Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Lingkungan

(1)

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas X Semester Genap

SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

DESTYA NORRAHMAH

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi pokok lingkungan. Penelitian ini merupakan kuasi

eksperimental dengan desain pretes postes kelompok non-ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas X1 dan X2 yang dipilih dari populasi secara

purposive sampling. Data penelitian berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretes dan postes yang dianalisis secara statistik dengan uji normalitas data, uji U dan uji t. Data kualitatif berupa data aktivitas belajar siswa, tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBL, dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran PBL yang dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata persentase peningkatan aktivitas siswa dalam semua aspek yang diamati pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (eksperimen = 75,91; kontrol = 57,92). Selain itu,


(2)

iii

sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan model PBL dan terlibat dalam proses pembelajaran PBL. Penggunaan model PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan rata-rataN-gainyang berkriteria tinggi (74,10%). Peningkatan hasil belajar terjadi pada semua indikator aspek kognitif (C2 dan C4) dengan rata-rataN-gainberkriteria tinggi (79,17%) untuk indikator kognitif C2; dan indikator kognitif C4 berkriteria sedang (69,02%). Peningkatan ini terjadi karena siswa telah dilatih untuk memahami wacana dan gambar yang ada pada LKS, dengan begitu siswa dapat mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, sehingga siswa memiliki data yang cukup untuk menyelesaikan

permasalahan yang ada pada tiap LKS yang diberikan setiap pertemuan. Dengan demikian penggunaan model PBL pada materi pokok Lingkungan dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.


(3)

(4)

(5)

(6)

Penulis dilahirkan di Tanjungkarang, Bandar Lampung pada 23 Desember 1992, merupakan anak ketiga dari tiga

bersaudara pasangan Bapak Rukan dan Ibu Kartinah. Penulis beralamat di Sidoharjo, RT/RW 014/005, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan.

Pendidikan yang penulis tempuh adalah TK Swadhipa Natar, Lampung Selatan (1997-1998), SD Negeri 3 Negara Ratu, Natar (1998-2004), SMP Negeri 1 Natar (2004-2007) dan SMA Negeri 1 Natar (2007-2010). Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur Ujian Mandiri (UM).

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Genetika. Penulis melaksanakan kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Liwa, Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Way Empulau Ulu, Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat (2013), serta penelitian pendidikan di SMA Negeri 1 Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada tahun 2014.


(7)

PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat, nikmat, dan hidayahnya yang tak terhitung Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW

Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada: Ibundaku tercinta (Kartinah) dan Ayahandaku (Rukan) yang telah mendidik dan membesarkan ku dengan segala kesabaran dan limpahan kasih sayang, selalu mendoakan,

menjaga dan menguatkanku, mendukung segala langkah ku menuju kesuksesan dan kebahagian...

Kakak-kakakku (Agus Riyadi dan Khairul Anwar) yang selalu memberikan motivasi dan menyayangiku; serta keluarga besarku yang selalu mendukungku

Sahabat-sahabatku tersayang, yang selalu berusaha membuatku tetap tersenyum, menyemangatiku, membantuku dalam kesulitan, menghilangkan rasa sedih yang ada, pendengar

setia setiap kegundahanku; My Team Nia Wahyuningtyas dan Primasari Pertiwi; Kekasihku Tomy Irawan; saudara seperjuanganku Anis Karlina, Amaliyah Ulfa, Dela Risma Aditya, terima kasih atas kekeluargaan dan kebersamaannya hingga saat ini; dan semua mahasiswa Pendidikan Biologi 2010 tanpa terkecuali; serta keluarga besar KKN-KT Way Empulau Ulu...

Para pendidik dan dosen yang terhormat Almamater tercinta, Universitas Lampung.


(8)

Cukuplah Allah Sebagai Penolong Kami

dan Allah adalah Sebaik-baiknya Pelindung

(Surah Al-Imran ayat 173)

No matter how good you are, there s always someone better

(Echizen Ryoma)

Life is Process to Learn

(Destya Norrahmah)


(9)

(10)

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini berjudul“PENGGUNAAN MODELPROBLEM BASED

LEARNING(PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL

BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Pramudiyanti, S.Si., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi; 4. Dr. Tri Jalmo M.Si., selaku Pembimbing I sekaligus Pembimbing Akademik

yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;

5. Rini Rita T. Marpaung S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;


(11)

xii

7. Drs. Puryanto, selaku Kepala SMA Negeri 1 Trimurjo dan Dian Anggraini, S.Pd., selaku guru mitra, yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian serta motivasi yang sangat berharga;

8. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas X1 dan X2 SMA Negeri 1 Trimurjo atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung;

9. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.

Bandarlampung, November 2014 Penulis


(12)

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

F. Kerangka Pikir ... 7

G. Hipotesis ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atauProblem-Based Learning (PBL) ... 11

B. Penilaian Kinerja (Performance Assessment) ... 21

C. Aktivitas Belajar ... 28

D. Hasil Belajar ... 30

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

B. Populasi dan Sampel ... 33

C. Desain Penelitian ... 33

D. Prosedur penelitian... 34

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 40

F. Teknik Analisis Data ... 46

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 54


(13)

xiv

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72

LAMPIRAN 1. Silabus... 77

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 83

3. Lembar Kerja Siswa ... 92

4. Soal Pretes dan Postes ... 107

5. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... 136

6. Angket Tanggapan Siswa ... 142

7. Angket Keterlibatan Siswa ... 143


(14)

Tabel Halaman

1. Sintaks PBL... 16

2. Lembar observasi aktivitas belajar siswa... 42

3. Angket tanggapan siswa terhadap model PBL... 44

4. Angket keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran PBL ... 45

5. Kriteria interpretasi indeksGain... 46

6. Kriteria persentase aktivitas belajar siswa ... 50

7. Skor perjawaban angket ... 51

8. Data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBL... 51

9. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBL ... 52

10. Skor perjawaban angket ... 52

11. Data angket keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran PBL ... 53

12. Kriteria persentase keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran PBL... 53

13. Analisis data aktivitas belajar siswa... 54

14. Hasil uji statistik untuk nilai pretes, postes, danN-gainhasil belajar siswa... 56 15. Hasil uji statistik untukN-gainindikator kognitif (C2 dan C4) siswa. 57


(15)

Gambar Halaman

1. Diagram hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat... 9

2. Desain pretes-postes kelompok non-ekuivalen... 34

3. Tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBL... 58

4. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran PBL. ... 59

5. Proses pembuatan poster ... 64

6. Contoh hasil karya (poster) siswa pada pertemuan kedua materi keterkaitan kegiatan manusia dengan pelestarian lingkungan) ... 65

7. Mengorientasikan siswa pada masalah ... 144

8. Mengorganisasikan siswa untuk belajar... 144

9. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok... 145

10. Menyajikan hasil karya ... 145

11. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah ... 146

12. Siswa mengerjakan LKS dan membuat poster... 146

13. Guru memberikan pengarahan kepada siswa ... 147

14. Kegiatan diskusi kelompok ... 147


(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia Indonesia yang mampu berpikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (BSNP, 2006: iv). Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mata pelajaran biologi untuk sekolah menengah atas (SMA/MA) dan Standar Isi (SI) menginginkan peserta didik untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, mengumpulkan, mengolah, menafsirkan dan menyajikan data secara

sistematis, dan menarik kesimpulan sesuai dengan bukti yang diperoleh, serta dapat bekerja sama dengan orang lain.

Untuk mewujudkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi tersebut, guru sebagai komponen pengajaran yang memegang peranan penting dan utama, karena keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh faktor guru (Asnawir dan Usman, 2002:1). Peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator, mediator, dan pembimbing (Sardiman, 2004:143). Berdasarkan pernyataan tersebut, guru seharusnya mampu menciptakan


(17)

suasana belajar yang aktif dimana siswa dapat terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran.

Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran biologi cenderung hanya menghadirkan konsep-konsep dan teori-teori secara verbal tanpa memberikan pengalaman bagaimana proses ditemukannya konsep dan teori tersebut. Seperti yang ditemukan ketika observasi di SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah pada Desember 2013. Hasil observasi dan wawancara dengan guru biologi di sekolah tersebut, dapat diketahui bahwa aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran masih terbilang rendah. Aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Dalam proses pembelajaran yang demikian, siswa menjadi pasif karena kegiatan siswa kurang tereksplor dengan baik terutama aktivitas belajar siswa dalam memecahkan masalah. Selain itu, guru tidak dapat mengamati aktivitas belajar siswa selama proses

pembelajaran dengan maksimal, karena yang dilakukan siswa cenderung hanya duduk diam mendengarkan penjelasan dari guru. Hal ini juga

dipengaruhi oleh metode belajar yang digunakan oleh guru. Selama ini, guru cenderung menggunakan metode ceramah dan diskusi dalam proses

pembelajaran. Metode-metode seperti ini diduga kurang efektif untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah kurang berkembang dan tidak tergali secara optimal. Hal tersebut tentu berpengaruh juga terhadap hasil belajar siswa. Kenyataan tersebut diperkuat dengan perolehan hasil rata-rata nilai ulangan harian biologi siswa kelas X pada


(18)

materi pokok lingkungan tahun ajaran 2012/2013 masih di bawah KKM. Siswa yang memperoleh nilai≥ 75 hanya mencapai 25%, sedangkan ketuntasan belajar yang ditetapkan SMA Negeri 1 Trimurjo untuk mata pelajaran biologi yakni sebesar 75 dan suatu kelas dinyatakan tuntas belajar apabila di kelas tersebut terdapat 100% siswa yang telah mencapai nilai≥ 75. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa guru belum dapat mengorientasikan siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing

penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Pelajaran biologi sangat erat dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah atau PBL. Hal ini disebabkan karena pemecahan masalah merupakan pusat pembelajarn biologi. Ward, dan Stepien, dkk. (dalam Ngalimun, 2014:89) menjelaskan bahwa PBL merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari

pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Masalah yang dikemukakan kepada siswa bertujuan untuk membangkitkan pemahaman siswa terhadap masalah, sebuah kesadaran akan adanya kesenjangan,

keinginan memecahkan masalah, dan adanya persepsi bahwa mereka mampu memecahkan masalah tersebut (Rusman, 2011:237-242).


(19)

Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang selain dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, juga dapat meningkatkan solidaritas sosial siswa yang dapat memberikan dampak positif terhadap hasil belajar. Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa adalah model PBL. Model pembelajaran PBL merupakan model pembelajaran yang lebih menekankan pada pemecahan masalah atau masalah sebagai titik tolak. Dalam model ini, siswa dapat menumbuhkan keterampilan menyelesaikan masalah, bertindak sebagai pemecah masalah dan pembelajaran dibangun proses berpikir, kerja

kelompok, berkomunikasi, dan saling memberi informasi (Akinoglu dalam Sahara, 2008:279). Dalam kegiatannya, siswa diharapkan dapat saling

membantu dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan bersama. Untuk mencapai tujuan tersebut siswa dalam proses pembelajaran saling membantu sehingga lebih termotivasi dalam belajar dan diharapkan meningkatkan hasil belajar.

Hasil yang diperoleh dari penelitian Medriati (2013:8) menunjukkan bahwa model PBL berpengaruh nyata terhadap meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika pada konsep Cahaya di kelas VIII.6 SMP Negeri 14 Kota Bengkulu. Oleh karena itu, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan ModelProblem Based

Learning(PBL) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa (Studi Eksperimental pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014)”.


(20)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah penggunaan model PBL dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok lingkungan?

2. Apakah penggunaan model PBL berpengaruh signifikan dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok lingkungan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Peningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok lingkungan menggunaan model PBL.

2. Peningkatkan yang signifikan hasil belajar siswa pada materi pokok lingkungan menggunaan model PBL.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi peneliti, dapat memberikan wawasan, pengalaman, dan bekal

berharga bagi peneliti sebagai calon guru biologi yang profesional, terutama dalam merancang, mendesain, dan melaksanakan penggunaan model PBL dalam proses pembelajaran.


(21)

2. Bagi guru dapat memberikan alternatif dalam memilih model

pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

3. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda sehingga diharapkan mampu membangkitkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran.

4. Bagi sekolah dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran biologi di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan dibahas maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut.

1. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X semester genap SMA N 1 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014.

2. Model PBL yang digunakan dalam penelitian ini (kelas eksperimen) terdiri dari langkah-langkah berikut: (1) orientasi siswa pada masalah; (2) mengorganisasi siswa untuk belajar; (3) membimbing penyelidikan individual/kelompok; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

(dimodifikasi dari Arends, dalam Ngalimun, 2014:95).

3. Aktivitas belajar siswa yang diamati dalam penelitian ini adalah perilaku yang relevan dengan kegiatan pembelajaran, yaitu (1) menuliskan rumusan masalah; (2) berkerja sama dalam menyelesaikan masalah; (3)


(22)

hasil diskusi kelompok; (5) dan mengajukan pertanyaan. Aktivitas belajar ini diukur denganPerformance Assessment.

4. Hasil belajar siswa yang dimaksud adalah ranah kognitif, diukur dari hasil pretes sebagai penilaian awal siswa dan postes sebagai penilaian akhir siswa yang ditinjau berdasarkan perbandinganN-gain.

5. Kompetensi dasar (KD) yang diteliti adalah KD 4.2 Keterkaitan Antara Kegiatan Manusia dengan Masalah Perusakan atau Pencemaran

Lingkungan dan Pelestarian Lingkungan biologi SMA Kelas X.

F. Kerangka Pikir

Tujuan pembelajaran biologi bukan hanya terfokus pada penanaman pengetahuan biologi saja, melainkan jauh lebih luas dari itu. Pembelajaran biologi bertujuan mengembangkan kemampuan memecah masalah dengan metode ilmiah, menumbuhkan sikap ilmiah, membentuk sikap positif terhadap biologi, serta memahami dampak lingkungan dan sosial dari aplikasi

pembelajaran biologi. Pada proses pembelajaran, siswa harus aktif mencari tahu dengan membentuk pengetahuannya, sedangkan guru membantu agar proses pencarian itu berjalan dengan baik sehingga setiap aktivitas dan kegiatan pembelajaran selalu terpusat pada siswa.

Dalam upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi pokok lingkungan, siswa perlu didorong untuk secara aktif melakukan

kegiatan agar dapat memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Dengan pola belajar seperti ini diharapkan aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Keberhasilan belajar tidak terlepas dari berbagai


(23)

faktor yang mempengaruhinya dan salah satu diantaranya adalah model pembelajaran yang digunakan.

Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa adalah model pembelajaranProblem Based Learning

(PBL).Dalam model pembelajaran PBL siswa dikoordinasikan dalam kelompok-kelompok kecil. Siswa aktif mencari informasi dan bekerja secara kolaboratif untuk menentukan solusi terbaik dalam masalah yang dihadapi. Dari masalah tersebut, model PBL diharapkan dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa pun akan meningkat. Hal ini dikarenakan kesesuaian sintaks dari model PBL yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalahnya.

Pada tahap pertama pembelajaran berdasarkan masalah, guru

mengorientasikan siswa pada masalah dengan cara memberikan suatu permasalahan pada siswa dan memberikan motivasi agar siswa terlibat aktif dalam aktivitas pemecahan masalah. Pada tahap ini, diharapkan siswa mampu mengemukakan ide/gagasan berdasarkan permasalahan yang diberikan oleh guru. Tahap kedua dan ketiga, guru mengorganisasikan siswa untuk belajar dan membimbing penyelidikan individual maupun kelompok dengan cara mendorong siswa untuk bekerja sama dan mengumpulkan informasi yang sesuai dengan permasalahan yang diberikan oleh guru. Dalam hal ini, siswa diharapakan dapat berkerja sama dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yang relevan untuk menyelesaikan masalah melalui berbagai


(24)

informasi yang telah diperolehnya. Tahap selanjutnya, siswa menyajikan hasil penyelidikan masalahnya kemudian menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Melalui tahap ini, siswa diharapkan dapat

mengembangkan kemampuannya untuk mempertimbangkan solusi yang mungkin dari permasalahan dengan mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan mengajukan pertanyaan.

Penelitian ini menggunakan satu variabel bebas dan dua variabel terikat, yaitu variabel bebas (X), pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan

menggunakan model PBL sedangkan variabel terikat (Y1) dan (Y2), aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi pokok Lingkungan. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukkan pada diagram di bawah ini.

Keterangan:

X : Penggunaan model PBL Y1: Aktivitas belajar siswa Y2: Hasil belajar siswa

Gambar 1. Diagram hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. X

Y1


(25)

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. H0= Penggunaan model PBL tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok lingkungan.

H1= Penggunaan model PBL berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok lingkungan.

2. Penggunaan model PBL dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok lingkungan.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atauProblem-Based Learning (PBL)

Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pendidikan dimana masalah adalah sebagai titik awal dari proses pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan Vleuten, Norman, dan Graaff (dalam Graaff dan Anette, 2003:2) berikut ini.

Problem-based learning is an educational approach whereby the problem is the starting point of the learning process.

Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang siswa untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, siswa bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world)Major dan Palmer (2001:1). Sementara itu, Duch (1995:1) berpendapat bahwa

pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang menantang siswa untuk belajar bagaimana belajar, bekerja secara

berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.

PBL merupakan pembelajaran yang mencerminkan bagaimana suatu

permasalahan diselesaikan di dunia nyata dan membutuhkan pergeseran dari


(27)

berpusat pada siswa, sebagai pembelajaran berfokus pada pemahaman dan penerapan pengetahuan,sebagaimana yang dinyatakan oleh Gallagher, Sher, Stepien, dan Workman; Kumar dan Natarajan (dalam Ferreira dan Trudel, 2012:23). Hal serupa juga diungkapkan oleh Barrows dan Tamblyn (dalam West, Williams, dan Williams, 2013:2) bahwa PBL menekankan pembelajaran yang berfokus pada siswa. Lebih lanjut Torp dan Sage (dalam Savery, 2006:5) menambahkan bahwa fokus pengalaman belajar yang diselenggarakan dalam PBL adalah untuk penyelidikan dan resolusi masalah di dunia nyata.

