PENGAWAN DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI LAMPUNG TERHADAP KENAIKAN TARIF ANGKUTAN PERUSAHAAN OTOBUS (PO)

ABSTRACT
THE SUPERVISION DEPARTMENT TRANSPORTATION OF LAMPUNG
PROVINCE ABOUT THE RATES OF OTOBUS COMPANY

BY

ELYASIP S SEMBIRING

Seeing the number of intercity bus transportation in Lampung Province operating in
the province of Lampung sought to make the government to continue to provide
oversight specifically for this transport. Lampung Provincial Government policy in
controlling the rates transport violations committed by the company or crew Otobus
bus transportation by raising tariffs unilaterally, especially during the Eid al-Fitr is
one of the efforts to control public transport services. Policies issued by the Minister
of Transportation through the Transportation Minister Decree No. 35 of 2003 on the
Implementation of Transportation Road With People in Public Transport, the
government is obliged to provide for the transport of highway decent, safe and
convenient for the people of Lampung Province, the government set for Inter-City
Transportation In Province as a mode of transportation that can be used by all levels
of society.
Problems in this study: (1) Supervision by the Department of Transportation

Lampung is (a) Provide an appeal in writing to all owners / entrepreneurs transport
(b) Provide a letter of reprimand to the Company Otobus (c) Lampung Transportation
Agency with the relevant agencies perform routine and periodic operation of mobile
and static (d) Lampung transportation Agency assigns members to conduct
undercover into a passenger bus AKDP (2) factors inhibiting Lampung transportation
Agency to control freight rates Otobus Company should coordinate with the police in
conducting surveillance the inspection of the Company Otobus transport fares, bus
crew which raise transport fares by unilateral.

The research method is quite descriptive with normative approach and empirical
juridical approach. Data was collected through in-depth interviews, literature studies,
and field studies. Suggestions in this study: (1) the Department of Transportation
Lampung more intense in giving an appeal in writing to all owners / entrepreneurs for
the orderly transport in determining freight rates and Lampung Transportation
Agency should do more often mobile and static operation to crack down on bus driver
AKDP / companies who violate the freight rates (2) Lampung transportation Agency
in cooperation with the police over the Lampung Police in the field to determine the
inspection schedule in order to create good cooperation in creating the transportation
and comfort in order to control the bus crews who often raise freight rates
unilaterally.

Keywords: Monitoring, Transport Rate.

ABSTRAK
PENGAWASAN DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI LAMPUNG
TERHADAP TARIF ANGKUTAN PERUSAHAAN OTOBUS

OLEH

ELYASIP S SEMBIRING

Melihat banyaknya bus Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi di Lampung yang
beroperasi membuat pemerintah Provinsi Lampung mengupayakan untuk terus
memberi pengawasan secara khusus bagi angkutan ini. Kebijakan Pemerintah
Provinsi Lampung dalam melakukan pengawasan terhadap pelanggaran tarif
angkutan yang dilakukan oleh Perusahaan Otobus maupun awak bus dengan cara
menaikkan tarif angkutan secara sepihak terutama pada saat Hari Raya Idul Fitri
merupakan salah satu upaya dalam mengendalikan pelayanan angkutan umum.
Kebijakan yang dikeluarkan Menteri Perhubungan melalui Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang
di Jalan Dengan Angkutan Umum, maka pemerintah wajib menyediakan angkutan

orang dijalan raya yang layak,aman dan nyaman bagi masyarakat Provinsi
Lampung, untuk itu pemerintah mengatur Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi
sebagai moda transportasi yang bisa digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Permasalahan dalam penelitian ini : (1) Pengawasan yang dilakukan pihak Dinas
Perhubungan Provinsi Lampung adalah (a) Memberi himbauan secara tertulis
kepada seluruh pemilik/pengusaha angkutan (b) Memberikan surat teguran kepada
Perusahaan Otobus (c) Dinas Perhubungan Provinsi Lampung bersama instansi
terkait secara rutin dan berkala melakukan operasi mobile dan statis (d) Dinas
Perhubungan Provinsi Lampung menugaskan anggotanya untuk melakukan
penyamaran menjadi penumpang bus AKDP (2) Faktor-faktor penghambat Dinas
Perhubungan Provinsi Lampung terhadap pengawasan tarif angkutan Perusahaan
Otobus yang harus berkoordinasi dengan pihak kepolisian dalam melakukan
pengawasan, sidak terhadap tarif angkutan Perusahaan Otobus, Awak bus yang
menaikkan tarif angkutan dengan sepihak.

Metode penelitian ini tergolong tipe deskriptif dengan pendekatan yuridis
normatif dan pendekatan yuridis empiris. Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara mendalam, studi kepustakaan, dan studi lapangan. Saran dalam
penelitian ini : (1) Dinas Perhubungan Provinsi Lampung lebih intens lagi dalam
memberi himbauan secara tertulis kepada seluruh pemilik/pengusaha angkutan

untuk tertib dalam penentuan tarif angkutan dan Dinas Perhubungan Provinsi
Lampung sebaiknya lebih sering lagi melakukan operasi mobile dan statis untuk
menindak pengemudi bus AKDP/perusahaan yang melakukan pelanggaran tarif
angkutan (2) Dinas Perhubungan Provinsi Lampung lebih bekerjasama dengan
pihak kepolisian yaitu Polisi daerah Lampung dalam menentukan jadwal sidak ke
lapangan guna terciptanya kerjasama yang baik dalam menciptakan kenyamanan
dalam bertransportasi dan agar dapat mengontrol para awak bus yang sering
menaikkan tarif angkutan secara sepihak.
Kata kunci : Pengawasan, Tarif Angkutan.

PENGAWASAN DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI LAMPUNG
TERHADAP KENAIKKAN TARIF ANGKUTAN PERUSAHAAN
OTOBUS (PO)

(Skripsi)

Oleh
Elyasip S Sembiring

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

MOTO

Masa depan itu dibeli oleh masa sekarang
(Samuel Johnson)

Jika orang berpegang pada keyakinan, maka hilanglah kesangsian. Tetapi, jika
orang sudah mulai berpegang pada kesangsian, maka hilanglah keyakinan
(Sir Francis Bacon)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa penuh puji dan syukur atas kasih yang diberikan Tuhan Yang
Maha Esa dengan penuh kerendahan hati ku persembahkan kepada :
Kepada Kedua Orang Tuaku Tercinta yang selalu memberikan dukungan,
motivasi, dan berdoa untuk kesuksesanku
Kakak-kakakku yang telah menjadi inspirasi

Keluarga besarku yang membuat aku termotivasi untuk menjadi anak yang
sukses
Dosen Pembimbing dan Penguji yang sangat berjasa
Almamater Tercinta

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Bandar Lampung pada
tanggal 17 September 1992, sebagai putra ketiga dari tiga
bersaudara, dari pasangan Bapak Darti Sembiring dan Ibu
Iriana Ginting.

