusnya partai melakukan pengkaderan secara lebih baik agar kader internal yang dihasilkan juga berkualitas.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, Miriam, 2008, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Efriza, 2012, Political Explore: Sebuah Kajian Ilmu Politik, Bandung: Alfabeta.

Hoogerwerf, 1979, Politikologi: Pengertian dan Problem-problem, Jakarta: Sapdodadi. Jemadu, Aleksius, 2008, Politik Global dalam Teori dan Praktek, Jogyakarta: Graha Ilmu. Mardihartono, dkk, 2014, Mengapa Kita Berkonflik?, Bandar Lampung: Indepth Publishing. Miall, Hugh, 2000, Resolusi Damai Konflik Kontemporer: Menyelesaikan, Mencegah, Melola

dan Mengubah Konflik Bersumber politik, sosial, Agama, dan Ras, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada. .

Moleong, Lexy, 2006, Metode Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Noor, Juliansyah, 2011, Metodologi Penelitian, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sahih Gatara, A.A. dan Dzulkiah Said, Mohamad, 2011, Sosiologi Politik: Konsep dan Dinamika

Perkembangan Kajian, Bandung: CV Pustaka Setia.

Sitepu, Arbi, 2012, Teori-teori Politik, Yogyakarta: Raha Ilmu.

Sugiarto, Eko, 2013, Master EYD: Edisi Baru, Yogyakarta: Suaka Media. Sugiono, 2013, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta. Surbakti, Ramlan, 1992, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: PT Grasindo.

Susan, Novri, 2010, Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer, Jakarta: Kencana.

Wirawan, 2010, Konflik dan Manajemen Konflik: teori, aplikasi, dan penelitian, Jakarta: Salemba Humanika.


(5)

Skrpsi:

Adawiah, Nurul Radiatul, 2013, “Konflik Internal Partai Nasdem Studi Tentang DPW Partai

Nasdem Sulawesi Selatan” Skripsi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Hasanuddin.

Jurnal:

Rendra, Deny Tahun 2012 dengan Judul “Dinamika Pergeseran Kekuasaan Politik di DPD

Partai Demokrat Provinsi Riau”, Jurnal Demokrasi dan Otonomi Daerah, volume 10,

Nomer 2, Desember 2012, hlm 67-147.

Isyaroh, Luluk Rofiqotul Tahun 2012 dengan Judul “Konflik di DPP PKB (Studi Tentang Ada

Tidaknya Dampak Konflik Di DPC PKB Kota Kediri)”, Jurnal Politik Muda, Vol 2,

Nomor 1, Januari-Maret 2012, hal 96-106. DATA:

AD/ART Partai Amanat Nasional. KPUD Provinsi Lampung.

Website:

(http//m.beritasatu.com/opini/tajuk/3336-pragmatisme-partai-partai.html, diakses pada 28 april 2014).

(http://m.antaralampung.com/berita/417173/dpp-pan-berhentikan-ketua-dpw-pan-lampung, diakses pada 10 Februari 2014).

(http://www.kupastuntaslampung.com/? Page=berita & no=11389, diakses pada 10 februari 2014).

(http://silabusrppsma.blogspot.com/2012/09/penyebab-terjadinya-konflik.html?m=1, diakses pada 8 mei 2014).

(http://silvaberlus.blogspot.com/2011/05/manajemen-konflik-pemanfaatan-ruang.html?m=1, diakses pada 8 mei 2014).


(6)

(http://lampung.tribunnews.com/2011/09/05/ibnu-panutan-bagi-semua-kader-pan-lampung). (http://issuu.com/dprd-provinsi-lampung/docs/profi-anggota-dewan/80).

(http://infocaleg.org/caleg/150805-irfan-nuranda-djafar/ diakses pada 14 oktober 2014). (http://id.m.wikipedia.org/wiki/Abdurachman-Sarbini, diakses pada 14 oktober 2014). (http://id.m.wikipedia.org/wiki/Alimin_Abdullah, diakses pada 14 oktober 2014).