Pembelajaran berbasis masalah melibatkan presentasi situasi-situasi autentik dan bermakna yang berfungsi sebagai landasan bagi investigasi peserta didik. Fitur-fitur pembelajaran berbasis masalah menurut Arends sebagai berikut Suprijono (2010:71-72).

1. Permasalahan autentik. Pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan masalah yang nyata yang penting secara sosial dan bermakna bagi peserta didik. Peserta didik menghadapi berbagai situasi kehidupan nyata yang tidak dapat diberi jawaban-jawaban sederhana.

2. Fokus interdisiplinier. Pemecahan masalah menggunakan pendekatan indisiplinier. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir struktural dan belajar menggunakan berbagai perspektif keilmuan. 3. Investigasi autentik. Peserta didik diharuskan melakukan investigasi

autentik yaitu berusaha menemukan situasi riil. Peserta didik diharuskan menganalisa dan menetapkan masalahnya, mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi,


(28)

Metode penelitian yang digunakan bergantung pada sifat masalah penelitian.

4. Produk. Pembelajaran berbasis masalah menuntut peserta didik

mengonstruksikan produk segai hasil investigasi. Produk bisa berupa paper yang dideskripsikan dan dipresentasikan kepada orang lain.

5. Kolaborasi. Kolaborasi peserta didik dalam pembelajaran berbasis masalah mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.

Lebih lanjut Suprijono (2010:72) menjelaskan bahwa hasil belajar dari pembelajaran berbasis masalah adalah peserta didik memiliki keterampilan penyelidikan. Peserta didik mempunyai keterampilan mengatasi masalah. Peserta didik mempunyai kemampuan mempelajari peran orang dewasa. Peserta didik dapat menjadi pembelajar yang mandiri dan independen.

Hal yang tidak kalah esensil sebagai hasil dari pembelajaran berbasis masalah adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi. Menurut Resnick ciri-ciri berpikir tingkat tinggi Suprijono (2010:72-73) adalah sebagai berikut.

1. Bersifat non-algoritmik, artinya jalur tindakan tidak sepenuhnya ditetapkan sebelumnya.

2. Bersifat kompleks, artinya mampu berpikir dalam berbagai perspektif atau mampu menggunakan sudut pandang.

3. Banyak solusi, artinya mampu mengemukakan dan menggunakan berbagai solusi dengan mempertimbangkan keuntungan dan kelemahan masing-masing.


(29)

4. Melihat interpretasi.

5. Meibatkan banyak kriteria, artinya mampu menggunakan banyak kriteria. 6. Melibatkan ketidakpastian, artinya tidak semua yang berhubungan dengan

tugas yang ditangani telah diketahui.

7. Melibatkan pengaturan dari proses-proses berpikir.

8. Menentukan makna, menemukan struktur dalam sesuatu yang tampak tidak beraturan. Mampu mengidentifikasi pola pengetahuan.

9. Membutuhkan banya usaha.

Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), selanjutnya disingkat PBL merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah (Ward, dan Stepien, dkk. (dalam Ngalimun, 2014:89).

Lebih lanjut Boud, Felleti, dan Fogarty (dalam Ngalimun, 2014:89-90) menyatakan bahwa PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pebelajar dengan masalah-masalah praktis, berbentukill-structured, atauopen endedmelalui stimulus dalam belajar. PBL memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut :


(30)

2. Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa.

3. Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplin ilmu.

4. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada pelajar dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri.

5. Menggunakan kelompok kecil.

6. Menuntut pebelajar untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja.

Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model PBL dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perl ketahui untuk memecahkan masalah

tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.

Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehigga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mempresetasikan, berdiskusi, dan membuat laporan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model PBL dapat memberikan


(31)

pengalaman yang kaya kepada siswa. Dengan kata lain, penggunaan PBL dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan mereka dapat menerapkan dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari (Ngalimun, 2014:90).

Arends (dalam Ngalimun, 2014:95-99) merinci langkah-langkah pelaksanaan PBL dalam pengajaran. Arends mengemukakan ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL. Fase-fase tersebut merujuk pada tahap-tahapan praktis yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran dengan PBL sebagaimana disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Sintaks PBL

Fase Aktivitas Guru

1. Mengorientasikan siswa pada masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

2. Mengorganisasi siswa untuk belajar

Membantu siswa membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.

3. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

Mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk penjelasan dan pemecahan.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Membantu siswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan selama berlangusungnya pemecahan masalah.


(32)

Fase 1: Mengorientasikan Siswa pada Masalah

Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus

dilakukan oleh siswa dan juga oleh guru. Di samping proses yang akan berlangsung, sangat penting juga dijelaskan bagaimana guru akan

mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar siswa dapatengagedalam pembelajaran yang akan dilakukan. Sutrisno (dalam Ngalimun, 2014:96) menekankan empat hal penting pada proses ini, yaitu :

1. Tujuan utama pembelajaran ini tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi siswa yang mandiri. 2. Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban

mutlak “benar”, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan.

3. Selama tahap penyelidikan (dalam pembelajaran ini), siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi, guru akan bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, tetapi siswa harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya.

4. Selama tahap analisis dan penjelasan, siswa akan didorong untuk

menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan, tidak ada ide yang akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas, semua siswa diberi ide-ide mereka.


(33)

Fase 2: Mengorganisasikan Siswa untuk Belajar

Selain mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, PBL juga mendorong siswa untuk berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dansharingantaranggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok siswa dimana masing-masing kelompok-kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan siswa dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antaranggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran. Setelah siswa

diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar selanjutnya guru dan siswa menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua siswa aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.

Fase 3: Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok

Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, tetapi pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini,


(34)

guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar siswa mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri. Pada fase ini seharusnya lebih dari sekedar membaca tentang masalah-masalah dalam buku-buku. Guru membantu siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada siswa untuk beripikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat

dipertahankan.

Setelah siswa mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai

menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelasan, dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong siswa untuk menyampaikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berfikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan. Pertanyaan-pertanyaan berikut kiranya cukup memadai untuk membangkitkan semangat penyelidikan bagi siswa. ”Apa yang Anda

butuhkan agar Anda yakin bahwa pemecahan dengan cara Anda adalah yang terbaik?” atau ”apa yang dapat Anda lakukan untuk menguji kelayakan pemecahanmu?” atau ”apakah ada solusi lain yang dapat Anda usulkan?”. Oleh karena itu, selama fase ini, guru harus menyediakan bantuan yang dibutuhkan tanpa mengganggu aktivitas siswa dalam kegaitan penyelidikan.


(35)

Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Artefak (Hasil Karya) dan Memamerkannya

Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artefak (hasil karya) dan pameran. Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis, tetapi bisa suatu

videotape(menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artefak sangat dipengaruhi tingkat berfikir siswa. Langkah selanjutnya adalah memamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan siswa-siswa lainnya, guru-guru, orangtua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.

Fase 5: Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah

Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta siswa untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. Kapan mereka pertama kali memperoleh pemahaman yang jelas tentang situasi masalah? Kapan mereka yakin dalam pemecahan tertentu? Mengapa mereka dapat menerima penjelasan lebih siap dibanding yang lain? Mengapa mereka menolak beberapa penjelasan? Mengapa mereka mengadopsi pemecahan akhir dari mereka? Apakah mereka berubah pikiran tentang situasi masalah ketika penyelidikan berlangsung? Apa penyebab perubahan itu? Apakah mereka


(36)

akan melakukan secara berbeda di waktu yang akan datang? Tentunya masih banyak lagi pertanyaan yang dapat diajukan untuk memberikan umpan balik dan menginvestigasi kelemahan dan kekuatan PBL untuk pengajaran.

PBL telah banyak diterapkan dalam pengajaran sains. Galagher, dkk. (dalam Ngalimun, 2014:99) menyatakan bahwa PBL dapat dan perlu termasuk untuk eksperimentsi sebagai suatu alat untuk memecahkan masalah.

B. Penilaian Kinerja (Performance Assessment)

Majid (2007:200) menyatakan bahwaPerformance Assessmentmerupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta didik diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan pengaplikasian

pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks. Sementara itu, Muslich (2008:95) menyatakan bahwa penilaian kinerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Sementara itu, Sivakumaran, dkk (2011:57) menyatakan bahwaPerformance assessment is a general term used to describe assessments that require students to demonstrate skill and

knowledge by producing a formal product or performance. Sementara itu, Haryati (2013:47-48) menyatakan bahwa, teknik penilaian unjuk kerja merupakan proses penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan suatu hal. Teknik ini sangat cocok untuk menilai ketercapaian ketuntasan belajar (kompetensi) yang menuntut peserta didik untuk melakukan tugas gerak (psikomotor).


(37)

Lebih lanjut Haryati (2013:47-48) menyebutkan bahwa dalam melakukan proses penilaian unjuk kerja harus memperhatikan hal-hal berikut.

1. Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.

2. Kelengkapan dan ketetapan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.

3. Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.

4. Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak telalu banyak, sehingga semua yang ingin dinilai dapat diamati.

5. Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati.

Penilaian kinerja digunakan untuk menilai kemampuan siswa melalui

penugasan (task). Dalam menilai kinerja siswa tersebut, perlu disusun kriteria. Kriteria yang menyeluruh disebutrubric. Dengan demikian wujud asesmen kinerja yang utama adalahtask(tugas) danrubric(kriteria penilaian). Tugas-tugas kinerja digunakan untuk memperlihatkan kemampuan siswa dalam melakukan suatu keterampilan tentang sesuatu dalam bentuk nyata. Selanjutnya rubrik digunakan untuk memberikan keterangan tentang hasil yang diperoleh siswa (Zainul, dalam Riadi, 2012). Tugas-tugas kinerja tersebut seperti yang diungkapkan oleh Cepni, Metin, Demiryurek, dan Kutlu et al. (dalam Metin, 2012:3) berikut ini.

Pendekatan penilaian kinerja berguna untuk mengembangkan

keterampilan kognitif tingkat tinggi seperti pemecahan masalah, berpikir kritis, berpikir analitis, berempati, memutuskan dan kreativitas.


(38)

Airasian (dalam Brualdi, 1998:1) menunjukkan bahwa langkah-langkah lengkap untuk mengembangkan kriteria penilaian kinerja adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi keseluruhan penampilan atau tugas yang akan dinilai, dan melakukan sendiri atau membayangkan diri anda melakukan hal itu. 2. Membuat daftar aspek-aspek penting dari kinerja atau produk.

1. Membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur jangan terlalu banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa melaksanakan tugas.

2. Jika memungkinkan, mintalah sekelompok guru memberikan masukan tentang perilaku-perilaku penting dalam tugas.

3. Mendefiniskan kriteria kemampuan-kemampuan yang akan diukur berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable) atau karakteristk produk yang dihasilkan.

4. Jangan menggunakan kata-kata ambigu pada kriteria kinerja.

5. Urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati.

Ada dua metode yang dapat digunakan dalam penilaian kinerja adalah sebagai berikut Majid (2007:200-201).

1. Metode holistik, digunakan apabila para penskor (rater) hanya

memberikan satu buah skor atau nilai (single rating) berdasarkan penilaian mereka secara keseluruhan dari hasil kinerja peserta.


(39)

2. Metodeanalytic, para penskor memberikan penilaian (skor) pada berbagai aspek yang berbeda yang berhubungan dengan kinerja yang dinilai. Dapat menggunakanchecklistdanrating scale.

Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pengamatan atau observasi terhadap berbagai konteks untuk menentukan tingkat ketercapaian kemampuan tertentu dari suatu kompetensi dasar. Pengamatan atas observasi terhadap unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat/instrumen berupa (Haryati, 2013:49).

1. Skala penilaian (rating scale), penilaian unjuk kerja denganrating scale

memungkinkan seorang guru memberikan nilai tengah terhadap

penguasaan/ketercapaian ketuntasan belajar dari suatu kompetensi.Rating scaleterentang dari sangat kompetensi sampai sangat tidak kompeten. Misal: rentang 1 = sangat tidak kompeten, 2 = tidak kompeten, 3 = agak kompeten (cukup), 4 = kompeten, 5 = sangat kompeten.

2. Daftar cek (check list), penilaian unjuk kerja dapat juga dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi adalah lembar yang digunakan untuk mengobservasi keberadaan suatu benda/gejala-gejala yang timbul sebagai aspek psikomotorik dari suatu obyek yang sedang diamati. Lembar observasi pada umumnya berbentukckeck list(√ ) karena hanya berupa daftar pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya tinggal memberi tandacheck listpada jawaban yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kelemahannya adalah guru atau penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, benar-salah, ya-tidak, baik-buruk, dan lain-lain. Dengan menggunakancheck listpeserta didik mendapatkan apabila


(40)

kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh guru/penilai. Akan tetapi jika tidak dapat diamati maka peserta didik tidak mendapatk skor.

Menurut Muslich (2008:98-99), dalam praktiknya, penilaian kinerja dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu (a) penilaian kinerja dalam bentuk observasi informal, (b) penilaian kinerja dalam bentuk formal, (c) penilaian kinerja dalam bentuk keterbandingan.

1. Penialain kinerja dalam bentuk observasi informal merupakan kegiatan perekaman keadaan kelas dari hari ke hari secara berkesinambungan. Untuk meningkatkan kualitas informasi, perlu memerhatikan dua strategi, yaitu observasi terfokus dan pencatatan observasi secara efisisen.

Obeservasi kelas informal ini harus terfokus pada peristiwa yang

bermakna, terkait dengan tuntutan kompetensi dalam kurikulum. Misalnya perilaku siswa yang menyimpang, gambaran/bukti nyata tentang tingkat keterpahaman siswa atau ketidakpahaman siswa tentang kompetensi tertentu, dan bukti nyata berkaitan dengan kompetensi spesifik dari kurikulum.

2. Penilaian kinerja dalam bentuk formal merupakan kegiatan perekaman yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan tertentu siswa. Penilaian ini merupakan penilaian yang direncanakan untuk

mengobservasi siswa yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan tertentu yang direncanakan. Guru memilih konteks tertentu dan metode yang digunakan, yang umumnya dapat digunakan untuk menentukan tingkat pencapaian kompetensi yang berkaitan dengan kinerja siswa. Penilaian kinerja jenis


(41)

ini dilakukan dengan langkah-langkah: strategi perencanaan, penentuan keputusan, dan pelaporan kinerja siswa, misalnya dalam hal: (a)rating

kemampuan individual dalam menyelesaikan masalah secara kolaboratif, (b) kinerja individual dalam perannya pada kerja kelompok, (c)rating

analitik kinerja musik, (d) kinerja keseluruhan dalam kemampuan berbicara, (e)ratinganalitik kemampuan bermain drama.

Penilaian kinerja pun bisa dilakukan oleh siswa sendiri melalui penilaian diri. Hasil penilaian diri oleh siswa bisa digunakan guru untuk menentukan rentang sikap siswa atas suatu aktivitas.

3. Penilaian kinerja keterbandingan merupakan penilaian kinerja yang menyangkut hal-hal: (a) kesesuaiannya dengan kurikulum, (b) keadilan, (c) keumuman, (d) standar, (e) reliable.

Pernyataan tersebut sejalan dengan pernyataan Airasian, Popham, dan Stiggins (dalam Brualdi, 1998:1) berikut ini.

Ada dua jenis kegiatan penilaian berbasis kinerja guru yang dapat

diterapkan di kelas: informal dan formal (Airasian, 1991; Popham, 1995; Stiggins, 1994). Ketika seorang siswa sedang dinilai secara formal, siswa tidak mengetahui bahwa penilaian sedang berlangsung. Penilaian kinerja formal ini dilakuakan sepanjang waktu. Contohnya, penilaian terhadap bagaimana siswa berinteraksi dengan siswa lainnya (Stiggins, 1994). Guru juga dapat menggunakan penilaian informal untuk menilai perilaku atau kebiasaan khas dari siswa. Seorang siswa yang sedang dinilai secara informal tahu bahwa guru sedang mengevaluasinya. Ketika penilaian kinerja dalam bentuk informla ini dilakukan, guru bisa saja memberikan tugas kepada siswa untuk menyelesaikan sebuah proyek tertentu.

Sehingga, guru dapat mengamati siswa saat melakukan tugas-tugas tertentu atau mengevaluasi kualitas produk yang mereka buat.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwaPerformance Assessmentsebaiknya digunakan dalam pembelajaran karena memiliki


(42)

beberapa keunggulan sebagai berikut (Reynolds, dkk., dalam Andayani dan Mardapi, 2012:2-3).

1. Dapat mengukuroutcomepembelajaran yang tidak dapat diukur oleh tipe asesmen yang lain.

2. Penggunaanperformance assessmentkonsisten dengan teori pembelajaran modern.

3. Memungkinkan untuk menghasilkan pembelajaran yang lebih baik. 4. Membuat pembelajaran lebih bermakna dan memotivasi siswa. 5. Memungkinkan menilai proses sebaik menilai hasil.

6. Memperluas pendekatan kepada tipe asesmen yang lain.

Sependapat dengan Reynolds, dkk., Sivakumaran, dkk. (2011:57) dalam Jurnalnya yang berjudul “Impact of Performance Assessment on P-12

Learners” menyebutkan beberapa keunggulanPerformance Assessment

sebagai berikut:

1. Dapat meningkatkan nilai kinerja dan produk penilaian untuk

menunjukkan aktivitas belajar siswa pada pemecahan masalah, berpikir tingkat tinggi, dan keterampilan penalaran dunia nyata.

2. Penilaian kinerja dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk menunjukkan prestasi mereka selama proses pembelajaran.

C. Aktivitas Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya


(43)

(Slameto, 2003:2). Sementara itu menurut Sardiman (2004:21), pada prinsipnya belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha merubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga terbentuk percakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri.

