b. The Investor Hedge Argument
Menurut teori ini, perusahaan multi nasional dapat menekan dampak perubahan kurs. Salah satu cara yaitu dengan membuat kontrak dengan
perusahaan asing untuk menghindari dampak terjadinya depresiasi. c.
Currency Diversification Argument Teori ini menyatakan bahwa perusahaan multi nasional yang mengadakan
transaksi dengan beberapa mata uang, tidak akan terpengaruh terhadap perubahan kurs.
d. Stakeholder Diversification Argument
Menurut teori ini perubahan kurs tidak terpengaruh jika stakeholders contohnya kreditor berasal dari negara-negara yang berbeda, dimana
nilai mata uang yang digunakan juga berbeda-beda. Sebaliknya, para kreditor juga menghadapi resiko terjadinya perubahan nilai tukar uang.
D. Pengertian Selisih Kurs
Piutang valuta asing sangat tergantung pada kurs valuta asingnya. Di Indonesia dimana terjadi depresiasi rupiah terhadap dollar Amerika Serikat,
mengakibatkan kurs valuta asing dalam hal ini dollar Amerika Serikat menjadi sangat tinggi terhadap kurs rupiah. Hal ini menyebabkan terjadinya selisih kurs, baik berupa
keuntungan maupun kerugian kurs. Pengertian selisih kurs menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan No. 10 2004:10.2 adalah: ”Selisih kurs exchange difference adalah selisih kurs yang dihasikan dari pelaporan jumlah unit mata uang
asing yang sama dalam mata uang pelaporan pada kurs yang berbeda”.
Universitas Sumatera Utara
Untuk memasukkan transaksi dalam valuta asing pada laporan keuangan suatu perusahaan, transaksi harus dinyatakan dalam mata uang pelaporan perusahaan. Mata
uang pelaporan adalah mata uang yang digunakan dalam menyajikan laporan keuangan. Mata uang asing adalah mata uang selain mata uang pelaporan perusahaan.
1. Pengakuan Selisih Kurs Recognition of Exchange Differences
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, pengakuan terhadap selisih kurs adalah sebagai berikut:
a. Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs
pada saat terjadinya transaksi atau kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi yang disebut kurs spot spot rate.
b. Pada setiap tanggal neraca:
a Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing yang
dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca. Apabila terdapat kesulitan dalam menentukan kurs
tanggal neraca, maka dapat digunakan kurs tengah Bank Indonesia sebagai indikator yang objektif. Pos moneter adalah kas dan setara kas,
aktiva dan kewajiban yang akan diterima atau dibayar yang jumlahnya pasti atau dapat ditentukan.
b Pos non moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs
tanggal neraca tetapi harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi, dan
c Pos non moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang
asing harus dilaporkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan. Nilai wajar fair value adalah suatu
jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar pertukaran aktiva atau
Universitas Sumatera Utara
penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham knowledgeable dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar arm’s length
transaction. d
Nilai terbawa dari suatu pos ditentukan sesuai standar akuntansi yang relevan. Apakah nilai tercatat ditentukan brdasarkan biaya historis atau
nilai wajar, nilai yang ditentukan untuk pos valuta asing dilaporkan pada mata uang pelaporan sesuai dengan pernyataan ini,
e Selisih penjabaran pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang
asing pada tanggal neraca dan laba rugi kurs yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dikreditkan atau dibebankan pada laporan
periode berjalan. f
Selisih kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian settlement date pos moneter yang
timbul dari transaksi dalam mata uang asing. Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam suatu periode akuntansi
yang sama, maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut. Namun jika timbulnya dan diselesaikan suatu transaksi berada dalam
beberapa periode akuntansi, maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs
untuk masing-masing periode. Selisih kurs yang timbul pada suatu pos moneter yang dalam substansinya
membentuk bagian investasi netto perusahaan dalam suatu entitas asing harus diklasifikasikan sebagai ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan sehingga saat
pelepasan disposal investasi netto dan pada saat tesebut harus diakui sebagai pendapatan atau beban. Suatu perusahaan mungkin memiliki suatu pos moneter
Universitas Sumatera Utara
berupa hutang piutang dengan suatu entitas asing. Apabila timbulnya dan penyelesaian pos moneter tersebut tidak terencana, dalam substansinya merupakan
suatu perluasan, atau pengurangan dari investasi netto perusahaan dalam entitas asing tersebut. Pos moneter tersebut mungkin mencakup piutang jangka panjang
atau pinjaman tetapi mencakup piutang dagang atau hutang dagang. Investasi netto dalam suatu entitas asing adalah bagian share perusahaan pelapor dalam
aktiva netto suatu entitas asing pihak lain.
