Aspek Hukum Penetapan Tarif Tiket Angkutan Penumpang oleh Perusahaan Penerbangan Sesuai dengan SK Menteri Perhubungan

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PENETAPAN TARIF ANGKUTAN
PENUMPANG

A. Dasar Hukum Penetapan Tarif Angkutan Penumpang
Undang-undang pengangkutan Indonesia menggunakan istilah “orang”
untuk pengangkutan penumpang. Akan tetapi, rumusan mengenai “orang” secara
umum tidak diatur. Dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan orang,
penumpang adalah orang yang mengikatkan diri untuk membayar tarif
pengangkutan dan atas dasar ini dia berhak untuk memperoleh jasa pengangkutan.
Adapun dasar hukum penetapan tarif angkutan penumpang yaitu:
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
Angkutan Udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat
udara untuk mengangkut

penumpang, kargo, dan/atau pos untuk satu

perjalanan atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau
beberapa bandar udara.29 Kegiatan angkutan udara terdiri atas angkutan udara
niaga; dan angkutan udara bukan niaga.30 Angkutan udara niaga terdiri atas
angkutan udara niaga dalam negeri dan angkutan udara niaga luar negeri.31

Kegiatan angkutan udara niaga dapat dilakukan secara berjadwal dan/atau
tidak berjadwal oleh badan usaha angkutan udara niaga nasional dan/atau
asing untuk mengangkut

penumpang dan kargo atau khusus mengangkut

kargo.32
Angkutan udara niaga dalam negeri hanya dapat dilakukan oleh badan
usaha angkutan udara nasional yang telah mendapat izin usaha angkutan

29

Pasal angka 13 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
Ibid, Pasal 83 ayat (1)
31
Ibid, Pasal 83 ayat (2)
32
Ibid, Pasal 83 ayat (3)
30


Universitas Sumatera Utara

udara niaga.33Angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri hanya dapat
dilakukan oleh badan usaha angkutan udara nasional yang telah mendapat
izin usaha angkutan udara niaga berjadwal.34 Badan usaha angkutan udara
niaga berjadwal dalam keadaan tertentu dan bersifat sementara dapat
melakukan kegiatan angkutan udara niaga tidak berjadwal setelah mendapat
persetujuan dari Menteri.35 Kegiatan angkutan udara niaga tidak berjadwal
yang bersifat sementara dapat dilakukan atas inisiatif instansi Pemerintah
dan/atau atas permintaan badan usaha angkutan udara

niaga nasional.36

Kegiatan angkutan udara niaga tidak berjadwal yang dilaksanakan oleh badan
usaha angkutan udara niaga berjadwal tidak menyebabkan terganggunya
pelayanan pada rute yang menjadi tanggung jawabnya dan pada rute yang
masih dilayani oleh badan usaha angkutan udara niaga berjadwal lainnya. 37
Kegiatan angkutan udara niaga berjadwal luar negeri dapat dilakukan
oleh badan usaha angkutan udara niaga berjadwal nasional dan/atau
perusahaan angkutan udara


niaga berjadwal asing untuk mengangkut

penumpang dan kargo berdasarkan perjanjian bilateral atau multilateral.
Dalam hal angkutan udara niaga berjadwal luar negeri merupakan bagian dari
perjanjian multilateral yang bersifat multisektoral, pelaksanaan angkutan
udara niaga berjadwal luar negeri tetap harus diatur melalui perjanjian
bilateral. Perjanjian bilateral atau multilateral dibuat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan mempertimbangkan kepentingan nasional
berdasarkan prinsip keadilan (fairness) dan timbal balik (reciprocity). Badan
usaha angkutan udara niaga berjadwal nasional harus merupakan badan usaha

33

Ibid, Pasal 84
Ibid., Pasal 85 ayat (1)
35
Ibid., Pasal 85 ayat (2)
36
Ibid., Pasal 85 ayat (3)

