LAPORAN PRAKTEK INDUSTRI 001

(1)

LAPORAN PRAKTEK INDUSTRI

Studi Penentuan Rating Fuselink Sebagai Pengaman Percabangan Pada

Jaringan Distribusi 20kv Di PT. PLN (Persero) Area Kupang Rayon Oesao

OLEH :

NAMA

: TEMI TIMOTIUS D. NGEDI

NIM

: 1301132039

SEMESTER

: VII (TUJUH)

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Industri pada PT. PLN (Persero) Area Kupang Rayon Oesao selama 2 bulan, mulai tanggal 11 Juli 2016 s/d tanggal 11 September 2016 yang disusun oleh:

Nama : Temi Timotius D. Ngedi NIM : 1301132039

Program Studi : Pend. Teknik Elektro

Jurusan : Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan

Telah disetujui dan disahkan pada tanggal : .../Januari/2017

Mengetahui :

Dosen Pembimbing

DR. Gunadi Tjahjono, M.Pd NIP : 19631108 19903 1 001

Pembimbing Lapangan

Lutfi Mustofa, ST NIP : 9115532ZY

Mengesahkan :

Manager PT. PLN (Persero) Rayon Oesao

I Made Ray Kariyasa NIP : 7192047H

Ketua Program Studi Pend. Teknik Elektro

Nixson J. Meok, ST, MT NIP : 19750822 200501 1 002


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya haturkan kehadapan hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Anugerah-Nya saya telah berhasil menyelesaikan laporan praktek

industri dengan judul Studi Penentuan Rating Fuselink sebagai pengaman

percabangan pada jaringan distribusi 20KV PT. PLN (Persero) Rayon Oesao.

Tujuan dari penyusunan laporan ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan mata kuliah praktek industri yang telah dilaksanakan pada PT. PLN (Persero) Rayon Oesao.

Dengan selesainya laporan praktek industri ini, saya ingin mengucapkan terima kasih atas bantuan dan motivasi baik berupa moril maupun materil kepada :

1. Bapak DR. I Made Parsa, M.Pd Selaku ketua Jurusan Pendidikan teknologi dan kejuruan

2. Bapak DR. Gunadi Tjahjono, M.Pd selaku pembimbing praktek industri di Universitas Nusa Cendana

3. Bapak I Made Ray Kriyasa selaku manager PT. PLN (Persero) Rayon Oesao

4. Bapak Lutfi Mustofa, ST selaku Supervisor teknik di PT. PLN (Persero) Rayon Oesao dan juga sebagai pembimbing lapangan.

5. Seluruh karyawan PT. PLN (Persero) Rayon Oesao Khususnya Layanan

Teknik.

6. Dan kepada semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung.

Dalam penulisan ini saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan, oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari rekan-rekan semua demi kesempurnaan saya sebagai penulis kedepannya. Rekan-rekan semua dapat mengirimkan kritikan dan sarannya ke akun Academia.edu milik saya pada link

berikut : https://universitasnusacendana.academia.edu/TEMMYTIMOTIUS. Terima


(4)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Dasar Pemikiran ... 2

1.3. Tujuan Dan Manfaat ... 2

1.4. Waktu Dan Tempat Praktek Industri ... 3

1.5. Metode Pelaksanaan ... 3

1.6. Batasan Masalah ... 3

1.7. Sistematika Penulisan ... 3

BAB II ... 5

TINJAUAN UMUM PT. PLN (Persero) ... 5

2.1. Sejarah Umum Perusahaan ... 5

2.2. Profil PT. PLN (Persero) Rayon Oesao ... 6

2.3. Visi Perusahaan ... 9

2.4. Misi Perusahaan ... 9

2.5. Motto Perusahaan ... 9

BAB III ... 10

LANDASAN TEORI ... 10

3.1. Pengertian Sistem Proteksi Distribusi Tenaga Listrik ... 10


(5)

3.3. Persyaratan Sistem Proteksi ... 11

3.4. Pengaman Arus lebih ... 12

BAB IV ... 44

PEMBAHASAN ... 44

4.1. Kondisi Jaringan ... 44

4.2. Pengumpulan Data ... 46

4.3. Hasil Perhitungan ... 49

BAB V ... 51

PENUTUP ... 51

5.1. Kesimpulan ... 51

5.2. Saran ... 52


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. UPJ dibawah naungan PT. PLN Rayon Oesao ... 7

Tabel 2. Jumlah penyulang dalam pengawasan PLN Rayon oesao ... 8

Tabel 3. Luas wilayah pelayanan Rayon Oesao... 8

Tabel 4. Arus Leleh Fuse Link Tipe K Arus pengenal (rating) Fuse yang disarankan / disukai ... 17

Tabel 5. Arus Leleh Fuse Link Tipe K Arus pengenal (rating) Fuse yang tidak disarankan / disukai - intermediate ... 17

Tabel 6. Arus Leleh Fuse Link Tipe T Intermediate – Tidak disarankan. ... 18

Tabel 7. Arus Leleh Fuse Link Tipe T Arus pengenal (rating) Fuse yang disarankan / disukai ... 18

Tabel 8. Ketersediaan tipe dan rating fuse link yang diproduksi pabrik ... 24

Tabel 9. Koordinasi Proteksi Antara Fuse Cutout ... 38

Tabel 10. Koordinasi Proteksi Antara Fuse Cutout Fuse link tipe T Koordinasi dengan Fuse Link Tipe T ... 39

Tabel 11. Koordinasi Fuse link tipe H dengan tipe K dan tipe K dengan K ... 40

Tabel 12. Data Penyulang ... 44

Tabel 13.Data keselurahan Gardu pada tiap feeder ... 45

Tabel 14. Data Gardu Pada Feeder Camplong ... 46


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi PLN Rayon Oesao ... 6

Gambar 2. SLD PLN Oesao ... 8

Gambar 3. Klasifikasi Fuse Tegangan Tinggi... 13

Gambar 4. Fuse Cut out terbuka ... 15

Gambar 5. Fuse Cut out tertutup ... 15

Gambar 6. Fuse Cut out tipe Open Link ... 16

Gambar 7. Kurva Karakteristik Arus –Waktu Fuse link tipe K (kerja cepat) ... 21

Gambar 8. Fuse link tipe T (kerja lebih lambat) ... 22

Gambar 9. Fuse link tipe H (Tahan Surja) ... 23

Gambar 10. bagian bagian dari konstruksi FCO ... 32

Gambar 11. Pemasangan FCO untuk Proteksi Saluran ... 32

Gambar 12. Pelepasan/Pemasukan Fuse Holder FCO Dengan Load Buster ... 33

Gambar 13. Load Buster alat untuk membuka Fuse Holder Cut Out pada kondisi berbeban dengan peredam busur api ... 34

Gambar 14. Koordinasi Fuse Dengan Fuse ... 36


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Universitas Nusa Cendana (Undana) merupakan sebuah peruruan tinggi negeri di Indonesia yang berperan dalam peningkatan sumber daya manusia guna mempersiapkan tenaga kerja yang handal dalam dunia industri, serta sebagai Universitas yang mempunyai cita-cita untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia khususnya di provinsi Nusa Tenggara Timur.

Lulusan Undana Kupang diharapkan mampu memberi sumbangsi dalam hal pengembangan dunia industri, sesuai dengan keahlian masing-masing. Sehingga, berbagai kerja sama dengan pihak industri perlu ditingkatkan, baik dalam wujud Kunjungan Industri atau Praktik Industri. Wawasan dan pengalaman tentang dunia kerja sangat diperlukan bagi mahasiswa, karena mengingat negara Indonesia tergolong negara berkembang, dimana banyak teknologi yang masuk dan diterapkan dalam industri. Sehingga diharapkan mahasiswa dapat lebih mengenal tentang dunia industri dan perkembangan teknologi yang di gunakan.

Praktik Industri merupakan salah satu Mata kuliah wajib yang harus ditempuh oleh mahasiswa S-1 Pendidikan Teknik Elektro Universitas Nusa Cendana. Dengan adanya Praktik Industri, diharapkan mampu memberi pengalaman lebih kepada mahasiswa untuk bekerja secara langsung di Industri. Selain itu Praktik Industri dapat dijadikan sebagai ajang penyesuaian antara dunia pendidikan dengan dunia industri, sehingga PT. PLN (Persero) Area Kupang Rayon Oesao dianggap sebagai tempat yang sesuai untuk melakukan Praktik Industri.


(9)

1.2.Dasar Pemikiran

1.2.1. Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab dalam kemasyarakatan dan kebangsaan

1.2.2. Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu: pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

1.2.3. Tujuan pendidikan Undana, yaitu: profesional, berpendidikan, kepemimpinan,

dan sikap hidup bermasyarakat.

1.2.4. Syarat kelulusan mata kuliah Praktik Industri di Jurusan Pendidikan

Teknologi Dan Kejuruan S-1 Pendidikan Teknik Elektro Undana.

1.2.5. Untuk menyelaraskan antara dunia pendidikan tinggi dengan dunia kerja.

1.2.6. Sebagai sarana dalam mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku kuliah dengan ilmu yang ada di dunia kerja.

1.3.Tujuan Dan Manfaat

1.3.1. Melatih keterampilan yang mungkin tidak ada dalam suatu mata kuliah.

1.3.2. Terciptanya hubungan yang jelas dan terarah antara dunia perguruan tinggi dan dunia kerja sebagai pengguna lulusannya.

1.3.3. Meningkatkan kepedulian dan partisipasi dunia kerja dalam memberikan

kontribusi penyed8ia tenaga industri.

1.3.4. Memberikan pengetahuan lebih seputar dunia kerja yang sesungguhnya dan dapat mengimplementasikan ilmu yang didapat di dunia industri serta mengenal kehidupan dunia kerja secara menyeluruh.

