REPRESENTASI SENSUALITAS DALAM VIDEO KLIP (Studi Semiologi Tentang Representasi Sesualitas dalam Video Klip ”Cinta Satu Malam” Yang dipopulerkan Oleh Melinda).

(1)

R E P R E S E N TA S I S E N S U A L I TA S D A L A M V I D E O K L I P

( St u d i S e m i o l o g i Te n t a n g R e p r e s e n t a s i S e n s u a l i t a s d a l a m

Vi d e o K l i p ” C i n t a S a t u M a l a m ” Ya n g d i p o p u l e r k a n O l e h

M e l i n d a )

SKRIPSI

D i a j u k a n U n t u k M e m e n u h i S e b a g a i P e r s y a r a t a n M e m p e r o l e h G e l a r S a r j a n a p a d a F I S I P U P N ” Ve t e r a n ’ J a w a T i m u r

D i s u s u n o l e h : R i z k y A i s h w a r a P u t r i

0 5 4 3 0 1 0 1 6 5

YAYA S A N K E S E J A H T E R A A N P E N D I D I K A N D A N P E R U M A H A N U N I V E R S I TA S P E M B A N G U N A N N A S I O N A L ” V E T E R A N ” J AWA

T I M U R FA K U LTA S I L M U S O S I A L D A N I L M U P O L I T I K P R O G R A M S T U D I I L M U K O M U N I K A S I

S U R A B AYA 2 0 1 0


(2)

REPRESENTASI SENSUALITAS DALAM VIDEO KLIP

(Studi Semiologi Tentang Representasi Sensualitas dalam video klip“Cinta Satu Malam” Yang dipopulerkan Oleh Melinda)

Oleh :

Rizky Aishwara Putri 0543010165

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh tim penguji skripsi program studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional

”Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 1 November 2010

PEMBIMBING UTAMA Tim Penguji :

1. KETUA

Dra. Sumardjati, M.si Dra. Sumardjati,M.si

NIP.030 223 610 NPT. 030 223 610

2. SEKRETARIS

Drs. Saifuddin, M.Si NPT. 370069400351

3. ANGGOTA

Dra. Dyva Claretta, M.si

NPT. 946 600 025

Mengetahui

DEKAN

Dra. Hj. Suparwati, Msi NIP. 195507181983022001


(3)

Judul Penelitian : REPRESENTASI SENSUALITAS DALAM VIDEO KLIP (Studi Semiologi Tentang Representasi Sensualitas dalam Video Klip ”Cinta Satu Malam” Yang dipopulerkan Oleh Melinda)

N a m a m a h a s i s w a : R i z k y A i s h w a r a P u t r i

N P M : 0 5 4 3 0 1 0 1 6 5

J u r u s a n : I l m u K o m u n i k a s i

F a k u l t a s : F a k u l t a s I l m u S o s i a l d a n P o l i t i k

Te l a h d i s e t u j u i u n t u k m e n g i k u t i U j i a n S k r i p s i

Menyetujui, Pembimbing Utama

Dra. Sumardjijati,M.Si NIP. 195507181983022001

Mengetahui Dekan

Dra. Hj. Suparwati, MSi NIP. 195507181983022001


(4)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, atas segala karunia dan rahmat Allah SWT, serta sholawat dan salam kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Yang berjudul : Representasi Sensualitas Dalam Video Klip (St u d i S e m i o l o g i Te n t a n g R e p r e s e n t a s i S e n s u a l i t a s d a l a m Vi d e o K l i p C i n t a S a t u M a l a m Ya n g d i p o p u l e r k a n O l e h M e l i n d a ) .

P a d a k e s e m p a t a n i n i p e n u l i s m e n y a m p a i k a n t e r i m a k a s i h k e p a d a i b u Dra. Sumardjijati, M.Si selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan pengarahan dalam menyusun proposal ini hingga selesai.

Keberhasilan proposal ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik bantuan materiil maupun spritual. Atas bantuan tersebut penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof Dr. Teguh Suedarto.Mp. Rektor UPN ”Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Dra. Hj. Suparwati, Msi. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Juwito, S.Sos, M.si, Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Dra. Sumardjijati, M.Si selaku dosen pembimbing utama.

5. Kedua orang tua mama dan papa serta adik-adikku Elit dan Sando yang telah banyak berkorban memberikan semangat, fikiran dan fasilitas secara materil


(5)

maupun mental sehingga semuanya dapat berjalan lancar, it’s become my B’Day Gift in this year.

6. Semua teman dan kerabat baikku Vicky Meidi Saputra, Galuh, Rahma, Nafis, Hendiz, Iqbal, Desy, Nila, Anita, Tigor, Budi, Vega, Vava, Indra, Cahyo, Fauzan, Adit, Teman- teman Irari, Cak dan Ning, Guk dan Yuk Sidoarjo, Teman-teman Juanda yang mendukung, Putri Pariwisata Indonesia yang selalu memberi semangat dan kontribusinya.

7. Semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

8. Sungguh penulis menyadari bahawa penyusunaan skripsi ini belum sempurna dan penuh keterbatasan. Dengan harapan bahwa skripsi ini Insya Allah akan berguna untuk rekan-rekan di Jurusan Ilmu Komunikasi, maka saran dan kritik yang membangun sangatlah dibutuhkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada.

Surabaya, 23 November 2010


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN...ii

PENGESAHAN SKRIPSI...iii

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR GAMBAR...ix

DAFTAR LAMPIRAN...x

ABSTRAKSI...xi

BAB I PENDAHULUAN………...1

1.1. Latar Belakang Masalah………...1

1.2. Perumusan Masalah………...7

1.3. Tujuan Penelitian………...7

1.4. Kegunaan Penelitian………...7

BAB II Kajian Pustaka……….. 9

2.1. VideoKlip...9

2.2. Representasi..………...11

2.3. Komunikasi Audio Visual...12

2.4. Pesan Dan Sistem Simbolik...14

2.5. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa...15


(7)

2.7. Perasaan, Emosi, dan Cinta...19

2.8. Sensualitas...23

2.9. Konsep Makna...26

2.10.Semiotika...28

2.11.Semiotika Dalam Video Klip...30

2.12.Respon Psikologi Warna...34

2.13.Kerangka Berpikir...36

BAB III METODE PENELITIAN………38

3.1. Metode Penelitian...38

3.2. Kerangka Konseptual...39

3.2.1. Unit Analisis...39

3.2.2. Korpus Penelitian...39

3.3. Teknik Pengumpulan Data……….40

3.4. Teknik Analisis Data………. 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...42

4.1. Gambaran Umum Objek...42

4.1.1. Video Klip Cinta Satu Malam oleh Melinda...42

4.2. Penyajian Data...43

4.3. Analisis Data...44

4.3.1. Level Realitas………...45


(8)

1. Scene 2...45

2. Scene 5 dan Scene 7………....47

3. Scene 10 dan Scene 12...50

4. Scene 15 dan Scene 18...53

5. Scene 21 dan Scene 22...57

6. Scene 35...60

4.3.2. Level Representasi...62

4.3.2.1. Teknik Kamera...62

4.3.3. Level Ideologi...66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...68

5.1. Kesimpulan...68

5.2. Saran...69

DAFTAR PUSTAKA...70


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Model perempuan sedang berenang...45

Gambar 4.2. Kedua model saling berinteraksi...47

Gambar 4.3. Model laki-laki menatap model perempuan...50

Gambar 4.4. Kedua model berinteraksi di bathtub...53

Gambar 4.5. Model laki-laki menutup pintu kamar mandi...57

Gambar 4.6. Model perempuan dan Model laki-laki berpelukan...60

Gambar 4.7. Teknik close up shoot………...63

Gambar 4.8. Teknik Medium Shoot...64


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Gambar Potongan Video Klip………72


(11)

ABSTRAKSI

RIZKY AISHWARA PUTRI. (0543010165)

REPRESENTASI SENSUALITAS DALAM VIDEO KLIP

(Studi Semiologi Tentang Representasi Sesualitas dalam Video Klip ”Cinta Satu Malam” Yang dipopulerkan Oleh Melinda).

Didasarkan dengan semakin maraknya informasi yang masuk tanpa filter yang baik memberikan dampak shock culture di era modern ini kepada masyarakat. Peneliti menaruh perhatian pada masalah sensualitas yang terkandung pada video klip ”Cinta Satu Malam” oleh Melinda. Dengan tujuan untuk mengetahui representasi sensualitas dalam vidio klip ಯCinta Satu Malamರ yang dipopulerkan oleh Melinda.

Metode yang digunakan adalah analisis semiotik yang termasuk penelitian dengan cara merepresentasikan tanda-tanda di video klip ”Cinta Satu Malam”. Semiotik video klip adalah ilmu yang mengkaji tanda-tanda yang terdapat pada video klip ini dan menggunakan metode John Fiske. Objek penelitian ini yaitu penggambaran sensualitas yang diperankan oleh model perempuan dan model laki-laki di dalam video klip ini

Video klip ”Cinta Satu Malam” akan diuraikan dengan menggunakan 3 level tahapan yaitu : Level Realitas yang meliputi (make-up, kostum, dan setting), Level Representasi yang meliputi (teknik penggambilan gambar Long Shoot, Medium Shoot, dan Close Up), dan Level Ideologi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi dan pengamatan secara langsung terhadap berberapa scene dalam video klip ”Cinta Satu Malam”. Munculnya video klip ini dikarenakan semakin maraknya berbagai hal yang memiliki muatan sensualitas yang ada di masyarakat era teknologi modern, akibat masuknya berbagai informasi tanpa di imbangi filter yang baik, sehingga terjadi shock culture. Dengan adanya video klip ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan pada masyarakat mengenai menjamurnya muatan sensualitas, sekaligus menyadarkan masyarakat bahwa hal-hal yang mengandung sensualitas bukanlah sesuatu hal yang baik dan patut dilakukan, sehingga kita perlu membentengi diri agar tidak terjerumus kedalam sesuatu hal yang salah dan membuat kita menyesal belakangan.

Kata kunci : Video Klip ”Cinta Satu Malam” dengan mengguna kan Metode John Fiske.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan keanekaragaman budaya, sumber daya alam, dan intelectuallty masyarakatnya. Sebuah negara multy culture yang menjunjung tinggi norma dan tradisi leluhur yang memiliki nilai ketimuran

yaitu sopan santun dan tata krama. Adat ketimuran ini sudah ada sejak nenek moyang bangsa Indonesia dahulu kala dan diturunkan secara turun temurun hingga generasi muda saat ini.

Dengan perkembangan zaman yang terus menerus telah terjadi banyak perubahan di segala bidang. Perubahan zaman dari era pra-sejarah, era sejarah, hingga era modern ini telah menimbulakan banyak perubahan gaya hidup dan cara bersosilisasi masyrakat yang hidup pada zamannya.

Saat ini masyarakat diseluruh dunia menginjak pada era modern atau lebih sering disebut dengan era globalisasi yang hampir keseluruhan berbasis pada teknologi. Era yang begitu mudah bagi masyarakatnya untuk mendapatkan informasi dari seluruh penjuru dunia secara cepat, mudah, dan murah. Tentu saja, disetiap perkembangan zaman pasti memiliki efek positif maupun negatif. Hal ini tidak terkecuali pada era globalisasi saat ini. Semakin mudahnya masyarakat dari berbagai golongan dan usia meng-akses informasi tanpa disertai dengan filter yang kuat, membuat orang yang mengkonsumsinya mengalami shock culture. Sebuah perubahan life style atau gaya hidup secara cepat


(13)

dikarenakan belum adanya kesiapan secara mental bagi orang yang menerima informasi tersebut, dalam menyerap budaya-budaya baru yang belum pernah terjadi atau tidak umum di lingkungan sekitarnya.

Upaya menyampaikan kesadaran mengenai ini secara otomatis memerlukan media dalam mensosialisasikan seperti dalam film, iklan dan salah satu media yang digunakan untuk mempresentasikan gagasan ini adalah melalui musik atau vidio klip.

