PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LINGKUNGAN

ABSTRAK
PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
SISWA PADA MATERI POKOK LINGKUNGAN
(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas X Semester Genap
SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah
Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh
NIA WAHYUNINGTYAS

Hasil wawancara kepada Guru Biologi SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten
Lampung Tengah pada Desember 2013 menunjukan masih rendahnya aktivitas
dan hasil pembelajaran Biologi, karena itu diperlukan solusi untuk meningkatkan
aktivitas dan hasil pembelajaran Biologi. Salah satunya dengan menggunakan
model Problem Based Learning (PBL). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penggunaan model PBL dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa pada meteri pokok lingkungan.

Penelitian ini merupakan kuasi eksperimental dengan desain pretes postes
kelompok tak ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas X5 dan X6 yang

dipilih dari populasi secara purposive sampling. Data kuantitatif diperoleh dari
rata-rata nilai pretes, postes, dan N-gain yang dianalisis secara statistik
menggunakan uji t pada taraf kepercayaan 5% dan data kualitatif berupa deskripsi

Nia Wahyuningtyas

aktivitas belajar siswa, angket tanggapan dan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran yang dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata persentase aktivitas siswa pada
kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (eksperimen = 68,18%;
kontrol = 55,80%). Pada aspek membuat rumusan masalah (72,73%), bekerjasama
(86,36%), mengumpulkan informasi dari berbagai sumber (71,59%),
mempresentasikan hasil diskusi (82,95%) dan mengajukan pertanyaan (27,27%).
Hasil belajar siswa mengalami peningkatan secara signifikan dengan rata-rata Ngain berkriteria sedang (67,98%) dan selisih nilai 21.68%. Pada indikator kognitif
C2, rata-rata N-gain berkriteria sedang (68,56%); dan indikator kognitif C4
berkriteria sedang (66,69%). Selain itu, sebagian besar siswa memberikan
tanggapan positif terhadap penggunaan model PBL dan ikut berkontribusi dalam
proses pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan model PBL
berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.


Kata kunci : Model PBL, Aktivitas belajar, Hasil belajar, dan Lingkungan.

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, Lampung pada 17
November 1991, yang merupakan anak pertama dari lima
bersaudara pasangan Bapak Subowo Riyadi dan Ibu Surti.
Penulis beralamat di Jl. H. Sanusi Raya No.20 Sukarame,
Bandar Lampung.

Pendidikan yang penulis tempuh adalah TK AL-Hikmah, Bandar Lampung (19971998), SD Negeri 1 Sukarame (1998-2004), SMP Negeri 5 Bandar Lampung
(2004-2007) dan SMA Negeri 5 Bandar Lampung (2007-2010). Pada tahun 2010,
penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur
ujian tulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah melaksanakan kegiatan Program
Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Gunung Agung, Kecamatan
Gunung Agung dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Tunas Jaya, Kecamatan

Gunung Agung, Tulang Bawang Barat (2013), serta penelitian pendidikan di
SMA Negeri 1 Trimurjo, Kabupaten Lampung Tangah untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada tahun 2014.

Dengan Menyebut Nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

PERSEMBAHAN
Segala puji hanya milik Allah SWT, atas rahmat dan nikmat yang tak terhitung…
Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW…
Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada:
Ibundaku (Surti) dan Ayahandaku (Subowo Riyadi) , yang telah mendidik dan
membesarkan ku dengan segala doa terbaik mereka, kesabaran dan limpahan kasih sayang, selalu
menjaga dan menguatkanku, mendukung segala langkah ku menuju kesuksesan dan kebahagian.
Adik-adikku (Gilang Bakti Peran Wibowo, Sri Kusuma Ningrum, Regita Sekar Arum,
dan Noval Oktavialdo) yang selalu memotivasiku dan menguatkanku serta keluarga besarku
yang selalu mendukungku…
Sahabat-sahabatku, yang selalu berusaha membuat aku tetap tersenyum, menyemangatiku,
membantuku dalam kesulitan, menghilangkan rasa sedih yang ada, pendengar setia setiap
kegundahanku; My Team Destya Norrahmah dan Primasari Pertiwi; saudara seperjuanganku
Made Dewi Lestari dan Cris Ayu Setyaningsih terima kasih atas kekeluargaan dan

kebersamaannya selama ini; dan semua mahasiswa Pendidikan Biologi 2010 tanpa terkecuali;
serta keluarga besar KKN-KT Tunas Jaya...
Teman terkasihku Yoga Dwi Pratama terima kasih atas doa dan bantuan dalam
penyelesaian skripsi ini...
Para pendidik dan dosen yang terhormat
Almamater tercinta, Universitas Lampung.

MOTO

“Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”
(Q.S. Al-Baqarah:214)

“Berdoa’lah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu.”
(Q.S. Al-Mu’minun:60)

“Believe it, the power of the prayer”
(Nia Wahyuningtyas)

SANWACANA


Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA
FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED
LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL
BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LINGKUNGAN (Kuasi
Eksperimental pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo
Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014)”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan
dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;
3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi;
4. Dr. Tri Jalmo M.Si., selaku Pembimbing I sekaligus Pembimbing Akademik
yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat
selesai;
5. Rini Rita T. Marpaung S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;

6. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan dan

motivasi yang sangat berharga;
7. Drs. Puryanto, selaku Kepala SMA Negeri 1 Trimurjo dan Andi Eko Susilo,
S.Pd., selaku guru mitra, yang telah memberikan izin dan bantuan selama
penelitian serta motivasi yang sangat berharga;
8. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas X5 dan X6 SMA Negeri 1
Trimurjo atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung;
9. Sahabat-sahabatku Komasari, Eliyana Putri, Eli Komariah, Anisa Sinta Devi,
Silvi Utami, Novalia Ariska, Yusika Nabila, dan semua mahasiswa
Pendidikan Biologi 2010 tanpa terkecuali atas semangat kebersamaan dan
kekeluargaan yang terjalin hingga saat ini;
10. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat
dan berguna bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Desember 2014
Penulis

Nia Wahyuningtyas


xii

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvi
I. PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Latar Belakang Masalah .......................................................................
Rumusan Masalah ................................................................................
Tujuan Penelitian .................................................................................

