Kehidupan anak muda yang menjadi musik, film, fashion, sebagai lifestyle, membuat anak muda menjadi terlena oleh hipnotis media, seolah
mereka tidak bisa dipisahkan dari media, tanpa media dan teknologi hidup mereka menjadi hampa. Hal inilah, yang menjadikan kehidupan anak
muda era modern ini kurang peduli terhadap efek yang ditimbulkan oleh media itu sendiri, mereka juga tidak lagi peduli terhadap simbol-simbol,
pesan yang terselubung dalam sajian media yang begitu menarik itu, yang lebih ironis adalah saat mereka sudah mengetahui keburukan dari simbol
yang ditampilkan media mereka seolah acuh dan mengangapnya baik-baik saja padahal, sesungguhnya semua itu dapat merugikan seluruh aspek
perilakunya dalam menjalani kehidupan ini seperti gaya hidup hedonis, dan hilangnya norma-norma agama dalam hidupnya.
3. Semiotika Komunikasi
Semiotika atau semiologi merupakan dua istilah merupakan istilah yang sama meskipun penggunaanya berbeda, yang menunjukkan
pemikiran pemakainya, seperti Peire yang menggunakan kata semiotika, sedangkan Sausure menggunakan semiologi dalam analisis sistem tanda.
Tetapi, seiring berjalannya waktu banyak para ilmuwan yang tidak memusingkan kedua istilah tersebut karena, dianggap sama saja hanya
yang membedakan keduanya adalah istilah semiologi banyak digunakan di Eropa sedangkan semiotika digunakan mereka yang berbahasa Inggris.
Dalam penelitian ini mengapa menggunakan istilah semiotika hal ini, mengacu pada resolusi keputusan komite internasional di Paris bulan
Januari 1969 dimana istilah semiotika menjadi istilah untuk semua peristilahan lama yaitu semiology maupun semiotics Sobur, 2004: 12-13.
Sedangkan kata semiotika sendiri berasal dari bahasa Yunani, semion yang berarti “tanda” atau seme yang berarti “penafsir tanda” yang
merupakan studi klasik dan skolastika atas seni logika dan poitika. Tanda pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya
hal lain. Contohnya, asap menandai adanya api, mendung menandi akan turun hujan Kurniawan dalam Sobur, 2004:16-17.
Simbol adalah basis dari semua komunikasi. Simbol atau lambang mewakili sesuatu dinamakan objek kecuali dirinya sendiri.
Hubungan antara simbol dan objek yang diwakilinya melahirkan makna-makna. Dengan kata lain, simbol acapkali hadir dalam teks
dan selalu dilingkupi dengan sebuah representasi. Oleh sebab itu, komunikasi dalam penelitian inipun menyinggung dua hal tersebut.
Karena, menyangkut teks adan suatu representasi, maka metode utama dalam studi ini adalah semiologi semiotika dan semiotika
komunikasi merupakan sebuah ilmu tentang penyampaian pesan melalui tanda, simbol atau lambang yang mengandung makna
Pramastyo, 2011: 24. Jadi, proses komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan
yang di dalamnya mencakup makna-makna. Hal ini tidak terlepas dari studi media massa yang merupakan suatu studi tentang makna yang
diungkapkan oleh setiap individu dan khalayak umum untuk memperoleh suatu pemikiran akan pesan yang dimaksud. Penelitian ini berusaha
melihat makna-makna yang tersembunyi yang terdapat pada media, dalam hal ini video klip yang mampu merepresentasikan unsur-unsur zionisme
Yahudi di video klip milik artis-artis Republik Cinta Manajemen. Untuk
itu, penelitian ini menggunakan metode analisis semiotik semiotical analysis Pramastyo, 2011: 25.
Semiotika merupakan ilmu tentang tanda, yang mengolahnya dengan model makna yang berbeda-beda. Ferdinand de Saussure salah satu pendiri
semiotika amat tertarik pada bahasa. Saussure lebih memfokuskan perhatiannya langsung pada tanda itu sendiri. Baginya tanda adalah objek
fisik dengan sebuah makna yang terdiri atas penanda signifier dan petanda signified. Penanda adalah citra tanda seperti yang kita persepsi
sedangkan petanda adalah konsep mental yang diacukan petanda. Konsep mental ini secara luas sama pada semua anggota kebudayaan yang sama
dengan menggunakan bahasa yang sama pula. Model Saussure bisa divisualisasikan pada bagan dibawah ini Fiske, 2010: 65.
Bagan I Model Semiotika Sausure
Ada beberapa pandangan Saussure yang kemudian menjadi peletak dasar strukturalisme Levi-Strauss :
a. Signified dan Signifier
Pada struktur ini bahasa menjadi salah satu sistem tanda dan tanda terdiri dari bentuk kesatuan antara penanda signifier dengan
Sign
Composed of Signifier
Signified Signification
External reality Or meanning
petanda signified. Jadi meskipun antara penanda dan petanda tampak sebagai entitas yang terpisah-pisah namun keduanya hanya
ada sebagai komponen tanda dan tandalah yang merupakan fakta dasar dari bahasa Sobur, 2004: 46-47.
b. Langue dan Parole
Saussure membedakan tiga istilah dalam bahasa Prancis: langage, langue sistem bahasa dan parole kegiatan ujaran. Langage
mengacu kepada bahasa pada umumnya yang terdiri atas langue atau parole. Singkatnya language adalah bahasa pada umumnya.