Aktivitas merupakan prinsip yang penting dalam kegiatan pembelajaran. Tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas, karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku menjadi suatu bentuk

kegiatan/perbuatan. Hal ini juga diungkapkan oleh Sardiman (2004:99) yang menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Pada kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait, contohnya, seorang sedang membaca, secara fisik kelihatannya membaca tetapi mungkin pikiran dan sikap mentalnya tidak tertuju pada buku yang dibacanya. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Rohani (dalam Dewi,

2010:12-13) menyatakan bahwa aktivitas belajar selalu berhubungan dengan dua jenis kegiatan, pertama aktivitas fisik ialah peserta didik giat aktif dengan badannya, dan kedua aktivitas mental (psikis/kejiwaan) ialah jika daya

jiwanya bekerja seperti: mengingat, merumuskan masalah, menganalisis, dan mengambil keputusan.

Dierich (dalam Hamalik, 2004:172-173) menyebutkan aktivitas belajar dibagi ke dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut:


(44)

1. Kegiatan-kegiatan visual, yaitu membaca, melihat gambar-gambar,

mengamati, eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi dan interupsi. 3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan,

mendengarkan percakapan, atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, atau mendengarkan radio.

4. Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuatoutlineatau rangkuman, dan mengerjakan tes, serta mengisi angket.

5. Kegiatan-kegiatan menggambar, yaitu menggambar, membuat grafik,

chart, diagram, peta, dan pola.

6. Kegiatan-kegiatan metrik, yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun.

7. Kegiatan-kegiatan mental, yaitu merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

8. Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.


(45)

D. Hasil Belajar

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan (Hamalik, 2004:27). Lebih lanjut Hamalik (2001:103) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan salah satu hal yang penting dalam pembelajaran, karena dengan hasil belajar guru akan mengetahui sejauh mana siswa mengasai pembelajaran. Guru perlu mengenal hasil belajar dan kemajuan belajar siswa. Hal-hal yang perlu diketahui antara lain: penguasaan pelajaran serta keterampilan belajar dan bekerja. Pengenalan hal-hal tersebut penting bagi guru karena dapat membantu atau mendiagnosis kesulitan belajar siswa, dapat memperkirakan hasil dan kemajuan belajar selanjutnya (pada kelas berikutnya), walaupun hasil-hasil tersebut dapat berbeda dan bervariasi sehubungan dengan keadaan motivasi, kematangan, dan penyesuaian sosial.

Menurut Purwanto (2008:91-93) bahwa secara umum, jenis hasil belajar atau taksonomi tujuan pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu (1) ranah kognitif; (2) ranah psikomotor; dan (3) ranah afektif. Secara rinci, uraian masing-masing ranah tersebut ialah:

1. Ranah kognitif, yakni tujuan pendidikan yang sifatnya menambah pengetahuan atau hasil belajar yang berupa pengetahuan.

2. Ranah psikomotor, yakni hasil belajar atau tujuan yang berhubungan dengan keterampilan atau keaktifan fisik (motor skills).

3. Ranah afektif, yakni hasil belajar atau kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau afektif.


(46)

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak), yang meliputi kemampuan menghafal, kemampuan berpikir, kemampuan

memahami, kemampuan menerapkan, kemampuan menganalisis, kemampuan mensintesis dan kemampuan mengevaluasi (Depdiknas, 2003:1). Kemampuan yang penting pada ranah kognitif adalah kemampuan menerapkan konsep-konsep untuk memunculkan masalah yang dihadapi.

Berikut ini struktur dari Dimensi Proses Kognitif menurut taksonomi yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl (2001:67-68), antara lain: 1.Remember(mengingat), yaitu mendapatkan kembali pengetahuan yang

relevan dari memori jangka panjang. Terdiri dariRecognizing(mengenali) danRecalling(memanggil/mengingat kembali).

2.Understand(memahami), yaitu menentukan makna dari pesan dalam pelajaran-pelajaran meliputi oral, tertulis, ataupun grafik. Terdiri atas

Interpreting(menginterpretasi),Exemplifying(mencontohkan),

Classifying(mengklasifikasi),Summarizing(merangkum),

Inferring(menyimpulkan),Comparing(membandingkan), dan

Explaining(menjelaskan).

3.Apply(menerapkan), yaitu mengambil atau menggunakan suatu prosedur tertentu bergantung situasi yang dihadapi. Terdiri dari

Executing(mengeksekusi) danImplementing(mengimplementasi). 4.Analyze(menganalisis), yaitu memecah-mecah materi hingga ke bagian

yang lebih kecil dan mendeteksi bagian apa yang berhubungan satu sama lain menuju satu struktur atau maksud tertentu. MencakupDifferentianting


(47)

(membedakan),Organizing(mengelola), danAttributing

(menghubungkan).

5.Evaluate(mengevaluasi), yaitu membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar. MencakupChecking(memeriksa)

danCritiquing(mengkritisi).

6.Create(menciptakan), yaitu menyusun elemen-elemen untuk membentuk sesuatu yang berbeda atau mempuat produk original. Terbagi atas

Generating(menghasilkan),Planning(merencanakan), dan

Producing(memproduksi).

Untuk menilai dan mengukur keberhasilan siswa dipergunakan tes hasil belajar.Terdapat beberapa tes yang dilakukan guru, diantaranya: uji blok, ulangan harian, tes lisan saat pembelajaran berlangsung, tes mid semester dan tes akhir semester. Hasil dari tes tersebut berupa nilai-nilai yang pada akhirnya digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran yang terjadi. Tes ini dibuat oleh guru berkaitan dengan materi yang telah diajarkan.Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Hasil belajar setiap siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Bahan mentah hasil belajar terwujud dalam lembar-lembar jawaban soal ulangan atau ujian dan yang berwujud karya atau benda. Semua hasil belajar tersebut merupakan bahan yang berharga bagi guru dan siswa. Bagi guru, hasil belajar siswa di kelasnya berguna untuk melakukan perbaikan tindak mengajar atau evaluasi.


(48)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester genap SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014 yang terdiri atas 6 kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X2 (sebagai kelas eksperimen) dan kelas X1 (sebagai kelas kontrol) yang dipilih dengan teknikpurposive sampling.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimental semu(quasi eksperiment)dengan desain pretes-postes kelompok non-ekuivalen (Riyanto, 2001:43). Kelas eksperimen (kelas X2) diberi perlakuan dengan penggunaan model PBL, sementara kelas kontrol (kelas X1) menggunakan metode diskusi. Hasil pretes dan postes pada kedua kelas subyek dibandingkan sehingga struktur desainnya adalah sebagai berikut:


(49)

Keterangan :

I = kelas eksperimen; kelas X2 II = kelas kontrol; kelas X1 O1 = pretes

O2 = postes

X = perlakuan eksperimen menggunakan model PBL

C = kontrol (metode diskusi)

Gambar 2. Desain pretes-postes kelompok non-ekuivalen (Riyanto, 2001:43).

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut : a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, dan melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran biologi untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti serta metode atau model apa yang diterapkan oleh guru dalam penyampaian materi pokok lingkungan.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.

d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

I O1 X O2

II O1 C O2


(50)

e. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretes/postes dalam bentuk uraian dan rubrik soal untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif siswa, lembar observasi aktivitas belajar beserta rubrik, angket tanggapan siswa, serta angket keterlibatan siswa.

f. Membentuk kelompok diskusi bersifat heterogen pada kelas eksperimen dan kontrol. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran untuk mengukur aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model PBL untuk kelas eksperimen dan menggunakan metode diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. Pertemuan ke-I membahas keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan atau pencemaran lingkungan dan petemuan ke-II membahas keterkaitan antara kegiatan manusia dengan pelestarian lingkungan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

a. Kelas Eksperimen (Pembelajaran Menggunakan Model PBL) Kegiatan Awal

1. Guru memberikan pretes pada pertemuan I berupa soal uraian mengenai materi pokok lingkungan.

2. Guru menyampaikan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator, dan tujuan pembelajaran.

3. Guru menjelaskan tentang proses pembelajaran menggunakan model PBL (pertemuan I-II).


(51)

4. Guru menjelaskan indikator penilaian kepada siswa agar siswa dapat mengetahui tujuan dan fokus pembelajaran untuk

melaksanakan proses pembelajaran dan mendapatkan hasil yang maksimal.

5. Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan penjelasan dan pertanyaan guru:

Pertemuan ke-I: Kalian pasti sering mendengar berita tentang banjir yang terjadidi Jakarta. “Apakah yang menyebabkan terjadinya peristiwa tersebut?”, “dampak-dampak negatif apa yang terjadi akibat perusakan/pencemaran lingkungan yang terjadi?”.

Pertemuan ke-II: “Mengapa kita perlu menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar ?”.

