Penyusutan Aset Tetap Pengertian Aset

menukarkan, menggunakan manfaat ekonomik dan mencegah akses pihak lain terhadap manfaat tersebut. Hal ini dilandasi oleh konsep dasar substansi mengungguli bentuk yuridis substance over form. Pemilikan ownership hanya mempunyai makna yuridis atau legal. 3. Timbul akibat transaksi masa lalu. Kriteria ini sebenarnya menyempurnakan kriteria penguasaan dan sekaligus sebagai kriteria atau tes pertama first-test pengakuan objek sebagai aset. Aset harus timbul akibat dari transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk memenuhi definisi. Penguasaan harus didahului oleh transaksi atau kejadian ekonomik. FASB memasukkan transaksi atau kejadian sebagai kriteria aset karena transaksi atau kejadian tersebut dapat menimbulkan menambah atau meniadakan mengurangi aset. Misalnya perubahan tingkat bunga, punyusutan atau kecelakaan

2.2.4 Penyusutan Aset Tetap

Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi Karami, 2010. Penyusutan perlu dilakukan karena manfaat yang diberikan dan nilai dari aktiva dibebankan secara bertahap. Jumlah yang disusutkan suatu aktiva tetap harus dialokasikan secara sistematis sepanjang masa manfaatnya. Metode penyusutan harus mencerminkan pola pemanfaatan keekonomian aktiva. the pattern in which the assets economic benefits are consumed by the enterprise oleh perusahaan. Penyusutan untuk setiap periode diakui sebagai beban untuk periode yang bersangkutan, kecuali termasuk sebagai jumlah tercatat aktiva lain Bersamaan dengan manfaat keekonomian yang diwujudkan dalam suatu aktiva dikonsumsi oleh perusahaan, jumlah tercatat aktiva berkurang untuk mencerminkan konsumsi ini, biasanya dalam bentuk beban penyusutan. Suatu beban penyusutan tetap diadakan walaupun nilai pasar aktiva melebihi jumlah tercatatnya. Manfaat keekonomian yang diwujudkan dalam suatu pos aktiva tetap dikonsumsi oleh perusahaan sepanjang masa manfaat aktiva. Tetapi, faktor lain seperti keusangan teknis dan aus serta rusaki wear and tear saat suatu aktiva menganggur idle, juga dapat mengurangi manfaat keekonomiannya yang mungkin telah diharapkan tersedia dari aktiva. Karenanya, seluruh faktor berikut harus dipertimbangkan dalam menentukan masa manfaat suatu aktiva: 1. Penggunaan aktiva yang diharapkan oleh perusahaan. Penggunaan dinilai dengan pedoman kapasitas aktiva yang diharapkan atau output fisik. 2. Keusangan fisik yang diharapkan, yang tergantung pada faktor operasional seperti jumlah pergantian kelompok kerja dimana aktiva digunakan dan program perbaikan dan perawatan dari perusahaan, dan perawatan aktiva pada saat mengaggur. 3. Keusangan teknis yang timbul dari perubahan atau perbaikan produksi, atau dari perubahan permintaan pasar untuk produk atau jasa yang dihasilkan oleh aktiva. 4. Pembatasan hukum atau yang serupa atas penggunaan aktiva, seperti hasilnya waktu dari sewa guna usaha yang berkaitan. Masa manfaat aktiva ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan oleh perusahaan. Kebijakan manajemen aktiva suatu perusahaan mempengaruhi jumlah penyusutan aktiva setelah suatu waktu yang ditentukan atau setelah konsumsi dari proporsi tertentu atas manfaat keekonimian yang diwujudkan dalam aktiva. Karenanya, masa manfaat suatu aktiva dapat leih pendek dari usia keekonomiannya. Estimasi masa manfaat suatu aktiva tetap merupakan masalah pertimbangan yang berdasarkan pada pengalaman perusahaan dengan aktiva serupa. Berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva pada suatu dasar sistematis sepanjang masa manfaatnya. Metode ini mencakup metode penyusutan berdasarkan waktu, penggunaan dan criteria lainnya. Metode yang digunakan untuk suatu aktiva dipilih berdasarkan pola yang diharapkan atas asas manfaat keekonomiannya dan secara konsisten digunakan dari periode ke periode kecuali terdapat perubahan pola yang diharapkan atas manfaat keekonomian aktiva tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya penyusutan antara lain : 1. Harga perolehan, yaitu pengeluaran-pengeluaran yang timbul mulai dari proses pembelian hingga aktiva tersebut siap beroperasi. 