Latar belakang pendidikan yang telah dijalankan yaitu penulis menyelesaikan
pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Eka Dharma Candimas, Natar Tahun
1998, Sekolah Dasar (SD) di SD Fransisikus 1 Tanjung Karang, Bandar Lampung
Tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Fransiskus 1 Tanjung
Karang, Bandar Lampung Tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di
SMAN 15 Bandar Lampung diselesaikan Tahun 2010.

Tahun 2010, Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

Lampung melalui jalur Mandiri pada Tahun 2010. Selama menjalani kuliah
penulis ikut dan aktif di HIMA Hukum Administrasi Negara, IMKA, dan
Permata.

SANWACANA

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan karunia-Nya
skripsi ini dapat diselesaikan.Skripsi dengan judul “Pengawasan Dinas
Perhubungan Provinsi Lampung Terhadap Kenaikan Tarif Angkutan Perusahaan
Otobus” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Hukum (S.H) di Universitas Lampung.

Selesainya penulisan skripsi ini, adalah juga berkat motivasi dan pengarahan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
penulis ingin menyampaikan terima kasih banyak kepada :
1.

Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Lampung;


2.

Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi
Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung;

3.

Bapak Charles Jackson, S.H., M.H., selaku Pembimbing I atas kesabaran
dan

kesediaannya

meluangkan

waktu

disela-sela

kesibukannya,


mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan bimbingan, saran, dan
kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4.

Bapak Satria Prayoga, S.H., M.H., Selaku Pembimbing II yang telah
bersedia untuk meluangkan waktunya, mencurahkan segenap pemikirannya,
memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi
ini;

5.

Bapak Elman Eddy Patra, S.H., M.H., selaku Pembahas I yang telah
memberikan kritik, saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi
ini;

6.

Ibu Marlia Eka Putri, S.H., M.H., selaku Pembahas II yang telah
memberikan kritik, saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi

ini;

7.

Bapak Syamsir Syamsu, S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik, yang
telah membantu dalam menempuh pendidikan di Fakultas Hukum
Universitas Lampung;

8.

Seluruh Dosen dan Karyawan/i Fakultas Hukum Universitas Lampung yang
penuh dedikasi dalam memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis, serta
segala bantuan yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan studi
di Fakultas Hukum Univeritas Lampung;

9.

Secara Khusus Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Almarhum
Bapak yang penulis banggakan dan Mamak tercinta yang telah banyak
memberikan dukungan, doa, dan pengorbanan baik secara moril maupun

materil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik. Terima
kasih atas segalanya semoga kelak dapat membahagiakan, membanggakan,
dan selalu bisa membuat kalian tersenyum dalam kebahagiaan;

10.

Kakak-kakak dan abang-abangku Ika Verayanti Sembiring, Rizki Yuliani
Sembiring, Gelora Sinuhaji dan Herwin Alex Pinem terima kasih telah
menjadi motifasi bagiku dan memberi dukungan moril, kegembiraan, dan
semangat;

11.

Keponakan-keponakanku Laura Audryane Pinem dan Corrine Salsalina
Pinem telah memberikan dukungan dan semangat;

12.

Teman Fakultas Hukum dan teman-teman Hukum Administrasi Negara ’10
Sanggam, Yoga, Cio, Seto, Willi, Kamal, Ridho, Rusjana dan yang tidak
dapat disebutkan satu persatu terima kasih atas dukungan dan kerjasamanya.
Semoga kita semua dapat sukses;

13.

Jusuf, Wetson, Ivo, Edo, Rizal, Ricko, Yuri, Saut dan yang tidak bisa
disebutkan satu persatu terima kasih telah menjadi pendukung kuliah sampai
penulis dapat menyelesaikan kuliah;

14.

Seluruh Teman-teman Permata dan IMKA Yudha S, Destra S, Bryan S,
Daniel P, Cokro S, Jimmy B, Imanuel KPA, Rio S, Hans S, Rio SBY, Eko
S, Menta, Efendi, Aldo G, Batinta, Erisa S, Arthalia, Oktanina, Emia S,
Cirem J K, dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima
kasih atas doa dan dukungannya;

15.

Teman-teman Villa selmon Robert, Ayu, Leni,Yuanita, Nevia, Alpina,
Anggun terima kasih atas doa dan dukungannya;

16.

Teman-teman SD, SMP, SMA Marshal, Fazri, Felix, Honggen, Robby,
Adit, Surya, Aden, Rasyit, Ferdi, Doki, Ranto, Barka dan teman-teman yang
tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih atas dukungan dan
semangatnya;

17. Kepada teman-teman KKN desa Tanjung Inten Kecamatan Purbolinggo
Lampung Timur tercinta Aldi, Gea, Pebri, Aji, Ica, Yobel, Meta, Dini, Rose,
Tati terima kasih atas dukungan, doa, semangatnya dan terima kasih telah
menjadi keluarga baruku. Semoga kita semua sukses;
18.

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih atas bantuan dan dukungannya.

Semoga Tuhan memberikan balasan atas jasa dan budi baik yang telah diberikan
kepada penulis. Akhir kata, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan
dalam penulisan skripsi ini dan masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit
harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya
bagi penulis dalam mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, Agustus 2014
Penulis,

Elyasip Sehpinta Sembiring

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Seiring dengan makin pesatnya pertumbuhan perekonomian penduduk,tuntutan
akan tersedianya fasilitas alat transportasi yang memadai juga telah mengalami
peningkatan. Hal tersebut mendorong pemerintah maupun pihak swasta untuk
melaksanakan pembangunan di bidang transportasi.

Transpotasi merupakan salah satu kebutuhan mobilitas manusia saat ini. Media
transportasi menjadi sarana mobilitas manusia guna melakukuan berbagai aktifitas
sehari-hari dan sarana untuk memberi kemudahan bagi manusia untuk
menjangkau tempat beraktifitasnya sehari-hari maupun menghantarkan ke kota
tujuan. Transportasi yang baik haruslah merupakan suatu sistem yang dapat
memberikan pelayanan yang cukup, baik kepada masyarakat secara umum
maupun secara pribadi.1

Dalam mendukung seseorang menuju tempat aktifitas sehari-hari dan bepergian
keluar kota ada beberapa pilihan salah satunya menggunakan alat angkut
transportasi massal,pengangkutan memang peranan vital dalam segala aspek baik
secara langsung maupun tidak langsung, terlebih dalam dunia ekonomi tidak
mungkin terlepas dari kegiatan pengangkutan.Kegiatan pengangkutan telah lama
1

Marigan Masry Simbolon,Ekonomi Transportasi, jakarta: Ghalia Indonesia, 2003, hal 1.

