PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LINGKUNGAN

PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
SISWA PADA MATERI POKOK LINGKUNGAN
(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas X Semester Genap
SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah
Tahun Pelajaran 2013/2014)

(Skripsi)

Oleh
PRIMASARI PERTIWI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

ABSTRAK
PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
SISWA PADA MATERI POKOK LINGKUNGAN

(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas X Semester Genap
SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah
Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh
PRIMASARI PERTIWI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model PBL
dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan
kuasi eksperimental dengan desain pretes postes kelompok tak ekuivalen.
Sampelnya adalah siswa kelas X3 dan X4 yang dipilih secara purposive sampling.
Data kuantitatif diperoleh dari nilai pretes, postes, dan N-gain yang dianalisis
secara statistik dengan uji t dan uji U. sedangkan data kualitatif berupa aktivitas
belajar siswa, angket tanggapan serta keterlibatan siswa terhadap penggunaan
model PBL yang dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata persentase peningkatan aktivitas
siswa dalam semua aspek yang diamati berkriteria “baik” (77,39% ± 22,87).
Dengan persentase pada aspek bekerja sama (92,39% ± 0,28) dan
mempresentasikan hasil diskusi (88,04% ± 0,42) mempunyai kriteria “sangat
baik”. Selanjutnya untuk aspek menuliskan rumusan masalah (86,96% ± 0,33) dan


Primasari Pertiwi

mengumpulkan informasi (82,61% ± 0,32) berkriteria “baik”. Namun, pada aspek
mengajukan pertanyaan (36,96% ± 0,75) memiliki kriteria yang “kurang”
Rata-rata hasil belajar siswa meningkat dengan N-gain dari pretes dan postes
yang berkriteria “tinggi” (71,04%). Peningkatan hasil belajar terjadi pada semua
indikator kognitif (C2 dan C4) dengan rata-rata N-gain berkriteria “tinggi” untuk
indikator kognitif C2 (71,45%); dan C4 (70,62%). Selain itu, sebagian besar siswa
memberikan tanggapan positif dan keterlibatannya dalam penggunaan model
PBL. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan model PBL berpengaruh
dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Kata kunci : Aktivitas belajar, hasil belajar, lingkungan, dan model PBL

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro, Lampung pada 21 Juli 1993,

yang merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
pasangan Bapak Drs. Suroso dan Ibu Kartikawati. Penulis
beralamat di Kompleks STKIP PGRI, 38 Banjarrejo,
Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur.
HP/email: 089631117378/primasaripertiwi@yahoo.co.id

Pendidikan yang penulis tempuh adalah TK PGRI, Metro Timur (1997-1998), SD
Negeri 2 Metro Timur (1998-2004), SMP Negeri 2 Metro (2004-2007) dan SMA
Negeri 1 Metro (2007-2010). Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai
mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur ujian tulis Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata
kuliah Genetika. Penulis melaksanakan kegiatan Program Pengalaman Lapangan
(PPL) di SMP Negeri 1 Lambu Kibang, Kecamatan Lambu Kibang dan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) di Desa Gilang Tunggal Makarta, Kecamatan Lambu Kibang,
Tulang Bawang Barat (2013), serta penelitian pendidikan di SMA Negeri 1
Trimurjo, Kabupaten Lampung Tangah untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd.) pada tahun 2014.

Dengan Menyebut Nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang


PERSEMBAHAN
Segala puji hanya milik Allah SWT, atas rahmat dan nikmat yang tak terhitung…
Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW…
Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada:
Ibundaku (Kartikawati) dan Ayahandaku (Drs. Suroso) , yang telah mendidik dan
membesarkan ku dengan segala doa terbaik mereka, kesabaran dan limpahan kasih sayang, selalu
menjaga dan menguatkanku, mendukung segala langkah ku menuju kesuksesan dan kebahagian.
Adik-adikku (Gesang Subarkah dan Ananto Adi Nugraha) yang selalu memotivasi ku
dan menyayangiku; serta keluarga besarku yang selalu mendukungku…
Teman-teman mahasiswa Pendidikan Biologi 2010 yang selalu menyemangatiku, membantuku
dalam kesulitan, menghilangkan rasa sedih yang ada…
Para pendidik dan dosen yang terhormat
Almamater tercinta, Universitas Lampung.

MOTO

“Hidup Itu Seperti Bola Bekel, Semakin Keras Dilempar, Semakin Tinggi
Akan Terpental”
(Mario Teguh)


“Yes, I can !!”
(Primasari Pertiwi)

“Life is Strunggle”
(Primasari Pertiwi)

SANWACANA

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA
FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED
LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL
BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LINGKUNGAN (Kuasi
Eksperimental pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo
Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014)”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan
dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;
3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi;
4. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing I sekaligus Pembimbing Akademik
yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat
selesai;
5. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;

6. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan dan
motivasi yang sangat berharga;
7. Drs. Puryanto, selaku Kepala SMA Negeri 1 Trimurjo dan Tursila Widiastuti,
S.Pd., selaku guru mitra, yang telah memberikan izin dan bantuan selama
penelitian serta motivasi yang sangat berharga;
8. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas X3 dan X4 SMA Negeri 1
Trimurjo atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung;
9. Sahabat-sahabatku Destya, Nia, Komasari, Elyana, Linda, Made, Olba, Cris,
Mira, Silvi, Mbak Ning, Tantri, Ariska, dan Anisa atas kebersamaan dan
kekeluargaan yang terjalin hingga saat ini;
10. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


Akhir kata, semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
kita semua. Amin.

