PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE KERJA KELOMPOK TERHADAP SISWA KELAS V B SDN 2 KEDAMAIAN BANDAR LAMPUNG
ABSTRAK
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE KERJA KELOMPOK TERHADAP SISWA KELAS V B
SDN 2 KEDAMAIAN BANDAR LAMPUNG
Oleh ELMAWATI
Pada pelajaran matematika siswa kelas V b SD Negeri 2 Kedamaian, diketahui rerata nilai ulangan harian dan tes sumatif yang dilakukan pada tengah semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 masih rendah. Rendahnya hasil belajar matematika siswa diduga disebabkan guru belum terampil memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang tepat/cocok dalam pembelajaran matematika.
Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika dengan menggunakan metode kerja kelompok. Waktu penelitian pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 bertempat di SDN 2 Kedamaian.
Prosedur penelitian tindak kelas terdiri dari dua siklus, masing-masing siklus dilakukan melalui 4 tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data, menggunakan metode observasi dan tes. Pada data observasi berupa kegiatan siswa dan guru dengan lembar observasi oleh observer dan data tes dikumpulkan pada akhir siklus dalam bentuk tes tertulis isian. Seluruh data dianalisis dengan menggunakan rumus persentase diinterprestasi sesuai dengan indikator penelitian.
Hasil penelitian bahwa rerata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 62,73% meningkat pada siklus II 85,15%, jadi meningkat sebesar 22,42%. Hasil belajar siswa pada siklus I diperoleh nilai rerata 65,29 dan pada siklus II meningkat sebesar 78,53 jadi peningkatan sebesar 13,24.
Dengan demikian dapat disimpulkan pembelajaran matematika menggunakan metode kerja kelompok dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung.
(2)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Usaha mencerdaskan kehidupan bangsa dan memperbaiki mutu pendidikan merupakan modal utama dalam pembangunan masyarakat suatu bangsa. Pemerintah telah banyak melakukan usaha untuk mencapai hal tersebut. Salah satu yang dilakukan pemerintah, adalah dengan mengadakan perubahan dan perbaikan kurikulum, sebab kurikulum merupakan pedoman dalam menyelenggarakan pembelajaran di sekolah.
Pada dasarnya mutu pendidikan tercermin dari hasil belajar siswa dan guru perlu mengusahakan agar tujuan pembelajaran tercapai. Keberhasilan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran sangat didukung oleh kreatifitas siswa. Jadi dapat terlihat jelas bahwa siswa dan guru berada dalam hubungan yang saling membutuhkan. Guru mengajar dan siswa belajar dalam proses, proses tersebut berlangsung dalam situasi interaksi edukatif.
Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa seorang guru mempunyai peran yang sangat besar dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, di dalam proses belajar hendaknya seorang guru dapat memilih dan menggunakan metode belajar yang tepat.
(3)
Selain metode pembelajaran yang tepat, guru juga memerlukan pendekatan dalam pembelajaran agar tercipta interaksi yang baik antara guru dan siswa. Berdasarkan jumlah siswa ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran yaitu pendekatan kelompok dan pendekatan individu (Djamarah, 1996:45). Pembelajaran merupakan kegiatan membelajarkan siswa, untuk itu peran guru sangat penting karena gurulah yang mengatur skenario pembelajaran, dan menentukan metode yang akan di gunakan dalam pembelajaran.
Apabila seorang guru dalam proses pembelajaran memberikan tugas, dimana tugas tersebut dikerjakan oleh siswa secara kelompok, maka metode semacam ini disebut sebagai metode kerja kelompok. Metode kerja kelompok dapat diartikan sebagai suatu kegiatan belajar-mengajar dimana siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi atas kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan pengajaran tertentu (Roestiyah N.K. 2008:15). Sebagai metode mengajar, kerja kelompok dapat dipakai untuk mencapai tujuan pengajaran. Pelaksanaannya tergantung pada beberapa faktor misalnya tujuan khusus yang akan dicapai, umur, kemampuan siswa, serta fasilitas pengajaran di dalam kelas.
Metode kerja kelompok memiliki kelebihan diantaranya mendorong semangat belajar siswa untuk aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran, menumbuhkan rasa sosial yang tinggi pada diri siswa sehingga dapat bekerja sama dalam menyelesaikan masalah serta saling menghargai satu sama lain. Dari hasil pengamatan yang diperoleh, pada pelajaran matematika siswa kelas V b SD Negeri 2 Kedamaian, diketahui rerata nilai ulangan harian dan tes sumatif
(4)
yang dilakukan pada tengah semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 masih rendah apabila dibandingkan dengan KKM. Hasil belajar matematika dapat dikatakan baik apabila nilai rata-rata hasil belajar berada di atas 62 (KKM). Rendahnya hasil belajar matematika diduga disebabkan guru belum terampil memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang tepat/cocok dalam pembelajaran matematika.
Berdasarkan kondisi dan situasi tersebut, peneliti tertarik untuk membahas dan mengkaji secara lebih mendalam melalui penelitian tindakan kelas yang peneliti beri judul; “Peningkatan hasil belajar matematika menggunakan metode kerja kelompok terhadap siswa kelas V b SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat mengidentifikasi permasalahan yang ada di lokasi penelitian adalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar matematika khususnya materi pecahan (perkalian dan pembagian) pada siswa kelas V b SD Negeri 2 Kedamaian Bandar Lampung masih rendah.
2. Pembelajaran kurang efisien karena guru belum menggunakan metode belajar yang tepat.
3. Guru belum menggunakan metode kerja kelompok dalam pembelajaran pada siswa kelas V b SD Negeri 2 Kedamaian Bandar Lampung.
(5)
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu:
Apakah penggunaan metode kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas V b SD Negeri 2 Kedamaian Bandar Lampung. D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V b SD Negeri 2 Kedamaian Bandar Lampung pada mata pelajaran matematika melalui metode kerja kelompok.
