Analisis Alur Cerita Struktural dan Semiotik Skenario Film
Viala, 1982 : 181. Untuk membatasi sekuen-sekuen yang kompleks, Schmitt dan Viala 1982: 27 menentukan kriteria dalam pembuatan sekuen harus
berfokus pada satu titik pusat perhatian focalisation dan harus membentuk satu kesatuan koheren dalam waktu dan ruang yang sama.
Selanjutnya, Barthes 1981: 15 menyebutkan bahwa sekuen-sekuen cerita tidak seharusnya memiliki kepentingan yang sama. Sekuen terbagi ke dalam
dua fungsi yaitu fonction cardinale fungsi utama dan function catalyse fungsi katalisator. Satuan cerita yang berfungsi sebagai hubungan logis
hubungan sebab-akibat dan bersifat kronologis disebut dengan fungsi utama. Fungsi utama merupakan aksi yang mengacu pada cerita, akibat untuk
melanjutkan cerita atau menyelesaikan suatu ketidakpastian cerita. Fungsi katalisator merupakan suatu cerita yang hanya bersifat kronologis atau
berurutan tanpa ada hubungan sebab-akibat. Katalisator berfungsi untuk mempercepat, memperlambat, menjalankan kembali cerita, meringkas,
mengantisipsi dan kadang-kadang mengecoh dan membingungkan pembaca. Jadi, fungsi katalisator dimaksudkan sebagai peghubung peristiwa atau
perangsang timbulnya peristiwa. Setelah
menentukan sekuen
kemudian masing-masing
sekuen diklasifikasikan berdasarkan satuan makna yang memiliki hubungan kausal
sebab-akibat dan bersifat kronologis untuk mendapatkan fungsi utama. Setelah diperoleh fungsi utama maka baru dapat menentukan alur ceritanya.
Jadi alur digunakan untuk menunjukkan serangkaian peristiwa yang saling berkaitan secara logis.
Selanjutnya adalah tahapan penceritaan yang dirumuskan oleh Gustav Freytag Waluyo, 2001: 8-12, tahapan cerita karya sastra dibagi menjadi
lima, yaitu: a.
Eksposisi, tahap ini berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita.
b. Komplikasi merupakan tahap alur berjalan ke arah konflik dan peristiwa
berkembang ke arah yang lebih jelas. c.
Klimaks, tahap konflik mencapai pada titik puncaknya. d.
Resolusi merupakan tahap konflik menuju akhir dengan ketegangan. e.
Catastrophe atau Denoument merupakantahap konflik berakhir dengan kesedian atau kebahagiaan.
Nurgiyantoro 2007: 153 membedakan plotalur berdasarkan kriteria urutan waktu, yaitu plot lurus atau progresif, plot sorot-balik atau flashback,
dan plot campuran. Plot lurus atau progresif yaitu plot yang menampilkan peristiwa-peristiwa secara kronologis. Plot sorot-balik atau flashback yaitu
plot yang tahap penceritaannya bersifat regresif atau tidak kronologis. Sedangkan plot campuran yaitu plot yang tahap penceritaannya bersifat
progresif ataupun regresif namun juga terdapat adegan sorot balik di dalamnya.
Berdasarkan hubungan antarsekuen yang saling berkaitan, Schmitt dan Viala 1982: 74 membagi alur cerita menjadi enam aktan actant atau force
aggisante . Actant dapat berupa objek, hewan, perasaan, nilai dan semua hal
yang melakukan aksi. Begitu juga dengan Greimas 1981: 51 yang menjelaskan sistem actant terbagi menjadi enam fungsi yaitu:
D1 Destinateur vs D2 Destinataire S Sujet-héro vs O objet-valeur
A Adjuvant vs T Opposant-traître Lebih lanjut, Schmitt dan Viala1982: 74 menjelaskan tentang fungsi aktan
tersebut sebagai berikut: a.
Le destinateur, qui a le pouvoir de donner un objet, un ordre, qui provoque lorsqu’il donne ou entrave lorsqu’il refuse le mouvement
de l’action. b.
Le destinataire, qui reçoit. c.
Le sujet, qui désire, vise, poursuit une chose, un bien, une personne. d.
L’objet, donné ou recherché. e.
L’adjuvant, qui aide il peut y avoir des adjuvants de chacune des fonctions précédentes.
f. L’opposant, qui entrave il peut y avoir des adjuvants de chacune des
fonctions précédentes. a.
Le destinateur pengirim, yang memiliki pengaruh atau kekuasaan untuk memberi sebuah objek, sebuah perintah, yang memicu
pergerakan cerita apabila objekperintah itu diterima atau menghambat pergerakan cerita apabila objek ditolak.
b. Le destinataire penerima, yang menerima objek, hasil buruan
subjek. c.
Le sujet subjek, heropahlawan, yang menginginkan, membidik, mengejarobjek sesuatu, benda, seseorang.
d. L’objet objek, sesuatu yang dicari, diburu oleh subjek.
e. L’adjuvant pembantupendukung, yang membantu mempermudah
usaha subjek dalam mencapai objek. f.
L’opposant penentang, yang menghambat menghalangi usaha subjek dalam mencapai objek.
Adapun gambar skema actant menurut Schmitt dan Viala 1982: 74, adalah sebagai berikut:
Gambar 1: Skema Aktan
Dari skema di atas dapat dipahami bahwa le destinateur pengirim merupakan seseorang atau yang menjadi sumber idegagasan dan berperan
sebagai penggerak cerita. Le destinateur yang menimbulkan kehendak bagi le sujet
subjek untuk mencapai l’objet objek. Le sujet subjek adalah
seseorang atau sesuatu yang ditugasi oleh le destinateur pengirim untuk mendapatkan
l’objet objek. Dalam usaha pencapaian l’objet objek, le sujet subjek akan dibantu oleh
l’adjuvant pembantu atau akan dihalang-halangi oleh
l’opposant penentang. Pada akhirnya, le destinataire penerima akan menerima hasil objek beruan subjek.
Destinateur D1 Objet O
Destinataire D2
Sujet S
Adjuvant Adj Opposant Op
Ada tujuh kategori akhir cerita menurut pemaparan Peyroutet 2001: 8, yaitu:
a. Fin retour à la situation de depart : akhir yang kembali ke situasi awal
cerita. b.
Fin heureuse : akhir yang bahagia atau menyenangkan. c.
Fin comique : akhir cerita yang lucu. d.
Fin tragique sans espoir : akhir cerita yang tragis tanpa harapan. e.
Fin tragique mais espoir : akhir cerita yang tragis dan masih ada harapan. f.
Suite possible : akhir cerita yang mungkin masih berlanjut. g.
Fin réflexive : akhir cerita yang ditutup dengan ungkapan narator yang mengambil hikmah dari cerita.