Bandar Lampung,
Penulis

November 2014

Primasari Pertiwi

xii

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvii
I. PENDAHULUAN
A.
B.

C.
D.
E.
F.
G.

Latar Belakang Masalah .......................................................................
Rumusan Masalah ................................................................................
Tujuan Penelitian .................................................................................
Manfaat Penelitian ...............................................................................
Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................
Kerangka Pikir ......................................................................................
Hipotesis................................................................................................

1
4
4
4
5
6

8

II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
B.
C.
D.

Model Problem-Based Learning (PBL) ...............................................
Aktivitas belajar ....................................................................................
Hasil Belajar Siswa ..............................................................................
Performance Assessment (Penilaian Kinerja) .......................................

9
17
19
21

III. METODE PENELITIAN
A.

B.
C.
D.
E.
F.

Waktu dan Tempat Penelitian ..............................................................
Populasi dan Sampel ............................................................................
Desain Penelitian ..................................................................................
Prosedur penelitian ................................................................................
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ...................................................
Teknik Analisis Data ............................................................................

28
28
28
29
35
41


IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ....................................................................................
B. Pembahasan ..........................................................................................

49
54

V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ..............................................................................................
B. Saran ....................................................................................................

60
60

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

61

LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Silabus ...................................................................................................
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .....................................................
Lembar Kerja Siswa .............................................................................
Soal Pretes dan Postes ..........................................................................
Angket Tanggapan dan Keterlibatan Siswa ..........................................
Data Hasil Penelitian .............................................................................
Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ..........................................
Foto-Foto Penelitian .............................................................................

xiv

65
71
87
135
153
155
163
175

DAFTAR TABEL

Tabel
Halaman
1. Sintaks model PBL............................................................................... 11
2. Kriteria N-gain .....................................................................................

36

3. Lembar observasi aktivitas belajar siswa .............................................

37

4. Item pernyataan pada angket tanggapan siswa ....................................

40

5. Item pernyataan pada angket keterlibatan siswa ..................................

40

6. Kriteria persentase aktivitas belajar siswa ...........................................

45

7. Skor perjawaban angket .......................................................................

45

8. Data angket tanggapan siswa terhadap PBL ........................................

46

9. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap PBL .............................

46

10. Skor perjawaban angket .......................................................................

47

11. Data angket penilaian diri ....................................................................

47

12. Kriteria persentase penilaian diri .........................................................

48

13. Persentase aktivitas belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

49

14. Hasil uji statistik nilai pretes, postes, dan N-gain siswa pada kelas
eksperimen dan kontrol ........................................................................

50

15. Hasil analisis rata-rata N-gain setiap indikator kognitif siswa pada
kelas eksperimen dan kontrol ...............................................................

51

16. Nilai pretes, postes, dan N-gain kelas eksperimen ............................... 155
17. Nilai pretes, postes, dan N-gain kelas kontrol...................................... 156
18. Analisis perindikator soal pretes dan postes kelas eksperimen ............ 157
19. Analisis perindikator soal pretes dan postes kelas kontrol................... 158

20. Analisis data aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen ............... 159
21. Analisis data aktivitas belajar siswa pada kelas kontrol ...................... 160
22. Analisis data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model
PBL ...................................................................................................... 161
23. Analisis data angket keterlibatan siswa terhadap penggunaan model
PBL ...................................................................................................... 162
24. Hasil uji normalitas pretes kelas eksperimen dan kontrol.................... 163
25. Hasil uji Mann-Withney U pretes kelas eksperimen dan kontrol ......... 164
26. Hasil uji normalitas postes kelas eksperimen dan kontrol ................... 165
27. Hasil uji kesamaan dua varians & kesamaan dua rata-rata .................. 166
28. Hasil uji satu pihak postes .................................................................... 167
29. Hasil uji normalitas N-gain kelas eksperimen dan kontrol .................. 168
30. Hasil uji Mann-Withney U N-gain kelas eksperimen dan kontrol ...... 169
31. Hasil uji normalitas N-gain aspek kognitif tingkat C2 kelas
eksperimen dan kontrol ........................................................................ 170
32. Hasil uji Mann-Whitney U N-gain aspek kognitif tingkat C2 kelas
eksperimen dan kontrol ........................................................................ 171
33. Hasil uji normalitas N-gain aspek kognitif tingkat C4 kelas
eksperimen dan kontrol ........................................................................ 172
34. Hasil uji kesamaaan dua varian & kesamaan dua rata-rata N-gain
aspek kognitif tingkat C4 kelas eksperimen dan kontrol ..................... 173
35. Hasil uji satu pihak N-gain aspek kognitif tingkat C4 ......................... 174

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar
Halaman
1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ..........................
8
2. Desain penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen.....................

