D. Kerangka Konseptual
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual
Sumber: Penulis, 2008 PT Sari Makmur Tunggal Mandiri
Piutang Valuta Asing
Pengakuan awal, Pelaporan pada tanggal neraca, Selisih kurs, Pengungkapan
Laporan Keuangan PT Sari Makmur Tunggal
Mandiri Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No.10
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Piutang
1. Pengertian Piutang
Piutang adalah bagian dari aktiva perusahaan yang bersifat lancar umumnya berupa kas yang masih akan diterima di masa yang akan datang dan terdapat pada
laporan keuangan sebagian besar perusahaan, baik perusahaan dagang, manufaktur, dan jasa. Pada dasarnya piutang timbul dari penjualan secara kredit yang dilakukan
oleh perusahaan dengan tujuan agar dapat menjual lebih banyak produk barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan yang bersangkutan, namun bisa juga terjadi
akibat transaksi lainnya seperti pinjaman yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan, pemegang saham, dan perorangan lainnya.
Setiap transaksi kredit setidak-tidaknya melibatkan dua pihak yaitu kreditur sebagai penjual barang dagangan atau jasa dan sebagai pihak yang memiliki piutang
dagang dan pihak debitor sebagai pihak yang melakukan pembelian secara kredit dan sebagai pihak yang memiliki utang dagang. Pihak debitor ini jugalah yang
berkewajiban menanggung pelunasan piutang dagang kreditur. Untuk lebih jelasnya berikut terdapat beberapa defenisi piutang, yaitu antara
lain menurut Warren, dkk 2005:392 menyatakan ”Piutang receivable adalah meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu,
perusahaan, atau organisasi lainnya.” Suharli 2006:201 mengatakan bahwa ”Piutang mencakup semua tagihan
dalam bentuk uang kepada perseorangan, badan usaha, atau pihak tertagih lainnya.”
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan kieso, dkk 2006:386 mendefinisikan bahwa ”Piutang receivables adalah klaim uang, barang, atau jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak lainnya.”
Menurut Harnanto 2002:174 bahwa ”Piutang meliputi semua klaim hak untuk menuntut pembayaran kepada pihak lain, yang pada umumnya akan berakibat
adanya penerimaan kas dimasa yang akan datang. ”Menurut Simamora 2000:208 menyatakan bahwa ”Piutang receivables merupakan klaim yang muncul dari
penjualan barang dagangan, penyerahan jasa, pemberian pinjaman dana, atau jenis transaksi lainnya yang membentuk suatu hubungan dimana satu pihak berutang
kepada pihak lainnya.”
2. Klasifikasi Piutang
Piutang dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara, klasifikasi yang paling sering digunakan secara umum dalam praktek adalah klasifikasi piutang menjadi
piutang usaha, wesel tagih, dan piutang lain-lain. Seperti yang dikemukakan oleh Warren, dkk 2005:392 yang menyatakan bahwa piutang dapat diklasifikasikan
sebagai berikut: 1.
Piutang Usaha account receivable, jenis piutang yang timbul dari transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit. Biasanya piutang usaha diperkirakan
akan tertagih dalam periode waktu 30-60 hari.
2. Wesel tagih notes receivable, merupakan jumlah yang terutang bagi
karyawan dimana pelanggan dimaksud telah menerbitkan surat utang formal pada perusahaan. Wesel ini biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari
60 hari.
3. Piutang lain-lain other receivables, merupakan sejenis piutang yang biasanya
disajikan secara terpisah dalam neraca yang biasanya disajikan dibawah judul investasi. Piutang lain-lain ini antara lain meliputi piutang bunga, piutang
pajak, piutang karyawan dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Secara lebih terperinci Kieso, dkk 2002:386 mengklasifikasikan piutang dengan dua cara yaitu sebagai berikut:
1. Pengklasifikasian piutang berdasarkan untuk tujuan dalam laporan keuangan
dibagi menjadi dua yaitu: a. Piutang lancar atau piutang jangka pendek short term receivables
yang diharapkan akan tertagih dalam satu tahun atau selama siklus operasi berjalan, mana yang lebih panjang, sedangkan
b. Piutang tidak lancar atau piutang jangka panjang long term
receivables adalah jenis piutang dimana yang masuk kategori ini merupakan seluruh piutang yang tidak termasuk kategori sebelumnya.
