konsep cerita. Fashion dapat didefinisikan sebagai gaya atau kebiasaan yang paling lazim dalam berpakaian. Fashion adalah semacam kode
berpakaian “makro” yang menetapkan standar gaya menurut usia, gender, kelas sosial, dan identitas diri Danesi, 2010: 267.
2. Representasi
Menurut Marcel Denisi kapasitas otak untuk memproduksi dan memahami tanda disebut semiosis, sementara aktifitas membentuk ilmu
pengetahuan yang dimungkinkan kapasitas otak untuk dilakukan oleh manusia disebut representasi. Representasi dapat di definisikan lebih
jelasnya sebagai penggunaan tanda gambar, bunyi, dan lain-lain untuk menghubungkan, menggambarkan, memotret, atau memproduksi sesuatu
yang dilihat, diendera, dibayangkan, atau dirasakan dalam bentuk fisik tertentu Danesi, 2010: 24.
Menurut Grame Burton dalam bukunya Memperbincangkan Televisi representasi dalam media adalah penggambaran kelompok-kelompok dan
institusi sosial, representasi berhubungan dengan stereotip, dan yang lebih penting lagi penggambaran itu tidak berkenaan dengan tampilan fisik
appearance dan diskripsi melainkan terkait dengan makna atau nilai dibalik tampilan fisik Burton, 2007:41.
Tampilan fisik
representasi yaitu
sebuah jubah
yang menyembunyikan bentuk makna yang sesungguhnya yang ada
dibaliknya. Karena, televisi adalah media visual, televisi menampilkan ikon, gambar orang atau kelompok yang terlihat hidup,
sekalipun ikon atau gambar itu hanyalah konstruk atau bangunan elektronis Burton, 2007:42.
Dari beberapa
penjelasan mengenai
Representasi diatas
menunjukkan bahwa setiap pesan yang disampaikan baik verbal maupaun non verbal akan direpresentasikan berbeda-beda oleh media dan diserap
khalayak dengan persepsi yang berbeda-beda pula sesuai dengan kondisi khalayak yang sesuai dengan tingkat pengetahuan tentang media itu
sendiri. Bisa dikatakan juga bahwa representasi mengharuskan kita berurusan dengan persoalan bentuk, cara penggunaan televisilah yang
menyebabkan khalayak membangun makna yang merupakan esensi dari representasi Burton, 2007:42.
Media terutama televisi merepresentasikan masa muda sebagai masa bersenang-senang, melakukan hal-hal yang ia sukai tanpa harus mematuhi
aturan baik dari orang tua, agama, maupun norma dalam masyarakat. Seperti yang dituliskan oleh Grame Burton berikut ini :
Sejauh menyangkut program untuk anak muda, semuanya berkenaan dengan kesenangan hati khalayak muda dan mendongkrak rating.
Definisi dan representasi anak muda, dalam bahasa sosiologis, rumit oleh fakta bahwa fenomena seperti budaya klub dan budaya dansa
sebenarnya melibatkan orang-orang pada usia yang lebih dewasa Burton, 2007:315.
Rasa ingin menjadi sosok gaul dan menonjol dibandingkan dengan anak-anak muda lainnya. Singkatnya, representasi anak muda adalah
seputar gaya hidup dan juga tipe Burton, 2007:318. Sebagaimana direpresentasikan melalui berbagai iklan televisi dari jasa finansial pada
1990-an, anak muda itu cool, anak muda itu trendy dalam gaya hip-hop, kehidupan anak muda berkisar pada teknologi musik, dan jalan-jalan sore
Burton, 2007:319.
Kehidupan anak muda yang menjadi musik, film, fashion, sebagai lifestyle, membuat anak muda menjadi terlena oleh hipnotis media, seolah
mereka tidak bisa dipisahkan dari media, tanpa media dan teknologi hidup mereka menjadi hampa. Hal inilah, yang menjadikan kehidupan anak
muda era modern ini kurang peduli terhadap efek yang ditimbulkan oleh media itu sendiri, mereka juga tidak lagi peduli terhadap simbol-simbol,
pesan yang terselubung dalam sajian media yang begitu menarik itu, yang lebih ironis adalah saat mereka sudah mengetahui keburukan dari simbol
yang ditampilkan media mereka seolah acuh dan mengangapnya baik-baik saja padahal, sesungguhnya semua itu dapat merugikan seluruh aspek
perilakunya dalam menjalani kehidupan ini seperti gaya hidup hedonis, dan hilangnya norma-norma agama dalam hidupnya.
3. Semiotika Komunikasi