29

3. Tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBL ............................

52

4. Keterlibatan siswa terhadap penggunaan model PBL ..........................

53

5. Siswa mengerjakan soal pretes............................................................. 175
6. Mengorientasikan siswa pada masalah ................................................ 175
7. Mengorganisasikan siswa untuk belajar............................................... 176
8. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok.................................. 176
9. Menyajikan hasil karya ........................................................................ 177
10. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah ............................... 177
11. Siswa mengerjakan soal evaluasi (postes) ........................................... 178
12. Siswa mengerjakan soal pretes............................................................. 179
13. Siswa melakukan diskusi ..................................................................... 179
14. Siswa mempresentasikan hasil diskusi................................................. 180
15. Siswa mengerjakan soal evaluasi (postes) ........................................... 180

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa salah satu
ciri-ciri mata pelajaran biologi adalah mempelajari permasalahan yang
berkaitan dengan fenomena alam, baik secara kualitatif maupun kuantitatif,
dan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan penerapannya untuk
membangun teknologi guna mengatasi permasalahan dalam kehidupan
masyarakat (Depdiknas, 2006:1).

Pembelajaran biologi bertujuan untuk menciptakan aktivitas belajar siswa
yang aktif yang menunjang berkembangnya kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah dengan metode ilmiah. Hal tersebut sesuai dengan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mata pelajaran Biologi pada Sekolah
Menengah Atas (SMA) salah satunya menuntut siswa antara lain mampu
merumuskan masalah, dan mengajukan dan menguji hipotesis. Dengan
demikian pembelajaran biologi diharapkan tidak hanya menganut sistem
konsep dan materi saja tetapi diperlukan adanya aktivitas belajar siswa yang
aktif yang menunjang berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahan
masalah seperti merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan
sampai menyajikan data secara sistematis serta memiliki kemampuan kerja

2

sama dalam kelompok. Didukung oleh Suhendro (2006:22) yang menyatakan
bahwa aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa di sekolah, pada hakikatnya
adalah untuk mencapai tujuan belajar sedangkan tujuan belajar pada umumnya
adalah untuk mencapai hasil belajar yang sesuai dengan harapan adalah dalam
bentuk pengetahuan sikap dan keterampilan siswa.

Namun yang terjadi di SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah
aktivitas belajar siswa belum optimal ketika belajar. Karena siswa hanya
mendengarkan penjelasan guru. Guru masih mengunakan metode ceramah dan
diskusi. Metode-metode seperti ini diduga kurang efektif untuk meningkatkan
aktivitas belajar siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri sehingga
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah kurang berkembang dan tidak
tergali secara optimal. Hal tersebut tentu akan berpengaruh juga terhadap hasil
belajar siswa. Ini dikarenakan, metode ceramah cenderung membuat siswa
pasif, dan apabila terlalu lama akan membuat siswa bosan karena hanya diam
mendengarkan penjelasan guru. Sementara metode diskusi hanya sebagian
siswa yang terlibat aktif dalam diskusi.

Rendahnya aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut dapat
berdampak pada hasil belajar siswa karena penyampaian materi kurang
melibatkan siswa dalam pembelajaran. Hal tersebut diperkuat dengan
perolehan hasil rata-rata nilai ulangan harian Biologi siswa kelas X SMA
Negeri 1 Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah pada materi pokok
lingkungan tahun ajaran 2012/2013 masih di bawah KKM. Siswa yang

3

memperoleh nilai ≥ 75 hanya mencapai 40%, sedangkan ketuntasan belajar
yang ditetapkan sebesar 75.

Melihat kondisi tersebut, dibutuhkan alternatif model pembelajaran yaitu
model PBL (Problem Based Learning). Model PBL merupakan suatu
pembelajaran yang menuntut aktivitas mental siswa untuk memahami suatu
konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan pada awal
pembelajaran. Masalah yang dikemukakan kepada siswa bertujuan untuk
membangkitkan pemahaman siswa terhadap masalah, sebuah kesadaran akan
adanya kesenjangan, keinginan memecahkan masalah, dan adanya persepsi
bahwa mereka mampu memecahkan masalah tersebut (Rusman, 2011: 237).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Medriati (2013:8)
menunjukkan bahwa model PBL berpengaruh nyata terhadap meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika pada konsep
Cahaya di kelas VIII.6 SMP Negeri 14 Kota Bengkulu. Oleh karena itu,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan Model
Pembelajaran Problem Based learning (PBL)Untuk Meningkatkan Aktivitas
dan Hasil Belajar Siswa (Kuasi Eksperimental Pada Siswa Kelas X Semester
Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran
2013/2014)”.

4

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1) Apakah penggunaan model pembelajaran PBL berpengaruh secara
signifikan dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa?
2) Apakah penggunaan model pembelajaran PBL berpengaruh secara
signifikan dalam meningkatkan hasil belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1) Penggunaan model pembelajaran PBL dalam meningkatkan aktivitas
belajar siswa.
2) Penggunaan model pembelajaran PBL dalam meningkatkan hasil belajar
siswa.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Bagi peneliti, dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman yang
sangat berharga guna menjadi calon guru yang professional terutama
dalam menyiapkan instrument penilaian yang baik.
2) Bagi guru, dapat memberikan informasi mengenai model pembelajaran
PBL sehingga dapat dijadikan alternatif dalam memilih model
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa.