2. Pengklasifikasian piutang berdasarkan sebab terjadinya piutang tersebut.
Pengklasifikasian piutang berkaitan dengan perbedaan penting antara piutang hasil perdagangan dan yang bukan hasil perdagangan, dibagi menjadi
dua bagian, yaitu: a.
Piutang dagang trade receivables merupakan jumlah terutang oleh pelanggan sebagai bagian dari aktivitas normal bisnis perusahaan
berupa penjualan barang atau jasa secara kredit kepada pelanggan yang dapat disub-klasifikasikan lagi menjadi piutang usaha account
receivables dan wesel tagih notes receivable:
b. Piutang usaha account receivables adalah janji lisan dari pembeli
untuk membayar barang dan jasa yang dibeli biasanya dapat ditagih dalam waktu 30 sampai 60 hari.
c. Wesel tagih notes receivable adalah janji tertulis secara formal untuk
membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa depan tanggal jatuh tempo. Wesel tagih ini sendiri ada yang bersifat jangka
pendek maupun jangka panjang yang terdiri lagi atas dua jenis yaitu:
a Wesel tagih tidak berbunga interest bearing note
Jenis wesel tagih dimana nilai nominal wesel yang tertera pada lembar wesel sama besarnya dengan nilai jatuh tempo.
b Wesel tagih berbunga non-interest bearing note
Jenis wesel tagih dimana nilai nominal wesel nilai yang tertera pada lembar wesel tidak sama besarnya dengan nilai jatuh
tempo. Nilai jatuh tempo terdiri dari nilai nominal ditambah dengan bunga yang diperoleh selama masa periode tertentu.
d. Piutang non-dagang non-trade receivables merupakan piutang yang bukan dari hasil perdagangan atau sering disebut juga meliputi semua
jenis piutang lainnya yang muncul dari berbagai transaksi yang bukan transaksi normal perusahaan yang dapat berupa janji tertulis untuk
membayar atau mengirimkan sesuatu, contohnya antara lain:
uang muka kepada karyawan dan staf
uang muka kepada anak perusahaan
deposito untuk menutup kemungkinan kerugian atau kerusakan
piutang dividen dan bunga
piutang pajak yang lebih disetor
klaim, antara lain terhadap perusahaan asuransi untuk kerugian yang
dipertanggungkan, terdakwa dalam suatu perkara hukum, perusahaan pengangkutan untuk barang yang rusak atau hilang dan lain
sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
B. Pengertian Valuta Asing
Pengertian Valuta Asing menurut Hamdy 2001:15 adalah sebagai berikut: ”Valuta asing valas atau foreign exchange forex atau foreign currency diartikan
sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan yang
mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral”. Pengertian valuta asing menurut Heli Charisma Berlianta 2004:1 adalah
sebagai berikut: ”Valuta asing Valas dapat diartikan sebagai seluruh kewajiban terhadap mata uang asing yang dapat dibayar diluar negeri, baik berupa simpanan
pada bank di luar negeri maupun kewajiban dalam mata uang asing”. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia 2004:10.6 suatu transaksi dalam mata
uang asing adalah suatu transaksi yang didenominasi atau membutuhkan penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi yang timbul ketika suatu
perusahaan: 1.
Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam suatu mata uang asing.
2. Meminjam hutang atau meminjamkan piutang dana yang didenominasi
dalam satu mata uang asing. 3.
Menjadi suatu pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana; atau
4. Memperoleh atau melepaskan aktiva, menimbulkan atau melunasi kewajiban,
yang didenominasi dalam satu mata uang asing.
Universitas Sumatera Utara
C. Pengertian Kurs
Pengertian Kurs menurut Beams 2000:501 adalah sebagai berikut: “Exchange is the ratio between a unit of one currency and the amount of another
currency for which that unit can be exchanged converted at a particular time”.
Pengertian kurs menurut Ikatan Akuntan Indonesia 2004:5 adalah sebagai
berikut: ”Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang”.
Pengertian kurs menurut Berlianta 2004:37 adalah sebagai berikut: ”Kurs atau Exchange rate dapat diartikan sebagai perbandingan jumlah dua mata uang yang
dipertukarkan atau yang diperjualbelikan”.