Manfaat Penelitian ...............................................................................
Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................
Kerangka Pikir .....................................................................................
Hipotesis ..............................................................................................

1
4
4
5
5
6
8

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem Based
Learning (PBL) .....................................................................................
B. Penilaian Kinerja (Performance Assesment) .........................................
C. Aktivitas Belajar ..................................................................................
D. Hasil Belajar .........................................................................................


9
17
24
27

III. METODE PENELITIAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................
Populasi dan Sampel ............................................................................
Desain Penelitian ..................................................................................
Prosedur penelitian ................................................................................
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ...................................................
Teknik Analisis Data ............................................................................


30
30
30
31
38
44

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ....................................................................................
B. Pembahasan ..........................................................................................

51
57

V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ..............................................................................................
B. Saran ....................................................................................................

64
64


DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

65

LAMPIRAN
1. Silabus ...................................................................................................
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .....................................................
3. Lembar Kerja Siswa .............................................................................
4. Soal Pretes dan Postes ..........................................................................
5. Kunci Jawaban LKS ............................................................................
6. Rubrik LKS ...........................................................................................
7. Rubrik Lembar Observasi Aktivitas ....................................................
8. Angket Tanggapan Siswa terhadap PBL .............................................
9. Angket Keterlibatan Siswa dalam PBL ...............................................
10. Foto-Foto Penelitian .............................................................................

xiv

68
74
83
98
101
113
126
132
133
134

DAFTAR TABEL

Tabel
Halaman
1. Sintaks model PBL............................................................................ 13
2. Kriteria N-gain ..................................................................................

38

3. Lembar penilaian aktivitas belajar siswa............................................

40

4. Angket tanggapan siswa terhadap model PBL ...................................

42

5. Angket keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran PBL...............

43

6. Kriteria persentase aktivitas belajar siswa .........................................

47

7. Skor perjawaban angket tanggapan siswa terhadap model PBL ........

48

8. Data angket tanggapan siswa terhadap model PBL ............................

49

9. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap model PBL..................

49

10. Skor perjawaban angket keterlibatan siswa dalam model PBL ..........

49

11. Data angket keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran PBL .......

50

12. Aktivitas belajar siswa kelompok kontrol dan eksperimen .................

51

13. Hasil uji statistik nilai pretes, postes, dan N-gain hasil belajar sisiwa.

52

14. Hasil uji statistik untuk N-gain indikator kognitif (C2 dan C4) .........

54

DAFTAR GAMBAR

Gambar
Halaman
1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ..........................
7
2. Desain penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen.....................

31

3. Grafik tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBL..................

55

4. Grafik keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran . .......................

56

5. Aktivitas siswa dalam bekerja sama mencari informasi dari berbagai
sumber dan diskusi kelompok ......................................................... ....

59

6. Poster hasil karya kelompok dengan ide ajakan untuk kembali ke
penggunaan pupuk organik ................................................................

62

7. Mengorientasikan siswa pada masalah ..............................................

134

8. Mengorganisasikan siswa untuk belajar............................................... 134
9. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok ................................. 134
10. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya (poster) ........................ 135
11. Memperhatikan analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah ..... 135
12. Siswa mengkondisikan diri dalam kelompok dan memperoleh LKS .. 136
13. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai langkah kerja LKS .. 136
14. Siswa melakukan diskusi kelompok dan memperoleh bimbingan
guru ..................................................................................................... 137
15. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok................................ 137
16. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai kesimpulan hasil
pembelajaran ....................................................................................... 137

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu
pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas,
yaitu manusia Indonesia yang mampu berpikir kritis, kreatif, logis dan
berinisiatif (BSNP, 2006:iv). Selain itu, tuntutan pembelajaran Biologi telah
dirumuskan dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mata pelajaran Biologi
untuk sekolah menengah atas (SMA/MA) yakni standar kelulusan peserta
didik diharapkan mampu merumuskan masalah, mengajukan dan menguji
hipotesis, mengumpulkan, mengolah, menafsirkan dan menyajikan data secara
sistematis. Lebih lanjut salah satu tujuan mata pelajaran Biologi berdasarkan
Standar Isi (SI) ialah agar peserta didik memiliki kemampuan untuk dapat
memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat
bekerja sama dengan orang lain (BSNP, 2006:451). Dari uraian tersebut jelas
menunjukan bahwa pembelajaran Biologi tidak hanya terfokus pada
penanaman konsep tetapi juga untuk menciptakan aktivitas belajar siswa yang
aktif menunjang berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah, yaitu merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan

2

sampai menyajikan data secara sistematis, dan menumbuhkan sikap ilmiah,
yaitu dapat bekerja sama dengan orang lain.