37
Ibid, Pasal 85 ayat (4)
34

Universitas Sumatera Utara

angkutan udara niaga yang telah ditunjuk oleh Pemerintah Republik Indonesia
dan mendapat persetujuan dari negara asing yang bersangkutan. Perusahaan
angkutan udara niaga berjadwal asing harus merupakan perusahaan angkutan
udara niaga yang telah ditunjuk oleh negara yang bersangkutan dan mendapat
persetujuan Pemerintah Republik Indonesia.38
Tarif angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri terdiri atas tarif angkutan
penumpang dan tarif angkutan kargo. Tarif angkutan penumpang terdiri atas
golongan tarif pelayanan kelas ekonomi dan non-ekonomi. Tarif penumpang
pelayanan kelas ekonomi dihitung berdasarkan komponen yaitu tarif jarak,
pajak, iuran wajib asuransi dan biaya tuslah/tambahan (surcharge).39 Dalam
penetapan golongan tarif angkutan udara niaga berjadwal domestik, Menteri
memperhatikan kepentingan keselamatan dan keamanan penerbangan,
kepentingan masyarakat dan kepentingan penyelenggara angkutan udara
niaga. Yang dimaksud dengan “tarif jarak” adalah besaran tarif per rute

penerbangan per satu kali penerbangan, untuk setiap penumpang yang
merupakan hasil perkalian antara tarif dasar dengan jarak serta dengan
memperhatikan kemampuan daya beli. Tarif jarak terdiri dari biaya pokok
rata-rata ditambah dengan keuntungan wajar. Yang dimaksud dengan “biaya
tuslah/tambahan (surcharge)” adalah biaya yang dikenakan karena terdapat
biaya-biaya tambahan yang dikeluarkan oleh perusahaan angkutan udara di
luar perhitungan penetapan tarif jarak antara lain biaya fluktuasi harga bahan
bakar (fuel surcharge) dan biaya yang ditanggung oleh perusahaan angkutan

38
39

Ibid, Pasal 86 ayat (1), (2), (3), (4) dan (5)
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, Pasal 126 ayat (1), (2) dan

(3)

Universitas Sumatera Utara

udara karena pada saat berangkat atau pulang penerbangan tanpa penumpang,

misalnya pada saat hari raya.
Hasil perhitungan merupakan batas atas tarif penumpang pelayanan kelas
ekonomi angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri. Tarif batas atas
ditetapkan oleh Menteri dengan mempertimbangkan aspek perlindungan
konsumen dan badan usaha angkutan udara niaga berjadwal dari persaingan
tidak sehat. Tarif penumpang pelayanan kelas ekonomi angkutan udara niaga
berjadwal dalam negeri yang ditetapkan oleh Menteri harus dipublikasikan
kepada konsumen. Badan usaha angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri
dilarang menjual harga tiket kelas ekonomi melebihi tarif batas atas yang
ditetapkan Menteri. Badan usaha angkutan udara yang melanggar ketentuan
dikenakan sanksi administratif berupa sanksi peringatan dan/atau pencabutan
izin rute penerbangan.40
Tarif penumpang pelayanan kelas ekonomi merupakan harga jasa maksimum
pada suatu rute tertentu di dalam negeri atas pelayanan angkutan penumpang
kelas ekonomi yang ditetapkan setelah berkoordinasi dengan asosiasi
penerbangan nasional dengan mempertimbangkan masukan dari asosiasi
pengguna jasa penerbangan. Pelayanan kelas ekonomi adalah jasa angkutan
udara yang disediakan oleh badan usaha angkutan udara niaga dengan
pelayanan minimal yang memenuhi aspek keselamatan dan keamanan
penerbangan. Perlindungan konsumen merupakan melindungi konsumen dari

pemberlakuan tarif tinggi oleh badan usaha angkutan udara niaga dan
melindungi konsumen dari informasi/iklan tarif penerbangan yang berpotensi
merugikan/menyesatkan sehingga ditetapkan tarif batas atas. Perlindungan
40

Ibid, Pasal 127 ayat (1), (2), (3), (4) dan (5)

Universitas Sumatera Utara

dari persaingan tidak sehat merupakan melindungi badan usaha angkutan
udara niaga berjadwal dari penetapan tarif rendah oleh badan usaha angkutan
udara niaga berjadwal lainnya yang bertujuan untuk mengeluarkan badan
usaha angkutan udara niaga berjadwal pesaing dari rute yang dilayani.
Dipublikasikan merupakan dilakukan penyebarluasan tarif batas atas yang
telah ditetapkan oleh Menteri, baik yang dilakukan Menteri maupun oleh
badan usaha angkutan udara niaga, antara lain, melalui media cetak dan
elektronika dan/atau dipasang pada setiap tempat penjualan tiket pesawat
udara.
Tarif penumpang pelayanan non-ekonomi angkutan udara niaga
berjadwal dan angkutan kargo berjadwal dalam negeri ditentukan berdasarkan