2

dikenal sejak zaman dahulu,yaitu sejak masih digunakannya sarana angkutan yang
sederhana hingga sekarang telah menggunakan sarana angkutan yang serba
modern,hal tersebut berkembang secara wajar seirama dengan perkembangan
zaman.

Perkembangan sarana angkutan akan mengakibatkan mobilitas masyarakat
semakin tinggi,demikian juga dalam dunia perekonomian yang semakin
maju,fungsi pengangkutan untuk memindahkan barang atau orang dari suatu
tempat ke tempat lain,dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai
barang.2

Pengangkutan di darat dalam melaksanakan fungsi dan tujuannya beraneka
macam,ada yang berfungsi sebagai angkutan barang,angkutan penumpang seperti
angkutan kota, bus AC (Air Conditioner) yang dilengkapi dengan penyejuk
ruangan, bus Non AC yang tidak dilengkapi dengan penyejuk ruangan dan ada
yang sebagai angkutan penumpang sekaligus barang,baik yang menurut fisik
sarana pengangkutan dilakukan oleh kendaraan yang dapat berupa kendaraan
bermotor

maupun

mobil

atau

kendaraan

darat

lain.Pelaksanaan

usaha

pengangkutan dapat dikelola pemilikan usahanya mulai yang sederhana,yaitu
individu atau perseorangan maupun sampai pada pengaturan usaha yang
profesional yaitu oleh suatu bentuk usaha Perseroan Terbatas.

Perbedaan didalam pengaturan usaha dibedakan dari segi tanggung jawab dalam
usaha itu sendiri,sebuah sarana pengangkutan yang dikelola oleh Perseroan
Terbatas secara langsung tunduk pada aturan-aturan di dalam Undang – Undang
2

HMN. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia-Hukum
Pengangkutan,Djambatan,Jakarta,1984

3

Nomor : 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, namun pada umumnya dalam
penyelengaraan

usaha

pengelolaan

sarana

pengangkutan

terdaftar

pada

Departemen Perindustrian dan Perdagangan dengan nama Perusahaan Oto Bus.

Hubungan antara suatu Perusahaan Oto Bus dan konsumen terikat pada suatu
persetujuan

berupa

perjanjian

pengangkutan,berdasarkan

yurisprudensi

Mahkamah Agung Nomor : 653 K/Sip/1980 tanggal 11 juni disebutkan,bahwa
hak dan kewajiban dari para pihak dalam tiap-tiap perjanjian harus ada dan ini
ditentukan dalam isi perjanjian yang bersangkutan.

Terikatnya Perusahaan Oto Bus dan konsumen dalam suatu perjanjian
pengangkutan

memaksakan

masing-masing

pihak

untuk

mematuhi

penyelengaraan dari isi perjanjian tersebut,dengan konsekuensi hukum yang ada.
Pengelolaan suatu sarana pengangkutan khususnya pengangkutan penumpang
yang berorientasi pada pelayanan umum memiliki beberapa aturan tersendiri yang
khusus

diterapkan

pada

sarana

angkutan

umum,

misalkan

dari

segi

perizinan,keseragamantarif angkutan dan trayek yang telah ditetapkan oeh Dinas
Perhubungan,namun dalam pelaksanaannya Perusahaan Otobus meminta berbedabeda.

Pada kondisi diatas persoalan dibidang hukum adalah minimnya pengetahuan
masing – masing pihak tentang standart fasilitas dan aturan terhadap aturan tarif
penumpang dari suatu pengangkutan yang berorientasi angkutan umum,hingga
mejadi peluang bagi perusahaan oto bus untuk menaikkan tarif angkutan melebihi
dari yang ditentukan oleh dinas yang terkait yaitu Dinas Perhubungan.

4

Beberapa survei yang dilakukan penulis terhadap beberapa penumpang bus
jurusan

Rajabasa-Bakauheni,

para

peumpang

yang

menggunakan

yang

menggunakan jasa bus jurusan Rajabasa-Bakauheni begitupun sebaliknya jurusan
Bakauheni Rajabasa mereka menuturkan bahwa kerap kali diminta ongkos yang
melebihi standar yang telah ditetapkan Pemerintah (Dinas Perhubungan Provinsi
Lampung) oleh awak bus dengan alasan bahwa harga Bahan Bakar Minyak
(BBM) sudah naik,sementara pada saat itu Pemerintah sudah menentukan tarif
sebesar Rp.17.000,-. Namun awak bus tersebut meminta tarif ongkos sebesar
Rp.22.000,-.

Tarif angkutan yang melebihi dari yang telah ditetakan tentu saja sangat
merugikan para konsumen yang menggunakan jasa tersebut,maka dari itu penulis
untuk mengkaji lebih mendalam hal – hal yang berkaitan dengan tarif angkutan
perusahaan oto bus yang melebihi dari yang telah ditentukan dalam judul skripsi :
“PENGAWASAN

DINAS

PERHUBUNGAN

PROVINSI

LAMPUNG

TERHADAP TARIF ANGKUTAN PERUSAHAAN OTO BUS .”
1.2

Permasalahan dan Ruang Lingkup

1.2.1 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah diatas yang telah diuraikan sebelumnya maka
penulis merumuskan masalah sebagai berikut ?
1. Bagaimana pengawasan Dinas Perhubungan Provinsi Lampung terhadap tarif
angkutan Perusahaan Oto bus ?
2. Apakah faktor-faktor penghambat yang dialami Dinas Perhubungan Provinsi
Lampung terhadap tarif angkutan Perusahaan Otobus ?

5

1.3

Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahun bagaimana pengawasan Dinas Perhubungan Provinsi
Lampung terhadap tarif angkutan Perusahaan Otobus.
2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor penghambat Dinas Perhubungan
Provinsi Lampung terhadap tarif angkutan Perusahaan Otobus.

1.4

Kegunaan Penelitian

Berdasarkan hal – hal diatas, maka manfaat penelitian ini adalah :
1. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan
sebagai buah pikiran dan salah satu referensi,khususnya untuk masyarakat agar
tidak mudah dibohongi oleh perusahaan oto bus yang menaikkan tarif
angkutan yang melebihi dari yang telah ditetapkan.
2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat teoritis berupa
sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan hukum administrasi negara
pada umumnya,khususnya di bidang pengawasan terhadap Perusahaan Oto
Bus,dan khususnya untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universita Lampung.