6. Siswa memperoleh motivasi dari guru,”Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui pengaruh dari kegiatan manusia terhadap lingkungan, baik itu kegiatan yang positif maupun negatif. Kegiatan manusia yang positif akan memberikan nilai/manfaat terhadap lingkungan, sehingga kelestarian

lingkungan akan tetap terjaga (pertemuan I), sedangkan kegiatan manusia yang negatif akan berdampak pada lingkungan, seperti masalah kerusakan/pencemaran lingkungan (pertemuan II)”.

Kegiatan Inti

1. Setiap siswa diminta oleh guru untuk duduk dalam kelompoknya masing-masing (terdapat 6 kelompok dan tiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa).


(52)

2. Setiap kelompok siswa menerima LKS berbasis masalah dengan permasalahan yang berbeda.

(Pertemuan ke I) mengkaji tentang keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan/pencemaran lingkungan. (Pertemuan ke II) mengkaji tentang keterkaitan antara kegiatan manusia dengan pelestarian lingkungan.

3. Siswa merumuskan suatu masalah yang telah diajukan oleh guru (Pertemuan ke I-II).

4. Siswa mengumpulkan informasi dari buku-buku biologi yang tersedia serta sumber-sumber relevan yang sesuai untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah yang ada di dalam LKS (Pertemuan ke I-II).

5. Siswa berdiskusi untuk menjawab LKS berbasis masalah (Pertemuan ke I-II).

6. Setiap kelompok mengumpulkan LKS berbasis masalah yang telah dikerjakan (Pertemuan ke I-II).

7. Setiap kelompok membuat media presentasi dengan menggunakan bahan-bahan yang tersedia.

8. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas sehingga terjadi diskusi kelas (Pertemuan ke I-II).

9. Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami kepada guru (Pertemuan ke I-II).


(53)

Kegiatan Penutup

1. Siswa membuat simpulan/rangkuman materi yang telah dipelajari dengan bimbingan guru.

2. Melakukan evaluasi kepada siswa dengan memberikan postes pada pertemuan II yang sama dengan soal pretes pada pertemuan I. 3. Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana

pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

b. Kelas Kontrol (Pembelajaran Menggunakan Metode Diskusi) Kegiatan Awal

1. Guru memberikan pretest pada pertemuan I berupa soal uraian mengenai materi pokok lingkungan.

2. Guru menyampaikan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator, dan tujuan pembelajaran.

3. Guru menjelaskan tentang proses pembelajaran menggunakan metode diskusi (pertemuan I-II).

4. Guru menjelaskan indikator penilaian kepada siswa agar siswa dapat mengetahui tujuan dan fokus pembelajaran untuk

melaksanakan proses pembelajaran dan mendapatkan hasil yang maksimal.

5. Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan penjelasan dan pertanyaan guru:

Pertemuan ke-I: Kalian pasti sering mendengar berita tentang banjir yang terjadi di Jakarta. “Apakah yang menyebabkan terjadinya


(54)

peristiwa tersebut?”, “dampak-dampak negatif apa yang terjadi akibat perusakan/pencemaran lingkungan yang terjadi?”.

Pertemuan ke-II: “Mengapa kita perlu menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar ?”.

6. Siswa memperoleh motivasi dari guru,”Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui pengaruh dari kegiatan manusia terhadap lingkungan, baik itu kegiatan yang positif maupun negatif. Kegiatan manusia yang positif akan memberikan nilai/manfaat terhadap lingkungan, sehingga kelestarian

lingkungan akan tetap terjaga (pertemuan I), sedangkan kegiatan manusia yang negatif akan berdampak pada lingkungan, seperti masalah kerusakan/pencemaran lingkungan (pertemuan II)”.

Kegiatan Inti

1. Setiap siswa diminta oleh guru untuk duduk dalam kelompoknya masing-masing (terdapat 6 kelompok dan tiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa).

2. Setiap kelompok siswa menerima LKS

(Pertemuan ke I) mengkaji tentang keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah kerusakan/pencemaran lingkungan. (Pertemuan ke II) mengkaji tentang keterkaitan antara kegiatan manusia dengan pelestarian lingkungan.

3. Siswa berdiskusi untuk menjawab LKS (Pertemuan ke I-II). 4. Setiap kelompok mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan


(55)

5. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas sehingga terjadi diskusi kelas (Pertemuan ke I-II).

6. Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami kepada guru (Pertemuan ke I-II).

Kegiatan Penutup

1. Siswa membuat simpulan/rangkuman materi yang telah dipelajari dengan bimbingan guru.

2. Melakukan evaluasi kepada siswa dengan memberikan postes pada pertemuan II yang sama dengan soal pretes pada pertemuan I. 3. Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana

pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh dari:

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yang diambil pada penelitian ini yaitu hasil belajar ranah kognitif siswa yang diperoleh melalui pretes dan postes sehingga diperolehN-gain. Gainmerupakan selisih data yang diperoleh dari pretes dan postes. Hasil dari perhitungan ini kita dapat mengetahui penggunaan model PBL terhadap hasil belajar siswa.


(56)

b. Data Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini adalah deskripsi aktivitas belajar siswa dan data pendukung berupa tanggapan siswa terhadap

penggunaan model PBL.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Pretes dan Postes

Data peningkatan kognitif siswa adalah berupa nilai pretes dan postes. Nilai pretes diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik

eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postes di akhir pertemuan kedua setiap kelas. Soal yang diberikan adalah 4 butir soal essay. Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu:

S = x 100

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008).

b. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Lembar observasi aktivitas belajar siswa berisi aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin kinerja yang dilakukan dengan memberi skor berdasarkan pedoman penskoran (rubric) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.

R N


(57)

Tabel 2. Lembar observasi aktivitas belajar siswa

No Nama Siswa

Skor Aspek Aktivitas

Belajar Siswa ∑ Xi n X Kriteria

A B C D E

1 2 3 4 5 dst.

∑ Xi

N

X

Kriteria

Aspek dan Rubrik Aktivitas Belajar Siswa:

A. Menuliskan rumusan masalah berdasarkan permasalahan yang ada pada LKS (Mengorientasikan Siswa Pada Masalah)

Skor Kriteria

0 Tidak menuliskan rumusan masalah (diam saja). 1 Menuliskan rumusan masalah namun tidak sesuai

dengan pembahasan pada materi pokok lingkungan. 2 Menuliskan rumusan masalah sesuai dengan

pembahasan pada materi pokok lingkungan.

B. Berkerja sama dalam menyelesaikan masalah (Mengorganisasikan Siswa Untuk Belajar)

Skor Kriteria

0 Tidak berkerja sama (diam saja).

1 saja untuk memecahkan permasalahan pada LKSBerkerja sama namun dengan satu atau dua orang pada materi pokok lingkungan.

2

Berkerja sama dengan semua anggota kelompok untuk memecahkan permasalahan pada LKS pada materi pokok lingkungan.


(58)

C. Mengumpulkan informasi dari berbagai sumber (Membimbing Penyelidikan Individu maupun Kelompok)

Skor Kriteria

0 Siswa tidak mengumpulkan informasi (diam saja). 1 Siswa mengumpulkan informasi hanya dari satu

sumber.

2 Siswa mengumpulkan informasi dari beberapa sumber.

D. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok (Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya)

Skor Kriteria

0 Siswa dalam kelompok tidak mempresentasikan hasil diskusi (diam saja)

1 Siswa dalam kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara tidak sistematis. 2 Siswa dalam kelompok dapat mempresentasikan

hasil diskusi secara sistematis.

E. Mengajukan pertanyaan (Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Mengatasi Masalah)

Skor Kriteria

0 Tidak mengajukan pertanyaan.

1 Mengajukan pertanyaan yang tidak sesuai dengan permasalahan pada materi pokok lingkungan. 2 Mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan


(59)

c. Angket Tanggapan Siswa

Angket ini berisi pendapat siswa tentang:

1. Penggunaan model PBL yang telah dilaksanakan.

Angket ini berisi 7 pernyataan, terdiri dari 4 pernyataan positif dan 3 pernyataan negatif dengan 2 pilihan jawaban yaitu setuju dan tidak setuju seperti pada Tabel 4.

Tabel 3. Angket tanggapan siswa terhadap model PBL

No. Pernyataan- Pernyataan S TS

1 Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari melalui model pembelajaran PBL.

2 Model pembelajaran yang digunakan tidak mampu mengembangkan kemampuan saya dalam memecahkan masalah dan meningkatkan hasil belajar saya.

3 Model pembelajaran yang digunakan menjadikan saya lebih aktif dalam diskusi kelas dan kelompok.

4 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran yang berlangsung.

5 Saya termotivasi untuk mencari data/informasi dari berbagai sumber (buku, internet, dan sebagainya) untuk menyelesaikan permasalahan dalam LKS.

6 Saya merasa sulit mengerjakan soal-soal di LKS dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru.

7 Saya memperoleh wawasan/pengetahuan baru tentang materi pokok yang dipelajari.

Sumber: dimodifikasi dari Suwandi (2012:34).

2. Angket Keterlibatan Siswa dalam Proses Pembelajaran PBL Angket ini berisi 6 pertanyaan yang terdiri dari 6 pertanyaan positif dengan 2 pilihan jawaban yaitu ya atau tidak seperti pada Tabel 5.