1.3.5. Mahasiswa dapat mengetahui berbagi permasalahan yang ada di dunia


(10)

1.3.6. Mencari pengalaman kerja dan analisa berbagai teknologi yang digunakan oleh PT. PLN (Persero) Area Kupang Rayon Oesao.

1.4.Waktu Dan Tempat Praktek Industri

1.4.1. Waktu Kerja Praktek

Waktu pelaksanaan kerja praktek industry di mulai pada tanggal 11 Juli s/d 11 September 2016, setiap hari kerja mulai jam 07.30 – 16.30.

1.4.2. Tempat Kerja Praktek

Tempat kerja praktek industri dilaksanakan di PT. PLN (Persero) Area Kupang Rayon Oesao.

1.5.Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan kerja praktik industri ini dilakukan dengan beberapa cara, yakni sebagai berikut :

 Metode pengumpulan data primer, meliputi : observasi, mengamati langsung objek yang diteliti, bertanya langsung pada para ahli atau pihak yang terkait dalam observasi.

 Metode pengumpulan data sekunder, yakni : pengumpulan data-data dari buku, petunjuk di pabrik, dan lain-lain.

1.6.Batasan Masalah

Dalam kerja praktik ini mahasiswa hanya melakukan dan mengikuti proses dengan jadwal yang telah ditentukan PT. PLN (Persero) Area Kupang Rayon Oesao. Jadi, laporankerja Praktik Industri ini hanya menitik beratkan pada analisa dan pemeliharaanperalatan system tenaga pada jaringan distribusi primer 20 KV.

1.7.Sistematika Penulisan

Laporan kerja praktik industri ini disusun dalam beberapa bab agar sistematis dan memudahkan pemahaman, yaitu :


(11)

Bab I

Berisikan tentang latar belakang, tujuan, manfaat, waktu, dan tempat pelaksanaan, metode kerja, dan hal-hal lain yang sifatnya teknis dalam pelaksanaannya serta kerja praktik dalam hubungannya dengan dunia pendidikan dan dunia industri.

Bab II

Gambaran umum tentang perusahaan tempat pelaksanaan kerja praktik industry yang isinya mengenai uraian sejarah dan perkembangan dan struktur organisasi secara umum di PT. PLN (Persero) Area Kupang Rayon Oesao.

Bab III

Berisikan mengenai pembahasan tentang pengaman percabangan pada jaringan distribusi primer 20 KV yang di pelajari oleh mahasiswa sesuai dengan judul yang di ambil..

Bab IV

Berisikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan dan praktik industri yang telah dilakukan di PT. PLN (Persero) Area Kupang Rayon Oesao.

Lampiran

Berisikan beberapa lampiran mengenai daftar kehadiran, catatan harian, penilaian yang diberikan perusahaan, dan lain-lain selama Praktik Industri dilakukan di PT. PLN (Persero) Area Kupang Rayon Oesao.


(12)

BAB II

TINJAUAN UMUM PT. PLN (Persero)

2.1.Sejarah Umum Perusahaan

Berawal di akhir abad ke-19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik gula dan pabrik teh mendirikan pembangkit listrik untuk keperluan sendiri.

Antara tahun 1942-1945 terjadi peralihan pengelolaan perusahaan-perusahaan Belanda tersebut oleh Jepang, setelah Belanda menyerah kepada pasukan tentara Jepang di awal Perang Dunia II.

Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada Agustus 1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pemuda dan buruh listrik melalui delegasi Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang bersama-sama dengan Pimpinan KNI Pusat berinisiatif menghadap Presiden Soekarno untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan tersebut kepada Pemerintah Republik Indonesia. Pada 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW.

Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada saat yang sama, 2 (dua) perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas diresmikan.

Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.17, status Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dan


(13)

sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum.

Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak tahun 1994 status PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi kepentingan umum hingga sekarang.

2.2.Profil PT. PLN (Persero) Rayon Oesao

PT. PLN (Persero) Rayon OESAO memiliki 14 pegawai yang terdiri dari 1 Manager Rayon, 5 Supervisior, dan 8 Staf. Struktur organisasi pada PLN Rayon Oesao sebagai berikut:

PT. PLN (Persero) Rayon Oesao sama halnya dengan unit PT. PLN lainnya memiliki tugas untuk mengelola operasi dan pemeliharaan, mengelola operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi tenaga listrik, mengelola transaksi


(14)

energi serta mengelola niaga dan pelayanan pelanggan sesuai dengan kewenangannya dalam rangka meningkatkan pelayanan ketenagalistrikan secara efisien dan efektif dengan mutu dan keandalan untuk mencapai target kinerja unit. Karena wilayah kerja yang luas, PLN Rayon Oesao memiliki 4 Sub Rayon (SR) dan 8 Kantor Jaga (KJ), yaitu:

Tabel 1. UPJ dibawah naungan PT. PLN Rayon Oesao

NO NAMA UNIT PT. PLN JUMLAH

PELANGGAN

1. Rayon OESAO 13.110

2. SR. RAIJUA 279

3. SR. SEBA 4.454

4. SR. OEPOLI/NAIKLIU 938

5. SR. SEMAU 2.402

6. KJ. SULAMU 858

7. KJ. BOLOU 1.066

8. KJ. PARITI 1.378

9. KJ. LELOGAMA 580

10. KJ. OEMOFA 1.589

11. KJ. BAUN 3.412

12. KJ. BURAEN 2.074

13. KJ. FATULEU 2.900

TOTAL 35.040

PLN Rayon Oesao sendiri memilik sistem jaringan yang luas dengan 2 penyulang dan 1 penyulang lain (P. Rayon Kupang) dan ratusan gardu, baik gardu cantol maupun gardu portal. Berikut adalah panjang jaringan sistem PLN Rayon Oesao.


(15)

Tabel 2. Jumlah penyulang dalam pengawasan PLN Rayon oesao

PENYULANG PANJANG JARINGAN

(KMS)

OESAO 18,2

P. CAMPLONG 138,6

P. BURAEN 174,695

KJ. BAUN 53,95

Gambar 2. SLD PLN Oesao

Luasnya wilayah kerja PLN Rayon Oesao sehingga memiliki banyak gardu dan beban sebagai berikut:


(16)

Tabel 3. Luas wilayah pelayanan Rayon Oesao

Penyulang/Unit PLN Jumlah Trafo Jumlah Daya

Oesao 19 BUAH 1.430 KVA

P. Camplong 70 BUAH 5.065 KVA

P. Buraen 60 BUAH 3.014 KVA

KJ. Baun 29 BUAH 1.400 KVA

KJ. Lelogama 10 BUAH 500 KVA

KJ. Bolou 8 BUAH 400 KVA

SR. Seba 34 BUAH 2.100 KVA

SR. Semau 23 BUAH 1.175 KVA

KJ. Oemofa 15 BUAH 750 KVA

SR. Naikliu 6 BUAH 350 KVA

Jumlah 274 BUAH 16.184A

2.3.Visi Perusahaan

“Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh kembang, Unggul

dan Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani.”

2.4.Misi Perusahaan

Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.

Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

2.5.Motto Perusahaan


(17)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1.Pengertian Sistem Proteksi Distribusi Tenaga Listrik

Sistem proteksi adalah suatu system pengaman terhadap peralatan listrik, yang di akibatkan adanya gangguan pada system baik gangguan internal maupun gangguan eksternal yang dapat menggangu kontinuitas dan kestabilan sistem.

Berdasarkan penyebab gangguan, gangguan pada system tenaga di bagi menjadi dua yaitu:

 Gangguan arus lebih (over current fault)

Gangguan arus lebih terjadi akibat kenaikan arus pada saluran yang menyebabkan kenaikan arus melebihi arus beban maksimum. Arus lebih sendiri dibagi atas Arus beban lebih dan Arus hubung singkat.

 Gangguan tegangan lebih (over voltage fault)

Gangguan tegangan lebih umumnya terjadi akibat sambaran petir ke system, baik secara langsung maupun tidak langsung (induksi). Sehingga

menyebabkan kenaikan tegangan pada system melampaui BIL (Basic

Insulation Level) dari peralatan system tenaga dan dapat merusak peralatan system.

3.2.Fungsi sistem proteksi

Ada tiga fungsi sistem pengaman dalam jaringan distribusi yaitu :

3.2.1. Mencegah atau membatasi kerusakan pada jaringan beserta peralatannya dari


(18)

3.2.Menjaga keselamatan umum dari akibat gangguan listrik

3.2.2. Meningkatkan kelangsungan pelayanan tenaga listrik kepada konsumen

Sistem pengaman yang baik harus mampu :

Melakukan koordinasi dengan sistim pengaman yang lain GI

Mengamankan peralatan dari kerusakan yang lebih luas akibat gangguan Membatasi kemungkinan terjadinya kecelakaaan

Secepatnya membebaskan pemadaman karena gangguan Membatasi daerah pemadaman akibat gangguan

Mengurangi frekuensi pemutusan permanen karena gangguan

3.3.Persyaratan Sistem Proteksi

Peralatan proteksi dapat bekerja dengan baik apabila memenuhi 5 syarat utama yaitu:

3.3.1. Sensitivitas (Kepekaan)

Suatu pengaman bertugas mengamankan suatu alat atau bagian tertentu dari sistem tenaga listrik termasuk dalam jangkauan pengamanannnya merupakan daerah tugas suatu pengaman. Pengaman mendeteksi adanya gangguan yang terjadi didaerah pengamanannya harus cukup sensitif untuk mendeteksi dengan nilai minimum dan bila perlu mentripkan PMT atau Pelebur untuk memisahkan bagian yang terganggu dengan bagian yang sehat.