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Kewenangan Daerah Otonom

Dalam susunan pemerintahan di Negara Indonesia ada Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan Pemerintah Desa. Masing-masing
Pemerintahan tersebut memiliki hubungan yang bersifat hierarkis. Dalam UUD
Negara Indonesia Tahun 1945 ditegaskan, bahwa hubungan wewenang antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota, atau
antara Provinsi dan Kabupaten/Kota, diatur oleh Undang-Undang dengan
memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah [Pasal 18A (1)].Hubungan
Keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya
lainnya antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah diatur dan
dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan Undang-Undang [Pasal 18A (2)].
Kewenangan Provinsi diatur dalam Pasal 13 Undang-Undang No.32 Tahun 2004
dapat diuraikan sebagai berikut :
1.

Perencanaan dan pengendalian bangunan

2.

Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang

3.

Penyelengaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat

4.

Penyediaan sarana dan prasarana umum

5.

Penanganan bidang kesehatan

7

6.

Penyelengaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial.

7.

Penanggulangan masalah sosial lintas Kabupaten/Kota

8.

Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas Kabupaten/Kota

9.

Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah termasuk lintas
Kabupaten/Kota

10. Pengendalian lingkungan hidup
11. Pelayanan pertanahan termasuk lintas Kabupaten/Kota
12. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil
13. Pelayanan administrasi umum Pemerintah
14. Pelayanan administrasi penanaman modal,termasuk lintas Kabupaten/Kota
15. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan
oleh Kabupaten/Kota
16. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan PerundangUndangan.

Urusan Pemerintah Provinsi yang bersifat pilihan meliputi urusan Pemerintahan
yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sesuai dengan kondisi kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang
bersangkutan kewenangan Kabupaten/Kota diatur dalam pasal 14 yang dapat
diuraikan sebagai berikut :
1.

Perencanaan dan pengendalian pembangunan

2.

Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang

3.

Penyelengaraan ketertiban umum dan ketentraman maasyarakat

4.

Penyediaan sarana dan prasarana umum

5.

Penanganan bidang kesehatan

8

6.

Penyelenggaraan pendidikan

7.

Penanggulangan masalah sosial

8.

Pelayanan bidang ketenagakerjaan

9.

Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah

10. Pengendalian lingkungan hidup
11. Pelayanan pertanahan
12. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil
13. Pelayanan administrasi umum Pemerintahan
14. Pelayanan administrasi penanaman modal
15. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya
16. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan PerundangUndangan.

2.2

Pengertian Pengawasan

Terkait dengan Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa dalam setiap organisasi,
terutama dalam organisasi Pemerintahan, fungsi pengawasan sangat penting
karena pengawasan itu adalah suatu usaha untuk menjamin adanya keserasian
antara penyelengaraan tugas pemerintahan oleh daerah dan pemerintah, serta
untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan pemerintahan secara berdaya guna
dan berhasil guna.1

1

Siswanto Sunarno, 2009, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm
109

9

Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan
tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan
kinerja yang telah ditetapkan tersebut.Controlling is the process of measuring
performance and taking action to ensure desired result.Menurut Wahyu Sasongko
S.H., M.H. “ Pengawasan secara sederhana dapat dirumuskan segala usaha atau
kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai
sasaran dan obyek yang diperksa”.
Dalam kamus bahasa Indonesia istilah “pengawasan berasal dari kata awas yang
artinya memperhatikan baik-baik, dalam arti melihat sesuatu dengan cermat dan
seksama,tidak ada lagi kegiatan kecuali memberi laporan berdasarkan kenyataan
yang sebenarnya dari apa yang diawasi”.2Dalam Hukum Administrasi Negara
pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang
dijalankan,

dilaksanakan,

atau

diselenggarakan

itu

dengan

apa

yang

dikehendaki,direncanakan atau diperhatikan.3
Menurut Winardi “pengawasan adalah semua aktivitas yang dilaksanakan oleh
pihak manajer dalam upaya memastikan bahwa hasil aktual sesuai dengan hasil
yang direncanakan. Sedangkan menurut Basu Swasta pengawasan merupakan
fungsi yang menjamin bahwa kegiatan-kegiatan dapat memberikan hasil
sepertiyang diinginkan”. Sedangkan menurut Komaruddin” pengawasan adalah
berhubungan dengan perbandingan antara pelaksana aktual rencana,dan awal
untuk langkah perbaikan terhadap penyimpangan dan rencana yang berarti”.

2

Sujanto,Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan,Ghalia Indonesia,1968,hal 2.
Prayudi,Hukum Administrasi Negara,Ghalia Indonesia, Jakarta,1981,hal 80.

3

10

Pengawasan adalah suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja
standarpada perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk
membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk
menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan tersebut, serta untuk
mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua
sumber daya perusahaan atau pemerintahan telah digunakan seefektif dan
seefisien mungkin guna mencapai tujuan perusahaan atau pemerintahan. Dari
beberapa pendapat tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan
merupakan hal penting dalam menjalankan suatu perencanaan. Dengan adanya
pengawasan maka perencanaan yang diharapkan oleh pemerintah dapat terpenuhi
dan berjalan dengan baik.

Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya
kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai.
melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang
telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan
efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas yang berkaitan erat
dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana pelaksanaan kerja sudah
dilaksanakan. Pengawasan juga dapat mendeteksi sejauhmana kebijakan
pimpinandijalankan dan sampai sejauhmana penyimpangan yang terjadi dalam
pelaksanaan kerja tersebut.

11

Sementara itu, dari segi hukum administrasi negara, pengawasan dimaknai
sebagai :
Proses kegiatan yang membandingkan apa yang dijalankan, dilaksanakan, atau
diselenggarakan itu dengan apa

yang dikehendaki, direncanakan, atau

diperintahkan.

Hasil pengawasan ini harus dapat menunjukkan sampai di mana terdapat
kecocokan dan ketidakcocokan dan menemukan penyebab ketidakcocokan yang
muncul. Dalam konteks membangun manajemen pemerintahan publik yang
bercirikan good governance (tata kelola pemerintahan yang baik), pengawasan
merupakan aspek penting untuk menjaga fungsi pemerintahan berjalan
sebagaimana mestinya. Dalam konteks ini, pengawasan menjadi sama pentingnya
dengan penerapan good governance itu sendiri.

