PENGARUH TINGKAT KEPERCAYAAN MASYARAKAT KEPADA KEPALA DESA TERHADAP PARTISIPASI POLITIK (Studi Pada Masyarakat Desa Sukajaya Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran)

(1)

ABSTRACT

INFLUENCE OF CONFIDENCE TO THE HEAD OF THE VILLAGE OF POLITICAL PARTICIPATION

(Study on the people of Sukajaya Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran)

By

ADE WARDIDIN

Governancy in the level of village now a days still faces some obstacles, one of these obstacles is the village leadership that is not suitable with the people aspiration, The other problem is the lack of trust the influences the political partisipation The phenomenon also occurred in the village of Sukajaya Lempasing. The aim of this research is to know if there is a significant influence from the level of trust to the head of village in Desa Sukajaya Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.

This type of research used in this research is quantitative research. The number of population in this research is the people of Sukajaya Lempasing at about 7254 people. The research picks up 99 people. Samples with simple random sampling method. Data analysis used in this research is rank spearman correlation.

The results of this research show that there is a significant influence from the level of trust to the political partisipation in the people of Sukajaya Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Lower level of trust to the head village and lower political participation are lower then democracy will be a passive activity ( inactive ) .


(2)

(3)

ABSTRAK

PENGARUH TINGKAT KEPERCAYAAN MASYARAKAT KEPADA KEPALA DESA TERHADAP PARTISIPASI POLITIK

(Studi Pada Masyarakat Desa Sukajaya Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran)

Oleh

ADE WARDIDIN

Penyelenggaraan pemerintahan desa sampai saat ini masih dihadapkan pada berbagai persoalan, salah satunya adalah kepemimpinan kepala desa yang tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat, rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat berpengaruh pada partisipasi politik fenomena tersebut juga terjadi di Desa Sukajaya Lempasing. Tujuan penelitian untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh tingkat kepercayaan masyarakat kepada kepala desa terhadap partisipasi politik pada masyarakat Desa Sukajaya Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Sukajaya Lempasing, sebanyak 7.254 jiwa. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 99 orang. Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan korelasi rank spearman.


(4)

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signfikan tingkat kepercayaan masyarakat kepada kepala desa terhadap partisipasi politik pada masyarakat Desa Sukajaya Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Semakin rendah tingkat kepercayaan masyarakat kepada kepala desa dan partisipasi politik juga rendah maka kegiatan demokrasi akan pasif (tidak aktif).

Kata Kunci : Tingkat kepercayaan, masyarakat, kepala desa dan partisipasi politik

Ade Wardidin


(5)

PENGARUH TINGKAT KEPERCAYAAN MASYARAKAT KEPADA KEPALA DESA TERHADAP PARTISIPASI POLITIK

(Studi Pada Masyarakat Desa Sukajaya Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran)

(Skripsi)

Oleh

ADE WARDIDIN 0546021054

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(6)

PENGARUH TINGKAT KEPERCAYAAN MASYARAKAT KEPADA KEPALA DESA TERHADAP PARTISIPASI POLITIK

(Studi Pada Masyarakat Desa Sukajaya Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran)

Oleh

ADE WARDIDIN 0546021054

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(7)

(8)

(9)

(10)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian... 8

E. Hipotesis ... 9

F. Kesimpulan ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Trust dan Partisipasi Politik ... 11

1. Hubungan trust dengan Partisipasi Politik ... 19

B. Trust dan Demokrasi Parsitipatif ... 22

1. Demokrasi Parsitipatif ... 22

2. Hubungan Trust dengan demokrasi ... 24

C. Demokrasi dan Partisipasi ... 25

1. Hubungan Demokrasi dengan Partisipasi ... 25

D. Pemerintahan Desa ... 26

1. Pengertian Desa ... 26

2. Pemerintahan Desa ... 28

E. Kerangka Pikir ... 32

F. Kesimpulan ... 35

III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 36

B. Definisi Konseptual ... 37


(11)

D. Rancangan Penelitian ... 40

E. Objek Penelitian ... 40

F. Alat Pengumpulan Data ... 42

G. Pengumpulan Data ... 42

H. Uji Validitas dan Reliabitas ... 42

I. Pengolahan Data ... 43

J. Teknik Analisis Data ... 44

K. Uji Hipotesis ... 44

L. Kesimpulan ... 45

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Kondisi Desa ... 46

B. Kondisi Pemerintah Desa ... 51

C. Uraian Tugas dan Fungsi Perangkat Desa ... 53

D. Karakteristik Budaya Masyarakat Desa ... 58

E. Kesimpulan ... 59

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 60

A. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 60

B. Analisis Hasil Penelitian ... 63

C. Analisis Per Indikator Tingkat Kepercayan ... 70

D. Analisis Per Indikator Partisipasi Politik ... 83

E. Kesimpulan ... 95

2. Pembahasan ... 95

A. Terkikisnya Modal Sosial dilevel desa ... 96

B. Hilangnya Trust yang Berakibat Rendahnya Partisipasi Politik ... 99

C. Demokrasi lokal yang terancam ... 104

VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 106

B. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepercayaan itu adalah kemauan seseorang atau sekelompok orang untuk mau memberi keyakinan pada seseorang yang ditujunya. Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis dimana pada saat seseorang menganggap sesuatu dengan benar. Jika kita yakin dalam satu hal maka kepercayaan akan muncul, keyakinan dan kepercayaan sangat erat kaitannya satu sama lain dalam hidup, contohnya adalah pada saat kesulitan menghampiri kita maka sangat diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami dapat kita lewati. Keyakinan dan kepercayaan sangat vital dalam hidup, jadi tidak ada salahnya digunakan keyakinan dengan penuh percaya, mudah-mudahan bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Lubis (1994: 81) Trust atau Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan merupakan kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya. Ketika seseorang mengambil suatu keputusan, ia akan lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan dari orang-orang yang lebih dapat ia percaya dari pada yang kurang dipercayai.


(13)

Kehidupan politik dapat berjalan teratur dan tertib bila dibarengi trust. Ketertiban di sini bukan sesuatu yang dipaksakan, tapi berjalan natural. Dalam perkembangan trust yang membuat trust menurun drastis. Jika kepercayaan masyarakat juga menurun, hal ini tidak berarti bahwa yang salah adalah mereka yang tidak punya trust. Trust harus dibangun di tingkat masyarakat (Effendi, 2013: 2).

Pemerintah dalam membuat dan melaksanakan keputusan politik akan menyangkut dan mempengaruhi kehidupan warga masyarakat. Dasar inilah yang digunakan warga masyarakat agar dapat ikut serta dalam menentukan isi politik. Perilaku-perilaku yang demikian dalam konteks politik mencakup semua kegiatan sukarela, dimana seorang ikut serta dalam proses pemilihan pemimpin-pemimpin politik dan turut serta secara langsung atau tidak langsung dalam pembentukan kebijakan umum (Mujani, 2002:125).

Partisipasi politik itu merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dinegara-negara yang proses modernisasinya secara umum telah berjalan dengan baik, biasanya tingkat partisipasi warga negara meningkat. Modernisasi politik dapat berkaitan dengan aspek politik dan pemerintah. Partisipasi bermakna sebagai keikutsertaan masyarakat dalam setiap aktivitas pemerintahan, sebagai bentuk kepedulian rakyat terhadap pemerintah yang telah diberikan kepercayaan oleh rakyat (Budiarjo, 1996: 68).

Konsep demokrasi dapat diartikan sebagai suatu pemerintahan yang berasal dari, oleh dan untuk rakyat karenanya salah satu pilar demokrasi


(14)

3

adalah partisipasi. Bentuk partisipasi politik yang sangat penting dilakukan oleh warga negara adalah keikutsertaan dalam pemilihan umum. Secara umum partisipasi politik merupakan kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan publik. Anggota masyarakat yang berpartisipasi dalam proses politik, misalnya dalam pemilihan umum, melakukan tindakannya didorong oleh keyakinan bahwa melalui kegiatan itu kepentingan mereka akan tersalurkan atau sekurang-kurangnya diperhatikan, dan bahwa mereka sedikit banyak dapat mempengaruhi tindakan dari mereka yang berwenang untuk membuat keputusan yang mengikat (Sastroatmodjo, 1995:3).

Dalam negara demokratis yang mendasari konsep partisipasi politik adalah bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakannya melalui kegiatan bersama untuk menentukan tujuan serta masa depan suatu negara itu dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang pemimpinan. Dari pengertian mengenai partisipasi politik diatas maka dapat di ambil kesimpulan bahwa yang dimaksud partisipasi politik adalah keterlibatan individu atau kelompok sebagai warga negara dalam proses politik yang berupa kegiatan yang positif dan dapat juga yang negatif yang bertujuan untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan politik dalam rangka mempengaruhi kebijakan pemerintah (Sastroatmodjo, 1995:3).


(15)

Partisipasi pada dasarnya merupakan kegiatan warga negara dalam rangka ikut serta menentukan berbagai macam kepentingan hidupnya dalam ruang lingkup dan konteks masyarakat atau negara itu sendiri. Hal ini didasari oleh keyakinan bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk menetapkan tujuan-tujuan kolektif. Anggota masyarakat yang berpartisipasi dalam proses politik terdorong oleh keyakinan bahwa melalui kegiatan itu kepentingan mereka akan tersalur atau sekurangnya diperhatikan dan sedikit banyak dapat mempengaruhi tindakan yang berwenang yang diwujudkan dalan sebuah keputusan. Masyarakat percaya bahwa kegiatan yang mereka lakukan mempunyai efek (political efficacy). Partisipasi politik merupakan aspek yang sangat penting dan merupakan ciri khas adanya modernisasi politik (Sastroatmodjo, 1995 : 67).

Di Indonesia berpartisipasi politik dijamin oleh negara, tercantum dalam UUD 1945 pasal 28 yang berbunyi “kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-Undang” dan diatur secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 mengenai jaminan hak-hak sipil dan politik, dimana poin-poin hak yang harus dilindungi oleh negara mengenai hak berpendapat, hak berserikat, hak memilih dan dipilih, hak sama dihadapan hukum dan pemerintahan, hak mendapatkan keadilan, dan lain-lain. Esensi kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi tatalaku orang lain baik sebagai bawahan, rekan kerja atau atasan, adanya pengikut yang dapat dipengaruhi baik oleh ajakan, anjuran, bujukan atau sugesti atau dalam bentuk lainnya dan adanya tujuan yang hendak dicapai (Handoko, 2005: 31).