2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V b SD Negeri 2 Kedamaian Bandar Lampung pada mata pelajaran matematika melalui metode kerja kelompok.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan bermanfaat:
1. Bagi siswa, dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran matematika, khususnya untuk materi pecahan.
2. Bagi guru, dapat meningkatkan profesionalisme dalam proses pembelajaran yang berkualitas.
3. Bagi sekolah, dapat meningkatkan pengadaan alat belajar secara kualitas maupun kuantitas.
(6)
4. Bagi peneliti, dapat pengalaman yang berarti dalam menggunakan metode kerja kelompok.
(7)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Matematika
1. Fungsi Matematika di SD
Matematika merupakan sebuah disiplin ilmu yang universal yang terus berkembang sejak dahulu. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu serta untuk memajukan daya pikir manusia. Dewasa ini matematika telah berkembang amat pesat baik secara materi maupun kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Belajar Matematika di sekolah dasar sebagai sekolah awal siswa, diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini sebagai dasar serta pengembangan kemampuan berpikir sistematis, kritis, analitis, logis, dan kreatif serta menumbuhkan kemampuan bekerja sama. Selain itu diharapkan siswa memiliki kemampuan untuk mengelola, memperoleh, serta memanfaatkan informasi untuk dapat bertahan dan mengembangkan dinamika kehidupan yang kompetitif untuk semua bidang.
Depdikbud (dalam Admin, 2012) belajar matematika tidak terlepas dari ciri matematika itu sendiri, yaitu (1) memiliki objek kejadian yang abstrak dan (2) berpola pikir deduktif dan konsisten. Disamping itu matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan
(8)
simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Belajar matematika di SD lebih menekankan aspek: (1) bilangan, (2) geometri dan pengukuran, (3) pengolahan data. Ketiga aspek tersebut kemudian dijabarkan lagi menjadi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diterjemahkan dan diaplikasikan menjadi silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). BSNP (dalam Admin, 2012) bahwa mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek bilangan, geometri dan pengukuran, serta pengolahan data.
Belajar matematika merupakan tentang konsep-konsep dan struktur abstrak yang terdapat dalam matematika serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur matematika. Belajar matematika harus melalui proses yang bertahap dari konsep yang sederhana ke konsep yang lebih kompleks. Setiap konsep matematika dapat dipahami dengan baik jika pertama-tama disajikan dalam bentuk konkrit. Russeffendi (dalam Arinil, 2011) mengungkapkan bahwa alat peraga adalah alat untuk menerangkan/ mewujudkan konsep matematika sehingga materi pelajaran yang disajikan mudah dipahami oleh siswa.
Depdiknas (dalam Arinil, 2011) bahwa Standar Kompetensi Lulusan SD pada mata pelajaran matematika yaitu, memahami konsep bilangan pecahan, perbandingan dalam pemecahan masalah, serta penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa pemahaman guru tentang hakekat pembelajaran matematika di SD dapat merancang pelaksanaan proses
(9)
pembelajaran dengan baik yang sesuai dengan perkembanagan kognitif siswa, penggunaan media, metode dan pendekatan yang sesuai pula. Sehingga guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif serta terselenggaranya kegiatan pembelajaran yang efektif.
2. Tujuan Matematika di SD
Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dalam kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. BSNP (2007: 11) tujuan pelajaran matematika adalah siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah;
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika;
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh;
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah;
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Selain tujuan umum yang menekankan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta memberikan tekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika juga memuat tujuan khusus matematika SD yaitu: (1) menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan sehari-hari, (2) menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika, (3) mengembangkan kemampuan dasar matematika
(10)
sebagai bekal belajar lebih lanjut, (4) membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin (Depdikbud dalam Admin 2012).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan tujuan matematika adalah agar siswa dapat menyelesaikan masalah, membuktikan, merancang, percaya diri dalam memecahkan masalah. Tujuan matematika adalah meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku.
B. Belajar
1. Pengertian Belajar
Keseluruhan proses pendidikan adalah kegiatan yang paling pokok, karena berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa.
Belajar pada dasarnya merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seseorang atau individu dalam upaya untuk mengetahui segala sesuatu yang belum diketahuinya. Belajar adalah membentuk suatu perubahan perilaku yang di dapat dari orang lain atau dari pengalaman seseorang tersebut baik di dalam keluarganya, dalam lingkungan sekitar maupun dalam sekolah.
Slameto (2001:4) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
(11)
Slameto (2003:12)mengemukakan bahwa belajar adalah “Sesuatu proses aktif, artinya orang yang belajar itu ikut serta dalam proses itu dengan aktif. Orang yang belajar itu mempelajari apa yang dirahasakannya dan apa yang dipikirkannya. Ia memberikan reaksi atau tanggapan terhadap apa yang terjadi sewaktu berlangsungnya proses belajar Jika tidak ada tanggapan, maka hasil belajar tidak ada.
Pengertian lain tentang belajar, sebagaimana dikemukakan oleh Ketut Sukardi (2003:15) adalah: “Perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman, kecuali perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh proses menjadi matangnya seseorang atau perubahan yang instrinsik atau yang bersifat temporer”.
Menurut Piaget, dalam C. Asri Budiningsih (2005:36), proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi (penyeimbangan). Asimilasi merupakan proses pengintegrasian kedalam struktur kognitif yang telah dimiliki individu, akomodasi penyesuaian kedalam situasi baru, sedangkan ekuilibrasi penyesuaian kesinambungan antara keduanya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah kegiatan aktif siswa untuk membangun pengetahuan, perilaku, dan sikap. Belajar adalah suatu proses pengalaman seseorang untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalamannya. Jadi belajar adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kecakapan atau pengetahuan (kognitif, afektif, dan psikomotorik).
(12)
2. Aktivitas Belajar
Anton M. Mulyono (2001:26) berpendapat aktivitas atau disebut dengan kegiatan adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh individu seseorang. Segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun nonfisik merupakan suatu aktivitas. Aktivitas belajar adalah segala kegiatan belajar yang saling berinteraksi sehingga menimbulkan perubahan dan perilaku belajarnya, tidak tahu menjadi tahu, dan tidak mampu melakukan kegiatan menjadi mampu, dan lainnya.
Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting, mencapai tujuan pembelajaran. Rahman Natawijaya (2005:31) mengukapkan bahwa “Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar“. Jadi aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berpikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan, yang dapat menunjang hasil belajar.
3. Hasil Belajar
Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan pembelajaran. Pembelajaran diartikan sebagai suatu usaha penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan belajar ini sendiri terdiri atau dipengaruhi oleh berbagai komponen yang
(13)
masing-masing akan saling memengaruhi. Komponen-komponen itu misalnya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang ingin diajarkan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana prasarana pembelajaran yang tersedia.
