6
tindakan pembedahan. Tindakan pembedahan dilakukan dengan melakukan incisi pada daerah asbes utuk kemudian dilakukan pembersihan abses dari
jaringan yang mati dengan menggunakan NaCl dan kemudian ditutup dengan jahitan.
2.6.2 Operasi Dengan Metode Onychectomy
Istilah onychectomy berasal dari bahasa Yunani yaitu onycho,kuku +
ektome, eksisi dan declawing yang mempunyai arti penghapusan cakar ke- 5 cakar lebih pada hewan, tetapi
deskripsi yang lebih tepat digunakan dalam laporan bedah kasus ini adalah onychectomy.
Gambar 2.6.2.A. Histologi Kuku Anjing Sumber : Mueller et al., 1993
7
Gambar 2.6.2.B. Posisi Pemotongan Kuku Sumber : Swaim, 2015
Gambar 2.6.2.C. Lokasi Pembedahan Abses Pada Digiti 1 Sumber : Schwartz, 2011
8
Onychectomy merupakan suatu tindakan pembedahan untuk menghilangkan kuku pada hewan Schwartz, 2011. Pembedahan dilakukan
dengan cara amputasi dari seluruh atau sebagian dari falang distal, atau mengakhiri tulang dari jari kaki hewan, karena kuku berkembang dari
jaringan germinal dalam barisan ketiga, amputasi tulang diperlukan untuk sepenuhnya menghilangkan kuku hewan Swaim, 2015.
Onychectomy ini biasanya dilakukan dalam kasus tumor, proses inflamasi kronis, gangren, adanya infeksi baik persisten maupun parah dan
abses yang terbatas falang distal. Prosedur pembedahan yang dilakukan pada kasus ini biasanya terbatas pada kuku yang terinfeksi sakit, dan akan
meninggalkan kuku yang sehat jika ada utuh. Dan dalam pelaksanaannya, onychectomy membutuhkan anestesi umum dan manajemen terapi yang
baik sebelum, selama, dan setelah operasi.
2.6.3 Pasca Operasi
Setelah operasi dalam kasus bedah penanganan abses pada digiti 1 ini dapat diberikan antibiotika dan vitamin Sudisma et al., 2006. Dimana
untuk obat – obatan yang akan diberikan, baik antibiotika maupun vitamin
yang diberikan harus disesuaikan dengan riwayat pasien, apakah sebelumnya pernah mengalami keluhan alergi obat.
Dalam sebuah survei yang dilakukan pada tahun 2001 terhadap 276 pemilik kucing, 34 dilaporkan ketidaknyamanan pasca bedah
onychectomy pada kucing mereka sementara 78 melaporkan terutama nyeri. Waktu pemulihan mengambil dari tiga hari sampai dua
minggu. Peningkatan kekuatan menggigit atau frekuensi dilaporkan di 4 dari kucing, tapi secara keseluruhan, 96 dari pemilik puas dengan
operasi. Beberapa penelitian lain menemukan ketimpangan setelah onychectomy berlangsung 3 hari, 1 minggu, 8 hari, 12 hari, hingga
180 hari, bahkan sampai 96 bulan. Pada satu rumah sakit pendidikan kedokteran hewan, antara 50 dan
80 dari kucing memiliki satu atau lebih komplikasi kesehatan pasca- operasi; 19,8 mengalami komplikasi setelah rilis. Penelitian lain
melaporkan tingkat komplikasi pasca-op medis 24 Jankowski 1998,
9
53 Martinez 1993, 1,4 Pollari 1996, 82,5 untuk blade dan 51,5 untuk teknik geser Tobias 1994, dan 80 Yeon 2001.
2.7 Terapi
Terapi dalam proses penyembuhan recovery ini dapat berupa terapi dari luar ataupun dalam tubuh pasien. Adapun maksud terapi dari luar
tubuh pasien yaitu dengan mengajak si hewan tersebut untuk melakukan kegiatan berjalan
– jalan di halaman sekitar, kegiatan ini harus disesuaikan dengan kemampuan si pasien tersebut. Dan terapi yang diberikan setelah
operasi yaitu meliputi obat – obatan analgesik, antibiotik, dan vitamin A
untuk mempercepat proses penyembuhan Sudisma et al., 2006.