(16)

5

Selama ini, dalam praktik berdemokrasi di Indonesia umumnya, pemahaman tentang demokrasi masih berkisar pada level prosedural. Hal ini tidak terlepas dari kuatnya hegemoni tradisi demokrasi liberal, baik dalam ranah konseptual-akademik maupun ranah praktis dengan didukung oleh klaim universal dan pengaruhnya bersifat global. Proses demokratisasi di Indonesia sejak runtuhnya kekuasaan represif Orde Baru 1998 bisa dikatakan berlangsung cukup dramatis sehingga ada yang menganggap Indonesia sebagai negara demokrasi ketiga terbesar (third largest democracy in the world) setelah India dan Amerika. Hal ini ditandai dengan tumbuh suburnya sejumlah partai politik baru, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, kebebasan pers, dan desentralisasi kekuasaan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa sebagai hasil revisi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.

Ledakan demokrasi pada pertengahan 1998 ini belum mampu meningkatkan partisipasi politik masyarakat di tingkat lokal secara signifikan. Hal ini disebabkan pemerintahan sentralistik-militeristik dan kebijakan massa mengambang yang diterapkan Orde Baru selama tiga puluh dua tahun ternyata benar-benar telah melumpuhkan wacana demokrasi dalam kehidupan masyarakat hingga menyingkirkan praktik-praktik seleksi kepemimpinan secara fair yang berdasarkan kompetensi, kapabilitas, dan integritas individu. Bersamaan dengan itu pendidikan kewarganegaraan (civic education) selama masa transisi demokrasi ini belum mampu meningkatkan partisipasi politik masyarakat yang cukup berarti dalam mendorong terwujudnya good governance di pemerintahan lokal. Pengaruh agama, budaya, rendahnya tingkat pendidikan serta kondisi ekonomi masyarakat bawah masih menjadi


(17)

penghambat upaya pembangunan kekuatan civil society sebagai pilar demokrasi (Dewi, 2006: 24)

Sistem demokrasi yang dijalankan di desa secara baik dapat mendorong pelayanan publik yang lebih baik, transparan, tidak dipersulit, akuntabel dan lain sebagainya yang dapat menguntungkan masyarakat, karena adanya kontrol secara efektif dari masyarakat terhadap pemerintah desa. Untuk membangun demokrasi di desa, maka penyelenggaraan pemerintahan desa harus disertai pola-pola kepemimpinan yang baik pula. Pola kepemimpinan yang baik adalah pola kepemimpinan yang berorientasi pada kepentingan masyarakat secara umum bukan pada kepentingan pribadi maupun golongan.

Secara teoritis partisipasi dapat dipengaruhi oleh kepercayaan, tingkat kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain dimana kita memiliki keyakinan padanya dengan indikator: legitimasi yang meliputi pengakuan dan dukungan dari masyarakat Desa Sukajaya Lempasing, tanggung gugat yaitu pertanggungjawaban pada hal-hal yang menimbulkan kerugian pada masyarakat Desa Sukajaya Lempasing serta kualitas layanan, mutu pelayanan yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan publik pada masyarakat Desa Sukajaya Lempasing.

Terkait penyelenggaraan pemerintahan desa secara praktis masih dihadapkan pada berbagai persoalan, salah satunya adalah kepemimpinan kepala desa yang tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat, fenomena umum tersebut juga terjadi di Desa Sukajaya Lempasing. Selain itu dalam penunjukkan jabatan yang ada di Desa Sukajaya Lempasing berdasarkan pada kedekatan


(18)

7

kekerabatan dengan kepala desa, sehingga hal tersebut menyebabkan masyarakat menganggap bahwa partisipasi mereka untuk kepentingan desa tidak akan berguna. Akibat dari permasalahan yang muncul tersebut menyebabkan tingkat kepercayaan masyarakat desa terhadap kepala desa menurun dan hal inilah yang menjadi persoalan tersendiri pada masyarakat Desa Sukajaya Lempasing enggan untuk berpartisipasi dalam kelembagaan desa yang ada (Hasil prariset peneliti melalui wawancara, 2013).

Hasil penelitian Rosnia Gosango (2010) tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Desa di Desa Mamuya Kecamatan Galela Kabupaten Halamahera Utara tahun 2010 , dimana hasil penelitian diperoleh data bahwa pada saat Pemilihan kepala desa Mamuya tahun 2010, partisipasi politik masyarakat terlihat sangat rendah. Secara umum rendahnya partisipasi masyarakat tersebut dipengaruhi oleh ketidakpercayaan masyarakat terhadap kinerja Kepala desa, hal ini disebabkan oleh sikap dan perilakunya yang sering tidak sejalan dengan keinginan masyarakat, sehingga masyarakat menganggap bahwa pemerintah desa tidak membawa pengaruh yang besar bagi kehidupan mereka. Tidak adanya figur pemimpin yang sesuai dengan kehendak masyarakat, ditambah dengan kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh calon-calon kepala desa membuat masyarakat desa Mamuya tidak mengenal dengan baik calon-calon kepala desa yang akan mereka pilih.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Tingkat Kepercayaan Masyarakat Kepada Kepala


(19)

Desa Terhadap Partisipasi Politik (Studi Pada Masyarakat Desa Sukajaya Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada pengaruh tingkat kepercayaan masyarakat kepada kepala desa terhadap partisipasi politik pada masyarakat Desa Sukajaya Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh tingkat kepercayaan masyarakat kepada kepala desa terhadap partisipasi politik pada masyarakat Desa Sukajaya Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Dengan mengetahui hal ini diharapkan tingkat kepercayaan masyarakat kepada kepala desa akan lebih meningkat dan partisipasi politik masyarakat akan lebih baik dimasa mendatang.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis hasil peneliti mengharapkan dari penelitian tersebut dapat memberikan pengetahuan dan berguna dalam pengembangan bidang akademik dan displin ilmu bagi mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan


(20)

9

terhadap perkembangan konsep ilmu, khususnya bidang kepemimpinan, partisipasi politik dan tingkat kepercayaan.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian skripsi sebelumnya, dimana belum ada yang meneliti tingkat kepercayaan terhadap partisipasi politik di level lokal (desa), Nasib demokrasi di level lokal sejauh ini bergantung pada partisipasi politik dari masyarakat.

2. Kegunaan Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan menjadi masukan bagi Kabupaten Pesawaran khususnya Kepala Desa Sukajaya Lempasing berkaitan dengan Tingkat Kepercayaan kepada Kepala Desa Terhadap Partisipasi Politik Masyarakat Desa dengan memberikan semangat dengan cara lebih mendekatkan diri dengan masyarakat untuk dapat meningkatkan partisipasi politik masyarakat dalam pembangunan desa Sukajaya Lempasing,

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Semakin Tinggi Tingkat Kepercayaan Masyarakat Kepada kepala desa dan Partisipasi politik juga tinggi maka kegiatan demokrasi akan aktif

2. Semakin Rendah Tingkat Kepercayaan Masyarakat Kepada kepala desa dan Partisipasi politik juga rendah maka kegiatan demokrasi akan pasif (tidak aktif)


(21)

F. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka diketahui bahwa penelitian ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh tingkat kepercayaan masyarakat kepada kepala desa terhadap partisipasi politik (studi pada masyarakat Desa Sukajaya Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran), maka dibutuhkan adanya tinjauan pustaka yang akan diuraikan pada bab selanjutnya.


(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab sebelumnya telah membahas latar belakang masalah tentang tingkat kepercayaan terhadap partisipasi politik masyarakat di Desa Sukajaya Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran, pada bab ini peneliti akan mengkerangkakan beberapa tinjauan pustaka dalam beberapa teori seperti: Putnam tentang Trust (Kepercayaan), Conway tentang partisipasi politik dan Held tentang Demokrasi. Bab ini akan diawali dengan teori Trust dan Partisipasi, Hubungan Trust dan Demokrasi, Hubungan Partisipasi Dan Demokrasi, selanjutnya tentang Pemerintahan Desa.

A. Trust dan Partisipasi Politik

Tokoh yang paling sering disebut memperkenalkan konsep modal sosial adalah Robert Putnam. Putnam menjabarkan modal sosial sebagai seperangkat asosiasi antar manusia yang bersifat horisontal yang mencakup jaringan dan norma bersama yang berpengaruh terhadap produktivitas suatu masyarakat. Intinya Putnam melihat modal sosial meliputi hubungan sosial, norma sosial, dan kepercayaan (trust) (Putnam 1993: 7).

Penekanan modal sosial adalah membangun jaringan dan adanya pemahaman norma bersama. Namun perlu disadari pemahaman norma bersama belum cukup menjamin kerjasama antar individu karena bisa saja


(23)

ada yang tidak.Konsep modal sosial (social capital) diperkenalkan Putnam (1993: 8) sewaktu meneliti Italia pada 1985. Masyarakatnya, terutama di Italia Utara, memiliki kesadaran politik yang sangat tinggi karena tiap indvidu punya minat besar untuk terlibat dalam masalah publik. Hubungan antarmasyarakat lebih bersifat horizontal karena semua masyarakat mempunyai hak dan kewajiban yang sama.

Menurut Putnam (1993: 8), modal sosial adalah kemampuan warga untuk mengatasi masalah publik dalam iklim demokratis. Schaft dan Brown (2002: 17) mengatakan bahwa modal sosial adalah norma dan jaringan yang melancarkan interaksi dan transaksi sosial sehingga segala urusan bersama masyarakat dapat diselenggarakan dengan mudah.

Modal sosial adalah bagian dari kehidupan sosial (jaringan, norma dan kepercayaan) yang medorong partisipan bertindak bersama secara efektif untuk mencapai tujuan bersama. Penjelasan dari ketiga konsep modal sosial mengenai jaringan, norma dan kepercayaan:

a. Konsep Jaringan

Jaringan sosial menjadi sangat penting di dalam masyarakat karena di dunia ini bisa dikatakan bahwa tidak ada manusia yang tidak menjadi bagian dari jaringan-jaringan hubungan sosial dari manusia lainnya. Walaupun begitu manusia tidak selalu menggunakan semua hubungan sosial yang dimilikinya dalam mencapai tujuan-tujuannya, tetapi disesuaikan dengan ruang dan waktu atau konteks sosialnya (Agusyanto, 2007: 13).