mekanisme pasar. Tarif angkutan udara niaga untuk penumpang dan angkutan
kargo tidak berjadwal dalam negeri ditentukan berdasarkan kesepakatan antara
pengguna jasa dan penyedia jasa angkutan.41 Tarif penumpang angkutan udara
niaga dan angkutan kargo berjadwal luar negeri ditetapkan dengan
berpedoman pada hasil perjanjian angkutan udara bilateral atau multilateral.42
Ketentuan lebih lanjut mengenai tarif angkutan udara niaga berjadwal dalam
negeri kelas ekonomi dan angkutan udara perintis serta tata cara dan prosedur
pengenaan sanksi administratif diatur dengan Peraturan Menteri.43
2. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 Tentang Kebandaraudaraan
Tarif jasa kebandarudaraan di bandar udara umum ditetapkan berdasarkan
pada struktur dan golongan tarif serta dengan memperhatikan kepentingan
pelayanan umum, peningkatan mutu pelayanan jasa, kepentingan pemakai
jasa,

peningkatan

kelancaran

pelayanan,


pengembalian

biaya

dan

41

Ibid., Pasal 128 ayat (1) dan (2)
Ibid., Pasal 129
43
Ibid., Pasal 130
42

Universitas Sumatera Utara

pengembangan usaha.44 Struktur tarif jasa kebandarudaraan merupakan
kerangka tarif yang dikaitkan dengan tatanan waktu dan satuan ukuran dari
setiap jenis jasa yang diberikan oleh penyelenggara bandar udara. Golongan
tarif jasa kebandarudaraan merupakan penggolongan tarif yang ditetapkan

berdasarkan jenis pelayanan jasa kebandarudaraan, klasifikasi, dan fasilitas
yang tersedia di bandar udara. Ketentuan lebih lanjut mengenai struktur dan
golongan tarif jasa kebandarudaraan ditetapkan dengan Keputusan Menteri.45
Besaran tarif jasa kebandarudaraan pada bandar udara umum yang
diselenggarakan oleh Pemerintah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Besaran tarif jasa kebandarudaraan pada bandar udara umum yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Propinsi ditetapkan dengan Peraturan
Daerah. Besaran tarif jasa kebandarudaraan pada bandar udara umum yang
diselenggarakan

oleh

pemerintah

Kabupaten/Kota

ditetapkan

dengan


Peraturan Daerah. Besaran tarif jasa kebandarudaraan pada bandar udara
umum yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Kebandarudaraan ditetapkan
oleh Badan Usaha Kebandarudaraan setelah dikonsultasikan dengan
Menteri.46
3. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 14 Tahun 2016 tentang
Mekanisme Fourmulasi Perhitungan dan Penetapan Tarif batas Atas dan Batas
Bawah penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga
Berjadwal Dalam Negeri
Tarif penumpang pelayanan kelas ekonomi angkutan udara niaga berjadwal
dalam negeri adalah harga jasa pada suatu rute tertentu did alam negeri atas

44

Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 Tentang Kebandaraudaraan, Pasal 32
Ibid., Pasal 33 ayat (1), (2) dan (3)
46
Ibid., Pasal 34 ayat (1), (2), (3) dan (4)
45

Universitas Sumatera Utara

pelayanan angkutan penumpang kelas ekonomi.47 Tarif dasar adalah besaran
tarif per penumpang kilometer yang dinyatakan dalam rupiah.48 Tarif jarak
adalah besaran tarif per rute penerbangan per satu kali penerbangan, untuk
setiap penumpang yang merupakan hasil perkalian antara tarif dasar dengan
jarak serta dengan memperhatikan kemampuan daya beli. 49 Tarif batas atas
adalah harga jasa tertinggi/maksimum yang diijinkan diberlakukan oleh badan
usaha angkutan udara niaga berjadwal, yang dihitung berdasarkan komponen
tarif jarak.50 Tarif batas bawah adalah harga jasa terendah/minimum yang
diijinkan diberlakukan oleh badan usaha angkutan udara niaga berjadwal.51
4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 14 Tahun 2016 tentang
Mekanisme Fourmulasi Perhitungan dan Penetapan Tarif batas Atas dan Batas
Bawah penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga
Berjadwal Dalam Negeri
Tarif penumpang pelayanan kelas ekonomi angkutan udara niaga berjadwal
dalam negeri adalah harga jasa pada suatu rute tertentu did alam negeri atas
pelayanan angkutan penumpang kelas ekonomi.52 Tarif dasar adalah besaran
tarif per penumpang kilometer yang dinyatakan dalam rupiah.53 Tarif jarak
adalah besaran tarif per rute penerbangan per satu kali penerbangan, untuk
setiap penumpang yang merupakan hasil perkalian antara tarif dasar dengan
jarak serta dengan memperhatikan kemampuan daya beli. 54 Tarif batas atas