BAB III MATERI DAN METODE
3.1 Materi
3.1.1 Hewan
A. Sinyalement Pada tanggal 3 November 2015 telah dilakukan pemeriksaan
klinis terhadap seekor anjing lokal mix German Shepperd berjenis kelamin jantan yang bernama brownie, berumur +- 4 tahun dengan
berat 30 kg dan rambut berwana coklat. Pemilik bernama William yang beralamat di Jl. Gunung Salak 27B , Kerobokan
– Kuta Utara.
B. Anamnese Berdasarkan keterangan dari pemilik anjing tersebut,
brownie yang awalnya terlihat lincah mulai lemas, nafsu makan menurun, dan selama 2 hari diperhatikan brownie terlihat susah
berjalan. Kaki Depan yang sebelah kanan terlihat seperti pincang pada waktu berjalan. Sistem pemeliharaan anjing ini tidak
dikandangkan, melainkan dibiarkan berkeliaran bebas begitu saja, sehingga menyulitkan pemilik untuk melakukan penanganan awal
sebelum absesnya menjadi matang dan pecah.
C. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada anjing lokal mix
German Shepperd dengan kasus penanganan abses pada digiti 1 dengan onychectomy meliputi pemeriksaan fisik untuk berat badan,
suhu badan, pulsus, respirasi, CRT, genetik, kulit dan kuku, otot, sirkulasi, pernafasan, pencernaan, urogenital, mata, telinga, saraf,
limfonodus, dan mukosa. Sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :
11
NO. Jenis
Pemeriksaan Fisik Keterangan
1. Berat Badan
30 kg 2.
Suhu Badan 38,8 °C
3. Pulsus
81 xmenit 4.
Respirasi 30 xmenit
5. CRT
2 detik 6.
Genetik Normal
7. Kulit dan Kuku
Terjadi radang kemerahan, dan terdapat massa berupa nanah
pada abses tersebut 8.
Otot Normal
9. Sirkulasi
Normal 10.
Pernafasan Normal
11. Pencernaan
Normal 12.
Urogenital Normal
13. Mata
Normal 14.
Telinga Normal
15. Saraf
Normal 16.
Limfonodus Normal
17. Mukosa
Normal Tabel 3.1.1.C. Hasil Pemeriksaan Fisik Anjing Lokal Mix German
Shepperd Pada Kasus “Penanganan Abses Pada Digiti 1 Menggunakan Onychectomy”
Sumber : Penulis
3.1.2 Alat-alat
Alat – alat yang digunakan dalam pembedahan ini, antara lain :
timbangan, stetoskop, termometer, alat pecukur rambut, kateter urine, sonde lambung, ett, infus set, iv cat 24 G, gloves, masker, penutup kepala, baju
bedah, scalpel, blade, pinset anatomis, pinset sirurgis, needle holder, gunting, jarum, benang chromic cat gut 3,0, spuite, tampon, dan perban.
12
3.1.3 Bahan-bahan
Bahan – bahan yang dipersiapkan adalah antiseptik iodine, alkohol
70, lactat ringer, NaCl, benang absorable chromic catgut 3,0, gloves, masker, dan obat
– obatan yang dipersiapkan yaitu atropin sulfat untuk premedikasi, ketamine xlyazine untuk anastesi, vitamin K, epinepherin,
antibiotik, dan anti inflamasi. Adapun dosis obat yang diberikan pada pembedahan ini, adalah sebagai berikut :
1. Atropin sulfat sebagai premedikasi dengan sediaan 0,25 mgml
Walter, 2008 : = Dosis Anjuran x Berat Badan
Sediaan = 0,02
– 0,04 mlkgBBhari X 30 kg 0,25
= 2,4 – 4,8
Dosis yang diberikan = 3,6 ml
2. Ketamine sebagai anasthesi dengan sediaan 100 mgml
Reynoldson, 1997 : = Dosis Anjuran x Berat Badan
Sediaan = 10
– 15 mlkgBBhari X 30 kg 100
= 3 – 4,5
Dosis yang diberikan = 3,5 ml
3. Xylazine sebagai anasthesi dengan sediaan 20 mgml
Reynoldson, 1997 : = Dosis Anjuran x
Berat Badan Sediaan
= 1 – 3 mlkgBBhari X 30 kg
20 = 1,5
– 4,5 Dosis yang diberikan
= 3 ml