Hal ini disebabkan karena musik disampaikan melalui berbagai macam media komunikasi elektronik, misalnya radio, televisi, tape recorder, compact disk, internet ataupun sarana yang lain seperti pada saat pagelaran, konser musik, pertunjukan yang diiringi musik. Salah satu hal penting dalam musik adalah keberadaan vidio klipnya, karena melalui vidio klip, pencipta lagu ingin menyampaikan pesan yang merupakan pengekspresiaan dirinya terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di dunia sekitar, dimana dia berinteraksi di dalamnya.

Musik merupakan hasil budaya yang menarik diantara banyak budaya manusia yang lain. Dikatakan menarik karena musik memegang peranan yang sangat banyak di berbagai bidang, seperti jika dilihat dari sisi psikologisnya, musik kerap menjadi sarana pemenuhan kebutuhan manusia dalam hasrat akan seni dan berkreasi. Dari sosial musik dapat disebut sebagai cermin tatanan sosial yang ada dalam masyarakat saat musik diciptakan. Dan dari segi ekonomi pun musik telah bergerak pesat menjadi satu komoditi yang menguntungkan.

Vidio klip sebagaimana bahasa, dapat menjadi media komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial yang beredar dalam masyarakat. Vidio klip dapat juga menjadi sarana sosialisasi dan pelestarian terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu,


(14)

sebuah vidio klip mulai ditampilkan kepada khalayak, juga mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebar luasnya sebuah keyakinan, nilai-nilai bahkan prasangka tertentu. Sebuah vidio klip menggambarkan gaya hidup sosial seseorang dalam ketertarikanya dengan nilai-nilai peran yang harus disandangnya.

Karena itulah dalam penelitian ini menaruh perhatian pada masalah pemaknaan vidio klip atau lebih tepatnya lagi pada masalah penggambaran sensualitas di dalam video klip, yang dianggap memiliki sikap terlalu vulgar dan menggoda karena terpengaruh alculturasi dari budaya asing seperti yang digambarkan oleh Melinda. Menurut pengamat musik Indonesia Bens Leo, Melinda sebagai pendatang baru, diramalkan akan menjadi super star balantika musik Tanah Air. Nama Melinda memang masih asing di dunia entertainment, namun actries yang telah bermain di berberapa judul FTV diantaranya: “di Bali ada cinta” dan “Panggil aku Ayu” ini akan meramaikan industri musik Tanah Air dengan meluncurkan single pertamanya yang diberi judul “Cinta Satu Malam”. Berdasarkan cover album Melinda, citra yang ditonjolkan dalam album ini adalah memiliki kesan ರseksiರ, hal ini dapat dilihat dari busana yang dikenakan Melinda cukup terbuka memperlihatkan sebagian dadanya.

Vidio klip “Cinta Satu Malam” menceritakan tentang gaya hidup sosial atau social life style seseorang di era globalisasi saat ini yang semakin bebas, pengaruh budaya-budaya asing yang diterima seseorang tanpa terfilter dengan baik, telah mempengaruhi dan merubah gaya pergaulan generasi muda saat ini sehingga terjadi penyimpangan gaya hidup. Banyak generasi muda yang terjerumus pada kehidupan bebas diantaranya: obat-obatan terlarang, minum-minuman beralkohol hingga free sex yang telah menelan banyak korban generasi muda bangsa Indonesia. Menurut okzone.com lagu


(15)

“Cinta Satu Malam” dalam waktu sepekan setelah diluncurkan di pasaran, menempati posisi Top 10 lagu Indonesia yang paling banyak diputar di radio-radio kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan. Selain itu, pemberitaan mengenai lagu ini tidak hanya dikarenakan lagu ಯCinta Satu Malamರ dianggap menjiplak

lagu luar negeri yang berjudul ಯEverytime we Touch, yang dinyanyikan penyanyi Eropa bernama Cascada, namun lagu ini juga menggungkapkan peristiwa gaya hidup masyarakat saat ini yang semakin bebas. Hal ini dapat terlihat dengan terapresiasinya program acara dialog Apa Kabar Indonesia Malam pada hari Selasa 24 Agustus 2010 di TV One. Acara tersebut mengangkat peristiwa booming-nya berberapa lagu yang dianggap kontroversi dikalangan masyarakat terkait dengan gaya hidup masyarakat saat ini, seperti ರSMS, Madu 3, Keong Racun dan Cinta Satu MalamರDalam acara tersebut menghadirkan berberapa narasumber seperti Bens Leo sebagai pengamat musik, Kasandra sebagai psikolog, dan Butet Kartarejasa sebagai pengamat budaya. Sedangkan dalam program acara Silet, untuk menjadikan lagu tersebut sebagai tema acara untuk dibahas secara detail pada hari Senin 19 April 2010. Pada acara tersebut, Silet mengupas berberapa hal mengenai lagu ಯCinta Satu Malamರ, kontroversi video klip lagu tersebut menimbulakan pro dan kontra di kalangan masyarakat, seperti ketika Silet meminta opini berberapa orang tua yang memiliki anak remaja, mereka menggungkapkan kurang setuju lagu tersebut karena video klip tersebut tidak memiliki nilai education yang baik, malah menimbulkan anggapan bahwa sensualitas bukanlah hal yang tabu lagi saat ini, bahkan sebagaian masyarakat yang dimintai opininya berharap, agar video klip tersebut tidak


(16)

diputar dan diedarkan di pasaran. Sedangkan menurut Charlie ST12 sebagai pencipta lagu tersebut mengunggapkan, video klip tersebut dibuat bukan untuk menginspirasi masyarakat melakukan tindakan yang mengandung muatan sensualitas dan pergaulan bebas, melainkan video klip tersebut dibuat untuk menggungkapkan fakta gaya hidup generasi muda saat ini yang sudah kehilangan akar budaya negerinya, yaitu menjunjung tinggi moral dan norma. Selain itu dalam visualisasi video klip “Cinta Satu Malam” jelas berbicara secara konsisten bagaimana sebuah karakter seorang wanita yang terjerumus dan melalukan pergaulan bebas dan mengandung sensualitas. Berita mengenai masalah pergaulan bebas yang mengandung sensualitas sebenarnya tidak lagi menjadi berita asing saat ini. Kurangnya pemahaman dan kesadaran generasi muda dalam mendapatkan informasi betapa bahayanya pergaulan bebas yang mengandung hal-hal yang bebau sensualitas, serta ditunjangnya sikap orang tua yang menutup-nutupi hal tersebut karena menganggap “tabu”, membuat sebagian generasi muda yang penasaran menjadi hunting informasi sendiri. Hal semacam ini sebenarnya cukup berbahaya, karena remaja sebagai seseorang yang kejiwaannya masih labil dan ditunjang rasa ingin tau yang besar, mendapat informasi secara utuh dan mentah tanpa di imbangi oleh filter dan pemahaman bahaya sebenarnya dari masalah tersebut.

Fenomena semakin terkikisnya budaya ketimuran yang selama ini dianut masyarakat Indonesia sebenarnya dapat di protectsi oleh peningkatan keimanan, pengawasan orangtua serta control sosial seseorang dengan lingkungan sekitarnya. Bangsa Indonesia saat ini memang sedang berjuang keras terhadap penjajahan “kualitas mental” generasi mudanya yang sedang terkontaminasi efek-efek negatif budaya asing. Hal semacam ini sebenarnya tidak hanya menjadi tanggung jawab personal, melainkan


(17)

tanggung jawab bersama seluruh lapisan bangsa Indonesia, untuk sama-sama memerangi hal-hal yang memiliki muatan sensualitas sebagai bagian dari pergaulan bebas.

Dengan asumsi itulah, mungkin terbangun sebuah pandangan, bahwa negeri ini menjadi sebuah “lahan subur” penyebaran efek- efek negatif Globalisasi yang menyebabkan banyak generasi muda yang menjadi korbanya, serta menjadi negara yang dihuni oleh masyarakatnya yang belum sadar terhadap bahaya pergaulan bebas yang memiliki muatan sensualitas, karena di negeri ini ada jarak yang terbentang luas dalam hal relasi perempuan dan laki-laki yang dibatasi, sesuai dengan nilai, norma dan adat ketimuran yang dianut Bangsa Indonesia. Pada konteks inilah, sejauh mana pemahaman kita tentang makna gaya hidup sosial yang sudah terpengaruh nilai-nilai sensualitas yang terbawa dari budaya asing yang masuk dan mempengaruhi generasi muda. Juga bagaimana pemecahan masalahnya atau bagaimana cara melaksanakan etika berkehidupan sosial yang beradab untuk mewujudkan harkat generasi muda, benar-benar ditantang untuk di jawab. Dengan adanya berbagai gugatan ini diharapkan juga kesadarannya pada generasi muda, bahwa sebagai generasi penerus bangsa harus dapat berjalan di arah yang positif, sehingga dapat meneruskan perjuangan rakyat Indonesia untuk meraih cita-cita luhur bangsa ini.

Penelitian tentang suatu sistem tanda, salah satunya untuk melihat bagaimana menrefleksikan fenomena kedalam sistem tanda komunikasi yang berupa vidio klip tersebut, maka peneliti menggunakan analisis dengan metode semiotik John Fiske, yang menitik beratkan pada pemaknaan vidio klip ರCinta Satu Malam ರ.


(18)

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi permasalahanya dalam penelitian ini adalah: Bagaimana sensualitas dipresentasikan dalam vidio klipರCinta Satu Malamರyang dipopulerkan oleh Melinda?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui representasi sensualitas dalam vidio klip ಯCinta Satu Malamರ yang dipopulerkan oleh Melinda.

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis, yaitu untuk menambah liberatur penelitian kualitatif ilmu komunikasi khususnya mengenai analisis dengan metode semiotik. Dan dapat menambah wawasan bagi pendengar untuk mengetahui makna yang disampaikan tentang sensualitas. 2. Kegunaan Praktis, yaitu untuk membantu pembaca dalam memahami makna tentang pemaknaan vidio klip yang ada dalam lagu ಯCinta Satu Malamರ yang dipopulerkan oleh Melinda.


(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Vidio Klip

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata videomemiliki arti bagian yang memancarkan gambar pada pesawat televisi. Video juga bearti rekaman gambar hidup atau program televisi untuk ditayangkan lewat pesawat televisi. Sedangkan kata klip berarti alat atau menjepit lembaran kertas menjadi satu, biasanya dibuat dari kawat atau plastik.

Video klip juga akrab disebut video musik, namun di Indonesia istilah video klip lebih lazim digunakan. Video musik adalah istilah yang berkenaan dengan gambar visual dalam bentuk kaset video atau CD-ROM. (Ibid, 2002:13).


(20)

Video klip merupakan sebuah bentuk tayangan, yang bisa menjadi sarana informasi tentang keberadaan dan ciri khas dari artis yang membawakan lagu tersebut. Oleh karena itu, video klip dianggap bisa mewakili jiwa dan keinginan dari artis tersebut terhadap lagu yang dibawakanya.

Tayangan video klip yang beraneka ragam, kreatif, dan inovatif di berbagai stasiun televisi mulai menjamur, baik video klip dari dalam negeri maupun mancanegara. Munculnya berbagai acara televisi yang menayangkan video klip tersebut membuat video klip mulai bisa dilirik sebagai media promosi dari artis tertentu. Suatu kenyataan yang terjadi bahwa video klip merupakan salah satu bentuk media promosi yang efektif untuk bisa mengangkat nilai jual terhadap karya seni yang dihasilkan.

Video klip adalah sarana bagi produser musik untuk memasarkan produknya melalui medium televisi. Selain itu, video klip adalah bagian dari sebuah program acara televisi non drama yang paling paling mudah diingat. Hampir semua televisi mempunyai acara musik dengan format Repacking Video yang menggunakan Video klip sebagai pengisi acara. (Naratama, 2004:77).

Berdasarkan pernyataan diatas, maka peneliti menyimpulkan video klip adalah tayangan lagu yang berbentuk audio visual, dalam hal ini penonton bisa melihat gerak dari personil ataupun penyanyi yang membawakan lagu tersebut dan juga bisa mendengarkan lagu berdurasi 3-5 menit yang sedang dinyanyikan oleh penyanyinya.