(60)

Tabel 4. Angket keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran PBL

No. Pertanyaan-Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah anda ikut berkontribusi dalam memberikan solusi/pemecahan masalah dari permasalahan yang ada pada LKS?

2. Apakah anda ikut berkontribusi dalam mencari informasi dari buku atau sumber lain yang relevan untuk memecahkan permasalahan yang ada pada LKS? 3. Apakah anda dapat bekerja sama dengan baik dengan

teman-teman sekelompok anda dalam menyelesaiakan masalah yang ada pada LKS?

4. Apakah anda ikut berkontribusi dalam membuat poster (hasil karya)?

5. Apakah anda ikut berkontribusi dalam menyajikan hasil diskusi dan/atau menjawab pertanyaan pada saat kelompok anda presentasi?

6. Apakah anda mengajukan pertanyaan pada kelompok lain pada saat presentasi?

d. Catatan Lapangan

Pengumpulan data melalui lembar observasi kegiatan pembelajaran untuk mendata aktivitas belajar siswa pada saat proses pembelajaran. Catatan lapangan diisi oleh observer untuk mengamati proses

pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti di dalam kelas.

a. Dokumentasi


(61)

F. Teknik Analisis Data 1. Data Kuantitatif

Hasil belajar ranah kognitif siswa yang diperoleh melalui pretes dan postes selanjutnya dicari selisihnya sehingga diperolehN-gain.Menurut Hake (1999:1) cara mengukur persentase (%) peningkatan (%g) hasil belajar kognitif oleh siswa digunakan formula sebagai berikut:

Dengan demikian didapatkan indeksGainuntuk masing-masing siswa. Tabel 5. Kriteria interpretasi indeksGain

% Peningkatan Kriteria %g> 70

70 > %g> 30 %g< 30

Tinggi Sedang Rendah Sumber: dalam Loranz (2008:2).

Selanjutnya, data yang berupa nilai pretes, postes, danN-Gainpada kelas eksperimen dan kontrol dianalisis menggunakan uji t (UjiTuckey) melalui bantuan program SPSS versi 17 yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu. Langkah-langkah uji prasyarat adalah sebagai berikut: a. Uji Normalitas Data

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diambil berdistribusi normal atau tidak untuk keperluan analisis data


(62)

selanjutnya. Pengujian normalitas ini menggunakan ujiLilliefors

melalui bantuan program SPSS 17. 1. Hipotesis

H0: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berasal berasal dari populasi yang berdistribusi normal (Sudjana, 2005:466).

2. Kriteria Pengujian

●Terima H0jika Lhitung< Ltabelatau p-value > 0,05

● Tolak H0untuk harga yang lainnya (Nurgiantoro dkk., dalam Istafada, 2013:41).

b. Uji Kesamaan Dua Varians

Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varians (uji homogenitas). Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang dibandingkan memiliki nilai rata-rata dan varians yang sama atau tidak sama. Pengujian kesamaan dua varians menggunakan ujiFisher(Uji F) melalui bantuan program SPSS 17.

1. Hipotesis

H0: Kedua sampel mempunyai varian yang sama H1: Kedua sampel mempunyai varian yang berbeda 2. Kriteria pengujian

- Jika Fhitung< Ftabelatau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima


(63)

(Pratisto, 2004:18).

c. Pengujian Hipotesis

Setelah prasyarat terpenuhi maka dilakukan uji lanjutan, yakni pengujian hipotesis. Untuk menguji hipótesis digunakan uji t yang meliputi uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata atau menggunakan UjiMann-Whitney(Uji U). UjiTuckey(Uji t) digunakan apabila sampel berdistribusi normal, sedangkan uji U (Uji

Mann-Whitney) digunakan apabila sampel tidak berdistribusi normal. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 17.

1. Uji Kesamaan Dua Rata-rata a. Hipotesis

H0 : μ1 = μ2: rata-rataN-gainpada kelas eksperimen dengan kelas kontrol sama.

H1 : μ1 ≠ μ : rata- rataN-gainpada kelas eksperimen dengan kelas kontrol tidak sama.

b. Kriteria Uji

- Jika–ttabel< thitung< ttabelatau probabilitasnya > 0,05 maka H0diterima.

- Jika thitung< -ttabelatau thitung> ttabelatau probabilitasnya < 0,05 maka H0ditolak (Pratisto, 2004:12).


(64)

2. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Apabila H0ditolak maka dilanjutkan dengan uji perbedaan dua rata-rata.

a. Hipotesis

H0 : μ1 = μ2: rata-rataN-gainpada kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol.

H1 : μ1 > μ2: rata-rataN-gainpada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.

b. Kriteria Uji

- Jika–ttabel< thitung< ttabel, maka H0diterima.

- Jika thitung< -ttabelatau thitung> ttabel, maka H0ditolak (Pratisto, 2004:12).

3. Uji U (UjiMann-Whitney)

Apabila data yang diperoleh berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka dilakukan Uji U atau Uji Mann-Whitney.

a. Hipotesis

H0= rata-rataN-gainpada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak berbeda secara signifikan. H1= rata-rataN-gainpada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol berbeda secara signifikan. b. Kriteria Uji

Jika p > 0,05, maka H0diterima dan p < 0,05 H0ditolak (Uyanto, dalam Istafada, 2013:43).


(65)

2. Data Kualitatif

a. Aktivitas Belajar Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut

dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan menghitung persentase aktivitas belajar siswa. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Menghitung persentase aktivitas dengan menggunakan rumus:

Persentase = x 100%

2. Menafsirkan atau menentukan persentase aktivitas belajar siswa sesuai kriteria pada Tabel 6.

Tabel 6. Kriteria persentase aktivitas belajar siswa Persentase (%) Kriteria

80,00–100 75,00–87,49 50,00–74,99

0–49,99

Sangat baik Baik Cukup Kurang Sumber: Hidayati (dalam Suwandi, 2012:38).

b. Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan model PBL

Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran dikumpulkan melalui penyebaran angket. Angket tanggapan berisi 7 pernyataan yang terdiri dari 4 pernyataan positif dan 3 pernyataan negatif. Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:

Skor perolehan Skor maksimum


(66)

1. Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan ketentuan pada Tabel 7.

Tabel 7. Skor perjawaban angket

Sifat Pernyataan Skor

1 0

Positif S TS

Negatif TS S

Keterangan:

S = setuju; TS = tidak setuju (Rahayu, 2010:29).

Menghitung persentase jawaban siswa dengan rumus:

∑ Xi

X = x 100 % n

Keterangan: X = Persentase aktivitas siswa; ∑ Xi = Jumlah skor yang diperoleh; n = Jumlah skor maksimum (diadaptasi dari Sudjana, 2005:69).

2. Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.

Tabel 8. Tabulasi angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBL No. Pertanyaan Angket Pilihan Jawaban Nomor Responden (Siswa) Persentase

1 2 3 dst.

1 S TS 2 S TS dst. S TS


(67)

Sumber: Rahayu (2010:31).

3. Menafsirkan atau menentukan persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBL sesuai kriteria Hendro (dalam Suwandi, 2012:40) pada Tabel 9.

Tabel 9. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBL

Persentase (%) Kriteria 100

76–99 51–75

50 26–49

1–25 0 Semuanya Sebagian besar Pada umumnya Setengahnya Hampir setengahnya Sebagian kecil Tidak ada

c. Keterlibatan Siswa dalam Proses Pembelajaran PBL

Data penilaian diri dikumpulkan melalui penyebaran angket. Angket tanggapan berisi 6 pertanyaan positif. Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:

1. Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan ketentuan pada Tabel 10.

Tabel 10. Skor perjawaban angket

Sifat Pernyataan Skor

1 0

Positif Ya Tidak

Sumber: dimodifikasi dari Rahayu (2010:29).

Menghitung persentase jawaban siswa dengan rumus:

∑ Xi

X = x 100 % n


(68)

Keterangan: X = Persentase aktivitas siswa; ∑ Xi = Jumlah skor yang diperoleh; n = Jumlah skor maksimum (diadaptasi dari Sudjana, 2005:69).

2. Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.

Tabel 11. Tabulasi angket keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran PBL No. Pertanyaan Angket Pilihan Jawaban Nomor Responden (Siswa) Persentase

1 2 3 dst.

1 Ya Tidak 2 Ya Tidak dst. Ya Tidak

Sumber: dimodifikasi dari Rahayu (2010:31).

3. Menafsirkan atau menentukan persentase keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran PBL sesuai kriteria Hendro (Hastriani, dalam Suwandi, 2012:40) pada Tabel 12.

Tabel 12. Kriteria persentase keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran PBL

Persentase (%) Kriteria 100

76–99 51–75

50 26–49

1–25 0 Semuanya Sebagian besar Pada umumnya Setengahnya Hampir setengahnya Sebagian kecil Tidak ada


(69)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Penggunaan model PBL dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok lingkungan.

2. Penggunaan model PBL berpengaruh signifikan dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok lingkungan.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut. 1. Pembelajaran menggunakan model PBL dapat digunakan oleh guru

biologi sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada Materi Pokok Lingkungan.