(24)

13

b. Konsep Norma

Pengertian norma yaitu memeberikan pedoman bagi seseorang untuk bertingkah laku dalam masyarakat. Kekuatan mengikat norma-norma tersebut sering dikenal dengan empat pengertian antara lain ialah cara (usage),kebiasaan (folkways), tata kelakuan (mores), dan adat istiadat (custom) (Soekanto, 2010: 174).

c. Konsep Kepercayaan

Uslaner dalam Handbook of Social Capitalmembedakan kepercayaan menjadi dua, yaitu kepercayaan moralistik dan kepercayaan strategis. Kepercayaan moralistik adalah pernyataan tentang bagaimana orang harus bersikap. Sementara itu kepercayaan strategis mencerminkan harapan kita tentang bagaimana orang akan berperilaku (Castiglone, 2007: 103).

Sikap saling percaya antar sesama warga ( interpersonal trust) merupakan modal sosial yang sangat penting (Putnam, 1993:170). menyatakan bahwa ketidakpercayaan warga terhadap otoritas atau pemerintahan merupakan hal yang sangat krusial dalam demokrasi, guna memberi tekanan kepada pemerintahan tersebut, dan agar demokrasi berjalan dengan baik. Ketidakpercayaan terhadap otoritas bahkan lebih krusial lagi dalam proses transformasi politik dari otoritarianisme menuju demokrasi (Inglehart 1999, dalam Mujani, 2007:118)


(25)

Ketidakpercayaan terhadap pemerintahan juga menjadi karakteristik dari warga negara yang kritis dalam konsolidasi demokrasi, yang tidak melemahkan demokrasi itu sendiri. Namun demikian, ketika demokrasi telah mulai berjalan, diperlukan dukungan dari warga dan dukungan ini akan lebih berarti jika warga negara dapat mencari penyelesaian atas problem yang terkait dengtan aksi kolektif. Dalam hal ini, sikap saling percaya antar sesama warga mendukung pemecahan atas problem tersebut. Dengan kata lain, demokrasi menuntut adanya aksi dan koordinasi kolektif yang didukung oleh sikap saling percaya antar sesama warga ( Warren 1999, dalam Mujani, 2007:118)

Trust atau kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang laindimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan merupakan kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya. Ketika seseorang mengambil suatu keputusan, ia akan lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan dari orang-orang yang lebih dapat ia percaya dari pada yang kurang dipercayai (Lubis, 1994:81).

Menurut Ba dan Pavlou (2002:243) mendefinisikan kepercayaan sebagai penilaian hubungan seseorang dengan orang lain yang akan melakukan transaksi tertentu sesuai dengan harapan dalam sebuah lingkungan yang penuh ketidakpastian.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwakepercayaan itu adalah kemauan seseorang atau sekelompok orang untuk mau memberi keyakinan pada seseorang yang ditujunya.


(26)

15

Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis dimana pada saat seseorang menganggap sesuatu dengan benar. Jika kita yakin dalam satu hal maka kepercayaan akan muncul, keyakinan dan kepercayaan sangat erat kaitannya satu sama lain dalam hidup, contohnya adalah pada saat kesulitan menghampiri kita maka sangat diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami dapat kita lewati. Keyakinan dan kepercayaan sangat vital dalam hidup, jadi tidak ada salahnya digunakan keyakinan dengan penuh percaya, mudah-mudahan bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita.

Pengukuran tingkat kepercayaan merupakan bagian dari psikometri. Psikometri merupakan cara yang lebih berkualitas dalam mengukur tingkat kepercayaan. Responden diberikan beberapa item pernyataan, kemudian meminta tanggapan responden dengan skala sikap yang salah satunya adalah skala Likert (Azwar,2007: 58). Cara lain adalah dengan memberikan responden pertanyaan dan menafsirkan kedalam skala-Likert dari jawaban yang diberikan responden. Setiap skala diberikan nilai, biasanya nilai paling tinggi pada poin „setuju’dan nilai lebih rendah pada poin yang „tidaksetuju’. Total nilai yang lebih tinggi akan menggambarkan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi. Kategori tingkat kepercayaan dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu tinggi, sedang dan rendah (Arikunto, 2000: 77).

Berdasarkan uraian di atas, maka tingkat kepercayaan merupakan tingkat kemauan seseorang atau sekelompok orang untuk mau memberi keyakinan


(27)

pada seseorang yang ditujunya dan merupakan aspek penting dalam memberikan suatu kepercayaan pada seseorang.

Partisipasi politik dipercaya sebagai alat untuk memperoleh kebijakan yang diharapkan (Conway 2000,dalam Mujani, 2007:254) Kaase dan Marsh berpendapat bahwa partisipasti politik terkait dengan unsur-unsur pemerintahan demokrasi lainnya seperti rasionalitas, kontrol, responsif (kecepatan memberi respon), fleksibilitas, legitimiasi dan resolusi konflik.

Verbe dan Nie (dalam Mujani 2007:38) mendefinisikan partisipasi politik sebagai kegiatan yang dilakukan anggota masyarakat biasa secara sukarela untuk mempengaruhi keputusan pemerintah. Partisipasi politik itu merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dinegara-negara yang proses modernisasinya secara umum telah berjalan dengan baik, biasanya tingkat partisipasi warga negara meningkat. Modernisasi politik dapat berkaitan dengan aspek politik dan pemerintah. Partisipasi bermakna sebagai keikutsertaan masyarakat dalam setiap aktivitas pemerintahan, sebagai bentuk kepedulian rakyat terhadap pemerintah yang telah diberikan kepercayaan oleh rakyat.

Partisipasi politik pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan warga negara untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan dengan tujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan pemerintah (Sastroatmodjo, 1995:67).


(28)

17

Menurut Budiarjo, partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah (Sastroatmodjo, 1995:68).

Menurut Hutington dan Nelson, bahwa partisipasi politik adalah kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuat keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual dan kolektif, terorganisir dan spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan. Legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif (Budiarjo, 1998:3).

Dalam negara demokratis yang mendasari konsep partisipasi politik adalah bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakannya melalui kegiatan bersama untuk menentukan tujuan serta masa depan suatu negara itu dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang pemimpinan. Dari pengertian mengenai partisipasi politik diatas maka dapat di ambil kesimpulan bahwa yang dimaksud partisipasi politik adalah keterlibatan individu atau kelompok sebagai warga negara dalam proses politik yang berupa kegiatan yang positif dan dapat juga yang negatif yang bertujuan untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan politik dalam rangka mempengaruhi kebijakan pemerintah.


(29)

Namun konsep yang luas mengenai partisipasi kadang menempatkan partisipasi sebagai sebuah kata yang tidak memiliki arti yang jelas bagi setiap orang. Bentuk partisipasi politik seorang tampak dalam aktivitas-aktivitas politiknya. Bentuk patisipasi politik yang paling umum dikenal adalah pemungutan suara (voting) entah untuk memilih calon wakil rakyat atau untuk memilih kepala negara (Maran, 2001:148).

Partisipasi politik masyarakat dapat dinilai dari beberapa indikator yaitu : aktifnya masyarakat dalam kegiatan pemilihan kepala desa, dialog yang dilakukan secara rutin dalam kegiatan di desa, masyarakat mau untuk menyampaikan aspirasinya kepada pemerintahan desa, masyarakat peduli pada kegiatan desa, masyarakat sukarela memberikan dukungan, dalam pelaksanaan kegiatan tidak unsur paksaan, kesadaran akan pentingnya partisipasi masyarakat, dilaksanakannya hak dan kewajiban masaryakat dalam politik, masyarakat dalam pengembangan diri dalam partisipasi politik, masyarakat mencari informasi baru tentang kondisi politik, masyarakat berkomitmen dalam memajukan proses politik, masyarakat peduli dengan kondisi desa, masyarakat sadar akan perannya di desa, masyarakat sadar akan pentingnya suara mereka dalam proses demokrasi di desa dan semangat masyarakat dalam kegiatan desa.


(30)

19

Tabel 1. Indikator partisipasi politik Unsur

Partisipasi Politik

Item

a. Aktif dalam kegiatan pemilihan kepala desa

b. Dialog secara rutin dalam kegiatan di desa

c. Menyampaikan aspirasi

d. Peduli pada kegiatan desa

e. Sukarela memberikan dukungan

f. Tidak ada paksaan pada masyarakat

g. Kesadaran akan pentingnya partisipasi masyarakat

h. Hak dan kewajiban dalam politik

i. Pengembangan diri dalam partisipasi politik

j. Informasi baru kondisi politik

k. Komitmen memajukan proses politik

l. Peduli dengan kondisi desa

m. Sadar akan peran di desa

n. Sadar akan pentingnya suara

o. Semangat dalam kegiatan desa

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik yang ditunjukkan dengan pengambil bagian pada kegiatan politik.

1. Hubungan Trust dengan Partisipasi Politik

Tingkat kepercayaan masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi: legitimasi (legitimacy), tanggung gugat (accountability), dan kualitas layanan (public service quality. Partisipasi dan transparansi akan menjadi perangkat untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat pada pemerintah (Lubis, 1994: 181-190).

Legitimasi sendiri dipahami sebagai pengakuan dan dukungan dari rakyat. Akuntabilitas menjadi indikator kemampuan pemerintahan memperoleh kepercayaan dari masyarakat.Partisipasi dan transparansi akan menjadi


(31)

perangkat untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat pada pemerintah. Ketidakpercayaan menimbulkan antipati terhadap kepemimpinan dalam pemerintahan dan berakibat tidak adanya kepatuhan masyarakat untuk menjalankan peraturan yang telah diputuskan pemerintah (Lubis, 1994: 181-190).

Ketika seseorang mengambil suatu keputusan, ia akan lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan dari orang-orang yang lebih dapat ia percaya dari pada yang kurang dipercayai, dengan indikator:

1. Legitimasi yang meliputi pengakuan dan dukungan dari masyarakat, seperti masyarakat mempercayakan kepemimpinan kepada kepala desa dan Kepala desa dianggap mampu mewakili kepentingan kepala desa. 2. Tanggung gugat yaitu pertanggungjawaban pada hal-hal yang

meimbulkan kerugian, dengan indikator masyarakat percaya kepala desa mampu bertanggung jawab pada kerja yang dilakukan, Masyarakat percaya kepala desa tidak akan melakukan penyelewangan kekuasaannya sebagai kepala desa.