Komponen-komponen sistem lingkungan itu saling memengaruhi secara bervariasi sehingga setiap peristiwa belajar memiliki profil yang unik dan kompleks. Masing-masing profil sistem lingkungan belajar, diperuntukkan tujuan-tujuan bela yang berbeda. Dengan kata lain, untuk mencapai tujuan-tujuan belajar tertentu harus diciptakan sistem lingkungan belajar yang tertentu pula. Tujuan belajar untuk pengembangan nilai afeksi memerlukan penciptaan sistem lingkungan yang berbeda dengan sistem yang dibutuhkan untuk tujuan belajar pengembangan gerak, dan begitu seterusnya.
Mengenai tujuan-tujuan belajar itu sebenarnya sangat banyak dan bervariasi. Tujuan-tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, lazim dinamakan dengan instructional effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedang tujuan-tujuan yang lebih merupakan hasil sampingan yaitu: tercapai karena siswa "menghidupi (to live in) suatu sistem lingkungan belajar tertentu seperti contohnya kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima pendapat orang lain. Semua itu lazim diberi istilah nurturant effects. Jadi guru dalam pembelajaran, harus sudah memiliki rencana dan menetapkan strategi pembelajaran untuk mencapai instructional effects, maupun kedua-duanya.
(14)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan dan ditinjau secara umum, maka hasil belajar itu ada tiga jenis.
1) Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilik pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peranan guru sebagai pengajar lebih menonjol. 2) Penanaman konsep dan keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga merumuskan suatu keterampilan. Jadi soal keterampilan yang bersifat jasmani maupun rohani. 3) Pembentukan sikap
Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan prilaku anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk ini dibutuhkan kecakapan dalam mengarah motivasi dan berpikir dengan tidak lupa menggunakan prilaku guru itu sendiri sebagai contoh atau model.
Jadi pada intinya, hasil belajar itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental/nilai-nilai. Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan hasil belajar. Di samping definisi belajar, guru juga perlu mengetahui definisi pembelajaran karena jika belajar dikatakan kegiatan siswa, maka pembelajaran dikatakan sebagai kegiatan guru.
(15)
Pada pembelajaran yang berlangsung secara terus menerus tentunya memiliki suatu tujuan yang telah ditetapkan yaitu pencapaian hasil belajar secara maksimal. Sumiati, Asra (2009:38) mengungkapkan bahwa seorang dikatakan belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya. Sedangkan menurut Sumiati, Asra (2009:41) “ Hasil belajar adalah pemahaman dan struktur kognitif dapat diperoleh seseorang melalui pengalaman melakukan suatu kegiatan”.
Slameto (2003:16) berpendapat hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Sedang Hamalik (2006:30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Menurut Munawan (2009:1-2) perincian hasil belajar kognitif, afektif, psikomotor adalah sebagai berikut:(1) Ranah Kognitif; Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. (2) Ranah Afektif; Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.(3) Ranah Psikomotor; Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa
(16)
sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar. Abin Syamsuddin Makmur (2009:166) salah satu tugas pokok dari setiap guru ialah mengevaluasi taraf keberhasilan rencana dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Selain itu Harum Rasyid, Mansyur (2009:3) menjelaskan bahwa evaluasi, program untuk meningkatkan keterampilan siswa dapat digunakan tes kinerja sebagai alat ukur. Dalam hal ini usaha dalam perwujudan hasil belajar siswa yang dapat dilihat pada nilai setiap tes.
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disimpulkan, yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang tercermin dari hasil belajar.
C. Metode Pembelajaran Matematika di SD
Pembelajaran matematika yang baik menuntut penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi. Hal ini masuk dalam logika, karena suatu topik matematika, kadang-kadang dapat diajarkan secara lebih baik hanya dengan metode tertentu. Jika guru matematika hanya menggunakan satu jenis metode mengajar, maka akan membuat para siswa menjadi lebih cepat bosan atau jemu terhadap pesan yang disajikan.
(17)
Terdapat banyak metode pembelajaran matematika di Sekolah Dasar yang digunakan antara lain:
1. Metode Ekspositori
Metode eksposition sering disebut dengan metode ceramah, guru menjelaskan dan menyampaikan informasi, pesan atau konsep kepada siswa. Langkah-langkah pengajaran eksposition adalah sebagai berikut: Pertama, guru menuliskan topik, menginformasikan tujuan pembelajaran, menyampaikan dan mengulas materi prasyarat, serta memotivasi siswa. Kedua, guru menjelaskan dan menyajikan pesan kepada siswa dengan lisan atau tertulis. Ketiga, guru meminta siswa mengerjakan soal dengan menggunakan konsep yang disampaikan guru.
2. Metode Penemuan
Metode penemuan mendorong siswa memahami sesuatu. Sesuatu tersebut dapat berupa fakta, atau relasi matematika yang masih baru bagi siswa, misalnya pola, sifat-sifat atau rumus tertentu. Metode penemuan sering memakan waktu lama, karena kegiatan ini mengembangkan konsep maupun keterampilan matematika dan kaitannya dengan pemecahan masalah maupun keterampilan matematika dan kaitannya dengan pemecahan masalah.
3. Metode Kerja Kelompok
Kerja kelompok dapat diartikan sebagai suatu kegiatan belajar-mengajar dimana siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan pengajaran tertentu. Sebagai metode mengajar, kerja kelompok dapat dipakai untuk mencapai
(18)
bermacam-macam tujuan pengajaran. Pelaksanaannya tergantung pada beberapa faktor misalnya tujuan khusus yang akan dicapai, umur, kemampuan siswa, serta fasilitas pengajaran di dalam kelas.
4. Metode Laboratori
Metode laboratori merupakan metode mengajar yang orientasi kegiatannya didasarkan atas percobaan dan penyelidikan dengan objek fisik. Siswa melakukan penyelidikan individual, berpasangan atau berkelompok dengan menggunakan benda-benda yang dapat dimanipulasi. Dalam pembelajaran matematika, juga dapat menggunakan berbagai macam teori belajar salah satu diantaranya teori belajar J.S Bruner. Dalam teorinya Bruner (dalam Anonim) mengungkapkan 3 tahapan belajar yaitu:
a. Tahap Enactive
Siswa belajar konsep matematika dengan memanipulasi benda-benda (objek) kongkret secara langsung.
b. Tahap Iconik (Pictorial)
Siswa memahami konsep matematika yang bersifat abstrak itu dengan bantuan model-model semi kongkret berupa gambar atau grafik, tabel, bagan peta dan lain sebagainya.
c. Tahap Symbolic
Siswa belajar konsep dan operasi matematika langsung dengan kata-kata atau simbol-simbol tanpa bantuan objek konkret maupun model semi kongkret.
