BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Nyamuk merupakan vektor dari beberapa penyakit seperti malaria, filariasis, demam berdarah dengue DBD, dan chikungunya Mutsanir et al,
2011. Salah satu penyakit yang banyak terjadi di Indonesia adalah filariasis yang ditularkan melalui nyamuk Culex sp betina Gandahusada et al, 1988. Maraknya
kejadian di atas menyebabkan berbagai pihak menuntut agar dapat terhindar dari vektor tersebut dan mencegah gigitan nyamuk dengan menggunakan repelan
penolak Mutsanir et al, 2011. N, N-diethyl-m-toluamide DEET merupakan senyawa yang dapat
digunakan sebagai repelan Soedarto, 1992. Namun penggunaan DEET dapat menimbulkan hipersensitivitas dan iritasi seperti menimbulkan rasa terbakar jika
mengenai mata, luka jaringan atau membranous, serta dapat merusak benda yang terbuat dari plastik maupun bahan sintetik Soedarto, 1992; Shinta, 2012. Untuk
mencegah terjadinya efek samping yang ada, sebaiknya digunakan bahan repelan yang aman dan ramah lingkungan yaitu berasal dari tanaman yang mengandung
minyak atsiri Shinta, 2012. Salah satu tanaman yang mengandung minyak atsiri dan berkhasiat
sebagai repelan adalah bunga mawar Rosa damascena Mill.. Komponen kimia penyusun bunga mawar antara lain citronellol, geraniol, nerol, linalool, fenil etil
alkohol, dan ester Ketaren, 1985, yang mana linalool dan geraniol berfungsi sebagai penolak nyamuk Baskoro et al, 2008. Sifat dari minyak atsiri yaitu
mudah menguap. Adanya penggunaan minyak atsiri secara langsung dapat menyebabkan kurang efektifnya bahan, sehingga perlu dibuat dalam bentuk
sediaan untuk memudahkan pemakaian dan lebih tahan lama seperti gel. Dalam formulasi sediaan gel dibutuhkan bahan tambahan gelling agent
dan humektan. Salah satu gelling agent yang digunakan adalah hidroksipropil metilselulosa HPMC yang dapat menaikkan viskositas serta menghasilkan
1
cairan yang lebih jernih dibandingkan dengan metilselulosa lain Gibson, 2001. Semakin kental gel, maka gel dapat menahan minyak atsiri bunga mawar sehingga
penguapan minyak terjadi secara lambat dan memberikan efek repelan yang lama Yuliani, 2005.
Penambahan propilen glikol berfungsi sebagai humektan, yakni zat yang menyerap kelembaban. Propilen glikol dipilih karena mempunyai efek toksik
lebih rendah dibanding jenis glikol yang lain Weller, 2009. Ketika kelembaban kulit berkurang, humektan akan menarik air dari dermis menuju epidermis. Ketika
kondisi di lingkungan sekitarnya lembab, maka humektan menarik kelembaban udara yang ada di sekitarnya untuk masuk ke kulit. Masalah yang mungkin timbul
yakni humektan dapat kehilangan air dengan cara mendorong kelembaban air dari dermis ke epidermis kemudian menguap ke lingkungan sehingga kelembaban
kulit berkurang. Oleh karena itu, penggunaan humektan digunakan dalam jumlah seminimal mungkin, agar efek samping yang terjadi minimal Boivin, 2009.
Gelling agent dan humektan merupakan bahan yang dapat mempengaruhi sifat fisik gel. Bahan terpenting dalam pembuatan gel ini adalah
gelling agent, sedangkan humektan menjaga kestabilan sediaan dengan menyerap air di udara dan juga mempertahan kulit agar tidak kering. Oleh sebab itu,
penggunaan gelling agent dan humektan harus diperhatikan sehingga didapatkan efek yang dominan dan respon yang diharapkan Dwiastuti, 2010.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian mengenai pengaruh kombinasi HPMC-propilen glikol terhadap sifat fisik serta aktivitas
repelan gel minyak atsiri bunga mawar, dan menentukan kombinasi yang optimum untuk sediaan gel dengan aplikasi design expert menggunakan simplex
lattice design. Kombinasi HPMC-propilen glikol dalam sediaan gel diharapkan mempunyai efektivitas repelan yang baik, stabil dalam penyimpanan, dan aman
untuk digunakan.
B. Perumusan Masalah