3. Kualitas layanan, mutu pelayanan yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan publik seperti masyarakat percaya bahwa kepala desa dapat menampung aspirasi masyarakat desa.

Secara teoritis partisipasi dapat dipengaruhi oleh kepercayaan atau trust, tingkat kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan merupakan kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan


(32)

21

konteks sosialnya. Ketika seseorang mengambil suatu keputusan, ia akan lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan dari orang-orang yang lebih dapat ia percaya dari pada yang kurang dipercayai, dengan indikator: legitimasi yang meliputi pengakuan dan dukungan dari masyarakat Desa Sukajaya Lempasing, tanggung gugat yaitu pertanggungjawaban pada hal-hal yang meimbulkan kerugian pada masyarakat Desa Sukajaya Lempasing serta kualitas layanan, mutu pelayanan yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan publik pada masyarakat Desa Sukajaya Lempasing.

Hilangnya kepercayaan terhadap suatu otoritas pemerintahan akan berakibat rusaknya tatanan hukum dan aturan yang menjadi prasyarat bagi suatu kedaulatan negara. Kepemimpinan yang stabil hanya dapat terjadi pada masyarakat yang memiliki disiplin dan patuh pada aturan yang telah disepakati. Krisis yang terjadi saat ini sering disebut sebagai krisis kepercayaan terhadap pemegang kekuasaan yang berakibat lunturnya kedaulatan pemerintah untuk mengharuskan anggota masyarakat mematuhi hukum dan aturan. Sehingga hampir setiap keputusan atau kebijakan pemerintah selalu mendapat tantangan dalam proses penerapannya di masyarakat (Lubis, 1994:181-190) .

Berbicara partisipasi politik dari sisi model Menurut Ramlan Surbakti (1992:144) Partisipasi politik apabila didasarkan pada faktor kepercayaan kepada pemerintah (sistem politik), dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :


(33)

Tabel 2. Faktor kepercayaan dan partisipasi politik

Tingkat Kepercayaan

Rendah

Tingkat kepercayaan Tinggi

Partisipasi Politik

Rendah Cenderung Pasif (Apatis) Tidak Aktif Partisipasi Politik

Tinggi Cenderung Militan-Radikal Aktif

dibedakan menjadi empat model.:

a. Apabila seseorang memiliki kepercayaan pada pemerintahyang tinggi, partisipasi politik cenderung aktif.

b. Apabila kepercayaan kepada pemerintah rendah, partisipasi politik cenderung pasif tertekan (apatis).

c. Apabila kepercayaan terhadap pemerintah rendah tetapikesadaran politik tinggi, partisipasi politik cenderung militan-radikal.

d. Apabila kepercayaan terhadap pemirintah sangat tinggi tetapi kesadaran politik sangat rendah maka partisipasi politik cenderung tidak aktif (pasif).

B. Trust dan Demokrasi Partisipatif

1. Demokrasi Partisipatif

Semua orang tahu bahwa demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Tetapi, penjabaran dan pemaknaan pemerintahan rakyat itu masih sangat problematik. Demokrasi partisipatif adalah proses menekankan partisipasi luas dari konstituen dalam arah dan pengoperasian sistem politik. demokrasi perwakilan tradisional cenderung membatasi partisipasi warga untuk suara, meninggalkan pemerintahan yang


(34)

23

sebenarnya kepada para politisi. Held (1987: 58) memunculkan model-model demokrasi yang sangat variatif. Model-model-model ini mengaitkan antara penentuan pemimpin masyarakat (pemimpin politik) dengan tipe pembuatan keputusan. Keterkaitan antara dua variabel tersebut memunculkan empat model demokrasi, yakni: demokrasi delegatif, demokrasi representatif, demokrasi deliberatif, dan demokrasi partisipatoris.

Demokrasi perwalian (delegatif) ditandai oleh mekanisme pemilihan melalui musyawarah dan pembuatan keputusan melalui sistem perwakilan. Demokrasi perwakilan ditandai dengan penentuan pemimpin melalui pemilihan secara langsung dan pembuatan keputusan dengan sistem perwakilan. Demokrasi deliberatif ditandai dengan penentuan pemimpin dengan musyawarah dan pembuatan keputusan secara langsung (partisipatif). Demokrasi langsung (partisipatoris) berarti penentuan pemimpin dilakukan melalui pemilihan secara langsung dan pembuatan keputusan secara partisipatif yang melibatkan sebanyak mungkin warga masyarakat.

Selama ini, dalam praktik berdemokrasi di Indonesia umumnya, pemahaman tentang demokrasi masih berkisar pada level prosedural. Hal ini tidak terlepas dari kuatnya hegemoni tradisi demokrasi liberal, baik dalam ranah konseptual-akademik maupun ranah praktis dengan didukung oleh klaim universal dan pengaruhnya bersifat global. Para pendukung demokrasi liberal memahami demokrasi prosedural dengan merujuk teori


(35)

Schumpeter, bahwa demokrasi mencakup tiga hal pokok: kompetisi, partisipasi, dan liberalisasi (jaminan hak sipil dan politik antar warga negara). Secara prosedural, demokrasi yang mencakup tiga indikator itu dilembagakan melalui arena pemilihan umum dan dua lembaga politik utama, yakni parlemen dan partai politik. Inilah yang mendasari lahirnya model demokrasi perwakilan (refresentatif). Pemilihan umum (dan juga pilkada langsung) merupakan arena kompetisi untuk menentukan para pemimpin atau wakil rakyat melalui partai politik yang menjadi wadah artikulasi, agregasi dan partisipasi rakyat (Mariana dan Paskrina. 2008: 54).

2. Hubungan Trust dengan demokrasi

Menurut Effendi(2013: 41) urgensi trust dalam mendukung demokrasi Sangat penting. Tanpa trust, demokrasi tidak mungkin bisa diterapkan secara substansial. berbicara ihwal demokrasi dari sudut prosedur-prosedur untuk menempatkan seseorang guna menduduki pelbagai jabatan publik. Tapi tanpa trust, tanpa adanya habit untuk mempercayai seseorang, sistem, struktur, atau infrastruktur yang tersedia, bangunan demokrasi itu akan sangat rapuh.

Syadzily (2002: 51) mengungkapkan memang tidak mudah untuk membangun saling percaya (interpersonaltrust) di antara warga. Karena berbicara tentang budaya berarti menyangkut dengan mentalitas yang terkait dengan sistem pengetahuan yang dimiliki oleh suatu masyarakat atau komunitas. Berarti dengan sendirinya memiliki hubungan dengan


(36)

25

aspek bagaimana budaya tersebut diterima dan ditrasmisikan ke dalam struktur berpikir masyarakat dan itu sangat bersifat askriptif, yakni suatu proses pembelajaran yang didapat sesorang melalui yang 'dipaksa'. Dan ini terkait dengan aspek pendidikan, baik formal maupun informal. Konsolidasi demokrasi tak hanya bisa dibangun dengan sejumlah perangkat prosedur dan mekanisme pengelolaan kekuasan, seperti sistem hubungan eksekutif-legislatif-yudikatif, sistem pemilihan umum, partai politik dan lain-lain. Tetapi banyak faktor yang mempengaruhi sejauhmana sebuah negara dapat mengkonsolidasikan demokrasi tersebut.

C. Demokrasi dan Partisipasi

1. Hubungan Demokrasi dengan Partisipasi

Budiardjo (1996:185) menyatakan dalam negara-negara demokratis umumnya dianggap bahwa lebih banyak partisipasi masyarakat lebih baik. Dalam alam pemikiran ini tingginya tingkat partisipasi menunjukkan bahwa warga Negara mengikuti dan memahami masalah politik dan ingin melibatkan diri dalam kegiatan itu. Sebagai pelaksanaan nilai demokrasi, partisipasi masyarakat dalam politik memiliki peran penting. Karena dalam Negara demokrasi semua bersumber pada rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Salah satu implementasi nilai demokrasi adalah partisipasi masyarakat dalam politik, Budiardjo (2009:367) menyatakan partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan


(37)

Negara dan, secara langsung atau tidak langsung, memengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Bentuk dari pelaksanaan partisipasi masyarakat dalam politik antara lain adalah partisipasi dalam pemilihan umum dan partisipasi untuk memprotes pemerintahan.

Pada negara demokratis yang mendasari konsep partisipasi politik adalah bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakannya melalui kegiatan bersama untuk menentukan tujuan serta masa depan suatu negara itu dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang pemimpinan. Partisipasi politik adalah keterlibatan individu atau kelompok sebagai warga negara dalam proses politik yang berupa kegiatan yang positif dan dapat juga yang negatif yang bertujuan untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan politik dalam rangka mempengaruhi kebijakan pemerintah.

D. Pemerintahan Desa

1. Pengertian Desa

Mendiskusikan kembali masalah desa sebagai unit pemerintahan mengantarkan pada pemahaman klasik tentang desa, sebagaimana anggapan para sosiolog yang menganggap desa sebagai daerah pedesaan (rural) maupun sebagai lingkungan masyarakat. Para ahli sejarah memandang desa sebagai sumber ketahanan desa dalam mempertahankan kemerdekaan (community power). Menurut Ndraha (dalam Labolo, 2006 :133) Bahkan desa dianggap sebagai sumber nilai luhur yang memiliki


(38)

27

karakteristik seperti kegotongroyongan, musyawarah, mufakat dan kekeluargaan sehingga menimbulkan berbagai semboyan.

Menurut Mutty (dalam Labolo, 2006:133) desa sebagai suatu lembaga pemerintahan dengan hak otonomi yang dimilikinya telah mendapatkan pengakuan sebelum dilaksanakan pemerintahan dengan asas desentralisasi. Desa menurut Widjaja dalam bukunya yang berjudul “Otonomi Desa” menyatakan bahwa: “Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat”(Widjaja, 2003: 3).

