Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini Indonesia memasuki suatu era baru dimana semua hal dapat dilakukan dengan sangat mudah. Semua itu dilakukan karena adanya perkembangan- perkembangan baru yang ada di dalam masyarakat dalam berbagai hal. Misalnya saja di bidang teknologi informasi, banyaknya penemuan teknologi baru khususnya di bidang telekomunikasi mempertinggi kemampuan seseorang dalam berkirim informasi satu sama lain. Setiap negara di dunia berlomba-lomba dalam hal pembangunan fisik dan seringkali pembangunan mental spiritual terlupakan, yang sebenarnya sangat penting agar suatu negara tidak kehilangan identitasnya sebagai suatu negara yang bermoral dan berbudaya. Pembangunan nasional yang diselenggarakan oleh bangsa Indonesia merupakan suatu proses yang memerlukan perencanaan dan terarah dalam setiap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya dan pemerataan hasil-hasil pembangunan. Suatu pembangunan harus menciptakan keseimbangan kemajuan IPTEK Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan IMTAK Iman dan Takwa . Hal ini berati pembangunan tersebut melingkupi pembangunan lahiriah dan pembangunan mental masyarakat sehingga kedua hal tersebut dapat saling melengkapi satu sama lain dalam perjalanan pembangunan nasional. Tujuan pembangunan nasional tersebut tentunya tidak dapat terwujud dengan mulus melainkan harus berhadapan dengan hambatan-hambatan yang akan dihadapi dalam pembangunan. Kerjasama dan dukungan dari berbagai aktor pendukung pembangunan sangat diperlukan antara lain peran masyarakat. Masalah sosial yang sering terjadi saat ini adalah mengenai pornografi dan pornoaksi sehingga jika tidak diatasi maka akan merusak moral bangsa. Hal ini ditunjang peranan media massa dewasa ini, dalam mempengaruhi masyarakat baik commit to user 2 media cetak maupun elektronik. Informasi-informasi dari internet yang tidak bisa di kontrol oleh pihak yang berwajib bisa menjadi salah satu sumbernya. Dalam suatu masyarakat yang tidak mengetahui dengan jelas batasan pornografi kebanyakan wanitanya telah kehilangan perasaan malu. Pola hidup mewah kebanyakan dambaan para wanita. Pornografi bermasalah karena pada dasarnya pornografi dan pornoaksi adalah suatu bentuk kejahatan terhadap nilai-nilai sosial. Pornografi secara sengaja merendahkan dan melecehkan kaum perempuan menjadi sekedar objek seks yang tidak bermartabat dan pantas di ekspolitasi. Pornografi juga sangat mungkin mendorong keinginan seks yang pada gilirannya menyebabkan setumpuk penyakit seperti AIDS. Tahun ini penderita HIV atau AIDS di Indonesia terus bertambah jumlahnya mencapai 22.000 kasus positif. Di Sumatera terdapat 485 orang positif HIV atau AIDS dengan jumlah kematian mencapai 93 orang meninggal dunia. Penderita terbanyak berada di DKI Jakarta sebanyak 3.740 penderita dan 552 penderita telah meninggal dunia. Dilanjutkan Jawa Barat dengan 3710 penderita dan 663 telah meninggal, Jawa Timur dengan 3.540 penderita dan 732 meninggal, Papua dengan 2.585 penderita dan 373 meninggal. Di peringkat kelima ditempati Bali dengan 1.747 penderita dengan 311 telah meninggal. Selanjutnya Jawa Tengah dengan 819 penderita dan 265 meninggal. Diperingkat 7 ada Kalimantan Barat dengan 794 penderita dan 107 meninggal. Kedelapan ada Sulawesi Selatan dengan 591 menderita dan 62 meninggal. Kesembilan ada Sumatera Utara dengan 485 penderita dan 93 meninggal disusul Riau dengan 477 penderita dan 132 meninggal. Yang memperhatinkan dari jumlah itu lebih dari separuhnya adalah remaja usia 18-25 tahun. Hal