3.3.2. Selektivitas (Ketelitian)

Selektifitas dari pengaman adalah kwalitas kecermatan dalam mengadakan pengamanan bagian yang terbuka dari suatu sistem oleh karena terjadinya gangguan diusahakan seminimal mungkin jika dapat tercapai maka pengamanan demikian disebut pengamanan selektif.


(19)

3.3.3. Keandalan (Reliabilitas)

Dalam keadaan normal pengaman tidak boleh bekerja, tetapi harus pasti dapat bekerja bila diperlukan. Pengaman tidak boleh salah bekerja, jadi susunan alat-alat pengaman harus dapat diandalkan. Keandalan keamanan tergantung kepada desain, pengerjaan dan perawatannya

3.3.4. Kecepatan (Speed)

Makin cepat pengaman bekerja tidak hanya dapat memperkecil kerusakan tetapi juga dapat memperkecil kemungkinan meluasnya akibat-akibat yang ditimbulkan oleh gangguan.

3.4.Pengaman Arus lebih 3.4.1. Fuse Cut Out

a. Pengertian Fuse Cut Out ( F C O )

Fuse Cut Out merupakan sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang berbeban pada jaringan distribusi yang bekerja dengan cara meleburkan bagian dari

komponennya (fuse link) yang telah dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya

untuk itu. Perlengkapan fuse ini terdiri dari sebuah rumah fuse (fuse support), pemegang fuse (fuse holder) dan fuse link sebagai pisau pemisahnya dan dapat diindetifikasi dengan hal-hal seperti berikut

 Tegangan Isolasi Dasar ( TID ) pada tingkat distribusi

 Utamanya digunakan untuk penyulang (feeders) TM dan proteksi trafo

 Konstruksi mekanis didasarkan pemasangan pada tiang atau pada

crossarm

 Dihubungkan ke sistim distribusi dengan batas-batas tegangan

operasinya


(20)

Jenis-jenis fuse untuk tegangan tinggi dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini

Pada gambar ini diperlihatkan fuse yang dirancang untuk penggunaan pada tegangan tinggi dapat dibedakan dalam 2 ( dua ) macam yaitu Cutout Distribusi (Distribution Cutouts), dilapangan sering disebut: Fuse Cut Out disingkat FCO dan Fuse TM (Power Fuse ) yang sering disebut MV Fuse atau Fuse pembatas arus. Dilapangan keperluan dan cara pemasangan kedua jenis fuse ini berbeda. Fuse cut out banyak dipergunakan pada saluran saluran percabangan dengan konstruksi saluran udara terbuka sedangkan MV fuse banyak dipergunakan pada panel panel cubicle dengan saluran kabel atau campuran.

High Voltage Fuses

Power Fuses

Liquid filled Current limiting

Expulsion Distribution cut out

Carbon tetrachloride Non Vented Single elemen Non Dropout sand Non Vented Double element Single elemen Non dropout Non Dropout Fibre tube Vented Boric Acid Non Vented Vented Single elemen Single elemen Single elemen Expulsion Open link Repeater open Drop out Fibre tube enclosed Single

elemen Single elemen

open

Repeater Single

elemen dropout

dropout dropout

dropout Non Drop out

dropout Non Drop out indicating dropout indicating indicating indicating Non indicating indicating Non indicating Liquid Filled indicating indicating indicating indicating indicating dropout Non dropout indicating indicating indicating oil enclosed dropout indicating


(21)

Fuse cutout distribusi diklasifikasi dalam 2 macam fuse yaitu : Fuse letupan (Expulsion Fuse) dan Fuse Liquid (Liquid Filled Fuse) Namun pada kenyataannya dilapangan fuse cutout letupan (expulsion) lebih banyak dipakai untuk jaringan distribusi dibanding dengan power fuse, istilah letupan (expulsi) merupakan suatu tanda yang dipergunakan fuse sebagai tanda adanya busur listrik yang melintas didalam tabung fuse yang kemudian dipadamkannya.

Peristiwa yang terjadi pada bagian dalam tabung fuse ini adalah peristiwa penguraian panas secara partial akibat busur dan timbulnya gas yang di deionisasi pada celah busurnya sehingga busur api segera menjadi padam pada saat arus menjadi nol. Tekanan gas yang timbul pada tabung akibat naiknya temperatur dan pembentukan gas menimbulkan terjadinya pusaran gas didalam tabung dan ini membantu deionisasi lintasan busur api. Tekanan yang semakin besar pada tabung membantu proses pembukaan rangkaian, setelah busur api padam partikel-partikel yang dionisasi akan tertekan keluar dari ujung tabung yang terbuka.

Klasifikasi fuse cut out yang kedua adalah fuse cut out liquid, fuse jenis ini tidak dikenal di wilayah PT PLN . Namun menurut referensi Fuse Cut Out semacam ini dapat digunakan untuk jaringan distribusi dengan saluran kabel udara .

Fuse Cut-Out Letupan Bertabung Fiber

Ada 2 jenis fuse letupan (expulsion) yang diklasifikasi sebagai Fuse Cut-Out (FCO) distribusi yaitu:

 Fuse cutout bertabung fiber (Fibre tube fuse)

 Fuse link terbuka (Open link fuse)


(22)

tabung yang terbuat dari bahan serat selulosa. Fuse ini dapat dipergunakan baik untuk Fuse Cut-Out terbuka (open fuse cut-out) atau Fuse Cut-Out tertutup (enclosed fuse cutout), fuse cut-out terbuka dapat dilihat pada gambar 2. Pada gambar ini terlihat fuse bertabung fiber dipasang diantara 2 (dua) isolator dan jaringan listrik dihubungkan pada kedua ujung fuse holdernya pada fuse cutout tertutup, tabung fuse terpasang disebelah dalam pintu fuse cutout dan seluruh kontak listriknya terpasangkan pada rumah fuse yang terbuat dari porselain seperti terlihat pada gambar(3)

Kedua Fuse Cut out ini dapat dipergunakan pada jaringan-jaringan dengan sistim delta atau jaringan dengan sistim bintang tanpa pentanahan demikian juga pada jaringan - jaringan yang menggunakan sistim netral ditanahkan apabila tegangan pemutusan fuse cutout secara individual tidak melebihi tegangan maksimum pengenal rancangan dan tahanan isolasi ketanah sesuai dengan kebutuhan operasinya


(23)

Fuse Cut-Out Link Terbuka (Open Link)

Fuse cutout link terbuka terdiri dari sebuah fuse link yang tertutup didalam sebuah tabung fiber yang relatif kecil dengan dilengkapi kabel penghubung tambahan pada fuse link-nya untuk memperpanjang kedua ujung tabungnya.terlihat pada gambar 3.4

Gambar 6. Fuse Cut out tipe Open Link

Kabel penghubung tambahan ini kemudian dihubungkan ke pegas kontak beban pada rumah fuse (fuse support) untuk kerja secara mekanik. Kerja pegas ini dimaksudkan untuk menjamin pemisahan agar kedua ujung dari fuse terbuka pada saat fuse bekerja dan ini dipakai karena kemampuan pemutusan pada tabung fiber yang kecil relatif terbatas. Fuse cutout ini dirancang untuk dipakai pada tegangan 17 kV, selain itu fuse ini mempunyai arus pengenal pemutusan yang lebih rendah dari pada fuse cutout bertabung fiber


(24)

Ada sejumlah standar yang dianut fuse link, salah satu standar pengenal fuse link yang terdahulu dikenal dengan sebutan pengenal N. Pengenal N dispesifikasi fuse link tersebut mampu untuk disalurkan arus listrik sebesar 100 % secara kontinue dan akan melebur pada nilai tidak lebih dari 230 % dari angka pengenalnya dalam waktu 5 menit [1]. Pada praktek dilapangan ketentuan tersebut kurang memuaskan penggunanya karena hanya satu titik yang dispesifikasi pada kerakteristik arus-waktu sehingga fuse link yang dibuat oleh sejumlah pabrik yang berbeda mempunyai keterbatasan dalam memberikan jaminan koordinasi antar fuse link. Setelah fuse link dengan pengenal N kemudian muncul standar industri fuse link dengen pengenal K dan pengenal T pada tahun 1951

Pengenal K untuk menyatakan fuse link dapat bekerja memutus jaringan listrik yang berbeban dengan waktu kerja lebih “cepat” dan pengenal T untuk menyatakan fuse link bekerja memutus jaringan listrik yang berbeban dengan

waktu kerja lebih ”lambat”. Fuse link tipe T dan tipe K ini merupakan rancangan

yang universal karena fuse link ini bisa ditukar tukar (interchangeability) kemampuan elektris dan mekanisnya yang dispesifikasi dalam standar. Fuse link tipe K dan tipe T yang diproduksi suatu pabrik secara mekanis akan sama dengan fuse link tipe K dan tipe T yang diproduksi pabrik lain.

Karakteristik listrik link tipe K dan fuse link tipe T sudah distandarisasi dan sebagai titik temu nilai arus maksimum dan minimum yang diperlukan untuk melelehkan fuse link ditetapkan pada 3 titik waktu dalam kurva karakteristik Kondisi ini lebih menjamin koordinasi antara fuse link yang dibuat oleh beberapa pabrik menjadi lebih baik dari pada yang dimiliki fuse link N.