Desa menurut Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Pemerintahan Desa mengartikan Desa sebagai berikut: “Desa atau yang disebut nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menggambarkan itikad negara untuk mengotomikan desa, dengan berbagai kemandirian pemerintahan desa seperti pemilihan umum calon pemimpin desa, anggaran desa, semacam DPRD desa, dan kemandirian pembuatan peraturan desa semacam perda, menyebabkan daerah otonomi NKRI


(39)

menjadi provinsi, kabupaten atau kota, dan desa. Reformasi telah mencapai akarnya, kesadaran konstitusi desa dan dusun diramalkan akan mendorong proses reformasi berbasis otonomi daerah bersifat hakiki.

Pengertian Desa menurut Widjaja (2003: 3)dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa di atas sangat jelas sekali bahwa Desa merupakan self community yaitu komunitas yang mengatur dirinya sendiri. Dengan pemahaman bahwa Desa memiliki kewenangan untuk mengurus dan mengatur kepentingan masyarakatnya sesuai dengan kondisi dan sosial budaya setempat, maka posisi Desa yang memiliki otonomi asli sangat strategis sehingga memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan Otonomi Daerah. Karena dengan Otonomi Desa yang kuat akan mempengaruhi secara signifikan perwujudan Otonomi Daerah.

2. Pemerintahan Desa

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang pemerintahan desa mengatur desa atau sebutan lain, desa adat atau sebutan lain, serta secara ringan mengatur dusun. Undang-Undang 6 Tahun 2014 mengatur materi mengenai Pemilihan Kepala Desa, Jabatan Kepala Desa dan Perangkat Desa, Syarat Menjadi Perangkat Desa, Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Hak dan Kewajiban Desa dan Masyarakat Desa, Peraturan Desa, Keuangan Desa dan Aset Desa, Pembangunan Desa dan Pembangunan Kawasan Perdesaan, Badan Usaha Milik Desa, Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa, serta Pembinaan dan Pengawasan.


(40)

29

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 menonjolkan aspek kearifan lokal sebagai asas yang menegaskan bahwa di dalam penetapan kebijakan harus memperhatikan kebutuhan dan kepentingan masyarakat Desa, karena itu Undang-Undang amat mementingkan desa adat sebagai ulayat atau wilayah adat adalah wilayah kehidupan suatu kesatuan masyarakat hukum adat, dengan syarat bahwa desa adat selaras dengan perundang-undangan NKRI, desa adat wajib mengakomodasi keberagaman dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa Adat yang tidak boleh mendiskriminasi kelompok masyarakat tertentu.

Masalah masa jabatan Kepala Desa serta proses pemilihan, pengesahan, pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa, peran dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa yang berubah menjadi Badan Permusyawaratan Desa, pengisian jabatan Sekretaris Desa dari PNS, serta sumber pendapatan desa yang berasal dari bagian dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota, merupakan titik-titik rawan yang tidak menutup kemungkinan senantiasa memicu permasalahan kecil hingga menjadi permasalahan pelik dan konflik. Permasalahan yang tentunya menjadi hambatan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa untuk mengemban misi mensejahterakan masyarakat.

Kepala Desa dilantik oleh Bupati atau pejabat lainnya yang ditunjuk (Pasal 98 ayat 1). Namun tidak dijelaskan siapa saja pejabat yang dapat ditunjuk oleh Bupati tersebut. Kewenangan Desa mencakup kewenangan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa, kewenangan yang oleh


(41)

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan belum dilaksanakan oleh daerah dan Pemerintah dan tugas pembantuan dari Pemerintah, Propinsi dan/atau Kabupaten. Tugas pembantuan tanpa disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya manusianya berhak ditolak oleh desa dan wewenang Kepala Desa. Undang-Undang ini lebih lanjut menjelaskan yang dimaksud dengan asal-usul adalah asal-usul terbentuknya desa tersebut (Penjelasan Pasal 111 Ayat 2) namun tidak menjelaskan kewenangan mana saja yang belum dilaksanakan daerah dan pemerintah serta apa saja tugas pembantuan yang dimaksudkan.

Tugas dan kewajiban kepala desa adalah memimpin penyelenggaraan Pemerintah desa, membina kehidupan masyarakat desa, membina perekonomian dan memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat desa, mendamaikan perselisihan kepala desa dapat dibantu oleh Lembaga Adat (Penjelasan Pasal 101 huruf e). Undang-Undang ini tidak menjelaskan lebih lanjut apa yang dimaksud dengan memimpin, membina, memelihara dan mendamaikan untuk mencegah terjadinya interpretasi yang keliru dari tugastugas Kepala Desa tersebut.Dalam pelaksanaan tugas, kepala desa bertanggungjawab kepada rakyat melalui BPD dan menyampaikan laporan mengenai pelaksanaan tugasnya kepada Bupati. Lebih lanjut dijelaskan bahwa laporan tersebut ditembuskan ke Camat. Pasal ini semakin menegaskan bahwa suara rakyat (masyarakat desa melalui wakilnya dalam BPD) sebagai elemen utama penilaian berhasil tidaknya seorang Kepala Desa bukan birokrat di atasnya. Kepala desa berhenti karena meninggal dunia, mengajukan berhenti atas permintaan


(42)

31

sendiri, tidak lagi memenuhi syarat dan atau melanggar sumpah/janji, berakhir masa jabatan dan telah dilantik kepala desa yang baru dan melakukan perbuatan bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Pemberhentian kepala desa dilakukan oleh Bupati atas usul BPD.

Badan Permusyawaratan Desa atau disebut dengan nama lain (BPD) berfungsi mengayomi Adat-istiadat, membuat peraturan desa (bersama kepala desa), manampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan desa. Anggota BPD dipilih dari dan oleh masyarakat desa yang memenuhi syarat. Pimpinan BPD dipilih dari dan oleh anggota. Tidak seperti halnya pengaturan tentang Pemerintah Desa, pengaturan terhadap Badan Permusyawaratan Desa ini belum mencakup masa jabatan, syarat-syarat anggota BPD, tata cara pemilihan, pelantikan, pemberhentian dan pengawasan BPD.

Berdasarkan di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa Pemerintahan Desa adalah kegiatan dari kesatuan masyarakat desa. Pemerintah desa diselengarakan di bawah pimpinan seorang kepala desa beserta para pembantunya, mewakili masyarakat desa guna hubungan ke luar maupun ke dalam masyarakat yang bersangkutan.


(43)

E. Kerangka Pikir

Kerangka pikir penelitian mengenai bagaimana pengaruh tingkat kepercayaan kepada Kepala Desa Sukajaya Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran terhadap partisipasi politik masyarakat Desa Sukajaya Lempasing.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Lubis (1994: 81) trust atau Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang laindimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan merupakan kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya. Ketika seseorang mengambil suatu keputusan, ia akan lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan dari orang-orang yang lebih dapat ia percaya dari pada yang kurang dipercayai.

Pada negara demokratis yang mendasari konsep partisipasi politik adalah bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakannya melalui kegiatan bersama untuk menentukan tujuan serta masa depan suatu negara itu dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang pemimpinan. Partisipasi politik adalah keterlibatan individu atau kelompok sebagai warga negara dalam proses politik yang berupa kegiatan yang positif dan dapat juga yang negatif yang bertujuan untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan politik dalam rangka mempengaruhi kebijakan pemerintah.

Tingkat kepercayaan masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi: legitimasi (legitimacy), tanggung gugat (accountability), dan kualitas layanan (public service quality. Partisipasi dan transparansi akan menjadi


(44)

33

perangkat untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat pada pemerintah (Lubis, 1994: 181-190).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diringkaskan ke dalam kerangka pikir sebagai berikut:

Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y)

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Tingkat kepercayaan kepada

Kepala Desa:

1. Legitimasi

2. Tanggung gugat

3. Kualitas layanan

Sumber: Lubis (1994: 181-190)

Partisipasi politik:

a. Aktif dalam kegiatan pemilihan

kepala desa

b. Dialog secara rutin dalam kegiatan

di desa

c. Menyampaikan aspirasi

d. Peduli pada kegiatan desa

e. Sukarela memberikan dukungan

f. Tidak ada paksaan

g. Kesadaran akan pentingnya

partisipasi masyarakat

h. Hak dan kewajiban dalam politik

i. Pengembangan diri dalam

partisipasi politik

j. Informasi baru kondisi politik

k. Komitmen memajukan proses

politik

l. Peduli dengan kondisi desa

m. Sadar akan peran di desa

n. Sadar akan pentingnya suara


(45)

Gambar 2. Kerangka Penelitian Kuantitatif

Teori : Putnam tentang Trust ( Kepercayaan ), Conway tentang partisipasi politik

dan Held tentang Demokrasi

Hipotesis :

-Semakin Tinggi Tingkat Kepercayaan Masyarakat Kepada kepala desa dan Partisipasi politik juga tinggi maka kegiatan demokrasi akan aktif

- Semakin Rendah Tingkat Kepercayaan Masyarakat Kepada kepala desa dan Partisipasi politik juga rendah maka kegiatan demokrasi akan pasif ( tidak aktif )

Variabel :

- Tingkat Kepercayaan - Partisipasi Politik

Instrumen :

- Tingkat Kepercayaan

a. Legitimasi

b. Tanggung gugat

c. Kualitas layanan

- Partisipasi Politik

a. Aktif dalam kegiatan pemilihan kepala desa

b. Dialog secara rutin dalam kegiatan di desa

c. Menyampaikan aspirasi

d. Peduli pada kegiatan desa

e. Sukarela memberikan dukungan

f. Tidak ada paksaan kepada masyarakat

g. Kesadaran akan pentingnya partisipasi masyarakat

h. Hak dan kewajiban dalam politik

i. Pengembangan diri dalam partisipasi politik

j. Informasi baru kondisi politik

k. Komitmen memajukan proses politik

l. Peduli dengan kondisi desa

m. Sadar akan peran di desa

n. Sadar akan pentingnya suara


(46)

35

F. Kesimpulan

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Tingkat kepercayaan masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi: legitimasi, tanggung gugat, dan kualitas layanan. Partisipasi dan transparansi akan menjadi perangkat untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat pada pemerintah. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh tingkat kepercayaan masyarakat kepada kepala desa terhadap partisipasi politik dibutuhkan beberapa metode penelitian yang akan diuraikan pada bab selanjutnya.