Sedangkan fakta yang ditemukan di SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten
Lampung Tengah pada Desember 2013 menunjukkan bahwa masih ada
aktivitas pembelajaran Biologi yang rendah dan tidak menunjang
berkembangnya kemampuan merumuskan masalah, mengajukan hipotesis,
mengumpulkan sampai menyajikan data secara sistematis, dan dapat bekerja
sama dengan orang lain. Hal tersebut tampak dalam proses pembelajaran,
siswa tidak dituntut aktif untuk mencari sendiri permasalahan-permasalahan
yang berhubungan dengan materi yang diberikan karena selama ini proses
pembelajaran masih berlangsung dengan ceramah, proses belajar mengajar
berjalan searah, guru menjelaskan materi pelajaran dan siswa hanya
menyimak dan mendengarkan informasi yang diberikan oleh guru. Selama ini
guru kurang mengorientasikan siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa
untuk belajar, membantu penyelidikan mandiri ataupun kelompok,
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, kemudian kurang
memperhatikan analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah, sehingga
keterampilan memecahkan masalah yang seharusnya dimiliki oleh siswa tidak
berkembang.

Rendahnya aktivitas belajar siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri
mengakibatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah kurang
berkembang dan tidak tergali secara optimal. Hal tersebut tentu akan
berpengaruh juga terhadap hasil belajar siswa. Kenyataan tersebut diperkuat

3

dengan perolehan hasil rata-rata nilai ulangan harian Biologi SMA Negeri 1
Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013 siswa
kelas X pada materi pokok lingkungan masih di bawah KKM yaitu 68
sedangkan KKM yang ditetapkan SMA Negeri 1 Trimurjo yakni ≥75, dengan
persentase siswa yang tuntas belajar pada materi tersebut adalah 57,4%.

Berdasarkan uraian tersebut, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang
sesuai dan diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA
Biologi siswa SMA, salah satunya yaitu dengan model Pembelajaran Berbasis
Masalah atau Problem Based Learning (PBL). Savin dan Baden (dalam
Whitcombe, 2013:41) menyatakan bahwa pembelajaran Berbasis Masalah
atau PBL merupakan suatu pendekatan pendidikan yang menggunakan
masalah atau pemicu untuk merangsang siswa belajar. PBL melibatkan siswa
bekerja kooperatif dalam kelompok. Karakteristik utama dari PBL adalah
siswa fokus pada penyelesaian masalah. Lebih lanjut Ward dan Stepien (dalam
Ngalimun, 2014:89) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah PBL
merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan
kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran
yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap
metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan
untuk memecahkan masalah. Selain itu, data yang diperoleh dari penelitian
Medriati (2013:8) menunjukkan bahwa model PBL memiliki pengaruh
terhadap peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
fisika pada konsep Cahaya di kelas VIII 6 SMP Negeri 14 Kota Bengkulu.

4

Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa secara keseluruhan model
pembelajaran berbasis masalah atau PBL dinilai dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan model Pembelajaran
Berbasis Masalah atau PBL untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil
belajar siswa pada materi pokok Keterkaitan Kegiatan Manusia dengan
Pencemaran dan Pelestarian Lingkungan Kelas X Semester Genap SMA
Negeri 1 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014.”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
1. Apakah penggunaan model PBL berpengaruh dalam meningkatkan
aktivitas belajar siswa pada materi pokok lingkungan?
2. Apakah penggunaan model PBL berpengaruh signifikan dalam
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok lingkungan?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan
maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh penggunaan model PBL dalam meningkatkan aktivitas belajar
siswa pada meteri pokok lingkungan.
2. Pengaruh penggunaan model PBL dalam meningkatkan hasil belajar siswa
pada meteri pokok lingkungan.

5

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, dapat memberikan wawasan dan pengalaman bagi peneliti
sebagai calon guru mata pelajaran Biologi yang profesional, terutama
dalam merancang dan menerapkan model pembelajaran PBL dalam proses
pembelajaran.
2. Bagi guru, dapat memberikan informasi mengenai efektivitas model PBL
sebagai alternatif model pembelajaran Biologi.
3. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda sehingga
diharapkan mampu membangkitkan aktifitas dan hasil belajar siswa.
4. Bagi sekolah, dapat dijadikan masukan dalam usaha meningkatkan mutu
proses dan hasil belajar dalam mata pelajaran Biologi.

E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari tanggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan
dibahas maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut:
1. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA N 1 Trimurjo Kabupaten
Lampung Tengah mata pelajaran Biologi tahun pelajaran 2013/2014.
2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei semester genap di SMA N 1
Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014.
3. Model PBL yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari langkah-

langkah berikut: (1) orientasi siswa pada masalah; (2) mengorganisasi
siswa untuk belajar; (3) membimbing penyelidikan individual/kelompok;
(4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (5) menganalisis dan

6

mengevaluasi proses pemecahan masalah (dimodifikasi dari Arends,
dalam Ngalimun, 2014:95).
4. Aktivitas belajar siswa yang diamati dalam penelitian ini adalah prilaku
yang relevan dengan kegiatan pembelajaran, yaitu (1) membuat rumusan
masalah berdasarkan permasalahan yang ada pada LKS, (2) berkerja sama
dalam menyelesaikan masalah, (3) mengumpulkan informasi dari berbagai
sumber, (4) mempresentasikan hasil diskusi kelompok, (5) mengajukan
pertanyaan. Aktivitas belajar tersebut dinilai menggunakan penilaian
kinerja atau performance assesment.
5. Hasil belajar siswa yang dimaksud berupa ranah kognitif diukur dari hasil
prestes dan postes yang ditinjau berdasarkan perbandingan N-gain.
6. Kompetensi Dasar yang diteliti adalah KD 4.2 “Keterkaitan Kegiatan
Manusia denganMasalah Perusakan atau Pencemaran Lingkungandan
Pelestarian Lingkungan” pada mata pelajaran Biologi SMA Kelas X.