2. Peneliti lain yang akan menerapkan model PBL hendaknya terlebih dahulu mengajarkan materi lain dengan model pembelajaran PBL sehingga siswa telah beradaptasi dengan model pembelajaran ini, terlebih bagi siswa yang sebelumnya diajar dengan metode ceramah dan diskusi.


(1)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Penggunaan model PBL dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok lingkungan.

2. Penggunaan model PBL berpengaruh signifikan dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok lingkungan.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut. 1. Pembelajaran menggunakan model PBL dapat digunakan oleh guru

biologi sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada Materi Pokok Lingkungan.

2. Peneliti lain yang akan menerapkan model PBL hendaknya terlebih dahulu mengajarkan materi lain dengan model pembelajaran PBL sehingga siswa telah beradaptasi dengan model pembelajaran ini, terlebih bagi siswa yang sebelumnya diajar dengan metode ceramah dan diskusi.


(2)

3. Peneliti sebaiknya lebih mengkondisikan setiap kelompok selama kegiatan diskusi berlangsung dan menyampaikan batasan waktu yang disediakan pada setiap sintaks PBL yang ada sehingga semua langkah pembelajaran dapat berjalan dengan optimal dan siswa dapat menggunakan waktu dengan lebih efisien.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, S. dan D. Mardapi. 2012.Performance Assessment dalam Perspektif Multiple Criteria Decision Making. Diakses dari http://seminar.uny.ac.id pada Kamis, 16 Januari 2014 11.01 a.m.

Anderson, L.W. dan D. R. Krathwohl. 2001.A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing(A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational

Objectives). Abridge Edition. Penerbit David McKay Company. New York. Asnawir, H. dan M. B. Usman. 2002.Media Pembelajaran. Ciputat Pers. Jakarta. Brualdi, A. 1998.Implementing Performance Assessment in the Classroom.

ERIC/AE Digest. Diakses dari

http://www.users.muohio.edu/shermalw/performance_ed423312.html pada Kamis, 30 Januari 2014 13.44 p.m.

BSNP. 2006.Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Daryanto. 2009.Panduan Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Publisher. Jakarta. Depdiknas. 2003.Pedoman Khusus Pengembangan Instrumen dan Penilaian

Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotor.Depdiknas-Dikdasmen. Jakarta. Depdiknas. 2006. Sosialisasi KTSP. Ditjen PMPTK, Depdiknas. Jakarta. Dewi, L. A. 2010. Implementasi Penilaian Otentik dalam Pendekatan

Collaborative Teamwork Learning untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandarlampung. Duch, J. B. 1995.Problems: A Key Factor in PBL. Diakses dari

http://www.udel.edu/pbl/cte/spr96-phys.html. pada 12 Maret 2014 21.34. Ferreira, M. M. dan A. R. Trudel. 2012.The Impact of Problem-Based

Learning (PBL) on Student Attitudes Toward Science, Problem-Solving Skills, and Sense of Community in the Classroom. Journal of Classroom


(4)

Interaction. Diakses dari

http://content.ebscohost.com/pdf27_28/pdf/2012/G1M/01Jan12/83525495.p df?T=P&P=AN&K=83525495&S=R&D=ehh&EbscoContent=dGJyMNLe8 0SeqK44y9fwOLCmr0yepq9SsKa4SLaWxWXS&ContentCustomer=dGJy MOzprkixrrFIuePfgeyx44Dt6fIA pada Rabu 13 Maret 2014 15.30 p.m. Graaff, E. De dan K. Anette. 2003.Characteristics of Problem-Based Learning*.

Diakses dari http://www.ijee.ie/articles/Vol19-5/IJEE1450.pdf pada 19 Maret 2014 14.10 p.m.

Hake, R.R. 1999.Analizing Change/Gain Score. Diakses dari

http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855 pada Selasa, 17 Januari 2014 14.55 a.m.

Hamalik, O. 2004.Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Haryati, M. 2013.Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Referensi. Jakarta.

Istafada. 2013.Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Siswa pada

Materi Pokok Organisasi Kehidupan. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandarlampung.

Loranz, D. 2008.Gain Score. Diakses dari

http://www.tmcc.edu/vp/acstu/assessment/downloads/documents/reports/arc hives/discipline/0708/SLOAPHYSDisciplineRep0708.pdf pada 28 Februari 2014 10.56 a.m.

Majid, A. 2007.Perencanaan Pembelajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung. Major, C. H. dan B. Palmer. 2001.Assessing the Effectiveness of Problem- Based

Learning in Higher Education: Lessons from the Literature. Diakses dari http:// www.rapidintellect.com/AEQweb/mop4spr01.htm pada 12 Maret 2014 21.57 p.m.

Medriati, R. 2013.Upaya Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Cahaya Kelas VII6 Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbasis Laboratorium di SMPN 14 Kota Bengkulu.

Diakses dari

http://jurnal.fmipa.unila.ac.id/index.php/semirata/article/viewFile/727/546 pada 12 Maret 2014 21.12 p.m.

Metin, M. 2012.Investigation of Primary Students’ Opinions about Using

Performance Assessment in Science and Technology Course with Respect to the Different Variables. Diakses dari


(5)

https://www.ied.edu.hk/apfslt/download/v13_issue2_files/metin.pdf pada 11 Februari 2014 10.03 a.m.

Muslich, M. 2008.KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Bumiaksara. Jakarta.

Ngalimun. 2014.Strategi dan Model Pembelajaran. Aswaja Pressindo. Yogyakarta.

Paidi. 2010.Model Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Biologi di SMA. Artikel Semnas FMIPA 2010 UNY. Diakses dari

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132048519/Artikel%20Semnas%20F MIPA2010%20UNY.pdf pada Senin, 17 Maret 2014 11.01 a.m.

Pratisto, A. 2004.Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Penerbit Gramedia. Jakarta.

Purwanto, N. 2008.Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada Kelas VII MTs Guppi Natar. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Riadi, M. 2012.Penilaian Kinerja (Performance Assessment). Diakses dari http://www.kajianpustaka.com/2012/11/penilaian-kinerja-performance-assessment.html pada Kamis, 16 Januari 2014 11.32 a.m.

Riyanto, Y. 2001.Metodologi Penelitian Pendidikan. Penerbit SIC. Surabaya. Rusman. 2011.Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Rajawali Pers. Jakarta.

Sahara, L. 2008.Using Problem Based Learning to Increase Critical Thinking Skill at Heat Concept (Proceedings The 2ndInternational Seminar on Science Education).Indonesian University of Education (IUE). Bandung. Sardiman, A. M. 2004.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Savery, J. R. 2006.Overview of Problem-based Learning: Definitions and Distinctions. Diakses dari

http://docs.lib.purdue.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1002&context=ijpbl&


(6)

sei-redir=1&referer=http%3A%2F%2Fscholar.google.com%2Fscholar%3Fq%3 Djournal%2Bof%2Bpbl%2Bin%2Bhigher%2Beducation%26hl%3Den%26a s_sdt%3D0%26as_vis%3D1%26oi%3Dscholart%26sa%3DX%26ei%3DN-gnU8yPLMKOrgfSj4HgBQ%26ved%3D0CCQQgQMwAA#search=%22jo urnal%20pbl%20higher%20education%22 pada Rabu, 19 Maret 2014 14.02 p.m.

Sivakumaran, T. G. Holland. K. Heyning. W. Wishart. dan B. Flowers-Gibson. 2011.Impact of Performance Assessment on P-12 Learners. Diakses dari http://content.ebscohost.com/pdf29_30/pdf/2011/BFMU/01Apr11/85343768 .pdf?T=P&P=AN&K=85343768&S=R&D=ehh&EbscoContent=dGJyMNL e80Sepq84y9f3OLCmr0yeqLBSsqq4S7WWxWXS&ContentCustomer=dGJ yMOzprkixrrFIuePfgeyx44Dt6fIA pada 11 Februari 2014 10.24 a.m.

Slameto. 2003.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Rineka Cipta. Jakarta.

Sudjana. 2005.Metode Statistika Edisi Keenam. Penerbit PT Tarsito. Bandung. Sukardi. 2003.Metodologi Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Suprijono, A. 2010.Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Suwandi, T. 2012.Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Open-Ended

Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah oleh Siswa. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandarlampung.

Verawati, Y. S. 2009.Efektivitas Penggunaan Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Pada Materi Pokok Sel. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandarlampung.

West, R. E. G. S. Williams. dan D. D. Williams. 2013.Improving

Problem-based Learning in Creative Communities Through Effective Group Evaluation. Brigham Young University. Diakses dari

http://content.ebscohost.com/pdf29_30/pdf/2013/3EAP/01Sep13/90663291. pdf?T=P&P=AN&K=90663291&S=R&D=ehh&EbscoContent=dGJyMNX b4kSep7A4y9fwOLCmr0yeqLBSr6q4SrWWxWXS&ContentCustomer=dG JyMOzprkixrrFIuePfgeyx44Dt6fIA pada Rabu, 13 Maret 2014 16.48 p.m.