(47)

III. METODE PENELITIAN

Pada Bab sebelumnya peneliti telah mengkerangkakan beberapa tinjauan pustaka dalam beberapa teori yang berkaitan dengan tingkat kepercayaan terhadap partisipasi politik masyarakat desa, pada bab ini peneliti akan menguraikan metode yang dipergunakan dalam penelitian ini. Bab ini akan diawali dengan uraian penjelasan tentang jenis penelitian, defisini konseptual, definisi operasiaonal, rancangan penelitian, prosedur pengambilan atau pemilihan sampel, teknik pengumpulan data serta instrumen penelitian, pengelolaan dan analisis data termasuk uji validitas dan uji hipotesis data yang sesuai dengan rancangan penelitian yang diusulkan.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau fenomena serta untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan sesuatu keadaan. Seperti dikemukakan Arikunto (2003: 48), penilitian penelitian kuantitatif bertujuan menggali secara luas tentang mencari hubungan atau menjelaskan hal-hal atau sebab-sebab yang mempengaruhi terjadinya suatu perubahan yang berdasarkan fakta-fakta yang terukur dan untuk menemukan generalisasi berdasarkan data yang bersifat angka.


(48)

37

B. Definisi Konseptual

1. Tingkat kepercayaan

Menurut Lubis (1994: 81) kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan merupakan kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya. Ketika seseorang mengambil suatu keputusan, ia akan lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan dari orang-orang yang lebih dapat ia percaya dari pada yang kurang dipercayai, dengan indikator:

a. Legitimasi yang meliputi pengakuan dan dukungan dari masyarakat, seperti masyarakat mempercayakan kepemimpinan kepada kepala desa dan Kepala desa dianggap mampu mewakili kepentingan kepala desa. b. Tanggung gugat yaitu pertanggungjawaban pada hal-hal yang

meimbulkan kerugian, dengan indikator masyarakat percaya kepala desa mampu bertanggung jawab pada kerja yang dilakukan, Masyarakat percaya kepala desa tidak akan melakukan penyelewangan kekuasaannya sebagai kepala desa.

c. Kualitas layanan, mutu pelayanan yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan publik seperti masyarakat percaya bahwa kepala desa dapat menampung aspirasi masyarakat desa.

2. Partisipasi politik

Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik yang


(49)

ditunjukkan dengan pengambil bagian pada kegiatan politik, dengan indikator :

a. Aktif dalam kegiatan pemilihan kepala desa b. Dialog secara rutin dalam kegiatan di desa c. Menyampaikan aspirasi

d. Peduli pada kegiatan desa e. Sukarela memberikan dukungan f. Tidak ada paksaan

g. Kesadaran akan pentingnya partisipasi masyarakat h. Hak dan kewajiban dalam politik

i. Pengembangan diri dalam partisipasi politik j. Informasi baru kondisi politik

k. Komitmen memajukan proses politik l. Peduli dengan kondisi desa

m. Sadar akan peran di desa n. Sadar akan pentingnya suara o. Semangat dalam kegiatan desa

C. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah mendefinisikan variabel secara oprasional dan berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Dimana variabel adalah suatu besaran yang dapat diubah atau


(50)

39

berubah sehingga mempengaruhi peristiwa atau hasil penelitian (Abdullah, 2003: 79).

Penyusunan definisi operasional variabel perlu dilakukan karena akan menunjukkan alat pengambilan data mana yang cocok digunakan (Notoatmodjo, 2002: 42). Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapat atau satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian.

Tabel 3. Definisi Operasional

Variabel Dimensi Indikator Skala Alat

Ukur Hasil Ukur Independen Tingkat

kepercayaan a. Legitimasi b. Tanggung gugat c. Kualitas layanan

Ordinal Kuisioner 1. Tinggi, bila

skor > mean

2. Sedang,

bila skor = mean

3. Rendah,

bila skor < mean Dependen Partisipasi

politik

a. Aktif dalam

kegiatan pemilihan kepala desa

b. Dialog secara

rutin dalam kegiatan di desa

c. Menyampaik

an aspirasi

d. Peduli pada

kegiatan desa

e. Sukarela

memberikan dukungan

f. Tidak ada

paksaan g. Kesadaran akan pentingnya partisipasi masyarakat

h. Hak dan

Ordinal Kuisioner 1. Tinggi, bila

skor > mean

2. Sedang,

bila skor = mean

3. Rendah,

bila skor < mean


(51)

kewajiban dalam politik

i. Pengembang

an diri dalam partisipasi politik j. Informasi baru kondisi politik k. Komitmen memajukan proses politik l. Peduli dengan kondisi desa

m. Sadar akan

peran di desa

n. Sadar akan

pentingnya suara

o. Semangat

dalam kegiatan desa

D. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian kuantitatif dengan mengkorelasikan antara tingkat kepercayaan masyarakat kepada kepala desa terhadap partisipasi politik masyarakat Desa Sukajaya Lempasing.

E. Objek Penelitian

1. Populasi

Menurut (Sigit, 1999: 22) bahwa populasi adalah kelompok yang diamati dalam penelitian. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2002: 42) mengemukakan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti. Berdasarkan kedua pendapat di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan populasi adalah


(52)

41

keseluruhan objek yang akan diteliti atau diselidiki. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Sukajaya Lempasing, sebanyak 7.254 jiwa.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002:79).

Penentuan besar sampel menggunakan rumus Slovin yaitu

 

2

d N 1

N n

  (Notoatmodjo, 2002: 43)

Keterangan:

N = besar populasi n = besar sampel

d = tingkat presisi yang diinginkan: 0,1 7.254

n =

1 + 7.254 (0,12) 7.254 n =

1 + 7.254 (0,01) n = 98,6 orang

n = 99 orang

Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 99 orang. Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kebutuhan jumlah sampel yang dibutuhkan oleh peneliti. Penentuan sampel sebanyak 99 orang


(53)

ditentukan secara acak dari jumlah 7.254 orang yang ada di Desa Sukajaya Lempasing dengan cara mengundi masyarakat yang akan dijadikan sampel hingga mencapai 99 orang.

F. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan lembar kuesioner untuk variabel tingkat kepercayaan masyarakat kepada kepala desa dan variabel partisipasi politik. Dengan rincian untuk variabel tingkat kepercayaan masyarakat kepada kepala desa terdiri dari 15 pernyataan dengan alternatif jawaban Sangat Setuju (SS) = 4, Setuju (S) = 3, Tidak Setuju (TS) = 2 dan Sangat Tidak Setuju (STS) = 1, sedangkan untuk variabel partisipasi politik terdiri dari 15 pertanyaan dengan alternatif jawaban Sangat Setuju (SS) = 4, Setuju (S) = 3, Tidak Setuju (TS) = 2 dan Sangat Tidak Setuju (STS) = 1.

G. Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah: penelitian Lapangan (field research), dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner responden.

H. Uji Validitas dan Reliabitas

1. Validitas

Uji validitas adalah untuk mengetahui bahwa instrument benar-benar mengukur hal yang ingin diukur (Sugiono, 2001). Uji validitas alat pengumpul data menggunakan Person Product Moment (r). Dasar


(54)

43

pengambilan keputusan adalah valid jika r hitung ≥ r tabel, tidak valid jika r hitung ≤ r tabel.

2. Reliabilitas

Hasil uji reabilitas digunakan untuk mengetahui apakah alat ukur yang dgunakan dapat dipercaya. Dalam penelitian ini item atau pertanyaan pada kuesioner yang sudah valid, untuk mengetahui reliabel caranya adalah membandingkan r tabel dengan r hasil. Bila r alpha > alpha cronbach, maka pertanyaan tersebut reliable (Hastono, 2001).

I. Pengolahan Data

Data yang telah diisi responden dikumpulkan kemudian dikoreksi apakah jawaban telah diisi semua. Bila telah terisi semua selanjutnya dilakukan pengolahan data melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing, kegiatan dengan pengecekkan isian formulir atau kuisioner yang telah diisi oleh responden berkaitan dengan kemungkinan adanya kesalahan dan melihat kelengkapaan, kejelasaan dan konsistensi jawaban. b. Coding, melakukan konversi data ke dalam angka-angka sehingga

memudahkan dalam pengolahan data selanjutnya. Pemberian kode untuk setiap kelompok pertanyaan dalam format kuisioner yang dilakukan peneliti yaitu dengan skor untuk setiap jawaban kuisioner.

c. Entry Data, data tersebut kemudian diolah menggunakan komputer. Data yang diambil bersifat kuantitatif dengan memberikan nilai pada setiap jawaban di masing-masing pertanyaan. Skor tersebut diolah dengan membuat pengelompokkan berdasarkan variabel yang hendak diukur.


(55)

d. Cleaning, merupakan tahap pembersihan data dan pengecekan data hingga siap diolah.

J. Teknik Analisis Data 1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan persentase (%), hasil dari setiap variabel yaitu: tingkat kepercayaan masyarakat kepada kepala desa dan partisipasi politik ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang digunakankan pada penelitian ini menggunakan korelasi rank spearman yaitu:

∑ XY r =

∑ X2∑ Y2 K. Uji Hipotesis

Untuk membuktikan korelasi variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial menggunakan uji – t :

(Supriyanto, 2006 : 51)

Dimana :

t = Pengujian Koefisien Korelasi r = Koefisien korelasi


(56)

45

Pengujian hipotesis dengan uji – t , untuk membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel pada taraf nyata 95 % dan α = 0,05. Daerah penolakan dan daerah penerimaan diputuskan sebagai berikut :

a. Ho ditolak dan Ha diterima, jika thitung ≥ ttabel b. Ho diterima dan Ha ditolah, jika thitung < ttabel

L. Kesimpulan

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka diketahui bahwa dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah analisis univariat digunakan persentase (%) dan analisis bivariat menggunakan korelasi rank spearman, dimana hasil penelitian akan diuraikan pada bab selanjutnya setelah gambaran umum tempat penelitian yang akan diuraikan setelah bab ini.


(57)

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

Pada Bab sebelumnya peneliti telah menjelaskan beberapa metode yang dipergunakan dalam penelitian. Pada Bab ini penulis akan menggambarkan tentang gambaran umum tempat penelitian yang meliputi Kondisi desa meliputi sejarah desa, demografi desa, keadaan sosial desa dan keadaan ekonomi desa, serta tentang kondisi pemerintahan desa, uraian tugas dan fungsi perangkat desa.