ini menandakan semakin banyak generasi muda yang harus mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di rumah dan di sekolah Kementrian Pendidikan Nasional. Penderita HIV atau AIDS Terus Bertambah. http:bkkbn.go.id artikel.html 23 Desember 2010 pukul 13.00 . Selain ada penyakit menular seksual lainnya pemerkosaan, kehamilan remaja, aborsi, perselingkuhan, perceraian, hidup bersama tanpa ikatan pernikahan, pelacuran dan commit to user 3 homo seksual atau lesbian dan sebagainya. Pornografi dan pornoaksi di media massa telah merebak dan menjadi masalah yang meresahkan masyarakat karena mempengaruhi perkembangan moral dan mengarah kepada norma agama dan norma yang berlaku di masyarakat. Pornografi tidak akan menjadi masalah apabila tidak membawa dampak negatif bagi masyarakat. Terlebih bagi masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kesusilaan dan moral agama. Pornografi berpengaruh nyata terhadap rusaknya moral masyarakat. Kondisi masyarakat Indonesia mengakibatkan terjadinya pergeseran- pergeseran nilai negatif. Dimana masyarakat hanya mementingkan kepentingan pribadinya sendiri tanpa mementingkan kepentingan yang ada di masyarakat itu sendiri, sehingga memunculkan tindak kriminalitas. Seseorang tidak dapat membedakan baik dan buruk yang pada akhirnya akan muncul suatu masyarakat yang hanya memikirkan kesenangan dunia seperti free sex seks bebas, pelacuran, pembunuhan, perjudian, pemerkosaan, kenakalan remaja. Kerusakan moral mengakibatkan seseorang tidak mengindahkan norma-norma kesusilaan yang ada di masyarakat yang mengakibatkan tingkat kriminalitas menjadi meningkat. Suatu tindakan pembunuhan bayi oleh ibu kandung infanticide yang sering terjadi adalah karena pemerkosaan atau seks bebas. Dalam pemerkosaan maka jelas pihak perempuan yang dirugikan baik lahir maupun batin karena mengandung bayi yang sebenarnya tidak ia inginkan dan tidak menikmati hubungan badan antara dirinya dengan pemerkosa. Sedangkan pada seks bebas kedua belah pihak laki-laki maupun perempuan melakukannya atas dasar suka sama suka dan bayi yang dikandung pihak perempuan suka atau tidak suka merupakan akibat dari hubungannya tersebut kehamilan di luar nikah . “Berbeda dengan abortus yang dari segi hukum mempunyai arti setiap keluarnya janin sebelum berakhirnya masa kehamilannya yang lengkap atau viable” Sofwan Dahlan,1989:118. Sedangkan pada pembunuhan bayi sendiri infanticide mempunyai arti setiap janin setelah masa kehamilannya lengkap dimana bayi tersebut lahir dalam keadaan hidup, dan perbuatan yang dapat di hukum unsur-unsur diterangkan dalam Pasal 341 KUHP. commit to user 4 Infanticide atau pembunuhan bayi sendiri adalah dimana seorang wanita dengan sengaja atau karena kelalaiannya mengakibatkan kematian atas anaknya yang berumur di bawah 12 bulan. Namun pada saat tindakan ataupun kelalaiannya tersebut terjadi, didapatkan gangguan mental dikarenakan oleh alasan belum pulihnya efek dari kelahiran anaknya, atau efek dari menyusui sebagai konsekuensi melahirkan bayi tanpa perkecualian. Hal tersebut dapat dinyatakan sebagai pembunuhan, dan dinyatakan bersalah sebagai infanticide. Kesan yang didapat dari beberapa definisi tentang infanticide atau pembunuhan bayi sendiri adalah merujuk kepada pelaku adalah ibu dari korban, dengan korban adalah anak-anak yang dititik beratkan pada bayi, yaitu dengan usia dibawah 12 bulan. Secara umum infanticide juga bisa dilakukan oleh orang tua secara umum, yang di dunia barat dikenal dengan filicide. Filicide adalah pembunuhan terrhadap seorang