Pada dasarnya ada beberapa jenis pengawasan yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Pengawasan Intern dan Ekstern
Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan
yang ada di dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan.
2. Pengawasan Preventif dan Represif
Pengawasan preventif lebih dimaksudkan sebagai, “pengawasan yang
dilakukan terhadap suatu kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga
dapat mencegah terjadinya penyimpangan.
3. Pengawasan Aktif dan Pasif
Pengawasan dekat (aktif) dilakukan sebagai bentuk pengawasan yang
dilaksanakan di tempat kegiatan yang bersangkutan.

12

2.2.1 Konsep Pengawasan

Pengawasan merupakan proses pengukuran kinerja dan pengambilan tindakan
untuk menjamin hasil yang diinginkan yang merupakan peran penting dan positif
dalam proses manajemen untuk menjamin segala sesuatu berjalan sebagaimana
mestinya dan sesuai waktunya. Pengawasan yang efektif akan memperlihatkan
kemampuan untuk memilih sasaran yang tepat. Dengan demikian, pengawasan
yang efektif berarti pengawasan yang tepat sesuai dengan proses yang harus
dilalui tanpa menyimpang dari sistem yang dianut sehingga tahapan yang dilalui
benar.

Pengawasan sebagai suatu sistem, seperti halnya sistem-sistem yang lain memiliki
karakteristik tertentu. Namun demikian, arti penting karakteristik tersebut berlaku
relatif, artinya pada kondisi yang berbeda, karakteristik itu pun berbeda pula. Pada
kondisi yang sama, karakteristik tersebut berlaku sama. Secara umum
pengendalian yang efektif mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Akurat (Accurate)

Informasi atas kinerja harus akurat. Ketidakakuratan data dari suatu sistem
pengawasan dapat mengakibatkan organisasi mengambil tindakan yang akan
menemui kegagalan untuk memperbaiki suatu permasalahan atau menciptakan
masalah baru.

13

Tingkat akurasi yang baik dari sebuah pelaksanaan pengawasan akan
menghasilkan suatu data atau informasi yang tepat yang dapat diolah menjadi
suatu bahan rujukan dalam pengambilan keputusan atau untuk mengambil
tindakan yang sifatnya korektif apabila terjadi kesalahan atau penyimpangan
serta menghindarkan organisasi dari permasalahan yang berlarut-larut bahkan
terciptanya persoalan baru yang dapat mempersulit kegiatan organisasi.

2. Tepat Waktu (Timely)

Informasi harus dihimpun,diarahkan,dan segera dievaluasikan jika akan
diambil tindakan tepat pada waktunya guna menghasilkan perbaikan.
Pengawasan

bertujuan

untuk

meminimalisir

kesalahan

yang

ada

dilapangan,ketika kesalahan terlanjur terjadi maka informasi dari hasil
pengawasan tersebut harus segera didistribusikan kepada mereka yang
berwenang untuk mengolah atau mengevaluasinya agar dihasilkan solusi yang
tepat untuk mencegah kesalahan yang sama terulang kembali.Keterlambatan
distribusi mengenai informasi penyimpangan ataupun kesalahan-kesalahan
tersebut dapat menyebabkan berlarut-larutnya tindak penyimpangan dan yang
pasti akan merugikan organisasi dari berbagai aspek misalnya kerugian
finansial dan lain sebagainya.

14

3. Objektif dan Komperhensif (Objective and Comprehensible)

Informasi dalam suatu sistem pengawasan harus mudah dipahami dan dianggap
objektif oleh individu yang menggunakannya. Maka objektif sistem
pengawasan, makin besar kemungkinannya bahwa individu dengan sadar dan
efektif akan merespon informasi yang diterima, demikian pula sebaliknya.
Sistem informasi yang sulit dipahami akan mengakibatkan bias yang tidak
perlu dan kebingungan atau frustasi diantara para aparat. Tindakan-tindakan
yang korektif sebelumnya harus dikuasai oleh mereka yang bertugas untuk
mengawasi dan mendistribusikan informasi pengawasan tersebut.

4. Dipusatkan pada Tempat Pengendalian Strategis (Focused on Strategic control
Points)

Sistem pengawasan strategis sebaiknya dipusatkan pada bidang yang paling
banyak kemungkinan akan terjadi penyimpangan dari standar, atau yang akan
menimbulkan kerugian yang paling besar. Selain itu, sistem pengendalian
strategis sebaiknya dipusatkan pada tempat dimana tindakan perbaikan dapat
dilaksanakan seefektif mungkin.

5. Secara Ekonomi realistik (Economically Realistic)

Pengeluaran biaya untuk implementasi harus ditekan seminimum mungkin
sehingga terhindar dari pemborosan yang tidak berguna. Usaha untuk
meminimumkan pengeluaran yang tidak produktif adalah dengan cara
mengeluarkan biaya paling minimum yang diperlukan untuk memastikan
bahwa aktivitas yang dipantau akan mencapai tujuan.

15

6. Secara Organisasi realistik (Organizationally Realistic)

Sistem pengawasan harus dapat digabungkan dengan realitas organisasi.
Misalnya, individu harus dapat melihat hubungan antara tingkat kinerja yang
harus dicapainya dan imbalan yang akan menyusul kemudian. Selain itu,
semua standar untuk kinerja harus realistik. Perbedaan status diantara individu
harus dihargai juga.

7. Dikoordinasikan dengan Arus Pekerjaan Organisasi (Coordinated with the
Organization’s Work Flow)
Informasi pengawasan perlu untuk dikoordinasikan dengan arus pekerjaan
diseluruh organisasi karena dua alasan. Pertama, setiap langkah dalam proses
pekerjaan dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan seluruh operasi.
Kedua, informasi pengawasan harus sampai pada semua orang yang perlu
untuk menerimanya.

8. Fleksibel (Flexible)

Pada setiap organisasi pengawasan harus mengandung sifat fleksibel yang
sedemikian rupa sehingga organisasi tersebut dapat segera bertindak untuk
mengatasi perubahan yang merugikan atau memanfaatkan peluang baru.

16

9. Preskriptif dan Operasional (Prescriptive and Operational)

Pengawasan yang efektif dapat mengidentifikasi tindakan perbaikan apa saja
yang perlu diambil setelah terjadi penyimpangan dari standar. Informasi harus
sampai dalam bentuk yang dapat digunakan ketika informasi itu tiba pada
pihak yang bertanggung jawab mengambil tindakan perbaikan.