F. Kerangka Pikir
Banyak model pembelajaran yang telah dikembangkan dalam dunia
pendidikan saat ini. Salah satunya yaitu model Pembelajaran Berbasis
Masalah atau PBL. Model Pembelajaran ini memungkinkan untuk dapat
membangkitkan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
karena pada PBL siswa dituntut aktif untuk memecahkan permasalahan.
Adapun langkah-langkah PBL dimulai dengan (1) mengorientasikan siswa
pada masalah, hal ini sangat penting untuk memberikan arahan dan motivasi
agar siswa dapat berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran yang akan
dilakukan; (2) mengorganisasikan siswa untuk belajar. Hal ini penting dalam

7

melatih aktivitas kerjasama, sharing atau berkomunikasi dalam rangka
menghasilkan pemecahkan masalah; (3) membantu penyelidikan mandiri
ataupun kelompok. Kegiatan penyelidikan menuntut siswa aktif dalam
kegiatan pengumpulan data yang bertujuan agar siswa mengumpulkan cukup
informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri, berhipotesis
yang mana akan mendorong siswa menyampaikan semua ide-idenya dan
berfikir tentang kualitas hipotesis dan solusi yang mereka buat, dan kemudian
memberikan hasil pemecahan masalah; (4) mengembangkan dan menyajikan
hasil karya serta memamerkannya. Hal ini sekaligus melatih keterampilan
siswa dalam menuangkan hasil kerja dalam bentuk fisik. (5) memperhatikan
analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Langkah ini dimaksudkan
untuk membantu siswa menganalisis, mengevaluasi proses mereka sendiri dan
keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Siswa
diharapkan merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan
selama proses kegiatan belajarnya. Dari uraian tersebut, model pembelajaran
berbasis masalah diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa.

Penelitian ini menggunakan satu variabel bebas dan dua variabel terikat,
sebagai variabel bebasnya adalah penggunaan PBL (X) sedangkan variabel
terikatnya adalah aktivitas belajar siswa (Y1) dan hasil belajar siswa (Y2).
Secara ringkas hubungan antara kedua variabel tersebut digambarkan dalam
diagram berikut:

8

Y1
X
Y2
Keterangan:
X : Penggunaan model pembelajaran PBL
Y1 : Aktivitas belajar siswa
Y2 : Hasil belajar siswa
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

G. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. H0 = Penggunaan model pembelajaran PBL tidak berpengaruh secara
signifikan dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
pokok lingkungan.
H1 = Penggunaan model pembelajaran PBL berpengaruh secara
signifikan dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
pokok lingkungan.
2. Penggunaan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa pada materi pokok lingkungan.

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem Based
Learning (PBL)
Pembelajaran berbasis masalah atau PBL merupakan suatu pendekatan
pendidikan yang menggunakan masalah atau pemicu untuk merangsang siswa
belajar, sebagaimana yang diungkapkan Savin dan Baden (dalam Whitcombe,
2013:41)
Problem-based learning (PBL) is an educational approach that uses
'problems' or 'trigger's' to stimulate students' learning.
Lebih lanjut ia menambahkan bahwa PBL melibatkan siswa bekerja
kooperatif dalam kelompok. Karakteristik utama dari PBL adalah bahwa siswa
fokus pada peyelesaian masalah. Sedangkan Ward dan Stepien (dalam
Ngalimun, 2014:89) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah
selanjutnya disingkat PBL merupakan salah satu model pembelajaran inovatif
yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu
model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah
melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus
memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.

10

PBL merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa serta membutuhkan
pemahaman dan penerapan pengetahuan siswa sebagaimana yang dinyatakan
oleh Gallagher, et al. (dalam Ferreira dan Trudel, 2012:23) bahwa pendekatan
ini mencerminkan bagaimana masalah ini diselesaikan di dunia nyata dan
membutuhkan pergeseran dari teacher centered (pembelajaran berpusat pada
guru) ke pedagogi yang berpusat pada siswa, sebagai pembelajaran berfokus
pada pemahaman dan penerapan pengetahuan. Hal serupa juga diungkapkan
oleh Barrows dan Tamblyn (dalam West, Williams, dan Williams, 2013:23)
bahwa PBL menekankan pembelajaran yang berfokus pada siswa. Lebih lanjut
West dan Sawyer (dalam West, Williams, dan Williams, 2013:2)
menambahkan siswa bertanggung jawab untuk menentukan masalah, mencari
jawaban, mengevaluasi solusi yang mungkin, dan merevisi pandangan mereka
didasarkan pada berbagai jenis umpan balik. Pembelajaran berbasis masalah
juga dapat mengajarkan pemecahan masalah kelompok yang efektif dan
inovasi kolaboratif, keterampilan yang semakin penting di dunia di mana
organisasi bersifat global, virtual, kolaboratif, dan terfokus pada output kreatif.

Dalam pembelajaran berbasis masalah terdapat fitur-fitur (karakteristik atau
sifat) yang penting untuk diketahui. Arends (dalam Suprijono, 2010:71-72)
menjelaskan fitur-fitur pembelajaran berbasis masalah antara lain:
1) Permasalahan autentik. Pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan
masalah yang nyata yang penting secara esensial dan bermakna bagi
peserta didik. Peserta didik menghadapi berbagai situasi kehidupan nyata
yang tidak dapat diberi jawaban-jawaban sederhana.