47

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 14 Tahun 2016 tentang Mekanisme
Fourmulasi Perhitungan dan Penetapan Tarif batas Atas dan Batas Bawah penumpang Pelayanan
Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri, Pasal 1 angka 1
48
Ibid., Pasal 1 angka 2
49
Ibid., Pasal 1 angka 3
50
Ibid., Pasal 1 angka 5
51
Ibid., Pasal 1 angka 6
52
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 14 Tahun 2016 tentang Mekanisme
Fourmulasi Perhitungan dan Penetapan Tarif batas Atas dan Batas Bawah penumpang Pelayanan
Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri, Pasal 1 angka 1
53
Ibid., Pasal 1 angka 2
54
Ibid., Pasal 1 angka 3

Universitas Sumatera Utara

adalah harga jasa tertinggi/maksimum yang diijinkan diberlakukan oleh badan
usaha angkutan udara niaga berjadwal, yang dihitung berdasarkan komponen
tarif jarak.55 Tarif batas bawah adalah harga jasa terendah/minimum yang
diijinkan diberlakukan oleh badan usaha angkutan udara niaga berjadwal.56
5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 81 Tahun 2016 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
Berlaku pada Direktorat Perhubungan Udara
Tarif pelayanan jasa penumpang pesawat udara (PJP2U) merupakan besaran
satuan biaya atas pelayanan penumpang pesawat udara yang dihitung sejak
memasuki beranda (curb) keberangkatan, pintu keberangkatan, sampai dengan
pintu kedatangan (arrival gate) dan beranda (curb) kedatangan penumpang di
bandar udara tujuan. Tarif pelayanan jasa penumpang pesawat udara (PJP2U)
berdasarkan waktu pembelian tiket pada saat berlakunya peraturan pemerintah
mengenai jenis dan tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak yang
berlaku pada Kementerian Perhubungan. Tatanan waktu dan satuan ukuran
tarif pelayanan jasa penumpang pesawat udara (PJP2U) yaitu satuan waktu
dihitung 1 (satu) kali proses perjalanan angkutan udara dan satuan ukuran
adalah per penumpang berangkat untuk 1 kali penerbangan yang telah
melakukan check-in.57
6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 18 Tahun 2017 tentang Formulasi
Biaya Operasi Penerbangan Angkutan Udara Perintis dan Tarif Penumpang
Angkutan Udara Perintis

55

Ibid., Pasal 1 angka 5
Ibid., Pasal 1 angka 6
57
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 81 Tahun 2016 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada
Direktorat Perhubungan Udara, Pasal 9 ayat (1), (2) dan (3)
56

Universitas Sumatera Utara

Tarif penumpang angkutan udara perintis dihitung berdasarkan atas
penggunaan pesawat udara jenis propeller dengan kapasitas tempat duduk
sampai dengan 30 (tiga puluh) tempat duduk, total biaya operasi pesawat
udara berdasarkan biaya penuh (full costing) termasuk tingkat keuntungan
(margin) paling banyak sebesar 10% (sepuluh perseratus) dan daya beli
masyarakat dengan data komponen biaya yang digunakan dalam perhitungan
mendasar pada data PDRB dari Badan Pusat Statistik (BPS), data realisasi
penerbangan perintis pada tahun sebelumnya dan data keuangan badan usaha
angkutan udara dengan memperhatikan tingkat akurasi, kewajaran dan
efiseinsi biaya serta dapat dipertanggungjawabkan. 58
Tarif penumpang angkutan udara perintis tahun 2017 untuk setiap rute
penerbangan tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Besaran tarif penumpang angkutan
udara perintis belum termasuk pungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan
iuran wajib dana pertanggungan dari PT. (Persero) Asuransi Kerugian Jasa
Raharja, yang dikenakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Badan usaha angkutan udara yang mengenakan pungutan dan atau
biaya tambahan, termasuk juga biaya tambahan dengan sifat alternatif pilihan
oleh penumpang diluar ketentuan Peraturan Menteri ini wajib mendapat
persetujuan dari Menteri. Tarif penumpang angkutan udara perintis yang
belum ditetapkan dalam Peraturan Menteri ini, berpedoman pada tarif yang
ditetapkan pada tahun sebelumnya.59