1. Alasan-Alasan Perusahaan Memprediksi Kurs
Setiap perusahaan multinasional dapat dipengaruhi oleh perubahan nilai kurs. Beberapa keputusan yang memerlukan prediksi nilai kurs pada masa tertentu menurut
Madura 2000:243 adalah: a.
Hedging decision b.
Short-term financing decision c.
Short-term investment decision d.
Capital budgeting decision e.
Long-term financial decision f.
Earning assessment a.
Hedging decision Perusahaan multi nasional selalu menghadapi pilihan untuk
mengantisipasi future payables dan receivable dalam mata uang asing. Keputusan ini berdasarkan prediksi perusahaan tersebut terhadap nilai
mata uang asing. b.
Short-term financing decision Ketika perusahaan-perusahaan besar meminjam modal pada pihak lain,
ada kemungkinan untuk membayar pinjaman tersebut dalam mata uang
Universitas Sumatera Utara
asing. Mata uang yang dipergunakan harus mempunyai syarat sebagai berikut:
a Mempunyai nilai suku bunga yang rendah
b Mempunyai nilai tukar yang relatif rendah dalam periode financial
tertentu.
c. Short-term investment decision
Beberapa perusahaan mempunyai kas untuk jangka waktu singkat. Kas yang tersedia dalam jumlah besar dapat didepositokan dengan
mempergunakan mata uang asing. Mata uang asing yang ideal untuk digunakan adalah:
a. Mempunyai suku bunga yang tinggi.
b. Mempunyai nilai tukar yang kuat dalam kurun waktu deposito.
d. Capital budgeting decision
Sebelum memutuskan untuk menanam modal di suatu negara, perusahaan multi nasional terlebih dahulu melakukan capital budgeting
analysis. Prediksi cash flow perputaran kas pada masa yang akan datang dalam proses penganggaran modal tergantung dari nilai mata uang pada
masa yang akan datang. e.
Long-term financial decision Beberapa perusahaan meminjam dana dari pihak lain untuk waktu
yang lama dengan mempergunakan mata uang asing. Perusahaan- perusahaan tersebut tentunya menginginkan terjadi depresiasi nilai mata
uang yang digunakan dalam penjualan.
Universitas Sumatera Utara
f. Earning assessment
Jika suatu perusahaan multi nasional mempunyai anak perusahaan di beberapa negara yang berbeda, maka anak perusahaan tersebut diharuskan
melaporkan pendapatan yang diperoleh dengan mata uang yang sama dengan yang dipergunakan induk perusahaannya.
2. Jenis-Jenis Sistem Penetapan Kurs Valuta Asing
Menurut Hamdy 2001:40, berdasarkan perkembangan system moneter internasional sejak berlakunya Bretton Woods System pada tahun 1944, pada
umumnya dikenal beberapa macam sistem penetapan kurs valuta asing, yakni sebagai berikut:
a. Sistem Kurs TetapStabil Fixed Exchange Rate System
b. Sistem Kurs Mengambang Floating Exchange Rate System
c. Sistem Kurs Terkait Pegged Exchange Rate System
a. Sistem Kurs TetapStabil Fixed Exchange Rate System
Sistem kurs tetap memberikan kepastian kepada kegiatan perdagangan dan investasi atau dunia internasional pada umumnya. Syaratnya adalah inflasi
rendah sekitar 3, cadangan devisa kuat, hutang luar negeri berhasil direstrukturisasi atau dipulihkan dan posisi neraca pembayaran dalam
keadaan aman tidak banyak pelarian modal ke luar negeri.
Universitas Sumatera Utara
b. Sistem Kurs Mengambang Floating Exchange Rate System
Dalam hal ini nilai tukar suatu mata uang ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran mekanisme pasar pada bursa valuta asing.
Jika penentuan kurs valuta asing di bursa valuta asing tersebut terjadi campur tangan pemerintah maka disebut clean float atau freely floating
system sistem kurs mengambang murni. Sedangkan apabila permerintah turut campur tangan mempengaruhi permintaan dan penawaran terhadap
valuta asing di bursa valuta asing maka disebut dirty float atau managed float system sistem kurs mengambang terkendali.
c. Sistem Kurs Terkait Pegged Exchange Rate System
Aliran valuta asing yang cepat dan besar untuk memenuhi tuntutan perdagangan, investor dan spekulasi dari suatu tempat yang surplus ke
tempat yang defisit dapat terjadi karena beberapa faktor atau kodisi yang berbeda sehingga berpengaruh dan menimbulkan perbedaan kurs valuta
asing atau forex rate di masing-masing tempat. Menurut Hamdy 2001:46, beberapa faktor atau kondisi yang berbeda dan mempengaruhi
kurs valuta asing di masing-masing tempat tersebut antara lain sebagai berikut:
a Supply and demand foreign currency.
b Posisi Balance of payment BOP.
c Tingkat Inflasi.
d Tingkat harga.
e Pengawasan pemerintah.
f Ekspektasi dan spekulasiisurumor.