5

3) Bagi siswa, dapat memberikan pengaruh terhadap aktivitas dan hasil
belajar siswa secara signifikan.

E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan
dibahas maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut.
1) Model PBL yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari langkah
langkah berikut: (1) orientasi siswa pada masalah; (2) mengorganisasi
siswa untuk belajar; (3) membimbing penyelidikan individual maupun
kelas; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (5) menganalisis
dan mengevaluasi pemecahan masalah.
2) Aktivitas belajar siswa yang diamati dalam penelitian ini sebagai berikut:
(1) menuliskan ide/gagasan berdasarkan permasalahan yang ada pada LKS
(mengorientasikan siswa pada masalah); (2) berkerja sama dalam
menyelesaikan masalah (mengorganisasikan siswa untuk belajar); (3)
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber (membimbing
penyelidikan individu maupun kelas); (4) mempresentasikan hasil diskusi
kelas (mengembangkan dan menyajikan hasil karya); (5) mengajukan
pertanyaan (menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah).
Aktivitas belajar tersebut akan dinilai dengan performance assessment.
3) Hasil belajar siswa yang diukur dari hasil pretes sebagai penilaian awal
siswa dan postes sebagai penilaian akhir siswa yang ditinjau berdasarkan
perbandingan N-gain.

6

4) Kompetensi Dasar yang diteliti adalah 4.2 “Menjelaskan keterkaitan antara
kegiatan manusia dengan masalah perusakan/pencemaran lingkungan dan
pelestarian lingkungan”.
5) Subyek penelitian ini diambil dari populasi siswa kelas X semester genap
SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2013/2014.

F. Kerangka Pikir

Banyak model pembelajaran dengan tujuan tertentu yang dapat digunakan
dalam proses pembelajaran. Pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran
merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan
dalam proses pembelajaran. Dalam model pembelajaran terdapat strategi
pencapaian kompetensi peserta didik dengan sintaks, pendekatan, metode,
dan teknik pembelajaran tertentu. Salah satu model yang dapat digunakan
dalam pembelajaran adalah PBL. Tujuan utama dari PBL adalah untuk
meningkatkan aktivitas pembelajaran dengan mewajibkan peserta didik untuk
memecahkan masalah.

Model PBL merupakan suatu model pembelajaran yang memungkinkan untuk
dapat membangkitkan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Model PBL melatih siswa melalui kerja kelas untuk membahas suatu
permasalahan, mempresentasikan hasil diskusi dan mengevaluasinya,
sehingga tidak ada lagi siswa yang hanya mendengarkan penjelasan dari guru
dan siswa yang mengobrol. Dalam hal ini aspek afektif dan psikomotor siswa
dapat meningkat sehingga otomatis aspek kognitif siswa juga akan
meningkat.

7

PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk
memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga
siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah
tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.

Sehingga secara keseluruhan model PBL diharapkan dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa. Penelitian ini mengenai penggunaan model
pembelajaran PBL untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Variabel bebas pada penelitian ini adalah model PBL, sedangkan variabel
terikatnya adalah aktivitas dan hasil belajar siswa. Hubungan antara kedua
variabel tersebut digambarkan dalam diagram berikut.

Y1

X

Y2

Keterangan : X= model PBL; Y1= aktivitas belajar; Y2= hasil belajar siswa
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

8

G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. H0 = Penggunaan model pembelajaran PBL tidak berpengaruh secara
signifikan dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
H1 = Penggunaan model pembelajaran PBL berpengaruh secara
signifikan dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Penggunaan model pembelajaran PBL berpengaruh dalam meningkatkan
aktivitas belajar siswa.

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Problem Based Learning (PBL)
Pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning merupakan
suatu pendekatan pendidikan yang menggunakan masalah atau pemicu untuk
merangsang siswa belajar, sebagaimana yang diungkapkan Savin Baden
(2000, dalam Whitcombe, 2013:41)
Problem-based learning (PBL) is an educational approach that uses
'problems' or 'trigger's' to stimulate students' learning.
Lebih lanjut ia menambahkan bahwa PBL melibatkan siswa bekerja
kooperatif dalam kelas. Karakteristik utama dari PBL adalah bahwa siswa
fokus pada penyelesaian masalah.

Boud, Felleti, dan Fogarty (1997, dalam Ngalimun, 2014:89 ) menyatakan
bahwa PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memuat konfrontasi
kepada siswa dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau
open ended melalui stimulus dalam belajar. Lebih lanjut Barrows, 1994
(dalam Lee, 2012:527) mengungkapkan:
“Problem-Based Learning (PBL) is a pedagogical approach that allows
students to engage in independent self-directed learning as well as
collaborative leaming with fellow students by solving real-world
problems”.

10

Sementara itu, Ward, 2002 (dalam Ngalimun, 2014:89 ) menyatakan bahwa
PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk
memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga
siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah
tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.

Ngalimun (2014:89-90) mengungkapkan karakteristik-karakteristik yang
dimiliki oleh PBL.
1) Belajar dimulai dengan suatu masalah.
2) Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia
nyata siswa.
3) Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplin
ilmu.
4) Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk
dan menjalankan secara langsung proses belajar meraka sendiri.
5) Menggunakan kelas kecil.
6) Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari
dalam bentuk suatu produk atau kinerja.

Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa pembelajaran dengan model PBL
dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru),
kemudian siswa memperdalam pengatahuannya tentang apa yang mereka telah
ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah
tersebut. Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat
diselesaikan siswa melalui kerja kelas sehingga dapat memberi pengalaman

11

belajar pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelas, disamping
pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah. Dengan
kata lain, penggunaan PBL dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa
yang mereka pelajari (Ngalimun, 2014:90).

Model pembelajaran tipe PBL telah banyak diterapkan dalam pengajaran
sains. Gallagher (dalam Ngalimun,2014:99) menyatakan bahwa PBL dapat
dan perlu termasuk untuk eksperimentasi sebagai suatu alat untuk
memecahkan masalah. Lebih lanjut Arends (dalam Ngalimun, 2014:95-99)
merinci langkah-langkah dalam pelaksanaan PBL. Arends mengemukakan ada
5 (lima) fase yang dilakukan untuk mengimplementasikan model PBL. Fasefase tersebut merujuk pada tahapan-tahapan praktis yang dilakukan dalam
kegiatan pembelajaran dengan PBL sebagaimana disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Sintaks PBL
Fase

Fase 1:
Mengorientasikan siswa
pada masalah
Fase 2:
Mengorganisasi siswa
untuk belajar
Fase 3:
Membimbing penyelidikan
individu maupun kelas
Fase 4:
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Fase 5:
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah

Aktivitas Guru

Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang
diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif pada
aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
Membantu siswa membatasi dan mengorganisasi
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah
yang dihadapi.
Mendorong siswa mengumpulkan informasi
yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan
mencari untuk penjelasan dan pemecahan.
Membantu siswa merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
video, dan model, dan membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya.
Membantu siswa melakukan refleksi terhadap
penyelidikan dan proses-proses yang digunakan
selama berlangusungnya pemecahan masalah.

12

Fase 1: Mengorientasikan Siswa pada Masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitasaktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini sangat
penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus
dilakukan oleh siswa. Di samping proses yang akan berlangsung, sangat
penting juga dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses
pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar siswa
dapat engage dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Sutrisno (2006,
dalam Ngalimun, 2014:96-97) menjelaskan empat hal penting pada proses ini,
yaitu:
1) Tujuan utama pembelajaran ini tidak untuk mempelajari sejumlah besar
informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki
masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi siswa yang mandiri.
2) Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban
mutlak “benar”, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai
banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan.
3) Selama tahap penyelidikan (dalam pembelajaran ini), siswa didorong
untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi, guru akan bertindak
sebagai pembimbing yang siap membantu, tetapi siswa harus berusaha
untuk bekerja mandiri atau dengan temannya.
4) Selama tahap analisis dan penjelasan, siswa akan didorong untuk
menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan, tidak ada ide
yang akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas, semua siswa diberi

13

peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ideide mereka.
Fase 2: Mengorganisasikan Siswa untuk Belajar
Disamping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, PBL juga
mendorong siswa untuk berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat
membutuhkan kerjasama dan sharing antaranggota. Oleh sebab itu, guru
dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelas-kelas siswa
dimana masing-masing kelas akan memilih dan memecahkan masalah yang
berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan siswa dalam pembelajaran
kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelas harus heterogen,
pentingnya interaksi antaranggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor
sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan mengevaluasi
kerja masing-masing kelas untuk menjaga kinerja dan dinamika kelas selama
pembelajaran. Setelah siswa diorientasikan pada suatu masalah dan telah
membentuk kelas belajar selanjutnya guru dan siswa menetapkan subtopiksubtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan
utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua siswa aktif
terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini
dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.
Fase 3: Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelas
Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan
memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, tetapi pada umumnya tentu
melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen,

14

berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data
dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini,
guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan melaksanakan
eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami
dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar siswa mengumpulkan
cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.
Pada fase ini seharusnya lebih dari sekedar membaca tentang masalah-masalah
dalam buku-buku. Guru membantu siswa untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan
pertanyaan pada siswa untuk beripikir tentang masalah dan ragam informasi
yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat
dipertahankan. Setelah siswa mengumpulkan cukup data dan memberikan
permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka
mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelasan, dan
pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong siswa untuk
menyampaikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide tersebut.
Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berfikir tentang
kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas
informasi yang dikumpulkan. Pertanyaan-pertanyaan berikut kiranya cukup
memadai untuk membangkitkan semangat penyelidikan bagi siswa. ”Apa
yang Anda butuhkan agar Anda yakin bahwa pemecahan dengan cara Anda
adalah yang terbaik?” atau ”apa yang dapat Anda lakukan untuk menguji
kelayakan pemecahanmu?” atau ”apakah ada solusi lain yang dapat Anda
usulkan?”. Oleh karena itu, selama fase ini, guru harus menyediakan bantuan