10. Diterima Para Anggota Organisasi (Accepted by Organization Members).

Agar sistem pengawasan dapat diterima oleh para anggota organisasi,
pengawasan tersebut harus bertalian dengan tujuan yang berarti dan diterima.
Tujuan tersebut harus mencerminkan bahasa dan aktivitas individu kepada
situasi tujuan tersebut dipertautkan. Selain kesepuluh karakteristik pengawasan
yang efektif seperti dideskripsikan di atas, perlu diperhatikan bahwa standar
yang ditetapkan harus diterima oleh para anggota organisasi sebagai bagian
integral dan hasil dari pekerjaan mereka. Demikian pula bahwa sistem
pengawasan harus konsisten dengan kultur organisasi yang bersangkutan.
Karena apabila hal ini terjadi sebaliknya, sistem pengawasan tidak akan efektif
sebagaimana diharapkan.

Sistem pengawasan yang benar dan efektif akan memberikan dampak positif pada
kinerja organisasi. Hal ini dikarenakan adanya peran yang strategis dari
pengawasan itu sendiri yang telah diikat oleh instrument-instrument di atas.
Adapun peran strategis dari pengawasan adalah sebagai berikut :

17

1. Memastikan bahwa segala sesuatunya berjalan sesuai mandat, visi, misi, tujuan
serta target-target organisasi.

2. Mengetahui tingkat akuntabilitas kinerja tiap instansi yang akan dijadikan
parameter penilaian keberhasilan dan kegagalan misi organisasi dalam
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam renstra instansi.

3. Dua tujuan utama yaitu akuntabilitas dan proses belajar :
a. Dari sisi akuntabilitas, sistem pengawasan akan memastikan bahwa dana
pembangunan digunakan sesuai dengan etika dan aturan hukum dalam
rangka memenuhi rasa keadilan.
b. Dari sisi proses belajar, sistem pengawasan akan memberikan informasi
tentang dampak dari program atau intervensi yang dilakukan, sehingga
pengambil keputusan dapat belajar tentang bagaimana menciptakan program
yang lebih efektif.

2.2.2 Tujuan Pengawasan

Dalam rangka meningkatkan disipiln kerja pegawai dengan tujuan untuk
mencapai tujuan organisasi sangat perlu diadakan pengawasan,karena pengawasan
mempunyai beberapa tujuan yang sangat berguna bagi pihak-pihak yang
melaksanakannya. Tujuan pengawasan adalah mengusahakan agar pekerjaanpekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang
dikehendaki.

18

Sementara berkaitan dengan tujuan pengawasan :
1. Mensuplai pegawai-pegawai manajemen dengan informasi-informasi yang
tepat,teliti dan lengkap tentang apa yang akan dilaksanakan.
2. Memberi kesempatan pada pegawai dalam meramalkan rintangan-rintangan
yang akan mengganggu produktivitas kerja secara teliti dan mengambil
langkah-langkah yang tepat untuk menghapuskan atau mengurangi gangguangangguan yang terjadi.
3. Setelah kedua hal diatas telah dilaksanakan, kemudian para pegawai dapat
membawa kepada langkah terkhir dalam mencapai produktivitas kerja yang
maksimum dan pencapaian yang memuaskan dari pada hasil-hasil yang
diharapkan.

Tujuan pengawasan adalah :
1. Agar terciptanya aparat yang bersih dan berwibawa yang didukung oleh suatu
sistem manajemen pemerintah yang berdaya guna dan berhasil guna serta
ditunjang oleh partisipasi masyarakat yang konstruksi dan terkendali dalam
wujud pengawasan masyarakat (kontrol sosial) yang obyektif, sehat dan
bertanggung jawab.
2. Agar

terselenggaranya

tertib

administrasi

di

lingkungan

aparat

pemerintah,tumbuhnya disiplin kerja yang sehat.
3. Agar adanya keluasan dalam melaksanakan tugas, fungsi atau kegiatan,
tumbuhnya budaya malu dalam diri masing-masing aparat, rasa bersalah dan
rasa berdosa yang lebih mendalam untuk berbuat hal-hal yang tercela terhadap
masyarakat dan ajaran agama.

19

Dapat diketahui bahwa pada pokoknya tujuan pengawasan adalah :
1. Membandingkan antara pelaksanaan dengan rencana serta instruksi-instruksi
yang telah dibuat.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan-kesulitan,kelemahan-kelemahan atau
kegagalan-kegagalan serta efisiensi dan efektivitas kerja.
3. Untuk

mencari

jalan

keluar

apabila

ada

kesulitan,kelemahan

dan

kegagalan,atau dengan kata lain disebut tindakan korektif.

2.2.3 Prinsip-Prinsip Pengawasan

Agar fungsi pengawasan mencapai hasil yang diharapkan, maka subjek dari
pengawasan yang melaksanakan fungsi ini harus mengetahui dan menerapkan
prinsip-prinsip pengawasan. Agar pengawasan dapat berjalan dengan efisien dan
efektif perlu adanya sistem pengawasan yang efektif maka perlu dipenuhi
beberapa prinsip pengawasan yaitu :
1. Pengawasan harus bersifat fact finding, artinya pengawasan harus menentukan
fakta-fakta tentang bagaimana tugas-tugas dijalankan dalam organisasi.
2. Pengawasan harus bersifat preventif, artinya harus dapat mencegah timbulnya
penyimpangan dan penyelewengan dari rencana semula.
3. Pengawasan diarahkan kepada masa sekarang.
4. Pengawasan hanya sekedar alat untuk meningkatkan efisiensi dan tidak boleh
dipandang sebagai tujuan. Karena pengawasan hanya sekedar alat administasi,
pelaksanaan pengawasan harus mempermudah tercapainya tujuan. Pengawasan
tidak dimaksudkan untuk terutama menemukan siapa yang salah jika ada
ketidakberesan, akan tetapi untuk menemukan apa yang tidak benar.

20

5. Pengawasan bersifat harus membimbing agar supaya para pelaksana
meningkatkan kemampuannya untuk melaksanakan tugas

yang telah

ditetapkan.

2.3

Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pehubungan .

Terselenggaranya Good Governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintah
untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan serta cita-cita
bangsa bernegara. Dalam rangka itu diperlukan pengembangan dan penerapan
sistem yang tepat, jelas, teratur dan legitimate sehingga penyelenggaraan
pemerintah dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil
guna,bersih dan bertanggung jawab.