A. Kondisi Desa

1. Sejarah Desa

Desa Sukajaya Lempasing asal mulanya merupakan hutan belantara dengan status tanah marga yang termasuk didalamnya pemerintahan Kebandaran Gedong Pakuan bagian barat Kecamatan Panjang. Seiring dengan persebaran wilayah maka diadakan pemekaran wilayah untuk membentuk sebuah kampung oleh Hi. Ahmad dan Hi Alun. Maka diberi nama kampung lempasing. Untuk menjadi pemerintahan atau kampung maka ditunjuklah tokoh adat yang namanya Sai Batin dan diangkat oleh pemerintah menjadi kepala kampung yaitu Dalom Batin Tihang tahun 1960 sampai dengan 1979. Pada tahun 1980 menjadi Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan yang menjadi Kepala Desa Bapak Falun Rifa’i 1980 sampai dengan 1988. Pada tahun 1999 diadakan pemilihan Kepala Desa yang menjad Kepala Desa Mulyani berakhir tahun 2004. Pada tahun 2007 diadakan pemilihan


(58)

47

Kepala Desa yang menjadi Kepala Desa Junaidi berakhir pada tahun 2008. Pada tahun 2010 diadakan pemlihan Kepala Desa kembali dan terpilihlah Dra. Masnawati periode tahun 2010-2016 (Monografi Desa Sukajaya Lempasing, 2013).

Tabel 4. Urutan jabatan Kepala Desa Sukajaya Lempasing

No. Nama Kepala Desa Tahun Memerintah

1 Sai Batin (Dalom Batin Tihang) 1960 – 1979

2 Falun Rifa’i 1980 – 1988

3 Mulyani 1999 – 2004

4 Junaidi 2007 – 2008

5 Dra. Masnawati 2010 – sekarang

Sumber: Monografi Desa Sukajaya Lempasing (2013)

Pada saat ini Desa Sukajaya Lempasing dipimpin oleh seorang perempuan bernama Dra. Masnawati mulai dari tahun 2010 hingga saat ini sampai tahun 2016 sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 39 ayat 1 bahwa Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan. Dra.Masnawati merupakan keturunan suku lampung dan beragama islam serta merupakan keturunan dari kepala desa sebelumnya yaitu Sai Batin (Dalom Batin Tihang) yang merupakan tokoh adat yang diangkat oleh pemerintah menjadi kepala kampung pada tahun 1960 sampai dengan 1979.

2. Demografi Desa

a. Letak dan Luas Wilayah

Desa Sukajaya Lempasing merupakan salahsatu desa dari 22 Desa di Wilayah Kecamatan Padang Cermin, yang terletak berbatasan Kelurahan


(59)

Sukamaju Kecamatan Teluk Betung Barat Kodya Bandar Lampung 25KM dan utara laut Desa hurun sebelah utara berbatasan dengan Hutan Lindung 3928 hektar. Sebagian besar wilayah Desa Sukajaya Lempasing terdiri dari pegunungan dan perbukitan, ketinggian rata-rata 250 – 300 meter diatas permukaan laut.

b. Iklim

Iklim Desa Sukajaya Lempasing sebagaimana desa-desa lain di wilayah indonesia mempunyai iklim kemarau dan penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam dan kelautan yang ada di Desa Sukajaya Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Curah hujan rata 2000-3000 mdl. Jumlah bulan hujan rata-rata 7 bulan pertahun dan suhu rata-rata-rata-rata 30-32*C.

3. Keadaan Sosial Desa 1) Jumlah Penduduk

Desa Sukajaya Lempasing berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 mempunyai jumlah penduduk sebesar 7.254 jiwa. Jumlah laki-laki 3.248 orang, jumlah perempuan 3.806 jiwa dan Jumlah Kepala Keluarga 1.951 KK, yang tersebar di 9 (Sembilan) dusun dengan rincian sebagai berikut : Tabel 5. Jumlah Penduduk Desa Sukajaya Lempasing

No. NAMA DUSUN JUMLAH

PENDUDUK

1 Dusun I Sukajaya Lempasing 928 Jiwa

2 Dusun II Sukabumi 837 Jiwa

3 Dusun III Batu Menyan Baru 936 Jiwa

4 Dusun IV Munca 818 Jiwa

5 Dusun V Sukajaya Darat 669 Jiwa

6 Dusun VI Perum Waway 518 Jiwa


(60)

49

8 Dusun VIII Sukamulya 568 Jiwa

9 Dusun IX Umbul Baru 966 Jiwa

JUMLAH TOTAL 7.254 Jiwa Sumber: Monografi Desa Sukajaya Lempasing (2013)

2) Tingkat Pendidikan Penduduk

Tingkat Pendidikan masyarakat Desa Sukajaya Lempasing adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Jumlah Pendidikan Penduduk Desa Sukajaya Lempasing

No. Tingkat Pendidikan Penduduk Jumlah

1 Jumlah Penduduk Buta Huruf 50 Orang

2 Jumlah Penduduk Pra Sekolah dan Masih Sekolah

1506 Orang

3 Jumlah Penduduk tidak tamat SD 1112 Orang

4 Jumlah Penduduk tamat SD 1261 Orang

5 Jumlah Penduduk tamat SMP 659 Orang

6 Jumlah Penduduk tamat SLTA 316 Orang

7 D-3 42 Orang

8 S-1 35 Orang

Sumber: Monografi Desa Sukajaya Lempasing (2013) 4. Keadaan Ekonomi Desa

Karena Desa Sukajaya Lempasing merupakan desa pertanian dan kelautan, maka sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan, selengkapnya sebagai berikut :

Tabel 7. Mata Pencaharian Penduduk Desa Sukajaya Lempasing

No. Pekerjaan Jumlah

1 Petani 1026 Orang

2 Pedagang 256 Orang

3 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 156 Orang

4 Buruh Tani 87 Orang

5 Pengrajin 38 Orang

6 Nelayan 428 Orang

7 Montir 25 Orang

8 Peternak 259 Orang

9 Buruh / Swasta 88 Orang


(61)

Penggunaan Tanah di Desa Sukajaya Lempasing sebagian besar diperuntukan untuk tanah pertanian/perkebunan, seperti Perkebunan kakao,kopi,kelapa dan hanya sebagian besar kecil saja dipergunakan sebagai lahan persawahan dan palawija.

Tabel 8. Pola Penggunaan Tanah Desa Sukajaya Lempasing

No. Jenis Lahan / Tanah Jumlah

1 Tanah perkebunan rakyat 2073 Ha

2 Tanah tegalan / ladang 900 Ha

3 Tanah persawahan 10 Ha

4 Tanah pemukiman penduduk 965 Ha

5 Tanah lahan perkantoran 160 M2

6 Tanah hutan lindung - Ha

7 Tanah lapangan - Ha

8 Lainnya - Ha

Sumber: Monografi Desa Sukajaya Lempasing (2013)

Jumlah kepemilikan ternak hewan oleh penduduk Desa Sukajaya Lempasing adalah sebagai berikut :

Tabel 9. Data kepemilikan hewan Desa Sukajaya Lempasing

No. Jenis Lahan / Tanah Jumlah

1 Ayam 1562 ekor

2 Kambing 1246 ekor

3 Itik 506 ekor

4 Bebek 109 ekor

5 Sapi 25 ekor

6 Domba 87 ekor

Sumber: Monografi Desa Sukajaya Lempasing (2013)

Kondisi sarana dan prasarana umum Desa Sukajaya Lempasing secara garis besar adalah sebagai berikut:

Tabel 10. Prasarana Desa yang dimiliki Desa Sukajaya Lempasing

No. Prasarana Desa Jumlah

1 Jalan Desa 20 Km

2 Balai Desa 1 Km


(62)

51

4 Sekolahan SMP/MTs 2 Unit

5 Puskesmas Pembantu 3 Unit

6 Masjid 12 Unit

7 Musholla 30 Unit

8 Air Bersih -Unit

Sumber: Monografi Desa Sukajaya Lempasing (2013)

B. Kondisi Pemerintah Desa 1. Pembagian Wilayah Desa

Wilayah Pemerintahan Desa Sukajaya Lempasing dibagi menjadi menjadi 9 (sembilan) dusun atau 9 Rukun Warga (RW) dengan jumlah Rukun Tetangga (RT) 28 dan jarak antar dusun berkisar 0,5 Km sampai 10 Km. Pembagian wilayah pemerintah Desa Sukajaya Lempasing dengan rincian sebagai berikut: Tabel 11. Pembagian Wilayah Pemerintahan Desa Sukajaya Lempasing

No. Nama RW / Dusun Jumlah RT

1 Dusun I Sukajaya Lempasing 4

2 Dusun II Sukabumi 4

3 Dusun III Batu Menyan Baru 4

4 Dusun IV Munca 6

5 Dusun V Sukajaya Darat 7

6 Dusun VI Perum Waway 3

7 Dusun VII Mutun 4

8 Dusun VIII Sukamulya 4

9 Dusun IX Umbul Baru 3

Sumber: Monografi Desa Sukajaya Lempasing (2013) 2. Struktur Organisasi Pemerintah Desa

Desa Sukajaya Lempasing menganut system kelembagaan Pemerintahan Desa dengan pola minimal berdasarkan PERDA Nomor 14 Tahun 2013, selengkapnya sebagai berikut:


(63)

Data Monografi Desa

a. Desa/Kelurahan : Sukajaya Lempasing b. Nomor Kode : -

c. Kecamatan : Padang cermin d. Kabupaten : Pesawaran e. Propinsi : Lampung f. Keadaan data tahun : 2013

3. Batas-batas wilayah

Berdasarkan data tahun 2013 Luas wilayah Desa Sukajaya Lempasing adalah 23.247 ha dengan jumlah penduduk sebesar 7.254 jiwa dengan 1.951 KK. Sedangkan suku yang menduduki Desa Sukajaya Lempasing adalah Aceh, Batak, Minang, Sunda, Jawa, Bali, Bugis, Flores dan mayoritas bersuku Lampung dengan mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam. Desa Sukajaya sendiri terdiri dari empat dusun dengan batasan wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Barat berbatasan dengan Hutan Kawasan Kecamatan Padang Cermin