Video klip dapat ditayangkan dalam berberapa bentuk format, seperti format televisi, VCD, DVD, dan lain sebagainya. Video klip juga merupakan sarana


(21)

penyampaian pesan kepada khalayak melalui lagu yang dinyanyikan dan video klip yang ditayangkan bersamaan dengan lagu.

Selain itu, video klip juga dapat dijadikan sebagai media promosi, sehingga grup band atau penyanyi yang sedang membawakan lagu tersebut bisa dikenal masyarakat, dan diharapkan masyarakat tertarik untuk membeli kaset atau VCD dari grup band atau penyanyi tersebut.

2.2. Representasi

Representasi menunjukan pada proses maupun produk dari pemaknaan suatu tanda. Representasi juga dapat berarti perubahan konsep-konsep ideologi yang abstrak dalam bentuk-bentuk yang konkret. Representasi adalah konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui sistem penandaan yang tersedia : dialog, tulisan, film, lirik, fotografi, video klip, dsb. Secara ringkas, representasi adalah produksi makna melalui bahasa.

(http://kunci.or.id/esai/nws/04/representasi.htm).

Menurut Stuart Hall (1997), representasi adalah salah satu praktek penting yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas, kebudayaan menyangkut pengalaman berbagi . Seseorang dikatakan berasal dari kebudayaan yang sama, membagi kode-kode kebudayaan yang sama, berbicara dalam bahasa yang sama, dan saling berbagi konsep-konsep yang sama. Ada dua proses representasi: pertama representasi mental yaitu konsep tentang


(22)

mental ini masih berbentuk abstrak. Kedua bahasa ,yang berperan penting dalam proses konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam bahasa yang lazim, supaya kita dapat menghubungkan konsep dan ide tentang sesuatu dengan tanda dan simbol-simbol tertentu.

(http://www.or.id/esai/nws/04/representasi.htm).

Proses pertama memungkinkan kita untuk memaknai dunia dengan mengkonstruksi seperangkat rantai korespondensi antara sesuatu dengan sistem

peta konseptual dengan bahasa atau simbol yang berfungsi mempresentasikan

konsep-konsep kita tentang sesuatu. Relasi antara sesuatu, peta konseptual , dan bahasa atau simbol adalah jantung dari produksi makna lewat bahasa. Proses yang menghubungkan ketiga elemen ini secara bersama-sama itulah yang kita namakan representasi.

Konsep representasi dapat berubah-ubah. Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Intinya adalah makna tidak inheren dalam sesuatu di dunia ini, ia selalu dikonstruksikan, diproduksi, lewat proses representasi. Ia adalah hasil dari praktek penandaan. Praktek yang membuat sesuatu hal bermakna sesuatu

(http//kunci.or.id/esai/nws/04/representasi.htm).

Dalam penelitian ini, representasi menunjuk pada pemaknaan tanda-tanda yang terdapat pada video klip Cinta Satu Malam yang mengacu pada permasalahan gaya hidup bebas yaitu free sex, dimana banyak generasi muda saat


(23)

ini yang mulai meninggalkan nilai dan norma adat ketimuran bangsa Indonesia.

2.3. Komunikasi Audio Visual

Gambar merupakan salah satu wujud simbol atau bahasa visual yang didalamnya terkandung struktur rupa seperti garis, bnetuk, warna , dan komposisi. Ia dikelompokan dalam kategori bahasa komunikasi non verbal, dibedakan dengan bahasa verbal yang berwujud tulisan atau ucapan. Rencana grafis, yang kemudian berkembang menjadi desain komunikasi visual, banyak memanfaatkan daya dukung gambar sebagai simbol visual pesan guna mengefektifkan komunikasi. Upaya mendayagunakan simbol-simbol visual berangkat dari kenyataan bahwa bahasa visual memiliki karakteristik yang bersifat khas, bahkan istimewa, untuk menimbulkan efek tertentu pada pengamatanya. Hal demikian ada kalanya sulit dicapai bisa diungkapkan dalam bahasa verbal, misalnya saat menyampaikan kritik tentang suatu hal.

Umar Hadi (1998:57) dalam catatanya menuliskan, bahasa komunikasi visual adalah ungkapan ide dan pesan dari perancang kepada masyarakat yang dituju melalui simbol-simbol berwujud gambar, warna dan tulisan. Ia akan menjadi komunikatif apabila bahasa yang disampaikan itu dapat dimengerti oleh khalayak sasarannya. Ia juga akan berkesan apabila dalam penyajiannya tersebut terdapat suatu keunikan, sehingga ia tampil secara istimewa, mudah dibedakan dengan yang lainya.

Di dalam komunikasi diperlukan sejumlah pengetahuan yang memadai seputar siapa target sasaran dan bagaimana cara sebaik-baiknya berkomunikasi dengan


(24)

mereka. Jika komunikasi yang terjadi semakin baik dan efektif serta lengkap dengan pemahaman kita terhadap hal-hal tersebut, maka akan semakin mudah untuk menciptakan bahasa visual yang komunikatif.

Dewasa ini, komunikasi visual merupakan karya seni terpan yang padat teknologi, mempunyai dampak yang saqngat komprehemsif kepada masyarakat sebagai khalayank sasaran. Khalayak dalam bentuk komunikasi visual mencakup segala bidang kehidupan manusia, baik target komersial maupun tujuan sosial. (Tinarbuko, 2008:8-9).

2.4. Pesan dan Sistem Simbolik

Komunikasi berpartisipasi dalam penyampaian pesan dengan menggunakan simbol atau lambang-lambang yang dibentuk berdasarkan kesepakatan bersama. Pesan, secara sederhana diartikan sebagai isi pikiran, gagasan yang dikirim dari sumber kepada penerima (relatio aspect) untuk suatu tujuan mempengaruhi pikiran dan gagasan orang lain. Pesan diwujudkan dengan bentuk lambang berupa kata-kata, gambar, dan tulisan (pesan verbal), dan perilaku (non verbal).

Komunikasi disebut simbol simbolik karena penggunaan simbol-simbol yang terorganisasi dan disepakati secara umum sebagai wahan apertukaran gagasan. Sedangkan simbol-simbol yang membangun pesan-pesan disebut juga dengan tanda tegas De Saussure. Bahasa sebagai alat komunikasi digunakan orang untuk menyampaikan pikiran, gagasan, pengalaman-pengalaman, tujuan dan ungkapan, perhatian sehingga sebuah komunikasi dapat terbangun secara alami. Semua yang ada di alam semesta. Seperti objek-objek, peristiwa, pengalaman, hasil pemikiran,


(25)

perasaan, diberi suatu label atau nama-nama tertentu yang semata-mata setiap komunitas membutuhkan penandaan.

Dengan kata lain setiap orang tidak dapat memberi nama semaunya. Otoritas tentang memutuskan sebuah nama sangat tergantung dari kesepakatan yang dapat diterima. Oleh karena itu bahasa dianggap sebagai suatu sistem yang mampu menyajikan realitas secara simbolik sehingga di dalamnya termuat berbagai makna. Makna-makna benda bersifat deduktif sebagaimana adanya tetapi juga bersifat konotatif tergantung pada berbagai penafsiran oleh masyarakatnya (Purwasito, 2003:207).

2.5. Televisi sebagai Media Komunikasi Massa

Pada tahun 1873 seorang operator telegram asala Valentia, Irlandia yang bernama Joseph May menemukan bahwa cahaya mempengaruhi resistansi elektris selenium. Ia menyadari itu bisa digunakan untuk mengubah cahaya kedalam arus listrik dengan menggunakan fotosel selenium. Joseph May bersama Willoghhby Smith melakukan berberapa percobaan dan dilaporkan pada Journal of The Society of Telegraph Engineers. Hal ini merupakan embrio dari teknologi perekaman gambar.

Berberapa waktu kemudian diciptakan sebuah piringan metal kecil yang bisa berputar dengan lubang-lubang didalamnya oleh Julius Paul Nipkow di Jerman dan disebut sebagai cikal bakal televisi.

Pada tahun 1920 John Logie dan Charles Jenkins menggunakan piringan karya Paul Nipkow untuk menciptakan suatu sistem dalam penangkapan gambar,


(26)

transmisi, serta penerimaannya. Mereka membuat seluruh sistem televisi ini berdasarkan sistem gerakan mekanik, baik dalam penyiaran maupun penerimaannya. Pada waktu itu belum ditemukan komponen listrik tabung hampa. Televisi elektronik agak tersendat perkembanganya pada saat itu, lebih banyak disebabkan karena televisi mekanik lebih murah dan tahan banting.

Bukan itu saja, tetapi juga sangat susah untuk mendapatkan dukungan finansial bagi TV elektronik ketika TV mekanik sudah dianggap cukup baik saat itu. Sampai Vladimir Kosmo dan Philo T berhasil dengan TV elektroniknya. Dengan biaya murah dan hasilnya baik orang-orang mulai meninggalkan TV mekanik. Vladimir Kosmo mendapat bantuan David Sarnoff, Sarnoff meramalkan TV elektronik akan mempunyai masa depan yang baik. Selain itu Philo Farnsworth berhasil mendapatkan sponsor untuk mendukung idenya dan ikut berkompetisi dengan Vladimir.

Televisi saat ini telah menjadi bagian tak terpisahlkan dari kehidupan manusia. Banyak orang menghabiskan waktunya lebih lama di depan televisi dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk mengobrol dengan keluarga. (Morrisan, 2004: 1). Karena itu Tv merupakan media yang paling disukai oleh para pengusaha di bidang penyiaran dalam menyiarkan produknya. Keistimewaan televisi yang mempunyai unsur audio dan visual sehingga dipercaya mampu menambah daya tarik dibandingkan dengan media massa lain.

Televisi memiliki karakteristik khusus yang tidak dimiliki oleh media komunikasi lainya.beberapa karakteristik khusus tersebut membuat televisi memjadi media yang menyedot perhatian masyarakat. Adapun karakteristik khusus tersebut


(27)

adalah sebagai berikut :

1. Kesan realistis, yaitu penyajian siaran dalam audio visual.

2. Masyarakat lebih tanggap: ditonton dalam suasana santai, rekreatif.

3. Adanya pemilihan area siaran dan jaringan kerja yang mengefektifkan penjangkauan masyarakat.

4. Terkait erat dengan media lain.

5. Cepat, dalam menyebarkan informasi ke masyarakat. 6. Terjangkau luas, dapat menjangkau masyarakat luas.

Selain itu, televisi juga memiliki kekurangan, yaitu :

1. Jangkauan pemirsa masal, sehingga pemilihan sesuai mangsa pasar sulit dilakukan.

2. Tayangan relatif singkat, tidak menyampaikan secara lengkap dan rinci. 3. Proses produksinya mahal.

4. Pembuatan iklan TV lebih mahal.

2.6. Penonton Televisi

Awal tahun 1990 televisi swasta mulai bermunculan di Indonesia, hal ini memberikan dampak yang sangat luas bagi masyarakat Indonesia, karena televisi terjangkau oleh berbagai lapisan. Oleh karena itu, televisi dianggap mempunyai kemampuan yang luar biasa dalam menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Dengan kemampuan menjangkau yang merambah ke berbagai bentuk kehidupan masyarakat, televisi menjadi sarana yang sangat tepat untuk menjangkau pasar sasaran. Bahkan untuk sekedar memperkenalkan produk kepada masyarakat,


(28)

televisi menjadi sarana yang paling tepat.

Terlepas dari hal itu semua, bagi pemasar yang penting adalah pesan bisa sampai kepada kelompok konsumen sasaran. Berikut ini disampaikan hasil penelitian Peter Collett dalam Wells, Burnett dan Moriarty mengenai bagaimana perilaku penonton televisi di rumah. Penelitian ini dilakukan dengan cara memasang kamera pada 20 keluarga selama 400 jam.

Collet menyimpulkan bahwa penonton sering melakukuan sesuatu tapi sambil menonton. Mereka membaca, mengobrol, mencuci dan kadang berebut remot kontrol dengan penonton lainya. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kebanyakan orang jarang memberikan perhatian penuh pada program televisi. Terkait penelitian tersebut, maka pemasar harus secara kreatif merancang pesan yang bisa menimbulkan perhatian penonton secara penuh. Pemasar harus mampu menampilakan pesan yang efektif dan efesien, karena pada dasarnya penonton televisi tidak serius dalam menonton, apalagi jika berkumpul dengan keluarga.(Sutisna, 2002:287-288).