(25)

Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum

6 12. 0 14. 4 13. 5 20. 5 72 86 6. 0

10 19. 5 23. 4 22. 5 34 128 154 6. 6

15 31. 0 37..2 37 55 215 258 6. 9

25 50 60 60 90 350 420 7. 0

40 80 96 98 146 565 680 7. 1

65 128 153 159 237 918 1100 7. 2

100 200 240 258 388 1520 1820 7. 6

140 310 372 430 650 2470 2970 8. 0

200 480 576 760 1150 3880 4650 8. 1

Rasio Kecepatan

Arus leleh Arus leleh

Arus Pengenal yang disarankan / disukai

Arus leleh Arus

Pengenal fuse link

300 – 600 detik1

10 detik1 0,1 detik1

Rasio Kecepatan Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum

8 15 18 20. 5 31 166 199 11.1

12 25 30 34. 5 52 296 355 11. 8

20 39 47 57. 0 85 496 595 12. 7

30 63 76 93. 0 138 812 975 12. 9

50 101 121 152 226 1310 1570 13. 0

80 160 192 248 370 2080 2500 13. 0

1 2 2. 4 .(2) 11 .(2) 100

2 4 4. 8 .(2) 11 .(2) 100

-3 6 7. 2 .(2) 11 .(2) `

-Arus Pengenal yang tidak disarankan / tidak disukai / Intermediate

Arus Pengenal

fuse link

Arus Pengenal dibawah 6 Amper Arus leleh

10 detik1

Arus leleh 0,1 detik1 Arus leleh

300 – 600 detik1

Tabel 4. Arus Leleh Fuse Link Tipe K Arus pengenal (rating) Fuse yang disarankan / disukai

Tabel 5. Arus Leleh Fuse Link Tipe K Arus pengenal (rating) Fuse yang tidak disarankan / disukai - intermediate


(26)

Tiga titik operasi fuse link untuk tipe K dan tipe T yang distandarkan dalam karakteristik arus – waktu adalah :

 300 detik untuk fuse link 100 amper dan dibawahnya , 600 detik untuk fuse link 140 amper dan 200 amper

 10 detik

Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum

8 15 18 18 27 97 116 6. 5

12 25 30 29. 5 44 166 199 6. 6

20 39 47 48 71 273 328 7. 0

30 63 76 77. 5 115 447 546 7. 1

50 101 121 126 188 719 862 7. 1

80 160 192 205 307 1180 1420 7. 4

1 2 2. 4 .(2) 10 .(2) 58

-2 4 4. 8 .(2) 10 .(2) 58

-3 6 7. 2 .(2) 10 .(2) 58

-Arus Pengenal dibawah 6 Amper

Rasio Kecepatan 10 detik1

Arus leleh 0,1 detik1 Arus leleh

Arus Pengenal

fuse link

300 – 600 detik1

Arus leleh

Arus Pengenal yang tidak disarankan / tidak disukai / Intermediate

Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum

6 12. 0 14. 4 15. 3 23 120 144 10

10 19. 5 23. 4 26. 5 40 224 269 11. 5

15 31. 0 37..2 44. 5 67 388 466 12. 5

25 50 60 73. 5 109 635 762 12. 7

40 80 96 120 178 1010 1240 13

65 128 153 195 291 1650 1975 12. 9

100 200 240 319 475 2620 3150 13. 1

140 310 372 520 775 4000 4800 12. 9

200 480 576 850 1275 6250 7470 13. 0

300 – 600 detik1

0,1 detik1 Arus Pengenal yang disarankan / disukai

Arus leleh Arus leleh

Rasio Kecepatan Arus leleh Arus Pengenal fuse link

10 detik1

Tabel 7. Arus Leleh Fuse Link Tipe T Arus pengenal (rating) Fuse yang disarankan / disukai


(27)

 0.1 detik seperti yang dirancang pada tabel 1 dan tabel 2. untuk fuse link tipe K dan tabel tabel 3 dan tabel 4 untuk fuse link tipe T

Karakteristik arus – waktu lebur minimum fuse link tipe K dan T yang dibuat semestinya tidak kurang dari nilai-nilai minimum yang ditampilkan dan karakteristik lebur minimum fuse link ini ditambah dengan toleransi dari pabrikan seharusnya tidak lebih besar dari nilai maksimum seperti pada tabel 1 dan tabel 2. untuk fuse link tipe K dan tabel 3 dan tabel 4 untuk fuse link tipe T

Untuk memperoleh kerja yang selektif dapat dipergunakan sederetan fuse link dengan nilai arus pengenal yang disarankan (prefered continues rating) : 6 - 10 – 15 – 25 – 40 – 65 – 100 – 140 dan 200 amper, nilai arus pengenal kontinyu 8 – 12 – 20 – 30 – 50 – dan 80 amper merupakan nilai arus pengenal yang tidak disarankan (non prefered countinues rating). sebagai standar intermediate.

Nilai-nilai arus pengenal fuse ini disediakan dengan maksud agar setiap nilai arus penganal fuse link yang disarankan dapat diproteksi oleh nilai arus pengenal fuse link yang disarankan dengan nilai arus pengenal yang lebih besar dan setiap nilai arus pengenal fuse link yang tidak disarankan akan diproteksi oleh nilai arus pengenal fuse link yang tidak di sarankan dengan nilai arus pengenal yang lebih besar dalam beberapa kasus kerja selektif dapat juga diperoleh antara fuse link yang disarankan dengan fuse link yang tidak disarankan.

Nilai arus pengenal fuse link di bawah 6 amper : 1, 2 dan 3 sudah distandarisasi, nilai-nilai arus pengenal yang rendah ini tidak dimaksudkan untuk berkordinasi satu dengan yang lain namun koordinasi lebih baik dengan nilai arus pengenal 6 ampere atau diatasnya. Karakteristik kerja fuse link fuse cutout type K , T dan H masing masing dapat dilihat pada gambar 5 , gambar 6 dan pada gambar 7 seperti berikut :


(28)

Gambar 7. Kurva Karakteristik Arus –Waktu Fuse link tipe K (kerja cepat)

Kurva Leleh Minimum Kurva Leleh Maksimu Pemutusan Rampung


(29)

Gambar 8. Fuse link tipe T (kerja lebih lambat)

Kurva Leleh Minimum Kurva Leleh Maksimu Pemutusan Rampung


(30)

(31)

Dari kedua Karakteristik kerja fuse ini masing-masing memiliki

a. Kurva waktu leleh minimum ( minimum melting time )

Yaitu kurva yang menunjukkan waktu yang dibutuhkan mulai dari saat terjadinya arus lebih sampai dengan mulai meleburnya pelebur untuk harga arus tertentu.

b. Waktu busur

Waktu antara saat timbulnya busur permulaam sampai saat pemadaman

c. Kurva waktu pembebasan maksimum ( maximum clearing time )

Yaitu kurva yang menunjukkan waktu yang dibutuhkan dari saat terjadinya arus lebih sampai dengan padamnya bunga api untuk harga arus tertentu

d. Ketersediaan Tipe Dan Angka Pengenal Fuse Link

Seiring dengan perubahan teknologi dan kebutuhan dalam peningkatan mutu pelayanan tenaga listrik. beragam tipe dan angka pengenal fuse cutout letupan (expulsion) yang diproduksi dan dijual dipasaran pada masa kini. Salah satu perusahaan pembuat fuse link menyediakan beberapa tipe yang diantaranya adalah tipe K, T, H, N, D, S untuk sistim distribusi dengan tegangan sampai 27 kV dan tipe EK, ET dan EH untuk sistem distribusi dengan tegangan sampai 38 kV dengan pengenal seperti terlihat pada tabel 3.5


(32)

e. Standar PLN : SPLN 64 1985

Untuk keperluan peningkatan efisiensi dan tingkat keandalan pelayanan sistem di PT PLN (Persero), jenis, tipe dan karakteristik perlu dipilih Fuse Cut out yang sesuai dengan sistem dan kondisi yang ada di lingkungan PT. PLN (Persero) sebagai perusahaan yang mengelola distribusi tenaga listrik. Untuk keperluan ini PLN merumuskan kebijaksanaanya dalam standar PLN : SPLN 64 : 1985 mengenai Petunjuk dan Penggunaan Pelebur Pada Sistem Tegangan

Menengahdengan spesifikasinya adalah sebagai berikut:

Arus kontinyu yang di

ijinkan Jenis waktu

Arus Pengenal ( % Pengenal ) kerja

( A ) H

( Tahan Surja ) D - Timah (Tahan Surja )

K – Timah

( Cepat )

K – Perak

( Cepat )

N – Timah

( Cepat )

T – Timah

( Lambat )

S – Tembaga

( Sangat Lambat ) EK ( Cepat )

ET ( Lambat )

EH

(Sangat Lambat) 1,2,3,5 100 Sangat lambat 13 s/d 22

6 s/d 100 150 Lambat 10 s/d 13.1

6 s/d 100 150 Cepat 6 s/d 8.1

3 s/d 200 150 Sangat lambat 15 s/d 20

1 s/d 200 150 Lambat 10 s/d 13.1

5 s/d 200 100 Cepat 6 s/d 11

6 s/d 100 100 Cepat 6 s/d 8,1

1 s/d 200 150 Cepat 6 s/d 8,1

1-1,5-2-3-4-5-7-10-15-20 100 Sangat lambat 7 s/d 46

Tipe Fuse Link

Rasio Kecepatan Kerja

1-2-3-5-8 100 Sangat lambat 6 s/d 18


(33)

Ketentuan Umum

1. Frekwensi kerja : 50 Hz

2. Tegangan pengenal : 20 kV, 24 kV untuk sistim 20 KV 3 fasa dengan

netral ditanahkan

3. Tingkat isolasi pengenal :

 Tegangan ketahanan impulse : polaritas positif dan negatif

 Antara kutub - tanah dan kutub – kutub ( TID ) 125 kV (puncak)

 Antara jarak isolasi dari rumah fuse 60 kV ( efektif )

 Tegangan ketahanan sistim 50 Hz ( kering/ basah selama 1 menit )

 Antara kutub - tanah dan kutub – kutub ( TID ) 50 kV (efektif)