Pada pengerjaan hitung bilangan campuran konsep yang disajikan harus cara lisan dan verbal, dan ini sesuai dengan pengajaran dengan
(19)
menggunakan metode ekspositori. Walaupun metode pembelajaran ini terarah dari guru, namun proses dan hasil pembelajarannya dalam pengerjaan hitung bilangan campuran akan lebih efektif. Bilangan campuran itu sendiri adalah bilangan bulat yang dalam penghitungannya terdapat berbagai unsur tanda hitung. Misalnya (24 x 10) : 18 – 10 = ....
Dalam pengerjaan bilangan campuran sangat diperlukan konsep-konsep yang terarah. Pada tahap penanaman konsep biasanya guru menggunakan berbagai macam teknik.
Didalam metode ekspositori guru menggunakan teknik aturan yang merupakan proses mengajar dimana guru mengemukakan aturan-aturan, hukum, prosedur atau rumus tertentu untuk diikuti siswa. Teknik ini hampir sama dengan teknik definisi dan contoh. Teknik kedua yang digunakan adalah teknik analisis yang merupakan suatu proses mengajar dimana guru berusaha memilah-milah atau menguraikan suatu konsep kedalam langkah-langkah tertentu.
D. Metode Kerja Kelompok
Proses belajar mengajar agar dapat berjalan dengan lancar dan dapat diterima oleh siswa, apabila guru mampu menerapkan metode mengajar dengan benar. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode kerja kelompok. Metode kerja kelompok merupakan suatu metode mengajar yang dipergunakan guru dengan cara mengelompokkan siswa. Sagala (2005:67), menyatakan metode kerja
(20)
kelompok adalah cara pembelajaran dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok dipandang sebagai suatu kesatuan untuk mempelajari materi pelajaran dan untuk diselesaikan bersama-sama.
Anonim (2004:11) kelompok merupakan salah satu pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda. Jadi metode kerja kelompok mengelompokkan siswa dengan kemampuan yang berbeda rendah, sedang, dan tinggi.
Sedangkan menurut Ibrahim (2000: 5-6) pembelajaran kelompok merupakan pembelajaran yang dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kelompok. Siswa bekerja dalam situasi pembelajaran kelompok didorong atau dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas dan mereka harus mengkoordinasi usahanya menyelesaikan tugasnya.
Sedangkan menurut Roger dan David Johnson dalam Lie (2007: 31-35) mengatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif/kerja kelompok terdapat lima unsur pembelajaran yang harus diterapkan, yaitu:
a. Saling ketergantungan positif
Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka..
b. Tanggung jawab perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Dimana tugas dan penilaian dibuat menurut rancangan pembelajaran kooperatif dan setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode ini adalah persiapan guru dan penyusunan tugasnya.
c. Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi akan memberikan kesempatan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.
d. Komunikasi antar anggota
Unsur ini juga menghendaki pelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dalam mengutarakan pendapat mereka.
(21)
e. Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka, agar bisa bekerjasama dengan lebih efektif.
Memperhatikan uraian di atas, melalui metode kerja kelompok siswa terlibat langsung dalam pembelajaran sehingga dapat membantu siswa dalam memahami konsep, memperoleh informasi dan pengetahuan, keterampilan, termotivasi belajar, menumbuhkan semangat, kreatif, senang, sehingga perolehan pengertian dan pemahaman akan lebih melekat. Metode kerja kelompok adalah metode pembelajaran yang mendepankan kerja sama, berbagi rasa, struktur organisasi, mengutarakan pendapat, satu tujuan, dan penghargaan kelompok.
Kegiatan pembelajaran yang dipilih dalam penelitian ini adalah siswa bekerjasama dengan kelompoknya untuk menemukan solusi cara memecahkan masalah yang berkaitan dengan pecahan. Diharapkan dengan pengetahuan dan keterampilan tersebut siswa dapat memanfaatkan sampai pada melaksanakan pembelajaran dan melakukan kegiatan belajar di dalam maupun di luar kelas.
Sagala (2005:91), tujuan penggunaan kerja kelompok dapat memecahkan masalah pembelajaran melalui kerja kelompok, dan mengembangkan kemampuan kerjasama di dalam kelompok. Alasan yang kuat kerja kelompok dapat mengembangkan gotong royong dan demokratis, memacu siswa aktif belajar, tidak membosankan melakukan kegiatan belajar dikelas dan di luar kelas. Jadi tujuan metode kerja kelompok adalah mengembangkan rasa gotong royong dalam menyelesaikan suatu masalah, yang ada dalam kelas maupun luar kelas.
(22)
1. Kekuatan Metode Kerja Kelompok
Kekuatan metode kerja kelompok menurut Abimanyu (2008:73):
a. Membiasakan siswa bekerjasama, musyawarah dan bertanggung jawab.
b. Menimbulkan kompetisi yang sehat antar kelompok, sehingga membangkitkan kemauan belajar yang sungguh-sungguh.
c. Guru dimudahkan tugasnya, karena kerja kelompok cukup disampaikan kepada ketua kelompok.
d. Ketua kelompok dilatih menjadi pemimpin yang bertanggung jawab dan anggotanya biasanya patuh pada peraturan yang ada.
Joesafira (2010) kelebihan metode kerja kelompok yaitu: (1) Dapat memupuk rasa kerjasama. (2) Suatu tugas yang luas dapat segera diselesaikan. (2) Adanya persaingan yang sehat, dan kelemahan metode kerja kelompok yaitu: (1) Adanya sifat-sifat pribadi yang ingin menonjolkan diri atau sebaliknya yang lemah merasa rendah diri dan selalu tergantung kepada orang lain. (2) Bila kecakapan tiap anggota tidak seimbang, akan rnenghambat kelancaran tugas, atau didominasi oleh seseorang.
2. Kelemahan Metode Kerja Kelompok
a. Sulit membentuk kelompok homogen baik segi minat, bakat maupun intelegensi.
b. Pemimpin kelompok sering sukar memberi pengertian kepada anggotanya, menjelaskan dan pembagian kerja.
c. Anggota kadang-kadang tidak mematuhi tugas-tugas yang diberikan pemimpin kelompok.
d. Dalam menyelesaikan tugas sering menyimpang dari rencana karena kurang kontrol dari kelompok atau guru.
e. Sulit membuat tugas yang sama sulit dan luasnya terutama bagi kerja kelompoknya komplementer.