11

2) Fokus interdisipliner. Pemecahan masalah mengunakan pendekatan
interdisipliner. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik belajar berfikir
struktural dan belajar menggunakan berbagai perspektif keilmuan.
3) Investigasi autentik. Peserta didik diharuskan melakukan investigasi
autentik yaitu berusaha menemukan solusi rill. Peserta didik diharuskan
menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan hipotesis dan
membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi,
melaksanakan eksperimen, membuat inferensi, dan menarik kesipulan.
Metode penelitian yang digunakan bergantung pada sifat masalah
penelitian.
4) Produk. Pembelajaran berbasis maslah menuntut peserta didik
mengkonstruksikan produk sebagai hasil investigasi. Produk bisa berupa
paper yang dideskripsikan dan didemonstrasikan kepada orang lain.
5) Kolaborasi. Kolaborasi peserta didik dalam pebelajaran berbasis masalah
mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk mengembangkan
keterampilan berfikir dan keterampilan sosial.

Dalam PBL guru bertindak sebagai fasilitator dalam pembelajaran yang
memiliki beberapa tugas sebagaimana yang dinyatakan oleh Delisle (dalam
Ferreira dan Trudel, 2012:23) bahwa
As a facilitator the teacher guides the students through (a) what questions
to ask during problem definition; (b) how to locate information related to
the problem; (c) how to analyze and synthesize the information; and (d)
how to sort potential solutions to the problem.

Penerapan PBL memiliki pengaruh yang positif terhadap kemampuan
pemecahan masalah siswa. Suprijono (2010:72) menjelaskan bahwa hasil

12

belajar dari pembelajaran berbasis masalah adalah peserta didik memiliki
keterampilan penyelidikan. Peserta didik mempunyai keterampilan mengatasi
masalah. Peserta didik mempunyai kemampuan mempelajari peran orang
dewasa. Peserta didik dapat menjadi pembelajar yang mandiri dan independen.
Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh Gallagher, et al. (dalam Ferreira dan
Trudel, 2012:24) bahwa bila diterapkan dengan baik, pembelajaran berbasis
masalah dapat menyebabkan pemahaman dan pemecahan masalah konseptual
keterampilan yang lebih besar. Lebih lanjut Duch, et al. (dalam Ferreira dan
Trudel, 2012:24) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah
mendorong pengembangan kemampuan analisis dan penalaran sebagai siswa
belajar cara belajar untuk mengembangkan solusi untuk masalah dunia nyata.
Salain itu, Kumar et al. (dalam Ferreira dan Trudel, 2012:24) menyatakan
karena siswa bekerja sama dalam pemecahan masalah, salah satu hasil yang
paling penting dari pembelajaran problem based learning adalah
pengembangan keterampilan interpersonal. Dalam studi lain Yeung and
Colleagues (dalam Ferreira dan Trudel, 2012:24) menemukan bahwa PBL
membantu mengembangkan kemampuan belajar mandiri dan meningkatkan
minat siswa dalam materi pelajaran. Siswa yang berpartisipasi dalam
pembelajaran berbasis masalah juga merasa PBL membantu mereka menjadi
pembelajar mandiri.

Tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran dengan PBM diungkapkan oleh
Suprijono (2010:74) dalam bentuk tabel disajikan pada Tabel 1 berikut ini

13

Tabel 1. Sintaks PBL
Fase

Aktivitas Guru

1. Memberikan
orientasi tentang
permasalahannya
kepada peserta didik.
2. Mengorganisasi
peserta didik untuk
meneliti.
3. Membantu
investigasi
mandiridan
kelompok
4. Mengembangkan
dan mempresentasikanartefak dan
exhibit

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran,
mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik,
memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam
kegiatan mengatasi masalah.
Guru membantu peserta didik mendefinisikan
dan mengorganisaskani tugas belajar yang
terkait dengan permasalahannya.
Guru mendorong peserta didik mendapatkan
informasi yang tepat, melaksanakan
eksperimen, dan mencari penjelasan dan solusi.

5. Menganalisis dan
mengevaluasi proses
mengatasi masalah

Guru membantu peserta didik merencanakan
dan menyiapkan artefak yang sesuai seperti
laporan, video, dan model, dan membantu
mereka untuk menyampaikannya kepada orang
lain.
Guru membantu peserta didik melakukan
refleksi terhadap investigasinya dan prosesproses yang mereka digunakan.

Lebih lanjut, Arends (dalam Ngalimun, 2014:95-99) juga merinci langkahlangkah pelaksanaan PBL. Arends mengemukakan ada lima fase yang perlu
dilakukan untuk mengimplementasikan PBL.
Fase 1: Mengorientasikan Siswa pada Masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitasaktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini sangat
penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus
dilakukan oleh siswa. Disamping proses yang akan berlangsung, sangat
penting juga dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses
pembelajaran.

14

Fase 2: Mengorganisasikan Siswa untuk Belajar
Selain mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, PBL juga
mendorong siswa untuk berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat
membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu, guru
dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompokkelompok siswa dimana masing-masing kelompok akan memilih dan
memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan siswa
dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti:
kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi
yang efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting
memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga
kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran. Setelah siswa
diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar
selanjutnya guru dan siswa menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik,
tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap
ini adalah mengupayakan agar semua siswa aktif terlibat dalam sejumlah
kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan
penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.
Fase 3: Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok
Penyelidikan adalah inti dari PBM. Meskipun setiap situasi permasalahan
memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, tetapi pada umumnya tentu
melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen,
berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data
dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini,

15

guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan melaksanakan
eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami
dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar siswa mengumpulkan
cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.