 Antara jarak isolasi dari rumah fuse 60 kV ( efektif ) Kondisi standar suhu, tekanan dan kelembaban 200C, 760 mmHg dan 11g/m3 Air

 Suhu : suhu udara maksimum 400C suhu udara rata-rata 24 jam

maks 370C

 Arus pengenal dalam amper dan arus pemutusan dalam kilo amper

: fuse link

Arus pengenal dan arus pemutusan pengenal fuse link dipilih dari seri R10 Bagi jenis pembatas arus dalam keadaan khusus bila diperlukan tambahan boleh diambil dari seri R 20

Seri R 10 : 1 - 1,25 – 1,6 – 2 – 2,5 – 3,15 – 4 – 6,3 – 8 dan kelipatan 10 nya Seri R 20: 1 – 1,12 – 1,25 – 1,4 – 1,6 – 1,8 – 2 – 2,24 – 2,5 – 2,8 – 3.15 – 3,55 – 4 – 4,5– 5 – 5,6 – 6,3 – 7,1- 8 – 9 dan kelipatan 10 nya


(34)

Fuse link dan rumah fuse (fuse support) harus dapat dilewati arus pengenalnya secara terus menerus tanpa melewati batas kenaikan suhunya seperti tertera pada tabel 4

2. Untuk pasangan luar tekanan angin tidak melebihi 700 N / m 2

3. Udara sekitar tidak tercemar oleh debu, asap, gas korosif, gas mudah terbakar uap atau garam

4. Ketinggian dari permukaan laut tidak melebihi 1000 m

Spesifikasi Fuse Cutout Jenis Letupan ( Expulsion Fuse )

5. Macam macam angka pengenal

a. Pengenal fuse

 Tegangan pengenal : 24 KV

 Arus pengenal fuse dalam amper

Seri R 10. ( A ) :

1 - 1,25 – 1,6 – 2 – 2,5 – 3,15 – 4 – 6,3 – 8 dan kelipatan 10 nya Seri R 20. ( A ) :

1 – 1,12 – 1,25 – 1,4 – 1,6 – 1,8 – 2 – 2,24 – 2,5 – 2,8 – 3.15 – 3,55 – 4 – 4,5 – 5 – 5,6 – 6,3 – 7,1- 8 – 9 dan kelipatan 10 nya

 Kemampuan pemutusan pengenal dalam kilo ampere

Seri R 10. ( kA ) :

1 - 1,25 – 1,6 – 2 – 2,5 – 3,15 – 4 – 6,3 – 8 dan kelipatan 10 nya Seri R 20. ( kA ) :


(35)

1 – 1,12 – 1,25 – 1,4 – 1,6 – 1,8 – 2 – 2,24 – 2,5 – 2,8 – 3.15 – 3,55 – 4 – 4,5 – 5 – 5,6 – 6,3 – 7,1- 8 – 9 dan kelipatan 10 nya

 Frequensi pengenal : 50 Hz

b. Pengenal rumah fuse ( Fuse Support )

 Tegangan pengenal : 24 KV

 Arus maksimum pengenal : Nilai-nilai standar dari arus pengenal rumah fuse adalah : 50 A, 100 A, 200A, 400A.

 Tingkat isolasi pengenal

1. Tegangan Ketahanan Impulse : Polaritas positif dan negatif

 Antara kutub - tanah dan kutub – kutub ( TID ) 125 kV (puncak)

 Antara jarak isolasi dari rumah fuse 145 kV ( puncak )

2. Tegangan Ketahanan sitim 50 Hz ( kering / basah selama 1 menit )

 Antara kutub - tanah dan kutub – kutub ( TID ) 50 kV (puncak)

 Antara jarak isolasi dari rumah pelebur 60 kV ( efektif )

c. Pengenal pemikul batang pelebur ( fuse holder )

 Tegangan pengenal : 24 KV

 Arus maksimum

Seri R 10. ( A ) : 1 - 1,25 – 1,6 – 2 – 2,5 – 3,15 – 4 – 6,3 – 8 dan kelipatan 10 nya


(36)

Seri R 20. ( A ) : 1 – 1,12 – 1,25 – 1,4 – 1,6 – 1,8 – 2 – 2,24 – 2,5 – 2,8 – 3.15 – 3,55 – 4 – 4,5 – 5 – 5,6 – 6,3 – 7,1- 8 – 9 dan kelipatan 10 nya

 Kemampuan pemutusan pengenal dalam KA

Seri R 10. ( kA ) : 1 - 1,25 – 1,6 – 2 – 2,5 – 3,15 – 4 – 6,3 – 8 dan kelipatan 10 nya

Seri R 20. ( kA ) : 1 – 1,12 – 1,25 – 1,4 – 1,6 – 1,8 – 2 – 2,24 – 2,5 – 2,8 – 3.15 – 3,55 – 4 – 4,5 – 5 – 5,6 – 6,3 – 7,1- 8 – 9 dan kelipatan 10 nya

d. Pengenal fuse link

 Arus pengenal

Seri R 10. ( A ) : 1 - 1,25 – 1,6 – 2 – 2,5 – 3,15 – 4 – 6,3 – 8 dan kelipatan 10 nya

Seri R 20. ( A ) : 1 – 1,12 – 1,25 – 1,4 – 1,6 – 1,8 – 2 – 2,24 – 2,5 – 2,8 – 3.15 – 3,55 – 4 – 4,5 – 5 – 5,6 – 6,3 – 7,1- 8 – 9 dan kelipatan 10 nya

 Tegangan maksimum : 24 kV

e. Karakteristik pelebur

 Batas kenaikan suhu

Anak dan rumah pelebur ( Fuse link dan Fuse holder ) harus dapat dilewati arus pengenalnya secara terus menerus tanpa melewati batas kenaikan suhunya seperti tertera pada tabel Batas Suhu dan Kenaikan Suhu berbagai komponen


(37)

 Kelas pelebur jenis letupan dibagi dalam dua kelas yaitu :

1. Fuse letupan (expulsion ) kelas 1 dipergunakan untuk

proteksi sekelompok trafo berkapasitas besar

2. Fuse letupan (eexpulsion ) kelas 2 dipergunakan untuk proteksi trafo-trafo kecil untuk proteksi kapasitor atau untuk

keperluan seksionalisasi jaringan distribusi tegangan

menengah dengan saluran udara

f. Karakteristik waktu–arus fuse link

Pabrik harus menyediakan kurva-kurva yang diperoleh dari pengujian jenis karakteristik waktu sesuai yang ditentukan pada publikasi IEC 282-2 1974 .

g. Konstruksi

 Pelebur yang dipilih pada umumnya tipe buka-jatuh (drop out) dimana tabung, fuse holder dan fuse linknya akan jatuh dan menggantung bila fuse linknya telah bekerja (putus)

 Pembukaan tanpa pemadaman dapat dilakukan dengan tambahan

alat kerja kerja keadaan bertegangan (hot stick) yang dilengkapi dengan alat pemadam busur atau dengan dengan lengan pemutus pelebur.

f. Pemasangan FCO

FCO pada jaringan distribusi tegangan menengah biasanya dipergunakan pada saluran saluran percabangan untuk mengamankan saluran percabngan dari adanya gangguan hubung singkat dan untuk mengamankan sistim dari gangguan hubung singkat pada trafo distribusi. Konstruksi Pemasangan dari Fuse Cut Out ini dapat dilihat seperti gambar gambar berikut


(38)

A.

Porcelain insulator with higher

Creepage distance and greater

insulation properties.

G. Crank shaft support / lower

housing in Brass.

B. Upper eye bolt connector in Tin

plated brass. H. Trigger in stainless steel.

C. Upper contact - silver plated ETP

Copper. I.

Stainless steel spring provides toggle action for fuse link ejector.

D.

Galvanized steel hooks for load break tools & guiding the fuse tube during closure.

J. Lower eye bolt connector in Tin

plated Brass.

E.

Fuse tube holder coated with UV resistant paint, impervious to water & constructed in Epoxy resin with special arc quenching liner.

K. Crank shaft.

F. Lower contact in ETP grade copper


(39)

Gambar 10. bagian bagian dari konstruksi FCO


(40)

(41)

g. Cara Pemilihan Arus Pengenal (Rating) Fuse Link FCO

a. Pemilihan Arus Pengenal Fuse link FCO untuk Proteksi Percabangan

Pemilihan arus pengenal (Rating) fuse link Cut Out (FCO) untuk saluran cabang sangat penting untuk dilakukan dengan sebaik baiknya dalam rangka koordinasi sistem untuk memperoleh penampilan sistem yang optimal dengan harapan target perusahaan dalam pencapaian kepuasan pelanggan dan peningkatan penjualan KWh dengan mengecilkan tingkat SAIDI dan SAIFI di harapkan dapat terpenuhi.

Salah satu metode pemutusan arus hubung singkat permanen (persistant) yang efektif adalah dengan memasang fuse pada tiap tiap percabangan atau anak cabangnya (sub branch).

Kesalahan dalam menentukan pilihan rating fuse link tentu akan memupus Gambar 13. Load Buster alat untuk membuka Fuse

Holder Cut Out pada kondisi berbeban dengan peredam busur api


(42)

oleh karena sering terjadi gangguan di saluran-saluran cabang atau terutama saluran-saluran anak cabang perlu dipertimbangkan untuk penempatan FCO yang sesuai dengan kebutuhan.

Salah satu yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan arus pengenal FCO untuk proteksi saluran cabang atau saluran anak cabang adalah besarnya nilai arus beban maksimum yang akan atau dapat mengalir pada saluran cabang atau anak cabang yang dimaksud.