Abimanyu (2008:74), menyatakan bahwa kelemahan dalam kerja kelompok dapat diatasi dengan cara sebagai berikut:
a. Mengkaji lebih dulu materi pelajaran dengan cermat, lalu membuat rincian tugas untuk setiap kelompok agar bobot tugas sama besarnya.
b. Adakan tes sosisometri dan hasilnya gunakan untuk pembentukan kelompok yang dikehendaki.
c. Bimbingan dan pengawasan kepada setiap kelompok dilakukan terus menerus. d. Jumlah anggota dalam setiap kelopok jangan terlalu banyak.
e. Motivasi yang diberikan jangan sampai menimbulkan persaingan antar kelompok yang kurang sehat.
(23)
3. Langkah – langkah Pembelajaran Metode Kerja Kelompok
Abimanyu (2008:74), bahwa pembelajaran menggunakan metode kerja kelompok harus mengikuti langkah –langkah sebagai berikut:
a. Kegiatan Persiapan
1) Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2) Menyiapkan materi pelajaran dan menjabarkan materi pelajaran dalam tugas-tugas kelompok.
3) Mengidentifikasi sumber-sumber yang akan menjadi sasaran kegiatan kerja kelompok.
4) Menyusun peraturan kerja kelompok, cara kerja, saat memulai dan mengakhiri serta tata tertib lainnya.
b. Kegiatan Pelaksanaan
1) Kegiatan Membuka Pelajaran
a) Melaksanakan apresiasi, pertanyaan tentang materi pelajaran yang berkaitan dengan materi.
b) Memotivasi siswa untuk belajar mengemukakan kasus yang ada kaitannya dengan materi pelajaran yang akan dipelajari.
c) Mengemukakan tujuan pelajaran dan berbagai kegiatan yang akan dikerjakan dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
2) Kegiatan Inti Pelajaran
a) Mengemukakan lingkup materi pelajaran yang akan dipelajari. b) Membentuk kelompok.
c) Mengemukakan tugas setiap kelompok kepada ketua kelompok atau langsung ke semua siswa.
d) Mengemukakan peraturan dan tata tertib serta saat memulai dan mengakhiri kegiatan kerja kelompok.
e) Mengawasi dan memonitor serta bertindak sebagai fasilitator selama siswa melakukan kerja kelompok.
f) Pertemuan klasikal untuk pelaporan hasil kerja kelompok, pemberian balikan dari kelompok lain atau dari guru.
4. Tahap-Tahap Metode Kerja Kelompok
Adapun tahap-tahap dalam pembelajaran dengan metode kelompok antara lain dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
(24)
Tabel 2. 1 : Tahap-tahap dalam pembelajaran kerja kelompok
Fase Tingkah laku guru Fase – 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Fase – 2
Menyajikan informasi. Fase – 3
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar.
Fase – 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
Fase –5 Evaluasi
Fase – 6
Memberikan penghargaan
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan tansisi secara efisien. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil belajarnya. Guru mencari cara untuk menghargai upaya-upaya hasil belajar individu maupun kelompok
E. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir yang dikemukakan maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Jika pembelajaran matematika menggunakan metode kerja kelompok di tingkatkan di kelas V b SD Negeri 2 Kedamaian, Bandar Lampung. Maka hasil belajar matematika menggunakan metode kerja kelompok di kelas Vb SD Negeri 2 Kedamaian akan meningkat.
(25)
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yaitu bentuk penelitian yang bersifat relaktif dengan melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk memperbaiki atau meningkatkan proses belajar dan pembelajaran secara aktif profesional dan merupakan penelitian yang menggabungkan antara tindakan dengan prosedur ilmiah untuk memahami sambil ikut serta dalam proses perbaikan.
Penelitian ini lebih ditujukan pada proses tindakan dari pada hasil. Artinya bahwa fokus kegiatan adalah action dan hasil merupakan dampak. Oleh karena itu Pargito (2012:41) mengukapkan penelitian dilaksanakan melalui kegiatan yang dimulai dari perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting), kemudian diulangi lagi dengan perencanaan tindakan berikutnya (replaning) untuk memperbaiki tindakan sebelumnya.
B. Setting Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas V b SD Negeri 2 Kedamaian Bandar Lampung dengan jumlah siswa 33 orang terdiri dari 14 orang siswa laki-laki dan 19 orang siswa perempuan. Pelaksanaan penelitian yaitu pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013.
(26)
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas terdiri dari siklus-siklus yang terdiri dari 4 tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi proses pembelajaran.
Rencana pelaksanaan penelitian dilihat dari yang digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1. Alur Pelaksanaan Tindakan Dalam Penelitian Tindakan menurut Raka Joni (dalam Pargito, 2011: 41)
1. Siklus I a. Perencanaan
1) Menyiapkan perangkat pembelajaran a) Pemetaan
b) Silabus
REFLEKSI PERENCANAAN
PENGAMATAN PELAKSANAAN
PELAKSANAAN PERENCANAAN
REFLEKSI
SIKLUS I
SIKLUS II
(27)
c) RPP
2) Menyusun alat pengamatan oleh observer dan peneliti. 3) Membuat perangkat soal/tes.
b.Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan kelas menerapkan kegiatan pembelajaran dengan metode kerja kelompok. Adapun urutan kegiatan direncanakan sebagai berikut:
1) Pertemuan 1 (2x35 menit) a) Pendahuluan
Apersepsi : Mengingat kembali tentang pengurangan pecahan
Motivasi : Materi ini berguna untuk mengetahui ukuran sebenarnya pada gambar berskala.
b) Kegiatan Inti
Siswa dibagi 2 kelompok putra dan putri.
Siswa memperhatikan contoh tentang perkalian dan pembagian yang diberikan oleh guru.
Kelompok putra mengalikan pecahan sederhana. Kelompok putri membagi pecahan sederhana.
Beberapa siswa maju untuk menyampaikan hasil kerja kelompoknya dan kelompok yang lain menanggapi.
Siswa mengerjakan soal-soal latihan pada Buku Terampil Berhitung Matematika Untuk SD Kelas V Penerbit Erlangga Tahun 2007 untuk putra halaman 121 No. 1 s/d 10 dan putri halaman 126 No. 1 s/d 10.