15

yang dibutuhkan tanpa mengganggu aktivitas siswa dalam kegaitan
penyelidikan.
Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Artefak (Hasil Karya) dan
Memamerkannya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artefak (hasil karya) dan
pameran. Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis, tetapi bisa suatu
videotape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan),
model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya),
program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artefak
sangat dipengaruhi tingkat berfikir siswa. Langkah selanjutnya adalah
memamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran.
Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan siswa-siswa lainnya, guruguru, orangtua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan
umpan balik.
Fase 5: Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah
Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk
membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan
keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase
ini guru meminta siswa untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang
telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. Kapan mereka pertama
kali memperoleh pemahaman yang jelas tentang situasi masalah? Kapan
mereka yakin dalam pemecahan tertentu? Mengapa mereka dapat menerima
penjelasan lebih siap dibanding yang lain? Mengapa mereka menolak
beberapa penjelasan? Mengapa mereka mengadopsi pemecahan akhir dari

16

mereka? Apakah mereka berubah pikiran tentang situasi masalah ketika
penyelidikan berlangsung? Apa penyebab perubahan itu? Apakah mereka
akan melakukan secara berbeda di waktu yang akan datang? Tentunya masih
banyak lagi pertanyaan yang dapat diajukan untuk memberikan umpan balik
dan menginvestigasi kelemahan dan kekuatan PBL untuk pengajaran.

Berdasarkan uraian di atas Dasna dan Sutrisna, 2010 (dalam Suwandi,
2012:13) mengemukakan bahwa PBL sebaiknya digunakan dalam
pembelajaran karena memiliki beberapa keunggulan.
1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa yang belajar
memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan
yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan.
Artinya belajar tersebut ada pada konteks aplikasi konsep. Belajar dapat
semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa berhadapan dengan
situasi di mana konsep diterapkan;
2) Dalam situasi PBL, siswa mengintegrasikan pengetahuan dan
keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang
relevan. Artinya, apa yang mereka lakukan sesuai dengan keadaan nyata
bukan lagi teoritis sehingga masalah-masalah dalam aplikasi suatu konsep
atau teori mereka akan temukan sekaligus selama pembelajaran
berlangsung; dan
3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan
inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar,
dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelas.

17

B. Aktivitas Belajar
Di dalam proses pembelajaran diperlukan aktivitas belajar yang tinggi karena
pada prinsipnya belajar adalah suatu perbuatan tingkah laku, tidak akan terjadi
pembelajaran jika tidak ada aktivitas yang dilakukan, itulah sebabnya aktivitas
merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam proses pembelajaran.
Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan pembelajaran dengan demikian di
sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas, banyak jenis
aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Sementara itu, penilaian
proses dengan hasil belajar saling berkaitan satu dengan yang lainnya, hasil
belajar merupakan akibat dari suatu proses belajar diantaranya aktivitas
belajar. Aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa di sekolah, pada
hakikatnya adalah untuk mencapai tujuan belajar sedangkan tujuan belajar
pada umumnya adalah untuk mencapai hasil belajar yang sesuai dengan
harapan adalah dalam bentuk pengetahuan sikap dan keterampilan siswa
(Suhendro, 2006: 22).

Keberhasilan dalam belajar dapat ditunjang dengan berbagai aktivitas dalam
kegiatan pembelajaran. Antusias peserta didik dalam suatu pembelajaran dapat
dilihat dari seberapa besar ia melakukan aktivitas belajar. Berbagai aktivitas
dalam kegiatan pembelajaran akan menimbulkan perubahan yang berupa
perilaku positif dalam sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan
psikomotornya. Ada beberapa indikator yang dapat dijadikan pertimbangan
dalam menilai aktivitas siswa, misalnya aktif saat berdiskusi, mengajukan

18

pertanyaan, kemampuan dalam mengemukakan pendapat, kemampuan dalam
mengerjakan LKS, kemampuan dalam pemecahan masalah.

Pendidikan atau pembelajaran perlu mengarahkan tingkah laku menuju ke
tingkat perkembangan yang diharapkan. Pendidikan modern lebih
menitikberatkan pada aktivitas, di mana siswa belajar sambil bekerja karena
siswa akan memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta
perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. Sistem pembelajaran saat ini sangat
menekankan pada pendayagunaan asas keaktifan (aktivitas) dalam proses
belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Hamalik,
2001:89-90).

Suardi (dalam Djamarah, 2006:39-40) menjelaskan bahwa salah satu ciri dari
kegiatan belajar mengajar adalah ditandai dengan aktivitas peserta didik.
Sebagai konsekuensi bahwa peserta didik merupakan syarat mutlak bagi
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Aktivitas peserta didik dalam hal
ini ialah aktif baik secara fisik, maupun mental. Tidak ada gunanya melakukan
kegiatan belajar mengajar apabila peserta didiknya pasif, sebab peserta
didiklah yang belajar maka mereka yang harus melakukannya.
Mengenai jenis-jenis aktivitas, Diedrich (dalam Sardiman, 2003:101)
mengklasifikasikannya sebagai berikut:
1) Visual activities, yaitu membaca, memperhatikan gambar.
2) Oral activities, yaitu menyatakan, merumuskan, bertanya, menyampaikan
pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.
3) Listening activities, yaitu mendengarkan diskusi.

19

4) Writing activities, yaitu menulis laporan, angket.
5) Drawing activities, yaitu menggambar, membuat grafik, peta konsep,
diagram.
6) Motor activities, yaitu melakukan percobaan, membuat konstruksi,
melakukan presentasi.
7) Mental activities, yaitu menanggapi, mengingat, memecahkan soal,
menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8) Emotional activities, yaitu menaruh minat, gembira, bersemangat, berani,
tenang.