Selain itu, sering kali masyarakat hanya antusias pada program tertentu di stasiun televisi tertentu. Oleh karena itu, pemasar atau produsen harus mampu menyentuh masyarakat. Yaitu dari belum tahu menjadi tahu (kognitif), yang sudah tahu dapat menentukan sikap (afektif) dan yang sudah menentukan sikap dapat bereaksi untuk mewujudkan tindakan secara nyata (konatif).

2.7. Perasaan, Emosi dan Cinta


(29)

yang dihayati seseorang pada suatu saat. Untuk lebih memahaminya maka berikut ini akan diuraikan defenisi dan perasaan, emosi dan cinta (Sukmadinata, 2004;77). a. Perasaan

Seperti halnya emosi merupakan suasana batin atau suasana hati yang membentuk suatu kontinum atau garis. Kontinum ini bergerak dari ujung yang paling positif yaitu senang sampai dengan ujung yang paling negatif yaitu sangat tidak senang. Suatu perasaan apakah itu senang, suka, tegang atau terangsang timbul karena adanya stimulus dari luar. Stimulus dari luar berbaur dengan kondisi sesaat dari individu dan membangkitkan suatu perasaan. b. Emosi

Emosi merupakan perpaduan dari berberapa perasaan yang mempunyai intensitas yang relatif tinggi dan menimbulkan suatu gejolak suasana batin. Emosi seperti halnya perasaan juga membentuk suatu garis kontinum yang bergerak dari emosi positif sampai dengan bersifat negatif.

Berberapa ciri emosi diantaranya adalah (1) pengalaman emosional bersifat pribadi. (2) adanya perubahan aspek jasmaniah. (3) emosi diekspresikan dalam perilaku. (4) emosi sebagai motif.

Individu berkembang, seluruh perkembanganya meliputi semua aspek kepribadian termasuk emosinya. Karena pengaruh kebudayaan, dalam perkembangan emosi terdapat pola-pola ekspresi dan pengendalian emosi. Pola-pola tersebut diantaranya adalah :

1) Pertama, spontanitas dan pengendalian. Individu pada umumnya sangat spontan dalam menyatakan emosinya, tetapi karena


(30)

pengaruh kebudayaan individu dituntut harus dapat mengendalikan ekspresi emosinya.

2) Kedua, pernyataan konstruktif dan penekanan. Ekspresi emosi yang dapat diterima masyarakat dapat dinyatakan sesuai dengan keinginan individu tetapi yang negatif atau yang ditolak masyarakat perlu ditahan dan ditekan.

3) Ekspresi langsung dan tersembunyi. Emosi- emosi yang memiliki intensitas tinggi seperti benci, permusuhan dan sebagainya mungkin dapat dinyatakan secara langsung atau tidak. Pada umumnya emosi demikian, bukan hanya ditahan atau ditekan tetapi juga disembunyikan.

Kehidupan emosi sangat kompleks, banyak macam ragamnya dan tiap macam emosi bervariasi pula menurut muatanya, sifatnya serta intensitasnya. Berdasarkan muatanya, ada emosi yang mengarah pada hal yang positif dan ada pula yang negatif. Ada emosi yang bersifat konstuktif dan ada yang bersifat destruktif. Ada yang sangat kuat intensitasnya, ada juga yang sangat lemah dan halus. Ada emosi yang menunjukan manifestasi dari pribadi yang sehat dan yang kurang sehat (Sukmadinata, 2004:80-84).

Emosi sangat memegang peranan penting dakam kehidupan individu, akan memberi warna pada kepribadian,a aktivitas serta penampilanya juga akan mempengaruhi kesejahteraan dan kesehatan mentalnya. Agar kesejahteraan dan kesehatan mental tetap tercipta, maka individu perlu


(31)

mengadakan berberapa usaha untuk memelihara emosi-emosi yang konstuktif. Seperti yang diungkapkan oleh James C. Coleman (1969) dalam (Sukmadinata, 2004:86) yaitu membangkitkan rasa humor, memelihara emosi yang positif (konstruktif), menjauhkan emosi yang negatif (destruktif) serta berorientasi pada kenyataan.

c. Cinta

Jenis perasaan ini sangat populer. Menurut Erich Fromm dalam (Sukmadinata 2004:85) rasa cinta berkembang dari kesadaran manusia akan keterpisahanya dari yang lain dan kebutuhan untuk mengatasi kecemasan karena keterpisahan tersebut melalui pembentukan suatu persekutuan dengan yang lain. Manusia sebagai individu berdiri dendiri terlepas dari yang lainnya. Karena kesendirian dan keterlepasanya dari yang lain inilah, sering kali ia merasa kesepian, merasa cemas dan ia membutuhkan seseorang atau orang lain. Berkat adanya situasi ini tumbuhlah rasa cintanya akan orang lain atau sesuatu hal diluar dirinya. Dari urain diatas, Erich Fromm membedakan lima macam cinta yaitu cinta sahabat, cinta orang tua, cinta erotik, cinta diri sendiri dan cinta tuhan.

Prescott (1957) dalam (Sukmadinata, 2004:85) mengemukakan berberapa rasa cinta yaitu pertama, cinta melibatkan rasa empati. Seseorang yang mencintai berusaha memasuki perasaan orang yang dicintainya. Kedua, orang yang mencintai sangat memperhatikan kebahagiaan , kesejahteraan dan perkembangan dari orang yang dicintainya. Ketiga, orang yang mencintai menemukan perasaan senang dan hal ini menjadi sumber bagi peningkatan kebahagian, kesejahteraan dan perkembangan dirinya. Keempat, orang yang mencintai berusaha melakukan


(32)

berbagai upaya dan turut membantu orang yang dicintai untuk mendapatkan kebahagian, kesejahteraan dan kemajuan.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, dapat diketahui bahwa lirik lagu Cinta Satu Malam yang dinyanyikan oleh Melinda merupakan suatu ungkapan ekspresi rasa cinta dari seorang individu. Dimana demi perasaan cintanya pada seseorang yang baru dikenalnya, seseorang dalam lirik lagu tersebut rela berkorban apa saja demi membahagiakan orang tersebut termasuk cinta dan

kehormatanya . Karakter tersebut dapat timbul karena emosi yang tidak dikendalikan, karena kurangnya pengendalian dalam diri individu maka emosi tersebut menjadi bersifat destruktif atau merusak. Sehingga akibatnya emosi yang berlebihan kepada lawan jenisnya membuat dirinya rugi sendiri. Melalui lirik lagu dalam lagu Cinta Satu Malam , sang pencipta lagu yaitu Charlie ST12 berusaha mencurahkan simpati atas fenomena yang ada di masyarakat karena semakin tidak terkontrolnya diri seseorang dalam menjaga martabat dan kehormatanya, dikarenakan emosi sesaat yang terpengaruhi gaya hidup pergaulan bebas yang semakin marak terjadi di era globalisasi saat ini.

2.8. Sensualitas

Media televisi yang tengah berubah tampaknya menyadari bahwa sensualitas dan glamoritas adalah cara mujarab meraih popularitas. Tak heran, hampir semua stasiun televisi kini menggelar sensualitas dalam bentuk masal.


(33)

Ikon-ikon tubuh sensual pun dipajang dalam tiap acara untuk sajian visual yang menjerat mata. Acara-acara tersebut memang menjual sensualitas. Bagi pengisi acara televisi atau artis saat ini sensualitas digunakan untuk membantu menjual produk mereka di pasaran agar mudah dan digemari para penontonnya.

Sensualitas ini ada kaitan langsung dengan panca indera. Jadi, secara sederhana dapat dikatakan bahwa bahwa sensualitas ini menekankan kepada rasa , sehingga bisalah dikatakan lawan dari kata sensualitas adalah

intelek’. Di dalam karya seni apapun, kedua unsur ini (sensualitas dan intelektualitas) itu saling mengimbangi. Unsur utama dalam sensualitas adalah perasaan atau sentimentalitas. Unsur sensualitas lebih dikaitkan dengan perempuan, mengapa? Karena ideologi dominan yang ada dalam masyarakat. Ideologi patriarki yang memposisikan perempuan sebagai objek, memberikan kontribusi pada pengkomoditian tubuh perempuan oleh pihak media sebagai sarana untuk mengeruk keuntungan. Sebagai contoh, cover majalah dewasa yang kerap kali menampilkan tubuh perempuan dalam balutan pakaian yang mengesankan citra sensual. (Baria, 2005:4).

Lalu apakah arti atau defenisi sensualitas kalau begitu? Mungkin dari berberapa komentar dan analisis berikut dapat membantu memberikan kejelasan tentang makna sensualitas.

Sensualitas yang selalu dieksplotir dalam perdagangan dunia hiburan terjadi dimana-mana di seluruh dunia, karena pada dasarnya manusia memang

membutuhkanya . Dulu misalnya, poster Claudia Schiffer dilarang, karena membuat orang meleng. Kita harus mempercayai Sigmund Freud, ahli psikoanalisis, yang berpendapat bahwa ada aksi-aksi manusia yang bergerak


(34)

karena dorongan-dorongan seksual (pendapat Bre Redana, wartawan dalam Femina, Mei 2003)

Sensualitas menurut pandangan di atas adalah gerakan- gerakan dan perilaku yang sengaja dilakukan untuk menarik khalayak. Menarik khalayak yang dimadsudkan dari makan yang tersirat adalah yang mampu mendorong rangsangan seksual. Namun kembali lagi,, walau sensualitas atau aksi panggung dan pakaian yang dikenakan sengaja kelihatan sensual, selama penikmat atau konsumen tidak mempunyai pemikiran jelek ke arah seksual, maka hal tersebut sah-sah saja dan bukan terkategori aksi erotisme atau pornografi.

Sementara itu sensualitas sendiri adalah pemahaman yang ternyata berada pada tataran imajinasi. Artinya sensualitas hanya bermakna atau mempunyai arti jika munculnya imajinasi seksual individu terhadap objek yang dilihatnya. Imijinasi ini berarti menempatkan konsep sensualitas sebagai terminologi abstrak yang relatif pemaknaanya dalam pola kebahasaan ini. Selama tidak menimbulkan imajinasi atau birahi seksual, selama itu bukan masuk dalam kategori defenisi terminologi sensualitas.

Defenisi atau konsep sensualitas tubuh manusia yang berkembang di media massa tidak berhasil dirumuskan dalam defenisi yang jelas. Akan halnya sensualitas diskursus yang berkembang menyatakan sebagai bentuk aksi sensual yang sengaja dipertontonkan untuk mengundang imajinasi seksual. Pakaian minim, terawang, dan terbuka adalah salah satu contoh bentuk sensualitas itu menurut (Rachmah Ida 2003).


(35)

Dalam konteks kehidupan sosial dan politik di Indonesia, batasan-batasan terminologi seksualitas, erotisme, dan pornografi saling tumpang tindih. Tak ada rumusan yang jelas baik dari sisi hukum legal formal maupun aturan konvensi yang disepakati bersama. Seolah semua pihak punya batasan sendiri. Apa yang dilontarkan berbagai kalangan dari negarawan, politisi, ahli agama, menteri, kaum feminis Indonesia, semuanya atas perspektif masing-masing terhadap pemahaman pornografi, erotisme dan sensualitas .

Sensualitas adalah ’virus yang melekat pada perempuan dan menyebabkan wabah kerusakan mental dan moral bangsa. Tubuh perempuan tidak dilihat secara utuh melainkan menjadi potongan-potongan tubuh yang dilihat sebagai penyebab dalam konteks penurunan iman dan mental bangsa. Agen-agen yang berperan sebagai barier yang menghalangi perempuan untuk mengekspresikan dan mengaktualisasikan diri dalam publik sphare ternyata dalam bentuk komunitas-komunitas eksekutif yang kebanyakan berpijak atau berbasis pada kelompok-kelompok keagamaan. Kalupun mereka individu, tapi mengatasnamankan umut, masyarakat, dan sebagainya. Insitusi inilah yang dalam rumusan Foucault disebut sebagai ’disciplinary practices yang dengan kekuatan membentuk dan mengkonstruksi tubuh perempuan.