(28)
Contoh : 1. 26 x 3
4= ⋯ 2.
2 5∶
5 6= ⋯ c) Penutup
Siswa membuat rangkuman dengan bimbingan guru Guru memberikan tugas rumah.
2) Pertemuan 2 (2x35 menit)
a) Pendahuluan
Apersepsi : Membahas tugas rumah dan mengingat kembali tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa.
Motivasi : Materi berguna membuat denah rumah. b) Kegiatan Inti
Guru dan siswa bertanya jawab tentang perkalian dan pembagian pecahan campuran.
Siswa memperhatikan contoh perkalian dan pembagian pecahan campuran yang ditunjukkan oleh guru, kemudian siswa mencoba mengerjakan di papan tulis.
Kelompok mendapat tugas membahas tentang perkalian dan pembagian pecahan campuran.
Setiap kelompok mempersentasikan hasil kerja kelompok.
Siswa mengerjakan soal-soal latihan pada Buku Terampil Berhitung Matematika Untuk SD Kelas V Penerbit Erlangga Tahun 2007 untuk putri halaman 122 No. 1 s/d 10 dan putri halaman 127 No. 1 s/d 10.
(29)
Guru dan siswa berdiskusi untuk membahas hasil pekerjaan siswa.
c) Penutup
Siswa membuat rangkuman dengan bimbingan guru. Siswa dan guru melakukan refleksi.
Guru memberi tugas rumah halaman 122 No. 11 s/d 15 dan 127 No. 11 s/d 15.
c. Observasi
Kegiatan observer adalah mengamati aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan observasi, peneliti dibantu oleh teman sejawat yang telah diberikan izin oleh kepala sekolah guna memperoleh data yang berkaitan dengan aktivitas belajar siswa dengan memberi tanda ceklis (√) pada instrumen observasi.
d. Refleksi
Menganalisis data hasil obeservasi dan data hasil tes yang telah dilakukan, sehingga bisa diketahui tindakan-tindakan mana yang sudah berhasil sesuai rencana dan tindakan yang masih perlu diperbaiki pada siklus berikutnya.
2. Siklus II a. Perencanaan
1) Menyiapkan perangkat pembelajaran a) Pemetaan
b) Silabus c) RPP
(30)
2) Menyusun alat pengamatan oleh observer dan peneliti. 3) Membuat perangkat soal/tes.
b.Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan kelas menerapkan kegiatan pembelajaran dengan metode kerja kelompok. Adapun urutan kegiatan direncanakan sebagai berikut:
1) Pertemuan 1 (2 x 35 menit) a) Pendahuluan
Apersepsi : Mengingat kembali tentang perkalian dan pembagian pecahan sederhana.
Motivasi : Materi ini bermanfaat untuk menentukan banyaknya persentase. b) Kegiatan Inti
Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang perkalian dan pembagian pecahan secara lisan.
Siswa memperhatikan contoh tentang perkalian dan pembagian pecahan dengan bilangan asli.
Siswa mencoba perkalian dan pembagian pecahan dengan bilangan asli di papan dengan bimbingan guru
Siswa di bagi dalam 5 kelompok yang beranggota 6 s/d 7 orang. Kelompok ganjil mengerjakan perkalian pecahan dengan bilangan asli Kelompok genap mengerjakan pembagian pecahan dengan bilangan asli. Membahas pekerjaan siswa dengan cara kerja kelompok.
(31)
Siswa mengerjakan soal-soal latihan pada buku Terampil Berhitung
Matematika Untuk SD Kelas V Penerbit Erlangga Tahun 2007, halaman 123 No. 1-10 dan halaman 125 No. 1-10.
c) Penutup
Siswa membuat rangkuman dengan bimbingan guru Guru memberikan tugas rumah.
2) Pertemuan 2 (2x35 menit)
a) Pendahuluan
Apersepsi : Membahas tugas rumah dan mengingat kembali tentang perkalian dan pembagian pecahan.
Motivasi : Perkalian dan pembagian pecahan banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
b) Kegiatan Inti
Siswa dan guru bertanya jawab tentang benda-benda disekitar yang berbentuk pecahan 1
2, 2
4, dan sebagainya.
Siswa dibagi menjadi 6 kelompok yang beranggota 5 s/d 6 orang. Kelompok 1 dan 2 mengukur panjang almari
Kelompok 3 dan 4 mengukur lebar almari Kelompok 5 dan 6 mengukur tinggi almari
Bersama kelompoknya siswa menentukan dan mengukur panjang, lebar, dan tinggi almari.
(32)
Bersama kelompoknya siswa mengalikan dan membagi dengan bilangan pecahan 5
7, 7 9,dan
9
12 yang telah diukur.
Beberapa siswa maju untuk menyampaikan hasil kerja kelompoknya dan kelompok lain menanggapi.
Siswa mengerjakan soal-soal latihan tentang gabungan seperti pada Buku Terampil Berhitung Matematika Untuk SD Kelas V Penerbit Erlangga Tahun 2007, halaman 129.
c. Observasi
Kegiatan observer adalah mengamati aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan observasi, peneliti dibantu oleh teman sejawat yang telah diberikan izin oleh kepala sekolah guna memperoleh data yang berkaitan dengan aktivitas belajar siswa dengan memberi tanda ceklis (√) pada instrumen observasi.
d. Refleksi
Menganalisis data hasil obeservasi dan data hasil tes yang telah dilakukan, sehingga bisa diketahui tindakan-tindakan mana yang sudah berhasil dan tindakan yang masih perlu diperbaiki pada siklus berikutnya.
(33)
D. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data
Data yang di inginkan dikumpulkan melalui: 1. Observasi
Kegiatan observer dilaksanakan dengan mengamati aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan observasi, peneliti dibantu oleh teman sejawat yang telah diberikan izin oleh kepala sekolah guna memperoleh data yang berkaitan dengan aktivitas belajar siswa dengan memberi tanda ceklis (√) pada instrumen observasi
Adapun aspek yang di observasi adalah: a. Memperhatikan penjelasan guru b. Menjawab pertanyaan
c. Berdiskusi dengan siswa lain d. Mengajukan pertanyaan e. Memberikan tanggapan.
2. Tes hasil belajar
Tes di laksanakan pada akhir pembelajaran, menggunakan soal-soal tes, untuk mendapatkan data hasil belajar siswa.
E. Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh, selanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif.
(34)
1. Analisis Data Kualitatif
Aktivitas belajar siswa di analisis menggunakan rumus sebagai berikut: N = R
SMx 100 Keterangan:
N : nilai yang dicari/ diharapkan R : aspek yang muncul
SM : jumlah seluruh aspek 100 : bilangan tetap
Tabel 3.1 Katagori Aktivitas Siswa Per Individu Berdasarkan Perolehan Nilai
No Rentang Nilai Kategori
1. N > 75 Aktif
2. 50 < N 75 Cukup Aktif
3. 25 < N 50 Kurang Aktif
4. N 25 Pasif
(Sumber: Adaptasi Aqib, 2009:102) 2. Analisis Data Kuantitatif
Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan metode kerja kelompok dihitung dengan rumus:
Penilaian rata-rata:
�= ∑��
� Keterangan:
X : Nilai rata-rata kelas
∑�� : Jumlah nilai hasil belajar seluruh siswa N : Jumlah Siswa
Berdasarkan Katagori Ketuntasan Belajar (KKM), siswa dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai minimal 62.
(35)
Untuk mengitung persentase ketuntasan belajar setiap siklus digunakan rumus sebagai berikut:
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Tb = X 100
Jumlah siswa Keterangan:
Tb: Persentase siswa yang tuntas belajar
Tabel 3.2 Katagori Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa Dalam (%)
Siswa Aktif (%) Keterangan
80 Sangat tinggi/ sangat aktif
60-79 Tinggi/ aktif
40-59 Sedang/ cukup aktif
20-39 Rendah/ kurang aktif
< 20 Sangat rendah/ pasif
(Sumber: Adaptasi Aqib, 2009:41) F. Indikator Keberhasilan
Pembelajaran dalam penelitian ini dinyatakan berhasil jika: 1. Aktivitas siswa meningkat pada tiap siklunya
(36)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian pada mata pelajaran matematika di kelas V b SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung, terjadi peningkatan pada hasil belajar siswa. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebesar 65,29 pada siklus I dan pada siklus II meningkat sebesar 78,53 jadi peningkatan sebesar 13,24.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang sudah dipaparkan tersebut, kesimpulan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan pendekatan pembelajaran matematika dengan metode kerja kelompok dalam Kompetensi Dasar perkalian dan pembagian pecahan dalam mata pelajaran matematika kelas V b dapat meningkatkan proses belajar siswa.
2. Penggunaan pendekatan pembelajaran matematika dengan metode kerja kelompok dalam Kompetensi Dasar perkalian dan pembagian pecahan mata pelajaran matematika kelas V b dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
B. Saran 1. Siswa
(37)
b. Perhatikan penjelasan yang diberikan guru pada saat pembelajaran dan pelaksanakan pembelajaran dengan lebih serius (tidak sambil bermain). c. Ikuti kegiatan pembelajaran di luar sekolah, seperti les private, bimbel dan
lain-lain. 2. Guru
a. Saran dengan menggunakan metode kerja kelompok nilai siswa semakin meningkat.
b. Upayakan menggunakan media pembelajaran.
c. Pendekatan pembelajaran matematika dengan metode kerja kelompok melibatkan siswa dalam proses pembelajaran diupayakan agar siswa aktif dalam pembelajaran guru hanya sebagai pembimbing.
d. Guru dalam membentuk kelompok belajar harus benar-benar memperhatikan tingkat kemampuan siswa sehingga dapat membentuk kelompok yang heterogen.
3. Sekolah
a. Kepada kepala sekolah selalu mengadakan supervisi, KKG dan KKS. b. Perlu kegiatan diskusi antar guru mata pelajaran secara rutin tentang
pelaksanaan proses pembelajaran di kelas yang mengacu pada kegiatan belajar yang kontekstual.
(38)
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu. 2008. Strategi Pembelajaran. Dirjen Dikti Departement Pendidikan Nasional. Jakarta.
Admin. 2012. Online. http://sdnkacok02.sch.id/tujuan-belajar-matematika-di-sekolah-dasar-sd.
Anton M., Mulyono. 2001. Kamus Bahasa Indonesia. Gramedia. Jakarta.
Anonim. 2004. Online. http://www.sarjanaku.com/2011/03/metode-kerja-kelompok.html.
---. 2011. Online. http:// www. sekolahdasar. net/ 2011/10/ cara-cara pembelajaran- matematika- di.html#ixzz2Nl8E5XYK
Arinil. 2011. Online. http://arinil.wordpress.com/2011/01/30/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-pelajaran-matematika-sdmi/
Asri Budiningsih, C. 2005. Belajar dan pembelajaran. Rajawali Pers. Jakarta. Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Untuk SD, SLB, & TK. Yrama
Widya. Bandung.
BSNP. 2007. Standar Kopetensi dan Kopetensi Dasar Kelas V. Departement Pendidikan Nasional. Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik. 2006. Online.
http://zaifbio.wordpress.com/2012/09/02/pengertian-hasil-belajar/.
Herpratiwi. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Lampung Bandar Lampung.
Ibrahim, dkk. 2000. Online. http://www.sarjanaku.com/2011/03/metode-kerja-kelompok.html.
Joesafira. 2010. Online. http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/metode-kerja-kelompok.html.
(39)
Lie. 2007. Online. http: //www. sarjanaku. com/ 2011/ 03/ metode- kerja-kelompok. html
Makmur Syamsuddin Abi, M. A., 2009. Psikologi Kependidikan. Remaja Rosdukarya. Bandung.
Munawan. 2009. Online. http://zaifbio.wordpress.com/2012/09/02/pengertian-hasil-belajar/.
Natawijaya Rahman. 2005. Pengukuran Skala Sikap. Angkasa. Bandung. Rasyid Harum, Mansur. Penilaian Hasil Belajar. Wacana Prima. Bandung. Roestiyah NK. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Sardiman A.M. 2006. Interaksi dan Modifikasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Slameto. 2001. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rhineka Cipta. Jakarta.
Slameto. 2003. Online. http://zaifbio.wordpress.com/2012/09/02/pengertian-hasil-belajar/.
Sumiati, Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Wacana Prima. Bandung.
Syaiful Sagala. 2005. Konsep dan makna Pembelajaran. CV Alfabeta. Bandung. Pargito. 2011. Penelitian Tindakan Bagi Guru Dan Dosen. Anugra Utama.