C. Hasil Belajar Siswa
Daryanto (2008:91-93) mengungkapkan bahwa secara umum, jenis hasil
belajar atau taksonomi tujuan pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga kelas,
yaitu (1) ranah kognitif, (2) ranah psikomotor, dan (3) ranah afektif. Secara
rinci, uraian masing-masing ranah tersebut ialah:
1) Ranah kognitif, yakni tujuan pendidikan yang sifatnya menambah
pengetahuan atau hasil belajar yang berupa pengetahuan.
2) Ranah psikomotor, yakni hasil belajar atau tujuan yang berhubungan
dengan keterampilan atau keaktifan fisik (motor skills).
3) Ranah afektif, yakni hasil belajar atau kemampuan yang berhubungan
dengan sikap atau afektif.

Hasil belajar siswa terutama dari aspek kognitif mempunyai tingkatan dalam
pencapaiannya. Menurut Slameto (dalam Ristiani, 2011:9) tingkat-tingkat
yang dimaksud adalah: (1) informasi non verbal, (2) informasi fakta dan

20

pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan
kreatifitas. Informasi non verbal dikenal atau dipelajari dengan cara
penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung.
Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal atau dipelajari dengan cara
mendengarkan orang lain dan dengan jalan membaca. Semuanya itu penting
untuk memperoleh konsep-konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu penting
untuk membentuk prinsip-prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting di
dalam pemecahan masalah atau di dalam kreativitas.

Berikut ini struktur dari Dimensi Proses Kognitif menurut taksonomi yang
telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl (2001:67-68), antara lain:
1) Remember (mengingat), yaitu mendapatkan kembali pengetahuan yang
relevan dari memori jangka panjang. Terdiri dari Recognizing (mengenali)
dan Recalling (memanggil atau mengingat kembali).
2) Understand (memahami), yaitu menentukan makna dari pesan dalam
pelajaran-pelajaran meliputi oral, tertulis, ataupun grafik. Terdiri atas
Interpreting (menginterpretasi), Exemplifying (mencontohkan),
Classifying (mengklasifikasi), Summarizing (merangkum),
Inferring (menyimpulkan), Comparing (membandingkan), dan
Explaining (menjelaskan).
3) Apply (menerapkan), yaitu mengambil atau menggunakan suatu prosedur
tertentu bergantung situasi yang dihadapi. Terdiri dari
Executing (mengeksekusi) dan Implementing (mengimplementasi).

21

4) Analyze (menganalisis), yaitu memecah-mecah materi hingga ke bagian
yang lebih kecil dan mendeteksi bagian apa yang berhubungan satu sama
lain menuju satu struktur atau maksud tertentu. Mencakup Differentianting
(membedakan), Organizing (mengelola), dan Attributing
(menghubungkan).
5) Evaluate (Mengevaluasi), yaitu membuat pertimbangan berdasarkan
kriteria dan standar. Mencakup Checking (memeriksa)
dan Critiquing (mengkritisi).
6) Create (menciptakan), yaitu menyusun elemen-elemen untuk membentuk
sesuatu yang berbeda atau mempuat produk original. Terbagi atas
Generating (menghasilkan), Planning (merencanakan), dan
Producing (memproduksi).

D. Performance Assessment (Penilaian Kinerja)
Penilaian hasil belajar siswa haruslah memenuhi standar penilaian nasional
seperti tertera dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia (Permendiknas) Nomor 20 Tahun 2007 tentang standar penilaian
diantaranya penilaian pendidikan, melakukan penilaian harus menggunakan
prinsip-prinsip penilaian yang Sahih, Objektif, Adil, Terpadu, Terbuka,
Menyeluruh dan berkesinambungan, Sistematis, Beracuan Kriteria dan
Akuntabel. Prosedur penilaian yang tepat, teknik dan instrumen penilaian,
serta mekanisme dan laporan hasil penilaian.

Penilaian hasil belajar merupakan salah satu tugas penting yang harus
dilaksanakan oleh seorang guru guna mengetahui perkembangan belajar dan

22

untuk menentukan ketercapaian kompetensi siswa. Hal ini jelas tercantum
pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 39 Ayat 2 dinyatakan bahwa: Pendidik
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan
dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik pada pergguruan tinggi.

Pentingnya penilaian (assessment) dalam proses pembelajaran juga
diungkapkan oleh Margono (2007:43) bahwa keberhasilan dan efektifitas
kegiatan pembelajaran ditentukan oleh dan bergantung kepada efektifitas
penilaian. Jenis dan teknik penilaian yang digunakan sangat beragam
tergantung pada jenis kompetensi, indikator hasil belajar yang ingin dicapai,
materi pembelajaran dan tujuan penilaian itu sendiri. Sebelum melaksanakan
penilaian terhadap proses dan hasil belajar, guru harus terlebih dahulu
mendisain instrumentnya agar penilaian yang dilakukan benar-benar sesuai
dengan kompetensi yang hendak diuji.
Salah satu teknik penilaian yang dapat digunakan adalah performance
assessment. Dengan menggunakan performance assessment (penilaian
kinerja), siswa dinilai baik proses yang mereka lakukan maupun hasil kerja
mereka. Hal ini didukung oleh Haryati (2013:47) yang menyatakan bahwa
teknik penilaian unjuk kerja merupakan proses penilaian yang dilakukan
dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan suatu hal. Teknik
ini sangat cocok untuk menilai ketercapaian ketuntasan belajar (kompetensi)
yang menuntut peserta didik untuk melakukan tugas atau gerak (psikomotor).