Di dalam penelitian ini, sensualitas yang dimadsud dikutip dalam Kamus Websterns New Wold-Collage-Dictionary yaitu :

Sensuality : the state or quality of being sensual .

Sensual : connected or preoccuppird with bodily or sexual pleasure . ( Sensualitas adalah pernyataan atau kualitas yang mengarah pada sensual. Sensual berhubungan dengan keinginan seksual secara jasmani).

Sedangkan arti sensualitas yang tertulis di dalam pusat bahasa dinas pendidikan nasional, yaitu :


(36)

Sensualitas adalah segala sesuatu yang mengenai badani bukan rohani Sensual adalah berhubungan dengan kenikmatan yang bersifat naluri 2.9. Konsep Makna

Kita semua sering menggunakan makna, tetepi sering kali tidak memikirkan makan itu. Ketika kita masuk kedalam ruangan yang kosong, disana muncul sebuah makna. Seseorang duduk di sebuah kursi dengan mata tertutup dan kita mengartikan bahwa ia sedang tidur dalam kondisi lelah. Makna dalam satu bentuk atau bentuk lainya menyampaikan pengalaman sebagian besar umat manusia di semua masyarakat.

Semua makna budaya diciptakan dengan menggunakan simbol-simbol. Simbol menurut Spradley (1997:121) adalah obyek atau peristiwa apapun yang menunjuk pada sesuatu. Semua simbol melibatkan tiga unsur, pertama simbol itu sendiri, kedua satu rujukan atau lebih, ketiga hubungan antar simbol dengan rujukan. Semua itu merupakan dasar bagi keseluruhan makna simbolik. Sementara itu, simbol sendiri meliputi apapun yang dapat kita rasakan atau alami. Menggigil dapat diartikan kedinginan dan dapat juga diartikan ketakutan, kegembiraan atau yang lainya. Mencengkram gigi, menganggukan kepala, menundukan tubuh, atau melakukan gerakan lain yang memungkinkan, semuanya dapat merupakan simbol.

Salah satu cara yang di gunakan para pakar untuk membahas lingkup makana yang lebih besar adalah dengan membedakan makana denotatif dengan makna konotatif.(Spradley, 1997:122) menjabarkan makana denotatif meliput hal-hal yang ditunjuk oleh kata-kata (makna referensial).


(37)

Piliang (1998:14) mengartikan makana denotatif adalah hubingan eksplisit antara tanda dengan referensi atau realitas dalam pertandaan tahap denotatif. Misalnya ada gambar manusia, binatang, pohon, rumah. Warnanya juga dicatat seperti merah, kuning, biru, putih dan sebagainya. Pada tahapan ini hanya informasi data yang disampaikan.

Spradley (1997:123) menyebut makna konotatif meliputi semua signifikansi sugesti dan simbol yang lebih dari pada arti referensialnya. Menurut Pilliang (1998:17) makna konotatif meliputi aspek makna yang berkaitan dengan perasaan dan emosi serta nilai-nilai kebudayaan dan ideologi. Contohnya gambar wajah orang tersenyum bisa diartikan sebagai suatu keramahan dan kebahagian. Tetapi sebaliknya, bisa saja senyum diartikan sebagai ekspresi penghinaan kepada seseorang. Untuk memahami makna konotatif, maka unsur-unsur lain harus dipahami pula.

2.10. Semiotika

Secara etimologis, istilah semiotik yang berasal dari kata Yunani Semion

yang berarti tanda . Tanda itu sendiri di defenisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konuensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. (Eco, 1979: 16). Semiotika atau dalam istilah Barthes, semiologi pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memakai hal-hal (things). Memaknai (to sinifity) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai


(38)

berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda ( Barthes, 1988: 179 ) (Kurniawan, 2001:53)

Juga diungkapkan oleh Saussure dalam Budiman bahwa :

Sebuah ilmu yang mengkaji tanda-tanda di dalam masyarakat dapat dibayangkan; ia akan menjadi bagian dari psikologi sosial dan sebagai konsekuensinya, psikologi general ; ia akan saya beri nama semiologi (dari bahasa Yunani semeion tanda ). Semiologi akan menunjukan hal-hal apa yang membentuk tanda-tanda, kaidah-kaidah apa yang mengendalikannya.

Semiotika seperti kata (Lechte, 2001 :191) adalah teori tentang tanda dan penandaan. Lebih jelasnya lagi, semiotika adalah suatu disiplin yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana signs tanda-tanda dan berdasarkan sign sistem (code). (Segers, 2000:4)

Berkenan dengan studi semiotik, pada dasarnya pusat perhatian pendekatan semiotik adalah pada tanda (sign). Menurut John Fiske, terdapat tiga area penting dalam studi semiotik, yakni ( Fiske, 1990:40) :

1. Tanda itu sendiri. Hal ini berkaitan dengan beragam tanda yang berbeda, seperti cara mengantarkan makna serta cara menghubungkanya dengan orang yang menggunakan. Tanda adalah buatan manusia dan hanya bisa dimengerti oleh orang yang menggunakannya.

2. Kode atau sistem dimana lambang-lambang disusun. Studi itu meliputi bagaimana beragan kode yang berbeda dibangun untuk mempertemukan dengan kebutuhan didalam masyarakat dalam kebudayaan.


(39)

Sebuah tanda tidak hadir begitu saja sebagai bagian dari kenyataan

–ia merefleksikan dan membiaskan kenyataan lain. Oleh karena itu sebuah tanda bisa menjauhkan dari kenyataan atau mentaatinya . Dalam semiotika, bila segala sesuatu yang dalam terminologi semiotika disebut sebagai tanda (sign), semata alat untuk berdusta, maka setiap tanda akan selalu mengandung muatan dusta; setiap makna (meaning) adalah dusta; setiap pengguna tanda adalah para pendusta; setiap proses pertandaan (signification) adalah kedustaan. Umberto Eco menjelaskan bahwa bila sesuatu tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan dusta, maka sebaliknya ia tidak dapat juga digunakan untuk menggungkapkan kebenaran (truth): ia pada kenyataannya tidak dapat digunakan untuk

menggungkapkan apa-apa. Dia berfikir defenisi sebagai sebuah teori kedustaan sudah sepantasnya diterima sebagai program komprehensif untuk semiotika umum (Piliang, 2003:43).

2.11. Semiotika dalam Video Klip

Tayangan video klip di televisi memiliki kelebihan unik jika dibandingkan dengan publikasi lain di radio yang juga sering memperdengarkan lagu-lagu dalam program siaranya. Kelebihan tayangan televisi juga memungkinkan diterimanya tiga kekuatan generator makna sekaligus, yakni narasi, suara dan visual.

Ketiganya membentuk sebuah sistem pertandaan yang bekerja untuk mempengaruhi penontonya. Dari ketiganya, video klip bekerja efektif karena menghadirkan pesan dalam bentuk verbal dan non verbal sekaligus.


(40)

Sebagai sistem pertandaan, maka video klip televisi sekaligus menjadi sebuah bangunan representasi yang tidak semata-mata menrefreleksikan lagu yang mengiringinya, namun seringkali menjadi representasi gagasan yang terpendam di balik penciptanya. Persoalan representasi ini yang kemudian menarik, karena di dalam sebuah video klip terdapat sebuah makna sosiokultural yang dikonstruksikan.

Tampilan video klip di televisi senantiasa melibatkan tanda dan kode. Setiap bagian atau scene dalam video klip pun dapat menjadi tanda atau sign, yang secara mendasar berarti sesuatu yang memproduksi makna (Thwaites, 2002:9). Tanda berfungsi mengartikan atau merepresentasikan serangkaian konsep, gagasan atau perasaan sedemikian rupa yang memungkinkan seseorang penonton untuk men-decode atau menginterpetasikan makananya.

Jika tanda adalah material atau tindakan yang menunjuk sesuatu, kode adalah sistem dimana tanda-tanda diorganisasikan dan menentukan bagaimana tanda dihubungkan dengan yang lain. Dalam video klip kode-kode secara jelas dapat dibaca adalah bahasa berupa audio dan audiovisual.

Semiotika tidak pernah mengandaikan terjadinya salah pemaknaan, karena setiap ’komunikan’ mempunyai pegalaman budaya yang berbeda, sehingga pemaknaan diserahkan kepada komunikan. Dengan demikian istilah kegagalan komunikasi tidak pernah berlaku dalam tradisi ini, karena setiap orang berhak memaknai teks dengan cara yang berbeda. Maka makna menjadi sebuah pengertian yang cair, tergantung pada frame budaya komunikanya.


(41)

Pada saat sebuah video klip telah tersaji di ruang publik, maka video klip akan memproduksi makana, dan pencipta tanda-tanda dalam video klip tidak lagi memiliki otoritas untuk memaksa makna-makna yang mereka kehendaki. Peran pemaknaan pun berpindah ke tangan komunikan.

Terobosan penting pada semiotika adalah diterimanya penerapan konsep-konsep linguistik ke dalam fenomena lain yang bukan hanya tertulis, yang dalam pendekatan ini lantas diandaikan sebagai teks pula. Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan produk media, seluruh tampilan media baik dalam bentuk tulisan, visual, audio, bahkan audio visual sekalipun akan dianggap sebagai teks. Pusat perhatian semiotika pada kajian komunikasi massa, salah satunya adalah tayangan video klip adalah menggalia apa yang tersembunyi di balik praktik pertandaan. Saussure mendefenisikan semiotika sebagai ilmu yang mengkaji tentang tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial (Piliang:2003:256). Oleh Saussure, semiotika kemudian dielaborasi sebagai hubungan tripartit yakni tanda (sign) yang merupakan gabungan dari penanda (signifer) dan petanda (signified).(Fiske&Hartley, 1996:23).

Penanda mewakili elemen bentuk atau isi, sementara petanda mewakili elemen konsep atau makna. Keduanya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sebagaimana layaknya dua bidang pada sekeping mata uang. Kesatuan antara penanda dan petanda itulah yang disebut sebagai tanda. Pengaturan makana atas sebuah tanda dimungkinkan. ’Tanda’ dan ’hubungan’ kemudian menjadi kata-kata kunci dalam analisis semiotika. (http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php)


(42)

Dalam tayangan pembuatan video klip, diasumsikan sama dengan pembuatan film cerita. Analisis semiotik yang dilakukan pada cinema atau film menurut Fieske disertakan dengan analisis film (video klip) yang ditayangkan di televisi. Sehingga analisis yang dilakukan pada video klip Cinta Satu Malam dibagi menjadi dua level seperti yang dikemukakan oleh Fiske:

1. Level Realitas

Pada level ini, realitas dapat berupa penampilan, pakaian dan make up yang digunakan pemain, lingkungan, perilaku, ucapan, gesture, ekspresi, suara, dan sebagainnya yang dipahami sebagai kode budaya yang ditangkap secara elektronik melalui kode-kode teknis, kode-kode sosial yang merupakan realitas yang akan diteliti dalam penelitian ini, dapat berupa :

a. Penampilan, kostum, make up yang digunakan model pada video klip Cinta

Satu Malam oleh Melinda. Pakaian dan tata rias yang digunakan serta kostum dan make up yang ditampilakan tersebut memberikan signifikasi tertentu menurut kode sosial dan kultural.

b. Lingkungan atau setting yang ditampilkan dari cerita dan tokoh tersebut, bagaimana simbol-simbol yang ditonjolkan serta fungsi dan makna di dalamnya. c. Dialog, berupa makna dari kalimat-kalimat yang diucapkan dalam dialog. 2. Level Representasi

Level Representasi meliputi kerja kamera, pencahayaan, editing, musik, dan suara yang ditransmisikan sebagai kode-kode representasi yang bersifat konvensional. Bentuk-bentuk representasi dapat berupa cerita, konflik, karakter,


(43)

action, dialog, setting, casting dan sebagainya. Level representasi meliputi: teknik kamera, pencahayaan, penataan suara, penataan musik.