58

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 18 Tahun 2017 tentang Formulasi Biaya
Operasi Penerbangan Angkutan Udara Perintis dan Tarif Penumpang Angkutan Udara Perintis,
Pasal 5
59
Ibid., Pasal 6 ayat (1), (2), (3) dan (4)

Universitas Sumatera Utara

Pelaksanaan pungutan Tarif Pelayananan Jasa Penumpang Pesawat Udara
(PJP2U) di bandar udara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.60 Dalam hal terdapat rute baru dan tarif angkutan udara perintis
yang belum ditetapkan, Direktur Jenderal Perhubungan Udara dapat
memberlakukan tarif sementara sampai dengan ditetapkan dalam Peraturan
Menteri.61
B. Hak dan Kewajiban Penumpang
Dalam undang-undang pengangkutan dipakai istilah penumpang untuk
pengangkutan orang tetapi rumusan mengenai penumpang secara umum tidak
diatur dan dalam Undang-undang No.1 Tahun 2009 tentang penerbangan. Seorang
penumpang dalam perjanjian angkutan udara tentunya mempunyai hak untuk
diangkut ke tempat tujuan dengan pesawat udara yang telah ditunjuk atau
dimaksudkan dalam perjanjian angkutan udara yang bersangkutan. Di samping itu
juga penumpang atau ahli warisnya berhak untuk menuntut ganti rugi atas
kerugian yang dideritanya sebagai akibat adanya kecelakaan penerbangan atas
pesawat udara yang bersangkutan.
Selain itu hak-hak penumpang lainnya adalah menerima dokumen yang
menyatakannya sebagai penumpang, mendapatkan pelayanan yang baik,
memperoleh keamanan dan keselamatan selama dalam proses pengangkutan dan
lain-lain.
Hak penumpang di dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan yaitu :
1. Penyandang cacat, lanjut usia, anak-anak di bawah usia 12 (dua belas)
tahun, dan/atau orang sakit berhak memperoleh pelayanan berupa

60
61

Ibid., Pasal 7
Ibid., Pasal 8

Universitas Sumatera Utara

perlakuan dan fasilitas khusus dari badan usaha angkutan udara niaga.
(Pasal 134)
2. Yang berhak menggunakan tiket penumpang adalah orang yang namanya
tercantum dalam tiket yang dibuktikan dengan dokumen identitas diri yang
sah. (Pasal 151)
3. Dalam hal seorang penumpang meninggal dunia berhak menerima ganti
kerugian adalah ahli waris penumpang tersebut sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. (Pasal 173)
4. Penumpang, pemilik bagasi kabin, pemilik bagasi tercatat, pengirim kargo,
dan/atau ahli waris penumpang, yang menderita kerugian berhak
dapat mengajukan gugatan terhadap pengangkut di pengadilan negeri di
wilayah Indonesia dengan menggunakan hukum Indonesia, (Pasal 176)
5. Hak untuk menggugat kerugian yang diderita penumpang atau pengirim
kepada pengangkut dinyatakan kedaluwarsa dalam jangka waktu 2 (dua)
tahun terhitung mulai tanggal seharusnya kargo dan bagasi tersebut tiba di
tempat tujuan. (Pasal 177)
6. Penumpang yang berada dalam pesawat udara yang hilang, dianggap telah
meninggal dunia, apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah tanggal
pesawat udara seharusnya mendarat di tempat tujuan akhir tidak diperoleh
kabar mengenai hal ihwal penumpang tersebut, tanpa diperlukan putusan
pengadilan. Hak penerimaan ganti kerugian dapat diajukan setelah lewat
jangka waktu 3 (tiga) bulan. (Pasal 178 ayat (1) dan (2))
7. Penyandang cacat, orang sakit, lanjut usia, dan anak-anak berhak
memperoleh pelayanan berupa perlakuan dan fasilitas khusus dari badan
usaha bandar udara atau unit penyelenggara bandar udara. (Pasal 239)