(1)
1. Analisis Data Kualitatif
Aktivitas belajar siswa di analisis menggunakan rumus sebagai berikut: N = R
SMx 100 Keterangan:
N : nilai yang dicari/ diharapkan R : aspek yang muncul
SM : jumlah seluruh aspek 100 : bilangan tetap
Tabel 3.1 Katagori Aktivitas Siswa Per Individu Berdasarkan Perolehan Nilai
No Rentang Nilai Kategori
1. N > 75 Aktif
2. 50 < N 75 Cukup Aktif 3. 25 < N 50 Kurang Aktif
4. N 25 Pasif
(Sumber: Adaptasi Aqib, 2009:102) 2. Analisis Data Kuantitatif
Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan metode kerja kelompok dihitung dengan rumus:
Penilaian rata-rata:
�= ∑��
� Keterangan:
X : Nilai rata-rata kelas
∑�� : Jumlah nilai hasil belajar seluruh siswa N : Jumlah Siswa
Berdasarkan Katagori Ketuntasan Belajar (KKM), siswa dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai minimal 62.
(2)
34
Untuk mengitung persentase ketuntasan belajar setiap siklus digunakan rumus sebagai berikut:
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Tb = X 100
Jumlah siswa Keterangan:
Tb: Persentase siswa yang tuntas belajar
Tabel 3.2 Katagori Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa Dalam (%)
Siswa Aktif (%) Keterangan
80 Sangat tinggi/ sangat aktif
60-79 Tinggi/ aktif
40-59 Sedang/ cukup aktif
20-39 Rendah/ kurang aktif
< 20 Sangat rendah/ pasif
(Sumber: Adaptasi Aqib, 2009:41)
F. Indikator Keberhasilan
Pembelajaran dalam penelitian ini dinyatakan berhasil jika: 1. Aktivitas siswa meningkat pada tiap siklunya
(3)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian pada mata pelajaran matematika di kelas V b SDN 2 Kedamaian Bandar Lampung, terjadi peningkatan pada hasil belajar siswa. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebesar 65,29 pada siklus I dan pada siklus II meningkat sebesar 78,53 jadi peningkatan sebesar 13,24.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang sudah dipaparkan tersebut, kesimpulan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan pendekatan pembelajaran matematika dengan metode kerja kelompok dalam Kompetensi Dasar perkalian dan pembagian pecahan dalam mata pelajaran matematika kelas V b dapat meningkatkan proses belajar siswa.
2. Penggunaan pendekatan pembelajaran matematika dengan metode kerja kelompok dalam Kompetensi Dasar perkalian dan pembagian pecahan mata pelajaran matematika kelas V b dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
B. Saran
1. Siswa
(4)
63 b. Perhatikan penjelasan yang diberikan guru pada saat pembelajaran dan
pelaksanakan pembelajaran dengan lebih serius (tidak sambil bermain). c. Ikuti kegiatan pembelajaran di luar sekolah, seperti les private, bimbel dan
lain-lain. 2. Guru
a. Saran dengan menggunakan metode kerja kelompok nilai siswa semakin meningkat.
b. Upayakan menggunakan media pembelajaran.
c. Pendekatan pembelajaran matematika dengan metode kerja kelompok melibatkan siswa dalam proses pembelajaran diupayakan agar siswa aktif dalam pembelajaran guru hanya sebagai pembimbing.
d. Guru dalam membentuk kelompok belajar harus benar-benar memperhatikan tingkat kemampuan siswa sehingga dapat membentuk kelompok yang heterogen.
3. Sekolah
a. Kepada kepala sekolah selalu mengadakan supervisi, KKG dan KKS. b. Perlu kegiatan diskusi antar guru mata pelajaran secara rutin tentang
pelaksanaan proses pembelajaran di kelas yang mengacu pada kegiatan belajar yang kontekstual.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu. 2008. Strategi Pembelajaran. Dirjen Dikti Departement Pendidikan Nasional. Jakarta.
Admin. 2012. Online. http://sdnkacok02.sch.id/tujuan-belajar-matematika-di-sekolah-dasar-sd.
Anton M., Mulyono. 2001. Kamus Bahasa Indonesia. Gramedia. Jakarta.
Anonim. 2004. Online. http://www.sarjanaku.com/2011/03/metode-kerja-kelompok.html.
---. 2011. Online. http:// www. sekolahdasar. net/ 2011/10/ cara-cara pembelajaran- matematika- di.html#ixzz2Nl8E5XYK
Arinil. 2011. Online. http://arinil.wordpress.com/2011/01/30/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-pelajaran-matematika-sdmi/
Asri Budiningsih, C. 2005. Belajar dan pembelajaran. Rajawali Pers. Jakarta. Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Untuk SD, SLB, & TK. Yrama
Widya. Bandung.
BSNP. 2007. Standar Kopetensi dan Kopetensi Dasar Kelas V. Departement Pendidikan Nasional. Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik. 2006. Online.
http://zaifbio.wordpress.com/2012/09/02/pengertian-hasil-belajar/.
Herpratiwi. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Lampung Bandar Lampung.
Ibrahim, dkk. 2000. Online. http://www.sarjanaku.com/2011/03/metode-kerja-kelompok.html.
Joesafira. 2010. Online. http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/metode-kerja-kelompok.html.
(6)
65 Lie. 2007. Online. http: //www. sarjanaku. com/ 2011/ 03/ metode-
kerja-kelompok. html
Makmur Syamsuddin Abi, M. A., 2009. Psikologi Kependidikan. Remaja Rosdukarya. Bandung.
Munawan. 2009. Online. http://zaifbio.wordpress.com/2012/09/02/pengertian-hasil-belajar/.
Natawijaya Rahman. 2005. Pengukuran Skala Sikap. Angkasa. Bandung. Rasyid Harum, Mansur. Penilaian Hasil Belajar. Wacana Prima. Bandung. Roestiyah NK. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Sardiman A.M. 2006. Interaksi dan Modifikasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Slameto. 2001. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rhineka Cipta. Jakarta.
Slameto. 2003. Online. http://zaifbio.wordpress.com/2012/09/02/pengertian-hasil-belajar/.
Sumiati, Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Wacana Prima. Bandung.
Syaiful Sagala. 2005. Konsep dan makna Pembelajaran. CV Alfabeta. Bandung. Pargito. 2011. Penelitian Tindakan Bagi Guru Dan Dosen. Anugra Utama.