PENDAHULUAN Variasi genetik Gadung liar (Dioscorea bulbifera) menggunakan Elektroforesis Gel Poliakrilamid di Sumatera Barat.

UNIVERSITAS ANDALAS 2006 Variasi genetik Gadung liar Dioscorea bulbifera menggunakan Elektroforesis Gel Poliakrilamid di Sumatera Barat Tesri Maideliza, Mansyurdin Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Andalas ABSTRAK Keragaman 6 lokus enzim pada 3 populasi Payakumbuh PYK, Padang PDG dan Bengkulu BKL Dioscorea bulbifera telah diperiksa dengan memakai elektroforesis patipoliakrilamid gel. Pada penelitian ini terdapat 3 lokus polimorfik Per3, Per4, Est2 dengan masing-masing 2 dua alel sehingga total 9 alel telah ditemukan pada seluruh populasi yang diperiksa. Keragaman genetik lebih tinggi dalam populasi Hs=0,08 dibanding antar populasi Dst=0,04. Aliran gene sebesar 0,53 adalah memperlihatkan nilai yang tinggi akibat antar populasi hanya mengalami sedikit diferensiasi secara genetik. Hal ini didukung oleh perbedaan genetik antar populasi berkisar antara 0,028- 0,129. Dari data isozim ini besar kecenderungan telah terjadi diferensiasi genetik antara populasi Barat dan Timur Bukit Barisan. Key word: alel, aliran gen, elektroforesis , lokus, Variasi genetik

I. PENDAHULUAN

Potensi evolusi suatu species tergantung kepada variasi genetik yang terkandung dalam populasinya Oyama, 1998. Populasi suatu species dapat memperlihatkan perbedaan derajat variasi genetik tertentu berkaitan dengan sistem reproduksi, asal-usul Hamrick dan Godt, 1990, penyebaran Babel dan Selander, 1974, dan sejarah geologisnya Lager-crantz dan Ryman, 1990; Loveless dan Hamrick, 1988. Pada akhir-akhir ini penelitian terhadap sebaran dan variasi genetik berbagai jenis tumbuhan meningkat pesat karena sangat berkaitan erat dalam mempelajari proses evolusinya Pleasant dan Wendel, 1989. Gadung Dioscorea adalah salah satu tumbuhan berumbi sudah dilaporkan oleh ahli Botani Belanda di Malay Peninsula, salah satu jenisnya adalah Dioscorea bulbifera Dioscoreaceae. Jenis gadung ini banyak ditemukan di Sumatera. Jenis ini mempunyai keunikan dibanding jenis gadung lainnya yaitu mempunyai umbi udara sehingga dikenal juga dengan nama “kentang udara” air potato Martin, 1974. Umbi udara dapat mencapai berat 2 600 g, dihasilkan setelah tumbuhan berumur tiga bulan, dan setelah berumur enam bulan tumbuhan mati Dahlan 2004. Secara perbandingan kandungan karbohidrat dari nasi, jagung, ubi kayu, dan gadung dalam setiap 100 gram secara berurutan adalah 40,6; 34,8; 38,0; dan 29,7 g Coursey, 1967, Meski kandungan karbohidratnya cukup tinggi, ternyata gadung mengandung senyawa racun berbahaya, yaitu asam sianida HCN yang dapat menyebabkan keracunan bahkan dapat mematikan. Asam sianida dalam gadung dapat berbentuk bebas sebagai asam sianida HCN atau berbentuk terikat sebagai prekursornya Morton, 1982. Selain mengandung pati Dioscorea dapat pula dimanfaatkan sebagai bahan obat untuk mencegah beberapa penyakit seperti lepra, katimumul, patah tulang, nyeri haid Salim, 1984 dan sipilis Burkill, 1966. Tumbuhan Dioscorea terkenal dikalangan kaum taksonomis karena mempunyai banyak problem dalam bidang sistematik Morton, J.F. 1982; Bartlett, 1910; Wilkin 1999; Xifreda 2000. Hal ini disebabkan karena banyak spesies yang belum teridentifikasibelum dikenal. Penelitian tentang sistematik jenis-jenis Dioscorea ini sekarang banyak dilakukan oleh berbagai institusi penelitian di dunia. Dioscorea mempunyai wilayah distribusi yang luas, maka akan menjadi persoalan yang menarik untuk mengetahui variasi genetik tumbuhan ini. Variasi genetik dapat dimulai dari menganalisa kromosom sperti jumlah kromosom dasar dan variasi lainnya dengan melakukan studi kariotipe Maideliza, 2004; Okada Tamura, 1977. Telah dilaporkan bahwa Dioscorea mempunyai jumlah kromosom dasar x=9 atau x=10 Degras, 1993. Pada tingkat populasi dapat dikembangkan kepada analisa protein isozim seperti yang dilakukan sekarang ini. Tumbuhan yang berasal dari daerah berbeda dapat saja mempunyai genetik kariotipe berbeda karena perbedaan evolusi dan sejarahnya Maideliza, 2001 Sejak era 1930an Tiselius, 1937 pasangan teknik elektroforesis dan pola alozim zimogram Hunter dan Market, 1957 telah menjadi pilihan untuk mempelajari peristiwa pewarisan genetik oleh para ahli genetika, sistematika, dan biologi populasi Gottlieb,1977; Brown, 1979; Hamrick et al., 1979; Ellstrand, 1984; dan Crawford, 1985. Diantara banyak teknik elektroforesis untuk protein, isozim sudah digunakan secara luas karena lebih efisien dan relatif lebih murah terlebih dalam mempelajari variasi yang intra spesifik. Pada penelitian sekarang ini dilakukan pemerikasaan terhadap populasi D. bulbifera dari beberapa tempat disumatera barat dan sebagai tambahan dibandingkan pula dari beberapa populasi di Bengkulu. Penelitian ini adalah 3 studi pendahuluan yang bertujuan untuk: 1. mengetahui keragaman alel inter dan intra populasi , 2. membandingkan keragaman alel antar populasi.

II. METODA PENELITIAN a. Koleksi Bahan di Lapangan