Universitas Sumatera Utara

Adapun kewajiban penumpang di dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan:
1. Penumpang pesawat udara yang membawa senjata wajib melaporkan dan
menyerahkannya

kepada

badan usaha angkutan udara

yang akan

mengangkut penumpang tersebut. (Pasal 337)
2. Pemilik, agen ekspedisi muatan pesawat udara, atau pengirim yang
menyerahkan barang khusus dan/atau berbahaya wajib menyampaikan
pemberitahuan kepada pengelola pergudangan dan/atau badan usaha
angkutan udara sebelum dimuat ke dalam pesawat udara. (Pasal 138)
3. Surat muatan udara wajib dibuat oleh pengirim kargo. (Pasal 155)
4. Menunjukan tiketnya kepada pegawai-pegawai pengakut udara setiap saat
apabila diminta
5. Memberitahukan kepada pengangkut tentang barang–barang berbahaya
atau terlarang yang dibawa naik sebagai bagasi tercatat atau sebagai bagasi
tangan, termasuk pula barang-barang terlarang yang ada pada dirinya.
Kewajiban-kewajiban tersebut sangat berguna bagi penumpang agar selalu
berhati-hati dalam melakukan transaski ekonomi dan hubungan dagang. Dengan
cara seperti itu, setidaknya penumpang dapat terlindungi dari kemungkinankemungkinan masalah yang bakal menimpanya. Untuk itulah, perhatian terhadap
kewajiban sama pentingnya dengan perhatian terhadap hak-haknya sebagai
penumpang.
C. Konsep Tarif Batas Atas dan Batas Bawah Tiket Pesawat
Konsekuensi dari penerapan kelompok pelayanan ini adalah adanya
pembatasan maksimal tarif yang diperbolehkan dari tarif batas atas yang
ditetapkan pemerintah. Ketentuannya mengacu pada Keputusan Menteri

Universitas Sumatera Utara

Perhubungan Nomor 14 Tahun 2016 tentang Mekanisme formulasi perhitungan
dan penetapan tarif batas atas dan batas bawah penumpang pelayanan kelas
ekonomi Angkutan Udara Niaga berjadwal Dalam Negeri.
Formula penerapan besaran tarif berdasarkan kelompok pelayanan
ditetapkan sebagai berikut:
1. Penerapan tarif 100% dari tarif maksimum untuk full services.
2. Setinggi-tingginya 90% dari tarif maksimum untuk medium services
3. Setinggi-tingginya 85% dari tarif maksimum, untuk pelayanan dengan
standar minimum (no frills services).
Permenhub No.14/2016 yang berlaku efektif mulai tanggal 28 Januaari 2016
menetapkan formulasi baru dengan menyesuaikan tarif batas atas kelas ekonomi.
Kebijakan menaikkan tarif batas atas berkaitan dengan dampak perubahan kurs
Dollar. Tarif penumpang pelayanan kelas ekonomi tidak boleh melebihi tarif jarak
tertinggi yang ditetapkan oleh Menteri dan sesuai kelompok pelayanan yang
diberikan.
Tarif penumpang pelayanan kelas ekonomi pesawat dihitung berdasarkan
komponen

tarif

jarak,

pajak,

iuran

wajib

asuransi,

dan

biaya

tuslah/tambahan (surcharge). Tarif jarak merupakan hasil perkalian tarif dasar
dengan jarak serta dengan memperhatikan kemampuan daya beli. Tarif dasar
adalah besaran tarif per penumpang kilometer yang dinyatakan dalam rupiah. Tarif
dasar diperoleh dari hasil perhitungan biaya pokok per satuan unit produksi
ditambah keuntungan. Komponen pajak di sini termasuk airport tax (passenger
service charge/ PSC) yang sudah masuk dalam satuan tarif atau tidak dibayarkan
di bandara seperti dulu. Sesuai ketentuan besaran airport tax wajib dicantumkan di

Universitas Sumatera Utara

dalam tiket. Ketika musim mudik lebaran tiba, maskapai dilarang menaikkan tiket
di atas tarif batas karena komponen tuslah sudah termasuk dalam harga tiket.
Kementerian Perhubungan menetapkan batas bawah tiket penerbangan 40
persen dari tarif batas atas setiap rute penerbangan. Pemerintah beralasan, harga
tiket yang sangat murah membuat maskapai tidak mengabaikan aspek
keselamatan. Penerapan tarif batas bawah akan mengurangi insentif maskapai
penerbangan untuk lebih efisien. Konsumen tidak akan bisa memperoleh pilihan
jasa layanan penerbangan yang kompetitif dengan harga yang relatif murah,
dengan tanpa mengurangi jaminan keamanan dan keselamatan penerbangan,
khususnya pada maskapai berbasis Low Cost Service (LCC). Dengar pendapat
tersebut, diatur untuk mendengarkan kepentingan stakeholder baik Kementerian
Perhubungan,

asosiasi

penerbangan

(INACA),

maupun

pengamat

yang

berkecimpung di bidang tersebut atas rencana kebijakan penetapan tarif batas
bawah penerbangan.

Universitas Sumatera Utara