Penggunaan semiotika dalam video klip telah menjadi bagian penting dalam masyarakat modern. Analisis Video klip dengan pendekatan semiotika dapat dilakukan, mengingat video klip merupakan fenomena semiotika. Masyarakat sekarang lebih berorientasi pada apa yang dilihatnya dan telah banyak menggunakan sistem tanda lain di luar sistem tanda verbal. (Panut, 1992:56). 2.12. Respon Psikologi Warna

Warna merupakan simbol yang menjadi penandaan dalam suatu hal. Warna juga boleh dinggap sebagai suatu fenomena psikologi. Respon psikologi dari masing-masing warna:

a. Merah

Power, kehangatan, cinta, nafsu, agresif, bahaya. Merah jika dikombinasikan dengan putih, akan mempunyai arti bahagia di budaya oriental.

b. Biru

Kepercayaan, konservatif, keamanan, teknologi, kebersihan dan keteraturan.

c. Hijau

Alami, sehat, keberuntungan, pembaruhuan. d. Kuning

Optimis, harapan, filosofi, ketidakjujuran, pengecut(budaya barat), dan pengkhiyanat.


(44)

e. Ungu/ Jingga

Spiritual, misteri, kebangsawanan, transformasi, kekerasan, keangkuhan. f. Orange

Energy, keseimbangan, dan kehangatan. g. Coklat

Tanah/ bumi, reability, comfort, daya tahan. h. Abu-abu

Intelek, masa depan, kesederhanaan, kesedihan. i. Putih

Kesucian, kebersihan., ketidakbersalahan, kematian. j. Hitam

Power, seksualitas, kecanggihan, kematian, misteri, ketakuatan, kesedihan,keanggunan.

Warna dan artinya mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap sesuatu yang dilekatinya. Warna juga memberi arti terhadap suatu objek, hampir semua bangsa di dunia memiliki arti tersendiri pada warna. Hal ini dapat dilihat pada bendera nasional masing-masing, serta upacara-upacara ritual lainya yang sering dilambangkan dengan warna warni (Cangara, 2005:109).

2.13. Kerangka Berfikir

Berkembangnya industri pertelevisian (berbasis audio visual) mulai menggeser posisi radio (berbasis audio), sehingga sebuah tayangan audio visual mulain menjadi pilihan utama masyarakat selama ini. Tayangan televisi yang tersebut salah satunya adalah video klip, yaitu gambar bergerak yang dimainkan


(45)

bersaman dengan sebuah lagu. Video klip ini dapat menjadi alat promosi grup band atau penyanyi yang bersangkutan.

Pembuatan video klip biasanya disesuaikan dengan lagu yang dibawakan oleh penyanyinya, sehingga video klip tersebut dibangun dengan suatu konsep tertentu. Ada kalanya, video klip tersebut memiliki tujuan memberikan informasi serta menggangkat isu yang berkembang di masyarakat dengan tujuan tertentu.

Peneliti tertarik untuk memeliti video klip Cinta Satu Malam yang dipopulerkan Melinda karena menganut analisis peneliti terdapat berberapa isis sensualitas dalam video tersebut.

Dalam video klip Cinta Satu Malam yang dipopulerkan Melinda, terdapat sisi sensualitas yang bisa memberikan dampak kurang baik bagi masyarakat yang melihatnya. Misalnya dengan menampilkan sisi sensual dengan memperlihatkan gambar perempuan yang sedang berendam dan tubuhnya hanya ditutupi busa sabun di dalam bathtub.

Penelitian representasi sensualitas dalam video klip Cinta Satu Malam yang dipopulerkan Melinda, menggunakan kategori tersebut yang ditentukan oleh penulis berdasarkan isi sensualitas dalam video klip Cinta Satu Malam .

Sesuai dengan jenis media yang digunakan, video klip juga sarat akan tanda-tanda yang dapat dimaknai sehingga terbentuk suatu ideologi tertentu. Video klip tersebut harus lebih dulu dipisahkan dalam scene-scene dengan mengacu pada teori Fiske.


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Di dalam representasi seks bebas dalam video klip Cinta Satu Malam oleh Melinda ini harus diketahui lebih dahulu tanda-tanda yang terdapat di dalamnya. Tanda-tanda tersebut terdapat dalam scene-scene tertentu dalam video klip tersebut. Tanda-tanda yang diamati adalah yang sesuai dengan representasi yang dibangun dalam penelitian ini, yaitu mengenai representasi sensualitas.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Penggunaan metode dikriptif kualitatif karena metode ini


(47)

akan lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ditemukan kenyataan ganda. Selain itu, metode diskriptif kualitatif lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. (Moleong, 1995:5).

Pengambilan scene-scene tersebut berdasarkan pada teori yang dikemukakan oleh John Fiske, dengan menggunakan metode tiga level, yaitu : Realitas, Representasi, dan Ideologi untuk menginterpretasikan atau memaknai seks bebas dalam video klip Cinta Satu Malam . Pemilihan metode tersebut karena video klip merupakan bidang kajian yang sangat relevan bagi analisis struktural atau semiotika.

3.2. Kerangka Konseptual 3.2.1. Unit Analisis

Unit analisis yang digunakan penelitian ini adalah keseluruhan tanda dan lambang berdasarkan pembagian level analisis oleh John Fiske yaitu : level realitas (raelity), level representasi, dan level ideologi yang terdapat pada model perempuan dan laki-laki yang mengandung muatan sensualitas dalam video klip Cinta Satu Malam . Untuk mengetahui bagaimana pemaknaan sensualitas dalam

video klip Cinta Satu Malam oleh Melinda tersebut. 3.2.2. Korpus Penelitian

Di dalam penelitian kualitatif diperlukan adanya suatu pembahasan masalah yang disebut korpus. Korpus adalah sekumpulan bahan terbatas, yang


(48)

ditentukan pada perkembanganya oleh analisis dengan semacam kesemenaan, bersifat sehomogen mungkin, baik homogen pada taraf waktu (sinkroni). (Kurniawan, 2001:70).

Korpus harus cukup luas untuk memberi harapan yang beralasan bahwa unsur-unsur akan memelihara sebuah sistem kemiripan dan perbedaan yang lengkap.

Pada penelitian kualitatif ini memberikan peluang yang besar bagi dibuatnya interpretasi alternative. Korpus dalam penelitian ini adalah model perempuan dan laki-laki yang mengandung muatn sensualitas terdapat di dalam video klip Cinta Satu Malam oleh Melinda.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini bersal dari data primer dan skunder yang diperoleh dari:

1. Data Primer : pengumpulakan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara dokumentasi dan mengamati video klip Cinta Satu

Malam oleh Melinda secara langsung.

2. Data Sekunder : data yang berasal dari bahan-bahan referensi, seperti buku-buku artikel dan data dari internet yang berhubungan dengan objek kajian yang diteliti.

3.4. Teknik Analisis Data


(49)

tanda yang tampak pada model perempuan dan laki-laki yang memiliki muatan sensualitas. Video klip Cinta Satu Malam oleh Melinda akan dianalisis dengan

menggunakan satu tahap pemaknaan. Tahapannya yaitu, video klip Cinta Satu

Malam oleh Melinda akan dipilah dengan menggunakan kerangka analisis semiotika pada film yang dikemukakan John Fiske. Analisis ini dibagi menjadi berberapa level, yaitu level realitas (reality) meliputi (make-up, setting, property, sudut pengambilan gambar, pencahayaan, tanda non verbal), sedangkan Level representasi meliputi (long shoot, medium shoot, dan close up), serta level ideologi.

Pada level realitas, dianalisis berberapa kode-kode sosial yang merupakan realitas yang ingin diteliti:

1. Bagaimana penampilan, kostum, dan make up yang digunakan oleh model perempuan dan laki-laki dalam video klip Cinta Satu Malam oleh Melinda yang menampilkan sensualitas.

2. Bagaimana lingkungan atau setting, yang ditampilakan video klip tersebut yang mengandung muatan nilai-nilai sensualitas.

Pada level representasi, yang akan diamati meliputi kerja kamera,pencahayaan, editing, musik dan suara yang ditransmisikan sebagai kode-kode representasi yang bersifat konvensional. Level representasi ini membantu dalam melakukan analisis pada level realitas, menunjukan alir cerita melalui


(50)

penggambaran tokoh dan setting yang dapat menjurus ke karakter dari pandangan mereka pada level ideologi.

Sedangkan pada level ideologi pada penelitian ini, mengamati ideologi terhadap muatan sensualitas dalam video klip Cinta Satu Malam oleh Melinda..

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek

4.1.1. Video Klip Cinta Satu Malam oleh Melinda

Lagu yang berjudul Cinta Satu Malam ini merupakan single pertama pada album perdana Melinda yang juga bertitlle Melinda sesuai dengan namanya. Album yang diproduseri oleh rumah produksi Nagaswara ini merupakan album ber-genre dangdut.


(51)

tentang gaya pergaulan bebas masyarakat saat ini yang mengandung sensualitas. Hal ini tercermin dari lirik lagu, begitu juga dengan video klip yang dijadikan media penyampaian pesan selain lirik atau lagu.

Selaras dengan lagu yang diiringinya, video klip ini bercerita tentang sensualitas seorang perempuan (Melinda) dan model laki-laki. Cerita dari video klip ini berawal dari model perempuan yang diperankan oleh Melinda di sela-sela melakukan kegiatan berenang, model perempuan menerima telepon dan membuat janji untuk datang ke sebuah club. Dengan ber-setting mirror ball yang biasanya ada di club, model perempuan menemui model laki-laki. Disana, mereka berdua melakukan berbagai aktivitas mulai mengobrol, minum, hingga menari bersama. Setelah clubing mereka pergi ke sebuah kamar dan model laki-laki merebahkan badan sambil menghadap model perempuan, lalu model perempuan berendam di bathtub kamar mandi sambil minum segelas wine dan disusul oleh model laki-laki yang ikut masuk kedalam kamar mandi, mereka berbicara dan berciuman hingga model laki-laki menutup pintu kamar mandi.

Setelah itu model laki-laki tertidur di kamar, dan terbangun keesokannya setelah model perempuan membuka tirai kamar yang menunjukan hari sudah pagi, dan model perempuan menghampiri model laki-laki. Mereka mengobrol mesra dan berpelukan hingga model perempuan berpamitan untuk pulang. Dan seakan tidak ingin pergi, tangan merekapun tidak ingin terlepas untuk berpisah. Namun, model perempuan yang diperankan oleh Melinda tetap saja pulang ke rumahnya dan melindapun merasa bahagia.


(52)

video klip ini berani mengangkat fenomena yang bermuatan sensualitas yang sedang marak saat ini.

4.2. Penyajian Data

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dalam video klip Cinta Satu Malam oleh Melinda, maka dapat disajikan pengamatan terhadap video klip tersebut. Objek pengamatan dalam video klip ini adalah seluruh kegiatan yang dilakukan oleh model perempuan dan laki-laki dalam video klip tersebut. Pengamatan data dalam penelitian ini fokus pada representasi sensualitas yang terdapat dalam video klip sebagai media komunikasi massa yang lebih banyak dipilih oleh khalayak karena memiliki unsur audio dan visual.

Pesan yang menjadi objek penelitian dalam video klip Cinta Satu Malam oleh Melinda adalah pesan non verbal. Pesan non verbal dalam video klip ini terdapat pada teknik kamera, kostum, aktifitas, ekspresi model perempuan dan laki-laki, serta pada setting tempat model.

Pesan non verbal yang terdapat dalam video klip tersebut kemudian akan dianalisis dengan menggunakan satu tahap pemaknaan. Tahap pemaknaannya yaitu, video klip Cinta Satu Malam akan dipilah dengan menggunakan kerangka analisis semiotik pada video klip yang dikemukakan John Fiske. Analisis ini dibagi menjadi berberapa level, yaitu level realitas, level representasi, dan level ideologi.

4.3. Analisis Data


(53)

dan level ideologi. Pada video klip Cinta Satu Malam oleh Melinda scene yang ditampilakan adalah aktivitas yang bersifat realitas yaitu ditemukan dalam kehidupan nyata atau kehidupan sehari-hari. Pada video klip Cinta Satu Malam ini aktivitas yang sifatnya realitas tersebut menjadi simbol atau representasi sensualitas.