Dalam pandangan Barthes apa yang disebut langue adalah langage dikurangi parole. Dalam pengertian umum, langue adalah abstraksi
dan artikulasi bahasa pada tingkat budaya, parole merupakan ekspresi bahasa pada tingkat individu. Kalau unit dasar langue
adalah kata, maka unit dasar parole adalah kalimat. Langue bersifat sinkronik dalam arti tanda atau kode itu dianggap baku sehingga
mudah disusun sebagai suatu sistem, maka parole boleh dianggap bersifat diakronik dalam arti sangat terikat oleh dimensi waktu
pada saat terjadi pembicaraan Sobur, 2004: 49.
c. Sikronis dan Diakronis
Setelah analisis dilakukan tahapan selanjutnya adalah menentukan model pendekatan semiotik yang paling relevan dengan hasil
analisis, yaitu pendekatan semiotik oleh Roland Barthes. Roland Barthes mengembangkan pemikiran Sausure. Tidak berhenti pada
penanda signifier dan signified dalam menjelaskan tanda seperti pada detail Saussure, Barthes berpendapat bahwa dalam
masyarakat, tanda diproduksi dan dipahami serta berkembang dalam dua sistem Budiman dalam Pramastyo, 1999: 109.
Saussure merumuskan dua cara pengorganisasian tanda ke dalam kode, yaitu 1 Paradigmatik merupakan sekumpulan tanda yang dari
dalamnya dipilih satu untuk digunakan. Dengan paradigma itu sekumpulan simbol dapat bekerja didalamnya. Karena itu berlaku
sistem seleksi tanda, Artinya setiap kita berkomunikasi , kita mesti memilih dari sebuah paradigma. 2 Semantic merupakan pesan yang
dibangun dari paduan tanda-tanda yang dipilih. Dalam semiotik
semantic digunakan
untuk menginterpretasikan
teks tanda
berdasarkan urutan kejadian peristiwa yang memberikan makna atau urutan peristiwa kejadian menggeneralisasikan makna Kriyantono,
2007: 267. Kemudian pemikiran Saussure diteruskan oleh Roland Barthes,
jika Sausurre lebih tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang
tertarik pada kenyataan kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Disinilah
Barthes mencoba meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural
penggunanya. Gagasan inilah yang dikenal dengan “order of significations” Kriyantono, 2007: 268.
Dalam studinya tentang tanda Roland Barthes mengklasifikasikan adalah pemaknaan dua tahap two way signification. Barthes secara
panjang lebar mengulas apa yang sering disebut sebagai sistem pemaknaan tataran ke-dua, yang dibangun diatas sistem lain yang telah
ada sebelumnya. Sistem ke-kedua ini oleh Barthes disebut konotative, yang didalamnya mythologies-nya secara tegas di bedakan dari
denotative atau sistem pemaknaan tataran pertama. Konotasi identik dengan operasi ideologi yang disebut dengan mitos yang berfungsi
untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Roland Barthes
membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda. Fokus perhatian Barthes lebih tertuju kepada gagasan
tentang signifikasi dua tahap two order of signification seperti terlihat pada bagan berikut Barthes dalam Pramastyo 2011: 30.
Bagan II Signifikasi Dua Tahap Barthes
Sumber : John Fiske, Introduction to Communication Studies dalam Sobur, 2001: 127
Untuk itu, dalam setiap kesempatan Barthes selalu mengungkapkan tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan, namun juga
mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Pada dasarnya, ada perbedaan antara denotasi dan konotasi yang dipahami
Barthes. Dalam semiotika Barthes, denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal
ini denotasi justru lebih diabaikan dengan ketertutupan makna. Sebagai reaksi untuk melawan keharfiahan denotatif yang bersifat opresif ini,
Barthes mencoba menyingkirkan dan menolaknya. Baginya yang ada hanyalah konotasi, lebih lanjut mengatakan bahwa makna harfiah Barthes
merupakan sesuatu yang bersifat alamiah Budiman, dalam Pramastyo 2003: 22.
Fist Older Second Older
Sign Culture
Denotation Connotation
Myth Signified
Signifier
Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang
disebutkannya sebagai
“mitos” dan
berfungsi untuk
mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Dalam mitos juga
terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda dan tanda. Namun sebagai sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai
pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau dengan kata lain, mitos adalah juga sistem pemaknaan tataran ke-dua. Dalam mitos pula
sebuah tanda dapat memiliki beberapa penanda Pramastyo, 2011: 31. Jadi, dalam penelitian ini peneliti menggunakan semiotika Barthes
dalam menganalisis simbol-simbol zionis pada video klip para artis Republik Cinta Managemen RCM.
4. Zionisme Yahudi