Pada fase ini seharusnya lebih dari sekedar membaca tentang masalah-masalah
dalam buku-buku. Guru membantu siswa untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan
pertanyaan pada siswa untuk beripikir tentang masalah dan ragam informasi
yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat
dipertahankan. Setelah siswa mengumpulkan cukup data dan memberikan
permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka
mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelasan, dan
pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong siswa untuk
menyampaikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide tersebut.
Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berfikir tentang
kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas
informasi yang dikumpulkan. Pertanyaan-pertanyaan berikut kiranya cukup
memadai untuk membangkitkan semangat penyelidikan bagi siswa. ”Apa
yang Anda butuhkan agar Anda yakin bahwa pemecahan dengan cara Anda
adalah yang terbaik?” atau ”apakah ada solusi lain yang dapat Anda
usulkan?”. Oleh karena itu, selama fase ini, guru harus menyediakan bantuan
yang dibutuhkan tanpa mengganggu aktivitas siswa dalam kegaitan
penyelidikan.

16

Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Artefak (Hasil Karya) dan
Memamerkannya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artefak (hasil karya) dan
pameran. Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis, tetapi bisa suatu
videotape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan),
model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya),
program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artefak
sangat dipengaruhi tingkat berfikir siswa. Langkah selanjutnya adalah
memamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran.
Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan siswa-siswa lainnya, guruguru, orangtua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan
umpan balik.

Fase 5: Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah
Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk
membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan
keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase
ini guru meminta siswa untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang
telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. Kapan mereka pertama kali
memperoleh pemahaman yang jelas tentang situasi masalah? Kapan mereka
yakin dalam pemecahan tertentu? Mengapa mereka dapat menerima
penjelasan lebih siap dibanding yang lain? Mengapa mereka menolak
beberapa penjelasan? Mengapa mereka mengadopsi pemecahan akhir dari
mereka? Apakah mereka berubah pikiran tentang situasi masalah ketika
penyelidikan berlangsung? Apa penyebab perubahan itu? Apakah mereka

17

akan melakukan secara berbeda di waktu yang akan datang? Tentunya masih
banyak lagi pertanyaan yang dapat diajukan untuk memberikan umpan balik
dan menginvestigasi kelemahan dan kekuatan PBL untuk pengajaran.

B. Penilaian Kinerja (Performance Assesment)
Penilaian kinerja (Performance assesment) adalah penilaian berdasarkan hasil
pengamatan penilaian terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi.
Penilaian biasanya digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam
berpidato, pembacaan puisi, diskusi, pemecahan masalah, partisipasi siswa
dalam diskusi, menari, memainkan alat musik, aktivitas olahraga,
menggunakan peralatan laboratorium, mengoprasikan suatu alat, dan aktivitas
lain yang bisa diamati/diobservasi (Muslich, 2009:95). Sedangkan Danielson
(dalam Iryanti, 2004:6) mendefinisikan
performance assesment means any assesment of student learning that
requires the evaluatin of student writing, products, or beharvior.Thats is,
it includes all assesment with the exception of multiple choise, matching,
true or false testing, or problems with a single correct answer.
Artinya bahwa penilaian kinerja berarti penilaian belajar siswa yang
memerlukan evaluasi dari tulisan, produk, atau aktivitas siswa. Itu mencakup
semua penilaian kecuali pilihan ganda, pencocokan, pengujian benar atau
salah, atau masalah dengan jawaban yang benar.

Lebih lanjut Berk (dalam Utomo dan Ardiyarta, 2103:3) mengungkapkan lima
definisi operasional performance assessment, seperti: (1) performance
assessment adalah proses, bukan tes atau perangkat pengukuran tunggal; (2)
fokus dari proses ini adalah pengumpulan data, menggunakan berbagai
instrumen dan strategi; (3) data dikumpulkan dengan cara observasi sistematis.

18

Penekanannya adalah pada teknik observasi langsung bukan pada tes kertasdan-pensil (paper-and-pencil), terutama bukan pilihan ganda meskipun tes
tersebut juga dapat digunakan dalam penilaian; (4) data yang terintegrasi
digunakan untuk tujuan membuat keputusan tertentu yang akan memandu
bentuk dan substansi penilaian; dan (5) subjek dari pengambilan keputusan
adalah individu, bukan program atau produk yang mencerminkan suatu
kegiatan kelompok. Adapun karakteristik dari Performance assessment
diungkapkan Van Blerkom (dalam Utomo dan Ardiyarta, 2103:3) bahwa
dalam penilaian unjuk kerja (performance assessment) terdapat tiga tipikal
karakteristik yang dapat dikelompokkan berdasarkan dimensi, meliputi: (1)
menilai proses atau produk; (2) menggunakan simulasi atau kejadian nyata
(real settings); dan (3) menggunakan peristiwa alami (natural) atau peristiwa
dan situasi yang terstruktur (structured settings).

Sementara itu, istilah mengenai penilaian kinerja (Performance assesment)
juga diungkapkan oleh Wiggins (dalam Sivakumaran, dkk, 2011:57) bahwa
penilaian kinerja adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan
penilaian yang meminta siswa untuk menunjukkan keterampilan dan
pengetahuan dengan memproduksi produk yang formal maupun kinerja.
Penilaian kinerja sering digambarkan sebagai alternatif untuk tes waktunya
yang mempekerjakan pilihan jamak dan item pendek jawaban. Penilaian
kinerja juga dapat disebut penilaian alternatif atau otentik. Istilah "alternatif"
digunakan untuk menggambarkan penilaian kinerja karena mereka berfungsi
sebagai alternatif untuk pilihan ganda atau jawaban singkat tes. Istilah

19

"otentik" digunakan karena beberapa penilaian kinerja memungkinkan siswa
untuk menunjukkan apa yang bisa mereka lakukan dalam situasi nyata.

