4
bahwa untuk penyakit abses pada kuku ini pun dapat dialami oleh anjing dengan rentang umur dari 6 bulan
– 11 tahun, dengan rata – rata umur yang dilaporkan terkena penyakit ini yaitu berkisar dari 4-5 tahun.
Abses yang terjadi pada kuku anjing dalam kasus ini diperkirakan terjadi karena adanya infeksi dari luka terbuka maupun tertutup yang
menyebabkan terjadinya penimbunan cairan dalam jaringan yang kemudian membentuk rongga yang secara anatomis sebelumnya tidak ada dengan
jaringan fibrotik di sekitarnya sebagai respons tubuh terhadap adanya infeksi bakteri PetMD, 1999. Infeksi bakteri ini sendiri dapat menyebar
dengan sangat cepat baik secara lokal maupun sistemik dalam aliran darah sehingga dapat menimbulkan sepsis Anonymous, 2005.
Adapun akibat yang ditimbulkan dari infeksi bakteri ini adalah sebagai berikut : radang diikuti dengan warna kemerahan di sekitar lokasi
abses, bengkak dan terasa panas pada saat di palpasi, timbul rasa nyeri dan terdapat gangguan fungsi terhadap lokasi timbulnya abses. Fase akhir dari
penyakit abses ini adalah terbentuknya dinding abses, atau terbentuk kapsul oleh sel
– sel sehat yang berada di sekeliling abses sebagai upaya pencegahan pus menginfeksi struktur lain yang ada di sekitar tempat
terjadinya abses tersebut Anonymous, 2005.
2.3 Tanda Klinis
Abses yang sudah matang dapat ditandai dengan adanya tonjolan pada kulit, berdinding tipis, lunak, elastis, biasanya berwarna orange
kemerahan mengkilat, terdapat elevasi kulit, terkadang terjadi kerontokan rambut di sekitar tempat terjadinya abses. Menurut Sudisma et al., 2006,
abses dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu : 1.
Abses Dangkal Superfisial merupakan abses yang pada fase pertumbuhannya menuju
permukaan tubuh dengan cara menyatukan diri dengan jaringan diatasnya.
2. Abses Dingin Cold Abses
adalah abses dengan ciri – ciri mengandung kuman namun
tidak disertai dengan rasa sakit dan tanda radang yang berat.
5
3. Abses Steril
yaitu abses bebas kuman, namun disertai dengan rasa sakit. Abses steril dapat terjadi karena adanya perlakuan kepada
hewan ataupun karena penyakit.
2.4 Diagnosis
Diagnosa dalam penyakit abses pada digiti 1 ini dapat ditegakkan melalui anamnese hasil wawancara dengan pemilik hewan tersebut,
kemudian dilanjutkan dengan inspeksi dan melakukan palpasi terhadap lokasi terjadinya abses, dimana dalam kasus ini lokasi yang dilakukan
palpasi adalah kuku pada digiti 1 extremitas sinister anjing mix German Shepperd berumur +-4 tahun. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya
tonjolan berwarna merah di sekitar kulit di digiti 1 extremitas sinister, kerontokan rambut pada daerah terjadinya abses, terdapat peradangan yang
disertai dengan rasa sakit pada saat mempalpasi abses tersebut. Hal – hal
yang ditemukan pada saat melakukan pemeriksaan fisik ini sesuai dengan yang ditulis oleh Doni, 2012 dimana dalam jurnalnya ditulis bahwa dalam
pemeriksaan fisik senantiasa ditemukan organ atau jaringan infeksi, massa eksudat, peradangan, abses superficial dengan ukuran bervariasi, terdapat
rasa sakit dan bila di palpasi akan terasa fluktuatif.
2.5 Prognosis
Prognosa dari penyakit abses pada digiti 1 ini adalah fausta. Namun prognosa ini sangat bergantung dari kondisi hewan, tingkat keparahan
abses, lokasi tempat terjadinya abses, dan kerjasama dari owner dalam memberikan terapi kepada pasien yang baru saja menjalani operasi.
2.6 Metode Penanganan
2.6.1 Pre Operasi
Penanganan abses sangat tergantung dari tingkat keparahannya. Abses yang berukuran kecil dapat dilakukan penanganan dengan
mengkompres menggunakan air dingin. Namun abses yang berukuran besar abses yang sering terjadi berulang di tempat yang sama dapat dilakukan