Sesuai dengan Standard kemampuan dari fuse link Cut out (FCO) yang diproduksi oleh sejumlah pabrik yang telah dikemukakan di fuse cut out dan pada pemilihan arus pengenal fuse link FCO. Untuk menentukan arus pengenal

(rating) fuse link yang dipilih dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Pilih fuse link Cut Out ( FCO ) yang sesuai dengan standar dalam hal

ini PLN dalam SPLN 64 :1985 menentukan pilihan type K T dan H.

2. Bagilah Arus beban maksimum yang sudah ditentukan dengan

kemampuan arus kontinue fuse link.

3. Koordinasi yang sebaik baiknya dengan alat proteksi yang lain (PMT,

PBO dan Fuse Cut out ) baik yang berada di sisi sebelah hulu (sumber) dan sebelah hilirnya (beban).

4. Perhatikan Batas ketahanan penghantar terhadap arus hubung singkat.

5. Perhatikan pula kemampuan pemutusan dari Fuse Cut Out khususnya

bagi FCO yang terpasang dekat dengan sumber tenaga.

Dengan demikian fuse link cutout yang dipilih selain harus tahan terhadap arus beban, juga harus bisa dikoordinasikan dengan alat proteksi yang lain dan mempunyai kemampuan pemutusan terhadap arus hubung singkat yang mungkin


(43)

terjadi dan dapat melindungi penghantar yang diamankan dari kerusakan akibat arus lebih.

Pemilihan rating arus fuse link yang benar adalah tidak akan lebur atau terjadi kerusakan oleh gangguan sesaat (no-persistant) yang terjadi disebelah hilirnya karena recloser yang akan membuka rangkaian dengan operasi instantaneous tanpa memutuskan fuse link. Pada saat gangguan tetap fuse link pertama pada sebelah sumber dari gangguan akan melebur dan membuka rangkaian setelah operasi recloser.

h. Koordinasi Proteksi Antar Fuse Cut-0ut

Penggunaan fuse link yang benar membutuhkan sejumlah informasi tentang karakteristik sistim dan karakteristik peralatan yang akan diproteksi seperti yang telah dituliskan mengenai dasar pemilihan fuse link dengan definisi : Bila dua atau lebih fuse link atau alat proteksi lain digunakan pada suatu sistim alat proteksi yang paling dekat dengan titik gangguan dari arah sumber disebut peralatan pemproteksi dan yang paling dekat selanjutnya disebut : backup atau diproteksi seperti digambarkan pada gambar 12 dibawah ini

Gardu Induk (Back up)Protected

Fuse Link Protecting

Fuse Link

Protecting Fuse Link


(44)

Salah satu aturan yang sangat penting dalam aturan penggunaan fuse link adalah: Clearing time maksimum dari fuse link pemroteksi tidak lebih dari 75 % waktu leleh minimum dari fuse link diproteksi.

Prinsip ini untuk menjamin Fuse link pemroteksi akan memutuskan dan menghilangkan gangguan sebelum fuse link diproteksi rusak. Aturan lain yang harus dipegang adalah arus beban pada suatu titik pemakaian semestinya tidak lebih besar dari kapasitas arus kontinyu yang dimiliki fuse link nya. Apabila arus melebihi kapasitasnya maka semestinya fuse link akan mengalami pemanasan lebih, membuat pemutusan dan rangkaian menjadi terpisah dari sistem. Kapasitas arus kontinue fuse link rata–rata adalah 150 % dari arus pengenalnya untuk fuse link type K dan type T dengan elemen pelebur dari timah dan 100% untuk fuse link tipe H, N dan type K perak seperti terlihat pada tabel 5 pada SPLN 64 : 85 Kemampuan hantararus terus menerus pelebur ( FCO ) jenis letupan ( expulsion) tipe T (lambat) dan tipe K (cepat) ditetapkan sebagai berikut :

a. 1.5 kali arus pengenalnya, bagi pelebur dengan arus pengenal 6.3 A sampai dengan 100 A.

b. 1.3 kali arus pengenalnya bagi pelebur dengan arus pengenal 125 A sampai dengan 160 A

c. Sama dengan nilai arus pengenalnya bagi pelebur dengan arus

pengenal 200 A

d. Pelebur ltupan tipe H sama dengan arus pengenalnya

e. Pelebur jenis Pembatas Arus ( limmiting Current) atau disebut MV Fuse ( Power Fuse) sama dengan arus pengenalnya


(45)

f. Kemampuan hantararus terus menerus dari pelebur harus sama atau lebih besar dari arus beban maksimum terus menerus yang akan melewatinya

Koordinasi operasi suatu proteksi dengan proteksi lain penting untuk dilasanakan untuk menjaga hal yang tidak diinginkan misalnya adanya pemutusan yang tidak di inginkan demikian juga koordinasi operasi proteksi fuse cut out dimana prinsipnya adalah : Memberi kesempatan pada fuse pemroteksi (protecting) pada sisi beban yang berada di depan terdekat dari titik gangguan untuk bekerja sepenuhnya (memutus rampung) terlebih dahulu sebelum fuse sebelah hulu (sisi sumber) yang diproteksi bertindak sebagai cadangannya mulai bekerja.

Untuk memenuhi koordinasi hendaknya dipilih waktu leleh arus pengenal yang memiliki kerenggangan waktu minimum 25 % antara waktu pemutusan maksimum Fuse pemroteksi pada sisi terdekat dengan gangguan dengan waktu leleh minimum pelebur yang diproteksi atau dengan kata lain waktu pemutusan maksimum dari fuse pemroteksi hendaknya tidak melebihi 75 % dari minimum fuse yang diproteksi. Untuk pelaksanaan koordinasi dapat dilakukan dengan menggunakan tabel 6 dan tabel 7 dan 8 seperti berikut:


(46)

Tabel 10. Koordinasi Proteksi Antara Fuse Cutout Fuse link tipe T Koordinasi dengan Fuse Link Tipe T


(47)

Tabel 11. Koordinasi Fuse link tipe H dengan tipe K dan tipe K dengan K

b. Pemilihan Arus pengenal ( Rating ) fuse FCO untuk Proteksi Trafo Distribusi

 Dilihat dari karakteristik waktu–arusnya proteksi trafo dibatasi dua garis kerja yaitu :

a. Garis batas ketahanan pelebur yang merupakan batas

ketahanan pelebur dimana pelebur FCO tidak boleh bekerja pada beban lebih yang masih dan harus dapat ditahan oleh trafo tersebut yaitu :


(48)

 Arus Beban Peralaihan ( Cold Load pick up )

 Hubung singkat JTR

 Arus Masuk Awal ( Inrush ) trafo

 Arus asutan motor

b. Garis Batas Ketahanan Trafo yang merupakan batas

ketahanan trafo dimana pelebur (FCO) harus sudah bekerja/melebur gangguan yang dapat melebihi batas tersebut adalah hubung singkat pada sisi primer atau sekunder trafo

 Garis batas ketahanan pelebur bagi trafo distribusi umum

ditentukan oleh titik titik berikut :

2 x In selama 100 detik ...beban lebih

3 x In selama 10 detik ...Arus beban peralihan

6 x In selama 1 detik ... Arus beban peralihan

12 x In selama 0.1 detik ...Arus Inrush trafo

25 x In selama 0.01 detik ...Arus Inrush trafo

Bila Beban Trafo berupa motor listrik maka :

3 x In selama 100 detik ...Arus beban peralihan

6 x In selama 10 detik ...Arus beban peralihan


(49)

 Ketahanan Pelebur terhadap surja kilat

Bagi trafo trafo berdaya kecil dibawah 100 KVApemilihan pelebur harus memperhatikan ketahanan terhadap arus surja kilat :

 minimum 74 A selama 0.01 detik untuk surja kilat 2 KA


(50)

 Garis batas ketahanan trafo ditentukan oleh kondisi sebagai berikut :

2 x In selama 300 detik ...beban lebih, arus Hs JTR

4.75 x In selama 60 detik ... beban lebih, arus Hs JTR

6.7 x In selama 30 detik ... beban lebih, arus Hs JTR

11.3 x In selama 10 detik ...Beban lebih, arus Hs JTR

25 x In selama 2 detik ...Hubung singkat pada trafo

I2t=1.250 ...Hubung singkat pada trafo


(51)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1.Kondisi Jaringan

PT. PLN (Persero) Rayon Oesao sama halnya dengan unit PT. PLN lainnya memiliki tugas untuk mengelola operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi tenaga listrik, mengelola transaksi energi serta mengelola niaga dan pelayanan pelanggan sesuai dengan kewenangannya dalam rangka meningkatkan pelayanan ketenagalistrikan secara efisien dan efektif dengan mutu dan keandalan untuk mencapai target kinerja unit. Karena wilayah kerja yang luas, PLN Rayon Oesao memiliki 4 Sub Rayon (SR) dan 8 Kantor Jaga (KJ).

PLN Rayon Oesao sendiri memilik sistem jaringan yang luas dengan 2 penyulang dan 1 penyulang lain (P. Rayon Kupang) dan ratusan gardu, baik gardu cantol maupun gardu portal. Berikut adalah panjang jaringan sistem PLN Rayon Oesao.