2. Nilai residu, merupakan nilai taksiran atau nilai potensi arus kas masuk apabila aktiva tersebut dijual pada saat penarikanpenghentian aktiva. Nilai residu tidak selalu ada, ada kalanya suatu aktiva tidak memiliki nilai residu karena aktiva tersebut tidak dijual pada masa penarikannya. 3. Umur ekonimis aktiva, sebagian besar memiliki 2 jenis umur yaitu umur fisik dan umur fungsional. Umur fisik dikaitkan dengan disik aktiva tersebut, sedangkan umur fungsional dikaitkan dengan kontribusi aktiva tersebut dalam penggunaannya. Suatu aktiva masih bisa dikatakan memiliki umur fungsional apabila aktiva tersebut memberikan kontribusi bagi perusahaan. 4. Pola penggunaan aktiva, pola ini berpengaruh terhadap tingkat ke-aus-an, yang mana untuk mengakomodasikan situasi ini biasanya digunakan metode penyusutan yang sesuai. Dalam penyusutan suatu aktiva tetap dapat menggunakan beberapa metode Karami, 2010 yaitu: 1. Metode Garis Lurus Metode garis lurus membebankan jumlah beban penyusutan yang sama dari depresiasi untuk setiap periode akutansi selama usia kegunaan aktiva tersebut. Metode ini ditentukan dengan cara mengurangi nilai sisa dari biaya awal dan membaginya dengan jumlah tahundari perkiraan usia. Oleh karena kemudahannya, maka metode ini merupakan metode yang paling banyak digunakan. Dengan metode ini penyusutan tahunan dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu: • LT SV - AC D = atau LT AC D = • D = d x AC – SV dengan LT 100 d = D = Depreciation AC = Acquisition Cost SV = Salvage Value LT = Life Time Sebagai contoh, sebuah mesin diperoleh pada tanggal 1 Januari 2007 dengan harga Rp. 8.000.000,- ditaksir memiliki umur ekonomis 8 tahun, dan apabila nanti ditarik diperkirakan besi tuanya dapat dijual seharga Rp. 150.000.- Beban penyusutan untuk tahun 2007 dihitung dengan cara sebagai berikut: Depreciation Cost = 1212 x [Rp. 8.000.000 – Rp. 150.000 : 8] = Rp. 981.250,- jika tanpa nilai residu, maka variable nilai residu tidak diperhitungklan Dari nilai di atas maka Jadwal Penyusutan Aktiva sebagai berikut: Table 2.1 Penyusutan Aktiva Garis Lurus dengan Salvage Value End Of Year Acquisit Cost Salvage Value LT Deprec Accum Deprec Book Value 8.000.000 150.000 8 - - 8.000.000 1 8.000.000 150.000 8 981.250 981.250 7.018.750 2 8.000.000 150.000 8 981.250 1.962.500 6.037.500 3 8.000.000 150.000 8 981.250 2.943.750 5.056.250 4 8.000.000 150.000 8 981.250 3.925.000 4.075.000 5 8.000.000 150.000 8 981.250 4.906.250 3.093.750 6 8.000.000 150.000 8 981.250 5.887.500 2.112.500 7 8.000.000 150.000 8 981.250 6.868.750 1.131.250 8 8.000.000 150.000 8 981.250 7.850.000 150.000 Table 2.2 Penyusutan Aktiva Garis Lurus tanpa Salvage Value End Of Year Acquisit Cost Salvage Value LT Deprec Accum Deprec Book Value 8.000.000 - 8 - - 8.000.000 1 8.000.000 - 8 1.000.000 1.000.000 7.000.000 2 8.000.000 - 8 1.000.000 2.000.000 6.000.000 3 8.000.000 - 8 1.000.000 3.000.000 5.000.000 4 8.000.000 - 8 1.000.000 4.000.000 4.000.000 5 8.000.000 - 8 1.000.000 5.000.000 3.000.000 6 8.000.000 - 8 1.000.000 6.000.000 2.000.000 7 8.000.000 - 8 1.000.000 7.000.000 1.000.000 8 8.000.000 - 8 1.000.000 8.000.000 - Pada tabel pertama dengan memperkirakan adanya salvage value, di akhir tahun ke-8, terlihat ada nilai buku book value aktiva sebesar Rp.150.000,-. Inilah yang disebut nilai residu Salvage Value dimana jika aktivatersebut dijual pada akhir penggunaannya nanti diperkirakan akan laku seharga Rp 150,000,-. Di sisi lainnya, biaya penyusutan yang dibebankan tidak sepenuhnya Rp 1,000,000 per tahunnya. Pada tabel keduadengan tidak memperkirakan adanya salvage value, pada akhir tahun ke-8, nilai buku Book Value benar-benar Nihil nol, artinya : perusahaan memperkirakan aktiva tersebut tidak akan menghasilkan arus kas tidak bisa dijual pada akhir masa penggunaannya nanti. Di sisi lain, penyusutan dibebankan sepenuhnya Rp 1,000,000 setiap tahunnya. 