Definisi performance assessment juga diungkapkan oleh dari Airasian dan
Stiggins (dalam Palm, 2008) yakni sebagai berikut
Performance assessment asassessment based on observation and
judgement.
Lebih lanjut Airasian (dalam Palm, 2008) menjelaskan bahwa penilaian
kinerja dari kemampuan intelektual seperti pemecahan tugas matematika
dikatakan menuntut wawasan proses mental siswa. Menurutnya, ini dapat
dicapai bila siswa harus menunjukkan pekerjaan yang dilakukan untuk
menyelesaikan tugas. Hal ini, katanya, berbeda dengan sebagian besar item tes
kertas dan pensil, dimana guru mengamati hasil dari proses intelektual murid
tapi bukan pemikiran yang menghasilkan hasil. Ketika siswa hanya diminta
untuk menunjukkan hasil akhir dari pekerjaan mereka ada sedikit bukti
langsung bahwa siswa telah mengikuti proses yang benar.

Dalam merancang penilaian kinerja, guru harus mengetahui sistematika yang
harus dilakukan. Muslich (2009:96) mengemukakan langkah-langkah yang
dilakukan dalam penilaian kinerja adalah sebagai berikut :
1) Identifikasi semua aspek penting.
2) Tuliskan semua kemampuan khusus yang diperlukan.
3) Usahakan kemampuan yang akan dinilai dapat teramati dan tidak terlalu
banyak.
4) Urutkan kemampuan yang akan dinilai berdasarkan urutan yang akan
diamati.

20

5) Apabila menggunakan rating scale perlu menyediakan kriteria untuk
setiap pilihan (misalnya: baik apabila.., cukup apabila…, kurang
apabila…)
Penilaian kinerja dapat menggunakan dua kemungkinan instrument yaitu:
1) Daftar cek (ya-tidak);
2) Skala rentang (sangat kompeten - kompeten - agak kompeten – tidak
kompeten).

Lebih lanjut menurut Majid (2007:200) terdapat enam langkah penilaian
kinerja, yaitu:
1) Melakukan identifikasi terhadap langkah-langkah penting yang diperlukan
atau yang akan mempengaruhi hasil akhir (output) yang terbaik.
2) Menuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan
diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir
(output) yang terbaik.
3) Membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur jangan terlalu
banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa
melaksanakan tugas.
4) Mendefiniskan kriteria kemampuan-kemampuan yang akan diukur
berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable) atau
karakteristik produk yang dihasilkan.
5) Urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan
yang dapat diamati.
6) Kalau ada, periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria-kriteria
kemampuan yang dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan.

21

Selain itu, Majid (2007:200-201) juga menyebutkan bahwa ada dua metode
yang dapat digunakan dalam penilaian kinerja adalah sebagai berikut.
1) Metode holistik, digunakan apabila para penskor (rater) hanya
memberikan satu buah skor atau nilai (single rating) berdasarkan penilaian
mereka secara keseluruhan dari hasil kinerja peserta.
2) Metode analitik, para penskor memberikan penilaian (skor) pada berbagai
aspek yang berbeda yang berhubungan dengan kinerja yang dinilai. Dapat
menggunakan checklist dan rating scale.

Salah satu hal penting dalam penilaian kinerja ialah rubrik penilaian. Terdapat
dua tipe rubrik penilaian dalam Performance assessment yaitu rubrik yang
analitik dan holistik. Hal ini dinyatakan oleh Oberg (2009:7) bahwa rubrik
berisi kategori karakteristik perilaku atau output yang akan dinilai, dicocokkan
dengan kriteria atau standar, sering dengan contoh. Dua tipe dasar dari rubrik
yang analitik dan holistik. Rubrik analitik digunakan untuk menilai produk
melalui penjelasan rinci tentang berbagai kriteria, menunjuk skoruntuk setiap
kriteria. Sebuah rubrik holistik menilai produk berdasarkan kesan keseluruhan
atau efektifitas secara keseluruhan.

Lebih lanjut Iryanti (2004:13) menjelaskan bahwa rubrik adalah pedoman
penskoran. Rubrik analitik adalah pedoman untuk menilai berdasarkan
beberapa kriteria yang ditentukan. Dengan menggunakan rubrik ini dapat
dianalisa kelemahan dan kelebihan seseorang siswa terletak pada kriteria yang
mana. Rubrik holistik adalah pedoman untuk menilai berdasarkan kesan
keseluruhan atau kombinasi semua kriteria. Untuk rubrik seperti ini, salah satu

22

contoh penyebutan yang digunakan adalah tingkat 1 (tidak memuaskan),
tingkat 2 (cukup memuaskan dengan banyak kekurangan), tingkat 3
(mememuaskan dengan sedikit kekurangan) dan tingkat 4 (superior) atau
tingkat 0, tingkat 1, tingkat 2, tingkat 3 (masing-masing sebutan sama).