anak oleh orang tua nya sendiri. Filicide sendiri lebih spesifik menggambarkan adanya pembunuhan bayi dibawah 12 bulan, pada saat 24 jam setelah kelahiran, kurang dari pada itu disebut neonaticide. Motif takut ketahuan ia melahirkan anak bayi . Motif ini dikaitkan dengan kultur didalam masyarakat Indonesia yang menanggap tabu melahirkan anak tanpa suami. Andaikata seseorang wanita membunuh bayinya sendiri yang baru dilahirkan dari perkawinan yang sah, maka pembunuhan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai pembunuhan bayi sendiri infanticide sebab ia tidak mempunyai alasan yang kuat untuk takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak Sofwan Dahlan,1989:125 . Alasan dari timbulnya motif yang demikian tidaklah merupakan syarat dalam kejahatan Pasal 341 KUHP, asal motif takut diketahui bahwa ia melahirkan sudah ada alasan dari sebab takutnya itu tidaklah merupakan hal yang penting benar. Biasanya hal ini dilakukan karena sang ibu merasa malu dan takut diketahui oleh masyarakat umum dan atau keluarga dengan kelahiran bayi tersebut. Pihak perempuan juga harus menerima hukuman moral dari masyarakat sekitar seperti dikucilkan. Tindak pidana ini menggoyahkan keseimbangan sosial dalam masyarakat, karena masyarakat commit to user 5 menganggap kejadian ini selain tidak ada rasa kemanusiaan, dimana seorang ibu kandung tega membunuh bayinya sendiri, juga tidak ada rasa kesusilaan pada pelaku yang tidak mengindahkan norma agama dan budaya timur. Tidak seharusnya jika bayi yang lahir dari perbuatan asusila pelaku membunuh, hanya untuk menutupi rasa malu dan menghilangkan jejak perbuatan yang tidak bertanggung jawab. Dalam penetapan berat ringannya pidana, pengadilan harus rnempertimbangkan untung rugi dari pidana tersebut kepada pelaku. Hal yang turut dipertimbangkan adalah motivasi dan maksud serta tujuan dari pelaku. Keadaan kesehatan jiwa, niatan yang tercermin dari perbuatannya, latar belakang pelaku, situasi ekonomi pelaku dan sikapnya sekarang terhadap tindak pidana yang ia lakukan apakah ada penyesalan atau tidak. “Namun ada hal pokok, pembedaan hukuman pembunuhan bayi sendiri infanticide yaitu lebih ringan dari pembunuhan murder disebabkan karena dilihat dari sudut keseimbangan, bahwa pelaku telah mendapat hukuman moril yaitu timbulnya rasa bersalah dan menyesal mengakibatkan telah menjalani hukuman lebih berat dari hukuman penjara” Adami Chazawi, 2001: 96. Hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap tindak pidana ini harus mempertimbangkan faktor sosiologis dari masyarakat yang mengganggap bahwa perbuatan ini tidak seharusnya dilakukan oleh seorang ibu dan mengingat adanya hubungan batin antara korban dan pelaku. Tindak pidana pembunuhan bayi sendiri ini pada dasarnya penanganannya sama dengan tindak pembunuhan lainnya hanya saja ada suatu perbedaan yaitu adanya hubungan emosional antara ibu sebagai pelaku dan anak sebagai korban, juga adanya suatu yang bertentangan, karena dalam tindak pidana ini pelaku sekaligus sebagai korban juga, dikarenakan yang dibunuh adalah anaknya, sehingga menjadikan tindak pidana ini menarik untuk diteliti. Berdasarkan latar belakang inilah penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap tindak pidana tersebut. untuk itu penulis dalam penyusunan skripsi ini mengangkat Judul PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMBERIKAN PUTUSAN commit to user 6 TERHADAP TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BAYI OLEH IBU KANDUNG Studi Di Pengadilan Karanganyar .

B. Perumusan Masalah