Pada level representasi, yang akan diteliti dalam penelitian ini meliputi kode-kode dari teknik kerja kamera yang ditonjolkan oleh pembuat video klip yang dicontohkan oleh scene yang menggambarkan sensualitas. Sedangkan pada level ideolodi ini semua elemen diorganisasikan dalam kohersi dan kode-kode ideologi, seperti individualism, liberalism, ras, kelas, materialism, kapitalisme dan sebagainya.

Menurut Fiske, ketika kita melakukan representasi tidak bisa dihindari kemungkinan menggunakan ideologi tersebut. Pada level ini, pemaknaan atas simbol-simbol tersebut dihubungkan dengan sensualitas.

4.3.1. Level Realitas

4.3.1.1. Kostum dan Make-Up

1. Scene 2


(54)

Berdasarkan gambar diatas menunjukan model perempuan yang sedang mengusap wajahnya setelah berenang dengan back ground kolam renang. Ekspresi model perempuan sedang memegang wajahnya dengan posisi dagu meninggi serta rambut yang basah memberi kesan sensual dalam gambar di video klip ini.

Video maker mengambil gambar menggunakan teknik Close Up agar penonton video ini dapat melihat ekspresi wajah model perempuan secara jelas. Ekspresi model yang mengandung sensualitas sengaja ditampilkan dalam video klip Cinta Satu Malam untuk mendukung tujuan awal video klip ini agar menarik dan mudah diterima penontonnya.

Deskripsi visual yang ditampilkan adalah :

(1) Setting

Setting yang ditampilkan adalah kolam renang dengan latar belakang air yang berwarna biru, lokasi kolam renang di luar ruangan atau out door. Setting yang ditampilkan dalam video klip ini adalah pagi hari hal ini terlihat dari pencahayaan dalam gambar yang terang sehingga gambar tampak sangat jelas.

(2) Property

Property yang dipakai dalam shoot ini tidak terlalu banyak dan terkesan minin property, hal ini dikarenakan adegan yang diambil di dalam kolam renang yang tidak membutuhkan property pendukung terlalu banyak, sehingga tidak mengganggu model perempuan yang sedang melakukan aktivitas berenang.

(3) Sudut Pengambilan Gambar


(55)

dalam pengambilan gambar untuk memperjelas ekspresi model perempuan yang memiliki kesan sensual. Dalam pengambilan gambat video maker sengaja hanya menfokuskan model perempuan yang ada di dalam kolam sebagai objek tunggalnya dari pada kolam renang sebagai latar belakangnya.

(4) Pencahayaan

Dalam scene ini pencahayaan yang ditampilkan cukup terang. Hal ini untuk memberikan kesan setting pagi atau siang hari ketika gambar tersebut diambil. Selain itu efek terang diberikan agar menegaskan bahwa gambar ini dengan aktivitas berenang yang dilakukan model perempuan di lakukan luar ruangan atau out door.

(5) Tanda Non Verbal

Tanda non verbal yang tampak dalam scene ini ketika model perempuan yang baru melakukan aktivitas berenang mengusap wajah hingga leher karena basah dengan tangannya, dan posisi dagu terangkat sehingga kesan sensual tampak dalam scene ini.

2. Scene 5 Scene 7

Gambar 4.2. Kedua model saling berinteraksi

Berdasarkan gambar 4.2 diatas memperlihatkan kedua model sedang berinteraksi. Tampak mereka saling bertatap wajah serta tertawa satu sama lain sebagai bentuk


(56)

pengekspresian perasaan. Model perempuan dan model laki-laki terlihat seperti orang yang sudah akrab dan lama saling kenal karena ekpresi mereka memperlihatkan sudah tidak canggung lagi. Dengan posisi wajah kedua model yang saling berdekatan di dalam scene video klip ini memberikan kesan sensual. Di dalam scene ini pencahayaan yang diberikan cukup gelap dan hanya di beri efek cahaya dari lampu bola atau mirror ball sehingga memberikan kesan kedua model sedang berada di dalam club. Teknik pencahayaan yang redup memberikan efek dramatisasi, sensual, romantis serta misterius sesuai dengan psikologi warna. Video maker menggunakan teknik kamera close up untuk memperjelas ekspresi wajah kedua model, sehingga penonton video klip dapat memahami madsud pesan dari video maker.

Deskripsi visual yang ditampilkan adalah (1) Setting

Setting yang ditampilkan adalah kedua model sedang berinteraksi di dalam club. Hal ini tampak dari suasana ruangan yang redup untuk pencahayaannya dan hanya diterangi oleh lampu bola kaca bergerak atau mirror ball yang lazimnya digunakan didalam klub. Selain itu kedua model juga tampak memegang gelas khusus yang biasanya digunakan untuk minuman beralkohol, sehingga ini memperjelas club malam sebagai setting untuk scene video klip ini.

(2) Property

Dalam scene ini property yang tampak jelas adalah gelas khusus yang biasanya digunakan untuk minuman beralkohol, gelas ini dibawa oleh model perempuan dan model laki-laki yang sedang berinteraksi di dalam club. Selain itu property


(57)

lain yang digunakan adalah mirror ball atau bola lampu kaca yang terletak dan tampak jelas posisinya di sebelah atas kedua model yang sedang berdiri. Dengan adanya mirror ball lebih mempertegas kesan keberadaan kedua model yang sedang berinteraksi di dalam club.

(3) Sudut pengambilan gambar

Sudut penggambilan gambar scene ini adalah teknik close up untuk memperjelas ekspresi wajah model perempuan dan model laki-laki yang sedang berinteraksi dan tersenyum. Dengan adanya ekspresi ini semakin memberikan penjelasan dan gambaran kepada penonton bahwa cerita kedua model di dalam video ini sudah saling mengenal dan tidak asing lagi. Hal ini didukung dengan keberanian kedua model yang saling mendekatkan wajah sehingga memberikan kesan menggoda dan sensual.

(4) Pencahayaan

Pencahayaan yang diberikan di dalam scene ini cukup gelap untuk memberikan kesan dramatis, sensual, misterius dalam psikologi warna. Efek pencahayaan yang redup hanya diterangi oleh mirror ball secara tidak langsung memberikan penjelasaan bahwa kedua model sedang berada di dalam club.

(5) Tanda non verbal

Dalam scene ini tanda non verbal yang tampak adalah ketika posisi wajah dan tubuh kedua model saling berdekatan dan berangkulan memberikan kesan sensual dan menggoda, karena ekspresi saling mendekatkan wajah mbil tersenyum dan tubuh tidak lazim dilakukan oleh orang yang berbeda jenis.


(58)

Gambar 4.3. Model laki-laki menatap model perempuan

Berdasarkan gambar 4.3 diatas menunjukan ke-dua model sama-sama sedang berada didalam sebuah ruangan yang lebih tampak seperti kamar tidur, karena ada berberapa furniture yang lazimnya mengisi kamar tidur tampak dalam scene ini yaitu : bantal, tempat tidur, sprei putih, korden coklat yang menutup cendela, lampu duduk yang sedang menyala berada di sebalah tempat tidur . Scene ini menggambarkan model laki-laki yang mengenakan baju atasan berwarna putih sedang berbaring di tempat tidur sambil menatap model perempuan yang sedang berdiri di sebelah kanan tempat tidur.

Sedangkan model perempuan yang berdiri di sisi kanan tempat tidur, sedang berdiri dengan posisi tubuh menghadap ke arah model laki-laki yang berbaring di ranjang. Model perempuan di dalam video klip mengenakan pakaian dengan model baju terusan ketat (body fit) berwarna hitam gelap yang pada bagian bawahnya tidak terlalu panjang menutupi kaki, melainkan diatas lutut sehingga tampak sensual.

Video maker mengambil gambar tidak hanya menggunakan teknik Close Up untuk mengambil ekspresi wajah model laki-laki. Tetapi juga dengan menggunakan long shot. Gambar ini diambil dengan posisi dari belakang tubuh


(59)

model perempuan lebih tepatnya dari sela-sela paha kaki model perempuan yang mengenakan rok mini, sedang berdiri dengan posisi kedua kaki terbuka lebar. Hal ini memungkinkan kamera menggambil gambar cukup jelas dengan wajah model laki-laki yang sedang berbaring di ranjang sebagai objeknya sedang memandang model perempuan.

Deskripsi visual yang ditampilkan adalah : (1) Setting

Setting yang ditampilkan adalah sebuah ruangan yang lebih mirip seperti sebuah kamar tidur dengan setting waktu malam hari, yang memperlihatkan ruangan tersebut cukup gelap dengan tirai cendela yang terutup dan lampu duduk yang terletak di sebelah ranjang menyala. Disamping itu juga ditampilkan adegan ketika model laki-laki terbaring di ranjang sedang mengamati model perempuan.

(2) Property

Property yang dipakai dalam shot ini yaitu sebuah ranjang berbalut kain sprei berwarna putih, yang menjadi tempat model laki-laki berbaring sambil menatap ke arah model perempuan yang sedang berdiri disamping tempat tidur. Disamping itu ketika di dalam kamar tidur ini juga dapat dijumpai banyak perkakas yang biasanya terdapat di kamar tidur seperti korden coklat yang menutup cendela, lampu duduk yang menyala, dan juga bantal berwarna putih.

(3) Sudut pengambilan gambar


(60)

wajah model laki-laki yang sedang terbaring di ranjang. Long Shoot memfokuskan pada wajah model laki-laki yang menghadap pada model perempuan, yang sedang berdiri di sisi kanan ranjang. Keunikan penggambilan gambar ini ketika memfokuskan pada wajah model laki-laki diambil dari belakang tubuh model perempuan yang sedang berdiri, dari sela-sela paha kaki model perempuan sambil mengenakan pakaian dengan bawahan rok mini secara dekat atau di Close up sehingga terkesan sensual dan erotis.

(4) Pencahayaan

Dalam scene ini pencahayaannya cukup gelap atau redup untuk memberikan kesan dramatis dan sensual sesuai psikologi warna kepada penontonnya. Selain itu pencahayaan yang gelap juga digunakan untuk menerangkan bahwa adegan dalam scene ini adalah malam hari, hal ini ditunjang dengan dinyalakannya lampu duduk yang terletak diatas meja sebelah kiri model laki-laki berbaring, serta di tutupnya korden cendela kamar.

(5) Tanda non verbal

Adegan ketika model perempuan yang berdiri di sisi kanan tempat tidur, dengan mengenakan baju bawahan rok mini dengan pose kaki terbuka sambil menghadap ke model laki-laki yang sedang berbaring di tempat tidur, mengesankan model perempuan tidak takut dengan tantangan model laki-laki yang sudah terlebih dahulu naik di tempat tidur. Sedangkan model laki-laki yang berada di atas ranjang sambil menatap model


(61)

perempuan.

4. Scene 15 Scene 18

Gambar 4.4. Kedua model berinteraksi di bathtub

Berdasarkan gambar 4.4 diatas memperlihatkan ketika model perempuan berendam dan mandi di dalam bathtub yang terletak berada di kamar mandi, dengan posisi menghadap sebotol wine sambil menikmati segelas minuman. Di sela-sela model perempuan sedang melakukan aktivitas di kamar mandi, model laki-laki datang menghampiri sambil memegang segelas minuman dan duduk di sisi bathtub. Kedua model tampak saling memandang dan berinteraksi, padahal sang model perempuan sedang mandi. aktivitas ini tidak lazim dilakukan oleh orang pada umumnya, karena kamar mandi merupakan salah satu tempat yang pribadi, sehingga tidak sembarangan orang dapat masuk dan melihat aktivitas seseorang yang sedang dilakukan di dalam kamar mandi.

Pada gambar diatas unsur sensualitas yang menonjol adalah ketika

seorang perempuan yang sedang mandi dan tidak mengenakan pakaian, namun hanya tertutupi buih busa sabun di bathtub kamar mandi di datangi seorang lawan jenis yaitu laki-laki tanpa ada bentuk pengekspresian khawatir, canggung atau ketidak nyamanan dari model perempuan, malah tampak mereka menikmati


(62)

minuman dan berinteraksi bersama-sama. Kamar mandi memiliki sifat yang sangat pribadi, dimana lazimnya kamar mandi merupakan sebuah ruangan yang tidak dapat dimasuki atau digunakan secara bersama-sama dengan orang yang berbeda jenis selama melakukan aktifitas membersihkan diri atau mandi.