2. Metode Saldo Menurun Aktivatetap dianggap akan memberikan kontribusi terbesar pada periode diawal-awal masa penggunaanya, dan akan mengalami tingkat penurunan fungsi yang semakin besar di periode berikutnya seiring dengan semakin berkurangnya umur ekonomis atas aktiva tersebut.Metode ini sesuai jika dipergunakan untuk jenis aktivatetap yang tingkat kehausannya tergantung dari volume produk yang dihasilkan, yaitu jenis aktivamesin produksi. CD = d x previous Book Value with d = n AC SV − 1 CD = Current Depreciation AC = Acquisition Cost SV = Salvage Value d = Rate of Depreciation n = Life Time Dengan contoh kasus sebelumnya, perhitungannya sebagai berikut: d = 8 000 . 000 . 8 000 . 150 1 − d = 8 01875 . 1 − d = 1 − 0.61 = 0.39 39 Dengan menggunakan rate diatas, yaitu sebesar 39 maka Jadwal Penyusutan dapat dibuat seperti beikut: Table 2.3 Penyusutan Saldo Menurun End Of Year Rate d Previuos Book Value Deprec Accum Deprec Book Value 8.000.000 1 8.000.000 x 8.000.000 1.000.000 1.000.000 4.880.000 2 8.000.000 x 4.880.000 1.000.000 2.000.000 2.976.800 3 8.000.000 x 2.976.800 1.000.000 3.000.000 1.815.848 4 8.000.000 x 1.815.848 1.000.000 4.000.000 1.107.667 5 8.000.000 x 1.107.667 1.000.000 5.000.000 675.677 6 8.000.000 x 675.677 1.000.000 6.000.000 412.163 7 8.000.000 x 412.163 1.000.000 7.000.000 251.419 8 8.000.000 x 251.419 1.000.000 8.000.000 153.366 Memperhatikan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dengan menggunakan Metode Saldo menurun Declining Balance Method, salvage value di akhir tahun ke delapanpun hasilnya kurang lebih sama dengan jika menggunakan Metode Garis Lurus Straight Line Method yaitu Rp 150,000. Hanya saja, jika kita perhatikan pada kolom depreciation penyusutan nampak bahwa dengan menggunakan metode Saldo Menurun, harga perolehan yang dialokasikan ke dalam penyusutandibebankan pada Harga Pokok Penjualan dialokasikan sebagian besar pada awal-awal penggunaan aktiva tersebut. Hal ini didasari oleh konsep yang dianut oleh metode ini, dimana suatuaktiva khusunya mesin produksi dianggap memberikan best performance diawal-awal penggunaannya.Jurnal pembebanan penyusutan pada metode ini sama saja dengan metode garis lurus. Metode penyusutan apapun dapat digunakan untuk menghitung nilai penyusutan, yang terpenting metode tersebut diterapkan secara konsisten. Jika perusahaan mengaggap perlu meakukan perubahan metode, sebaiknya dicantumkan dalam penjelasan atas sistem akuntansi yang dipergunakan pada laporan keuangan. Metode penyusutan yang dibolehkan berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 adalah: • Dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa asas manfaat yang ditetapkan bagi harta tersebut metode garis lurus; atau • Dalam bagian-bagian yang menurun dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku metode saldo menurun. Penggunaan metode penyusutan atas harta harus secara taat asas. Untuk harta berwujud berupa bangunan hanya dapat disusutkan dengan metode garis lurus. Harta berwujud selain bangunan dapat disusutkan dengan metode garis lurus atau metode saldo menurun. Masa manfaat dan tarif penyusutan aktiva untuk masing-masing kelompok telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 138KMK.032002 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 520KMK.042000 sebagai berikut: Table 2.4 Pengelompokan Aktiva Tetap Kelompok Harta Berwujud Masa Manfaat Tarif Penyusutan Metode Garis Lurus Tarif Penyusutan Metode Saldo Menurun I. Bukan Bangunan Kelompok I 4 Tahun 25 50 Kelompok II 8 Tahun 12,5 25 Kelompok III 16 Tahun 6,25 12,5 Kelompok IV 20 Tahun 5 10 II. Bangunan Permanen 20 Tahun 5 Tidak Permanen 10 Tahun

2.3 Sistem Aset Universitas Kristen Satya Wacana