23

Misalnya berdiskusi, pemecahan masalah, melakukan presentasi, dan
menggunakan alat-alat laboratorium. Lebih lanjut Iryanti (2004:9) menyatakan
bahwa penilaian unjuk kerja memiliki kelebihan dapat mengungkap potensi
siswa dalam memecahkan masalah, penalaran, dan bentuk komunikasi dalam
bentuk tulisan maupun lisan.

Majid (2007:200) menyatakan bahwa Performance Assessment merupakan
penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta tes diminta
untuk mendemonstrasikan pemahaman dan pengaplikasian pengetahuan yang
mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks. Lebih lanjut
Majid (2007:200) mengatakan bahwa Performance Assessment adalah suatu
penilaian yang meminta peserta tes untuk mendemonstrasikan dan
mengaplikasikan pengetahuan ke dalam berbagai macam konteks sesuai
dengan kriteria yang diinginkan.
Danielson (dalam Iryanti, 2004:9) mendefinisikan penilaian unjuk kerja
sebagai berikut:
“Performance assessment means any assessment of student learning that
requires the evaluation of student writing, products, or behavior. That is,
it includes all assessment with the exeption of multiple choice, matching,
true/false testing, or problems with a single correct answer”.
Penilaian unjuk kerja adalah penilaian belajar siswa yang meliputi semua
penilaian dalam bentuk tulisan, produk, atau sikap kecuali bentuk pilihan
ganda, menjodohkan, benar-salah, atau jawaban singkat.

Sementara itu Muslich (2007:95) menjelaskan penilaian kinerja adalah
penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa

24

sebagaimana yang terjadi. Penilaian biasanya digunakan untuk menilai
kemampuan siswa dalam diskusi, pemecahan masalah, partisipasi siswa dalam
diskusi, menggunakan peralatan laboratorium, mengoperasikan suatu alat, dan
aktivitas lain yang bisa diamati atau diobservasi. Lebih lanjut Uno (2012:19)
menjelaskan penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan
dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian
ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut
peserta didik menunjukkan unjuk kerja.

Majid (2007:200) menjelaskan ada 6 (enam) langkah dalam penilaian kinerja.
1) Melakukan identifikasi terhadap langkah-langkah penting yang diperlukan
atau yang akan mempengaruhi hasil akhir (output) yang terbaik.
2) Menuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan
diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir
(output) yang terbaik.
3) Membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur jangan terlalu
banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa
melaksanakan tugas.
4) Mendefinisikan kriteria kemampuan-kemampuan yang akan diukur
berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable) atau
karakteristik produk yang dihasilkan.
5) Urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan
yang dapat diamati.
6) Kalau ada, periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria-kriteria
kemampuan yang dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan.

25

Menurut Zainul, 2001 (dalam Riadi, 2012) penilaian kinerja digunakan untuk
menilai kemampuan siswa melalui penugasan (task). Dalam menilai kinerja
siswa tersebut, perlu disusun kriteria. Kriteria yang menyeluruh disebut
rubric. Dengan demikian wujud performance assessment yang utama adalah
task (tugas) dan rubric (kriteria penilaian). Tugas-tugas kinerja digunakan
untuk memperlihatkan kemampuan siswa dalam melakukan suatu
keterampilan tentang sesuatu dalam bentuk nyata. Selanjutnya rubrik
digunakan untuk memberikan keterangan tentang hasil yang diperoleh siswa.
Lebih lanjut Majid (2007:200) juga menjelaskan metode yang dapat
digunakan dalam penilaian kinerja.
1) Metode holistik, digunakan apabila para penskor (rater) hanya
memberikan satu buah skor atau nilai (single rating) berdasarkan penilaian
mereka secara keseluruhan dari hasil kinerja peserta.
2) Metode analytic, para penskor memberikan penilaian (skor) pada berbagai
aspek yang berbeda yang berhubungan dengan kinerja yang dinilai. Dapat
menggunakan checklist dan rating scale.

Haryati (2013:49) mengungkapkan penilaian unjuk kerja dapat dilakukan
dengan menggunakan teknik pengamatan atau observasi terhadap berbagai
konteks untuk menentukan tingkat ketercapaian kemampuan tertentu dari
suatu kompetensi dasar. Pengamatan atas observasi terhadap unjuk kerja
peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen berupa.
1) Skala penilaian (rating scale), penilaian unjuk kerja dengan rating scale
memungkinkan seorang guru memberikan nilai tengah terhadap

26

penguasaan/ketercapaian ketuntasan belajar dari suatu kompetensi. Rating
scale terentang dari sangat kompetensi sampai sangat tidak kompeten.
Misal: rentang 1 = sangat tidak kompet