Tabel 12. Data Penyulang

PENYULANG PANJANG JARINGAN

(KMS)

OESAO 18,2

P. CAMPLONG 138,6

P. BURAEN 174,695


(52)

Gambar 15. SLD PLN Oesao

Luasnya wilayah kerja PLN Rayon Oesao sehingga memiliki banyak gardu dan beban sebagai berikut:

Tabel 13.Data keselurahan Gardu pada tiap feeder Penyulang/Unit PLN Jumlah Trafo Jumlah Daya

Oesao 19 BUAH 1.430 KVA

P. Camplong 70 BUAH 5.065 KVA

P. Buraen 60 BUAH 3.014 KVA

KJ. Baun 29 BUAH 1.400 KVA


(53)

KJ. Bolou 8 BUAH 400 KVA

SR. Seba 34 BUAH 2.100 KVA

SR. Semau 23 BUAH 1.175 KVA

KJ. Oemofa 15 BUAH 750 KVA

SR. Naikliu 6 BUAH 350 KVA

Jumlah 274 BUAH 16.184A

4.2.Pengumpulan Data

Dalam perhitungan rating fuse link hanya diambil 1 buah feeder yakni feeder camlpong yang mempunyai panjang jaringan 138,6 kms. Adapun data yang diambil adalah data masing-masing gardu dari setiap percabangan yang terdapat pada feeder tersebut. Dapat dilihat pada tabel dibawah :

Tabel 14. Data Gardu Pada Feeder Camplong NO NAMA

GARDU

DAYA ARUS ALAMAT PENYULANG %BEBAN BEBAN

TERPAKAI

1 KR 088 50 1,445 OESAO CAMPLONG 57,93 0,837138728

2 KR 084 50 1,445 OEBOBOA CAMPLONG 38,95 0,562861272

3 KR 085 50 1,445 OEBOBOA CAMPLONG 17,65 0,255057803

4 KR 086 50 1,445 OEBOBOA CAMPLONG 17,42 0,251734104

5 KR 008 50 1,445 PUKDALE CAMPLONG 71,24 1,029479769

6 KR 095 100 2,89 MANUSAK CAMPLONG 5,04 0,14566474

7 KR 031 50 1,445 MANUSAK CAMPLONG 65,47 0,946098266

8 KR 077 100 2,89 MANUSAK CAMPLONG 31,72 0,916763006


(54)

10 KR 073 160 4,624 NAIBONAT CAMPLONG 21,54 0,996069364

11 KR 074 160 4,624 NAIBONAT CAMPLONG 20,47 0,946589595

12 KR 075 160 4,624 NAIBONAT CAMPLONG 20,4 0,943352601

13 KR 076 100 2,89 NAIBONAT CAMPLONG 35,6 1,028901734

14 SL 012 100 2,89 SULAMU CAMPLONG 63,87 1,845953757

15 SL 002 50 1,445 SULAMU CAMPLONG 80,57 1,164306358

16 SL 001 100 2,89 SULAMU CAMPLONG 26,22 0,757803468

17 SL015 50 1,445 SULAMU CAMPLONG 6,19 0,089450867

18 SL 014 50 1,445 SULAMU CAMPLONG 43,43 0,627601156

19 SL 013 50 1,445 SULAMU CAMPLONG 22,18 0,320520231

20 SL 017 25 0,723 SULAMU CAMPLONG 15,89 0,114812139

21 SL 004 50 1,445 PARITI CAMPLONG 24,95 0,360549133

22 SL 005 50 1,445 PARITI CAMPLONG 65 0,939306358

23 SL 006 50 1,445 PARITI CAMPLONG 52,67 0,761127168

24 SL 007 50 1,445 PARITI CAMPLONG 50 0,722543353

25 SL 016 25 0,723 PARITI CAMPLONG 15,43 0,111488439

26 SL 009 50 1,445 OETETA CAMPLONG 55,12 0,796531792

27 SL 008 50 1,445 OETETA CAMPLONG 73,78 1,066184971

28 SL 011 50 1,445 OETETA CAMPLONG 53,13 0,767774566

29 KR 067 100 2,89 KUIMASI CAMPLONG 26,87 0,776589595

30 FT 001 160 4,624 CAMPLONG CAMPLONG 34,01 1,572716763

31 FT 002 100 2,89 CAMPLONG CAMPLONG 35,11 1,014739884

32 FT 011 50 1,445 CAMPLONG CAMPLONG 7,27 0,105057803

33 FT 012 50 1,445 CAMPLONG CAMPLONG 44,72 0,646242775

34 FT 009 50 1,445 OELTUNE CAMPLONG 23,28 0,336416185

35 FT 006 100 2,89 CAMPLONG

1


(55)

36 KR 057 50 1,445 UEL CAMPLONG 55,76 0,805780347

37 KR 058 50 1,445 UEL CAMPLONG 25,78 0,372543353

38 FT 017 50 1,445 NUNSAEN CAMPLONG 29,85 0,431358382

39 FT 018 50 1,445 KABUKA CAMPLONG 11,46 0,165606936

40 FT 019 50 1,445 BISTEO CAMPLONG 15,15 0,218930636

41 FT 021 50 1,445 OELBITENO CAMPLONG 15,75 0,227601156

42 FT 022 50 1,445 EKATETA CAMPLONG 11,5 0,166184971

43 FT 023 50 1,445 EKATETA CAMPLONG 5,68 0,082080925

44 FT 024 50 1,445 EKATETA CAMPLONG 9,56 0,138150289

45 FT 025 50 1,445 EKATETA CAMPLONG 18,02 0,260404624

46 KR 045 50 1,445 BIPOLO CAMPLONG 57,06 0,824566474

47 KR 039 25 0,723 NUNKURUS CAMPLONG 50 0,361271676

48 FT 015 50 1,445 TOLNAKU CAMPLONG 5,51 0,079624277

49 FT 016 50 1,445 TOLNAKU CAMPLONG 10,21 0,147543353

50 FT 008 50 1,445 TOLNAKU CAMPLONG 50 0,722543353

51 KR 055 100 2,89 KUIMASI CAMPLONG 7,67 0,221676301

52 KR 081 50 1,445 KUIMASI CAMPLONG 50 0,722543353

Untuk perhitungan arus dan beban terpakai pada tabel diatas digunakan persamaan sebagai berikut :

I = Daya Trafo

√3 × Tegangan TM


(56)

4.3.Hasil Perhitungan

Dari tabel data diatas maka dapat ditentukan atau dihitung rating fuselink untuk masing-masing percabangan yang diproteksi menggunakan fuse cut out. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel dibawah :

Tabel 15. Hasil Perhitungan Rating FCO yang akan digunakan.

NAMA CO BEBAN I SET RATING FUSE

LINK

DIPAKAI

CO OEBOBOA DALAM 0,251734 0,276908 2 3

CO OEBOBOA 1,069653 1,176618 2 3

CO PUKDALE 0,916763 1,008439 2 3

CO TATELEK 2,008526 2,209379 3 3

CO KTR. BUPATI 1,762428 1,938671 2 3

CO KEJAKSAAN 3,914913 4,306405 5 6

CO SMP 3,01026 3,311286 6 6

CO SL01 0,757803 0,833584 1 3

CO PITAI 4,485116 4,933627 6 6

CO PANTAI BERINGIN 4,805636 5,286199 6 6

CO JEMBATAN TUKA 4,920448 5,412493 6 6

CO LAMADAK 5,280997 5,809097 6 6

CO OETETA 0,796532 0,876185 1 2

CO OELBAKI 9,678179 10,646 11 11

CO TAPKOLE 10,44595 11,49055 12 12

CO BRIGIF 0,77659 0,854249 1 2

CO OELTUNE 0,336416 0,370058 1 3

CO BOK S 3,675173 4,042691 6 6

CO KTR LURAH 6,500029 7,150032 8 8


(57)

CO NAIFALO 0,446532 0,491185 1 3

CO KABUKA 0,165607 0,182168 1 3

CO BONI 0,646821 0,711503 1 2

CO LAOS 1,185838 1,304422 2 2

CO MBR 1,917486 2,109234 3 3

CO OELKUKU 2,640029 2,904032 3 3

CO BURUNG ONTA 3,584249 3,942673 6 6

Untuk menentukan Iset nya maka digunakan persamaan sebagai berikut :

Iset = Beban total × ,

Setelah dihitung Iset nya, maka dapat ditentukan nilai atau rating fuse link yang akan dipakai oleh Fuse cut out untuk memproteksi percabangan tersebut, seprti yang terlihat pada tabel diatas.


(58)

BAB V

PENUTUP

5.1.Kesimpulan

Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) adalah salah satu bentuk pendidikan dengan cara memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup ditengah tengah masyarakat (perusahaan atau instansi pemerintah atau swasta ) diluar kampus, dan secara langsung mengidentifikasi serta menangani masalah - masalah yang dihadapi. PKL dilaksanakan oleh perguruan tinggi dalam upaya meningkatkan isi dan bobot pendidikan bagi mahasiswa dan untuk mendapatkan nilai tambah yang lebih besar pada pendidikan tinggi. Dan Kerja praktek merupakan salah satu bukti adanya interaksi antara industri dengan lembaga pendidikan yang merupakan jembatan bagi mahasiswa khususnya, yaitu mengenal dan memahami bagaimana dunia industri itu sebenarnya, sebelum nanti masuk ke dunia industri tersebut.

Dari hasil praktek secara langsung dan data-data yang telah diperoleh selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di PT. PLN (Persero) Rayon Oesao yang meliputi pengamatan langsung kelapangan, analisa proses kerja alat serta kegiatan lain sebagai bagian integral dalam pelaksanaannya.

Maka didapat kesimpulan bahwa dalam menentukan rating suatu pengaman dalam hal ini fuse link diperlukan analisa yang complete sehingga tidak terjadi kesalahan yang meneyebabkan kegagalan pada sistem yang diproteksi. Apabila terjadi kegagalan maka kontinuitas penyaluran tenaga listrik kebeban dapat terganggu untuk itu perlu dilakukan koordinasi yang baik antar pengaman.

Jaringan SUTM adalah jaringan distribusi tenaga listrik 3 fasa 20 KV yang merupakan jaringan pendistribusian tenaga listrik tegangan menengah yang keluar dari Gardu induk (GI) dan masuk ke Gardu distribusi.