Dalam praktiknya, penilaian kinerja dapat dikelompokan menjadi tiga jenis
sebagaimana yang diungkapkan oleh Muslich (2009:98-99) bahwa penilaian
kinerja dapat dikelompokan menjadi tiga jenis, yaitu (1) penilaian kinerja
dalam bentuk observasi informal, (2) penilaian kinerja bentuk formal, (3)
penilaian kinerja dalam bentuk keterbandingan.
1) Penialain kinerja dalam bentuk observasi informal merupakan kegiatan
perekaman keadaan kelas dari hari ke hari secara berkesinambungan.
Untuk meningkatkan kualitas informasi, perlu memerhatikan dua strategi,
yaitu observasi terfokus dan pencatatan observasi secara efisien.
Observasi kelas informal ini harus terfokus pada peristiwa yang bermakna,
terkait dengan tuntutan kompetensi dalam kurikulum.Misalnya perilaku
siswa yang menyimpang, gambaran/bukti nyata tentang tingkat
kepahaman siswa atau ketidakpahaman siswa tentang kompetensi tertentu,
dan bukti nyata berkaitan dengan kompetensi spesifik dari kurikulum.
2) Penilaian kinerja dalam bentuk formal merupakan kegiatan perekaman
yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan tertentu
siswa. Penilaian ini merupakan penilaian yang direncanakan untuk
mengobservasi siswa yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan tertentu yang
direncanakan. Guru memilih konteks tertentu dan metode yang digunakan,

23

yang evidennya dapat digunakan untuk menentukan tingkat pencapaian
kompetensi yang berkaitan dengan kinerja siswa. Penilaian kinerja jenis
ini dilakukan dengan langkah-langkah: strategi perencanaan, penentuan
keputusan, dan pelaporan kinerja siswa, misalnya dalam hal: (1) rating
kemampuan individual dalam menyelesaikan masalah secara kolaboratif,
(2) kinerja individual dalam perannya pada kerja kelompok, (3) rating
analitik kinerja musik, (4) kinerja keseluruhan dalam kemampuan
berbicara, (5) rating analitik kemampuan bermain drama.
Penilaian kinerja pun bisa dilakukan oleh siswa sendiri melalui penilaian
diri. Hasil penilaian diri oleh siswa bisa digunakan guru untuk menentukan
rentang sikap siswa atas suatu aktivitas.
3) Penilaian kinerja keterbandingan merupakan penilaian kinerja yang
menyangkut hal-hal: (1) kesesuaiannya dengan kurikulum, (2) keadilan,
(3) keumuman, (4) standar, (5) reliable.

Performance Assessment sebaiknya digunakan dalam pembelajaran karena
memiliki beberapa keunggulan. Menurut Reynolds, dkk (dalam Andayani dan
Mardapi, 2012:2-3) beberapa keunggulan PA ialah sebagai berikut:
1) Dapat mengukur outcome pembelajaran yang tidak dapat diukur oleh tipe
asesmen yang lain.
2) Penggunaan performance assessment konsisten dengan teori pembelajaran
modern.
3) Memungkinkan untuk menghasilkan pembelajaran yang lebih baik.
4) Membuat pembelajaran lebih bermakna dan memotivasi siswa.

24

5) Memungkinkan menilai proses sebaik menilai hasil.
6) Memperluas pendekatan kepada tipe asesmen yang lain.
Lebih lanjut Iryanti (2004:6) menyatakan bahwa penilaian unjuk kerja
memiliki kelebihan dapat mengungkapkan potensi siswa dalam memecahkan
masalah, penalaran, dan komunikasi dalam bentuk tulisan maupun lisan.

C. Aktivitas Belajar
Pada prinsipnya belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksudkan
belajar berarti usaha merubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu
perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya
berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga terbentuk
percakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan
penyesuaian diri (Sardiman, 2004:21). Lebih lanjut Prayitno (2009:203)
mengungkapkan bahwa belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang
baru. Konsep ini mengandung dua hal pokok, yaitu (1) usaha untuk
menguasai, dan (2) sesuatu yang baru. Usaha untuk menguasai merupakan
aktivitas belajar yang sesungguhnya dan sesuatu yang baru merupakan hasil
yang diperoleh dari aktivitas belajar itu.

Pentingnya Aktivitas belajar dalam pembelajaran juga diungkapkan oleh
Suhendro (2006:22) bahwa di dalam proses pembelajaran diperlukan aktivitas
belajar yang tinggi karena pada prinsipnya belajar adalah suatu perbuatan
tingkah laku, tidak akan terjadi pembelajaran jika tidak ada aktivitas yang
dilakukan, itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat
penting dalam proses pembelajaran. Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan

25

pembelajaran dengan demikian di sekolah merupakan arena untuk
mengembangkan aktivitas, banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh
siswa di sekolah. Sementara itu, penilaian proses dengan hasil belajar saling
berkaitan satu dengan yang lainnya, hasil belajar merupakan akibat dari suatu
proses belajar diantaranya aktivitas belajar. Aktivitas belajar yang dilakukan
oleh siswa di sekolah, pada hakikatnya adalah untuk mencapai tujuan belajar
sedangkan tujuan belajar pada umumnya adalah untuk mencapai hasil belajar
yang sesuai dengan harapan adalah dalam bentuk pengetahuan sikap dan
keterampilan siswa.

Lebih lanjut Suardi (dalam Djamarah, 2006:39-40) menjelaskan bahwa salah
satu ciri dari kegiatan belajar mengajar adalah ditandai dengan aktivitas
peserta didik. Sebagai konsekuensi bahwa peserta didik merupakan syarat
mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Aktivitas peserta didik
dalam hal ini ialah aktif baik secara fisik, maupun mental. Tidak ada gunany