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Teluk Betung Kecamatan Kotamadya

c. Sebelah Utara berbatasan dengan Kotamadya Kecamatan Teluk Betung Utara

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Teluk Pandan Kecamatan Hurun Padang Cermin


(1)

pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan kepala desa, mengusulkan, pengangkatan dan pemberhentian kepala desa, membentuk panitia pemilihan kepala desa, menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta menyusun tata tertib BPD. Sedangkan BPD mempunyai hak: meminta keterangan kepada pemerintah desa dan menyatakan pendapat. Kewajiban BPD adalah mengamalkan Pancasila, melaksanakan UUD 45 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan, melaksanakan kehidupan demokrasi dalam dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, mempertahankan dan memelihara hukum nasional sera keutuhan NKRI, menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat, memproses pemilihan kepala desa, mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan, menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat serta menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan (Monografi Desa Sukajaya Lempasing, 2013)

D. Karakteristik Budaya Masyarakat Desa

Mayoritas suku yang menduduki Desa Sukajaya Lempasing adalah Lampung sedangkan selebihnya suku Aceh, Batak, Minang, Sunda, Jawa, Bali, Bugis dan Flores yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam. Mayoritas penduduk yang bersuku Lampung ini menyebabkan adanya pengaruh terhadap sistem pemerintah Desa Sukajaya Lempasing khususnya dalam hal pemilihan kepala desa dan perangkat desa yang ada, dimana orang-orang yang akan dipilih sebagai kepala desa serta perangkat desanya adalah orang-orang yang


(2)

59

ada hubungan kerabat atau saudara dengan kepala desa atau perangkat desa sebelumnya (Monografi Desa Sukajaya Lempasing, 2013).

E. Kesimpulan

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum Mayoritas suku yang menduduki Desa Sukajaya Lempasing adalah Lampung sedangkan selebihnya suku Aceh, Batak, Minang, Sunda, Jawa, Bali, Bugis dan Flores yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam. Mayoritas masyarakat desa Sukajaya Lempasing bekerja sebagai Nelayan, Petani, Buruh Tani, Pengrajin Industri, Rumah Tangga, Peternak, Montir, TNI, POLRI. Sedangkan untuk wanitanya lebih banyak yang menjadi ibu rumah tangga.

Kemudian pada bab berikutnya akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan penyebaran kusioner yang telah peneliti lakukan pada masyarakat Desa Sukajaya Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.


(3)

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signfikan tingkat kepercayaan masyarakat kepada kepala desa terhadap partisipasi politik pada masyarakat Desa Sukajaya Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Semakin rendah tingkat kepercayaan masyarakat kepada kepala desa dan partisipasi politik juga rendah maka kegiatan demokrasi akan pasif (tidak aktif).

Hilangnya trust maka hancurnya modal sosial, dimana modal sosial merupakan hal yang melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Hilangnya modal sosial tersebut dapat dipastikan kesatuan masyarakat akan terancam, atau paling tidak masalah-masalah kolektif akan sulit untuk diselesaikan. persoalan yang menyebabkan rendahnya partisipasi politik masyarakat adalah kepemimpinan kepala desa yang tidak sesuai dengan semangat demokrasi. Demokrasi tidak mungkin bisa diterapkan secara substansial jika tingkat kepercayaan dan partisipasi politiknya rendah, Dimana demokrasi substansial merupakan suatu nilai hakiki demokrasi seperti kebebasan,budaya menghormati hak dan kebebasan orang lain, adanya toleransi, anti kekerasan dan tanpa paksaan.


(4)

107

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang peneliti kemukakan, maka peneliti mengemukakan beberapa saran yang dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan antara lain:

1. Bagi Kepala Desa Sukajaya Lempasing

Diharapkan Kepala Desa Sukajaya Lempasing sebagai seorang pemimpin di pemerintahan Kepala Desa Sukajaya Lempasing memiliki fungsi kepemimpinan untuk mempengaruhi perilaku masyarakat untuk mencapai tujuan, dengan cara memberikan pengertian dan semangat untuk dapat meningkatkan partisipasi politik masyarakat dalam pembangunan desa Sukajaya Lempasing, dengan cara lebih mendekatkan diri dengan masyarakat.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya dapat meneruskan penelitian ini dengan meneliti lebih lanjut kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini, Selain itu direkomendasikan juga untuk penelitian selanjutnya mengenai partisipasi masyarakat yang rendah diluar faktor kepercayaan seperti adat istiadat, budaya dan lain sebagainya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya yakni dalam program studi ilmu pemerintahan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Faisal. 2003. Manajemen Perbankan. Edisi Revisi. Penerbit UMM. Malang.

Agusyanto, Ruddy. 2007. Jaringan sosial dalam organisasi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

Ba, S. and Pavlou, P.A. 2002. Evidence of the effect of trust building technology in electronic markets: price premiums and buyer behaviour. MIS Quarterly, Vol. 26, No. 3, pp 243-268.

Budiarjo, Miriam. 1996. Demokrasi di Indonesia, Demokrasi Parlementer Dan Demokrasi Pancasila . PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Budiarjo, Miriam. 1998. Partsisipasi dan Partai Politik. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Budiarjo, Miriam. 2009. Dasar-dasar Ilmu Politik. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Castiglione, Dario dkk. 2007. The Handbook Of Social Capital. Oxford University Press. Oxford.

Dede Mariana, Caroline Paskrina. 2008. Demokrasi dan Politik Desentralisasi. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Dwiyanto, Agus, 2006, Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik, Yogyakarta: Gajah Mada Universty Press

Effendy, Bahtiar. 2013. Tanpa trust, Demokrasi Tidak Sehat, http://islamlib.com/?site=1&aid=684&cat=content&cid=12&title=tanpa-trust-demokrasi-tidak-sehat

Hamid, Syarwan. 1996. Mewadahi Peran Serta Politik Masyarakat; Pokok-Pokok Pemikiran disampaikan pada Dialog Nasional CIDES, 26 Agustus 1996 Handoko, Rudy. 2005. Pegiat Lembaga Studi Sosial dan Demokrasi. Rineka

Cipta. Jakarta.

Hasan, Ikbal. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Renaja Rosdakarya. Bandung.


(6)

Hasanuddin, Ramsah. 2013. Gaya Kepemimpinan, www.ramsahhasanuddin.com/ gaya-kepemimpinan.html

Hastono. 2001. Analisis Data. Universitas Indonesia

.

Jakarta.

Hery Yanto, The. 2013. Modal Sosial http://awaliyah.ilmusosial.com/materi/f-modal-sosial/

Kumala Dewi, Elizabeth. 2006. Tanpa Civilian Supremacy, Reformasi Hanya Mimpi http://www.inovasionline.com

Labolo, Muhadam. 2006. Memahami Ilmu Pemerintahan. PT Raja Grafindo Persada

.

Jakarta.

Lubis, Asri. 1994. Upaya Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan. Medan : UPT Perpustakaan UNIMED

Mujani, Saiful. 2007. Muslim Demokrat, Islam, Budaya Demokrasi dan Partisipasi Politik di Indonesia Pasca Orde Baru, Gramdia Pustaka Utama, Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Putnam, Robert. 1993. Social Capital. Pricenton University. Pricenton

Raga Maran, Rafael. 2001. Pengantar Sosiologi Politik. Rineka Cipta. Jakarta. Ramlan Surbakti, 1992. Memahami Ilmu Politik. Gramedia, Jakarta

Sastroatmodjo, Sudijono. 1995. Partisipasi Politik. IKIP Semarang Press. Semarang.

Sigit, Soehardi. 1999. Pengantar Metodologi Penelitian Sosial-Bisnis-Manajemen Cetakan Pertama. Lukman Offset : Yogyakarta.

Soekanto, Soerjono. 2010, Penelitian Hukum. UI-Press. Jakarta.

Sorot News, 2013. DPD: Partisipasi Politik Masyarakat Rendah Itu Sudah Lampu Kuning http://www.sorotnews.com/berita/print/dpd-partisipasi-politik.5867.html

Syadzily, Imam Ali Abi Hasan Asy. 2002, Kepribadian dan Pemikiran. ALANWAR. Brebes.

Widjaja, HAW. 2003. Otonomi Desa. PT Raja Grafindo Persada

.

Jakarta. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Desa


Dokumen yang terkait

Peranan Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Fisik Studi Pada Kantor Kepala Desa Palding Jaya Sumbul Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi)

15 191 104

Tingkat Kesiapan Masyarakat Desa Penyangga Terhadap Pra Penetapan Dan Pengelolaan Sistem Zonasi Di Taman Nasional Batang Gadis (Studi Di Desa Batahan, Sibanggor Julu Dan Sopotinjak Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara)

0 43 128

Hubungan Partisipasi Politik Masyarakat Terhadap Pembangunan Desa (Studi Desa Kelanga Kecamatan Bunguran Timur Laut Kabupaten Natuna Propinsi Kepulauan Riau)

8 63 106

OPINI POLITIK MASYARAKAT DESA LEMPASING TERHADAP KAMPANYE CALON-CALON BUPATI PESAWARAN

0 4 118

DESKRIPSI KONDISI SOSIAL EKONOMI KEPALA KELUARGA YANG BEKERJA DI OBYEK WISATA PANTAI MUTUN DI DESA SUKAJAYA LEMPASING KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2013

0 13 53

DESKRIPSI KONDISI SOSIAL EKONOMI KEPALA KELUARGA YANG BEKERJA DI OBYEK WISATA PANTAI MUTUN DI DESA SUKAJAYA LEMPASING KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2013

0 8 51

PENGARUH TINGKAT KEPERCAYAAN MASYARAKAT KEPADA KEPALA DESA TERHADAP PARTISIPASI POLITIK (Studi Pada Masyarakat Desa Sukajaya Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran)

3 21 148

KEDUDUKAN DAN KONTRIBUSI SUMBANGAN MASYARAKAT TERHADAP KEUANGAN DESA DI DESA HANURA KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

0 0 13

PARTISIPASI MASYARAKAT NELAYAN DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI DI DESA SUKAJAYA LEMPASING KECAMATAN TELUK PANDAN KABUPATEN PESAWARAN - Raden Intan Repository

0 0 118

KAJIAN TENTANG PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT PADA PEMILIHAN KEPALA DESA (Studi Deskriptif Terhadap Masyarakat Desa Mendelem Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang)

0 2 15