2.3.1 Kedudukan

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika merupakan unsur pelaksanaan
otonomi daerah di bidang perhubungan, Komunikasi dan Informatika yang
dipimpin oleh seorang kepala Dinas Perhubungan Provinsi Lampung, yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui
Sekretaris Daerah.4

4

http://www.kayongutarakab.go.id/2012/index.php/dinas-daerah/dinas-perhubungankomunikasi-dan-informatika

21

2.3.2 Tugas Pokok

Dinas Perhubungan mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan otonomi
daerah dibidang perhubungan yang meliputi lalu lintas dan angkutan, pengujian
dan keselamatan, sarana/prasarana lalu lintas jalan, perparkiran, terminal, dan sub
terminal dalam rangka pelaksanaan tugas desentralisasi. Dalam melaksanakan
tugas pokok fungsi uraian tugas Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika
meliputi :
1. Dinas

Perhubungan

Komunikasi

dan

Informatika

mempunyai

tugas

melaksanakan urusan pemerintah daerah berdasarkan azas otonomi dan tugas
pembantuan dibidang perhubungan dan informatika.
2. Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika dalam melaksanakan tugas
menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis dibidang perhubungan komunikasi dan
informatika.
b. Pelaksanaan teknis pada bidang perhubungan darat.
c. Pelaksanaan teknis pada bidang perhubungan laut.
d. Pelaksanaan teknis pada bidang perhubungan udara.
e. Pelaksanaan teknis pada bidang perhubungan komunikasi dan informatika.
f. Pelaksanaan urusan ketatausahaan administrasi umum dan keuangan.

22

2.3.3 Bagian Sekretariat

Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan pembinaan administrasi yang
meliputi pembinaan penyusunan program perencanaan kerja keuangan umum dan
kepegawaian, evaluasi, dokumentasi, pelaporan dan memberikan pelayanan teknis
administratif pada semua unsur organisasi Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Informatika.

Sekretariat mempunyai fungsi :
1. Pengumpul dan pengelolaan data serta penyusunan program dan rencana kerja
dinas.
2. Pengelolaan urusan keuangan .
3. Pengelolaan urusan kepegawaian.
4. Pengelolaan urusan rumah tangga dan perlengkapan.
5. Pengelolaan surat menyurat, kehumasan dan kpotokoleran.
6. Pengumpul dan pengelolaan kegiatan evaluasi dokumentasi dan pelaporan.
7. Sekretariat mempunyai uraian tugas sebagai berikut :
a. Melaksanakan kegiatan surat menyurat penataan dokumentasi arsip dan
pengadaan.
b. Menyiapkan bahan dan menyusun rencana kebutuhan barang unit dan
rencana tahunan barang unit (RKBU dan RTBU).
c. Menyiapkan
penyimpanan,

bahan

dan

inventarisasi,

melaksanakan
pemeliharaan,

pengelolaan,
distribusi

pengadaan,
bahan

dan

penghapusan barang unit.
d. Menyiapkan bahan administrasi perjalanan dinas, pelayanan akomodasi
tamu, hubungan masyarakat dan keprotokolan.

23

e. Menyiapkan

bahan

usulan

kepangkatan

dalam

jabatan,

mutasi

kepegawaian,

kenaikan

gaji

meliputi

berkala

usulan

pemindahan,

pemberhentian dan pension pegawai.
f. Menyiapkan bahan pembinaan pegawai meliputi pembinaan disiplin,
pengawasan melekat, kesejahteraan, pemberian tanda jasa/penghargaan dan
kedudukan hokum pegawai.
g. Menyiapkan bahan dan mengelola tata usaha kepegawaian dan apsensi.
h. Menyiapkan bahan penyusunan program kegiatan evaluasi, dokumentasi
dan pelaporan.
i. Menyiapkan bahan penyusunan petunjuk teknis

kegiatan evaluasi

dokumentasi dan pelaporan serta unsur organisasi dinas.
j. Menghimpun dan menyiapkan bahan penyusunan pelaksanaan evaluasi
kegiatan dinas.
k. Menghimpun dan menyiapkan bahan penyusunan pelaksanaan dokumen
kegiatan dinas.
l. Menghimpun dan menyiapkan bahan penyusunan pelaksanaan pelaporan
kegiatan dinas.
m. Menyiapkan bahan koordinasi dengan unit kerja/instansi terkait dalam
rangka pelaksanaan kegiatan evaluasi dokumentasi dan pelaporan dinas.
n. Menyiapkan bahan evaluasi dan laporan pelaksanaan tugas.
o. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai bidang tugas.

24

Sekretariat terdiri dari :
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
2. Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan.
3. Sub Bagian Evaluasi, Dokumentasi dan Pelaporan.

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan
pengelolaan urusan surat menyurat, pengadaan, rumah tangga, perlengkapan,
pendistribusian, pemeliharaan, penghapusan barang unit, keprotokolan dan
kehumasan serta melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian.

Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan mempunyai tugas melakukan
pengumpulan dan pengelolaan data penyusunan program dan rencana kerja dinas
dan menyelenggarakan kegiatan pengelolaan keuangan dinas.

Sub Bagian Evaluasi, Dokumentasi dan Pelaporan mempunyai tugas pokok
melaksanakan pengumpulan pengelolaan data dalam rangka pelaksanaan kegiatan
evaluasi pendokumentasian dan pelaporan kegiatan unsure-unsur organisasi di
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika.

2.3.4 Bidang Perhubungan Darat

Bidang Perhubungan darat mempunyai tugas melaksanakan pembinaan teknis
operasional dan pengendalian manajemen dan rekayasa, manajemen angkutan,
prasarana dan teknis sarana serta pengendalian operasional terhadap kegiatan
perhubungan darat.5
5

http://dishubkominfo.tanahbumbukab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id
=90&Itemid=88

25

Bidang perhubungan darat memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Pengumpulan dan pengelolan data serta penyusunan program dan rencana kerja
bidang perhubungan darat.
2. Pengelolaan manajemen dan rekayasa lalu lintas.
3. Pengelolaan urusan angkutan.
4. Pengumpulan laporan kegiatan pada sekretaris dinas.

Bidang Perhubungan Darat terdiri dari :
1. Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas.
2. Seksi Angkutan.
3. Seksi Pengendalian dan Operasional.

Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas mempunyai tugas melakukan
pemantauan dan analisis kinerja operasional penetapan standar batas maksimim
muatan dan kecepatan kendaraan angkutan barang dalam kabupaten.

Seksi Angkutan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan teknis operasional,
pengawasan dan pengendalian manajemen angkutan darat menetapkan jaringan
trayek angkutan dalam kabupaten, melakukan pemberian ijin angkutan umum atau
ijin trayek dan insidentil, menyiapkan usulan tarif angkutan penumpang dalam
kabupaten, melakukan pembinaan pada usaha angkutan umum, analisis kinerja
operasional pelayanan angkutan umum, penetapan lokasi terminal tipe C dan
pembinaan operasional terminal.

26

Seksi Pengendalian dan Operasional mempunyai tugas melaksanakan pembinaan
teknis operasional pengawasan dan pengendalian manajemen angkutan darat,
pembinaan dan pengelolaan pengendalian operasional kegiatan angkutan orang
dan barang.