Video maker menggambil gambar dengan menggunakan teknik Long Shoot pada kedua scene, agar dapat mengambil gambar aktivitas yang dilakukan ke dua model di kamar mandi untuk diketahui penontonnya. Pada scene 15 tampak tanggan model perempuan menggambil segelas minuman yang dibelakangnya terdapat botol wine dan sebuah lilin untuk mengesankan suasana romantis. Selain itu kesan sensual tampak ketika model perempuan hanya tampak bagian lutut dan sebagian tubuhnya terendam buih busa sabun di dalam bathtub dengan setting kamar mandi Sedangkan pada scene 18, Aktivitas yang dilakukan seperti ketika model perempuan mengambil segelas minuman beralkohol sambil berendam di bathtub yang bagian tubuhnya sebatas dada hingga lutut hanya ditutupi buih busa sabun, sedang mengobrol dengan model laki-laki yang mengenakan kaos putih duduk di pinggir bathtub. Long shoot penggambilan gambar kedua scene ini memberikan informasi kepada penonton bahwa muatan atau nilai sensualitas yang ada dalam video klip ini dianggap tabu dan tidak pantas menurut budaya ketimuran bangsa Indonesia seperti berada berdua dengan lawan jenis padahal seseorang sedang mandi.

Deskripsi visual yang ditampilkan adalah : (1) Setting


(63)

berada di dalam kamar mandi. Pada scene 15, model perempuan menampakan masuk terlebih dahulu ke dalam kamar mandi, dengan hanya memperlihatkan lututnya yang tidak tertutup busa sabun di dalam bathtub dan berlatar belakang sebotol wine dan lilin sehingga ruangan tersebut tampak redup untuk memberikan efek dramtis dan sensual. Lalu pada scene 18 menerangkan model laki-laki menyusul ke dalam kamar mandi dan duduk di tepi bathtub sambil berinteraksi dengan model perempuan. (2) Property

Property yang dipakai dalam shot ini adalah sebotol wine yang terletak didepan model perempuan, untuk memberikan kesan minuman yang diminum kedua model selama dikamar mandi adalah minuman beralkohol. Selain itu bathtub yang berisi buih sabun menutupi badan bagian dada hingga paha model perempuan yang sedang berendam memberikan kesan sensual dan berani. Tidak hanya itu, juga terdapat property lain seperti shower yang mempertegas bahwa pengambilan gambar tersebut dilakukan dikamar mandi.

(3) Sudut pengambilan gambar

Sudut pengambilan gambar scene ini adalah Long Shoot sehingga dapat mengambil seluruh gambar aktivitas yang dilakukan kedua model selama di kamar mandi. Bahkan dengan pengambilan gambar menggunakan teknik ini, tampak ekspresi model perempuan yang tidak takut, atau kaget ketika ada seorang pria masuk kedalam kamar mandi. Bahkan, ekspresi model tersebut biasa-biasa saja menatap sambil mendengarkan model


(64)

laki-laki, yang sedang bicara seperti orang merayu untuk mengajaknya berhubungan badan di kamar mandi sambil memegang segelas minuman beralkohol. Long shoot juga memperjelas bagian gambar, ketika bagian tubuh model perempuan yaitu paha tidak ikut tertutup busa sabun di dalam bathtub, padahal di dalam kamar mandi tersebut terdapat model laki-laki sehingga memberikan kesan sensual dan erotis.

(4) Pencahayaan

Pencahayaan yang ditampilkan dalam scene di kamar mandi ini cukup gelap atau redup sehingga memunculkan kesan misterius, dramatis dan seksualitas. Efek cahaya redup di kamar mandi ini menggunakan lilin yang berada di dekat botol wine sehingga cahaya yang dimunculkan tidak seterang lampu pada umumnya.

(5) Tanda non verbal

Tubuh model perempuan yang berendam di dalam bathtub tidak seluruhnya tertutup buih busa sabun. Tampak, sebagian paha dan lutut terlihat padahal di dalam kamar mandi terdapat orang laki-laki, bahkan model perempuan tidak menunjukan penolakan keberadaan orang lain, atau terkesan tidak nyaman. Bahkan model perempuan berinteraksi dengan model laki-laki dan menikmati minuman bersama-sama dengan kondisi berendam mandi.


(65)

4.5. Gambar model laki-laki menutup pintu kamar mandi

Pada gambar 4.5 diatas memperlihatkan ketika sang model perempuan berendam di bathtub, model laki-laki ikut masuk ke dalam kamar mandi. Model perempuan dan model laki-laki bersama-sama minum minuman beralkohol. Pada scene 21 dengan menggunakan teknik pengambilan gambar Long Shoot, agar video maker dapat menunjukan keadaan di dalam kamar mandi ketika mereka berdua berinteraksi. Tampak adegan ketika model laki-laki melakukan pendekatan secara non verbal kepada model perempuan, berupa tindakan mendekatkan tubuh dan berciuman. Teknik Medium Shoot juga digunakan untuk memperlihatkan lebih jelas ekpresi wajah dan bahasa tubuh model laki-laki ketika menutup pintu kamar mandi.

(1) Setting

Setting yang diambil dalam scene ini berada di dalam kamar mandi, namun dengan pintu masih terbuka. Ketika model perempuan sedang berendam di bathtub dan berinteraksi dengan model laki-laki.Sedangkan pada scene 22 masih berada di dalam kamar mandi, tetapi dengan kondisi pintu kamar mandi yang ditutup model laki-laki.


(66)

Property yang digunakan untuk menggambarkan adegan ini agar tampak lebih nyata adalah dengan diberinya pintu kamar mandi untuk ditutup oleh model laki-laki sehingga terkesan mereka berdua akan melakukan sebuah aktifitas yang sangat pribadi, agar tidak diketahui orang lain. Sedangkan bathtub sebagai tempat berendam model perempuan yang menjadi latar belakang dalam scene ini memberikan kesan erotis dan sensual.

Di dalam kamar mandi juga tedapat property lainya seperti gelas minuman alkohol yang mereka konsumsi bersama, sambil berinteraksi sebelum model laki-laki menutup pintu kamar mandi.

(2) Sudut penggambilan gambar

Penggambilan gambar menggunakan teknik Long Shoot agar penonton dapat melihat secara keseluruhan kegiatan serta ekspresi yang dilakukan kedua model selama berada di dalam kamar mandi. Kegiatan tersebut meliputi mereka berinteraksi hingga model laki-laki merayu dan mencium. Teknik Medium Shoot juga digunakan untuk memperlihatkan lebih dekat dan jelas ekspresi yang dilakukan model laki-laki ketika menutup pintu kamar mandi, yaitu mengesankan wajah orang yang kuat. Dengan membuka sedikit mulutnya seakan berteriak kecil, padahal aktivitas yang dia lakukan hanya menutup pintu yang tidak terlalu berat. Kegiatan ini seakan dirahasiakan dan sangat pribadi sehingga tidak boleh diketahui orang lain.

(2) Pencahayaan


(1)

dilakukan, sehingga kita perlu membentengi diri agar tidak terjerumus kedalam sesuatu hal yang salah dan membuat kita menyesal belakangan.

DAFTAR PUSTAKA


(2)

Fieske, John, 2004. Cultural and Communication Studies, New York : Routledge Kurniawan, 2001, Semiologi Roland Barthes, Penerbit Yayasan Indonesiatera Pilliang, Yasraf Amir, 2003. Hipersemiotika Tafsir Cultural Studies Atas Matinya

Makna, Jogjakarta : Jalasutra

Sobur, Alex, 2002. Semiotika Komunikasi, Bandung :PT. Remaja Rosdakarya Tinarbuko, Sumbo, 2008. Semiotika Komunikasi Visual, Jogjakarta : Jalasutra Moleong, Lexy, 1998, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya Morisan, 2004, Jurnalistik TV Muktahir, Jakarta : Ghalia Indonesia

Sudjiman, Panuti dan Aart van Zoest, 1996, Serba Serbi Semiotika, Jakarta : Rineka Cipta

Sutisna, 2002, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

McQuail, Denis, 1991, Mass Communication Theory. London : SAGE Publications Rakhmat, Jalaludin, 2004, Psikologi Komunikasi, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya Hidayat, Dedy Nur, 2007, Pengantar Komunikasi Massa, Yogyakarta: Rajagrafindo


(3)

(http:// www.questia.com).

(http://www..mail-archive.com/agamadjid@googlegroups.com/msg.html) (http://kunci.or.id/esai/nws/representasi.htm).

Non Buku

Purwadinata, Nevy, 2005. Penggambaran Feminisme pada Video Klip Janji-

Janji Oleh Agnes Monica, Surabaya FISIP, Jurusan Ilmu Komunikasi UPN ”Veteran” Jawa Timur.

Widiastuti, Galuh, 2005. Representasi Budaya Patriarki Pada Lirik Lagu ”Madu 3” Achmad Dhani, Skripsi, Surabaya FIA, Jurusan Ilmu Komunikasi UPN ”Veteran” Jawa Timur.

Mauludiah, Diana, 2004. Studi Semiologi Representasi seks bebas dalam lagu ”Mari Bercinta” Aura Kasih, Skripsi, Surabaya FIA, Jurusan Ilmu Komunikasi UPN ”Veteran” Jawa Timur.


(4)

(5)

Scene 2

Scene 5 Scene 7

Scene 10 Scene 12


(6)

Scene 21 Scene 23


Dokumen yang terkait

REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM VIDEO KLIP(Analisis Semiotik pada Video Klip Menghapus Jejakmu, Peterpan)

1 9 2

REPRESENTASI KEMISKINAN STRUKTURAL DALAM VIDEO KLIP (ANALISIS SEMIOTIKA DALAM VIDEO KLIP SUPERGLAD DAN NAVICULA)

0 3 24

REPRESENTASI PRIA METROSEKSUAL DALAM VIDEO KLIP SMASH Representasi Pria Metroseksual Dalam Video Klip Smash (Analisis Semiotika Representasi Pria Metroseksual Melalui Personil Band Dalam Video Klip Smash).

0 0 18

REPRESENTASI PRIA METROSEKSUAL DALAM VIDEO KLIP SMASH Representasi Pria Metroseksual Dalam Video Klip Smash (Analisis Semiotika Representasi Pria Metroseksual Melalui Personil Band Dalam Video Klip Smash).

0 2 19

Representasi Aksi Vandalisme Dalam Video Klip.

0 0 2

REPRESENTASI “SEKSUALITAS” PADA LIRIK LAGU “CINTA SATU MALAM” (Studi Semiologi Tentang Representasi “Seksualitas” Pada Lirik Lagu “Cinta Satu Malam” Oleh Melinda).

1 9 99

REPRESENTASI KEKERASAN TERHADAP LAKI-LAKI DALAM VIDEO KLIP LAGU “JANJI JANJI” (Studi Semiotik Tentang Representasi Kekerasan Terhadap Laki-Laki Dalam Video Klip Lagu “Janji Janji” Dipopulerkan oleh Agnes Monica).

3 15 109

REPRESENTASI MASKULINITAS BOYBAND DALAM VIDEO KLIP (Analisis Semiotika Tentang Representasi Maskulinitas Boyband dalam Video Klip Bonamana oleh Boyband Super Junior) Sari

0 3 16

REPRESENTASI KEKERASAN TERHADAP LAKI-LAKI DALAM VIDEO KLIP LAGU “JANJI JANJI” (Studi Semiotik Tentang Representasi Kekerasan Terhadap Laki-Laki Dalam Video Klip Lagu “Janji Janji” Dipopulerkan oleh Agnes Monica)

0 0 24

REPRESENTASI “SEKSUALITAS” PADA LIRIK LAGU “CINTA SATU MALAM” (Studi Semiologi Tentang Representasi “Seksualitas” Pada Lirik Lagu “Cinta Satu Malam” Oleh Melinda)

0 0 22