(59)

Sistem pengamanan pada jaringan SUTM ini perlu dikoordinasikan dengan baik, agar keamanan jaringan dapat terpelihara dengan baik sehingga jika terjadi gangguan dapat dilakukan perbaikan dengan cepat. Adapun tujuan dari system pengamanan ini ialah terpeliharanya distribusi pasokan tenaga listrik kepada pelanggan. Sedangkan untuk penanganan pemeliharaan gangguan dan perbaikan gangguan dilakukan dengan menggunakan radio komunikasi sebagai alat komunikasi dengan gardu induk saat terjadi gangguan jadi tidak diketahui secara langsung pemantauan jaringannya sehingga harus dipantau dari GI dan APJ terkait lalu dilaporkan statusnya kepada UPJ.

5.2.Saran

 Sebaiknya PT. PLN (Persero) memperbaiki kondisi manajemennya sendiri

yang harus dimonitor, ditinjau kembali dan dikembangkan yang bertujuan untuk memantapkan peran serta PLN dalam pembangunan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

 Ada baiknya PT. PLN menggunakan produksi dalam negeri terutama dalam peralatan – peralatan konstruksi listrik yang telah memenuhi Standar Listrik Indonesia (SLI), Standar Industri Indonesia (SII) dan Standar Internasional Elektrotechnical (IEC).

 Seharusnya PLN lebih memperhatikan tingkat kontinuitas pelayanan listrik pada konsumennya.

 Demi mempertimbangkan sisi keindahan, seharusnya PLN sudah saatnya

mengganti jaringan kabel udara dengan jaringan kabel tanah.

 Untuk kemajuan PT. PLN sebaiknya teknologi yang digunakan dinamis


(60)

DAFTAR PUSTAKA

[a] Suhardi, Dkk.2008. Teknik Distribusi Listrik Tenaga.(Jilid 1 Untuk SMK)

[b] Daman Suswanto: Distribusi Tenaga Listrik

[c] PT. PLN UDIKLAT. Proteksi Distribusi

[d] PT. PLN PUSDIKLAT. Perhitungan Setting Dan Koordinasi Proteksi Sistem Distribusi

[e] SPLN 64: 1985. Petunjuk Pemilihan Dan Penggunaan Pelebur Pada Sistem Distribusi Tegangan Menengah


(1)

36 KR 057 50 1,445 UEL CAMPLONG 55,76 0,805780347

37 KR 058 50 1,445 UEL CAMPLONG 25,78 0,372543353

38 FT 017 50 1,445 NUNSAEN CAMPLONG 29,85 0,431358382 39 FT 018 50 1,445 KABUKA CAMPLONG 11,46 0,165606936 40 FT 019 50 1,445 BISTEO CAMPLONG 15,15 0,218930636 41 FT 021 50 1,445 OELBITENO CAMPLONG 15,75 0,227601156 42 FT 022 50 1,445 EKATETA CAMPLONG 11,5 0,166184971 43 FT 023 50 1,445 EKATETA CAMPLONG 5,68 0,082080925 44 FT 024 50 1,445 EKATETA CAMPLONG 9,56 0,138150289 45 FT 025 50 1,445 EKATETA CAMPLONG 18,02 0,260404624 46 KR 045 50 1,445 BIPOLO CAMPLONG 57,06 0,824566474 47 KR 039 25 0,723 NUNKURUS CAMPLONG 50 0,361271676 48 FT 015 50 1,445 TOLNAKU CAMPLONG 5,51 0,079624277 49 FT 016 50 1,445 TOLNAKU CAMPLONG 10,21 0,147543353

50 FT 008 50 1,445 TOLNAKU CAMPLONG 50 0,722543353

51 KR 055 100 2,89 KUIMASI CAMPLONG 7,67 0,221676301

52 KR 081 50 1,445 KUIMASI CAMPLONG 50 0,722543353

Untuk perhitungan arus dan beban terpakai pada tabel diatas digunakan persamaan sebagai berikut :

I = Daya Trafo √3 × Tegangan TM


(2)

4.3.Hasil Perhitungan

Dari tabel data diatas maka dapat ditentukan atau dihitung rating fuselink untuk masing-masing percabangan yang diproteksi menggunakan fuse cut out. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel dibawah :

Tabel 15. Hasil Perhitungan Rating FCO yang akan digunakan.

NAMA CO BEBAN I SET RATING FUSE

LINK

DIPAKAI

CO OEBOBOA DALAM 0,251734 0,276908 2 3

CO OEBOBOA 1,069653 1,176618 2 3

CO PUKDALE 0,916763 1,008439 2 3

CO TATELEK 2,008526 2,209379 3 3

CO KTR. BUPATI 1,762428 1,938671 2 3

CO KEJAKSAAN 3,914913 4,306405 5 6

CO SMP 3,01026 3,311286 6 6

CO SL01 0,757803 0,833584 1 3

CO PITAI 4,485116 4,933627 6 6

CO PANTAI BERINGIN 4,805636 5,286199 6 6

CO JEMBATAN TUKA 4,920448 5,412493 6 6

CO LAMADAK 5,280997 5,809097 6 6

CO OETETA 0,796532 0,876185 1 2

CO OELBAKI 9,678179 10,646 11 11

CO TAPKOLE 10,44595 11,49055 12 12

CO BRIGIF 0,77659 0,854249 1 2

CO OELTUNE 0,336416 0,370058 1 3


(3)

CO NAIFALO 0,446532 0,491185 1 3

CO KABUKA 0,165607 0,182168 1 3

CO BONI 0,646821 0,711503 1 2

CO LAOS 1,185838 1,304422 2 2

CO MBR 1,917486 2,109234 3 3

CO OELKUKU 2,640029 2,904032 3 3

CO BURUNG ONTA 3,584249 3,942673 6 6

Untuk menentukan Iset nya maka digunakan persamaan sebagai berikut : Iset = Beban total × ,

Setelah dihitung Iset nya, maka dapat ditentukan nilai atau rating fuse link yang akan dipakai oleh Fuse cut out untuk memproteksi percabangan tersebut, seprti yang terlihat pada tabel diatas.


(4)

BAB V

PENUTUP

5.1.Kesimpulan

Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) adalah salah satu bentuk pendidikan dengan cara memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup ditengah tengah masyarakat (perusahaan atau instansi pemerintah atau swasta ) diluar kampus, dan secara langsung mengidentifikasi serta menangani masalah - masalah yang dihadapi. PKL dilaksanakan oleh perguruan tinggi dalam upaya meningkatkan isi dan bobot pendidikan bagi mahasiswa dan untuk mendapatkan nilai tambah yang lebih besar pada pendidikan tinggi. Dan Kerja praktek merupakan salah satu bukti adanya interaksi antara industri dengan lembaga pendidikan yang merupakan jembatan bagi mahasiswa khususnya, yaitu mengenal dan memahami bagaimana dunia industri itu sebenarnya, sebelum nanti masuk ke dunia industri tersebut.

Dari hasil praktek secara langsung dan data-data yang telah diperoleh selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di PT. PLN (Persero) Rayon Oesao yang meliputi pengamatan langsung kelapangan, analisa proses kerja alat serta kegiatan lain sebagai bagian integral dalam pelaksanaannya.

Maka didapat kesimpulan bahwa dalam menentukan rating suatu pengaman dalam hal ini fuse link diperlukan analisa yang complete sehingga tidak terjadi kesalahan yang meneyebabkan kegagalan pada sistem yang diproteksi. Apabila terjadi kegagalan maka kontinuitas penyaluran tenaga listrik kebeban dapat terganggu untuk itu perlu dilakukan koordinasi yang baik antar pengaman.


(5)

Sistem pengamanan pada jaringan SUTM ini perlu dikoordinasikan dengan baik, agar keamanan jaringan dapat terpelihara dengan baik sehingga jika terjadi gangguan dapat dilakukan perbaikan dengan cepat. Adapun tujuan dari system pengamanan ini ialah terpeliharanya distribusi pasokan tenaga listrik kepada pelanggan. Sedangkan untuk penanganan pemeliharaan gangguan dan perbaikan gangguan dilakukan dengan menggunakan radio komunikasi sebagai alat komunikasi dengan gardu induk saat terjadi gangguan jadi tidak diketahui secara langsung pemantauan jaringannya sehingga harus dipantau dari GI dan APJ terkait lalu dilaporkan statusnya kepada UPJ.

5.2.Saran

 Sebaiknya PT. PLN (Persero) memperbaiki kondisi manajemennya sendiri yang harus dimonitor, ditinjau kembali dan dikembangkan yang bertujuan untuk memantapkan peran serta PLN dalam pembangunan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

 Ada baiknya PT. PLN menggunakan produksi dalam negeri terutama dalam peralatan – peralatan konstruksi listrik yang telah memenuhi Standar Listrik Indonesia (SLI), Standar Industri Indonesia (SII) dan Standar Internasional Elektrotechnical (IEC).

 Seharusnya PLN lebih memperhatikan tingkat kontinuitas pelayanan listrik pada konsumennya.

 Demi mempertimbangkan sisi keindahan, seharusnya PLN sudah saatnya mengganti jaringan kabel udara dengan jaringan kabel tanah.

 Untuk kemajuan PT. PLN sebaiknya teknologi yang digunakan dinamis seiring dengan perkembangan zaman.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

[a] Suhardi, Dkk.2008. Teknik Distribusi Listrik Tenaga.(Jilid 1 Untuk SMK) [b] Daman Suswanto: Distribusi Tenaga Listrik

[c] PT. PLN UDIKLAT. Proteksi Distribusi

[d] PT. PLN PUSDIKLAT. Perhitungan Setting Dan Koordinasi Proteksi Sistem Distribusi

[e] SPLN 64: 1985. Petunjuk Pemilihan Dan Penggunaan Pelebur Pada Sistem Distribusi Tegangan Menengah