2.3.5 Bidang Perhubungan Laut

Mempunyai tugas melaksanakan pengendalian dan pengawasan serta koordinasi
kegiatan lalu lintas angkutan laut dan keselamatan pelayaran, penyiapan,
penetapan lokasi, pemasangan dan pemeliharaan alat pengawasan dan
pengamanan lalu lintas angkutan laut dalam wilayah kabupaten, pengendalian dan
pengawasan pengelolaan pelabuhan kabupaten serta pembinaan terhadap asosiasi
sub sector pelabuhan laut.

Bidang perhubungan laut memiliki fungsi :
1. Pengumpulan dan pengelolaan data serta penyusunan program dan rencana
kerja bidang perhubungan darat.
2. Pengelolaan manajemen dan rakayasa lalu lintas.
3. Pengelolaan urusan angkutan.
4. Pengelolaan urusan pengendalian dan operasional.
5. Pengumpulan laporan kegiatan pada sekretaris dinas.

Bidang perhubungan laut terdiri dari :
1. Seksi Kepelabuhanan dan Pengerukan.
2. Seksi Navigasi, Kaspel dan SAR.
3. Seksi Lalu Lintas Angkutan Laut dan Perkapalan.

27

2.3.6 Bidang Perhubungan Udara

Bidang Perhubungan Udara mempunyai tugas melaksanakan pengendalian dan
pengawasan serta koordinasi kegiatan lalu lintas angkutan udara, pemasangan dan
pemeliharaan alat pengawasan dan pengamanan lalu lintas angkutan udara dalam
wilayah kabupaten, pengendalian dan pengawasan pengelolaan pelabuhan udara
kabupaten serta pembinaan terhadap asosiasi sub sector pelabuhan udara.

Bidang Perhubungan udara memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Pengumpulan dan pengelolaan data serta penyusunan program dan rencana
kerja bidang perhubungan udara.
2. Pengelolaan manajemen kebandarudaraan.
3. Pengelolaan urusan keselamatan penerbangan.
4. Pengelolaan urusan angkutan udara.
5. Pengumpulan laporan kegiatan pada sekretaris dinas.

Bidang Perhubungan Udara terdiri dari :
1. Seksi Kebandar Udaraan.
2. Seksi Keselamatan Penerbangan.
3. Seksi Angkutan Udara.

2.3.7 Fungsi.

Dinas Perhubungan Provinsi Lampung merupakan unsur pelaksana otonomi
daerah dibidang perhubungan yang berkedudukan dibawah dan bertanggung
jawab kepada Gubernur melalui Sekertaris Daerah, Dinas Perhubungan
mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintah daerah dibidang

28

perhubungan berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantu. Untuk
melaksanakan tugasnya, dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
mempunyai fungsi:
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika.
2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang
Perhubungan, Komunikasi dan Informatika.
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pelayanan perhubungan,
komunikasi dan informatika lingkup.
4. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika.
5. Pelaksanaan tugas kesekretariatan.
6. Pelaksanaan tugas lain di bidang Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
yang diserahkan oleh bupati sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.6

2.4. Tujuan Dinas Perhubungan Provinsi Lampung

Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi visi dan misi dalam bentuk yang
lebih terarah dan operasional untuk kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima)
Tahun kedepan. Oleh karena itu berdasarkan visi dan misi Dinas Perhubungan
Provinsi Lampung tujuan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Peningkatan keselamatan dan keamanan pelayanan transportasi darat.

6

http://dishubllaj.jatimprov.info/index.php?option=com_content&view=article&id=80&Itemid
=53

29

2. Pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana transportasi darat yang
menjangkau masyarakat.
3. Peningkatan kualitas operator/penyedia jasa transportasi darat yang memiliki
kualitas prima di dalam manajemen produksi.
4. Peningkatan daya saing pelayanan transportasi sehingga mampu berkompetisi
dengan moda lainnya dan memberikan nilai tambah.
5. Pertumbuhan pembangunan transportasi darat yang merata dan berkelanjutan.
6. Peningkatan perkembangan industri transportasi darat yang transparan dan
akuntabel.
7. Penciptaan pembangunan transportasi darat yang terintegrasi dengan moda
lainnya

2.5. Tarif
2.5.1 Pengertian Tarif

Pengertiantarifterbagikedalamduasudutpandangyaitudarisudutpandangpenumpang
dansudutpandang

operator

penyediajasa.

penyediajasaadalahhargadarijasaangkutan

Tarifbagi

operator

yang

diproduksinya,

danbesarnyatarifiniakanmenentukanbesarnyapenerimaan

yang

dapatdiperolehdaripenjualannya.

Sedangkantarifbagipenggunajasaangkutanadalahbiaya
harusdikeluarkansetiap

kali

yang

bepergianatausetiap

mengirimbarangnyadarisatudaerahkedaerahlainnya.Dari

pengertian

kali
di

atastujuantarifadalahuntukmendorongterciptanyapenggunaansaranadanprasaranap

30

engangkutansecara

optimum

denganmempertimbangkanjaraklintasan

yang

bersangkutan.
2.5.2 Tarif Angkutan

Tarif angkutan adalah suatu daftar yang memuat harga-harga untuk para pemakai
jasa angkutan yang disusun secara teratur. Pembebanan dalam harga dihitung
menurut kemampuan transportasi. Kebijakan tarif angkutan dibagi menjadi tiga,
yaitu :
1. Cost Of Service Pricing
Tarif didasarkan pada besarnya biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
jasa ditambah dengan tingkat keuntungan yang wajar.
2. Value Of Service Pricing
Tarif didasarkan pada besarnya nilai jasa angkutan yang diberikan oleh
pemakai jasa angkutan.
3. Charging What The Traffic Will Bear
Tarif angkutan didasarkan pada penentuan sedemikian rupa sehingga dengan
volume angkutan tertentu akan dapat menghasilkan penerimaan bersih yang
paling menguntungkan.

2.5.3 Sistem Tarif

Yang dimaksud dengan sistem tarif adalah struktur umum dari pentarifan pada
suatu daerah sedangkan jenis-jenis pentarifan adalah bagaimana mereka
membayarkan ongkos tersebut dibayarkan oleh penumpang.

31

1. Tarif Datar

Dalam sistem tarif datar tarif ditarik berdasarkan jauhnya jarak yang dapat
dicover. Tarif datar menawarkan berbagai jenis keuntungan khususnya dalam
hubungan

antara

pengumpulan

ongkos

dalam

kendaraan.

Hal

ini

memperbolehkan transaksi tunai terutama sangat penting kepada kendaraan
besar.

Semakin bes