Universitas Sumatera Utara
3. Teknik memprediksi Kurs Valuta Asing
Salah satu aktivitas penting yang dilakukan oleh para pelaku di pasar valuta asing adalah melakukan analisis untuk memprediksi arah kurs valuta asing di masa
yang akan datang. Menurut Berlianta 2004:249 sampai saat ini ada dua tipe analisis yang biasa dilakukan oleh pelaku pasar di pasar valuta asing untuk memprediksi
pergerakan kurs valuta asing di masa yang akan datang. Dua tipe analisis tersebut adalah:
a. Fundamental Analysis
b. Teknik Analysis
a. Fundamental Analysis
Didasarkan atas hubungan yang fundamental antara economic variables dan exchange rate. Dengan mengetahui nilai variabel-variabel ekonomi yang ada
serta dampaknya terhadap suatu nilai mata uang, perusahaan dapat memprediksi nilai kurs.
b. Teknik Analysis
Teknik ini menggunakan data yang menunjukkan naik turunnya nilai mata uang tersebut pada masa sebelumnya. Berdasarkan historical exchange rate
data, dapat diperkirakan arah bergeraknya nilai mata uang tersebut pada masa selanjutnya. Dalam teknik ini, juga dipergunakan time series model
yang menganalisa moving averages rata-rata bergerak.
Universitas Sumatera Utara
4. Relevansi Risiko Kurs
Beberapa pendapat menyatakan risiko perubahan kurs tidak relevan, karenanya perusahaan tidak perlu mengantisipasi resiko ini. Argumen-argumen
tersebut menurut Madura 2000:275 adalah sebagai berikut: a.
Purchasing Power Parity PPP Argument b.
The Investor Hedge Argument c.
Currency Diversification Argument d.
Stakeholder Diversification Argument
a. Purchasing Power Parity PPP Argument
Menurut teori PPP, perubahan kurs dihubungkan dengan perubahan harga. Contohnya, perusahaan Indonesia yang mengimport barang untuk
didistribusikan ke perusahaan-perusahaan dalam negeri, bersaing dengan perusahaan Indonesia yang memproduksi sendiri di dalam negeri. Jika
rupiah mengalami depresiasi, perusahaan yang mengimport barang akan memerlukan banyak rupiah untuk membayar barang yang diimport.
Menurut teori PPP, penurunan rupiah akan menyebabkan inflasi yang relatif tinggi di Indonesia. Walaupun perusahaan dalam negeri tidak
terpengaruh dengan penurunan rupiah, tetapi biaya produksi akan meningkat sebagai akibat dari terjadinya inflasi. Sedangkan perusahaan
yang mengimport barang akan terpengaruh akibat penurunan rupiah, tetapi dapat terhindar dari kenaikan biaya produksi di dalam negeri. Situasi ini
menyebabkan risiko kurs tidak relevan.
Universitas Sumatera Utara
b. The Investor Hedge Argument
Menurut teori ini, perusahaan multi nasional dapat menekan dampak perubahan kurs. Salah satu cara yaitu dengan membuat kontrak dengan
perusahaan asing untuk menghindari dampak terjadinya depresiasi. c.
Currency Diversification Argument Teori ini menyatakan bahwa perusahaan multi nasional yang mengadakan
transaksi dengan beberapa mata uang, tidak akan terpengaruh terhadap perubahan kurs.
d. Stakeholder Diversification Argument
Menurut teori ini perubahan kurs tidak terpengaruh jika stakeholders contohnya kreditor berasal dari negara-negara yang berbeda, dimana
nilai mata uang yang digunakan juga berbeda-beda. Sebaliknya, para kreditor juga menghadapi resiko terjadinya perubahan nilai tukar uang.
D. Pengertian Selisih Kurs