2. Kebijakan-Kebijakan Selisih Kurs
Dalam pembahasan masalah mengenai valuta asing, selain di atur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan ada beberapa kebijakan lain yang dapat
dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan mengenai masalah valuta asing. Adapun kebijakan yang dimaksud antara lain :
1. Kebijakan Bapepam, dengan keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal
Nomor : Kep-49PM1998 tentang Akuntansi Transaksi Dalam Mata Uang Asing dengan Lampiran Peraturan No.VIII.G.10 tentang Perlakuan akuntansi
atas Selisih Kurs Sebagai akibat dari Transaksi Dalam Mata Uang Asing adalah sebagai berikut:
a. Bagi perusahaan yang tidak melakukan lindung nilai hedging, perlakuan
akuntansi atas selisih kurs yang timbul dari penjabaran pos aktiva dan kewajiban moneter jangka panjang dalam mata uang asing dapat dilakukan
sesuai dengan ketentuan PSAK No. 10 paragraf 28 dikreditkan atau dibebankan pada laporan laba rugi periode berjalan atau dapat
ditangguhkan dan diakui sebagai keuntungan atau kerugian periode sekarang dan masa depan secara sistematis selama umur pos aktiva dan
Universitas Sumatera Utara
kewajiban moneter yang bersangkutan dan dua hal tersebut harus diungkapkan secukupnya.
b. Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam paragraf 34 PSAK No. 10,
apabila perusahaan memiliki atau menangguhkan selisih kurs, maka perusahaan harus mengungkapkan jumlah kumulatif selisih kurs yang
ditangguhkan dan yang dibebankan pada periode berjalan. 2.
Kebijakan pajak pemerintah dengan surat Edaran Dirjen Pajak No.SE- 46PJ.431998 tentang penjelasan lebih lanjut mengenai perlakuan pajak
penghasilan terhadap selisih kurs valuta asing adalah sebagai berikut : a.
Kep Menkeu RI No. 597KMK.041997 tanggal 21 November 1997 dan Dirjen Pajak No.SE Dirjen Pajak No.SE-16PJ.431997 tanggal 27
November 1997 keduanya tentang perlakuan pajak penghasilan terhadap selisih kurs valuta asing dalam tahun 1997 hanya berlaku untuk tahun
pajak 1997. b.
Kep.Menkeu RI No. 597KMK.041997 menyatakan untuk kepentingan penghitungan pajak, wajib pajak dapat membebankan seluruh kerugian
selisih kurs tahun 1997 baik yang telah direalisir maupun yang belum direalisir ke dalam tahun pajak 1997 atau mengalokasikan dalam jangka
waktu selama-lamanya 5 tahun sejak tahun pajak 1997 secara taat azas. c.
Surat Edaran Dirjen Pajak No.SE.16PJ.431997 menyatakan bahwa penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha
tetap ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi dengan kerugian selisih kurs mata uang asing. Wajib pajak yang menggunakan sistem
pembukuan berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia atau kurs sebenarnya berlaku pada akhir tahun dapat membebankan seluruh kerugian selisih
Universitas Sumatera Utara
kurs tahun 1997 baik yang telah direalisir maupun yang belum direalisir ke dalam tahun 1997 atau dialokasikan diamortisasikan dalam jangka waktu
selama-lamanya 5 tahun sejak tahun pajak 1997 dalam jumlah yang sama setiap tahunnya dan dilaksanakan secara taat azas. Untuk tahun pajak 1998
dan seterusnya demikian juga tahun pajak 1996 dan tahun-tahun pajak sebelumnya, ketentuan perpajakan yang menyangkut perlakuan pajak
penghasilan atas selisih kurs yang sampai saat ini masih berlaku adalah: : a.
SE Dirjen Pajak No. SE-03PJ.311997 tanggal 13 Agustus 1997 yang mengatur perlakuan pajak penghasilan dalam hal wajib pajak
memperoleh keuntungan atau menderita kerugian karena selisih kurs. 1.
Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing termasuk penghasilan yang menjadi objek pajak penghasilan. Pengenaan
pajaknya dikaitkan dengan sistem pembukuan yang dianut oleh wajib pajak dengan syarat dilakukan secara taat azas dan harus
dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh. 2.
Kerugian karena selisih kurs mata uang asing merupakan unsur pengurangan penghasilan bruto. Pembebanannya dilakukan
berdasarkan pembukuan yang dianut oleh wajib pajak secara taat azas. Jika sistem pembukuan berdasarkan kurs tetap, pembebanan
selisih kurs dilakukan pada saat terjadinya realisasi perkiraan mata uang asing tersebut. Jika sistem pembukuan berdasarkan kurs
tengah Bank Indonesia atau kurs sebenarnya berlaku pada akhir tahun, pembebanannya dilakukan pada setiap akhir tahun
berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia atau kurs yang sebenarnya berlaku pada akhir tahun.
Universitas Sumatera Utara
3. SE Dirjen Pajak No.SE-24PJ.421998 tanggal 5 Agustus 1998
yang mengatur tentang perlakuan PPh dalam hal wajib pajak memperoleh keuntungan karena selisih kurs dan kaitannya dengan
perhitungan besarnya angsuran PPh pasal 25.
E. Piutang Valuta Asing